laporan pkl kolom beton

58
 Laporan Praktik Kerja Lapan gan BAB I PENDAHULUAN A. TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN / INSTANSI TEMPAT PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN PT. CARE INDONUSA adalah suatu perusahaan berbadan hukum yang bergerak dalam industri jasa konstr uksi. Saat ini PT. CARE INDONUSA sedang menang ani  proyek pembangunan gedung Poliklinik, gedung Aula, gedung Laboratorium, masjid dan garasi dalam kont rak Pemb angun an Gedun g Polik linik Kesehatan Medan denga n nilai kontrak ± Rp .!!!.!!!.!!!,!!. Proyek ini beralamatkan "l. "amin Ginting KM #$ %esa Lou &ih Ke'amatan Medan (untungan. Pembangunan ) Pembangunan Gedung tersebut merupakan tahapan pembangunan # paket dengan pemb angu nan*su mber daya materin ya berasal dari AP+% !! -. Proye k tersebut dilaksanakan mel alu i pro ses tender dan pel ela nga n ya ng dimena ngk an ole h ko ntra kt or Pe la ksana P(. &AR /0%102SA. %a lam pe la ks anaan pe ke rj aan  pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan yang dalam hal ini sebagai 3akil dari o3ner diatas namakan +pk. Koesman 4isoehoediono, Ms' diperlukan peran serta dari sebuah konsultan penga3as sebagai 3akil o3ner di lapssangan yang akan menga3asi setiap item pekerjaan ) pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor pelaksana. Konsultan yang ditunjuk dalam proyek pekerjaan pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan adalah konsul tan penga3as &5. PARAM/(6A PRKASA dengan site manag er +pk. /r. %aulat (ampubolon. STRUKTUR ORGANISASI PROYEK a. Struktur Organiai Pr!"#k %alam hal ini beberapa pihak ada yang terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek  pembangunan gedung politeknik kes ehatan medan. 6ubungan antar pihak pihak itu dapat digambarkan dalam skema diba3ah ini 7  Jurusan Teknik Sipil  POLITEKNIK NEGERI MEDAN #

Upload: ardana-oktariawan

Post on 14-Oct-2015

1.182 views

Category:

Documents


281 download

DESCRIPTION

KOLOM BETON

TRANSCRIPT

TEKNIK PELAKSANAAN BALOK DAN PLAT LANTAI I GEDUNG AULA

Laporan Praktik Kerja Lapangan

BAB I

PENDAHULUAN

A.TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN / INSTANSI TEMPAT PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PT. CARE INDONUSA adalah suatu perusahaan berbadan hukum yang bergerak dalam industri jasa konstruksi. Saat ini PT. CARE INDONUSA sedang menangani proyek pembangunan gedung Poliklinik, gedung Aula, gedung Laboratorium, masjid dan garasi dalam kontrak Pembangunan Gedung Poliklinik Kesehatan Medan dengan nilai kontrak Rp 9.000.000.000,00. Proyek ini beralamatkan Jl. Jamin Ginting KM 14 Desa Lou Cih Kecamatan Medan Tuntungan.

Pembangunan Pembangunan Gedung tersebut merupakan tahapan pembangunan 1 paket dengan pembangunan/sumber daya materinya berasal dari APBD 2007. Proyek tersebut dilaksanakan melalui proses tender dan pelelangan yang dimenangkan oleh kontraktor Pelaksana PT. CARE INDONUSA. Dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan yang dalam hal ini sebagai wakil dari owner diatas namakan Bpk. Koesman Wisoehoediono, Msc diperlukan peran serta dari sebuah konsultan pengawas sebagai wakil owner di lapssangan yang akan mengawasi setiap item pekerjaan pekerjaan yang dikerjakan oleh kontraktor pelaksana. Konsultan yang ditunjuk dalam proyek pekerjaan pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan adalah konsultan pengawas CV. PARAMITHA PERKASA dengan site manager Bpk. Ir. Daulat Tampubolon.

STRUKTUR ORGANISASI PROYEKa. Struktur Organisasi Proyek

Dalam hal ini beberapa pihak ada yang terlibat langsung dalam pelaksanaan proyek pembangunan gedung politeknik kesehatan medan. Hubungan antar pihak pihak itu dapat digambarkan dalam skema dibawah ini :

Gambar. Struktur Organisasi Proyek

Hubungan antar pihak pihak diatas dapat diartikan sebagai berikut :

1.Hubungan Struktual

Hubungan ini adalah hubungan garis perintah dimana satu pihak berhak memberikan perintah dan pihak lain berhak melaksanakannya selama perintah itu sesuai dengan peraturan yang berlaku.

2.Hubungan Kontraktual

Hubungan ini adalah hubungan kontrak dimana pihak pihak diatas telah membuat perjanjian sesuatu hal dan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum didalam masing-masing kontrak. Dalam hal ini masing-masing pihak harus menjalankan tugasnya sesuai isi perjanjian dan akan mendapat haknya sesuai yang dijanjikan dalam kontrak.

3.Hubungan Koordinasi

Hubungan ini adalah hubungan kerja sama antara pihak-pihak yang memiliki hubungan kerja, dalam hal ini hubungan koordinasi itu terjadi antara pihak konsultan perencana dengan pihak konsultan pengawas. Mereka dapat melakukan kerjasama dalam menyelesaikan masalah-masalah yang mungkin terjadi dilapangan.

b. Struktur Organisasi Lapangan

Di lapangan sendiri sangat diperlukan pengorganisasian demi terselenggaranya pekerjaan pekerjaan yang diinginkan. Adapun struktur organisasi pada proyek pembangunan gedung Pendidikan Politeknik Kesehatan Medan akan digambarkan dalam sketsa dibawah ini :

Gambar. Struktur Orgnisasi Kontraktor PT. CARE INDONUSAB.TUJUAN MELAKSANAKAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

1.Tujuan umum

Adapun tujuan umum dari penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah:

a. Untuk mengadakan pengamatan, mengumpulkan data dan informasi mengenai pelaksanaan suatu proyak dilapangan.

b. Untuk memperluas wawasan dan pola pikir mahasiswa, dimana diharapkan dengan melihat, mengamati bahkan membantu pelaksanaan dilapangan sehingga mahasiswa tersebut akan cakap bertindak setelah bekerja nanti.

c. Untuk menciptakan tenaga kerja yang terampil, kreatif, bertanggung jawab, dan penuh disiplin sesuai dengan tujuan pendidikan politeknik.

d. Untuk memahami kesulitan kesulitan dan hambatan yang terjadi di lapangan, sekaligus turut memikirkan cara yang terbaik untuk pencegahan dan pemecahannya.

2.Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah:

a. Untuk melihat dan mengamati pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan membandingkan dengan teori teori yang didapat diperkuliahan.

C.MANFAAT MELAKSANAKAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan ini bermanfaat bagi:

a. Mahasiswa yang akan membahas hal yang sama.

b. Pihak pelaksana yang akan melaksanakan proyek yang sama.c. Penulis sendiri untuk menambah pengetahuan dan pengalaman sebagai bekal bila nantinya terjun ke lapangan, sehingga mampu melaksanakan kegiatan yang sama dengan baik.

Langkah-langkah pengamatan, hasil-hasil perhitungan, teknis pelaksanaannya, penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan, keunggulan-keungulannya, dan data lain yang disajikan dalam Laporan Praktik Kerja Lapangan ini dapat berfungsi sebagai bahan masukan dan bahan bandingan kelak bila akan melakukan kegiatan yang sama.

D.RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Mengingat luasnya ruang lingkup dan permasalahan mengenai pelaksanaan pembangunan suatu gedung khususnya Gedung Aula di Politeknik Kesehatan Medan, dan keterbatasan waktu untuk menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini maka penulis membatasi masalah hanya pada :

1. Teknis pelaksanaan pembangunan suatu gedung;

2. Teknik penghitungan kebutuhan bahan;

3. Teknik penghitungan kubikasi atau volume suatu item pekerjaan.

E. JADWAL PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANGANSesuai dengan ketentuan dari Politeknik, setiap mahasiswa semester 5 diharuskan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan yang dimulai pada tanggal 29 Oktober 2007 dan telah berakhir pada tanggal 24 November 2007. Selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan, mahasiswa diharuskan sudah berada di lokasi pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan pada pukul 08.00 wib dan diizinkan pulang pada pukul 16.00 wib, sesuai dengan kesepakatan yang dibuat perusahaan tempat pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan dalam hal ini oleh PT. CARE INDONUSA yang menangani proyek pembangunan Gedung Politeknik Kesehatan Medan.

BAB II

PELAKSANAAN PKL

A. TINJAUAN TEORI1. BEKESTING

Dalam pelaksanaan bangunan terutama sejak 10-20 tahun terakhir ini, beton semakin banyak dipakai sebagai konstruksi bangunan. Beton membutuhkan suatu bekesting (acuan) baik untuk mendapatkan bentuk yang dirancang maupun untuk pengerasannya.

Acuan dan perancah merupakan konstruksi sementara yang akan dibongkar kembali setelah beton mencapai batas umur yang ditentukan, walaupun demikian konstruksi ini memegang peranan penting dalam konstruksi beton . Untuk itu acuan (cetakan) harus dibuat dari bahan yang bermutu dan perlu direncanakan sedemikian rupa, supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan yang timbul ketika beton dituang.

Berdasarkan tradisi nasional dana ahli-ahli bangunan timbullah beberapa garis-garis besar pedoman pembekestingan yang timbul ditiap-tiap daerah. Pedoman ini sering secara lisan yang hanya berdasarkan pengalaman yang sudah ada, Karena pada setiap daerah pedoman ini dapat berbeda.

a. Rencana Bekesting

Supaya dapat membuat rencana bekesting awal pertama , perencanaan dari struktur beton harus dipelajari lebih dahulu jangkauan untuk pekerjaan bangunan juga sangat penting. Selanjutnya harus ada bayangan dari bahan-bahan, papan lantai, balok, kayu bulat, stempel baja, dan sebagainya yang ada persediaan. Tujuan utama adalah untuk merencanakan metode pekerjan sedemikian rupa sehingga memenuhi :

-Bekesting struktur dapat dipertanggungjawabkan terhadap kekuatan lendutan dan kestabilan.

-Detail yang mudah, meningkatkan kemungkinan pelaksanaan.

-Keamanaan kerja.-Ekonomis, Keperluan bekesting yang minimal, waktu pembangunan optimal, jumlah tenaga yang dibutuhkan, pemakaian bahan, dan alat pengangkutan yang minimal.

-Direalisasikan dalam waktu yang minimal1.Butir pemikiran perencanan bekesting

Pada perencanaan bekesting dikemukakan data serta pemeriksaan antara lain :

Suku cadangan yang perlu dan bahan persediaan.

Keperluan karyawan

Penempatan yang teratur

Waktu mulai dan akhir pekerjaan, disarankan memakai time schedule

Ukuran pelaksanaan :

Ukuran pelakasnaan seluruh konstruksi

Ukuran toleransi yang bolehkan

Tempat penjangkaran

Cukup perhitungan tempat pengaturan

Struktur penyanggaan :

Stempel dipasang sedemikian rupa supaya lendutan tidak terjadi

Stempel pada jarak yang cocok dan vertikal

Detail sambungan menurut gambar

Bila mungkin strutur strutur tumpuan diatur kembali

Pelat bekesting :

Pelat bekesting dibasahi air atau dilumasi sebelum beton dicor.

Sambungan cukup ditutup (peluapan mortal)

Bila perlu dipasang bilahan kayu pengisi

Keamanaan:

Bekesting terjangkau (tangga, jembatan,dl)

Kestabilan bekesting

Apakah celah lantai sudah ditutup

Lokasi pembangunan dibereskan

Dinding elemen dipasang cukup kuat, menghindari runtuhan pada saat beban angin besar

2.Pemeriksaan bekesting sebelum & sesudah beton dicor

Sebelum beton dicor, bekesting harus diperiksa, gunanya adalah apabila ada kesalahan masih dapat diperbaiki. Sedangkan keamanaan sedang mencor terjamin, setelah itu boleh disetujui untuk dicor. Selama pengecoran harus diperiksa oleh yang bertanggung jawab (ahli), guna menghindari adanya kerusakan selama pengecoran, tentu akan memakan biaya yang cukup besar. Perecanaan bekesting dengan baik akan mampu menerima gaya-gaya yang terjadi pada pengecoran dan pemadatan serta kecepatan tuang yang dikontrol.

Pemadatan dengan jarum penggetar jangan terlalu dalam dan jangan berulang-ulang karena bisa memberikan tekanan tambahan pada bekesting, ini akan berakibat buruk terhadap bekesting.

Hal- hal yang perlu diperhatikan pada saat pengecoran adalah sebagai berikut :

-Perubahan bentuk bekesting yang tidak diduga

-Sambungan berubah atau lepas, yang dapat membahayakan

-Tinggi jatuh beton, pemeriksaan kecepatan penuangan, penurunan mortal dan cara pemadaan yang benar

-Peluapan air semen

Dalam hal ini bekesting perlu diperikasa setelah selesai pengecoran, guna mencek adanya penurunan stempel, perubahan bentuk yang besar, dsb.

3.Pembongkaran

Setelah dikoreksi, rencana lengkap bestek atau peraturan dapat ditentukan persyaratan waktu yang berkaitan dengan pembongkaran, karena adanya kerusakan beton yang masih baru setelah dibongkar atau akibat dari kekuatan yang belum tercapai (pembentukan pecah atau lendutan). Ketika pembongkaran, beban-beban (struktur beton sendiri) harus serata mungkin agar tidak menimbulkan kejutan pada bagian struktur beton.

4.Perawatan dan penyimpanan

Bekesting yang telah dibongkar akan disusun dan dipilih kemungkinan penggunaan berulang. Pemakaian berulang dapat dipertimbangkan berdasarkan apakah pembersihannya masih menguntungkan dipandang dari segi ekonomi.

b.Persyaratan Acuan (Cetakan)Berdasarkan Peraturan Beton Indonesia 1971, dijelaskan lebih lanjut tentang persyaratan yang harus dipenuhi oleh konstruksi sebagai acuan (cetakan) adalah sebagai berikut :

1.Acuan (cetakan) harus menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang seuai dengan gambar rencana dan uraian pekerjaan.

2.Acuan (cetakan) harus kokoh dan kaku serta cukup rapat sehingga dapat dicegah kebocoran adukan.

3.Cetakan harus diberi ikatan secukupnya, sehingga dapat terjamin kedudukan dan bentuknya yang tetap.

4.Acuan (cetakan) harus terbuat dari bahan baik dan tidak mudah meresap air dan direncanakan sedemikian sehingga mudah lepas dari beton tanpa menyebabkan kerusakan pada beton. Pada beton kelas III harus ada jaminan bahwa air beton benar-benar tidak teresap oleh acuan (cetakan).

5.Pada acuan (cetakan) kolom, dinding dan balok tinggi harus disediakan perlengkapan untuk menyingkirkan kotoran-kotoran, serbuk gergaji, potongan-potongan kawat pengikat dan lainnya.

6.Apabila harus memikul beban-beban yang besar atau mengatasi bentang yang besar memerlukan bentuk yang khusus, maka acuan (cetakan) harus dibuat perhitungan dan gambar kerja khusus. Dalam perencanaan acuan (cetakan) harus ditinjau hal sebagai berikut:

a.Kecepatan dan cara pengecoran

b.Beban-beban pelaksanaan, termasuk beban vertikal, horizontal dan kejutan-kejutan.

c.Syarat-syarat bentuk khusus yang diperlukan pada pelaksanaan konstruksi selaput, plat-plat lipatan, ornamen-ornamen dan unsur-unsur sejenis. Disamping kekuatan dari acuan (cetakan), juga stabilitas perlu dipehitungkan dengan baik.7.Tiang-tiang acuan dari kayu harus dipasang diatas papan kayu yang kokoh dan harus distel dengan baji. Tiap-tiap tiang tidak boleh mempunyai lebih dari satu sambungan yang disokong di samping. Bambu tidak boleh dipakai sebagai tiang acuan kecuali apabila diizinkan oleh pengawas.

c.Bahan-Bahan Bekesting

1. Kayu

Kayu adalah merupakan hasil alam terdiri dari sel-sel yang ukuran serta bentuknya bermacam-macam. Sel-sel ini dibentuk pada masa pertumbuhan pohon. Ukuran dari sel-sel kayu yang terbesar, letaknya sejajar dengan arah batang pohon kayu tersebut.

Pada saat kayu akan dikerjakan, struktur serat-seratnya perlu diperhatikan. Kayu yang bentuknya hampir lurus dimana arah jaringan serat-seratnya hampir sejajar dengan sumbu batang kyu. Pekerjaanya akan lebih mudah (misalnya mengetam) dari pada kayu yang seratnya tidak teratur.

Pada saat pembuatan bekesting harus diperhatikan perilaku kayu, apabila kayu yang sudah dikeringkan akan dipakai untuk bekesting, maka jarak dari papan tersebut harus diatur jangan terlalu sempit (sedikit renggang, karena pada saat pertama beton dico (pertama kali hujan), kayu akan sedikit mengembang.

Perilaku kekuatan kayu juga dipengaruhi oleh kelembaban kayu, karena semakin lembab udaranya serat-serat kayu akan lebih lunak (serat-serat kayu menyerap air). Hal ini mengakibatkan mutu (kekuatan) kayu berkurang. Kayu adalah suatu material yang tidak homogen, karena perilaku dan kekuatan yang tegak lurus terhadap arah serat-seratnya jauh lebih besar dari kekuatan yang sejajar dengan arah serat kayu.

2.Baja

Dari pembahasan bekesting kayu, ternyata kerugiannya terutama diakibatkan keawetannya yang rendah dan masalah dengan ukuran pelaksanaan akibat perilaku kelembabannya. Disamping bekesting dari kayu banyak memerlukan tenaga kerja. Dibawah ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang keuntungan baja terhadap kayu sebagai bekesting adalah :

(Ukuran yang tepat

(Kekuatan dan kekakuan yang lebih besar (bentang yang panjang memungkinkan)

(Cepat dan mudah pemasangannya

(Awet bila baik pemeliharaanya

(Lebih aman

Sedangkan, beberapa kerugiannya adalah sebagai berikut :

(Harga pembelian yang lebih tinggi

(Berat sendiri yang lebih besar (diperlukan keran untuik pemasangan)

(Kemungkinan berkarat

(Pabrikasi harus ditempat kerja, khusus dan membutuhkan tenaga yang berkualitas

(Biaya pengangkutan yang murah.

Akibat dari biaya bahan yang tinggi, bekesting baja dapat dipertanggungjawabkan bila akan dipakai berualang-ulang (50-100 kali).

Sistem Bekesting Baja

Perlengkapan bekesting baja yang berada ditempat pekerjaan khusus, lebih banyak dibutuhkan perhatian terhadap :

(Sambungan bersendi diantara bagian-bagian yang berbeda

(Pengaturan ketinggian yang mudah

(Mudah dibongkar, dan kemungkinan pembongkaran yang cepat

Sistem bekesting dari baja digunakan pabrikasi elemen beton (produksi berantai) ditempat pekerjaan khusus dibuat itu. Pada pekerjaan bangunan yang sama bekesting dapat dipakai untuk berulang kali (misal untuk suatu komplek perumahan ).

d. Bahan-bahan Bangunan Untuk Mempermudah Pembongkaran Bekesting

1.Dengan Air

Pengunaan air adalah untuk memulas permuakaan acuan (cetakan) sebelum beton dituangkan, biasanya untuk pekerjaan beton yang akan diplester. Penggunaan air sangat penting untuk pekerjaan kecil, misalnya acuan balok, sloop, dll. Penggunaan air dilakukan dengan cara menyiramkan pada seluruh permuakaan acuan (cetakan).

2.Dengan Release Agent

Yang dimaksud dengan release agent diantaranya oli bekas / minyak pelumas dan meni.

Kelemahan oli adalah setelah beton dibongkar masih terdapat sisanya menempel dipermukaan beton, jadi agak sulit dalam pemlesterannya. Oleh sebab itu pemakaian oli jarang sekali kecuali pada konstruksi khusus.

3.Dengan Kapur

Pemakaian kapur sama dengan pemakaian air dan meni pada acuan (cetakan) beton, pemakaiannya tidak bisa pada semua tempat, misalnya pada acuan (cetakan) lantai idak bisa digunakan, karena kalau terinjak kapur akan hilang. Oleh sebab itu, pemakaian kapur hanya pada daerah (permukaan) yang sempit, misalnya pembuatan tiang pancang. Hal ini untuk menjaga agar acuan (cetakan) waktu dibongkar akan didapatkan jarak antara yang satu dengan yang lainnya sejarak tiang pancang tersebut.

2. TULANGAN 1.Macam / Tipe Baja TulanganAda 2 jenis baja tulangan, yaitu tulangan polos (plain bar) dan tulangan ulir (deformed bar), yaitu :

a.Tulangan ulirBerdasarkan SNI ( dalam Wahyudi, 1999 :33), digunakan simbol D untuk menyatakan diameter tulangan ulir. Sebagai contoh, D-10 dan D-19 menunjukkan tulangan ulir berdiameter 10 mm dan 19 mm.

Tulangan ini tersedia mulai dari diameter 10 hingga 32 mm, meskipun ada juga yang lebih besar, tetapi umumnya diperoleh melalui pesanan khusus.

Bedasarkan ketentuan SNI T-15-1991-03 pasal 3.5 (dalam Wahudi, 1999 : 33) baja tulangan ulir labih diutamakan pemakaiannya untuk batang tulangan. Salah satu tujuan dari ketentuan ini adalah agar struktur beton bertulang tersebut memiliki keandalan terhadap efek gempa, Karena antara lain terdapat lekatan yang lebih baik antara beton dengan tulangannya.

Persyaratan yang harus dipenuhi oleh baja tulangan ulir menurut L. Wahyudi (1999:3) antara lain:

(Mutu dan cara uji harus sesuai dengan SII-0136-86 atau ekivalen JLS. G. 3112

(Baja tulangan ulir mempunyai kuat leleh lebih besar dari 400 KN/cm2 boleh dipakai asalkan fy adalah tegangan yang memberikan regangan 0,30 %.

(Baja tulangan beton yang dianyam harus memilih ASTM AIG4 Spesification For Fabricated Deform Steel Bar Mats For Concrete Reinforcement.

Tabel. 1 Dimensi Nominal Tulangan Ulir

Diameter

(mm)Berat

(kg/m)Keliling

(cm)Luas Penampang

(cm2)

100,673,140,785

131,044,081,33

161,585,022,01

192,235,962,84

222,986,913,80

253,857,854,91

326,3110,058,04

367,9911,3010,20

409,8712,5612,60

b. Tulangan polos (Plain)

Baja tulangan ini tersedia dalam beberapa macam diameter tetapi karena ketentuan SNI (dalam Wahyuidi, 1999 : 32), hanya memperkenankan pemakaiannya untuk sengkang dan tulang spiral, pemakiannya terbatas. Saat ini tulangan polos yang mudah dijumpai adalah hingga diameter 16mm, dengan panjang standar 12 meter.

Table 2 Dimensi Efektif Tulangan Polos

Diameter

(mm)Berat

(kg/m)Keliling

(cm)Luas penmpang

(cm2)

60,2221,880,283

80,3952,510,503

100,6173,140,785

120,8883,771,13

161,585,022,01

Untuk melindungi tulangan terhadap bahaya kebakaran dan korosi disebelah luar tulangan harus diberi tebal minimum beton. Tebal selimut beton bervariasi tergantung pada tipe konstruksi dan kondisi lingkungan. Berdasarkan pasal 3.16.7 SNI, tebal selimut beton bertulang yang tidak langsung berhubungan dengan cuaca atau tanah adalah tidak boleh lebih kecil dari 20 mm untuk pelat, dinding, dan pelat berusuk yang menggunkan diameter tulangan lebih kecil dari D-36, sert 40 mm untuk balik dan kolom. Jika beton tersebut berhubungan langsung dengan tanah, tebal selimut minimum adalah 40-50 mm, tergantung dari diameter tulangannya, tetapi jika beton tersebut dicor langsung ditanah tanpa adanya lapisan dasar atau lantai kerja, tebal selimut beton minimum 70 mm. (L.Wahyudi, 1999:32)

Gambar 10. Jenis-jenis Baja Tulangan

2.Pengaitan Dan Pembengkokan

a. Pengaitan pada batang-batang

Kait-kait pada batang tulangan dapat berupa kait penuh, miring, atau lurus. Garis tengah krakteristik k adalah sebuah garis tengah dari suatu batang yang dimisalkan berpenampang bulat dan panjang, Volume, dan beratnya sama seperti batang baja sebenarnya yang berpenampang deform. Untuk baja polos kaitan harus dibengkokkan agar garis tengah kait paling sedikit 2,5 k. Garis tengah kait dari batang deform minimal harus 4 k, dan untuk kait lurus dan miring 5 k, (Pedoman Pengerjaan Beton, 1997:104).

b.Pengaitan pada sengkangSengkang-sengkang pada balok dan kolom harus dilengkapi kait miring atau kait lurus. Penggunaan sengkang pada kolom harus dipasang berselang-seling.

c.Pembengkokan pada batang-batang

Pembengkokan adalah perubahan arah yang diperlukan batang. Pembengkokan pada batang-batang tulangan utama harus mempunyai garis tengah dalam paling sedikit 10 k, ( Pedoman Pengerjaan Beton , 1997:105 ).

3.Perilaku Dan PenentunyaCiri-ciri khas baja tulangan adalah:

(Kuat tarik;

(Batas luluh / tarik;

(Regangan pada tulangan maksimal;

(Modulus elastisitas

Sifat-sifat ini dapat ditentukan secara pengujian tarik. Pada uji tarik, Dilakukan suatu pengujian tarik batang baja beton hingga batang patah.3.BETON1. Pengertian- pengertian

a.Beton

Campuran antara semen portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat.

b. Beton bertulang

Beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum, yang disyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja

c. Beton normal

Beton yang mempunyai berat satuan 2.200 kg/m3 sampai 2.500 kg/m3 dan dibuat menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah.

d. Beton polos

Beton tanpa tulangan atau mempunyai tulangan tetapi kurang dari ketentuan minimum.

e. Beton pracetak

Elemen atau komponen beton tanpa atau dengan tulangan yang dicetak terlebih dahulu sebelum dirakit menjadi bangunan.

f. Beton prategang

Beton bertulang yang telah diberikan tegangan tekan dalam untuk mengurangi tegangan tarik potensial dalam beton akibat beban kerja.

g. Beton ringan

Beton yang mengandung agregat ringan dan mempunyai berat satuan tidak lebih dari 1.900 kg/m3.

h. Beton ringan-pasir

Beton ringan yang semua agregat halusnya merupakan pasir berat normal.

I. Beton ringan-total

Beton ringan yang agregat halusnya bukan merupakan pasir alami.

2. Persyaratan-persyaratan Perencanaan Struktur

Dalam perencanaan struktur beton bertulang harus dipenuhi syarat-syarat berikut:

1) Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku.

2) Analisis dengan komputer, harus disertai dengan penjelasan mengenai prinsip cara kerja program, data masukan serta penjelasan mengenai data keluaran.

3) Percobaan model diperbolehkan bila diperlukan untuk menunjang analisis teoritis.

4) Analisis struktur harus dilakukan dengan model-model matematis yang mensimulasikan keadaan struktur yang sesungguhnya dilihat dari segi sifat bahan dan kekakuan unsur-unsurnya.

Bila cara perhitungan menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti persyaratan sebagai berikut:

1. Struktur yang dihasilkan harus dapat dibuktikan cukup aman dengan bantuan perhitungan dan/atau percobaan.

2. Tanggung jawab atas penyimpangan yang terjadi dipikul oleh perencana dan pelaksana yang bersangkutan.

3. Perhitungan dan/atau percobaan tersebut diajukan kepada panitia yang ditunjuk oleh pengawas bangunan yang berwenang, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi wewenang menentukan segala keterangan dan cara-cara tersebut. Bila perlu, panitia dapat meminta diadakan percobaan ulang, lanjutan atau tambahan. Laporan panitia yang berisi syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan penggunaan cara tersebut mempunyai kekuatan yang sama dengan tata cara ini.

3. Kelebihan dan Kekurangan Beton

Dalam keadaan mengeras, beton bagaikan batu karang dengan kekuatan tinggi. Dalam keadaan segar, beton dapat diberi bermacam bentuk, sehingga dapat digunakan untuk membentuk seni arsitektur atau semata-mata untuk tujuan dekoratif (hiasan). Beton juga akan memberikan hasil akhir yang bagus jika pengolahan akhir dilakukan dengan cara khusus, umpamanya diekspose agregatnya (agregat yang mempunyai bentuk yang bertekstur seni tinggi diletakkan dibagian luar, sehingga nampak jelas pada permukaan betonnya). Selain tahan terhadap serangan api seperti yang telah disebutkan di atas, beton juga tahan terhadap serangan korosi.

Secara umum kelebihan dan kekurangan beton adalah:

1). Kelebihan

a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi

b. Mampu memikul beban yang berat

c. Tahan terhadap temperature yang tinggi

d. Biaya pemeliharaan yang kecil.

2). Kekurangan

a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah

b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi

c. Berat

d. Daya pantul suara yang besar.

Sebagian besar bahan pembuat beton adalah bahan lokal (kecuali semen Portland atau bahan tambah kimia), sehingga sangat menguntungkan secara ekonomi. 4. Aktivitas Pengerjaan Beton

Pengerjaan beton tidak hanya terdiri dari satu titik kegiatan, tetapi terdiri dari beberapa kegiatan yang saling berhubungan. Setiap aktivitas kegiatan tersebut harus dikontrol agar hasilnya sesuai dengan yang direncanakan.

Ternyata dituntut kerjasama yang baik antara pengelola proyek, pemilik dan konsultan perencana serta antara konsultan perencana, penasihat dan pelaksana. Disamping harus dapat menerjemahkan keinginan pemilik, pelaksana dan pengelola proyek harus memahami ketentuan- ketentuan dari instansi pemerintah karena perencanaan beton harus memenuhi standar mutu yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Berdasarkan bagan di atas, aktivitas utama pengerjaan beton terletak adalah perencanaan yang dilakukan oleh konsultan perencana dan pengendalian mutu pada saat pelaksanaan yang dilakukan oleh kontraktor dibawah pengawasan konsultan perencanaan dan supervise. Pengerjaan beton dimulai jika telah ada penunjukan atau perintah kerja dari pemilik.

Kegiatan perencanaan beton dimulai dari quarry atau tempat penambangan sumber alam. Perencana harus mengambil contoh-contoh material yang akan digunakan, sesuai dengan ketentuan standar baku yang telah ditetapkan. Contoh uji ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk dicek dan diuji. Setelah nilai masing-masing bahan tersebut diperoleh, perencanaan beton (mix design) harus dilakukan dengan spesifikasi yang telah ditetapkan.

Setelah perencanaan beton selesai, perlu dilakukan pegujian lanjutan melalui pengujian campuran beton di laboratorium, meliputi pengujian beton segar dan pengujian beton keras, bertujuan untuk mengetahui workability atau kemudahan dalam pengerjaannya. Kemudahan tersebut dapat dilihat dari nilai slump beton. Tujuan pengujian beton segar lainnya adalah untuk melihat apakah terjadi bleeding dan segregation atau tidak.

Setelah pembuatan campuran di laboratorium selesai dilakukan, proses salanjutnay adalah membawa hasil komposisi mix design tersebut sebagai Job Mix Formula (JMF) ke tempat pengolahan beton (molen atau concrete plant). Selama masa pengolahan beton ini berjalan, proses pengawasan kualitas harus tetap dilakukan oleh kontraktor, dibawah pengawasan konsultan pengawas. Jika terjadi perubahan terhadap parameter bahan penysun beton, pengujian laboratorium harus dilakukan lagi sebagai quality control bahan-bahan komposisi beton. Dari pengolahan beton, beton dibawa ke tempat pekerjaan beton, yakni tempat pengecorannya. Selama masa pengangkutan, beton segar tersebut harus tetap dijaga agar tidak mengalami kehilangan Faktor Air Semen yang dapat menyebabkan menurunnya kekuatan tekan beton. Hal ini dilakuakan agar beton yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.

Selama masa pelaksanaan pun proses control tidak boelh dihentikan. Pada masa ini, pelaksanaan pengecoran, pemadatan,perawatan dan penyelesaian harus diawasi. Setelah beton mengeras dan berumur 28 hari, harus dilakukan uji tekan untuk mengetahui kekuatannya.

5. Campuran Beton

a. Semen

1. Pengertian

Beton umumnya tersusun dari tiga bahan penyusun utama yaitu semen, agregat dan air. Jika diperlukan, bahan tambah (admixture) dapat ditambahkan untuk mengubah sifat-sifat tertentu dari beton yang bersangkutan.

Semen merupakan bahan campuran yang secara kimiawi aktif setelah berhubungan dengan air. Agregat tidak memainkan peranan yang penting dalam reaksi kimia tersebut, tetapi berfungsi sebagai bahan pengisi mineral yang dapat mencegah perubahan- perubahan volume beton setelah pengadukan selesai dan memperbaiki keawetan beton yang dihasilkan.

2. Jenis Semen

Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:

1). Semen non-hidrolik dan

2). Semen hidrolik.

1). Semen non-hidrolik

Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.

Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu yang mengandung kalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor (belum berhubungan dengan air) dan akan mengandung banyak hidroksida ketika telah berhubungan dengan air.

Kapur mati dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

1. dapat dimatikan dengan cepat

2. dapat dimatikan dengan agak lambat

3. dapat dimatikan dengan lambat

Kapur mati didapatkan dengan menambahkan air secukupnya (sekitar sepertiga dari berat kapur tohor).

Kapur putih ini cocok untuk menjernihkan plesteran langit-langit, untuk mengapur kamar-kamar yang tidak penting dan garasi, atau untuk membasmi kutu-kutu dalam kandang. Jika digunakan sebagai bahan tambah campuran beton, kapur putih akan menambah kekenyalan dan memperbaiki sifat pengerjaan beton. Dengan menggunakan campuran 1:3, kapur putih dapat memperbaiki permukaan beton yang tidak mengandung pori-pori. Kapur putih merupakan komponen utama dari bata yang terbuat dari pasir dan kapur. Kekuatan kapur bahan sebagai pengikat hanya dapat mencapai sepertiga kekuatan semen Portland.

2). Semen hidrolik

Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras didalam air. Contoh semen hidrolik antara lain kapur kapur hidrolik,semen pozollan, semen terak, semen alam, semen Portland, semen Portland-pozollan, semen Portland terak tanur tinggi, semen alumina, dan semen expansip. Contoh lainnya adalah semen Portland putih, semen warna, semen-semen untuk keperluan khusus.

Dalam kesempatan ini penulis hanya menuliskan semen yang sering digunakan dalam pembangunan struktur, yakni semen Portland.

Semen Portland adalah bahan kontruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan beton. Menurut ASTM C-150,1985, semen Portland didefinisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.

Semen Portland yang digunakan di Indonesia harus memenuhi syarat SII.0013-81 atau Standar Uji Bahan Bangunan Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam standar tersebut (PB,1989: 3.2-8).

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam pembangunan fisik disektor kontruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar yang jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan menjadi beton kasar (concrete)3. Penyimpanan Semen

Agar semen tetap memenuhi syarat meskipun disimpan dalam waktu lama, cara penyimpanan semen perlu diperhatikan (PB, 1989: 13). Semen harus terbebas dari bahan kotoran dari luar. Semen dalam kantong harus disimpan dalam gudang tertutup, terhindar dari basah dan lembab, dan tidak tercampur dengan bahan lain. Semen dari jenis yang berbeda harus dikelompokkan sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan tertukarnya jenis semen yang satu dengan yang lainnya. Urutan penyimpanan harus diatur sehingga semen yang lebih dahulu masuk gudang terpakai lebih dahulu.

Semen curah harus disimpan di dalam silo yang terbuat dari baja atau beton dan harus terhindar dari kemungkinan tercampur dengan bahan lainnya. Apabila semen telah disimpan terlalu lamu, perlu dibuktikan dulu bahwa semen tersebut memenuhi syarat sebelum dipakai.

Untuk menghindari pecahnya kantong semen, tinggi maksimum timbunan zak semen adalah 2 meter atau sekitar 10 zak. Jarak bebas antara bidang dinding dan semen sekitar 50 cm, sedangkan jarak bebas antara lantai dan semen sekitar 30 cm.

b. Agregat

Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat tinggi. Berdasarkan pengalaman, komposisi agregat tersebut berkisar 60%-70% dari berat campuran beton. Walaupun fungsinya hanya sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar, agregat inipun menjadi penting. Karena itu perlu dipelajari karateristik agregat yang akan menentukan sifat mortar atau beton yang akan dihasilkan.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum, agregat dapat dibedakan berdasarkan ukurannya, yaitu,agregat kasar dan agregat halus. Batasan antara agregat halus dan agregat kasar berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya.

Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih kecil dari 40 mm. agregat yang ukurannya lebih besar dari 40mm digunakan untuk pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan tanah, bronjong atau bendungan dan sebagainya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir dan agregat kasar dinamakan kerikil, spilit, batu pecah, kricak, dan lainnya.

a. Persyaratan

Ukuran maksimum nominal agregat kasar harus tidak melebihi:

(1) 1/5 jarak terkecil antara sisi-sisi cetakan, ataupun

(2) 1/3 ketebalan pelat lantai, ataupun

(3) 3/4 jarak bersih minimum antara tulangan-tulangan atau kawat-kawat, bundel tulangan, atau tendon-tendon prategang atau selongsong-selongsong.

b. Sifat-Sifat Agregat Dalam Campuran Beton

Sifat-sifat agregat sangat berpengaruh pada mutu campuran beton. Untuk menghasilkan beton yang mempunyai kekuatan seperti yang diinginkan.sifat-sifat ini harus diketahui dan dipelajari agar kita dapat mengambil tindakan yang positif dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul

c. Penyimpanan Agregat

Agregat biasanya tidak ditempatkan dalam ruang tertutup tetapi diletakkan diudara terbuka atau stock field. Ada persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyimpanan agregat ini,antara lain:

1. Pengawasan agregat harus dimulai dari saat kedatangannya sampai dengan pengambilan kembali.

2. Agreget harus ditimbun di atas bak-bak berlantai jika volumenya dibawah 10 kubik meter. Jika volumenya besar, sebaiknya dibuatkan landasan menggunakan land concrete campuran 1:3:5 untuk menghindari tercampurnya tanah dengan agregat pada saat pengambilan.

3. Jika agregat yang ditimbun dalam keadaan kering, terutama untuk agregat yang ditimbun di stock field, sebaiknya agregat disiram dengan menggunakan sprinkle (slang air)

4. Agregat diuji secara berkala sebelum digunakan, sebagai kontrol kualitas bahan.

c. Air

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan beton. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula, atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton, bahkan dapat mengubah sifat-sifat beton yang dihasilkan.

Karena pasta semen merupakan hasil reaksi kimia antara semen dengan air, maka bukan perbandingan jumlah air terhadap total berat campuran yang penting, tetapi justru perbandingan jumlah air dengan semen atau yang biasa disebut sebagai Faktor Air Semen (water cement ratio). Air yang berlebihan akan menyebabkan banyaknya gelembung air setelah proses hidrasi selesai, sedangkan air yang terlalu sedikit akan menyebabkan proses hidrasi tidak tercapai seluruhnya, sehingga akan mempengaruhi kekuatan beton pada umur 7 hari atau 28 hari tidak boleh kurang dari 90% jika dibandingkan dengan kekuatan beton yang menggunakan air standar/suling (PB, 1989: 9).

a. Sumber-Sumber Air

Air yang digunakan dapat berupa air tawar (dari sungai, danau, telaga, kolam dan lainnya), air laut maupun air limbah, asalkan memenuhi syarat mutu yang telah ditetapkan. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Garam-garaman dalam air laut ini akan mengurangi kualitas beton hingga 20%. Air laut tidak boleh digunakan sebagai bahan campuran beton pra tegang ataupun beton bertulang karena resiko terhadap karat lebih besar. Air buangan industi yang mengandung asam alkali juga tidak boleh digunakan.

Sumber-sumber air yang ada adalah sebagai berikut:

1) Air yang terdapat diudara

2) Air hujan

3) Air tanah

4) Air permukaan

5) Air laut

b. Syarat Umum Air

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung minyak. Asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton atau tulangan. Sebaliknya dipakai air tawar yang dapat diminum. Air yang digunakan dalam pembuatan beton pra-tekan dan beton yang akan ditanami logam alminium (termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat) tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan (ACI 318-89: 2-2).

1) Air yang digunakan pada campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan merusak yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan.

2) Air pencampur yang digunakan pada beton prategang atau pada beton yang di dalamnya tertanam logam aluminium, termasuk air bebas yang terkandung dalam agregat, tidak boleh mengandung ion klorida dalam jumlah yang membahayakan.

3) Air yang tidak dapat diminum tidak boleh digunakan pada beton, kecuali ketentuan berikut terpenuhi:

Pemilihan proporsi campuran beton harus didasarkan pada campuran beton yang menggunakan air dari sumber yang sama.

Hasil pengujian pada umur 7 dan 28 hari pada kubus uji mortar yang dibuat dari adukan dengan air yang tidak dapat diminum harus mempunyai kekuatan sekurang-kurangnya sama dengan 90% dari kekuatan benda uji yang dibuat dengan air yang dapat diminum.

Perbandingan uji kekuatan tersebut harus dilakukan pada adukan serupa, terkecuali pada air pencampur, yang dibuat dan diuji sesuai dengan Metode uji kuat tekan untuk mortar semen hidrolis (Menggunakan spesimen kubus dengan ukuran sisi 50 mm) (ASTM C 109).

c. Pemilihan Pemakaian Air

Pemilihan air yang digunakan sebagai campuran beton didasarkan pada campuran beton. Air tersebut harus berasal dari sumber yang sama dan terbukti dapat menghasilkan beton yang syarat.

Jika air yang ada dari suatu sumber belum terbukti memenuhi syarat, harus dilakukan uji tekan mortar yang dibuat dengan air tersebut, yang kemudian dibandingkan dengan campuran mortar yang menggunakan air suling. Hasil pengujian (pada usia 7 hari dan 28 hari) kubus adukan yang dibuat dengan air campuran yang tidak dapat diminum paling tidak harus mencapai 90% dari kekuatan spesimen serupa yang dibuat dengan air yang dapat diminum.

d. Bahan Tambah

Admixture bahan-bahan yang ditambahkan ke dalam campuran beton pada saat atau selama pencampuran berlangsung. Fungsi dari bahan ini adalah untuk mengubah sifat-sifat dari beton agar menjadi lebih cocok untuk pekerjaan tertentu, atau untuk menghemat biaya.

Admixture atau bahan tambah didefinisikan sebagai material selain air, agregat dan semen hidrolik yang dicampurkan dalam beton atau mortar yang ditambahkan sebelum atau salama pengadukan berlangsung. Bahan tambah digunakan untuk memodifikasi sifat dan karakteristik dari beton misalnya untuk dapat dengan mudah dikerjakan, penghematan atau untuk tujuan lain seperti penghematan energi.

Beberapa Alasan Penggunaan Bahan Tambah:1. Memodifikasi Beton Segar, Mortar dan Grouting

a. Menambah sifat kemudahan pekerjaan tanpa menambah kandungan air atau mengurangi kandungan air dengan sifat pengerjaan yang sama

b. Menghambat atau mempercepat waktu pengikatan awal dari campuran beton

c. Menghambat atau mencegah penurunan atau perubahan volume beton

d. Mengurangi segregasi

e. Mengembangkan dan meningkatkan sifat penetrasi dan pemompaan beton segar

f. Mengurangi kehilangan nilai slump.

2. Memodifikasi Beton Keras, Mortar dan Grouting

a. Menghambat atau mengurangi ekolusi panas selama pengerasan awal

b. Mempercepat laju pengembangan kekuatan beton pada umur muda

c. Menambah kekuatan beton (kuat tekan kuat lentur atau kuat geser dari beton)

d. Menambah sifat keawetan beton atau ketahanan dari gangguan luar

e. Mengurangi kapilaritas dari air

f. Mengurangi sifat permeabilitas

g. Mengontrol pengembangan yang disebabkan oleh reaksi dari alkali termasuk dalam agregat

h. Menghasilkan struktur beton yang baik

i. Menambah kekuatan ikatan beton bertulang

j. Mengembangkan ketahanan gaya impact (berulang) dan ketahanan abrasi

k. Mencegah korosi yang terjadi pada baja (embedded metal)

l. Menghasilkan warna tertentu pada beton atau mortar.4.SCAFFOLDING.

A. Bagian Bagian Scaffolding dan ukurannya :

1. Main frame.

Keterangan :

a = 124 cm

b = 193 cm

2.Ladder frame.

Keterangan:

a = 124 cm

b = 91 cm

3.Cross bracing.

3.a.Cross Bracing Main Frame.

3.b.Cross Bracing Ladder Frame.

4.Base jack5.Head jack

6. Join pin

B. Perlengkapan Pendukung Scaffolding

1.Stronger

2.Hory beam

3.Support

CFungsi1.Fungsi Scaffolding di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi.

1.Sebagai penerima beban.

2. Sebagai penyangga.

3. Untuk mempermudah para pekerja menjangkau wilayah yang tinggi.

4. Sebagai penahan balok sesaat sebelum pengecoran .

2.Fungsi Support di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi. 1.Sebagai penerima beban dan penyangga.

2.Sebagai penahan balok dan plat lantai sebelum pengecoran.

3.Fungsi Hory beam di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi.

1.Sebagai penahan bekesting plat lantai sesaat.

2.Mempertahankan kedataran bekesting plat lantai sebelum dan sesudah pengecoran.

4.Fungsi Stronger di Dalam Suatu Proyek / Konstruksi

1.Untuk mengapit sisi-sisi bekesting kolom agar tertutup rapat.

2.Mempertahankan kedataran kolom sesuai dengan kedataran bekesting.

B.TOPIK PKL

1.`Perhitungan Kebutuhan Bahan Untuk 1 Kolom Pada Gedung Aula, Lantai 1

a.Perhitungan Pembesian Kolom Lantai 1, Gedung Aula

1.Tulangan Utama D 19,

Panjang 1 batang besi utuh = 12 m

Panjang 1 potong tulangan utama = 3,76 m ; untuk K1 dan K2.

1 batang besi utuh =3 potong

1 kolom butuh= 12 potong

Jadi kebutuhan 1 kolom=12/3 = 4 batang besi utuh

2.Tulangan sengkang 10 mm,

Panjang 1 batang besi utuh = 10 m

Panjang lurus 1 tulangan sengkang = 1,48 m

1 batang besi utuh didapat = 6 sengkang, dengan sisa 0,76 m

1 kolom butuh=28 sengkang

Jadi kebutuhan 1 kolom=28/6 = 4 2/3 batang besi utuh

b.Perhitungan Perancah Kolom Lantai 1, Gedung Aula Analisa Perhitungan

EMBED PBrush 1.Multiplek 122 x 244, dengan tebal 9 mm

a.Untuk.ukuran bekesting ( 40 x 400 cm ).

1 multiplek bisa dipotong 3 potongan ukuran 40 x 240 cm. sisa anggap tidak ada

ss

1 sisi kolom dibutuhkan 2 potong dengan sisa ( 40 x 65 cm ), 65 cm. = ( 2 x 244 ) - 400 = 88cm.

2 sisi kolom butuh 4 potong dengan sisa potongan 2 buah ukuran ( 40 x 65 cm )

Jadi, untuk 1 kolom dibutuhkan 4/3 atau 11/3 lembar multiplek.

b.Untuk ukuran ( 52 x 400 ).

1 multiplek bisa dipotong menjadi 2 bagian, dengan sisa potongan ( 18 x 240 cm ).

1 sisi kolom dibutuhkan 2 potong, dengan sisa ( 18 x 65 cm ), dimana lebar sisa potongan adalah 122 104 = 18 cm, dan tinggi sisa potongan adalah ( 2 x 244 ) 400= 88 cm.

2 sisi kolom butuh 4 potong dengan sisa potongan 2 buah ukuran ( 18 x 65 cm )

Jadi, untuk 1 kolom dibutuhkan 4/2 = 2 lembar multiplek.

Jadi, kebutuhan total multiplek untuk 1 kolom = 2 + 1 1/3 = 3 1/3 lembar multiplek.

2.Kebutuhan kayu

a.Kayu 3 x 4 panjang 4m

1 batang kayu utuh panjangnya 4,8 m

-1 batang kayu utuh dapat dipotong 1 potongan dengan ukuran 4 m,dan sisa 0,8 m.

1 kolom dibutuhkan 4 potongan dengan panjang 4 m.

Jadi 1 kolom dibutuhkan 4 batang

b. Kayu 2x 3panjang 0,9m 1 batang kayu utuh dapat dipotong 5 potongan dengan ukuran 0,9. dan sisa 0,33 m

Untuk 1 kolom dibutuhkan 32 potongan dengan panjang 0,9 m.

Jadi, untuk 1 kolom = 32/5 = 6 2/5 batang.

c.Kayu 2 x 2

Kayu 2x2panjang 4m

1batang kayu utuh panjangnya 4,8 m

-1 batang kayu utuh dapat dipotong 1 potongan dengan ukuran 4 m,dan sisa 0,8 m.

Untuk 1 kolom dibutuhkan 8 potongan dengan panjang 4 m.

Jumlah kayu 2x2 yang dibutuhkan untuk 1 kolom = 8 batang.

Kayu 2x2 panjang 0.3 m1batang kayu utuh panjangnya 4,8 m.

-1 batang kayu utuh dapat dipotong 16 potongan dengan ukuran 0,3 m,dan tidak sisa.

Jadi, untuk 1 kolom dibutuhkan 20 potongan dengan panjang 0,3 m.

2 potong diperoleh dari sisa kayu 2x2 yaitu 0.8 m

Sedangkan 18 potong lagi dibutuhkan 18/16 =1 1/3batang.

Jumlah kayu 2x2 yang dibutuhkan untuk 1 kolom = 1 1/3 + 8 = 9 1/3 batang.

Total kayu 2x2 yang dibutuhkan = 2 batang dengan sisa 4,2

3.Stronger ( penguat ).

Jarak antar stronger 60 cm, jadi jumlah yang diperlukan untuk 1 kolom adalah 14 buah

4.Beton segar

Panjang kolom = 4m 0,5m = 3,5m, dimana 0,5m adalah tinggi maksimal balok (B3).

Untuk kolom = Volume kolom = 0,4 x 0,4 x panjang kolom

=0,4 x 0,4 x 3,5

=0,56 m3.

=0,56 m3.

Rekapitulasi / Simpulan Kebutuhan Bahan Untuk 1 KolomA.PEMBESIAN

1. Tulangan utama D 19 mm

Jumlah = 4 batang, dengan panjang 11,98 m

2.Tulangan sengkang 10 mm

Jumlah = 4 2/3 batang, dengan panjang 10 m

B. CETAKAN / BEKESTING

1.Multiplek 9 mm

Jumlah 3 1/3 lembar

2.Kayu 2in x 2 in, dengan jumlah = 9 1/3 batang

Kayu 2 in x 3 in, dengan jumlah = 6 2/5 batang

Kayu 3 in x 4 in, dengan jumlah = 4 batang

3. Penguat (stronger) = 16 buah

C.STRONGER (PENGUAT)

Jumlah stronger yang diperlukan 16 buah tiap 1 kolom

D.BETON SEGAR

Volume beton segar 0,56 m3 untuk 1 kolom.2. Metode Pelaksanaan Kolom

`

no

ok

Fow chart pelaksanaan kolom

a.Pekerjaan Persiapan

Pembuatan kolom ukuran 40x40x400

Ukuran sengkang 35x35

1. Pembacaan gambar

Dari pembacaan gambar kita mengetahui dimensi kolom, dimensi sengkang,beserta diameter besi kolom

2. Persiapan alat dan bahan

Alat-alat dan bahan disiapkan dalam suatu bengkel kerja tersendiri. Alat dan bahan perancah disiapkan dibengkel peracah sebelum memulai pakerjaan. Begitu juga dengan tulangan disiapkan di bengkel tulangan.

3. Pembuatan beton tahu dan baji

Sebelum pekerjaan dimulai sebaiknya beton tahun dan baji telah disiapkan sehingga bila sewaktu-waktu di perlukan bisa langsung digunakan

b. Pemasangan sepatu kolom

Penentuan acuan penarikan benang yaitu pada sudut-sudut bangunan

Pada acuan tersebut dipastikan stik (panjang penyaluran ) sesuai dengan gambar dan ketegakannya bagus. Penyetelan ketegakannya dengan kolom dibawahnya dengan menggunakan pesawat theodolit yang ketegakannys dibidik dari kedua sisi yang saling tegak lurus Pada masing-masing acuan, kayu diikatan pada stik dengan 2 sisi yang saling tegak lurus.

Pemasangan paku dengan jarak 2,5 cm dari luar stik. Dan pada paku tersebut diikat benang yang kemudian ditarik ke acuan lainnya.

Pada masing-masing tempat yang akan dibuat kolom benang tersebut dipindahkan/diload kelantai menggunakan unting-unting. Dari garis tersebut diukur 6cm kemudian dipasangakan sepatu kolom

Untuk stik yang tidak berada di acuan satu sisi cara pembuatan sepatu kolo seperti diatas, namun di sisi lainnya sepatu kolom dibuat dengan mengukur 20 cm(setengah lebar kolom) dari as stik ke lantai kemudian ditambah 6cm .

Catatan: 2,5 cm = tebal beton tahu

6cm = tebal mal(multiplek + kayu 2 x 2 )

= 1cm + 5cm

sepatu kolomc. Pabrikasi bekesting dan perancah kolom Kolom yang akan dibuat berdimensi 40 cm x 40cm dan tinggi 4meter. Dari ukuran tersebut akan dibuat bekesting dengan 4sisi yaitu 2sisi dengan lebar 40 cm dan 2sisi lagi berukuran 52cm

52cm = 40 + 2(tebal multiplek + kayu 2x2)

=40+ 2(1+5)cm

Gambar penentuan lebar multiplek yang dibutuhkan

Pemotongan multiplek dengan lebar 40cm dan panjang 244cm serta lebar 40cmdan panjang 156cm masing-masing 2 buah

Pemotongan multiplek dengan lebar 40cm dan panjang 244cm serta lebar 40cmdan panjang 156cm masing-masing 2 buah.

Catatan: 244cm+156cm =4m

Pakukan kayu 2x2 dengan multiplek sehingga didapat bekisting 40cm x 4mdan 52x4m masing-masing 2 buah

Gambar pemasangan kayu 2x2 Pasang kayu penguat 2x2 pada sisi 40cm =3 buah. Dan pada sisi 52cm 8 buah

Gambar pemasangan kayu penguat

Pasang broti 2x3dan 3x4pada sisi yang memiliki lebar 52cm . sedang pada sisi dengan lebar 40 cm tidakdipasang

Gambar pemasangan kayu pengaku

Rangkaikan 3sisi bekisting menggunakan paku dan stronger yaitu dua buah sisi 40cm dan satu sisi 52 cm. Satu sisi lagi dipasang setelah tulangan telah berdiri.

d. Pabrikasi tulangan

Pemotongan tulangan utama dan pembuatan segkang

Perakitan tulangan sesuai dengan gambar

e. Pendirian Tulangan

Tulangan yang telah dirakit didirikan dengan mengikatkan pada stik panjang penyaluran. Kolom yang telah berdiri harus kuat dan tegak.

Pengikatan beton deking pada sisi luar tulangan sebagai jarak antara tulangan dengan beton

f. Perangkaian dan Penyetelan perancah

Perancah yang telah dirangkai (3masih sisi) didirikan mengeliingi tulangan kolom dengan merapatkan pada sepatu kolom

Pemasangan sisi perancah lebar 52cm yang belum terpasang lalu dipakukan dan dikakukan dengan stronger

Pemasangan kayu 2X3 Serta diketatkan menggunakan baji

Pemasangan unting-unting pada sisi yang saling tegaklurus

Stel ketegakan kolom,lakukan penyokongan kolom masing-masing sisi

g . Pengadaan beton ready mix

Pengadan ready mix dipesan pada perusahaan ready mix tertentu, jadi sebelum digunakan beton segar tersebut harus terlebih dahulu dicheck slumpnya, nilai slump tersebut harus sesuai dengan slump yang dipesan, jika tidak ready mix tersebut dipulangkan ke perusahaan yang bersangkutan

h. Pengecoran Kolom

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran kolom antara lain :

Pengecoran harus menggunakan corong ; hal ini bertujuan agar jatuhnya beton teratur

Pemadatan yang kurang dapat menyebabkan segresi

Pemadatan yang berlebihan dapat menyebabkan bleedingi. Pembongkaran bekisting dan perancah

Pembongkaran bekisting dan perancah dilakukan apabila

Beton telah mencapai kekuatan yang cukup untuk memikul beratnya sendiri

Beton tidak lagi mengalami perubahan bentuk jika bersenthuan dengan benda lain

Pada proyek ini pembongkaran dilakukan sehari setelah pengecoran Pembongkaran bekisting dilakukan sedemikian rupa sehingga dapat menjamin keselamatan penuh atas struktur yang dicetak dan perancah yang dibongkar tidak banyak rusak.

j. Pengecekan hasil pengecoran

Setelah pembongkaran dilakukan pengecekan hasil :

Honey comb (sarang kerikil)

Jika terjadi Honey comb maka beton tersebut didempul menggunakan semen

Retak-retak

Jika keretakan terjadi maka beton harus di bongkar dan dicor lagi

Kotor

Jika beton kotor solusinya membersihkannya asalkan tidak menggunakan zat atau bahan yang berbahaya bagi beton.k. Perawatan (curing)

Perawatan beton berpengaruh pada tingkat keawetan dan kekuatan beton.jika beton tidak mendapat perawatan menyebabkan proses hidrasi semen terganggu karena penguapan air dalam beton tidak tertahan sehingga mengakibatkan beton:

Retak-retak pada permukaan beton, disebabkan perbedaan temperatur pada permukaan dengan temperatur dalam beton.

Timbul pori dalam beton

Kekuatan dan keawetan beton berkurang

Untuk mencegah penguapan dilakukan penyiraman secara teratur tiap hari dan pengikatan goni basah pada kolom3.Teknik Pelaksanaan Balok Dan Plat Lantai I

SHAPE \* MERGEFORMAT

Flow chart teknik pelaksanaan balok dan plat lantai

a.Pekerjaan Persiapan

1.Pembacaan gambar

Dari pembacaan gambar kita mengetahui dimensi balok, dimensi sengkang, beserta diameter besi balok

2.Persiapan alat dan bahan

Alat-alat dan bahan disiapkan dalam suatu bengkel kerja tersendiri. Alat dan bahan perancah disiapkan dibengkel peracah sebelum memulai pakerjaan. Begitu juga dengan tulangan disiapkan di bengkel tulangan.

3. Pembuatan beton tahu

Sebelum pekerjaan dimulai sebaiknya beton tahu telah disapkan sehingga bila sewaktu-waktu di perlukan bisa langsung digunakan

b. Pabrikasi Bekesting

Pemotongan bahan-bahan yang dibutuhkan seperti pemotongan multiplek untuk mal dinding balok,multiplek bawah balok, kayu 2x2 untuk kayu 2x3dan kayu 2x4.

Catatan :untuk mal balok yang menyambung pada plat tebal mal =(tebal balok tebal lantai)+tebal mal bawah balok.

Pemasangan kayu 2x2(suri-suri) pada masing masing mal secara melintang dengan jarak +60 cm yang mana kayu ini berfungsi sebagai pengaku.

Pemasangan kayu 2x2 pada masing masing mal secara memanjang . Yang mana kayu 2x2 ini akan menjadi tempat persambungan antara mal dinding dan mal bawah balok.

c. Pemasangan bantalan papan penumpu dan dinding mal bawah balok

Menentukan ketinggian papan bantalan akan dipasang pada kolom .Yaitu dengan cara menghitung selisih tinggi kolom dengan tinggi balok Bantalan papan dipasang melingkar pada kolom berfungsi sebagai tumpuan mal dinding bawah balok Pemasangan mal bawah balok Pemasangan support untuk menahan mal bawah balok

d. `Pabrikasi tulangan

Pemotongan tulangan utama dan pembuatan sengkang

Perakitan tulangan sesuai dengan gambare. Pemasangan scaffolding dan supportScaffolding dipasang yaitu satu set yang terdiri dari satu main frame dan satu ladder frame ,hal ini disebabkan tinggi antar lantai berkisar 4 meter.

f. Pemasangan perancah dan bekesting balok Sebelum memasang mal terlebih dahulu dipasang kayu gelagar 2x4 memanjang yang dipakukan pada scaffolding

Pemasangan kayu 2x3(kasau) yang jarak pemasangannya sama dengan jarak kayu 2x2( suri-suri ) melintang terhadap kayu gelagar tersebut diatas

Melakukan penyetelan scaffolding agar kayu kasau merapat ke mal bawah balok.

Perakitan mal dinding balok dengan mal dinding bawah dengan memakukan pada kayu 2x2arah memanjang.

Pemasangan siku baja antara kayu(2x2) suri-suri dengan kayu(2x3) kasau.

Pemasangan kayu 2x2 pada mal dinding balok dan diatas siku baja tersebut diatas, sebagai penumpu hory beam

Pemasangan hory beam antar balok

Pemasangan multiplek diatas hory beam

g.Pemasangan Tulangan

Pemotongan dan pembengkokan tulangan balok dan plat lantai dikerjakan di luar lokasi pekerjan tulangan, kemudian tulangan diangkut ke lokasi dan dirangkai di lokasi tersebut.

Adapun langkah-langkah pemasangan tulangan adalah:

a. Tulangan balok

Mempersiapkan dan mengangkat bahan-bahan ke lokasi (lantai 1)

Untuk mempermudah pengerjaan perangkaian maka tulangan dirangkai di atas cetakan dengan memberikan sangkutan

Memasukkan tulangan satu per satu dari sela-sela tulangan kolom dan mengalungkan sengkang ke tulangan balok tersebut, demikian juga untuk tulangan balok arah memanjang. Pada saat memasukkan sengkang arah bengkokan dibuat berselang seling. Bengkokan sengkang pertama dibuat sebelah kiri, sedangkan yang kedua dibuat sebelah kanan dan seterusnya Persambungan tulangan dibuat pada jarak kira-kira 20 kali diameter Memasang beton tahu pada jarak setiap satu meter kemudian mengikat tulangan ke sengkang Setelah tulangan selesai dirangkai maka diturunkan ke dalam cetakan perlahan lahan dan meletakkannya di atas beton tahu (t = 2.5 cm) Membersihkan lokasi dari kotoran-kotoran

b. Tulangan plat lantai

Meletakkan tulangan melintang di atas beton tahu sesuai dengan spek yang telah direncanakan, jarak antar tulangan yang sejenis adalah 10 cm

Melatakkan tulangan mamanjang diatas tulangan melintang sesuai dengan spek yang telah ditentukan, jarak antar tulangan yang sejenis adalah 10 cm

Mengikat dudukan tulangan dengan kawat ikat, Membersihkan lokasi dari kotoran-kotoran Pemeriksaan tulangan ,kesesuaiannya dengan gambar

h. Pengecoran

Pengadan ready mix dipesan pada perusahaan ready mix tertentu, jadi sebelum digunakan beton segar tersebut harus terlebih dahulu dicheck slumpnya, nilai slump tersebut harus sesuai dengan slump yang dipesan, jika tidak ready mix tersebut dipulangkan ke perusahaan yang bersagkutan. Pada proyek ini pengecoran dilakukan dengan jasa mobil concret pump.Adapun langkah-langkah pengecoran adalah:

Sebelum melakukan pengecoran terlebih dahulu memasang instalasi yang direncanakan yaitu instalasi listrik dan plumbing.dan mempersiapkan alat-alat pengecoran seperti vibrator,ember,dll

Pemompaan beton dari ready mix ke lantai yang akan dicor dengan mobil concreat pumb

Melakukan pemadatan dengan vibrator

Meratakan campuran beton segar hingga mencapai ketebalan yang telah ditentukan yaitu 12 cm dengan cara mengukur langsung dengan baja tulangan yang diberi tanda 12 cm

Dalam melakukan pemadatan dan perataan dilakukan sebelum beton setting time.

i. Perawatan

Perawatan dilakukan setelah beton telah kaku atau telah melewati waktu pengikatan awal hingga beton tersebut berumur 28 hari (pengikatan akhir).perawata dilakukan dengan menyiram balok dan menyelimuti dengan plastik atau goni.

j.PembongkaranBekisting balok dan plat lantai dianjurkan dibongkar setelah beton berumur 28 hari yaitu balok telah mampu memikul beban lain selain berat sendirinya. Pada proyek ini Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembongkaran bekisting harus dilakukan dengan hati-hati. Perancah yang paling pertama di bongkar adalah siku baja pinggir, mal dinding pinggir , scaffolding ;support, hory dan terakhir mal bawah balok.4.Perhitungan scaffolding

Rekapitulasi Kebutuhan Bahan Jumlah Scaffolding adalah 75 set, yang terdiri dari :

1. Main frame=150 buah

2. Ladder frame=102 buah

3. Base jack=300 buah

4. Head jack=300 buah

5. Cross brace (panjang 225cm)=300 buah

6. Cross brace (panjang 90 cm)=204 buah

7. join pin=204 buah

8. support=133 buah

9. hory beam = 144 buah

BAB III

PENUTUP

I.SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan acuan dan perancah: Perancah mudah dipasang dan mudah dibongkar serta kuat.

Acuan dan perancah hanya bersifat sebagai konstruksi sementara.2. Dikatakan pengecoran yang baik adalah:

Pemadatan yang harus dilakukan dengan baik agar tidak menimbulkan bleeding dan segregasi

Perawatan yang dilakukan disesuaikan dengan cuaca pada saat pengecoran.

Penumpukan campuran beton segar pada saat proses pengecoran di daerah cetakan, harus dibatasi untuk menghindari terjadinya lendutan.

3. Yang harus diperhatikan dalam pemasangan tulangan:

Untuk sambungan tulangan (panjang penyaluran) yaitu dengan jarak 40-60D dan kait 4D

II. Saran

Dalam mengakhiri laporan ini, ada beberapa saran yang hendak penyusun ungkapkan sebagai berikut: 1. Pada waktu pengecoran plat lantai seharusnya tulangan bagian bawah diberi beton deking untuk mencegah agar tebal selimut beton tetap stabil.2. Untuk mendapatkan daya ikat yang baik antara tulangan dengan beton dianjurkan memakai baja tulangan ulir daripada tulangan biasa.

3. Untuk mengatasi keadaan bahan dan metode kerja maka perlu dilakukan pengecekan yang sebaik mungkin dan juga memberi motivasi pada pekerja agar dapat bekerja dengan teliti sehingga konstruksi yang dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan.4. Untuk memperkecil kesalahan pelaksanaan diperlukan komunikasi dan koordinasi antara pelaksana dan konsultan pengawasIII. Ketidaksesuaian dengan teori di kampus1. Pada pemasangan perancah balok yang berbentuk lingkaran ,dilapangan pekerja membuat lengkungannya dengan mengira-ngira lengkungannya, sedangkan yangh dipelajari di kampus menggunakan rumus lengkung mendatar sederhana 2. Berdasarkan teori dikampus 1 benda uji kuat tekan mewakili 5m beton, sedangkan dilapangan pembuatan benda ujinya tidak teratur, 1 benda uji bias mewakili 15 m beton.IV.Kelemahan yang ditemui 1. Pada proyek ini ditemukan kelemahan berupa tidak adanya koordinasi dan komunikasi antara pelaksana dan konsultan pengawas.2. Manajerial pelaksanaan proyek ini kurang bagus sering terjadinya keterlambatan bahan dan material ,seperi ready mix ataupun kayu.3. Progress pekerjaan tidak sesuai dengan time schedule atau dengan kata lain proyek terlambat dari yang seharusnya V. Kelebihan yang ditemui1. Segala peralatan yang dibutuhkan untuk proyek ini sangat memadai 2. Kedisiplinanan dalam pekerjaan diperhatikan dengn baik,waktu istirahat dan waktu bekerja teraturPemeriksaan

beton

Perawatan

Pembongkaran perancah

Pengecoran balok dan plat lantai

Pabrikasi

perancah

Yes

Perakitan dan pemasangan tulangan

Pekerjaan persiapan

Mulai

Pemasangan perancah balok, plat dan hory beam

No

Pemeriksaan tulangan

Pemasangan bantalan papan dan mal bawah balok

Pabrikasi

bekesting

Pemasangan scaffolding dan support

Pabrikasi

tulangan

Pekerjaan persiapan

Mulai

Penyetelan dan

pemasangan sepatu koom

Pabrikasi bekesting

Pabrikasi tulangan

yes

Pengecoran kolom

N0

Pendirian tulangan

Pemasangan beton deking

Penyetelan dan perangkaian perancah

Pengadan beton ready mix

Pengecekan tulangan

yes

Cek slump

no

Pembongkaran bekesting

Bobok/dempul

Cek hasil pengecoran

Perawatan

selesai

EMBED AutoCAD.Drawing.16

35

35

52

40

OWNER

POLITEKNIK

KESEHATAN

MEDAN

POLITEKNIK

KESEHATAN MEDAN

KONSULTAN PENGAWAS

CV. PARAMITHA

PERKASA

CV. PARAMITHA

PERKASA

KONSULTAN PERENCANA

PT. PENDU PERKASA

PT. PANDU PERKASA

KONTRAKTOR

PT. CARE INDONUSA

PT. CARE INDONUSA

= GARIS HUBUNGAN KONTRAKTUAL

= GARIS HUBUNGAN KOORDINASI

= GARIS HUBUNGAN STRUKTUAL

DIREKTUR

FERRY N. MARPAUNG. SE

SITE MANAGER

SAMIRAN. S.ST

KOOR. PELAKSANA

MARKUS. S

SITE ENGINEER

BAMBANG W. ST

ESTIMATOR

BLANK

LOGISTIK

SUKUR

PELAKSANA III / GEDUNG POLIKLINIK

RONALD

PELAKSANA I / GEDUNG AULA + MUSALLA

IVAN RIZALDY

PELAKSANA II / GEDUNG LAB + GARASI

SIMON

KEPALA KEAMANAN

T. SIRAIT

ASS. KEAMANAN II

R. NAINGGOLAN, SH

ASS. KEAMANAN I

SYAMSUL

SEKURITI IV

YAKUB

SEKURITI III

PARLIN

SEKURITI I

MADA MARPAUNG. SE

SEKURIT II

ATENG MARPAUNG. SE

394 cm

EMBED AutoCAD.Drawing.16

EMBED AutoCAD.Drawing.16

EMBED AutoCAD.Drawing.16

b

a

b

a

Gambar.

Penulangan plat lantai

Gambar.

Penulangan balok

Gambar.

Pemasangan hory beam

Gambar.

Pemasangan perancah dan bekesting balok

Pemasangan mal balok

selesai

PAGE 54Jurusan Teknik SipilPOLITEKNIK NEGERI MEDAN

_1258819241.dwg

_1258835358.dwg

_1259066143.dwg

_1259066636.dwg

_1259065843.dwg

_1258820708.dwg

_1258819145.dwg

_1247291137.dwg