bab ii kajian pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 pengertian...

22
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar Menurut Slameto (2010 : 14) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek kehidupan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Saiful Sagala (2012 : 37) bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Menurut Brunner (dalam Sagala, 2012 : 35) dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase yaitu (1) informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya; (2) transformasi, informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditranformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini bantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian kita nilai hingga manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat diamanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. Rusman (2012 : 85) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis. Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas yang merupakan proses mental misalnya aktivitas berfikir, memahami, menyimpulkan, menyimak, menelaah, membandingkan, membedakan, mengungkapkan, menganalisis dan sebagainya. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuata karya (produk), apresiasi dan sebagainya.

Upload: phunglien

Post on 26-Apr-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

2.1.1.1 Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010 : 14) belajar merupakan suatu proses

perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata

dalam seluruh aspek kehidupan.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Saiful Sagala (2012 : 37)

bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang

berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. Menurut Brunner (dalam

Sagala, 2012 : 35) dalam proses belajar dapat dibedakan pada tiga fase yaitu

(1) informasi, dalam tiap pelajaran kita peroleh sejumlah informasi, ada

yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus

dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa

yang telah kita ketahui sebelumnya; (2) transformasi, informasi itu harus

dianalisis, diubah atau ditranformasi kedalam bentuk yang lebih abstrak atau

konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas dalam hal ini

bantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian kita nilai hingga

manakah pengetahuan yang kita peroleh dan transformasi itu dapat

diamanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Rusman (2012 : 85) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu

aktivitas yang dapat dilakukan secara psikologis maupun secara fisiologis.

Aktivitas yang bersifat psikologis yaitu aktivitas yang merupakan proses

mental misalnya aktivitas berfikir, memahami, menyimpulkan, menyimak,

menelaah, membandingkan, membedakan, mengungkapkan, menganalisis

dan sebagainya. Sedangkan aktivitas yang bersifat fisiologis yaitu aktivitas

yang merupakan proses penerapan atau praktik, misalnya melakukan

eksperimen atau percobaan, latihan, kegiatan praktik, membuata karya

(produk), apresiasi dan sebagainya.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

8

Sedangkan Riyanto (2010 :6) mengemukakan bahwa belajar adalah

suatu proses untuk merubah performansi yang tidak terbatas pada

ketrampilan, tetapi juga meliputi fungsi-fungsi, seperti, skill, persepsi,

emosi, proses berfikir, sehingga dapat menghasilkan perbaikan performansi.

Jadi pengertian belajar menurut pendapat beberapa ahli diatas adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selain itu juga merupakan

suatu aktivitas yang dilakukan secara psikologis maupun fisiologis.

2.1.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah sejumlah pengalaman yang diperoleh siswa

yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Belajar tidak

hanya penguasaan konsep teori mata pelajaran saja, tapi juga penguasaan

kebiasaan, persepsi, kesenangan, minat bakat, penyesuaian sosial, macam-

macam ketrampilan, cita-cita, keinginan dan harapan. (Rusman 2012 : 123).

Sedangkan menurut Nana Sudjana (2010 : 3) hasil belajar siswa pada

hakekatnya adalah perubahan tingkah laku mencakup bidang kognitif,

efektif dan psikomotorik. Dalam penilaian hasil belajar, peranan tujuan

instruksional yang berisi rumusan kemampuan dan tingkah laku yang

diinginkan dikuasai siswa menjadi unsur penting sebagai dasar dan acuan

dalam penilaian. Dalam penilaian ini dilihat sejauh mana keefektifan dan

efisiennya dalam mencapai tujuan pengajaran atau perubahan tingkah laku

siswa.

Supratiknya (2012 : 5) juga berpendapat bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan-kemampuan baru yang diperoleh siswa sesudah

mereka mengikuti proses belajar mengajar. Pemerolehan kemampuan baru

tersebut akan terwujud dalam perubahan tingkah laku.

Tidak jauh berbeda dengan pendapat di atas Dimyati dan Mudjiono

(2006 : 23) mengatakan hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang

dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar

merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

9

pada saat sebelum mengajar. Tingkat perkembangan mental tersebut

terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan

dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.

Dari beberapa pengertian hasil belajar di atas maka dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah keberhasilan yang dicapai oleh

siswa untuk mendapatkan suatu peningkatan baik dari segi kognitif, afektif

maupun psikomotorik. Dalam penelitian ini hanya difokuskan pada segi

kognitifnya karena peningkatan hasil belajar siswa hanya dilihat dari pos tes.

2.1.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak

dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu,

Syah (2006: 144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari

individu siswa (internal factor), dan faktor yang datang dari luar individu

siswa (eksternal factor). Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Faktor internal siswa

a. Faktor psikis (jasmani).

Kondisi umum jasmani yang menandai dapat mempengaruhi

semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran.

b. Faktor psikologis (kejiwaan)

Faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi

kualitas perolehan hasil belajar siswa antara lain : (1) intelegensi, (2)

sikap, (3) bakat, (4) minat, dan (5) motivasi.

2. Faktor eksternal siswa

a. Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, sifat para guru, staf

administrasi dan temen-temen sekelas.

b. Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana

sekolah/belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak.

c. Faktor pendekatan belajar, seperti cara guru mengajar maupun

penggunaan strategi, metode, model juga media pembelajaran.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

10

Pendapat lain mengatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa

dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa (kemampuan)

dan faktor dari luar diri siswa (lingkungan) (Sudjana, 1989 : 39). Selain itu

hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan kualitas

pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang

dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif

(intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik).

Dari pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa (internal) dan faktor

dari luar diri siswa (eksternal). Dalam penelitian ini fokusnya terkait dengan

penggunaan strategi pembelajaran Problem Solving (pemecahan masalah),

hal ini termasuk faktor eksternal khususnya terkait dengan kemampuan guru

dalam menggunakan strategi pembelajaran.

2.1.1.4 Klasifikasi hasil belajar

Perumusan aspek kemampuan yang menggambarkan output peserta

didik yang dihasilkan dari proses pembelajaran dapat digolongkan ke dalam

tiga klasifikasi berdasarkan taksonomi Bloom(dalam Rusman, 2012 :125),

cara klasifikasi itu dinamakan “The taxonomy of education objective”.

Menurut Bloom tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam tiga

ranah (domain), yaitu :

a. Domain kognitif; berkenaan dengan kemampuan dan kecakapan-kecakapan

intelektual berfikir;

b. Domain afektif; berkenaan dengan sikap, kemampuan dan penguasaan

segi-segi emosional, yaitu perasaan, sikap dan nilai;

c. Domain psikomotor; berkenaan dengan suatu ketrampilan-ketrampilan atau

gerakan-gerakan fisik.

Lebih lanjut Bloom menjelaskan bahwa “Domain kognitif terdiiri atas

enam kategori” yaitu:

a. Pengetahuan (knowledge); yaitu jenjang kemampuan yang menntut

peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep,

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

11

prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti atau dapat

menggunakannya;

b. Pemahaman (comprehention); yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang materi

pelajaran yang disampaikan guru dan dapat memanfaatkannya tanpa

harus menghubungkan dengan hal-hal lain. Kemampuan ini dijabarkan

lagi menjadi tiga yaitu menerjemahkan, menafsirkan dan

mengekstrapolasi;

c. Penerapan (aplication); yaitu jenjang kemampuan yang mmenuntut

peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun

metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru dan kongrit;

d. Analisis (analisys); yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta

didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam

unsur-unsur atau komponen pembetukannya. Kemampuan analisis

dikelompokkan menjadi tiga yaitu analisis unsur, analisis hubungan

dan analisis prinsip-prinsip yang terorganisir;

e. Sintesis (syinthesis); yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta

didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara

menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat berupa

tulisan, rencana atau mekanisme;

f. Evaluasi (evaluation); yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan,

pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu.

Anderson dan Krathwohl’s Taksonomi(2000) merubah level

kognitif Bloom tersebut menjadi :

1. Remember (Mengingat), yaitu mendapatkan kembali pengetahuan

yang relevan dari memori jangka panjang, seperti : mengenali,

mengingat kembali.

2. Understand (Memahami), yaitu menentukan makna dari pesan

dalam pelajaran-pelajaran meliputi oral, tertulis ataupun grafik.

Disini seperti : menginterpretasi, mencontohkan, mengklasifikasi,

merangkum, menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

12

3. Apply (Menerapkan), yaitu mengambil atau menggunakan suatu

prosedur bergantung situasi yang dihadapi. Disini seperti :

mengeksekusi, mengimplementasi.

4. Analyze (Menganalisa), yaitu memecah-mecah materi hingga ke

bagian yang lebih kecil dan mendeteksi bagian apa yang

berhubungan satu sama lain menuju satu struktur atau maksud

tertentu. Seperti : membedakan, mengelola, menghubungkan.

5. Evaluate (Mengevaluasi), yaitu membuat pertimbangan berdasarkan

kritetia dan standar. Seperti : memeriksa, mengkritisi.

6. Create (Menciptakan), yaitu menyusun elemen-elemen untuk

membentuk sesuatu yang berbeda atau membuat produk original.

Seperti : menghasilkan, merencanakan, memproduksi.

Pada perubahan ini, jika dibandingkan dengan taksonomi

sebelumnya ada pertukaran pada point ke 5 dan point ke 6 serta perubahan

nama. Istilah sintesis dihilangkan dan diganti dengan create.

Antara tipe hasil belajar kognitif, afektif maupun psikomotorik

ketiga aspek tersebut harus siembang. Hasil belajar yang diharapkan sangat

bergantung pada jenis dan karakteristik materi mata pelajaran yang

disampaikan, ada mata pelajaran yang lebih dominan ke tujuan kognitif,

afektif ataupun psikomotorik. Tapi, dalam penelitian ini peneliti lebih

dominan melihat hasil belajar dari aspek kognitifnya yaitu dengan melakkan

evaluasi/tes hasil belajar pada setiap akhir Siklus.

2.2 Pendidikan Kewarganegaraan Di SMP

2.2.1 Pengertian dan Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Suatu negara dikatakan menganut prinsip Rule of Law apabila

memenuhi beberapa syarat yang ditentukan oleh International Commission

of Jurist dalam konfrensi di Bangkok tahun 1965 yaitu perlindungan

konstitusional, badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak, pemilihan

umum yang bebas, kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan untuk

berserikat/berorganisasi dan beroposisi, serta diselenggarakannya

Pendidikan Kewarganegaraan/Civic Education. Indonesia adalah negara

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

13

yang menganut prinsip Rule of Law, maka syarat – syarat seperti tersebut di

atas harus dipenuhi, serta salah satu diantaranya adalah adanya Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn).

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata

pelajaran yang penting bagi kehidupan bangsa dan negara ini. PKn penting

karena dapat digunakan untuk membina generasi penerus bangsa/anak –

anak bangsa sehingga mereka sadar terhadap hak dan kewajiban dalam

hidup berbangsa agar dapat menjadi warganegara yang dapat diandalkan

senantiasa oleh negara. Demikian juga bagi negara Indonesia pada masa lalu

dan sekarang, PKn menjadi sarana untuk menanamkan hal yang terkait

dengan ideologi negara baik melalui jalur formal (sekolah) ataupun

nonformal.

Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) adalah

mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang

memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang

diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Pendapat lain juga mengatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan

adalah suatu bidang kajian yang mempunyai objek telaah kebijakan dan

budaya kewargannegaraan, dengan menggunakan disiplin ilmu pendidikan

dan ilmu politik sebagai kerangka kerja keilmuan pokok serta disiplin ilmu

lain yang relevan yang secara koheren diorganisasikan dalam bentuk

program kulikuler kewarganegaraan, aktivitas sosial-kultural, dan kajian

ilmiah kewarganegaraan (Syarbaini, dkk, 2006 :4).

Sedangkan Arnie Fajar (2005: 141) menyatakan bahwa mata

pelajaran kewarganagaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan

pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural,

bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara Indonesia yang

cerdas, terampil, dan berkarakter, yang dimanfaatkan olah pancasila dan

UUD 1945.

Dari uraian di atas maka PKn dalam konteks pendidikan formal di

sekolah memiliki peran untuk membangun watak, karakter, sikap dan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

14

potensi lain termasuk pengetahuan dan ketrampilan demi terwujudnya

tujuan bangsa dan negara. Pengembangan karakter dilakukan karena

pendidikan dewasa ini menghadapi berbagai masalah yang amat komplek,

salah satu di antaranya adalah menurunnya tatakrama kehidupan sosial,

etika moral dalam praktek kehidupan sekolah yang menumbuhkan sejumlah

akibat negatif yang merisaukan masyarakat. Akibat tersebut antara lain

semakin maraknya penyimpangan norma kehidupan agama dan sosial

kemasyarakatan yang terwujud dalam bentuk perlakuan siswa yang kurang

hormat kepada guru dan staf sekolah, kurang disiplin dan tidak

mengindahkan tata tertib sekolah, kurang menjaga kebersihan dan

keindahan lingkungan, terjadinya perkelahian antar pelajar, penggunaan

obat terlarang dan lain – lain. Dari kejadian itu, maka misi pendidikan yang

hendak diwujudnyatakan saat ini adalah mengembangkan budi pekerti luhur

yang diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran yang ada termasuk salah

satunya mata pelajaran PKn supaya dapat dipraktikan dalam kehidupan

sehari – hari di sekolah.

Selanjutnya pasal 37 UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang

menyatakan kurikulum pendidikan dasar dan menengah memuat beberapa

pelajaran wajib salah satunya adalah pelajaran PKn, sebagaimana dalam

penjelasan pasal tersebut dinyatakan tentang maksud PKn yaitu digunakan

untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa

kebangsaan dan cinta tanah air.

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa PKn

adalah nama mata pelajaran di mana di dalamnya mencakup aspek

pengetahuan kewarganegaraan, aspek ketrampilan kewarganegaraan, dan

watak atau karakter kewarganegaraan, serta dapat digunakan untuk

membentuk peserta didik/siswa menjadi warga negara yang baik.

Sementara itu hakikat Pendidikan Kewarganegaraan menurut

Mansoer dalam (Erwin, 2010 : 2) menyatakan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan itu merupakan hasil dari sintesis antara civic education,

democracy education, serta citizenship yang berdasarkan pada Filsafat

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

15

Pancasila serta mengandung identitas nasional Indonesia serta materi

muatan tentang bela negara. Dengan hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Indonesia yang berbasis Pancasila tersebut, maka dapat dirumuskan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia merupakan pendidikan

kebangsaan dan kewarganegaraan yang berhadapan dengan keberadaan

Negara Kesatuan Republik Indonesia, Demokrasi, HAM dan cita-cita untuk

mewujudkan masyarakat madani Indonesia dengan menggunakan Filsafat

Pancasila sebagai pisau analisisnya.

2.2.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terdapat

dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 adalah sebagai berikut mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara

serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan menekankan pada perkembangan dan membina warga

Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter serta bertindak sesuai dengan

Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Melalui pengetahuan yang

diberikan di sekolah – sekolah kepada peserta didik , diharapkan akan lahir

generasi muda yang berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif memiliki

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

16

sikap demokratis dan bertanggung jawab sebagai warga Negara yang

sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa

dan bernegara.

2.2.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Ine Kusuma dan Markum Susatim (2010: 53), Depdiknas

(2002) memuat tentang ruang lingkup materi PKn dalam aspek berbangsa

dan bernegara ke dalam komponen rumpun bahan ajar dan subkomponen

rumpun bahan ajar sebagai berikut:

Komponen Rumpun Bahan

Ajar

Subkomponen Rumpun Bahan Ajar

1. Persatuan Bangsa a. Hidup Bersama

b. Hidup rukun dalam perbedaan

c. Sumpah Pemuda

d. Wawasan Nusantara

e. Pertisipasi masyarakat dalam era

otonomi

f. Kewajiban membela Negara

g. Keterbukaan dan jaminan keadilan

2. Peraturan, Norma dan

Hukum

a. Tata tertib di rumah

b. Tata tertib di sekolah

c. Norma masyarakat

d. Peraturan-peraturan daerah

e. Peraturan perundang-undangan nasional

f. Hukum dan pengadilan nasional

g. Hukum dan pengadilan internasional

3. Hak Asasi Manusia a. Manusia ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

b. Hak dan kewajiban anak

c. Hak dan kewajiban individu

d. Tanggung jawab untuk melindungi

HAM

e. Instrumen nasional HAM

f. Instrumen internasional HAM

g. Penegakan HAM dan implementasinya

4. Kebutuhan Hidup Warga

Negara

a. Kebutuhan berteman

b. Kebutuhan hidup damai

c. Kebutuhan harga diri

d. Kebebasan berorganisasi

e. Kemerdekaan mengeluarkan pendapat

f. Perlindungan hukum

g. Kebutuhan berprestasi

5. Konstitusi Negara a. Persiapan kemerdekaan dan proses

perumusan dasar negara

b. Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi

yang pertama

c. Konstitusi-konstitusi lain yang pernah

dipakai Indonesia

d. Konstitusi di beberapa negara

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

17

6. Kekuasaan dan Politik a. Pemerintah daerah

b. Pemerintah pusat

c. Kedaulatan rakyat dan sistem politik

d. Sikap politik dan pengaruhnya

e. Sistem pemerintahan dan politik di

beberapa negara

7. Masyarakat Demokratis a. Menghargai pendapat orang lain

b. Tanggung jawab dan toleransi

c. Pengadaan dan pemeliharaan fasilitas

umum

d. Hubungan warga negara dan negara

e. Pemilihan pemimpin politik dan pejabat

negara dalam budaya demokrasi

f. Peranan pers dalam kehidupan

masyarakat yang demokratis

g. Pilar-pilar demokratis

8. Nilai-Nilai Pancasila a. Berbuat baik pada sesama anak

b. Berbicara dan berperilaku jujur

c. Pancasila sebagai tuntunan hidup bangsa

d. Instrumen penerapan Pancasila

e. Perbandingan ideologi Pancasila dengan

ideologi lain

f. Semangat kebangsaan

g. Kajian kritis terhadap nilai-nilai positif

bangsa-bangsa lain

9. Globalisasi a. Pertukaran budaya antar bangsa

b. Politik luar negeri Indonesia

c. Konflik kepentingan antarbangsa

d. Kerjasama dan perjanjian internasional

e. Pengaturan globalisasi terhadap bangsa

dan negara Indonesia

Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

(Depdiknas, 2002: 8-9)

Dalam KTSP materi Hak Asasi Manusia ( HAM) diajarkan pada kelas

VII Semester II dengan Kompetensi Dasar : (3.1) menguraikan hakekat,

hukum dan kelembagaan HAM; (3.2) Mendeskripsikan kasus pelanggaran

dan upaya penegakan HAM;(3.3) Menghargai upaya perlindungan HAM; dan

(3.4) Menghargai upaya penegakan HAM

Sedangkan dalam kurikulum 2013 materi Hak Asasi Manusiaterdapat

pada kelas VIII semester II dan hanya terdapat satu Kompetensi Dasar yaitu

(3.5) Memahami Hak Asasi Manusia (HAM) dalam Undang-Undang Dasar

Negara Repulik Indonesia Tahun 1945.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

18

Dalam kurikulum 2013 ciri utamanya adalah dengan pendekatan

saintifik, menurut Permendikbud no.18 Tahun 2013 lampiran IV, proses

pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu :

1) Mengamati : membaca, mendengar,menyimak,dan melihat

(dengan atau tanpa alat)

2) Menanya : mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak

dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk

mendapatkan informasi.

3) Mengumpulkan informasi : melakukan eksperimen, membaca

sumber lain selain buku teks, mengamati objek/

kejadian/aktivitas,wawancara dengan narasumber.

4) Mengasosiasikan/mengolah informasi : mengolah informasi yang

sudah dikumpulkan dari hasil kegiatan

mengumpulkan/ekperimen mapun dari hasil mengamati,

pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat

menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan

informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang

memiliki pendapat yang berbeda sampai pada yang bertentangan.

5) Mengoomunikasikan : menyampaikan hasil pengamatan,

kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis atau

media lainnya.

Berdasarkan pendekatan diatas, maka dalam penelitian yang

menggunakan strategi pembelajaran Problem Solving (pemecahan

masalah) ini telah mencakup aspek-aspek yang ada dalam kurikulum

2013 yang meliputi mengamati (membaca/melihat kasus-kasus

pelanggaran HAM), menanya (bertanya mengenai kasus yang akan

diteliti), mengumpulkan informasi/eksperimen (membaca

artikel/mengamati objek/kejadian serta wawancara mengenai kasus

pelanggaran HAM), mengasosiasikan/mengolah informasi (mencari solusi

dari kasus-kasus tersebut) dan mengomuniksinnya (dengan melakukan

presentasi). Selain itu, strategi pembelajaran Problem Solving ini sesuai

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

19

dengan model pembelajaran berbasis masalah (problem based lerning)

yang terdiri dari lima model pembelajaran yaitu :

1. Permasalahan sebagai kajian,

2. Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman,

3. Permasalahan sebagai contoh,

4. Permasalahan sebagai bagian yang terpisahkan dari proses, dan

5. Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

2.3 Strategi Pembelajaran

Menurut Kemp (dalam Hamruni, 2012:2) menjelaskan bahwa strategi

pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan

guru dan peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif

dan efisien.

Dapat pula dikatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-

cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda

dibawah kondisi yang berbeda, Degeng (dalam Made, 2012:5).

Sedangkan Hamruni (2012:3) mengatakan bahwa strategi pembelajaran

merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pembelajaran

dalam lingkungan pembelajaran tertentu.

Dari berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk

penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam

pembelajaran guna mencapai tujuan tertentu.

2.3.1 Klasifikasi Strategi Pembelajan Aktif

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta

didik untuk belajar secara aktif . Strategi pembelajaran aktif dapat

diklasifikasikan menjadi 5, yaitu: strategi pembelajaran langsung (direct

instruction), tak langsung (indirect instruction), interaktif, mandiri, melalui

pengalaman (experimental). (Hamruni, 2012: 8)

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

20

1. Strategi pembelajaran langsung

Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang

banyak diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif ,untuk menentukan

informasi atau membangun ketrampilan tahap demi tahap. Dalam

strategi pembelajaran ini siswa kurang terlibat karena proses

pembelajaran lebih berpusat pada guru.

2. Strategi pembelajaran tak langsung

Berlawanan dengan strategi pembelajaran langsung, pembelajaran

tidak langsung umumnya berpusat pada peserta didik. Peranan

guru bergeser dari penceramah menjadi fasilitator. Guru mengelola

lingkungan belajar dan memberikan kesempatan peserta didik

untuk terlibat. Disini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam proses

pembelajaran agar tercipta suasana kelas yang lebih menarik.

3. Strategi pembelajaran interakatif

Pembelajaran inetraktif menekankan pada diskusi dan sharing

diantara peserta didik. Diskusi dan sharing memberikan

kasempatan peserta didik untuk bereaksi terhadap gagasan,

pengalaman, pendekatan dan pengetahuan guru atau temannya dan

untuk membangun cara alternatif untuk berfikir dan merasakan.

Penerapan strategi pembelajaran ini dapat memberikan

kesempatan kepada siswa untuk lebih berfikir kritis dalam

mengemukakan pendapat.

4. Strategi pembelajaran empirik (experiential)

Pembelajaran empirik berorientasi pada kegiatan induktif, berpusat

pada peserta didik dan berbasis aktivitas. Refleksi pribadi tentang

pengalaman dan formulasi perencanaan menuju penerapan pada

konteks yang lain merupakan faktor kritis dalam pembelajaran

empirik yang efektif. Disini pengalaman pribadilah yang lebih

dibutuhkan sebagai penunjang materi yang bersangkutan.

5. Strategi pembelajaran mandiri

Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi pembelajaran

yang bertujuan untuk membangun inisiatif individu, kemandirian

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

21

dan peningkatan diri. Fokusnya adalah pada perencanaan belajar

mandiri oleh peserta didik dengan bantuan guru. Belajar mandiri

juga bisa dilakukan dengan teman atau sebagai bagian dari

kelompok kecil. Dengan pembelajaran ini siswa diharuskan bisa

berusaha sendiri menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh

guru.

Jadi, dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran

itu dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis dan masing-masing

memiliki kelebihan dan kekurangan.

2.3.1.1 Komponen Strategi Pembelajaran Aktif

Menurut Hamruni (2012:10) agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai dengan baik maka perlu mengacu pada seperangkat komponen yang

saling bergantung satu sama lain. Komponen-komponen tersebut adalah :

1. Guru

Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini

guru merupakan faktor yang terpenting. Ditangan gurulah

sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran.

2. Peserta didik

Pesrta didik merupakan komponen yang melakukan

kegiatan belajar untuk mengembangkan potensi

kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar.

3. Tujuan

Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk

menentukan strategi, materi, media dan evaluasi

pembelajaran. Oleh karena itu, dalam strategi

pembelajaran, tujuan merupakan komponen yang pertama

kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan

merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan

pembelajaran.

4. Bahan pelajaran

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

22

Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang berupa materi yang tersusun secara

sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan

perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat.

5. Kegiatan pembelajaran

Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal,

maka dalam menentukan strategi pembelajaran perlu

dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai

dengan standar proses pembelajaran.

6. Metode

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

7. Alat

Alat yang diperguanakan dalam pembelajaran merupakan

segala sesuatu yang dapat diperguanakan dalam rangka

mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran

alat memiliki fungsi sebagai pelengkap untuk mencapai

tujuan.

8. Sumber belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat

dipergunakan sebagai tempat atau rujukan dimana bahan

pembelajaran bisa diperoleh.

9. Evaluasi

Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi

untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah

tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai umpan

balik untuk perbaikan strategi yang telah ditetapkan.

10. Situasi atau lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan

strategi pembelajaran. Lingkungan yang dimaksut adalah

situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, sekolah, lokasi,

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

23

dan lain sebagainya) dan hubungan antar insani, misalnya

dengan teman, dan peserta didik dengan orang lain.

Jadi, dalam pembelajaran aktif terdapat beberapa komponen yang

saling terkait satu sama lain sehingga tujuan pembelajaran itu bisa tercapai.

2.3.2 Strategi Pembelajaran Aktif Problem Solving (pemecahan

masalah)

Menurut James (2009 : 71) pembelajaran dengan strategi

pemecahan masalah adalah pembelajaran dengan cara mengidentifikasi

masalah-masalah dan mencari solusinya.

Pendapat yang sama dikemukakan oleh Ahmad Sabri (2007: 58)

bahwa strategi pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah)

merupakan suatu cara dalam pembelajaran yang tidak hanya sekedar

mengajar tetapi juga merupakan suatu cara berfikir dalam memecahkan

suatu masalah. Dengan demikian siswa akan lebih aktif dalam

pembelajaran.

Tidak jauh berbeda Made Wena (2012: 60) juga mengatakan

bahwa strategi pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah) adalah

petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu

seseorang dalam menyelesaikan masalah.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah) adalah suatau stratergi

yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah dan mencari solusi atas

masalah tersebut.

Strategi pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah) ini

dapat diklasifikasikan ke dalam strategi pembelajaran aktif secara tidak

langsung karena proses belajar mengajar lebih bepusat pada peserta didik.

Disini guru hanya sebagai fasilitator saja serta peserta didik dilibatkan

langsung dalam proses pembelajaran sehingga peserta didik akan lebih aktif

dan tertarik pada materi pelajaran dengan demikian hasil belajar siswapun

dapat meningkat.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

24

Dalam strategi pembelajaran aktif ada beberapa komponen yang

saling bergantung satu sama lain dan dalam strategi pembelajaran Problem

solving (pemecahan masalah) ini mencakup komponen-komponen dalam

strategi pembelajaran aktif tersebut antara lain: guru, peserta didik, tujuan,

bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, strategi/motode, alat/media, sumber

belajar, evaluasi dan situasi atau lingkungan.

2.3.2.1 Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Problem solving

(pemecahan masalah)

Adapun langkah-langkah strategi pembelajaran aktif Problem Solving

(pemecahan masalah) menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut :

Menurut Ahmad Sabri (2007:58) Menurut James Bellanca (2009:71)

1. Guru memberi suatu masalah

yang jelas untuk dipecahkan.

2. Guru meminta siswa untuk

mencari data atau keterangan

yang dapat digunakan untuk

memcahkan masalah tersebut.

3. Guru meminta siswa untuk

menetapkan jawaban sementara

dari masalah tersebut.

4. Guru meminta siswa menguji

kebenaran jawaban sementara

masalah tersebut.

5. Guru menarik kesimpulan.

1. Guru meminta siswa melakukan

curah ide untuk memperoleh

daftar tayangan televisi yang

berhubungan dengan pelajaran,

dan meminta siswa menjelasakan

mengapa mereka memilih

tayangan tersebut.

2. Guru membagi siswa dalam

beberapa kelompok.

3. Guru meminta setiap kelompok

untuk memilih salah satu masalah

yang telah disebutkan.

4. Guru meminta tiapa kelompok

untuk mendiskusikan mengenai

solusi-solusi yang memungkinkan

untuk memcahkan masalah

tersebut.

5. Guru meminta tiap kelompok

mempresentasikan hasil diskusi

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

25

mereka.

6. Guru memberikan kesimpulan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan langkah-langkah

problem solving menurut pendapat James Bellanca karena peneliti melihat

langkah-langkah yang dikemukakan James itu lebih mudah untuk

diterapkan dan dilakukan siswa.

Adapun langkah-langkah tersebut adalah :

6. Guru meminta siswa melakukan curah ide untuk memperoleh daftar

tayangan televisi yang berhubungan dengan pelajaran, dan meminta

siswa menjelasakan mengapa mereka memilih tayangan tersebut.

7. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok.

8. Guru meminta setiap kelompok untuk memilih salah satu masalah

yang telah disebutkan.

9. Guru meminta tiapa kelompok untuk mendiskusikan mengenai

solusi-solusi yang memungkinkan untuk memcahkan masalah

tersebut.

10. Guru meminta tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi

mereka.

11. Guru memberikan kesimpulan.

2.3.3 Kelebihan dan kelemahan Strategi Pembelajaran Problem Solving

(pemecahan masalah)

Adapun kelebihan dan kelemahan dari strategi pembelajaran

Problem solving (pemecahan masalah) menurut Ahmad Sabri (2007: 59)

adalah sebagai berikut :

1. Kelebihan

Melatih siswa untuk memdesain suatau penemuan.

Melatih siswa untuk berfikir dan bertindak kreatif sehingga

siswa dapat lebih aktif dalam pembelajaran.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

26

Mengajak siswa untuk memecahkan masalah yang dihadapi

secara realitas.

Melatih siswa untuk mengidentifikasi dan melakukan

penyelidikan terhadap suatu masalah.

Mengajak siswa untuk menafsirkan dan mengevaluasi hasil

pengamatan.

Untuk merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa

dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.

2. Kelemahan

Tidak semua materi ataupun pelajaran dapat diterapkan

dengan menggunakan strategi pembelajaran ini.

Membutuhkan waktu yang lebih lama.

2.4 Hasil Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ibnu Purwanto (2011),

dengan judul “Peningkatan hasil belajar IPS melalui Model Pembelajaran

Problem Solving bagi siswa kelas VII semester II SMP Negeri Ronggo

Kecamatan Jaken Kabupaten Pati Tahun Pelajaran 2011/2012”

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas VII semester

II yang dapat dilihat dari kenaikan nilai dari masing-masing siklus. Hasil

belajar yang semula belum diterapkan model pembelajaran problem solving

rata-rata 50 yang masih dibawah nilai KKM yang telah ditentukan yaitu ≥

75. Siklus I sudah mengalami peningkatan nilai rata-rata walaupun belum

signifikan yaitu 60,33 , hasil inipun masih dibawah KKM sehingga masih

perlu diadakan siklus II yang hasilnya nilai rata-rata 81,33. Dari hasil belajar

antar siklus yang meningkat dan diakhiri siklus II dengan nilai yang sudah

diatas KKM maka PTK yang dilakukan dapat dikatakan berhasil.

Asti Tahaphari (2010), dengan penelitiannya yang berjudul

“Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan

Kewarganegaraan melalui Strategi pembelajaran Problem Solving bagi

siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Randublatung semester II Kabupaten Blora

Tahun 2009-2010 ” ,menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan hasil

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

27

belajar PKn setelah diajar melalui strategi pembelajaran problem solving.

Peningkatan hasil belajar tersebut terjadi secara bertahap, di mana pada

kondisi awal siswa yang tuntas sebanyak 8 anak (40%), pada siklus I

ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 15 anak (75 %), dan pada

siklus II ketuntasan belajar menjadi 20 anak (91%). Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa penggunaan strategi pembelajaran Problem Solving ini

dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Sejalan dengan hasil penelitian di atas maka peneliti mencoba

menerapkan strategi pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah)

dalam mengajarkan materi PKn Hak Asasi Manusia (HAM) di SMP Negeri

3 Tuntang Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang untuk meningkatkan

hasil belajar siswa.

2.5 Kerangka Berfikir

Keberhasilan atas hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai

faktor, baik faktor dari dalam maupun faktor dari luar diri siswa tersebut.

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah berkenaan

Proses Pembelajaran

Problem

Solving

Hasil Belajar

Rendah

Ceramah

Siswa Pasif,

Membosankan

Hasil Belajar

Meningkat

Siswa Aktif,

Kreatif

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/5592/3/T1_172009007_BAB II.pdfbantuan guru sangat diperlukan; dan (3) evaluasi, kemudian

28

dengan strategi pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar

mengajar agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien.

Pada proses pembelajaran sebelum guru menerapkan strategi pembelajaran

aktif atau masih menggunakan cara konvensional (ceramah) siswa pasif dan

bosan terhadap mata pelajaran PKn serta hasil belajarnya masih rendah.

Kemudian setelah diberi perlakuan atau telah diterapkan strategi

.pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah) hasil belajar siswa

diharapkan dapat meningkat karena dengan menggunakan strategi tersebut

siswa dapat terlibat secara aktif, merencanakan konsep dan

mengomuniksikan serta memotivasi untuk berfikir kritis dalam proses sosial

dengan siswa lainnya.

2.6 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan uraian dan kajian teori di atas, maka yang menjadi

hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Penerapan strategi pembelajaran Problem solving (pemecahan masalah)

dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) di kelas VII A SMP Negeri 3 Tuntang Kecamatan

Tuntang Kabupaten Semarang Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.