bab i pengantar -...

61
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00 Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi Halaman: 1 dari 1 Ver: 1.1.2011 BAB I PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi ? Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten. 1.1.2 Arti menjadi kompeten di tempat kerja ? Jika anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui. 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1 Desain materi pelatihan Materi Pelatihan didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/Mandiri : 1. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih di kelas. 2. Pelatihan Individual/Mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan bela jar sendiri menggunakan modul-modul yang diperlukan dengan bantuan pelatih (siswa aktif). 1.2.2 Isi materi pelatihan 1. Buku informasi Buku Informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. Materi pelatihan yang ditulis dalam Buku Informasi ini telah disusun sesuai dengan cakupan 4 Elemen Kompetensi dan 13 Kriteria Unjuk Kerja untuk unit kompetensi dengan kode unit SPL.KS21.223.00. Elemen-elemen Kompetensi dan Kriteria-kriteria Unjuk Kerja tersebut diuraikan dalam 4 Sub Bab yaitu 1) Penetapan Bahan Perkerasan Jalan Beton, 2) Penetapan Rancangan Campuran Beton, 3) Penetapan Ketentuan Sambungan-Sambungan (Joints), 4) Penerapan Ketentuan Pengecoran dan Penghamparan. Selain itu, sebelum penulisan Bab IV, Buku Informasi ini dilengkapi dengan 3 Bab yang mendahuluinya yaitu berturut-turut Kata Pengantar, Standar Kompetensi, dan Strategi dan Metode Pelatihan. Kemudian setelah penulisan Bab IV selesai, Buku Informasi diselesaikan dengan Bab V Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Mencapai Kompetensi, yang menguraikan Sumber Daya Manusia, Sumber-sumber Perpustakaan, dan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan. Dengan substansi-substansi yang dicakup dalam Buku Informasi tersebut diharapkan pelatih maupun peserta pelatihan mendapatkan informasi yang cukup untuk mencapai maksud dan tujuan pelatihan. . 2. Buku kerja

Upload: dinhngoc

Post on 17-Sep-2018

241 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 1 dari 1 Ver: 1.1.2011

BAB I PENGANTAR

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi

1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi ? Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten.

1.1.2 Arti menjadi kompeten di tempat kerja ?

Jika anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui.

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan

1.2.1 Desain materi pelatihan Materi Pelatihan didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/Mandiri : 1. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih di kelas. 2. Pelatihan Individual/Mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan

bela jar sendiri menggunakan modul-modul yang diperlukan dengan bantuan pelatih (siswa aktif).

1.2.2 Isi materi pelatihan

1. Buku informasi Buku Informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan. Materi pelatihan yang ditulis dalam Buku Informasi ini telah disusun sesuai dengan cakupan 4 Elemen Kompetensi dan 13 Kriteria Unjuk Kerja untuk unit kompetensi dengan kode unit SPL.KS21.223.00. Elemen-elemen Kompetensi dan Kriteria-kriteria Unjuk Kerja tersebut diuraikan dalam 4 Sub Bab yaitu 1) Penetapan Bahan Perkerasan Jalan Beton, 2) Penetapan Rancangan Campuran Beton, 3) Penetapan Ketentuan Sambungan-Sambungan (Joints), 4) Penerapan Ketentuan Pengecoran dan Penghamparan. Selain itu, sebelum penulisan Bab IV, Buku Informasi ini dilengkapi dengan 3 Bab yang mendahuluinya yaitu berturut-turut Kata Pengantar, Standar Kompetensi, dan Strategi dan Metode Pelatihan. Kemudian setelah penulisan Bab IV selesai, Buku Informasi diselesaikan dengan Bab V Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Mencapai Kompetensi, yang menguraikan Sumber Daya Manusia, Sumber-sumber Perpustakaan, dan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan. Dengan substansi-substansi yang dicakup dalam Buku Informasi tersebut diharapkan pelatih maupun peserta pelatihan mendapatkan informasi yang cukup untuk mencapai maksud dan tujuan pelatihan. .

2. Buku kerja

Page 2: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 2 dari 2 Ver: 1.1.2011

Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual /mandiri. Buku diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi: 1) Kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan

memahami informasi. 2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memantau pencapaian keterampilan

peserta pelatihan . 3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam

melaksanakan praktek kerja.

3. Buku penilaian Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi: 1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan

keterampilan. 2) Metode-metode yang disarankan adalah proses penilaian keterampilan peserta

pelatihan. 3) Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai

keterampilan. 4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja. 5) Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek. 6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3 Pelaksanaan materi pelatihan 1. Pada pelatihan klasikal pelatih akan:

1) Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan. 3) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan

pelatihan. 4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan

menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.

2. Pada pelatihan individual/mandiri peserta pelatihan akan: 1) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan. 2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja. 3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja. 4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja. 5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini / Recognition of Current Competency (RCC)

Apakah yang dimaksud dengan Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency) ? Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk seluruh elemen kompetensi dari suatu unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini (RCC). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali agar dapat diakui telah memiliki kompetensi pada unit kompetensi dimaksud.

Page 3: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 3 dari 3 Ver: 1.1.2011

Anda mungkin telah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah: 1.3.1 Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan

yang sama, 1.3.2 Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau 1.3.3 Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang

sama.

1.4 Pengertian-Pengertian Istilah Profesi Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta ketrampilan / keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

Standardisasi Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu. Penilaian / Uji Kompetensi Penilaian / Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan. Pelatihan Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuik mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus pada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari. Sertifikat Lulus Pelatihan Sertifikat Lulus Pelatihan adalah pengakuan tertulis kepada Peserta Pelatihan yang telah mengikuti Pelatihan Berbasis Kompetensi, yang dinilai memperoleh nilai hasil pelatihan sama atau melebihi standar batas lulus yang disyaratkan dalam pelatihan dimaksud. Kompetensi Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan. Standar Kompetensi Standar Kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilahhasil serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang lingkup serta pedoman bukti. Sertifikat Kompetensi Sertifikat Kompetensi adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi. Sertifikasi Kompetensi Sertifikasi Kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi.

Page 4: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 4 dari 4 Ver: 1.1.2011

BAB II

STANDAR KOMPETENSI 2.1 Peta Paket Pelatihan

Untuk mempelajari materi latihan ini perlu membaca dan memahami ketentuan-ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang antara lain berkaitan dengan: 1. Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan. 2. Keselamatan dan Keselamatan Kerja.

2.2 Pengertian Unit Standar

Standar Kompetensi? Standar Kompetensi menentukan: Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi. Standar yang diperlukan untuik mendemonstrasikan kompetensi. Kondisi dimana kompetensi dicapai. Yang akan anda pelajari dari Unit Kompetensi ini Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk “menerapkan prosedur-prosedur mutu”. Lama unit kompetensi ini dapat diselesaikan Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu. Banyak kesempatan yang anda miliki untuk mencapai kompetensi Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 kali.

2.3 Unit Kompetensi Yang Dipelajari Dalam sistem pelatihan, standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan untuk dapat: 1. Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan oleh peserta pelatihan. 2. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan oleh peserta pelatihan. 3. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan. 4. Meyakinkan bahwa semua elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam

pelatihan dan penilaian.

2.3.1 Judul unit Menerapkan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton 2.3.2 Kode unit

SPL.KS21.223.00.

Page 5: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 5 dari 5 Ver: 1.1.2011

2.3.3 Deskripsi unit Unit Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk mampu menerapkan Spesifikasi Teknik untuk pelaksanaan perkerasan jalan beton

2.3.4 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menetapkan bahan / material yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton.

1.1. Bahan pokok (air, semen, agregat, aditiv) yang memenuhi Spesifikasi Teknik ditetapkan.

1.2. Baja tulangan yang sesuai dengan Spesifikasi Teknik ditetapkan.

1.3. Joint Sealant, membran kedap air dan bahan untuk perawatan beton yang sesuai dengan Spesifikasi Teknik ditetapkan.

2. Menerapkan rancangan campuran beton untuk membuat perkerasan jalan beton.

2.1. Rancangan campuran awal berdasarkan data mix design laboratorium sesuai dengan compressive strength dan flexural strength ditetapkan.

2.2. Rancangan percobaan (trial mix) dengan melakukan pencampuran beton di lapangan sesuai dengan hasil mix design laboratorium dibuat.

2.3. Job mix berdasarkan trial mix yang dinilai memenuhi rencana compressive strength dan flexural strength ditetapkan.

3. Menerapkan ketentuan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang.

3.1. Ketentuan tentang sambungan memanjang (longitudinal joint) diterapkan.

3.2. Ketentuan tentang sambungan ekspansi melintang (transversal expansion joint) diterapkan.

3.3. Ketentuan tentang sambungan kontraksi melintang (transversal contraction joint) diterapkan.

4. Menerapkan ketentuan tentang pengecoran beton dan percobaan penghamparan.

4.1. Pelaksanaan pengecoran sesuai dengan Spesifikasi Teknik diterapkan.

4.2. Pelaksanaan percobaan penghamparan sesuai dengan Spesifikasi Teknik diterapkan.

4.3. Toleransi sesuai Spesifikasi Teknik diterapkan.

4.4. Dokumentasi penerapan Spesifikasi Teknik untuk pelaksanaan perkerasan jalan beton sesuai dengan format dan SOP diterapkan.

2.3.5 Batasan variabel

1. Konteks variabel:

1) Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja secara mandiri. 2) Unit kompetensi ini berlaku untuk pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton.

Page 6: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 6 dari 6 Ver: 1.1.2011

2. Dalam pelaksanaan pekerjaan yang terkait dengan unit ini perlu tersedianya peralatan dan sarana antara lain: 1) Peralatan pengambilan benda uji. 2) Peralatan pengujian. 3) Peralatan pengukuran

3. Tugas-tugas yang harus dilakukan: 1) Kemampuan mengidentifikasi pasal-pasal dan batasan-batasan tolerans 2) Kemampuan menerapkan pengendalian mutu pekerjaan. 3) Kemampuan dalam memantau dan mengevaluasi penerapan standar rujukan yang

ditetapkan. 4. Peraturan-peraturan yang diperlukan:

1) UUJK No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 2) UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan Tol. 3) PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol. 4) PP No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan. 5) PP No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi. 6) PP No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi. 7) Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 8) Undang-Undang No.3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 9) SNI yang terkait dengan pekerjaan perkerasan beton.

5. Pihak lain yang terkait antara lain:

1) LPJKN / LPJKD; 2) Dinas Teknis terkait; 3) Pemasok material.

2.3.1 Panduan Penilaian

1. Konteks Penilaian Kondisi pengujian: Kompetensi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten

pada seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau secara simulasi dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar. Penilaian harus mencakup kemampuan memantau dan mengevaluasi secara profesional. Penilaian harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan dan keahlian yang ditetapkan dalam Materi Uji Kompetensi (MUK).

Metode uji antara lain: 1) Unit ini dapat dinilai di dalam maupun di luar tempat kerja. 2) Penilaian harus mencakup peragaan praktek di tempat kerja. 3) Unit ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja yang ditetapkan dalam materi uji kompetensi (MUK).

2. Kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya atau kaitan dengan kompetensi lain: 1) SPL.KS.21.222.00 Menyediakan Data Untuk Pembuatan Gambar Kerja Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton.

Page 7: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 7 dari 7 Ver: 1.1.2011

3. Pengetahuan pendukung yang dibutuhkan: Untuk mendemonstrasikan kompetensi diperlukan pengetahuan di bidang:

1) Kemampuan menetapkan bahan / material yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton.

2) Kemampuan menerapkan rancangan campuran untuk membuat perkerasan jalan beton. Menerapkan ketentuan tentang pengecoran beton dan percobaan penghamparan.

3) Kemampuan menerapkan ketentuan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang atau sambungan kontraksi melintang.

4) Kemampuan menerapkan ketentuan tentang pengecoran beton dan percobaan penghamparan.

5) Kemampuan teknis dalam pelaksanaan pengujian dan pengukuran jalan beton.

4. Keterampilan yang dibutuhkan: 1) Keterampilan berinteraksi di tempat kerja. 2) Keterampilan menerapkan UUJK di tempat kerja. 3) Keterampilan menerapkan etika profesi dalam pelaksanaan pekerjaan.

5. Aspek penting penilaian Aspek yang harus diperhatikan: 1) Kemampuan mengidentifikasi pasal-pasal dalam Undang-Undang Jasa Konstruksi

yang terkait dengan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton khususnya terhadap kegagalan konstruksi dan kegagalan bangunan.

2) Kemampuan menerapkan kode etik profesi. 3) Kemampuan dalam memantau dan mengevaluasi penerapan UUJK dan Kode Etik

Profesi.

6. Aspek kritis 1) Kemampuan dalam menerapkan peraturan dan perundang-undangan terkait dalam

pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton. 2) Mengidentifikasi pasal-pasal terkait dengan kegagalan konstruksi dan kegagalan

bangunan. 3) Menerapkan UUJK dan etika profesi secara konsisten.

2.3.7. Kompetensi kunci

No. Kompetensi kunci Tingkat

1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan informasi.

3

2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide. 3

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan. 3

4. Bekerja sama dengan orang lain dan kelompok. 3

5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis. 3

6. Memecahkan masalah. 3

7. Menggunakan teknologi. 3

Page 8: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 8 dari 8 Ver: 1.1.2011

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi Pelatihan

Belajar dalam suatu sistem ”Berdasarkan Kompetensi” berbeda dengan yang sedang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini anda akan bertanggung jawab terhadap belajar anda sendiri, artinya bahwa anda perlu merencanakan belajar anda dengan pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan

1. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda. 2. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca. 3. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki. 4. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan anda.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran

1. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.

2. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek 1. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang

yang telah berpengalaman lainnya. 2. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan.

3.1.4 Implementasi

1. Menerapkan pelatihan kerja yang aman. 2. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek. 3. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah anda peroleh.

3.1.5 Penilaian Melaksanakan tugas penilaian untk penyelesaian belajar anda.

3.2. Metode pelatihan

Terdapat 3 (tiga) prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan. 3.2.1 Belajar secara mandiri

Belajar secara mandiri membolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2 Belajar berkelompok

Page 9: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 9 dari 9 Ver: 1.1.2011

Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

Page 10: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 10 dari 10 Ver: 1.1.2011

BAB IV PENERAPAN SPESIFIKASI TEKNIK

UNTUK PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON

4.1. Pengertian Umum

4.1.1 Pendahuluan Materi Pelatihan ini memberikan gambaran mengenai penerapan Spesifikasi Teknik untuk pelaksanaan perkerasan jalan beton, yang mencakup 4 (empat) elemen kompetensi yang telah ditentukan dalam SKKNI Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton, yaitu: 1. Menetapkan bahan/material yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan

beton. 2. Menerapkan rancangan campuran beton untuk membuat perkerasan jalan beton. 3. Menerapkan ketentuan sambungan memanjang, sambungan ekspansi melintang atau

sambungan kontraksi melintang. 4. Menerapkan ketentuan tentang pengecoran beton dan percobaan penghamparan. Dalam Sub-sub Bab berikut ini akan diuraikan ringkasan masing-masing elemen kompetensi tersebut di atas yang secara keseluruhan akan merupakan intisari dari Bab IV Buku Informasi.

4.1.2. Pengertian umum Yang dimaksud dengan Spesifikasi Teknik di sini adalah bagian dari Dokumen Pelelangan yang berisi ketentuan-ketentuan mengenai persyaratan teknis pekerjaan yang dilelangkan. Persyaratan Teknis tersebut mencakup persyaratan teknis bahan baku, persyaratan teknik bahan olahan, persyaratan teknis cara pelaksanaan pekerjaan termasuk persyaratan teknis peralatan yang dipergunakan, dan persyaratan teknis produk akhir yang harus dicapai. Berdasarkan pengertian tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa Spesifikasi Teknik merupakan standar mutu yang ingin dicapai dari hasil Pekerjaan yang dilelangkan. Dalam tahap pelaksanaan Kontrak, Spesifikasi Teknik menjadi lampiran Kontrak yang wajib dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana.

4.1.3. Ruang lingkup Lingkup Materi Unit Kompetensi ini meliputi Penerapan Spesifikasi Teknik Pekerjaan Perkerasan Jalan Beton, yaitu pembuatan lapisan perkerasan beton semen-portland, sebagaimana disyaratkan dengan ketebalan dan bentuk penampang melintang seperti yang tertera pada Gambar Rencana. Menurut banyak literatur yang ada, perkerasan beton semen didefinisikan sebagai struktur perkerasan jalan yang terdiri dari plat beton semen (slab) yang bersambungan (tidak menerus) dengan atau tanpa tulangan, atau plat beton menerus dengan tulangan, yang terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau dengan lapisan aspal beton (AC) sebagai lapis permukaan. Berdasarkan definisi tersebut di atas, maka plat beton tersebut dianggap sebagai lapis pondasi (base course), karena di atasnya dapat dilapisi dengan aspal beton (hot mix asphalt) sebagai lapis permukaan (surface course), dan di bawahnya terdapat lapis pondasi bawah (subbase course) yang terdiri dari lapisan lean concrete atau agregat. Namun lapis pondasi bawah dalam struktur perkerasan jalan beton tidak selalu

Page 11: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 11 dari 11 Ver: 1.1.2011

dipasang, tergantung dari kondisi tanah dasarnya, dan pada umumnya didesain untuk tidak ikut menahan beban (non struktural). Dalam pelaksanaan perkerasan jalan beton, toleransi-toleransi dimensi untuk perkerasan jalan beton harus dimonitor oleh Kontraktor di bawah pengawasan Konsultan Pengawas. Pada umumnya hal ini harus dilakukan dengan pengukuran ketinggian (levelling) dan penggunaan “Crown Template dan Straight Edge” berukuran panjang 3 meter. Sedangkan pemeriksaan ketinggian untuk menetapkan ketebalan plat beton harus diadakan dengan jarak antara maksimum 10 meter dari poros ke poros. Dalam Sub-sub bab berikutnya akan diuraikan persyaratan teknik mengenai bahan perkerasan beton, pembuatan campuran beton, dan pembuatan sambungan-sambungan serta pelaksanaan pengecoran, penghamparan beton. Sebagai tambahan, pada bagian akhir dari sub bab terakhir akan diuraikan persyaratan teknik mengenai Lean Concrete (beton kurus), yaitu bahan campuran beton semen yang sering digunakan sebagai lapis pondasi bawah. Gambar 4.1.(1) memperlihatkan secara skematis struktur perkerasan jalan beton dan bagian-bagiannya.

Gambar 4.1.(1) Struktur perkerasan jalan beton dan bagian-bagiannya

4.1.4 Jenis-jenis perkerasan eton

Perkerasan kaku dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu: 1. Perkerasan beton semen, yaitu perkerasan kaku dengan beton sebagai lapisan aus;

dan

Sambungan memanjang

Plat beton

Sambungan melintang

Tekstur permukaan

Lapis Pondasi Bawah

atau Lapis Pondasi

Tie Bar

Tanah Dasar

Dowel

Desain tebal perkerasan

Page 12: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 12 dari 12 Ver: 1.1.2011

2. Perkerasan komposit, yaitu perkerasan kaku dengan lapisan beton aspal di atasnya sebagai lapis permukaan, dimana kedua bahan tersebut (beton semen dan beton aspal) bekerjasama sebagai konstruksi komposit dalam memikul beban.

1. Perkerasan beton semen Dari kebanyakan literatur yang ada, dikenal 4 (empat) jenis perkerasan beton semen yang banyak digunakan, yaitu: 1) Perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan (Jointed

Unreinforced/Plain Concrete Pavement / JPCP); 2) Perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan (Jointed

Reinforced Concrete Pavement / JRCP); 3) Perkerasan beton semen menerus (tanpa sambungan) dengan tulangan

(Continuously Reinforced Concrete Pavement / CRCP); 4) Perkerasan beton semen pratekan (Prestressed Concrete Pavement / PCP).

Gambar 4.1.(2).

Jenis-jenis perkerasan beton semen 2. Perkerasan komposit

Konstruksi beton semen dengan lapis permukaan aspal beton, yang memperhitungkan lapis aspal beton sebagai bagian yang ikut memikul beban, disebut Perkerasan Komposit.

Page 13: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 13 dari 13 Ver: 1.1.2011

Dalam beberapa literatur yang ada, tebal konstruksi perkerasan komposit dihitung sebagai berikut: Ditentukan terlebih dahulu tebal plat beton yang dibutuhkan dengan menganggap perkerasan seluruhnya terdiri atas beton semen. Kemudian tebal plat beton hasil perhitungan di atas dikurangi sebesar 10 mm untuk setiap 25 mm tebal aspal beton. Tebal minimum plat beton ditetapkan 150 mm, dan untuk mencegah retak refleksi (retak di permukaan aspal yang terjadi akibat celah sambungan dan retak pada plat beton) disarankan tebal minimum aspal beton adalah 100 mm (4 inches).

4.2. Penetapan Bahan Perkerasan Jalan Beton

4.2.1 Penetapan bahan pokok beton 1. Air

Air yang dipergunakan untuk beton harus disetujui oleh Konsultan Pengawas, dan harus diuji sesuai dengan SNI 03-6817-2002 (AASHTO T26). Air yang dipergunakan dalam pencampuran, pengawetan, atau pekerjaan lainnya harus bersih dan bebas dari minyak, garam, asam, alkali, gula, tumbuhan atau zat lainnya yang merusak hasil pekerjaan. Bila sumber air dangkal pengambilannya harus sedemikian rupa agar lumpur, rumput, atau bahan asing lainnya tidak ikut terbawa. Jika air yang akan digunakan diketahui dapat diminum, maka air tersebut dapat dipakai untuk pembuatan perkerasan jalan beton tanpa harus melalui pengujian di laboratorium. Bila timbul keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dan diminta oleh Konsultan Pengawas, air harus diuji dengan diperbandingkan terhadap air suling. Perbandingan harus memakai cara uji semen standar untuk kekerasan, waktu pengikatan (setting time) dan kekuatan adukan. Petunjuk dari kekerasan, perubahan waktu pengikat ± 30 menit atau lebih, dan pada umur 7 hari dan 28 hari jika penyusutan kuat tekan adukan lebih dari 10% dibandingkan dengan air suling, cukup menjadi alasan ditolaknya air yang tengah diuji itu.

2. Semen 1). Sebagaimana dipersyaratkan dalam Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina

Marga, Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus merupakan semen portland jenis I, II atau III yang memenuhi SNI 15-2049-1994 (AASHTO M85). Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan Pengawas, bahan tambahan (aditiv) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan.

Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan Pengawas, hanya satu merk semen portland yang dapat digunakan di dalam proyek. Bilamana digunakan lebih satu merk semen, maka Kontraktor harus mengajukan kembali rancangan campuran beton sesuai dengan merk yang digunakan.

Page 14: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 14 dari 14 Ver: 1.1.2011

2). Admixture (Bahan Tambah / Aditiv) tidak boleh digunakan tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus menyerahkan contoh admixture kepada Konsultan Pengawas paling lambat 28 hari sebelum tanggal dimulainya pekerjaan struktur tertentu atau bagian dari struktur yang harus memakai material admixture itu. Bahan tambah yang berupa bahan kimia ditambahkan dalam campuran beton tidak lebih dari 5 % berat semen selama proses pengadukan. Bahan yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian campuran di laboratorium. Sesuai dengan Spesifikasi Umum Direktorat jenderal Bina Marga, ketentuan mengenai bahan tambah ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991 tentang Spesifikasi Bahan Tambah untuk Beton. Pada umumnya bahan tambah kimia yang dapat digunakan untuk pembuatan beton adalah bahan tambah yang tidak mengandung Calcium Chloride. Penggunaan bahan tambah kimia harus didasarkan pada hasil uji dalam masa 24 jam pertama setelah pengecoran beton. Hal ini dikarenakan bahan tambah tertentu dapat memperlambat setting dan perkembangan kekuatan campuran beton semen, sehingga menunda waktu pemotongan sambungan dan menambah resiko terjadinya retakan acak. Bila akan digunakan bahan tambah berupa butiran yang sangat halus yang dihasilkan dari sisa proses pembakaran batu bara berbentuk abu terbang (fly Ash), maka bahan tersebut harus sesuai dengan standar SNI 03-2460-1991 tentang Spesifikasi Abu Terbang sebagai Bahan Tambah untuk Campuran Beton yang umumnya ditambahkan pada semen sebagai bahan utama beton, maka penggunaan bahan tersebut harus berdasarkan hasil pengujian laboratorium yang menyatakan bahwa hasil kuat tekan yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan Gambar Rencana dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Dalam hal penggunaan bahan tambah dalam campuran beton, maka bahan tersebut ditambahkan pada saat pengadukan beton. Bahan tambahan ini hanya boleh digunakan untuk meningkatkan kinerja beton segar (fresh concrete).

3. Agregat 1) Sesuai dengan Spesifikasi Direktorat Jenderal Bina Marga, gradasi agregat kasar dan

halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 4.2.1.1.(1). :

Tabel 4.2.1 (1) Ketentuan Gradasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos Untuk Agregat

ASTM (mm) Halus Ukuran Agregat Kasar

< 37.5 mm < 25 mm < 19 mm < 12.5 mm

2” 50,8 - 100 - - - 1 1/2” 38,1 - 95 -100 100 - - 1” 25,4 - - 95 - 100 100 -

¾” 19 - 35 – 70 - 90 - 100 100 ½” 12,7 - - 25 - 60 - 90 - 100 3/8” 9,5 100 10 - 30 - 20 - 55 40 - 70 No.4 4,75 95 – 100 0 - 5 0 -10 0 - 10 0 - 15 No.8 2,36 80 – 100 - 0 - 5 0 - 5 0 - 5

Page 15: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 15 dari 15 Ver: 1.1.2011

No.16 1,18 50 – 85 - - - - No.50 0,300 10 – 30 - - - - No.100 0,150 2 – 10 - - - -

2) Agregat kasar harus dipilih sedemikian sehingga ukuran partikel terbesar tidak lebih

dari ¾ dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus dicor.

3) Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) atau berangkal (boulder), atau dari pengayakan dan pencucian (jika perlu) dari kerikil dan pasir sungai.

4) Agregat harus bebas dari bahan organik seperti yang ditunjukkan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 tentang Metode Pengujian Kotoran Organik dalam Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 4.2.1.1.(2) bila contoh-contoh diambil dan diuji sesuai dengan prosedur SNI / AASHTO yang berhubungan.

Tabel 4.2.1 (2) Sifat-sifat Agregat

Sifat-sifat

Metode Pengujian

Batas Maksimum yang diijinkan untuk Agregat

Halus Kasar

Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles pada 500 putaran

SNI 03-2417-1991 - 25 % : untuk ≥ K 400 40 % : untuk < K 400

Kekekalan Bentuk Batu terhadap Larutan Natrium Sulfat atau Magnesium Sulfat setelah 5 siklus

SNI 03-3407-1994

Natrium Sulfat : 10 % Magnesium Sulfat : 15 %

Natrium Sulfat : 12% Magnesium Sulfat : 18 %

Gumpalan Lempung dan Partikel yang Mudah Pecah

SNI 03-4141-1996 3 % 2 %

Bahan yang Lolos Ayakan No.200

SNI 03-4142-1996 3 % 1 %

4.2.2 Penetapan baja tulangan

Baja tulangan (reinforcing steel) harus sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, dan detailnya tertera pada Gambar Rencana. Baja tulangan sesuai dengan Gambar Rencana, harus dari baja polos atau berulir dengan mutu yang memenuhi persyaratan dalam Tabel 4.2.1.1.(3) berikut ini:

Tabel 4.2.2. (1) Tegangan Leleh Karakteristik Baja Tulangan

Mutu Sebutan Tegangan Leleh Karekteristik atau Tegangan Karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2 (kg/cm2)

U24 U32

Baja Lunak Baja Sedang

2.400 3.200

Page 16: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 16 dari 16 Ver: 1.1.2011

U39 U48

Baja Keras Baja Keras

3.900 4.800

Tulangan untuk jalur jalan kendaraan harus berupa anyaman baja berprofil/berulir sebagaimana tertera pada Gambar Rencana. Tulangan anyaman baja harus sesuai dengan persyaratan dari AASHTO M 55. Tulangan ini harus berupa lembaran-lambaran datar dan merupakan suatu jenis yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Batang Dowel harus berupa batang bulat polos, dan Tie Bar (Batang Pengikat) harus berupa batang-batang baja berulir sesuai dengan AASHTO M 31.

4.2.3 Penetapan bahan pengisi sambungan, membran kedap air dan bahan perawatan beton 1. Bahan penutup sambungan (joint sealer) dan bahan pengisi sambungan (joint filler)

1) Bahan penutup yang dituang untuk sambungan harus memenuhi ketentuan SNI 03-4814-1998.

2) Bahan pengisi yang dibentuk sebelumnya untuk sambungan harus memenuhi keten-tuan-ketentuan AASHTO M33, SNI 03-4432-1997, SNI 03-4815-1998, atau AASHTO M220, sebagaimana yang disebutkan dalam Gambar Rencana atau oleh Direksi Pe-kerjaan dan harus dilubangi untuk memberikan tempat untuk ruji jika disyaratkan dalam Gambar. Bahan pengisi untuk setiap sambungan harus dikerjakan dalam se-lembar tunggal untuk lebar dan kedalaman yang diperlukan untuk sambungan kecu-ali jika disetujui lain oleh Direksi Pekerjaan. Bilamana penggunaan lebih dari selem-bar disetujui untuk suatu sambungan, tepi-tepi lembaran harus diikat dengan rapat, dan dipasang dengan akurat terhadap bentuk, dengan cara distapler atau cara pen-gikat handal lainnya yang dapat diterima Direksi Pekerjaan.

2. Membran kedap air Membran atau sekat untuk lapisan tahan air di bawah perkerasan harus berupa lembaran Polyethylene dengan tebal 125 mikron. Membran kedap air diletakkan di bawah plat beton perkerasan di atas lapis pondasi bawah (lean concrete atau agregat). Bila diperlukan sambungan, maka harus dibuat overlaping sekurang-kurangnya harus 300 mm.

3. Bahan perawatan beton Bahan Perawatan Beton (Curing Compound) harus cairan berwarna putih (Liquid

Membrane-Forming Compounds for Curing Concrete – type 2 White Pigmented), yang memenuhi ketentuan AASHTO M 148 berikut, atau material lain yang disetujui Konsultan Pengawas.

Page 17: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 17 dari 17 Ver: 1.1.2011

4.3. Penetapan Rancangan Campuran Beton 4.3.1 Penetapan rancangan campuran awal

1. Persyaratan mutu beton 1). Proporsi Bahan Campuran Beton

Persetujuan untuk proporsi bahan pokok campuran akan didasarkan pada hasil percobaan campuran (trial mix) yang dibuat oleh Kontraktor sesuai ketentuan dalam Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Selambat-lambatnya 30 hari sebelum pekerjaan beton dimulai, Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan membuat dan menguji campuran percobaan sesuai dengan SNI 03-2834-2000, dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas, yang menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan. Campuran percobaan tersebut dapat diterima apabila memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran yang disyaratkan. Jumlah semen dalam setiap meter kubik beton padat tidak boleh kurang dari jumlah dalam percobaan campuran yang disetujui. Pemakaian semen yang terlalu tinggi tidak dikehendaki dan Kontraktor harus mendasarkan disain campurannya (mix design) pada campuran yang paling hemat yang memenuhi semua persyaratan. Berdasarkan ketentuan Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, berat semen yang disertakan dalam setiap meter kubik beton yang terpadatkan untuk perkerasan beton semen tidak boleh kurang dari 320 kg jika tanpa abu terbang, dan 310 kg jika dengan abu terbang sebanyak dari 30 sampai 49 kg/m3, dan 300 kg jika dengan abu terbang sebanyak dari 50 sampai 70 kg/m3. Tetapi dalam segala apapun tidak lebih dari 420 kg. Agregat kasar dan agregat halus harus sesuai dengan ketentuan Spesifikasi Struktur Beton. Untuk menentukan perbandingan agregat kasar dan agregat halus, proporsi agregat halus harus dibuat minimum. Akan tetapi, sekurang-kurangnya 40% agregat dalam campuran beton terhadap berat haruslah agregat halus yang didefinisikan sebagai agregat yang lolos ayakan 4,75 mm. Bila perbandingan yang tepat telah ditentukan dan disetujui, maka setiap perubahan terhadap perbandingan itu harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

Kontraktor boleh memilih agregat kasar sampai ukuran maksimum 40 mm, asal te-tap sesuai dengan alat yang digunakan dan kerataan permukaan tetap dapat dija-min. Bila menurut pendapatnya perlu, Konsultan Pengawas dapat meminta Kontrak-tor untuk mengubah ukuran agregat kasar. Perbandingan air dan semen untuk agre-gat kering didasarkan pada persyaratan kekuatan beton, tetapi tidak boleh lebih dari 0,40 berat total semen.

Plasticiser atau bahan aditiv pengurang air tidak boleh digunakan, kecuali ada ijin tertulis. Bahan aditiv campuran untuk mempercepat proses pengerasan dan yang mengandung Kalsium Klorida tidak boleh digunakan.

2) Kekuatan Beton Berdasarkan Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, ketentuan minimum

untuk kuat tekan dan kuat lentur pada umur 28 hari untuk Perkerasan Beton Semen diberikan dalam tabel berikut ini :

Page 18: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 18 dari 18 Ver: 1.1.2011

Tabel 4.3.1(1) Kekuatan Beton Minimum untuk Perkerasan Beton Semen

Uraian Syarat Kuat Tekan Syarat Kuat Lentur

Beton Percobaan Campuran K400(1) (fc’ 35) @ 28 hari K47 (fc’ 4) @ 28 hari

Perkerasan Beton Semen (pengendalian produksi)

K350(1) (fc’ 30) @ 28 hari K45 (fc’ 4) @ 28 hari

Metoda Pengujian SNI 03-1974-1990 SNI 03-4431-1997

Ukuran Benda Uji silinder dia. 150 mm balok 500x150x150 mm

Untuk kekuatan yang terjadi pada 7 hari, sementara disyaratkan 80% dari kuat lentur lapangan yang terjadi . Direksi Pekerjaan dapat, menurut pendapatnya, pada setiap saat sebelum atau selama operasi beton perkerasan, menaikkan atau menurunkan kekuatan minimum yang terjadi pada umur 7 hari. Kuat tekan rata-rata Lapis Pondasi Bawah Beton Kurus (Wet Lean Concrete) pada umur 28 hari dari produksi harian tidak boleh kurang dari K50 (fc’ 5 MPa). Percobaan campuran (trial mix) di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor, harus sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan margin dengan probabilitas nilai flexural strength hasil pengujian yang lebih rendah dari flexural strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu perseratus).

a) Silinder

b) Kubus

Page 19: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 19 dari 19 Ver: 1.1.2011

c) Alat Penekan Gambar 4.3.(1).

Peralatan untuk Pengujian Kuat Tekan Beton

Page 20: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 20 dari 20 Ver: 1.1.2011

Gambar 4.3.(2).

Penentuan Kuat Lentur Beton

3). Kemudahan Pengerjaan (Nilai Slump) Beton untuk perkerasan jalan beton harus merupakan jenis yang memiiki sifat kemudahan pengerjaan (workability) yang sesuai untuk mencapai pemadatan penuh dengan peralatan yang digunakan, dengan tanpa mengalir sehingga bentuknya setelah pembentukan stabil. Slump sebagaimana diukur dengan cara pengujian SNI 03-1972-1990 untuk acuan tetap (fixed form) harus antara 40 mm sampai 60 mm dan untuk acuan gelincir (slip form) harus antara 20 mm sampai 40 mm.

Gambar 4.3.(3)

Peralatan untuk Pengujian Slump Beton

Page 21: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 21 dari 21 Ver: 1.1.2011

2. Penetapan rancangan campuran awal Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh bahan yang hendak digunakan dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dalam Spesifikasi Struktur Beton, dan Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran (mix design) untuk masing-masing mutu beton yang akan digunakan sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai, lengkap dengan hasil pengujian bahan dan hasil pengujian percobaan campuran beton di laboratorium berdasarkan kuat tekan beton untuk umur 7 dan 28 hari, kecuali ditentukan untuk umur-umur yang lain oleh Direksi Pekerjaan. Proporsi bahan dan berat penakaran hasil perhitungan harus memenuhi kriteria teknis utama, yaitu kelecakan (workability), kekuatan (strength), dan keawetan (durability).

4.3.2 Percobaan Campuran (Trial Mix)

Sebelum dilakukan pengecoran, Kontraktor dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas harus membuat campuran percobaan menggunakan proporsi campuran hasil rancangan

campuran awal serta bahan yang diusulkan, dan menggunakan jenis instalasi dan peralatan yang sama seperti yang akan digunakan untuk pekerjaan (serta sudah memperhitungkan waktu pengangkutan dsb). Dalam kondisi beton segar, adukan beton harus memenuhi syarat kelecakan (nilai Slump) yang telah ditentukan. Pengujian kuat tekan beton umur 7 hari dari hasil campuran percobaan harus mencapai kekuatan minimum 80 % dari nilai kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan dalam rancangan campuran beton (mix design) umur 28 hari. Bilamana hasil pengujian beton berumur 7 hari dari campuran percobaan tidak menghasilkan kuat tekan beton yang disyaratkan, maka Kontraktor harus melakukan penyesuaian campuran dan mencari penyebab ketidaksesuaian tersebut, dengan meminta saran tenaga ahli yang kompeten di bidang beton untuk kemudian melakukan percobaan campuran kembali sampai dihasilkan kuat tekan beton di lapangan yang sesuai dengan persyaratan. Bilamana percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor boleh melakukan pekerjaan pencampuran beton sesuai dengan Formula Campuran Kerja (Job Mix Formula / JMF) hasil percobaan campuran.

4.3.3 Penetapan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix)

Bilamana percobaan campuran beton telah sesuai dan disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka Kontraktor boleh melakukan pekerjaan pencampuran beton sesuai

dengan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix Formula / JMF) hasil percobaan campuran.

4.4 Penerapan Ketentuan Sambungan-Sambungan (Joints) 4.4.1 Penerapan Ketentuan Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints) Berdasarkan studi AASHTO, sambungan memanjang perlu dibuat apabila lebar

plat sama atau lebih besar dari 4,50 m, dan dimaksudkan untuk mengakomodasi gerakan lenting dari plat beton akibat panas-dingin siang-malam hari.

Batang baja ulir (deformed bar) dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan harus diletakkan tegak lurus pada sambungan memanjang memakai alat mekanis (tie bar inserter), atau jika alat ini tidak dimungkinkan untuk digunakan, yaitu jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan mesin slipform beroperasi, maka dapat dipasang dengan besi penahan / dudukan (chair) atau penahan lainnya yang disetujui.

Page 22: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 22 dari 22 Ver: 1.1.2011

Untuk mencegah perubahan tempat/posisi besi penahan / dudukan (chair) harus diperkuat dengan dipantek besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi kokoh terhadap fondasi bawah atau tanah dasar yang sudah dipersiapkan. Batang pengikat (tie bar) tersebut tidak boleh dicat atau dilapisi aspal atau material lain atau dimasukkan tabung kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya. Bila tertera dalam Gambar Rencana dan bila lajur perkerasan yang berdekatan dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk membentuk "keyway" (takikan) sepanjang sambungan konstruksi. Tie bars, kecuali yang terbuat dari baja rel, dapat dibengkokkan dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang dilaksanakan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton lajur yang berdekatan dihamparkan, atau sebagai pengganti tie bars yang dibengkokkan dapat digunakan 2 batang tie bar yang disambung (two-piece connectors).

Sambungan acuan memanjang (longitudinal form joint) terdiri dari takikan/alur ke bawah memanjang pada permukaan jalan. Sambungan tersebut harus dibentuk dengan alat mekanis atau dibuat secara manual, dengan ukuran dan garis sesuai Gambar Rencana, sewaktu beton masih mudah dibentuk. Alur ini harus diisi dengan kepingan (filler) material yang telah tercetak (premolded) atau dicor (poured) dengan material penutup sesuai yang dipersyaratkan. (Lihat Gambar 4.4.(1).a.).

Sambungan memanjang tengah (longitudinal centre joint) harus dibuat sedemikian rupa sehingga ujungnya berhubungan dengan sambungan melintang (transversal joint), bila ada. Sambungan memanjang gergajian (longitudinal sawn joint) harus dibuat dengan pemotongan beton dengan gergaji beton yang disetujui sampai kedalaman, lebar dan garis sesuai Gambar Rencana. Untuk menjamin pemotongan sesuai dengan garis pada Gambar Rencana, harus digunakan alat bantu atau garis bantu yang memadai. Sambungan memanjang ini harus digergaji sebelum berakhirnya masa perawatan beton, atau segera sesudahnya sebelum peralatan atau kendaraan diperbolehkan memasuki perkerasan beton baru tersebut. Daerah yang akan digergaji harus dibersihkan dan sambungan harus segera diisi dengan material penutup (sealer) sesuai dengan yang dipersyaratkan. Pada sambungan memanjang gergajian, sebelum pengecoran harus dipasang crack inducer tepat di bawah rencana sambungan memanjang gergajian. Crack inducer ini dibuat dari kayu berpenampang segitiga sama sisi, dan kedudukannya harus dijamin tidak bergerak selama pengecoran beton, dan digunakan bila pengecoran perkerasan dilaksanakan sekaligus untuk semua lajur (dua atau tiga lajur sekaligus). (Lihat Gambar 4.4.(1).b.).

a) Dicor per lajur

Page 23: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 23 dari 23 Ver: 1.1.2011

. b) Dicor 2 lajur sekaligus.

Gambar 4. 4.(1)

Detail Sambungan Memanjang

Sambungan memanjang tipe sisip permanen (longitudinal permanent insert type joints) harus dibentuk dengan menempatkan lembaran plastik yang tidak akan bereaksi secara kimiawi dengan bahan kimia beton. Lebar lembaran ini harus cukup untuk membentuk bidang yang diperlemah dengan kedalaman sesuai Gambar Rencana. Sambungan dengan bentuk bidang lemah (weakened plane type joint) tidak perlu dipotong (digergaji). Ketebalan sisipan tidak boleh kurang dari 0,5 mm dan harus disisipkan memakai alat mekanis sehingga dijamin tetap berada pada posisi yang tepat. Ujung atas lembaran ini harus berada di bawah permukaan akhir (finished surface) perkerasan sesuai yang tertera pada Gambar Rencana. Kepingan sisipan ini tidak boleh rusak selama pemasangan atau karena pekerjaan finishing pada beton. Garis sambungan harus sejajar dengan garis sumbu (centre line) jalan dan jangan terlalu besar perbedaan kerataannya. Alat pemasangan mekanis harus menggetarkan beton selama kepingan itu disisipkan sedemikian rupa agar beton yang terganggu kembali rata sepanjang pinggiran kepingan tanpa menimbulkan segregasi.

4.4.2 Penerapan Ketentuan Sambungan Ekspansi Melintang (Transversal Expansion Joints) Sambungan ekspansi dimaksudkan untuk mengakomodasi gerakan muai susut plat perkerasan beton semen. Biasanya dibuat pada jarak 150 – 400 m panjang

perkerasan beton semen. Bahan pengisi (Filler) untuk sambungan ekspansi (Expansion Joint Filler) harus menerus

dari acuan ke acuan, dibentuk sampai tanah dasar (subgrade) dan sampai bertemu sambungan memanjang. Bahan pengisi sambungan pracetak (Preformed Joint Filler) harus disediakan dengan panjang yang sama dengan lebar jalan atau sama dengan lebar satu lajur. Bahan pengisi yang rusak atau yang sudah diperbaiki tidak boleh digunakan, kecuali bila disetujui Konsultan Pengawas.

Bahan pengisi sambungan ini harus ditempatkan pada posisi vertikal. Alat bantu atau pemegang yang disetujui harus digunakan untuk menjaga agar bahan pengisi tetap pada garis dan alinemen yang semestinya, selama penghamparan dan finishing beton.

Page 24: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 24 dari 24 Ver: 1.1.2011

Perubahan posisi akhir sambungan tidak boleh lebih dari 5 mm pada alinyemen horisontalnya menurut garis lurus. Bila bahan pengisi di pasang berupa bagian-bagian, maka di antara unit-unit yang berdekatan tidak boleh ada celah. Pada sambungan ekspansi itu tidak boleh ada sumbatan atau gumpalan beton.

Gambar 4.4.(2). Detail Sambungan Ekspansi Melintang

4.4.3 Penerapan Ketentuan Sambungan Kontraksi Melintang (Transversal Contraction Joints)

Sambungan kontraksi melintang dibuat pada jarak sekitar 5,0 m untuk perkerasan beton semen dengan sambungan tanpa tulangan, dan jarak 10 – 15 m untuk perkerasan beton semen dengan sambungan dengan tulangan, yang dimaksudkan untuk mengakomodasi gerakan susut dari plat beton semen pada waktu proses pengerasan beton berlangsung akibat dari terjadinya reaksi kimia antara semen dengan air. Sambungan ini terdiri dari bidang-bidang yang diperlemah dengan membuat takikan/alur dengan pemotongan permukaan perkerasan. Disamping itu bila tertera pada Gambar Rencana, juga harus mencakup pasangan alat transfer beban (load transfer assemblies).

1. Sambungan kontraksi kepingan melintang (Transverse strip contraction joints)

Sambungan ini harus dibentuk dengan memasang kepingan sebagaimana tertera pada Gambar Rencana.

2. Takikan/Alur (Formed grooves)

Takikan ini harus dibuat dengan menekankan alat ke dalam beton yang masih plastis. Alat tersebut harus tetap di tempat sekurang-kurangnya sampai beton mencapai pengerasan awal, dan kemudian harus dilepas tanpa merusak beton di dekatnya, kecuali bila alat itu memang dirancang untuk tetap terpasang pada sambungan.

3. Sambungan gergajian (Sawn contraction joints) Sambungan ini harus dibuat dengan membuat alur dengan gergaji pada permukaan perkerasan dengan lebar, kedalaman, jarak dan garis sesuai yang tercantum pada Gambar Rencana, dengan gergaji beton yang disetujui. Setelah sambungan digergaji, bekas gergajian dan permukaan beton yang berdekatan harus dibersihkan.

Page 25: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 25 dari 25 Ver: 1.1.2011

Penggergajian harus dilakukan secepatnya setelah beton cukup keras agar penggergajian tidak menimbulkan keretakan, dan jangan lebih dari 18 jam setelah pemadatan akhir beton. Sambungan harus dibuat/ dipotong sebelum terjadi retakan karena susut. Bila perlu, penggergajian dapat dilakukan pada waktu siang dan malam dalam cuaca apa pun.

Gambar 4.4.(3). Sambungan Kontraksi Melintang

Penggergajian harus ditangguhkan bila di dekat tempat sambungan ada retakan. Penggergajian harus dihentikan bila retakan terjadi di depan gergajian. Bila retakan sulit dicegah ketika dimulai penggergajian, maka pembuatan sambungan kontraksi harus dibuat dengan takikan/alur (formed grooves) sewaktu beton masih plastis sebagaimana dijelaskan dalam 4.4.3.4. Secara umum, penggergajian harus dilakukan berurutan.

4. Sambungan acuan kontraksi melintang (Tranversal Formed Contraction Joints) Sambungan ini harus sesuai dengan ketentuan Pasal 4.4.1. untuk sambungan acuan memanjang (longitudinal formed joints).

5. Sambungan konstruksi / sambungan pelaksanaan melintang (Transversal Construction Joints)

Sambungan ini harus dibuat bila pengecoran beton berhenti lebih dari 30 menit. Sambungan konstruksi melintang tidak boleh dibuat pada jarak kurang dari 3 m dari sambungan ekspansi, sambungan kontraksi, atau bidang yang diperlemah lainnya. Bila dalam waktu penghentian itu campuran beton tidak cukup untuk membuat perkerasan sepanjang minimum 3 m, maka kelebihan beton pada sambungan sebelumnya harus dipotong dan dibuang sesuai instruksi Konsultan Pengawas.

Page 26: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 26 dari 26 Ver: 1.1.2011

Gambar 4.4.(4). Detail Sambungan Pelaksanaan

6. Alat transfer beban (Load Transfer Devices), batang pengikat (Tie Bar) dan penutup

sambungan (Joint Sealant) 1) Alat transfer beban (Load Transfer Devices)

Bila digunakan dowel (batang baja polos), maka harus dipasang sejajar dengan permukaan dan garis sumbu perkerasan beton atau tepat di tengah ketebalan pelat dengan alat mekanis dowel bar inserter, atau jika tidak memungkinkan atau alat ini tidak dapat digunakan, dapat memakai besi pengikat/penahan/dudukan (chair) yang dibiarkan terpendam dalam perkerasan.

Gambar 4.4.(5). Konstruksi Dudukan/Kursi Dowel yang banyak dipakai di Indonesia

Untuk mencegah perubahan tempat/posisi besi penahan (chair) harus diperkuat dengan dipantek besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga dapat kokoh terhadap lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah dipersiapkan. Ujung dowel harus dipotong agar permukaannya rata. Ukuran bagian dowel yang harus dilapisi aspal atau gemuk (grease) harus sesuai yang tertera pada Gambar Rencana, agar bagian tersebut tidak lekat dengan beton. Penutup (selubung) dowel dari logam, yang disetujui Konsultan Pengawas, harus dipasang pada setiap batang dowel pada sambungan ekspansi. Penutup itu harus berukuran pas dengan dowel dan bagian ujung yang tertutup harus kedap air, dan cukup rongga untuk pemuaian sebagaimana tertera dalam Gambar Rencana.

2) Batang pengikat (tie bar) Batang pengikat (tie bar) harus terdiri dari baja ulir (deformed) dengan panjang, ukuran, dan jarak seperti yang ditentukan, dan harus diletakkan tegak lurus pada sambungan memanjang (longitudinal joints) memakai alat mekanis tie bar inserter, atau jika alat ini tidak dimungkinkan untuk digunakan sebagaimana dalam Pasal 4.4.1. dapat dipasang dengan besi penahan/dudukan (chair) atau penahan lainnya yang disetujui. Untuk mencegah perubahan tempat/posisi besi penahan (chair), harus diperkuat dengan cara dipantek dengan besi yang dibentuk sedemikian rupa sehingga kokoh terhadap lapis pondasi bawah atau tanah dasar yang sudah dipersiapkan.

Page 27: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 27 dari 27 Ver: 1.1.2011

Batang-batang pengikat (tie bars) tersebut tidak boleh dicat atau dilapisi aspal atau material lainnya atau dimasukkan tabung kecuali untuk keperluan pelebaran nantinya. Bila tertera dalam Gambar Rencana dan bila lajur perkerasan yang berdekatan dilaksanakan terpisah, acuan baja harus digunakan untuk membentuk "keyway" (takikan) sepanjang sambungan konstruksi. Tie bar, kecuali yang terbuat dari baja rel, dapat dibengkokkan dengan sudut tegak lurus acuan dari lajur yang dilaksanakan dan diluruskan kembali sampai posisi tertentu sebelum beton lajur yang berdekatan dihampar, atau sebagai pengganti tie bar yang dibengkokkan dapat digunakan 2 (dua) batang tie bar yang disambung (two-piece connector). Batang pengikat (Tie Bars) dapat juga menggunakan baut yang dibengkokkan (joint hook bolts) dengan persyaratan baut tersebut harus mempunyai diameter minimum 13 mm dan harus dilengkapi dengan mur penyambung (coupling) yang memadai.

3) Bahan penutup sambungan (Joint Sealant) Sambungan harus ditutup segera sesudah selesai proses perawatan (curing) beton dan sebelum jalan dibuka untuk lalu lintas, termasuk kendaraan Kontraktor, untuk mencegah air masuk melalui celah hasil penggergajian (saw cut) dan berkumpul di bawah pelat beton, yang akan berakibat terjadinya pumping, terutama untuk konstruksi perkerasan yang tidak menggunakan lapis pondasi bawah. Sebelum ditutup, setiap sambungan harus dibersihkan dari material yang tidak dikehendaki, termasuk bahan perawatan (membrane curing compound). Permukaan sambungan harus bersih dan kering ketika diisi dengan material penutup sehingga terjamin kelekatan yang baik. Material pengisi (joint sealer) yang digunakan pada setiap sambungan terdiri dari rubber asphalt, asphalt impregnated polyurethane, expandite plastics, dsb. harus sesuai dengan persyaratan yang tertera pada 4.2.3.1. Material penutup harus diaduk selama pemanasan untuk mencegah pemanasan yang berlebihan secara tidak merata. Waktu dituangkan, jangan sampai material ini tumpah pada permukaan beton yang terbuka. Kelebihan material pada permukaan beton harus segera dibersihkan. Penggunaan pasir atau material lain sebagai pelindung material penutup tidak diperbolehkan.

4.5 Penerapan Ketentuan Pengecoran dan Penghamparan Beton

4.5.1 Penerapan Ketentuan Pengangkutan dan Pengecoran Beton Peralatan Pencampur beton (Batching Plant) dan alat pengangkut beton (Truck Mixer atau Agitator Truck Mixer) harus sesuai dengan ketentuan mengenai peralatan dalam Spesifikasi Beton dari Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Kapasitas Batching Plant harus dapat memasok kebutuhan alat Slipform Concrete Paver agar dapat terus bergerak tanpa berhenti akibat kekurangan atau keterlambatan pemasokan beton. Untuk campuran beton dengan slump rendah dapat digunakan Dump Truck sebagai alat pengangkut campuran.

4.5.2. Penerapan Ketentuan Penghamparan, Pemadatan dan Finishing Permukaan Beton

1. Penghamparan dengan mesin penghampar jenis acuan bergerak (Slipform Paver).

Page 28: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 28 dari 28 Ver: 1.1.2011

Mesin penghampar jenis acuan bergerak (Slipform Paver) harus merupakan satu unit mesin yang mempunyai fungsi menghampar, meratakan, memadatkan dan membentuk perkerasan sekaligus memberi arah dan mengatur elevasi sesuai kebutuhan dalam sekali gerak maju. (Lihat Gambar 4.5.(1).). Mesin penghampar jenis acuan bergerak (Slipform Paver) harus mempunyai lebar minimum 4.0 m yang bertumpu pada 4 (empat ) roda kelabang (crawler track), dilengkapi sensor arah gerak (steering sensors), sensor elevasi (level control sensors) masing-masing di depan dan di belakang pada kedua sisi, dan sensor kelandaian – kemiringan (slope sensor), dimana seluruh sensor ini dikendalikan secara komputer (computerized control).

Gambar 4.5.(1) Prinsip kerja Mesin Penghampar Jenis Acuan Bergerak (Slipform Paver),

dan komponen-komponen tipikalnya.

Secara umum alat ini harus dilengkapi dengan : 1) auger yang dapat menyebarkan adukan beton secara merata ke seluruh bagian lebar

perkerasan; 2) screed yang mengatur masukan beton ke dalam mold (cetakan); 3) vibrator dengan jumlah cukup untuk menjamin keseragaman dan konsolidasi seluruh

campuran beton dan ditempatkan pada selebar mold dengan frekwensi 160 – 200 Hertz yang kedudukannya harus lentur agar tetap berfungsi walaupun harus menyentuh tulangan;

4) mold (slipform pan / finishing pan) pembentuk perkerasan harus terbuat dari baja berkualitas sangat tinggi dan bentuknya harus menjamin agar beton yang dibentuk tidak terseret dan menghasilkan beton yang padat;

5) super smoother / float pan finisher – penempa akhir yang menghaluskan – meratakan permukaan akhir perkerasan dan bergerak secara oskilasi;

6) tie bar inserter (penyisip tie bar) secara otomatis pada jarak tertentu menyisipkan tie bar pada sambungan memanjang;

7) dowel inserter (penyisip dowel) untuk menyisipkan dowel secara otomatis ke dalam perkerasan beton yang sedang dalam proses penyebaran pemadatan pada interval jarak yang diinginkan dan sejajar dengan arah pergerakan mesin.

Stringline yang berfungsi sebagai panduan utama untuk arah dan elevasi harus sudah terpasang sepanjang rencana produksi perkerasan. Stringline harus dipasang (setting)

Page 29: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 29 dari 29 Ver: 1.1.2011

pada kedudukan (elevasi dan posisi) yang sesuai untuk memberikan hasil akhir ketebalan, elevasi dan arah perkerasan, dan pemasangannya harus menggunakan alat ukur. Track – jalur kerja untuk roda kelabang alat (crawler track) harus sudah disiapkan sepanjang rencana produksi dan dengan permukaan yang rata, kokoh dan stabil untuk menopang alat. Jalur untuk roda ini tidak boleh ambles sehingga dijamin bahwa alat bergerak maju dengan stabil. Alat ini harus beroperasi tanpa boleh berhenti sebelum rencana produksi pada hari yang bersangkutan. Alat ini baru boleh mulai beroperasi bila campuran beton yang dipasok ke lapangan sudah cukup untuk menjamin alat ini tidak berhenti karena kekurangan atau keterlambatan pasokan. Kesinambungan penghamparan-pemadatan harus benar-benar dijaga secara terus menerus tanpa terhenti. Penghentian penghamparan-pemadatan hanya dibenarkan bila alat mendadak mogok atau karena sudah selesai produksi sesuai rencana produksi pada hari tersebut.

2. Penghamparan dengan mesin penghampar jenis acuan tetap (Fixform Finisher). Jika lokasi perkerasan sempit atau bentuknya tidak beraturan yang tidak memungkinkan

beroperasinya mesin Slipform Concrete Paver, maka dapat digunakan alat berikut ini dengan persetujuan Konsultan Pengawas: 1) Mesin Penghampar dan Penempa (Spreading and Finishing Machines)

Jenis mesin penghampar harus sedemikian rupa sehingga dapat memperkecil kemungkinan segregasi campuran beton. Alat penempa (finishing machines) harus dilengkapi dengan tranverse screeds yang dapat bergerak bolak-balik (oscillating type) atau alat lain yang serupa dengan ketentuan Pasal 4.5.2.1.

2) Vibrator (Penggetar) Vibrator, untuk menggetarkan seluruh lebar perkerasan beton, dapat berupa surface pan type atau internal type dengan tabung celup (immersed tube) atau multiple spuds. Vibrator dapat dipasang pada mesin penghampar atau alat penempa. Vibrator tidak boleh menyentuh sambungan, load transfer devices, subgrade dan acuan (form) samping. Frekuensi vibrator surface pan tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz), dan Frekuensi internal vibrator tidak boleh kurang dari 5000 impuls per menit (83 Hz) untuk vibrator tabung dan tidak kurang dari 7000 impuls per menit (117 Hz) untuk spud vibrator. Spud vibrator, dapat dipasang pada mesin penghampar (spreader) atau alat penempa (finishing), dengan frekuensi tidak boleh kurang dari 3500 impuls per menit (58 Hz). Sedangkan di lokasi dekat acuan dapat dioperasikan dengan tangan.

3) Acuan Acuan ini digunakan bilamana pekerjaan dengan mesin slipform tidak dimungkinkan, dan harus mendapatkan persetujuan lebih dahulu dari Konsultan Pengawas. Acuan lurus harus terbuat dari logam dengan ketebalan tidak kurang dari 5 mm dan harus disediakan dalam bentuk bagian-bagian dengan panjang tidak kurang dari 3 m. Acuan ini sekurang-kurangnya mempunyai kedalaman sama dengan ketebalan perkerasan jalan tanpa sambungan horisontal dan lebar dasar acuan tidak kurang dari kedalamannya. Acuan yang mudah disesuaikan atau lengkung dengan radius yang memadai harus digunakan untuk tikungan dengan radius 30,0 m atau kurang. Acuan yang mudah disesuaikan (fleksibel) atau lengkung harus dibuat sedemikian dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Page 30: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 30 dari 30 Ver: 1.1.2011

Acuan harus dilengkapi dengan sarana yang memadai untuk keperluan pemasangan sehingga bila telah terpasang acuan tersebut dapat menahan, tanpa adanya lentingan atau penurunan, segala benturan dan getaran dari alat penghampar dan penempa. Batang flens (flange braces) harus melebihi keluar dari dasar tidak kurang dari 2/3 tinggi acuan. Acuan yang permukaan atasnya miring, bengkok, terpuntir atau patah harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Acuan bekas yang diperbaiki tidak boleh digunakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh Konsultan Pengawas. Permukaan atas acuan tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm sepanjang 3 m dari suatu bidang datar sebenarnya dan bidang tegak tidak berbeda melebihi 6 mm. Acuan ini juga harus dilengkapi pengunci pada ujung-ujung bagian yang bersambungan. (1) Pemasangan acuan

Acuan harus dipasang di muka bagian perkerasan yang sedang dilaksanakan, agar mempermudah pelaksanaan dan persetujuan pekerjaan yang harus memperhatikan bentuk permukaan yang berdekatan. Acuan harus dipasang pada tempatnya dengan menggunakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) paku untuk setiap 3 m bagian panjang acuan. Patok (pin) ini harus diletakkan pada masing-masing sisi setiap sambungan. Acuan harus kokoh dan tidak goyah. Toleransi acuan dari garis yang sebenarnya tidak boleh lebih dari 5 mm. Acuan harus dibuat sedemikian rupa sehingga kokoh, tanpa terlihat adanya lentingan atau penurunan, terhadap benturan dan getaran dari peralatan pemadat dan penempa. Acuan harus bersih dan dilapisi pelumas sebelum beton dihamparkan.

Alinemen dan elevasi kelandaian acuan harus diperiksa dan bila perlu diperbaiki oleh Kontraktor segera sebelum beton dihamparkan. Bila acuan berubah posisinya atau kelandaiannya tidak stabil, maka harus dibetulkan dan diperiksa ulang.

(2) Penghamparan beton

Beton harus dihampar dengan ketebalan sedemikian rupa sehingga dihindari terjadinya pemindahan atau pengerjaan ulang. Truk mixer, truk pengaduk, atau alat angkut lainnya harus dilengkapi dengan alat penumpah beton agar tidak menimbulkan segregasi material. Beton harus diturunkan ke alat penghampar dan dihamparkan secara mekanis sedemikian rupa untuk mencegah segregasi. Penghamparan harus dilakukan secara kontinyu di antara sambungan melintang tanpa sekatan sementara. Bila penghamparan perlu dilakukan dengan tangan, harus memakai sekop. Pekerja tidak boleh menginjak hamparan beton memakai sepatu yang kotor.

Bila lajur yang dikerjakan bersambungan dengan lajur perkerasan yang telah selesai lebih dahulu, dan peralatan mekanis harus bekerja di atas lajur tersebut, kekuatan beton lajur itu harus sudah mencapai sekurang-kurangnya 90 % dari kekuatan lentur beton 28 hari. Jika hanya peralatan finishing yang melewati lajur existing, pekerjaan ini bisa dilakukan setelah umur betonnya mencapai 3 hari.

Beton harus dipadatkan secara merata, pada tepi dan sepanjang acuan, dan pada kedua sisi setiap sambungan, dengan menggunakan vibrator yang dibenamkan ke dalam beton. Vibrator tidak boleh menyentuh langsung perlengkapan sambungan atau sisi acuan. Vibrator tidak boleh digunakan lebih

Page 31: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 31 dari 31 Ver: 1.1.2011

dari 5 detik pada setiap titik penggetaran, dan masing-masing titik berjarak 25 – 30 cm.

(3) Penempatan baja tulangan

Beton harus dituangkan sedekat mungkin dengan sambungan kontraksi dan sambungan ekspansi tanpa merusaknya, tetapi tidak dituangkan langsung dari corong curah ke arah perlengkapan sambungan kecuali corong curah tersebut telah ditempatkan sedemikian rupa sehingga penumpahan beton tidak menggeser posisi sambungan. Setelah beton dituangkan, baja tulangan harus ditempatkan sesuai dengan bentuk penampang melintang yang tercantum pada Gambar Rencana. Bila beton dihamparkan dalam dua lapisan, lapisan bawah harus dihampar sehingga anyaman kawat baja atau bar mat dapat diletakkan di atas beton dengan tepat. Baja tulangan harus langsung diletakkan di atas hamparan beton tersebut sebelum lapisan atasnya dituangkan. Lapisan bawah beton yang sudah dituangkan lebih dari 30 menit tanpa diikuti penghamparan lapisan atas harus dibongkar dan diganti dengan beton baru atas biaya Kontraktor. Bila perkerasan beton dibuat langsung dalam satu lapisan, baja tulangan harus diletakkan sebelum beton dihamparkan, atau ditempatkan pada kedalaman sesuai ketentuan Gambar Rencana pada beton yang masih lembek. Pada sambungan antara anyaman kawat baja, kawat pertama dari anyaman itu harus terletak diatas anyaman yang sebelumnya, dengan bagian yang tumpang-tindih (overlap) tidak kurang dari 450 mm. Baja tulangan harus bersih dari kotoran, minyak, cat, lemak, dan karat yang akan mengganggu kelekatan baja dengan beton.

(4) Finishing

a. Finishing dengan Mesin Begitu dituangkan, beton harus segera disebarkan, dipadatkan dan diratakan dengan mesin finishing. Mesin harus melintasi setiap bagian permukaan jalan beberapa kali dengan interval yang semestinya untuk menciptakan kepadatan yang memadai dan permukaan yang rata. Bagian atas acuan harus tetap bersih dan gerakan mesin di atas acuan jangan sampai bergetar atau goyah sehingga mengganggu kecermatan pekerjaan finishing. Pada lintasan pertama mesin finishing, beton di depan screed harus dibuat rata pada keseluruhan jalur yang dikerjakan.

b. Finishing dengan Tangan Bila luas perkerasan beton relatif kecil atau bentuknya tidak beraturan, atau bila tempat kerja sangat terbatas untuk dilaksanakan dengan metode seperti yang ditentukan dalam butir 1) di atas, beton harus dihampar dan diratakan dengan tangan tanpa segregasi atau pemadatan awal. Beton yang akan dipadatkan dengan balok vibrator, harus ditekan sampai level tertentu sehingga setelah kandungan udara dibuang melalui pemadatan, permukaannya akan lebih tinggi dari pada acuan samping. Beton harus dipadatkan dengan balok pemadat dari baja atau dari kayu keras beralas baja dengan lebar tidak kurang dari 75 mm, tinggi tidak kurang dari 225 mm, dan daya penggerakannya tidak kurang dari 250 watt per meter lebar perkerasan

Page 32: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 32 dari 32 Ver: 1.1.2011

beton. Balok diangkat dan digerakkan maju sedikit demi sedikit dengan jarak tidak lebih dari lebar balok. Juga bisa dipakai pemadat vibrasi berbalok ganda dengan daya yang sama. Bila ketebalan beton melebihi 200 mm , atau bila diperintahkan oleh Konsultan Pengawas, untuk menyempurnakan pemadatan dapat dilakukan vibrasi internal tambahan pada seluruh lebar perkerasan. Setelah setiap 1,5 m panjang perkerasan beton dipadatkan, balok vibrasi harus mengulang lagi dengan perlahan-lahan pada permukaan yang sudah dipadatkan itu untuk menghaluskan permukaan. Permukaan jalan harus diukur kerataannya dengan paling sedikit 2 kali lintasan mal datar yang digeserkan, dengan panjang tidak kurang dari 1,8 m. Bila permukaan lapisan rusak karena mal-datar (straight-edge), karena permukaan tidak rata, balok vibrasi harus digunakan lagi, lalu diikuti dengan mal-datar lagi. Bila penghamparan perkerasan beton harus dilakukan dengan dua lapisan, lapisan pertama harus dihamparkan, dan dipadatkan sampai level tertentu sehingga baja tulangan setelah terpasang mempunyai tebal pelindung yang cukup. Segera setelah itu lapisan atas beton dituangkan dan difinishing.

(5). Pelepaan (Floating) Setelah ditempa dan dipadatkan (dikonsolidasi), beton harus diperhalus lagi dengan bantuan alat-alat lepa, dengan salah satu metoda berikut : a. Pelepa manual

Untuk ini dapat digunakan pelepa longitudinal dengan panjang tidak kurang dari 350 mm dan lebar tidak kurang dari 150 mm, dilengkapi dengan pengaku agar tidak melentur atau melengkung. Pelepa longitudinal dioperasikan dari atas jembatan yang dipasang merentangi kedua sisi acuan tapi tanpa menyentuh beton, digerakkan seperti gerakan mengergaji, sementara pelepa selalu sejajar dengan garis sumbu jalan (centre line), dan bergerak berangsur-angsur dari satu sisi perkerasan ke sisi lain. Gerakan maju sepanjang garis sumbu jalan harus berangsur-angsur dengan pergeseran tidak lebih dari setengah panjang pelepa. Kelebihan air atau cairan harus dibuang.

b. Pelepa dengan mesin

Pelepa mekanik harus dari jenis yang disetujui Konsultan Pengawas dan dalam keadaan dapat dioperasikan dengan baik. Pelepa harus disesuaikan dengan bentuk permukaan jalan yang dikehendaki dan dengan mesin finishing melintang (transverse finishing machine). Juga dapat digunakan mesin yang mempunyai pelepa pemotong dan pelepa penghalus yang dipasang pada dan dikendalikan melalui rangka yang kaku. Rangka ini dijalankan dengan alat beroda 4 (empat) atau lebih, yang bertumpu pada acuan samping. Bila perlu, setelah pelepaan dengan salah satu metode di atas, untuk menutup dan menghaluskan lubang-lubang pada permukaan beton dapat digunakan pelepa dengan batang pegangan yang panjang (bertangkai), dengan papan panjang tidak kurang dari 1,5 m dan lebar 150 mm. Pelepa ini tidak boleh digunakan pada seluruh permukaan beton sebagai pengganti atau pelengkap salah satu metode pelepaan di atas. Bila penempaan dan pemadatan dikerjakan tangan dan bentuk permukaan jalan tidak

Page 33: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 33 dari 33 Ver: 1.1.2011

memungkinkan digunakannya pelepa longitudinal, pelepaan permukaan dilakukan secara melintang dengan pelepa bertangkai. Setelah pelepaan air dan sisa beton yang ada di permukaan harus dibuang dari permukaan jalan dengan mal datar sepanjang 3,0 m atau lebih. Setiap geseran harus dilintasi lagi dengan ukuran setengah panjang mal datar.

(6) Memperbaiki Permukaan Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, sementara beton masih lembek, bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, diratakan, dipadatkan dan di-finishing lagi. Daerah yang menonjol/berlebih harus dipotong dan di-finishing lagi. Sambungan harus diperiksa kerataannya. Permukaan harus terus diperiksa dan diperbaiki sampai tak ada lagi perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan penampang melintang yang ditentukan.

(7) Membongkar Acuan Kecuali bila ditentukan lain, acuan tidak boleh dibongkar dari beton yang baru

dihamparkan sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar dengan hati-hati agar beton tidak rusak. Setelah dibongkar, bagian sisi plat beton harus dirawat (curing) sesuai dengan Pasal 4.5.2.8. Daerah rongga (honey comb) yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan ditambal dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2 agregat halus. Rongga (honey comb) yang besar dianggap sebagai kerusakan, harus dibongkar dan diganti. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 2,5 meter panjangnya atau kurang dari lebar seluruh lajur yang terkena pembongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran yang berdekatan dengan sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan diganti.

3. Membentuk Tepi

Pada saat beton mulai mengeras, tepi perkerasan beton di sepanjang acuan dan pada sambungan harus dirapihkan dengan alat khusus manual untuk membentuk permukaan lengkung yang halus dengan radius tertentu, yaitu bila tak ditentukan lain pada Gambar Rencana, adalah 12 mm.

4. Menguji Permukaan Segera setelah beton mengeras, permukaan jalan harus diuji memakai mal-datar

(straight-edges) 3,0 m. Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tapi tidak lebih dari 12,5 mm sepanjang 3,0, itu harus ditandai dan segera diturunkan dengan alat gerinda yang telah disetujui sampai bila diuji lagi, ketidakrataannya tidak lebih dari 3 mm. Bila penyimpangan dari penampang melintang yang sebenarnya lebih dari 12,5 mm, lapisan jalan harus dibongkar dan diganti oleh Kontraktor atas biaya sendiri.

Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3,0 m ataupun kurang dari lebar lajur yang kena bongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran pada perkerasan beton dekat sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m, harus ikut dibongkar dan diganti.

5. Membongkar Acuan

Kecuali bila ditentukan lain, acuan tidak boleh dibongkar dari beton yang baru dihamparkan sebelum mencapai waktu paling sedikit 12 jam. Acuan harus dibongkar

Page 34: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 34 dari 34 Ver: 1.1.2011

dengan hati-hati agar beton tidak rusak. Setelah dibongkar, bagian sisi plat beton harus dirawat (curing) sesuai dengan sub-Pasal 4.5.2.8.

Daerah rongga (honey comb) yang kecil harus dibersihkan, dibasahi dan ditambal dengan adukan semen kental dengan perbandingan 1 semen dan 2 agregat halus.

Rongga (honey comb) yang besar dianggap sebagai kerusakan, harus dibongkar dan diganti. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 2,5 meter panjangnya atau kurang dari lebar seluruh lajur yang terkena pembongkaran. Bagian yang tersisa dari pembongkaran yang berdekatan dengan sambungan yang panjangnya kurang dari 3,0 m harus ikut dibongkar dan diganti.

6. Penyelesaian Permukaan

Setelah sambungan dan tepian selesai, dan sebelum bahan perawatan (curing) digunakan, permukaan beton harus dikasarkan dengan disikat melintang garis sumbu (centre line) jalan.

Pengkasaran ini dapat dilakukan dengan cara brushing atau grooving. Cara brushing dilakukan dengan menggunakan sikat kawat selebar tidak kurang dari 450

mm, dan panjang kawat sikat dalam keadaan baru adalah 100 mm dengan masing-masing untaian terdiri dari 32 kawat. Sikat harus terdiri dari 2 baris untaian kawat, yang diatur berselang-seling sehingga jarak masing-masing pusat untaian maksimum 10 mm.

Sikat harus diganti bila bulu terpendek panjangnya sampai 90 mm. Kedalaman tekstur rata-rata tidak boleh kurang dari 1/16 in (1,5 mm).

Cara grooving dilakukan dengan menggunakan alat grooving manual atau mekanis, yang mempunyai batang-batang penggaruk setebal 3 mm dan masing-masing berjarak antara 15 sampai 20 mm, yang disetujui Konsultan Pengawas.

7. Gergaji Beton Bila ditentukan sambungan dibentuk dengan penggergajian (saw joints), Kontraktor harus

menyediakan peralatan gergaji dalam jumlah dan kapasitas yang memadai untuk membentuk sambungan, dengan mata gergaji bermata intan dan berpendingin air atau dengan abrasive wheel sesuai ukuran yang ditentukan.

Kontraktor harus menyediakan paling sedikit 1 gergaji yang selalu siap dioperasikan (standby). Kontraktor harus menyediakan cadangan pisau gergaji secukupnya, fasilitas penerangan untuk pekerjaan malam.

Peralatan ini harus selalu siap kerja, baik sebelum maupun selama pekerjaan perkerasan beton.

8. Perawatan (Curing) Beton Permukaan beton yang terbuka harus segera dilapisi perawat (curing compound) setelah

di-finishing dengan sikat, dengan menyemprotkan bahan perawat berupa cairan bahan kimia pada permukaan menggunakan penyemprot atau alat lain yang disetujui dengan banyaknya pemakaian 0,22 - 0,27 lt/m2 untuk penyemprotan mekanis, atau 0.27 - 0.36 lt/m2 untuk penyemprotan manual. Bahan ini tak boleh masuk ke alur pada alur-alur sambungan.

Cara perawatan lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan menutup seluruh permukaan beton dengan burlap atau karung goni yang selalu dibasahi dengan air yang berlangsung selama paling sedikit 7 hari. Bila gagal menyediakan bahan penutup dan air yang cukup untuk perawatan yang memadai dan memenuhi persyaratan lainnya dengan semestinya, maka pekerjaan beton harus dihentikan.

Page 35: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 35 dari 35 Ver: 1.1.2011

9. Perbaikan Retakan Semua retakan yang terjadi harus dibongkar sepanjang 2,5 meter selebar lajur. Bagian

tersisa yang kurang dari 2.5 meter harus ikut dibongkar dan diganti, kecuali retakan progresif yang menurut pendapat Konsultan Pengawas disebabkan oleh turunnya timbunan badan jalan.

10. Percobaan Penghamparan

Kontraktor harus menyediakan peralatan dan menunjukkan metode pelaksanaan pekerjaan dengan cara menghamparkan lapisan percobaan sepanjang tidak kurang dari 30 m di lokasi yang disediakan oleh Kontraktor di luar daerah kerja permanen. Percobaan tambahan mungkin akan diinstruksikan oleh Konsultan Pengawas, bila percobaan pertama dinilai tidak memuaskan.

Setelah percobaan pertama disetujui oleh Konsultan Pengawas, maka percobaan sepanjang minimum 150 m tapi tidak lebih dari 300 m harus dilakukan di daerah kerja permanen. Percobaan ini harus menunjukkan seluruh aspek pekerjaan dan harus mencakup setiap tipe sambungan yang digunakan dalam pekerjaan.

Kontraktor harus menyampaikan kepada Konsultan Pengawas, paling lambat satu bulan sebelum tanggal pelaksanaan percobaan pertama, uraian terinci mengenai instalasi, peralatan dan metode pelaksanaan pekerjaan. Pembangunan instalasi tidak boleh dilakukan selama percobaan.

Kontraktor tidak boleh melanjutkan menghamparkan perkerasan beton sebagai pekerjaan permanen sebelum ada persetujuan terhadap hasil percobaan.

Agar pekerjaan "percobaan lanjutan" disetujui, hasil pekerjaan tersebut harus sesuai dengan Spesifikasi tanpa ada pekerjaan perbaikan.

Bila hasil "percobaan lanjutan" tidak sesuai dengan Spesifikasi, Kontraktor harus menyiapkan lokasi percobaan lanjutan yang lain. Panjang jalan "percobaan lanjutan" yang tidak sesuai dengan Spesifikasi harus dibongkar.

11. Perlindungan Perkerasan Baru dan Pembukaan Terhadap Lalu Lintas

Kontraktor harus melindungi perkerasan dan perlengkapannya dari lalu lintas umum dan lalu lintas proyek. Hal ini meliputi penyediaan tenaga pengatur lalu lintas, dan pemasangan dan pemeliharaan rambu-rambu dan lampu, jembatan, atau jalan sementara / jalan pengalih, dan lain-lain.

Kerusakan pada perkerasan, yang terjadi sebelum ada persetujuan akhir, harus diperbaiki atau harus diganti, sebagaimana petunjuk Konsultan Pengawas.

Konsultan Pengawas akan menentukan kapan perkerasan bisa dibuka untuk lalu lintas. Berdasarkan ketentuan Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina Marga, jalan tidak boleh dibuka untuk lalu lintas sebelum hasil test terhadap sampel yang dicetak dan dilapisi bahan perawatan menurut AASHTO T 23 mencapai kekuatan lentur minimum tidak kurang dari 90% kekuatan lentur minimum 45 kg/cm2 umur 28 hari, bila diuji dengan third point methode. Bila tidak ada pengujian, perkerasan tak boleh dibuka untuk lalu lintas sebelum 14 hari dari saat beton dihamparkan.

Sebelum lalu lintas dibuka, perkerasan harus dibersihkan dan penutup (sealing) sambungan sudah sempurna.

12. Pengukuran dan Pembayaran Hasil Kerja 1). Metode Pengukuran

Page 36: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 36 dari 36 Ver: 1.1.2011

Jumlah yang akan dibayar dengan mata pembayaran tersebut di bawah ini adalah jumlah meter persegi perkerasan beton yang telah selesai dan disetujui pada pekerjaan permanen. Lebar yang diukur adalah lebar perkerasan yang tertera pada penampang melintang rencana, daerah-daerah tambahan seperti jalur ramp dan toll plaza, atau sebagaimana petunjuk tertulis Konsultan Pengawas. Panjang akan diukur oleh Konsultan Pengawas, yaitu sepanjang garis sumbu setiap badan jalan. Sambungan dan baja tulangan yang diperlukan dalam pekerjaan dari Pasal ini tidak akan diukur untuk pembayaran tersendiri. Perkerasan hasil percobaan penghamparan yang dilaksanakan di luar daerah pekerjaan permanen tak akan diukur untuk pembayaran tersendiri.

2) Dasar Pembayaran Jumlah perkerasan beton hasil pengukuran tersebut di atas akan dibayar menurut Harga Satuan Kontrak per meter persegi. Harga dan pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan dan penempatan material, termasuk beton, baja tulangan, acuan, chair, dowel, tie bar, dan material sambungan, penghamparan percobaan, pengambilan core untuk penentuan harga; dan seluruh material, tenaga kerja, peralatan dan kebutuhan insidental yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan menurut Gambar Rencana. Untuk perkerasan yang ketebalannya kurang dengan kekurangan-ketebalan lebih dari 5 mm, tapi tidak lebih dari 25 mm, akan dibayar menurut Harga Satuan yang disesuaikan, seperti ditentukan di bawah ini. Tidak ada pembayaran tambahan untuk jalan yang ketebalan rata-ratanya melebihi ketebalan yang tertera dalam Gambar Rencana. Bila ketebalan rata-rata perkerasan kurang dengan kekurangan-ketebalan lebih dari 5 mm, tidak lebih dari 25 mm, pembayaran didasarkan pada harga yang telah disesuaikan sebagaimana terlihat dalam Tabel 4.5.2(1).

Tabel 4.5.2.(1) Penyesuaian Harga Satuan Kontrak akibat kekurangan ketebalan

Kekurangan-ketebalan berdasarkan hasil core

Prosentase Harga Satuan Kontrak yang dibayarkan

0 - 5 mm 6 - 8 mm 9 - 10 mm 11 - 12 mm 13 - 19 mm 20 - 25 mm

100 % 80 % 72 % 68 % 57 % 50 %

Bila kekurangan-ketebalan perkerasan lebih dari 25 mm dan Konsultan Pengawas menentukan daerah itu tidak perlu dibongkar dan diganti, maka untuk daerah tersebut tidak akan dibayar. Bila kekuatan perkerasan beton tidak sesuai dengan ketentuan, tetapi persyaratan lain sudah sesuai, Konsultan Pengawas mungkin akan menyetujui perkerasan beton itu, bila nilai rata-rata dari empat hasil test yang berurutan tidak kurang dari 80% kekuatan minimum yang ditentukan, dan akan diatur dengan penyesuaian harga sebagai berikut: Untuk setiap 1% atau kurang dari kekurangan-kekuatan beton (concrete strength deficiency), yang dihitung dengan rumus di bawah ini:

Page 37: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 37 dari 37 Ver: 1.1.2011

100% - Kekuatan sebenarnya (aktual) x 100% 45

maka perkerasan beton yang demikian itu akan dibayar dengan pengurangan sebesar 2% dari Harga Satuan Kontrak. Bila nilai rata-rata dari empat hasil test kurang dari 80 %, harus dibongkar dan diganti.

Nomor dan Nama Mata Pembayaran *) Satuan Pengukuran

9.08 (1) Perkerasan Beton (t = .... cm) meter persegi

9.08 (2) Perkerasan Beton (t = .... cm), Double Wire Mesh meter persegi

9.08 (3) Perkerasan Beton (t = .... cm), Single Wire Mesh meter persegi

*) sebagai contoh

4.5.3 Penerapan ketentuan toleransi dimensi 1. Toleransi Dimensi (Elevasi dan Kerataan Permukaan).

Toleransi-toleransi untuk perkerasan jalan beton harus dimonitor oleh Kontraktor di bawah pengawasan Konsultan Pengawas. Pada umumnya hal ini harus dilakukan dengan pengukuran ketinggian (levelling) dan penggunaan “Crown template dan straight edge” berukuran panjang 3 meter. Pemeriksaan ketinggian untuk menetapkan ketebalan plat (slab) harus diadakan dengan jarak antara maksimum 10 meter dari poros ke poros.

Tabel 4.5.3(1)

Variasi yang diperkenankan dari Plat Perkerasan jalan Beton

Pemeriksaan

Plat beton perkerasan sebagai Surface Course (lapis permukaan)

Plat beton perkerasan sebagai Base Course (lapis pondasi atas)

Ketebalan + 6 mm - 0 mm

+ 10 mm - 0 mm

Dari Ketinggian rencana + 10 mm - 5 mm

± 15 mm - 5 mm

Diukur dengan straight- edge panjang 3 m

± 4 mm ± 6 mm

Camber ± 6 mm ± 10 mm

% Kelandaian dalam 30 m 0,1 0,1

2. Toleransi ketebalan perkerasan. Ketebalan perkerasan akan ditentukan dengan metoda "average caliper measurement of cores" diuji menurut AASHTO T 148. Untuk menentukan penyesuaian harga satuan perkerasan, bagian perkerasan yang dianggap sebagai satu kesatuan yang terpisah adalah perkerasan sepanjang 300 m pada setiap lajur lalu lintas, diukur dari ujung perkerasan dimulai dari station kecil (sesuai

Page 38: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 38 dari 38 Ver: 1.1.2011

stationing jalannya). Bagian yang terakhir dalam setiap lajur adalah sepanjang 300 m ditambah sisanya yang kurang dari 300 m. Dari setiap bagian ini, akan diambil contoh berupa core drill secara random oleh Konsultan Pengawas. Bila pengukuran core dari suatu bagian ternyata kekurangan-ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka pembayarannya dilakukan secara penuh. Jika kekurangan-ketebalannya lebih dari 5 mm tapi tidak lebih dari 25 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka akan diambil dua core lagi pada interval tidak kurang dari 90 m, dan dipakai untuk menentukan tebal rata-rata bagian tersebut. Penyesuaian harga satuan ditentukan dalam butir 4.5.2.b). Daerah-daerah lain seperti persimpangan, jalan masuk, penyeberangan, jalur ramp, toll plaza, dan lain-lain digolongkan sebagai satu bagian, dan ketebalan setiap unit akan diukur tersendiri. Daerah yang tidak beraturan dari suatu bagian dapat dianggap termasuk ke dalam bagian lain. Dalam hal ini Konsultan Pengawas dapat memilih satu core untuk setiap 1000 m2 jalan, atau bagian dari itu, dalam setiap bagian. Bila kekurangan-ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari yang ditentukan, maka akan dibayar secara penuh. Bila kekurangan-ketebalannya lebih dari 5 mm tapi tidak lebih dari 25 mm, akan diambil lagi dua core dari bagian tersebut, dan ditentukanlah ketebalan rata-rata dari ketiga core itu. Bila tebal rata-rata itu kekurangan-ketebalannya tidak lebih dari 5 mm dari ketebalan yang ditentukan, maka akan dibayar penuh. Bila kekurangan-ketebalannya lebih dari 5 mm tetapi tidak lebih dari 25 mm, harga satuan yang disesuaikan sebagaimana ditentukan dalam sub-Pasal 4.5.2.b) akan dibayarkan untuk bagian perkerasan tersebut. Dalam menghitung ketebalan rata-rata perkerasan, tebal perkerasan yang melebihi ketebalan yang disyaratkan lebih dari 5 mm digolongkan sebagai ketebalan yang ditentukan plus 5 mm, sedangkan yang kurang dari ketebalan yang ditentukan lebih dari 25 mm tidak akan dipakai dalam menentukan tebal rata-rata. Bila kekurangan-ketebalan core lebih dari 25 mm dari ketebalan yang ditentukan, ketebalan sesungguhnya pada daerah ini akan ditentukan dengan mengambil lagi beberapa core dengan interval tidak kurang dari 3,0 m sejajar dengan garis sumbu jalan pada setiap arah, sampai ditemukan core yang penyimpangannya tidak lebih dari 25 mm. Daerah yang kekurangan ketebalannya lebih dari 25 mm akan dievaluasi oleh Konsultan Pengawas, dan bila menurutnya perlu dibongkar, daerah tersebut harus dibongkar dan diganti dengan beton dengan tebal seperti yang tertera dalam Gambar Rencana. Core yang diambil dengan maksud untuk penelitian di atas tidak akan digunakan dalam menghitung tebal rata-rata untuk menentukan penyesuaian Harga Satuan.

Page 39: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 39 dari 39 Ver: 1.1.2011

Gambar 4.5.(1)

Core Drill sebagai Salah Satu Metode Pengujian Quality Control

4.5.4 Penerapan Ketentuan Dokumentasi Pelaksanaan Sebelum memulai suatu pekerjaan, Kontraktor harus mengajukan permohonan ijin untuk memulai pekerjaan kepada Direksi Teknik dengan mengajukan informasi rinci mengenai jenis pekerjaan yang akan dikerjakannya, meliputi:

1. Jenis Pekerjaan 2. Nomor Mata Pembayaran 3. Nama Mata Pembayaran 4. Volume / Kuantitas Pekerjaan dan Lokasi Pekerjaan 5. Gambar Rencana / Gambar kerja yang terkait 6. Jenis dan Jumlah personil yang akan ditugaskan 7. Jenis dan kuantitas peralatan yang akan digunakan 8. Jenis dan kuantitas material yang akan dipakai.

Pembuatan catatan pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan mengikuti formulir-formulir standar yang disetujui dan ditetapkan Pemberi Tugas, yang biasanya berisi informasi mengenai: 1. Jenis Pekerjaan 2. Nomor Mata Pembayaran 3. Nama Mata Pembayaran 4. Tanggal pelaksanaan pekerjaan 5. Lokasi pekerjaan 6. Jenis Bagian / Komponen Pekerjaan 7. Tanggal dan jam kedatangan material 8. Tanggal dan jam penggunaan 9. Rincian hasil pengukuran (panjang, lebar, tinggi dan volume) 10. Keterangan lainnya (besi tulangan, dsb.). 11. Masalah yang timbul dan pemecahannya

4.5.5 Wet Lean Concrete

Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, peralatan, material; dan pelaksanaan semua pekerjaan yang berkaitan dengan pembuatan lapisan perata (leveling course) dan pekerjaan pelebaran perkerasan dengan wet lean concrete, termasuk persiapan lapisan alas, pengangkutan dan penyiapan agregat, pencampuran, pengadukan, pengangkutan,

Page 40: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 40 dari 40 Ver: 1.1.2011

penuangan, pemadatan, finishing, pengawetan, pemeliharaan dan pekerjaan insidental lainnya yang berkaitan.

1. Lapisan Perata (Leveling)

Bila wet lean concrete ini ditentukan untuk lapis perata (leveling course), maka sebelum dilaksanakan, permukaan dasar harus bersih dari kotoran, lumpur, batu lepas, atau bahan asing lainnya. Wet ean concrete diperiksa kepadatannya, kerataan finishing dan permukaannya oleh Konsultan Pengawas. Daerah yang tidak memenuhi ketentuan Spesifikasi harus dibongkar, diperbaiki atau direkonstruksi sebagaimana perintah Konsultan Pengawas. Tidak ada pembayaran langsung untuk pekerjaan pembongkaran, perbaikan, atau rekonstruksi ini, karena merupakan tanggung jawab Kontraktor.

2. Lapis Pondasi Bawah (Subbase) dan Lapisan Alas Pasir (Sand Bedding) Pelebaran

Bila wet lean concrete ditentukan untuk pekerjaan pelebaran jalan, maka lean concrete itu harus diletakkan di atas dasar yang sudah rata terdiri pasir alam setebal 4 cm. Pasir alam yang tertahan (tidak lolos) saringan No. 200 dan yang fraksi halusnya non-plastis, dapat digunakan, dengan tetap mengacu kepada persyaratan material filter, D15/D85 < 5. Pasir dengan kadar air yang memadai dihamparkan di atas subgrade dan diratakan. Alas yang sudah rata ini harus dapat dipadatkan dengan roller yang paling besar yang dapat dipakai. Sebelum pengerjaan wet lean concrete, alas pasir harus dibasahi dengan air.

3. Material Agregat, semen dan air harus memenuhi ketentuan minimal beton kelas E (fc’ 10 Mpa pada Spesifikasi Struktur Beton. Ukuran maksimum agregat harus dipilih oleh Kontraktor dan disesuaikan dengan kebutuhan pemakaian wet lean concrete, dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas.

4. Perbandingan Campuran Perbandingan jumlah semen dan agregat dalam kondisi permukaan kering jenuh (saturated surface dry condition) harus memadai untuk memenuhi ketentuan kuat tekan beton menurut Pasal ini, dan untuk menjaga konsistensi campuran. Perbandingan itu tidak boleh kurang dari 1 : 2 : 4.

5. Cetakan (acuan) Wet lean concrete untuk levelling course harus dituang dalam cetakan baja atau

kayu secara cut-off screeding, dengan landai dan elevasi tertentu. 6. Sambungan Sambungan memanjang harus berjarak sekurang-kurangnya 20 cm dari

sambungan memanjang perkerasan beton yang akan dihampar di atasnya. Sambungan konstruksi (pelaksanaan) melintang harus dibuat pada akhir setiap pekerjaan pada hari itu, dan harus membentuk permukaan vertikal melintang yang benar.

7. Pencampuran, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan Wet lean concrete harus dicampur, diangkut, dituang, disebar dan dipadatkan

menurut ketentuan dalam Spesifikasi Struktur Beton. 8. Finishing

Page 41: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 41 dari 41 Ver: 1.1.2011

Setelah pemadatan dan diratakan sampai bidang dan elevasi yang benar, lean concrete harus dilepa (floating) sampai permukaan rata dan tak ada permukaan yang lebih rendah atau pun tekstur yang terbuka. Uji kerataan permukaan dilakukan paling sedikit dua kali geseran mal datar (straight-edge).

9. Perawatan beton (Curing)

Wet lean concrete harus segera dirawat, setelah finishing selesai, untuk jangka waktu tidak kurang dari 7 hari. Perawatan untuk permukaan harus dilakukan dengan salah satu metoda berikut : 1) Dilapisi penutup sampai lapisan perkerasan berikutnya dihamparkan dengan

lembaran plastik kedap air, dijaga agar tidak lepas dari permukaan, dan dengan sambungan yang saling menindih (overlap) sekurang-kurangnya 300 mm dan dijaga sedemikian rupa untuk mencegah penguapan.

2) Seluruh permukaan disemprot merata dengan bahan white pigmented curing compound.

3) Seluruh permukaan disemprot air secara kontinyu, dan kondisi kelembaban dijaga agar tetap selama masa perawatan.

10. Pengujian Kekuatan Untuk ini harus disediakan silinder test kuat tekan beton (compressive strength),

dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, yang dibuat dari beton material wet lean concrete yang diambil di lapangan. Satu silinder mewakili 50 m wet lean concrete yang dihamparkan, dan tidak kurang dari tiga silinder harus dibuat setiap hari.

11. Ketentuan kuat pecah beton (crushing strength) Kuat pecah beton rata-rata pada umur 7 hari dari setiap kelompok (group)

contoh (spesimen) yang diambil pada setiap pelaksanaan pekerjaan tidak boleh kurang dari 30 kg/cm².

Bila rata-rata kuat pecah beton pada lebih dari satu kelompok di antara lima kelompok yang berurutan ternyata kurang 30 kg/cm², maka kadar semen harus ditambah sesuai dengan persetujuan Konsultan Pengawas, sampai hasilnya menunjukkan bahwa campuran tersebut memenuhi persyaratan.

12. Penolakan Pekerjaan

Sepanjang persyaratan-persyaratan campuran beton diikuti, nilai kuat tekan beton yang rendah belum tentu menyebabkan hasil pekerjaan ditolak, dengan ketentuan :

1) Kekuatan tekan beton 90 % 2) Konsultan Pengawas akan menentukan daerah yang keropos, segregasi, cacat

atau rusak, serta daerah yang tidak memenuhi ketentuan kerataan permukaan. Material tersebut harus dibongkar sampai seluruh ketebalan lapisan, dan diganti dengan material campuran yang baru sesuai dengan Spesifikasi. Pembongkaran harus dilakukan dalam bentuk segi empat dengan sisi-sisi sejajar dan tegak lurus sumbu jalan, dan potongan ke bawah harus tegak dengan tepi bongkaran minimum berjarak 30 cm dari tepi kerusakan.

3) Perbaikan dengan cara penambalan permukaan tidak boleh dilakukan.

Page 42: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 42 dari 42 Ver: 1.1.2011

13. Kerataan Permukaan Wet lean concrete harus dibentuk dan diselesaikan sesuai dengan garis, landai

dan penampang permukaan seperti tertera pada Gambar Rencana. Penyimpangan pada permukaan yang sudah selesai tidak boleh lebih dari 3 cm dari elevasi yang direncanakan. Penyimpangan permukaan ini juga, tidak boleh lebih dari 1 cm pada mal datar (straight edge) 3 m ketika diterapkan sejajar dengan dan tegak lurus dari garis sumbu (centre line) badan jalan.

Mal datar harus dipergunakan dengan cara overlap ½ dari panjangnya. Total toleransi kerataan untuk lapisan perata (levelling course) antara dua titik dalam jarak 20 m, tidak boleh lebih dari 1,5 cm.

14. Pemeliharaan Peralatan atau pun kendaraan lalu lintas, termasuk kendaraan untuk keperluan

pelaksanaan, tidak boleh memasuki permukaan yang sudah selesai, selama 7 hari pertama masa perawatan.

Setelah masa perawatan, peralatan dan kendaraan yang diperlukan untuk meneruskan pekerjaan diperbolehkan memasuki daerah wet lean concrete.

Wet lean concrete harus dijaga agar tidak retak pada waktu penghamparan lapisan berikutnya. Kerusakan lean concrete akibat apa pun harus diperbaiki dengan mengganti lapisan pada daerah itu.

15. Metode Pengukuran

Jumlah wet lean concrete untuk lapis pondasi bawah, pelebaran dan lapis perata (levelling course) akan dibayar berdasarkan jumlah luas masing-masing dalam satuan meter persegi, yang telah diselesaikan dan disetujui sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi dan petunjuk Konsultan Pengawas. Penyimpangan terhadap ketebalan yang direncanakan untuk pekerjaan lapis pondasi bawah dan pelebaran dilakukan pembayaran sebagai berikut : Lebih besar dari tebal rencana dan 0 – 5 mm kurang dari tebal rencana, dibayar 100%, 1) 5 – 10 mm kurang dari tebal rencana, dibayar 90 %, 2) 10 – 20 mm kurang dari tebal rencana, dibayar 50 %, 3) 20 mm kurang dari tebal rencana, dibayar 0 %. Alas pasir akan dibayar berdasarkan jumlah meter persegi lapisan alas yang

sudah selesai dan disetujui. Untuk penambahan kandungan semen atau untuk kelebihan ketebalan lapisan dari ketebalan minimum tidak ada tambahan pembayaran.

16. Dasar Pembayaran Jumlah wet lean concrete untuk lapis pondasi bawah dan pelebaran jalan, yang

telah ditentukan di atas, akan dibayar menurut Harga Kontrak untuk masing-masing butir pembayaran di bawah ini, sesudah dikurangi pengurangan pembayaran sehubungan dengan kekurangan terhadap kekuatan dan ketebalan. Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan seluruh tenaga kerja, peralatan dan material yang diperlukan, termasuk pembuatan lapisan alas, alas pasir, pencampuran, persiapan, pengangkutan, penghamparan, pemadatan, finishing, pengawetan, pemeliharaan dan pekerjaan lain yang diperlukan, sesuai dengan Gambar Rencana, Spesifikasi dan petunjuk Konsultan Pengawas.

Page 43: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 43 dari 43 Ver: 1.1.2011

Nomor dan Nama Mata Pembayaran *) Satuan Pengukuran

9.09 (1)

9.09 (2)

Wet Lean Concrete (t = …. cm)

Sand Bedding (t = 6 cm)

meter per-segi

meter persegi

*) sebagai contoh

Page 44: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 44 dari 44 Ver: 1.1.2011

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK

PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1 Sumber Daya Manusia

Yang dimaksud dengan Sumber Daya Manusia di dalam pelatihan ini adalah Pelatih (Instruktur), Penilai, dan Teman Kerja / Sesama Peserta Pelatihan. Interaksi dari Pelatih, Penilai, Teman Kerja / Sesama Peserta Pelatihan dimaksud diharapkan dapat menjadi pendorong suksesnya penyelenggaraan pelatihan, dalam arti hasil akhir dari pelatihan adalah peserta pelatihan dapat menyerap secara maksimal seluruh materi yang disampaikan oleh Pelatih, yang dibuktikan dengan hasil penilaian (ujian) yang dapat dicapai oleh masing-masing peserta menunjukkan predikat baik atau bahkan amat baik. Bagi peserta pelatihan yang nilai ujiannya mencapai passing grade kelulusan, ia akan mendapatkan Sertifikat Lulus Pelatihan, dan selanjutnya ia mempunyai hak untuk mengikuti ujian kompetensi yang penyelenggaraannya di luar pelatihan ini. Sedangkan bagi peserta pelatihan yang nilai ujiannya di bawah passing grade, ia tidak akan mendapatkan Sertifikat Lulus Pelatihan, akan tetapi ia akan mendapatkan Sertifikat Keikutsertaan Dalam Pelatihan. Konsekwensi dari “tidak lulus” adalah bahwa ia harus ikut ujian lagi yang waktunya akan ditentukan oleh Penyelenggara Pelatihan, dan sebelum memiliki Sertifikat Lulus Pelatihan ia belum boleh mengikuti Ujian Kompetensi. Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang Sumber Daya Manusia : 5.1.1 Pelatih (Instruktur)

1. Kualifikasi Pelatih 1) Pelatih (Instruktur) minimal berijazah S1 Teknik Sipil dengan pengalaman kerja

di bidang Pelaksanaan Jalan minimum 5 tahun, atau S2 Bidang Jalan Raya dengan pengalaman kerja di bidang Pelaksanaan Jalan minimum 3 tahun.

2) Harus mampu mengajar, dibuktikan dengan sertifikat TOT (Training of Trainer) atau pengalaman mengajar di pelatihan-pelatihan bidang jalan.

3) Menguasai substansi teknis yang diajarkan secara mendalam. 4) Konsisten mengacu pada SKKNI Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan

Jalan Beton. 5) Pembelajaran materi pelatihan untuk pencapaian unit kompetensi disertai

dengan inovasi dan improvisasi yang relevan dengan metodologi yang tepat. 2. Peran Pelatih

Pelatih (instruktur) dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran pelatih adalah untuk : 1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar. 2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap

belajar. 3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktik baru dan untuk

menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar. 4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain

yang diperlukan untuk belajar. 5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan. 6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.

Page 45: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 45 dari 45 Ver: 1.1.2011

3. Kurikulum Pelatihan Kode Unit : SPL.KS21.223.00 Judul Unit : Menerapkan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan

Jalan Beton Deskripsi Unit

: Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk mampu menerapkan Spesifikasi Teknik untuk pelaksanaan perkerasan jalan beton.

No. Unit / Elemen Kompetensi

Kurikulum / Silabus Jam Pelajaran (JPL)

Teori Praktek Jumlah

1. Menerapkan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton

Judul Materi Pelatihan: Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton

4,00 - 4.00

Pengertian Umum 0,22 - 0,22

1.1 Menetapkan bahan/material yang akan digunakan untuk membuat perkerasan jalan beton.

Penetapan Bahan Perkerasan Beton

0.66 - 0.66

1.2 Menerapkan rancangan campuran beton untuk membuat perkerasan jalan beton.

Penetapan Rancangan Campuran Beton

0.77 - 0.77

1.3 Menerapkan ketentuan sambungan memanjang, ekspansi melintang atau kontraksi melintang.

Penerapan Ketentuan Sambungan-sambungan (Joints) 1,33 - 1.33

1.4 Menerapkan ketentuan tentang pengecoran beton dan percobaan penghamparan

Penerapan Ketentuan Pengecoran dan Penghamparan

1,00 - 1,00

Jumlah Jam Pelajaran 4,00 - 4.00

4. Proses Pembelajaran

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah Pembukaan :

Menjelaskan Tujuan Pelatihan sesuai dengan KPBK.

Merangsang motivasi peserta dengan memberi kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan selama proses pembelajaran.

Mengikuti penjelasan

Mengajukan pertanyaan apabila kurang jelas.

HO – 1 atau OHT -1

Page 46: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 46 dari 46 Ver: 1.1.2011

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

Waktu : 5 menit.

2. Penjelasan : Bab 1 Kata Pengantar, Bab 2 Standar Kompetensi dan Bab 3 Strategi dan Metode Pelatihan

Materi Pelatihan ini merepresentasikan unit kompetensi.

Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetnsi

Penjelasan Materi Pelatihan (Buku Informasi, Buku Kerja dan Buku Penilaian)

Pengakuan Kompetensi Terkini

Pengertia-pengertian istilah

Pengertian Unit Standar

Unit Kompetensi yang dipelajari

Panduan Penilaian

Kompetensi Kunci

Strategi pelatihan

Metode pelatihan Waktu : 5 menit.

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal penting.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

HO – 2 atau OHT - 2

3. Penjelasan Sub Bab 4.1. Pengertian Umum mengenai:

Pendahuluan.

Pengertian Umum.

Ruang Lingkup

Jenis-jenis perkerasan beton. Waktu : 10 menit.

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal penting.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

HO – 3 atau OHT - 3

4. Penjelasan Sub Bab 4.2 Penetapan Bahan Perkerasan Beton.

Penetapan Bahan Pokok Beton

Penetapan Baja Tulangan.

Penetapan Bahan Pengisi Sam-bungan, Membran Kedap Air dan Bahan Perawatan Beton.

Waktu : 30 menit.

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal penting.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

HO – 4 atau OHT - 4

5. Penjelasan Sub Bab 4.3 Penetapan Rancangan Campuran Beton.

Penetapan Rancangan Campuran Awal.

Percobaan Campuran (Trial Mix).

Penetapan Rancangan Campuran Kerja (Job Mix).

Waktu : 35 menit.

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal penting.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

HO – 5 atau OHT - 5

Page 47: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 47 dari 47 Ver: 1.1.2011

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

6. Penjelasan Sub Bab 4.4 Penerapan Ketentuan Sambungan-sambungan (Joints).

Penerapan Ketentuan Sambungan Memanjang (Longitudinal Joint).

Penerapan ketentuan Sambun-gan Ekspansi Melintang (Transver-sal Expansion Joint).

Penerapan Ketentuan Sambungan Kontraksi Melintang (Transversal Contraction Joint).

Waktu : 60 menit.

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal penting.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

HO – 6 atau OHT - 6

7. Penjelasan Sub Bab 4.5 Penerapan Ketentuan Pengecoran dan Peng-hamparan.

Penerapan ketentuan Pengangku-tan dan Pengecoran Beton.

Penerapan Ketentuan Pengham-paran, Pemadatan dan Finishing Permukaan Beton.

Penerapan ketentuan Toleransi Dimensi.

Penerapan Ketentuan Dokumen-tasi Pelaksanaan.

Penerapan Ketentuan Beton kurus (Wet Lean Concrete)

Waktu : 45 menit

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal penting.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

HO – 7 atau

OHT - 7

8. Penjelasan Bab 5 Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Pencapaian Kompetensi

Sumber Daya Manusia

Sumber-sumber Perpustakaan

Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan

Waktu : 5 menit.

Mengikuti penjelasan instruktur dengan tekun dan aktif.

Mencatat hal-hal penting.

Mengajukan pertanyaan bila perlu.

HO – 8 atau OHT - 8

Jumlah Waktu Pelatihan : 1). Teori = 195 menit (= 4,33 JPL) 2). Praktek = ---

5.1.2 Penilai

Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja. Penilai akan : 1. Melaksanakan penilaian apabila Peserta telah siap dan merencanakan proses belajar

dan penilaian selanjutnya dengan Peserta. 2. Menjelaskan kepada Peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan

merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan Peserta.

Page 48: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 48 dari 48 Ver: 1.1.2011

3. Mencatat pencapaian / perolehan Peserta dalam memahami substansi Buku Informasi.

5.1.3 Peserta Pelatihan

Persyaratan untuk dapat diterima sebagai Peserta Pelatihan adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Minimal

: D3 Teknik Sipil

2. Pengalaman Kerja

: D-3 Teknik Sipil, minimal 3 (tiga) tahun berpengalaman di bidang pelaksanaan pekerjaan jalan.

3. Persyaratan Lain Memiliki sertifikat kompetensi kerja di bidang keahlian pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan.

5.1.4 Teman Kerja/Sesama Peserta Pelatihan Teman kerja/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar Peserta.

5.2 Sumber-sumber Perpustakaan

Sumber-sumber bacaan yang dapat dipergunakan adalah Peraturan Perundang-undangan terkait dengan substansi-substansi Unit Kompetensi dan beberapa judul buku yang diharapkan dapat menambah wawasan baik Pelatih maupun Peserta Pelatihan, sebagai berikut : 1. Yoder and Witczak, “Principles of Pavement Design”, John Wley & Sons, Inc. 1975. 2. AASHTO, “Guide for Design of Pavement Structures”, 1993. 3. UU No. 18/1999 tentang Jasa Konstruksi 4. PP No. 29/2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana diubah dengan PP

No. 4/2010. 5. Shetty, “Concrete Technology, Theory and Practice”, S. Chand & Company Ltd. New Delhi,

2005. 6. U.S. Department of Transportation, “Integrated Materials and Construction Practices for

Concrete Pavement : A State-of-the-Practice Manual”, FHWA Publication No. HIF - 07 – 004, December 2006

7. Departemen PU, Ditjen Bina Marga, “Konsep Perencanaan Perkerasan Jalan”, Desember 2007.

8. Badan Pengatur Jalan Tol, “Spesifikasi Standar Jalan Tol”, 2008. 9. Ir. Sukawan M., MSc., Universitas Tarumanagara Program Magister Teknik Sipil,

“Perkerasan Berbasis Semen”, Oktober 2009. 10. Ir. Sukawan M., MSc., Universitas Tarumanagara Program Magister Teknik Sipil, “Teknologi

Beton”, Oktober 2009 11. Direktorat Jenderal Bina Marga, “Spesifikasi Umum”, Edisi November 2011. 12. Standar Nasional Indonesia (SNI), AASHTO dan ASTM yang bersangkutan.

5.3 Daftar Peralatan / Mesin dan Bahan

1. Untuk menayangkan hand out materi pelatihan agar bisa diikuti oleh Peserta Pelatihan, Pelatih (Instruktur) memerlukan OHP (Overhead Proyektor) dan layar, jika hand out tersebut berupa OHT (overhead transparency). Namun apabila Pelatih menyiapkan bahannya dalam bentuk file komputer yang disimpan di flash disk atau CD/DVD, maka yang diperlukan adalah laptop (yang telah diisi dengan sistem operasi misalnya Windows dan sejumlah software

Page 49: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 49 dari 49 Ver: 1.1.2011

yang dapat digunakan untuk membuka dan menayangkan bahan hand out), proyektor LCD dan layar. Mungkin Pelatih menganggap perlu menayangkan film-film dokumentasi yang berkaitan dengan materi pelatihan, maka laptop tersebut perlu dilengkapi dengan peralatan audio berupa speaker yang bisa dihubungkan ke laptop agar suara tayangan film dokumentasi tersebut dapat didengar oleh peserta pelatihan. Selain itu, ada kemungkinan penayangan hand out perlu dibantu dengan menambahkan white board untuk memudahkan pelatih menggambarkan/menuliskan rincian penjelasan materi pelatihan. Fungsi white board dapat juga digantikan dengan papan tulis atau blackboard sesuai dengan pertimbangan, bahan yang mana yang mudah didapatkan di lokasi pelatihan.

2. Untuk menyelenggarakan pengujian yang akan dilakukan oleh Asesor, peralatan/bahan yang diperlukan tergantung jenis uji kompetensi yang akan dilakukan. Jika uji kompetensi dilakukan secara tertulis, bahan yang diperlukan adalah materi uji kompetensi yang digandakan sebanyak peserta uji kompetensi dan format penilaian beberapa rangkap sesuai kebutuhan untuk pertanggungjawaban administrasi penyelenggaraan uji kompetensi. Untuk materi pelatihan yang tidak diperlukan ujian praktek, tidak diperlukan peralatan/bahan yang diperlukan untuk keperluan ujian praktek.

3. Untuk Peserta Pelatihan, yang diperlukan adalah ruang kelas, meja dan kursi yang layak untuk keperluan pelatihan dilengkapi dengan OHP atau LCD jika Pelatih akan menayangkan materi pelatihan, Buku Informasi dan Buku Kerja, bahan-bahan hand out dan lain-lain sesuai dengan kondisi di tempat pelatihan.

4. Kesimpulan Untuk dapat menyelenggarakan pelatihan ini, peralatan dan bahan yang diperlukan adalah : 1) Ruang kelas, pendingin ruangan (AC), saklar listrik, rol kabel listrik, microphone, meja

tulis dan kursi sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pelatihan. 2) OHP (Overhead Proyektor) dan layar, jika hand out tersebut berupa OHT (overhead

transparency), atau laptop, LCD dan layar sesuai dengan yang dikehendaki oleh Pelatih. 3) White board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di white board atau, 4) Black board dilengkapi dengan alat tulis dan penghapus tulisan di black board. 5) Hand out, Buku Informasi, Buku Kerja dan Materi Uji Kompetensi. Jumlah dan jadwal penggunaan peralatan dan bahan tersebut di atas disesuaikan dengan kebutuhan penyelenggaraan pelatihan dan uji kompetensi.

Page 50: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 50 dari 50 Ver: 1.1.2011

LAMPIRAN

Page 51: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 51 dari 51 Ver: 1.1.2011

Page 52: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 52 dari 52 Ver: 1.1.2011

Page 53: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 53 dari 53 Ver: 1.1.2011

Page 54: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 54 dari 54 Ver: 1.1.2011

Page 55: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 55 dari 55 Ver: 1.1.2011

Page 56: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 56 dari 56 Ver: 1.1.2011

Page 57: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 57 dari 57 Ver: 1.1.2011

Page 58: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 58 dari 58 Ver: 1.1.2011

Page 59: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 59 dari 59 Ver: 1.1.2011

Page 60: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 60 dari 60 Ver: 1.1.2011

Page 61: BAB I PENGANTAR - binakonstruksi.pu.go.idbinakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/d36e45facf0678ce1fb65d10... · Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton Kode Modul SPL.KS21,223.00

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton

Kode Modul SPL.KS21,223.00

Judul Modul : Penerapan Spesifikasi Teknik Untuk Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton Buku Informasi

Halaman: 61 dari 61 Ver: 1.1.2011