modul 2 - pengujian beton

50
1 Modul 2 Pengujian dalam Pengendalian Kualitas Beton Pengujian Beton

Upload: indra-sidik

Post on 30-Nov-2015

132 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Pengujian Beton

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 2 - Pengujian Beton

1

Modul 2

Pengujian dalam Pengendalian Kualitas Beton

Pengujian Beton

Page 2: Modul 2 - Pengujian Beton

2

SNI 2458 : 2008 Tata

cara pengambilan

contoh uji beton

segar

Persyaratan :

� Jumlah contoh

� Waktu pengambilan

� Cara Pengambilan

� SNI 2493:2011SNI 2493:2011SNI 2493:2011SNI 2493:2011 Tata cara pembuatan danperawatan benda ujibeton dilaboratorium

� SNI 03SNI 03SNI 03SNI 03----4810481048104810----1998199819981998Metode pembuatandan perawatan bendauji beton di lapangan

PersyaratanTempat PembuatanWaktu pembuatan

Page 3: Modul 2 - Pengujian Beton

3

Silinder :� Max. aggregate size of 50 mm (2 in.):◦ 150 150 150 150 ×××× 300 mm (6 x 12 in300 mm (6 x 12 in300 mm (6 x 12 in300 mm (6 x 12 in.).).).)————SilinderSilinderSilinderSilinder StandarStandarStandarStandar

� Max. Aggregate size > 50 mm (2 in.):◦ Diameter = 3 x max. aggr. / Height = 2 x diameter

� High-Strength Concrete:◦ 100 x 200 mm (4 x 8 in.)

Balok Uji Lentur� Max. aggregate size of 50 mm (2 in.):◦ 150 × 150 mm (6 x 6 in.)—Stand. Beam◦ Length: ≥≥≥≥ 500 mm (20 in.)

� Max. Aggregate size > 50 mm (2 in.):◦ Cross sect. = 3 x max. aggr. / Length = 3 x depth + 50 mm (20 in.)

� Lingkup

� Cara uji ini meliputi penentuan nilai slump beton, baik di laboratorium maupun dilapangan.

Page 4: Modul 2 - Pengujian Beton

4

Page 5: Modul 2 - Pengujian Beton

5

Page 6: Modul 2 - Pengujian Beton

6

Page 7: Modul 2 - Pengujian Beton

7

Page 8: Modul 2 - Pengujian Beton

8

o umur betonKonversi kekuatan beton berdasarkan umur :

3 hari : 0,40 (40%)7 hari : 0,65 (65%)

14 hari : 0,88 (88%)

21 hari : 0,95 (95%)

28 hari : 1,00 (100%)

90 hari : 1,20 (120%)365 hari : 1,35 (135%)

Page 9: Modul 2 - Pengujian Beton

9

Sulfur mortar cap

ASTM C 617

Unbonded caps

ASTM C 1231

Page 10: Modul 2 - Pengujian Beton

10

P

P

Luas

bidang

tekan

Luas

bidang

tekan

2DepthWidth

LengthLoadM R

×

×=

Page 11: Modul 2 - Pengujian Beton

11

Pengujian Agregat

Page 12: Modul 2 - Pengujian Beton

12

23

� AGREGAT KASARAGREGAT KASARAGREGAT KASARAGREGAT KASAR

� Analisis Saringan

� Berat Jenis & penyerapanBeratBeratBeratBerat IsiIsiIsiIsi

� Abrasi

� ImpactImpactImpactImpact

� CrushingCrushingCrushingCrushing

� KepipihanKepipihanKepipihanKepipihan

� Lolos Saringan No. 200

� Kadar lempung

� Soundness

24

� AGREGAT HALUSAGREGAT HALUSAGREGAT HALUSAGREGAT HALUS

� Analisa Saringan

� Berat jenis & penyerapan

� Berat Isi

� PartikelPartikelPartikelPartikel RinganRinganRinganRingan

� Soundness

� Organik Impurities

� Alkali Alkali Alkali Alkali ReaktifReaktifReaktifReaktif

Page 13: Modul 2 - Pengujian Beton

13

� SNI 03-6868-2002 Tata cara pengambilancontoh uji secara acak untuk bahankonstruksi

� Nomor: SNI 03-6889-2002 Tata carapengambilan contoh agregat

26

Mempersiapkan sejumlah contoh dari lapangan menjadi sejumlah contoh sesuai kebutuhan uji.

� Menggunakan alat pemisah contoh (sample splitter)

� Menggunakan metoda perempat (quartering)

Page 14: Modul 2 - Pengujian Beton

14

27

28

Page 15: Modul 2 - Pengujian Beton

15

29

� Analisis saringan agregat Analisis saringan agregat Analisis saringan agregat Analisis saringan agregat ialah penentuan persentase berat butiran agtegat yang lolos darisatu set saringan kemudian angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.

MaksudMaksudMaksudMaksud� Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pemeriksaan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus dan agregat kasar dengan menggunakan saringan.

TujuanTujuanTujuanTujuan� Tujuan pengujian ini ialah untuk memperoleh distribusi besaran atau jumlah persentase butiran baik agregat halus maupun agregat kasar.Distribusi yang diperoleh dapat ditunjukan dalam table atau grafik.

30

Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :1) timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji;

2) satu set saringan; 37,5 mm (3”); 63,5 mm (2½”); 50,8 mm (2”); 19,1 mm (¾”); 12,5mm (½”); 9,5 mm (⅜”); No.4 (4.75 mm); No.8 (2,36 mm); No.16 (1,18 mm); No.30 (0,600 mm); No.50 (0,300 mm); No.100 (0,150 mm); No.200 (0,075 mm);

3) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 + 5)°C;

4) alat pemisah contoh;5) mesin pengguncang saringan;6) talam-talam;7) kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat lainnya.

Page 16: Modul 2 - Pengujian Beton

16

31

32

Page 17: Modul 2 - Pengujian Beton

17

33

Contoh disiapkan

sampai berat yang

dibutuhkan.

Keringkan dalam

oven

34

(mm) inci

� 37,5 mm (3”);

� 63,5 mm (2½”);

� 50,8 mm (2”);

� 19,1 mm (¾”);

� 12,5mm (½”);

� 9,5 mm (⅜”);

� (4.75 mm); No.4

� Pan(mm)

inci(4.75 mm); No.4

(2,36 mm); No.8

(1,18 mm); No.16

(0,600 mm); No.30

(0,300 mm); No.50

(0,150 mm); No.100

(0,075 mm); No.200

Page 18: Modul 2 - Pengujian Beton

18

35

36

Persentase

Kumulatif

y ang lewat

saringan

(Minimum)

Persentase

Kumulatif

y ang lewat

saringan

(Maksimum)

Persentase

Kumulatif

y ang lewat

saringan

(Eksisting)

mm inci

0,075 No.200 0 0 2,78

0,15 No.100 0 10 8,32

0,30 No.50 8 30 31,97

0,60 No.30 35 59 54,46

1,20 No.16 55 90 70,25

2,40 No.8 75 100 84,99

4,80 No.4 90 100 100,00

9,60 3/8" 100 100 100,00

19,00 3/4" 100 100 100,00

Modulus Kehalusan 2,5

Ukuran Saringan

Fine Aggr egate Gradation Curve

0 0.15

0.3

0.6

1.2

2.4

4.8

9.6 19

0

0.15

0.3

0.6

1.2

2.4 4.8 9.6 19

0

1.2

2.4

4.8 9.6 19

0.6

0.15

0.3

0

20

40

60

80

100

120

Sieve Size

% p

as

sin

g s

iev

e

Minimum

Maksimum

Eksisting

Page 19: Modul 2 - Pengujian Beton

19

37

1) berat jenis curah berat jenis curah berat jenis curah berat jenis curah ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25°C;

2) berat jenis kering permukaan jenuh berat jenis kering permukaan jenuh berat jenis kering permukaan jenuh berat jenis kering permukaan jenuh yaitu perbandingan antara berat agregat kering permukaan jenuh dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadan jenuh pada suhu 25°C;

3) berat jenis semu berat jenis semu berat jenis semu berat jenis semu ialah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25°C;

4) penyerapan penyerapan penyerapan penyerapan ialah perbandingan berat air yang dapat diserap terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.

38

MaksudMaksudMaksudMaksud� Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat kasar, serta angka penyerapan dari agregat kasar.

TujuanTujuanTujuanTujuan� Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenis dan berat jenis semu serta besarnya angka penyerapan.

Page 20: Modul 2 - Pengujian Beton

20

39

Peralatan yang dipakai meliputi :1) keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8) dengan kapasitas kira-kira 5 kg;

2) tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap;

3) timbangan dengan kapasitas 5 kg dan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang;

4) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)°C;

5) alat pemisah contoh;6) saringan no. 4 (4,75 mm).

40

Page 21: Modul 2 - Pengujian Beton

21

41

42

DICUCINo. 4

+ 5 kg

DISARING

DIKERINGKAN

DINGINKAN

RENDAM

TIMBANG DALAM AIRKERINGKAN

Page 22: Modul 2 - Pengujian Beton

22

43

KONDISI SSD

TIMBANG

TIMBANG

KERINGKAN

44

Page 23: Modul 2 - Pengujian Beton

23

45

Contoh isian formulir

46

MaksudMaksudMaksudMaksud� Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenuh, berat jenis semu dari agregat halus, serta angka penyerapan dari agregat halus.

TujuanTujuanTujuanTujuan� Tujuan pengujian ini untuk memperoleh angka berat jenis curah, berat jenis kering permukaan jenis dan berat jenis semu serta besarnya angka penyerapan.

Page 24: Modul 2 - Pengujian Beton

24

47

Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :1) timbangan, kapasitas 1 kg atau lebih dengan ketelitian 0,1 gram;

2) piknometer dengan kapasitas 500 ml;3) kerucut terpancung, diameter bagian atas (40± 3) mm, diameter bagian bawah (90± 3) mm dan tinggi (75 ± 3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8 mm;

4) batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 ± 15) gram, diameter permukaan penumbuk (25 ±3) mm;

5) saringan No. 4 (4,75 mm);6) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±5)°C;

7) pengukuran suhu dengan ketelitian pembacaan 1°C;8) talam;9) bejana tempat air;10) desikator.

48

Page 25: Modul 2 - Pengujian Beton

25

49

No. 4

DISARING

DIKERINGKAN

DINGINKAN

RENDAM

KERINGKAN

+ 1000 g

KONDISI SSD

50

TIMBANG

TIMBANG

TIMBANG

Page 26: Modul 2 - Pengujian Beton

26

51

52

Page 27: Modul 2 - Pengujian Beton

27

53

MaksudMaksudMaksudMaksud� Metode ini dimaksudkan sebagai peganganuntuk menentukan ketahanan agregat kasarterhadap keausan dengan mempergunakanmesin Abrasi Los Angeles.

TujuanTujuanTujuanTujuan� Pengujian ini adalah untuk mengetahuiangka keausan tersebut, yang dinyatakandengan perbandingan antara berat bahanaus lolos saringan No. 12 (1,7 mm) terhadap berat semula, dalam persen.

54

Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :1) mesin Abrasi Los Angeles (lampiran C):� mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter 711mm (28") panjang dalam 508 mm (20"); silinder bertumpu pada dua poros pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar; Silinder berlubang untuk memasukkan benda uji: penutup lubang terpasang rapat sehingga permukaan dalam silinder tidak terganggu; di bagian dalam silinder terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5");

2) saringan No. 12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya);3) timbangan, dengan ketelitian 5 gram);4) bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm ( I 7/8") dan berat masingmasing antara 400 gram sampai 440 gram;

5) oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110±2)°C.

Page 28: Modul 2 - Pengujian Beton

28

55

56

Page 29: Modul 2 - Pengujian Beton

29

57

58

No. 12

DISARING

TIMBANG

Page 30: Modul 2 - Pengujian Beton

30

59

60

� Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan berat isi agregat halus, kasar atau campuran.

� Berat isi agregat adalah perbandingan berat agregat terhadap volume wadah.

Page 31: Modul 2 - Pengujian Beton

31

61

� Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh.

� Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat.

� Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm dengan ujung bulat sebaik nya terbuat dan baja tahan karat.

� Mistar perata (straight edge).� Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang, berkapasitas seperti table berikut :

62

Page 32: Modul 2 - Pengujian Beton

32

63

� Siapkan contoh disesuaikan dengan kapasitas wadah.

� Keringkan.

64

� Berat isi lepas◦ Timbang berat wadah.(W1)

◦ Isi wadah dengan agregat dengan gerakan jatuh bebas, sampai wadah penuh.

◦ Ratakan permukaan

◦ Timbang beratnya (W2)

◦ Berat agregat (W3) = W2 — W1.

Page 33: Modul 2 - Pengujian Beton

33

65

� Berat isi padat◦ Timbang berat wadah .(W1)◦ Isi wadah dengan agregat sampai 1/3 tinggi wadah.◦ Padatkan dengan tongkat penusuk sebanyak 25 kali.

◦ Isi wadah dengan agregat sampai 2/3 tinggi wadah.◦ Ulangi pemadatan, jaga agar ujung batang penusuk tidak melewati batas lapisan pertama◦ Isi wadah dengan agregat sampai penuh◦ Ulangi pemadatan, jaga agar ujung batang penusuk tidak melewati batas lapisan kedua

◦ Tambahkan agregat dan ratakan permukaan◦ Timbang beratnya (W2)◦ Berat agregat (W3) = W2-W1

66

1. PERHITUNGAN HASIL UJI

W3 Berat isi agregat = kg/ dm3 V Dimana : V = isi wadah (dm3).

Page 34: Modul 2 - Pengujian Beton

34

67

� Yang dimaksud dengan kotoran organik adalah bahan-bahanorganik yang terdapat di dalam pasir dan menimbulkan efekyang merugikan terhadap mutu mortar atau beton.

MaksudMaksudMaksudMaksud� Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalampelaksanaan pengujian untuk menentukan adanya bahanorganik dalam pasir alam yang akan digunakan sebagaibahan campuran mortar atau beton

TujuanTujuanTujuanTujuan� Pengujian ini adalah untuk mendapatkan angka denganpetunjuk larutan standar atau standar warna yang telahditentukan terhadap larutan benda uji pasir. Pengujian iniselanjutnya dapat digunakan dalam pekerjaan pengendalianmutu agregat.

68

1) Pengambilan benda uji pasir harus lolos saringan No. 4, berat minimum 500 gram dan dalam keadaan kering, kalau perlu di keringkan di udara terbuka;

2) Botol gelas yang mempuyai skala, tidak berwarna mempunyai tutup dari karet, gabus atau lainnya yang tidak larut dalam larutan NaOH, dengan isi sekitar 350 ml;

3) Larutan standar terdiri dari larutan 0,,250 gram K2Cr2O7 di dalam 100 ml H2So4 (kerapatan 1,84) atau menggunakan warna standar organik plate.

Page 35: Modul 2 - Pengujian Beton

35

69

70

MaksudMaksudMaksudMaksud� Metode ini dimaksudkan sebagai acuan dan pegangan dalam pengujian-pengujian di laboratorium untuk mengetahui sifat kekekalan batu terhadap proses pelarutan dengan cara perendaman di daerah larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat.

TujuanTujuanTujuanTujuan� Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh index ketangguhan batu yang akan digunakan sebagai bahan bangunan pada bangunan air.

Page 36: Modul 2 - Pengujian Beton

36

71

1) index kekekalan batu adalah nilai kekekalan batu terhadap, proses pelarutan, disintegrasi oleh sebab perendaman di dalam larutan megnesium sulfat dan natrium, sulfat;

2) batu bersifat kekal adalah batu segar, yang terbentuk oleh mineral keras dengan ikatan kuat antar mineral dan sangat sedikit atau tidak bereaksi dan atau disintegrasi terhadap magnesium sulfat dan natriurn sulfat;

Page 37: Modul 2 - Pengujian Beton

37

73

74

� JumlahJumlahJumlahJumlah bahanbahanbahanbahan dalamdalamdalamdalam agregatagregatagregatagregat yang yang yang yang loloslolosloloslolos saringansaringansaringansaringan NomorNomorNomorNomor 200 (0,075 200 (0,075 200 (0,075 200 (0,075 mm) mm) mm) mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucian menjadijernih;

MaksudMaksudMaksudMaksud� Metode Pengujian Jumlah Bahan Dalam Agregat Yang Lolos SaringanNomor 200 (0,075 mm) adalah banyaknya bahan yang lolos saringannomor 200 (0,075mm) sesudah agregat dicuci sampai air cucianmenjadi jernih.

TujuanTujuanTujuanTujuan� Tujuanmetode ini adalah untuk memperoleh persentase jumlahbahan dalam agregat yang lolos saringan Nomor 200 (0,075 mm), sehingga berguna bagi perencana dan pelaksana pembangunanjalan.

Page 38: Modul 2 - Pengujian Beton

38

75

76

Page 39: Modul 2 - Pengujian Beton

39

77

GumpalanGumpalanGumpalanGumpalan lempunglempunglempunglempung dandandandan butirbutirbutirbutir----butirbutirbutirbutir mudahmudahmudahmudah pecahpecahpecahpecah dalamdalamdalamdalamagregatagregatagregatagregat alamalamalamalam adalah butir-butir agregat yang mudah pecahdengan cara ditekan di antara Ibu jari dan jari telunjuk, setelah agregat tersebut direndam dalam air suling selama(24 ± 4) jam;

MaksudMaksudMaksudMaksudMetode Pengujian Gumpalan Lempung dan Butir-butir MudahPecah Dalam Agregat dimaksudkan sebagai acuan danpegangan dalam pelaksanaan pengujian untuk menentukangumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah dalamagregat alam.

TujuanTujuanTujuanTujuanTujuan metode ini adalah untuk memperoleh persengumpalan lempung dan butir butir mudah pecah dalamagregat halus maupun kasar, sehingga dapat digunakan olehperencana dan pelaksana pembangunan jalan.

78

Peralatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) saringan terdiri dari ukuran Nomor 20 (0,85 mm), Nomor 16 (1,18 mm), Nomor 8 (2,36 mm), Nomor 4 (4,75 mm), 3/8" (9,50 mm), 3/4" (19,00 mm) dan 11/ 2" (38,10mm);

2) wadah tahan karat yang cukup untuk menebarkan benda uji, sehingga dapat menyebar tipis pada dasar wadah;

3) timbangan untuk menentukan berat benda uji mempunyai ketelitian ± 0,1% dari berat benda uji;

4) oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 ± 5)°C.

Page 40: Modul 2 - Pengujian Beton

40

79

80

Page 41: Modul 2 - Pengujian Beton

41

Pengujian Semen

� 1. SNI 15-0129-2004

� Semen portland putih

� 2. SNI 15-0302-2004

� Semen portland pozolan

� 3. SNI 15-2049-2004

� Semen portland

� 4. SNI 15-3500-2004

� Semen portland campur

� 5. SNI 15-7064-2004

� Semen portland komposit

� 6. SNI 03-6823-2002

� Metode pengujian susut kering mortar yang mengandung semen portland

� 7. SNI 03-6825-2002

� Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen portland untuk pekerjaan sipil

� 8. SNI 03-6826-2002

� Metode pengujian konsistensi normal semen portland dengan alat vicat untuk pekerjaan sipil

� 9. SNI 03-6827-2002

� Metode pengujian waktu ikat awal semen portland dengan menggunakan alat vicat untuk pekerjaansipil

Page 42: Modul 2 - Pengujian Beton

42

Jenis Pengujian Spesifikasi

Tipe I Tipe II Tipe III Tipe IV Tipe V

Kadar Udara, Volume, Max % 12 12 12 12 12

Kehalusan, Luas Permukaan Spesifik, m2/kg

- Pengujian Turbidimeter, Min 160 160 160 160

- Pengujian Permiabilitas Udara, Min 280 280 280 280

Pengembangan Autoclave, Max % 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8

Kuat Tekan, Min, MPa

- 1 hari 12,4

- 3 hari 12,4 10,3 24,1 8,3

- 7 hari 19,3 17,2 6,9 15,2

- 28 hari 27,6 27,6 17,2 20,7

Waktu Pengikatan, menit

* Alat Vicat (menit)

- Pengikatan Awal, Min 45 45 45 45 45

- Pengikatan Akhir, Max 50 - 375 50 - 375 50 - 375 50 - 375 50 - 375

* Alat Gillmore (menit)

- Pengikatan Awal, Min 60 60 60 60 60

- Pengikatan Akhir, Max 600 600 600 600 600

Konsistensi Normal semen83

84

� Diproduksi dengan mencampur 85-60% semen portland dengan 15-40% pozzolana, yang merupakan bahan aktif alamiah seperti abu vulkanis atau batu apung atau bahan buatan seperti abu bahan bakar, tanah liat bakar atau batu tulis

� Kecepatan pertambahan kekuatan relatif rendah

� Mempunyai ketahanan yang tinggi terhadap agresi sulfat

� Mempunyai tahanan yang lebih tinggi terhadap disintegrasi kimia dari pada semen portland

Page 43: Modul 2 - Pengujian Beton

43

TIPE PENGARUH TERHADAP CAMPURAN BETON

Accelerating Mempercepat waktu pengikatan dan menambah kekuatan awal

Retarding Memperlambat waktu pengikatan

Normal water-reducing Mengurangi jumlah air campuran dengan konsistensi yang ditetapkan

Accelerating water-reducing Mengurangi jumlah air campuran dengan konsistensi yang ditetapkan sertamempercepat pengikatan

Retarding water-reducing Mengurangi jumlah air campuran dengan konsistensi yang ditetapkan sertamemperlambat waktu pengikatan

Superplasticizer Mengurangi jumlah air campuran dengan konsistensi rendah

Air-entrained Membentuk gelembung udara dalam campuran beton

85

86

� Tipe A (mengurangi Air)� Tipe B (memperlambat pengikatan dan pengerasan)

� Tipe C (mempercepat pengikatan dan pengerasan)

� Tipe D (mengurangi jumlah air dan memperlambat pengikatan)

� Dan lain lain

Page 44: Modul 2 - Pengujian Beton

44

� SNI 03-2460-1991

� Abu terbang sebagai bahan tambahan untuk campuran beton, Spesifikasi

� SNI 03-2495-1991

� Bahan tambahan untuk beton, Spesifikasi

� SNI 2496:2008

� Spesifikasi bahan tambahan pembentuk gelembung udara untuk beton

Pengujian Baja Tulangan

Page 45: Modul 2 - Pengujian Beton

45

89

� Baja Tulangan Beton Polos (Plain)Baja tulangan beton berpenampang bundar dengan permukaan rata tidak bersirip.

� Baja Tulangan Beton Sirip (Deformed)Baja tulangan beton dengan bentuk khusus yang permukaannya memiliki sirip melintang dan rusuk memanjang yang dimaksudkan untuk meningkatkan daya lekat.

� SNI 07-1050-1989

� Baja tulangan untuk konstruksi beton pratekan

� SNI 07-0954-2005

� Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan

� SNI 07-0065-2002

� Baja tulangan beton hasil canai panas ulang

� SNI 07-0663-1995

� Jaring kawat baja las untuk tulangan beton

� SNI 07-6401-2000

� Spesifikasi kawat baja dengan proses canai dingin untuk tulangan beton

� SNI 03-6812-2002

� Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk tulangan beton

� SNI 07-2052-2002

� Baja tulangan beton

� SNI 07-2529-1991

� Baja beton, Metode pengujian kuat tarik

� SNI 07-0371-1998

� Batang uji tarik untuk bahan logam

� SNI 07-0408-1989

� Cara uji tarik logam

� SNI 07-0410-1989

� Cara uji lengkung tekan logam

� SNI 03-6814-2002

� Tata cara pelaksanaan sambungan mekanis untuk tulangan beton

Page 46: Modul 2 - Pengujian Beton

46

91

92

Page 47: Modul 2 - Pengujian Beton

47

93

Page 48: Modul 2 - Pengujian Beton

48

95

96

Page 49: Modul 2 - Pengujian Beton

49

97

98

Page 50: Modul 2 - Pengujian Beton

50