beton civexokoko
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pervoius pavement atau porous pavement merupakan perkerasan dengan
kandungan rongga udara yang tinggi. Pervoius pevement ini dapat berupa pervoius
asphalt pavement yang menggunakan material asapal dan pervoius concrete pavement
dengan menggunakan beton sebagai material perkerasan. Ide awal dalam pembuatan
pervoius concrete adalah pembuatan campuran beton dengan mengurangi atau
menghilangkan agregat halus dalam campuran tersebut. Perkerasan dengan menggunakan
pervoius pavement akan memiliki porositas yang tinggi sehingga akan dapat mengalirkan
air ke lapisan bawah perkerasan. Hal inilah yang mengakibatkan penggunaan pervoius
pavement sangat sesuai dengan pembangunan yang ramah terhadap lingkungan.
Penggunaan pervoius concrete dapat memberikan berbagai keuntungan baik dari
segi struktur, ekonomi, dan lingkungan. Secara struktur pervoius concrete memiliki
kekuatan yang baik dan lebih tahan lama dari pada perkerasan aspal. Pervoius concrete
yang digunakan pada lahan parkir biasanya dapat bertahan selama 20-40 tahun tanpa
adanya perawatan. Permukaan pervoius concrete juga akan menguntungkan bagi
pengendara karena apabila turun hujan, tidak akan timbul genangan dan permukaan jalan
tidak akan licin.
Dari segi ekonomi, penggunaan pervoius concrete akan mengurangi biaya sebagai
akibat kebutuhan terhadap suatu sistem yang digunakan untuk mengatur limpasan air. Hal
ini diakibatkan karena penggunaan pervoius concrete akan mengalirkan air ke
permukaan tanah sehingga akan mengurangi volume limpasan air. Selain itu biaya
pemeliharaan pervoius concrete lebih murah jika dibandingkan dengan biaya pemeliharaan
pada perkerasan aspal.
Penggunaan pervoius concrete juga dapat mengurangi jumlah polutan. Aliran air
hujan yang langsung mengalir ke tanah dapat mengakibatkan polusi bagi air tanah dan
sangat berbahaya apabila dikonsumsi oleh mahluk hidup. Selain itu tercemarnya air tanah
juga akan menghambat pertumbuhan vegetasi di lingkungan yang tercemar. Dengan
terdapatnya rongga kosong pada pervoius concrete akan mengakibatkan banyak bakteri
yang hidup pada rongga kosong tersebut. Bakteri-bakteri inilah yang kemudian dapat
1
mengurangi polutan pada air sebelum menjadi air tanah. Hal inilah yang mengakibatkan
penggunaan pervoius concrete menjadi solusi yang tepat untuk menjaga kualitas
lingkungan.
I.2 Tujuan Rancangan Beton
Perencanaan campuran beton ini bertujuan untuk menghasilkan beton dengan sebaik-
baiknya, dimana memiliki kriteria sebagai berikut :
→ Kuat tekan minimum 15 MPa
→ Bersifat pervious
→ Biaya produksi ekonomis
→ Bersifat inovasi dalam pemilihan bahan
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA BETON RINGAN
II.1 Jenis-Jenis Beton Agregat Ringan
Beton berpori yang juga dikenal sebagai pervious concrete atau porous
concretemerupakan jenis beton yang memiliki pori-pori atau rongga pada strukturnya,
sehingga memungkinkan cairan mengalir melalui rongga-ronnga yang terdapat pada beton.
Menurut ACI 522R-10 Report on Pervious Concrete beton berpori dapat di deskripsikan
sebagai beton yang memiliki nilai slump mendekati nol, yang terbentuk dari semen portland,
agregat kasar, sedikit agregat halus atau tidak sama sekali, campuran tambahan (admixture),
dan air.
Beton berpori bukanlah suatu jenis beton yang umum dipakai dalam suatu konstruksi
dikarenakan oleh sifatnya yang berongga. Menjadikan aplikasi penggunaan beton berpori
masih terbatas, bahkan di Indonesia sendiri masih kurang dirasakan. Dikarenakan jenis
konstruksi yang biasanya diandalkan untuk penyerapan air pada jalan adalah berbentuk
paving block. Sifat berongga yang dimiliki oleh beton berpori membuat beton jenis ini
memiliki kuat tekan lebih rendah dari pada jenis beton padat yang biasanya digunakan,
sehingga membuat beton berpori lebih cocok untuk bila digunakan untuk aplikasi yang tidak
membutuhkan nilai kuat tekan yang tinggi. Jenis stuktur yang dapat menggunakan beton
berpori adalah lapangan parkir, lantai rumah kaca, perkerasan lapisan atas untuk taman,
lapangan tenis, tempat pejalan kaki, dan juga sebagai perkerasan kaku untuk jalan lokal
dengan intensitas lalulintas yang rendah. Sehingga secara garis besar beton berpori dapat
diaplikasikan untuk jenis struktur yang tidak membutuhkan tulangan beton, karena dengan
adanya tulangan pada beton berpori akan memberikan resiko karat pada tulangan yang
disebabkan oleh cairan yang dapat menembus rongga beton.
Jika dilihat dari bentuknya beton berpori memiliki tekstur yang lebih kasar dari pada
beton normal yang padat, dimana tekstur kasar ini dihasilkan oleh rongga yang ada pada
beton. Jika digunakan untuk perkerasan, tekstur kasar dan berongga ini membuat perkerasan
beton berpori memiliki suhu permukaan yang lebih rendah daripada perkerasan lentur dan
juga perkerasan kaku normal dikarenakan luas permukaan penguapan yang ada lebih sedikit.
Selain itu tekstur kasar juga membuat permukaan beton berpori menjadi lebih kesat
dibandingkan dengan perkerasan normal.
3
BAB III
METODE PEMBUATAN
Dalam pembuatan beton diperlukan material-material seperti semen, air, agregat
kasar,agregat halus ,dan admixture dalam pencampurannya agar dapat menghasilkan beton
yang baik. Akan tetapi dalam pembuatan beton Civil Expo 2013. Beton harus bersifat
pervious dan memiliki kuat tekan minimu 15 MPa.
III.1 Pemilihan Material
III.1.1 Agregat Halus (Pasir Lumajang)
Karakteristik kualitas aggregat halus yang digunakan sebagai komponen
structural beton memegang peranan penting dalam menentukan karakteristik kualitas
struktur beton yang dihasilkan, sebab aggregat halus mengisi sebagian besar volume
beton. Namun dalam pembuatan beton pervious hanya digunakan sedikit agregat
halus. Agregat halus yang kami gunakan adalah pasir lumajang dengan berat jenis
2700 kg/m3 sesuai dengan uji coba laboratorium.
III.1.2 Agregat Kasar (Batu pecah)
Agregat kasar yang digunakan dalam campuran beton ini adalah batu pecah
yang tidak dilakukan pengujian kimia sebelumnya. Beberapa sifat fisik batu
pecahyang diperoleh dari pengujian adalah density sebesar 2700 kg/m3 dan modulus
kehalusan sebesar 7,81.
.
III.1.3 Portland Composite Cement (PCC)
Indonesian Standard : SNI 15-7064-2004PCC (Portland Composite Cement)
digunakan untuk bangunan-bangunan pada umumnya, sama dengan penggunaan
Semen Portland Jenis I dengan kuat tekan yang sama. PCC mempunyai panas hidrasi
yang lebih rendah selama proses pendinginan dibandingkan dengan Semen Portland
Jenis I, sehingga pengerjaannya akan lebih mudah dan menghasilkan permukaan
beton/plester yang lebih rapat dan lebih halus.
4
III.1.4 Admixtures
Admixture yang ditambahkan agar proses workability lebih mudah digunakan
Superplasticizer (glenium 181). Namun dalam segala hal, penggunaan
Superplasticizer perlu sesuai dengan standard ASTM-C 494-81 tipe F. Ketepatan
dosis penambahan Superplasticizer umumnya perlu dibuktikan dengan membuat
campuran percobaan (trial mixes) dengan beberapa variasi dosis penambahan
Superplasticizer hingga mendapatkan hasil yang optimum dalam memenuhi syarat
kelecakan yang direncanakan.
III.2 Prosedur Pembuatan Beton
Adapun urutan dalam pembuatan campuran beton adalah sebagai berikut:
1. Mix Design (Dijelaskan Pada Bab IV)
2. Menyiapkan semua bahan yang diperlukan dengan jumlah sesuai mix design.
3. Untuk batu pecah terlebih dahulu dipecahkan sehigga lolos ayakan 1” dan direndam
selama satu hari agar daya absorpsi berkurang.
4. Nampan Besi dipersiapkan untuk mencampur semua bahan agar menjadi campuran beton
5. Masukkan semen ,pasir, batu pecah, , admixture lalu masukkan air sesuai ukuran yang
tercantum dalam mix design
6. Pengadukan beton dilakukan ±10 menit atau sampai diperoleh campuran beton yang
seragam.
7. Setelah campuran beton sudah seragam, tuangkan campuran tersebut kedalam silinder
ukuran 15 cm X 30cm.
8. Setelah 1 x 24 jam, buka bekisting dan beton direndam dengan air didalam bak.
5
BAB I
MIX DESIGN
IV.1 Pengertian
Pada pembuatan beton, diperlukan perencanaan campuran pembuatan beton, yang
sering dikenal sebagai Mix Design. Perencanaan campuran ini bertujuan untuk menentukan
proporsi material-material pembuat beton yang memenuhi persyaratan lomba yang
bertemakan “ Kompetisi inovasi beton ringan” Atau dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Kekuatan Tekan Beton
2. Berat jenis beton
3. Workabilitas
4. Durabilitas / Sustainable
IV.1.1 Kekuatan Tekan Beton
Kuat Tekan beton dalam lomba ini adalah kuat tekan yang direncanakan pada
umur 1 hari dan 28 hari yang dinyatakan dalam satuan MPa. Pada lomba ini kami
merencanakan kuat tekan beton sebesar 40 MPa.
IV.1.2 Workabilitas
Workabilitas secara generalisasi adalah kemudahan dalam pengerjaan atau
pembuatan beton. Tetapi karena sulitnya mendefinisikan Workabilitas secara spesifik,
pendefinisian Workabilitas dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Kompaktibilitas, atau kemudahan dimana beton dapat dipadatkan dan rongga-rongga
udara diambil.
2. Mobilitas, atau kemudahan dimana beton dapat mengalir didalam cetakan.
3. Stabilitas, atau kemampuan beton untuk tetap sebagai massa yang homogen, koheren,
dan stabil selama dikerjakan dan digetarkan tanpaterjadi pemisahan butiran
(segregasi).Dalam pembuatan beton pada lomba ini, kami merencanakan pembuatan
beton yang semudah-mudahnya dengan material-material yang mudah ditemukan
serta sumber dayanya cukup banyak.
6
IV.1.4 Durabilitas / Sustainable
Durabilitas adalah daya tahan beton terhadap lingkungan atau cuaca disekitar
tempat beton tersebut akan diaplikasikan. Beton yang direncanakan haruslah
mempunyai daya tahan yang lama (Sustainable).
Hal ini bertujuan agar betonyang digunakan dapat digunakan terus menerus
tanpa diganti atau diperbaiki,dan juga untuk menekan biaya perawatan beton itu
sendiri.
IV.2 Campuran Beton Dan Alasan Pemilihan Bahan
Apabila perencanaan campuran beton ini terencana dengan baik, maka mutu beton
yang kita buat akan sesuai dengan mutu beton yang akan kita rencanakan. Spesifikasi dari
material yang digunakan dapat dilihat pada Bab II. Tetapi dalam pencampuran beton dalam
lomba ini, perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan material sebagaiberikut :
IV.2.1 Semen
Semen yang digunakan harus mencapai tingkat kehalusan yang baik, semen
harus memenuhi syarat kehalusan lolos saringan No.200. Semen juga dijaga agar
tidak lembab. Semen yang dipakai pada pembuatan beton pada lomba inia dalah
Semen Gresik.
IV.2.2 Aggregat Halus (Pasir Lumajang)
Pasir yang digunakan untuk pembuatan beton, sebaiknya dicuci bersih. Hal ini
bertujuan untuk menghilangkan kandungan bahan organik dan lumpur. Kandungan
bahan organik dan lumpur pada pasir dapat menyebabkan pasir tidak homogen dan
juga merusak Fine Modulus dari pasir itu sendiri. Pasir pada pembuatan ini
dikondisikan dalam keadaan SSD (Saturated Surface Dry). Aggregat halus pada
pembuatan beton pada lomba ini digunakan aggregat halus yang berasal dari
Lumajang yaitu pasir lumajang. Pasir kerang yang telah di uji sebelumnya
dilaboratorium memiliki berat jenis sebesar 2700 kg/m3.
IV.2.3 Agregat Kasar (Batu Pecah)
Agregat kasar yang digunakan dalam campuran beton ini adalah batu Pecah
yang tidak dilakukan pengujian kimia sebelumnya. Batu pecah dipilih karena
7
memiliki berat jenis yang sesuai dalam pembuatan beton pervious. Berat jenis batu
apung yang telah diuji dilaboratorium adalah 2700 kg/m3
IV.2.4 Material Lainnya
Material lainnya seperti Superplastiscizer dijaga kondisinya agar tidak lembab,
sehingga dimasukkan ke dalam kantong plastik yang diikat rapat. Pemakaian
superplastiscizer bertujuan untuk pemudahan dalam mengaduk campuran beton.
IV.3 Perancangan Campuran Beton
Mix Design yang direncanakan adalah campuran beton mutu 40 MPa. Dengan benda
uji sebanyak 3 buah yang akan diuji pada umur 1 dan 28 hari.
Bahan dan data yang digunakan :
1. Semen Gresik
2. Batu Pecah alami
3. Agregat halus dari Pasir lumajang
4. Superplastiscizer glenium 181 sebanyak 0.6% dari berat semen
5. Ukuran agregat kasar maksimum 20 mm
6. Kuat tekan rencana 40 MPa pada umur 28 hari
7. Faktor air semen : 0,30
8. Kepadatan Basah=2350 kg/m3
9. Proporsi Pasir = 10%
10. Proporsi Batu pecah = 90%
IV.4 Perencanaan dan Perhitungan Campuran Beton Silinder
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam perencanaan dan perhitungan
campuran adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kuat tekan yang diisyaratkan (characteristic strength)
Dalam pembuatan beton ini direncakan kuat tekan sebesar 40 MPa dalam 28 hari
2. Faktor Air Semen (W/C)
Faktor air semen yang kami gunakan ialah 0,3
8
3. Menentukan Banyaknya Kadar Air Bebas
Wf= 195 kg/m3
Wc= 225 kg/m3
Kadar Air Bebas = 2/3(Wf) + 1/3(Wc)
= 2/3(195) + 1/3(225)
= 205 kg/m3
4. Menentukan Kadar PC
Kadar PC =Kadar Air Bebas
Fas
= 2050,3
= 683,33 kg/m3
5. Mencari Total Kadar Agregat
Total Kadar Agregat = Kepadatan Beton Basah – Kadar PC – Air
= 2350 – 683,33 – 205
= 1461.67 kg/m3
6. Mencari Kadar Pasir
Kadar Pasir = 10% x 1461,67 kg/m3
= 146,,167 kg/m3
7. Mencari Kadar Batu pecah
Kadar Batu Pecah = 1461,67 kg/m3 – 146,67 kg/m3
= 1315 kg/m3
8. Menentukan banyaknya Superplasticsizer yang digunakan
Banyaknya Superplasticsizer yang digunakan ialah 0,6% dari berat semen, yaitu:
Superplasticsizer = 0,6% x 683,33 kg/m3
= 4,1 kg/m3
9. Berat Air Terkoreksi
Besarnya berat air dikurangi pemakaian superplasticsizer sehingga menjadi :
9
Air = 205 kg/m3 – 4,1 kg/m3
= 200,9 kg/m3
10. Menghitung Volume 3 Silinder
Silinder cetakan yang digunakan berukuran Diamter 15 cm dan tinggi 30 cm
Volume = (3,14 x 152 x 30 x 14
) x 3 =15896,25 cm3 = 0,0159 m3
11. Menghitung Berat Material Untuk 10Silinder
Berat material untuk 3 silinder adalah berat material per m3 dikalikan volume 3
silinder, hasilnya dapat dilihat dibawah ini:
Material Berat per m3 (kg)
Air 3,19
Semen 10,86
Pasir 2,32
Batu Pecah 20,9
Superplasticsizer 0,06
12. Menghitung Berat Material Untuk 3 Silinder Terkoreksi
Untuk mengantisipasi adukan yang terbuang sewaktu pengadukan, maka berat
material 3 silinder dikalikan factor keamanan sebesar 1,1, maka berat material
menjadi :
Material Berat Per m3 (kg) Koreksi (kg)
Air 3,19 3,5
Semen 10,86 12
Pasir 2,32 2,5
Batu Apung 20,9 23
Superplasticsizer 0,06 0,07
BAB V
URAIAN HASIL UJI
10
V.1 Perhitungan Berat Jenis Batu Pecah Dan Berat Jenis Pasir Lumajang
V.1.1 Agregat Kasar
Perhitungan berat jenis dan penyerapan agregat kasar di berikan sebagai
berikut :
1. berat jenis semu : w1
w 1−w 3
2. penyerapan : w1
w 1−w 3x 100 %
keterangan :
w1 : berat benda uji kering ( gram )
w2 : berat benda uji kering oven ( gram )
w3 : berat benda uji kering permukaan jenuh dalam air ( gram )
V.1.1.1 Hasil Pengujian Berat Jenis Batu Apung
Tabel : HASIL PENGUJIAN BERAT JENIS BATU APUNG (ASTM C 127-88-93)
Percobaan Nomor 1 2
Berat batu apung di udara (W1) gram 3000 gram 3000 gram
Berat batu apung di air terjadi penguranag berat
(W2) gram
3000 gr- 2350 gr=
7352 gr
3000 gr+4282 gr=
7282 gr
Berat jenis batu pecah = W1/(W1+W2) gr/cc 0,408 gr/cc 0,412 gr/cc
Dari percobaan di dapat berat jenis batu pecah:
= 0.408+0.412
2
11
= 0,410 gr/cm3
V.1.1.2 Hasil Pengujian Resapan Air Batu Apung
TABEL : HASIL PENGUJIAN RESAPAN AIR BATU PECAH
(ASTM C 127 – 88 93)
PERCOBAAN NOMOR I II
Berat batu pecah SSD ( w1 )-gr 3000 3000
Berat pasir oven ( w2 )-gr 1923 1892
Kelembapan pasir :
( w1 – w2 )/w2 x 100%56,01 % 58,55 %
Dari percobaan di dapat resapan air batu apung:
= 56.01+58.55
2
= 57,28 %
V.1.2 Agregat Halus (Pasir Kerang)
Perhitungan Berat Jenis Pasir dan Resapan air diberikan sebagai berikut:
1. Berat jenis jenuh kering permukaan = 500 / (w1 + 500 – w2)
12
2. Penyerapan = ﴾(500 - Bk) / Bk ﴿ x 100%
Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven (gram)
w2 = berat piknometer berisi air (gram)
w1 = berat piknometer berisi benda uji dan air (gram)
500 = berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh (gram)
V.1.2.1 Perhitungan Berat Jenis Pasir Kerang
Tabel: PERCOBAAN BERAT JENIS PASIR Kerang
1 2
Berat labu + pasir + air (w1)
(gr)
1552,5 1504,8
Berat pasir SSD
(gr)
500 500
Berat labu + air (w2)
(gr)
1262,5 1227
Berat jenis pasir = [500/(500+w2-w1)]
(gr/cm3)
2,38 2,25
Perhitungan :
Percobaan I
Berat jenis = 500/((500 + 1262,5- 1552,5) = 2,38gr/cm3
Percobaan II
Berat jenis = 500/((500 + 1227- 1504,8) = 2,25gr/cm3
Maka didapat :
Berat jenis Pasir rata-rata = (2,38 + 2,25 ) / 2 = 2,315 gr/cm3
V.2.1.2 Perhitungan Resapan Air Pasir Kerang
Tabel: PERCOBAAN AIR RESAPAN PADA PASIR
13
Percobaan Nomor 1 2
Berat pasir SSD (gr) 500 500
Berat pasir oven (w1) (gr) 488,35 486,04
Kadar air resapan :[(500-w1)/w1]x100% (%) 2,38 2,87
Percobaan I
Jumlah air resapan = [(500 – 488,35)/ 488,35 ]x 100% = 2,38%
Precobaan II
Jumlah air resapan=[(500-486,05)/486,04]x 100%= 2,87%
Jadi, dari hasil percobaan diperoleh kadar air resapan rata-rata
=(2,38 + 2,87 )/2
= 2,625%
14
BAB VI
TES KUAT TEKAN BETON
VI.1 Test Kekuatan Tekan Hancur (ASTM C 823 – 75 )
V1.1 Tujuan
Untuk mengetahui kekuatan tekan hancur beton terhadap pembebanan
V1.2 Peralatan
Timbangan
Pemanas / kompor listrik + media untuk memanaskan belerang
Alat perata belerang
Mesin test hidrolis. (Torsee Universal Testing Machine)
Tokyo Testing Machine MFG CO , LTD
Type : RAT – 200
CAP : 200 tf
MFG no : 20380
Date : May 1981
VI.3 Bahan
Belerang
Minyak / oli
Beton uji berbentuk silinder Ф 10 , tinggi 20 cm sebanyak 8 buah
VI.4 Prosedur Pelaksanaan
Test kekuatan tekan hancur dilaksanakan saat benda uji berumur 28 hari.
Sebelum ditest diukur dimensinya ( tinggi dan diameter) terlebih dahulu diambang
beratnya. Siapkan alat perata belerang kemudian diolesi dengan minyak atau oli agar
belerang tidak menempel pada alat perata tersebut. Tuang belerang cair ke alat perata
belerang, setelah itu benda uji beton diletakkan dalam alat peratadan tekan lalu tunggu
sampai kira – kira belerang telah mengeras dan melekat dengan beton, kemudian
angkat. Permukaan yang ditempeli belerang adalah permukaan beton yang kasar.
15
Lalu letakkan benda uji pada alat tekan mesin test hidrolis dan pilih
permukaan yang rata ( yang terdapat belerangnya) sebagai bidang yang dibebani.
Gerakkan tuas yang berwarna merah keatas dan tekan tombol penggerak ke posisi on .
Matikan tombol penggerak pada saat beton pecah ( jarum sudah tidak bergerak lagi ).
Untuk mengambil kembali benda uji , gerakkan tuas ke bawah sehingga benda uji
terlepas dari jepitan.
Benda uji berbentuk silinder dengan diameter 10 cm dan tinggi 20 cm
dihitung luas permukaan lingkarannya.
Sehingga luas permukaan yang dibebani ialah = ¼ (3,14 x 10 cm x 20 cm)
= 78,5 cm²
Rumus : kuat tekan beton = P/A
Dimana ;
P : Beban ( kg )
A : Luas penampang yang dibebani ( cm 2)
16
VI.2 Data Kuat Tekan Beton
TABEL KEKUATAN TEKAN BETON
No. Benda
Uji
Berat (Kg)
Berat Jenis Beton
(Kg/m3)
Luas Penampang
(cm2)Umur
Kuat Tekan (kg)
Kuat Tekan (Mpa)
1 2,67 1720 78.5 4 8800 11,2
2 2,68 1705 78.5 4 7850 10
3 2,66 1600 78.5 4 9200 11,7
4 2,68 1705 78.5 4 9100 11,5
5 2.66 1693 78.5 7 8630 11
6 2,59 1648 78.5 7 9500 12,1
7 2,64 1680 78.5 14 10750 13,7
8 2,72 1731 78.5 14 11200 14,3
17
BAB VIII
RINCIAN BIAYA
VIII.1 Harga Marketing Mixing
VIII.2 Rincian Harga Pemakaian per Kg
VIII.2 Rincian Harga Pemakaian per M3
BAB IX
KESIMPULAN
18
Material Harga Per Kg
Pasir kerang IDR 50/Kg
Semen Gresik IDR 1000/Kg
Batu Apung IDR 2000/Kg
Silica fume IDR 12000/Kg
Viscocrete 8010 IDR 35000/Kg
Material Jumlah Pemakaian (Kg) Harga Pemakaian
Semen 11,45 IDR 11450
Pasir 8,18 IDR 409
Batu Apung 6,7 IDR 13400
Superplasticisizer 0,07 IDR 2450
Silica Fume 0,35 IDR 4200
TOTAL IDR 28902
Material Jumlah Pemakaian (M3) Harga Pemakaian
Semen 11,45 IDR 663057,323
Pasir 8,18 IDR 23694,267
Batu Apung 6,7 IDR 775796,184
Superplasticisizer 0,07 IDR 45859,872
Silica Fume 0,35 IDR 713375,8016
TOTAL IDR 2221783,4476
IX.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan uji kuat tekan beton, dapat disimpulkan kekuatan kuat tekan beton
yang kami buat adalah sebagai berikut:
No. Benda
Uji
Berat (Kg)
Berat Jenis Beton
(Kg/m3)
Luas Penampang
(cm2)Umur
Kuat Tekan (kg)
Kuat Tekan (MPa)
1 2,67 1720 78.5 4 8800 11,2
2 2,68 1705 78.5 4 7850 10
3 2,66 1600 78.5 4 9200 11,7
4 2,68 1705 78.5 4 9100 11,5
5 2.66 1693 78.5 7 8630 11
6 2,59 1648 78.5 7 9500 12,1
7 2,64 1680 78.5 14 10750 13,7
8 2,72 1731 78.5 14 11200 14,3
Berdasarkan hasil uji yang kami lakukan didapatkan uji tekan paling maksimum
sebesar 14,3 MPa . Dengan Menggunakan Agregat Halus sebesar 8,18 Kg, Semen 11,45,
Agrega Kasar 6,7 Kg, Silica Fume 0,35 Kg, Air 3,47 Kg, Superplasticizer 0,07 Kg untuk
benda uji sebanyak 10 sample. Dengan menggunakan Superplasticizer, workability dalam
pencampuran jauh lebih mudah dengan fas yang kecil sebesar 0,3.
DAFTAR PUSTAKA
19
1. ACI Committee 213R-87, (1999), Guide for Structural Lightweight Aggregate Concrete,
ACI Committee 213,American Concrete Institute.
2. Khaloo, A.R., El Dash,K.L., dan Ahmad, S.H., (1999), Model for Lightweight Concrete
Columns Confined by Either Single Hoops or Interlocking Double Spirals, ACI Materials
Journal, V.96 S96, pp.883-890.
3. ASTM C330-03, (1996), Standard Specification for Lightweight Aggregates for
Structural Concrete, ASTM Standards: Concrete and Aggregates, V.04.02., Philadelphia.
4. Sugiri Saptahari, (2005), Penggunaan Terak Nikel sebagai Agregat dan Campuran
Semen untuk Beton MutuTinggi, Jurnal Infrastruktur dan Lingkungan Binaan, ITB,
Bandung, V.1, No.1
5. ASTM C567-91, (1996), Test Method for Unit Weight of Structural Lightweight
Concrete, ASTM Standards: Concrete and Aggregates, V.04.02., Philadelphia.
6. Chandra Satish and Berntsson Leif, (2002), Lightweight Aggregate Concrete: Science,
Technology and Applications, Chalmers University of Technology, Goteborg, Sweden,
William Andrew Publishing, Norwich, New York, USA.
7. ASTM C496-96, (1996), Test Method for Splitting Tensile Strength of Cylindrical
Concrete Specimens, ASTM Standards: Concrete and Aggregates, V.04.02.,
Philadelphia. 10. ACI 211.1-91, (1991), Standard Practice for Selecting Proportion.
8. ASTM C39-94, (1996), Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete
Specimens, ASTM Standards: Concrete and Aggregates, V.04.02., Philadelphia
9. Subakti, Aman, TEKNOLOGI BETON DALAM PRAKTEK, 2005, Jurusan Teknik Sipil -
FTSP ITS, Surabaya.
LAMPIRAN
20
Agregat Kasar (Batu Apung)
Agregat Halus (Pasir Kerang)
21
Silica Fume
Semen Gresik
22
Viscocrete
Uji Kuat Tekan Beton 4 hari
23
Salah Satu Sample Umur 4 hari diuji Kuat Tekan
Uji Kuat Tekan Beton 7 hari
24
Salah Satu Sample Umur 7 hari diuji Kuat Tekan
Uji Kuat Tekan Beton 14 hari
25
Salah Satu Sample Umur 14 hari diuji Kuat Tekan
26