pengujian gabungan (beton)

Upload: arif-budiamawan

Post on 04-Jun-2018

252 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    1/50

    1

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang1.2. Tujuan

    BAB II : PENGUJIAN

    BAGIAN I SEMEN PORTLAND

    2.1. Tinjauan Pustaka2.1.1 Definisi Semen

    Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping

    sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil

    akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang

    mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan

    alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat

    adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida

    (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO).

    Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh,

    sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah

    dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi

    dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg (Anonim, 2009).

    Witney dan Washa (1954) dalam Fatimah (1989) menyatakan bahwa semen terdiri

    atas mineral penyusun C3S, C2S, C3A, dan C4AF, disamping adanya MgO dan CaO

    bebas. Dengan C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, dan F = Fe2O3.

    Apabila semen dicampur dengan air maka terbentuk massa koloidal tipis yang

    plastis. Plastisitas semakin lama, semakin hilang menjadi massa yang kaku dan semakin

    lama semakin keras.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    2/50

    2

    2.1.2 Sejarah Semen

    Semen pertama kali ditemukan oleh bangsa Mesir, yaitu dengan menggunakan

    sebuah batu yang dihancurkan dan dibakar. Beton mulai ditinggalkan orang seiring dengan

    mundurnya kerajaan Romawi. Baru sekitar tahun 1790, J. Smeaton dari Inggris menemukan

    bahwa kapur yang mengandung lempung dan dibakar akan mengeras didalam air. Bahkan

    ini mirip dengan semen yang dibuat oleh bangsa Romawi.

    Penyelidikan lebih lanjut yang mengarah pada kepentingan komersial dilakukan

    oleh J. Parker pada masa yang sama. Bahkan semen tersebut mulai digunakan sekitar awal

    abad-19 di Inggris kemudian di Perancis. Karya konstruksi pertama sipil dikerjakan pada

    tahun 1816 di Souillae. Perancis berupa jembatan yang dibuat dengan beton tak bertulang.

    Nama semen portland diusulkan oleh Joseph Aspdin pada tahun 1824 karena campuran air,

    pasir, dan batu-batuan yang bersifat pozzoln membentuk bubuk ini pertsma kali diolah di

    Pulau Portland, dekat pantai Dorset, Inggris. Semen portland pertamakali diproduksi di

    pabrik oleh david Saylor Coplay Pennsylvania, AS pada tahun 1875. Sejak saat itu, semen

    Potland berkembang dan terus dibuat sesuai dengan kebutuhan.

    2.1.3 Teori Semen

    Semen merupakan bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan

    beton. Semen portland dapat diartikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan denganmenggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung

    satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama

    dengan bahan utamanya.

    Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam

    pembagunan fisik disektor kontruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta

    semen. Jika ditambah agregat halus, pasta tersebut akan menjadi mortar yang apabila

    digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang telah

    mengeras menjadi concrete.

    Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana

    kekuatan dan spesifikasi yang di berikan. Pemilihan semen tipe ini kelihatan mudah

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    3/50

    3

    dilakukan karena semen dapat langsung dari sumbernya(pabrik). Hal itu hanya benar jika

    standar defiasi yang ditemui kecil, sehingga semen yang berasal dari beberapa sumber

    langsung digunakan. Akan tetapi, jika standar defiasi hasil uji kekuatan semen besar, hal

    tersebut akan menjadi masalah.

    Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat sehingga membentuk suatu

    masa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat. Walaupun

    komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karna fungsinya sebagai bahan

    pengikat maka peranan semen sangat penting.

    2.1.4 Bahan Dasar Pembuatan Semen

    Bahan pokok yang biasanya di pakai pabrik semen adalah batu kapur dan tanah liat.

    Tanah liat menghasilkan bahan yang mengandung alumina dan silikat. Sedangkan kapurmenghasilkan bahan kapur dalam bentuk kalsium karbonat. Lokasi pembuatan semen

    biasanya dipilih pada tempat-tempat dimana jenis-jenis bahan baku berdekatan satu dengan

    yang lainnya. Secara garis besar, bahan dasar semen terdiri dari oxyda:

    1. Batu kapur 60%-70%2. SiO2 17%-25%3. Al2O3 0,3%-0,8%4. Fe2O3 0,5%-0,6%5. MgO 0,1%-0,4%6. Alkalis 0,2%-1,3%7. SO3 0,1%-0,3%

    2.1.5 Pembuatan Semen

    Secara umum, tahap-tahap pembuatan semen sebagai berikut :

    1. Penambangan bahan-bahan utama,2. Pemilihan kualitas bahan,3. Pencampuran dan pengilingan material sesuai tahapan untuk mendapatkan

    oxyda(dipanaskan pada suhu 850-1000C).

    4. Pembakaran pada suhu yang lebih tinggi untuk melebur bahan oxyda menjadisuatu bahan/senyawa yang berupa batuan limber dan bersifat poros.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    4/50

    4

    5. Dilakukan pengikisan dan pengayakan jika ad penambahan gips(dilakukan padasuhu 150C)

    6. Pengemasan semen dilakukan pada suhu 50C.Secara skematis, tahap-tahap pembuatan semen dapat digambarkan sebagai berikut :

    O2 Si Ca Al Fe elemen uatama

    CaO SiO2 Al2O3 Fe2O3 Oxyda semen

    C3S C2S C3A C4AF Senyawa semen

    Type Semen

    Golongan semen

    2.1.6 Sifat Fisik Semen

    Sufat fisik semen dapat dibedakan menjadi :

    1. Kehalusan butir semenMerupakan suatu ukuran untuk mengetahui kualitas semen masih baik atau

    tidak. Cara menguji kehalusan semen yaitu dengan mengayak menggunakansaringan. Jika pada saringan No. 100 (diameter 0,150mm) semen lolos semua dan

    pada saringan no. 200(diameter 0,075mm) maksimal semen yang tertahan dalam

    saringan 22%. Kehalusan butir semen berpengaruh pada kecepatan mengikat dan

    mengeras. Dimana semakin halus maka akan semakin cepat mengerasnya.

    2. Berat jenisSuatu kontrol standard mutu(kualitas daripada semen). Berat jenis yang

    disayaratkan adalah 3,15 mg/m3. Pada kenyataannya, berat jenis semen yang

    diproduksi berkisar antar 3,05mg/m3 sampai 3,25 mg/m3. Variasi ini akan

    berpengaruh pada proporsi campuran semen dalam capmuran.

    3. konsistensi normal

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    5/50

    5

    kondisi kekentalan pasta semen yang sangat tergantung oleh jumlah kadar

    air yang dipakai. Konsistensi semen lebih banyak pengaruhnya pada saat

    pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton

    mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio anatara semen dan air

    serta aspek-aspek bahan semen. Seperti kehalusan dan kecepatan hidrasi.Konsistensi mortar tergantung pada konsistensi semen dan agregat pencampurnya.

    Standar pengujian untuk mengetahui konsistensi semen dengan menggunakan jarum

    penitrasi vicat yang kedalamannya 9mm11mm selama 30 detik. Diameter yang

    digunakan adalah 1cm.

    4. Pengikatan awalMerupakan waktu yang di butuhkan oleh semen dari awal bercampur dnegan

    semen sampai mengalami pemadatan. Standard pengujian ikat awal(setting time)

    dengan menggunakan alat vicat. Dan penetrasi jarum masuk 25mm kedalam pasta

    menunjukan waktu ikat awal tercapai. Diameter jarum vicat yang dipakai adalah

    1mm dan waktu standard adalah 45 menit samapai 10 jam.

    5. Kekuatan tekan mortarMenunjukan bagaimana pengerasan yang terjadi terhadap kemampuan

    menerima beban. Biasanya sangat terikat dengan sifat perawatannya. Perawatan

    untuk menjaga kelembaban suhu dan menaikan kuat tekan beton. Kuat tekan semen

    diuji dengan cara membaut mortar yang kemudian ditekan sampai hancur. Contoh

    semen yang akan diuji dicamapur dengan pasir silica dengan perbandingan tertentu,

    kemudian dinbentuk menjadi kubus-kubus berukuran 5x5x5 cm. Stelah berumur 7,

    14, 28 hari dan mengalami perawatan serta perendaman, benda uji tersebut diuji

    kekuatan tekannya.

    6. Kekekalan semenSifat semen yang mengalami perubahan yang biasanya ditunjukan oleh

    adanya retak-retak pada saat mengikat dengan air. Kekekalan semen yang telah

    mengeras merupakan suatu ukuran yang menyatakan kemampuan pengembangan

    bahan campurannya dan kemampuannya untuk mempertahankan volume setelah

    pengikatan terjadi. Ketidakekalan smen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah

    kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    6/50

    6

    dalam campuran tersebut. Kapur bebas tersebut mengikat air dan kemudian

    menimbulkan gaya-gaya ekspansi.

    7. Panas hidrasiPanas hidrasi menunjukan kecepatan daripada semen mengalami

    pengerasan. Panas hidrasi dapat diasmumsikan sebagai panas yang terjadi pada saatsemen bereaksi dengan air, dinyatakan dalam kalori/ gram . jumlah panas yang

    dibentuk antara lain bergantung pada jenis semen yang diapakai dan kehalusan

    butir semen. Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan

    masalah yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada struktur beton,

    retakan ini sangat tidak diinginkan. Oleh karena itu perlu dilakukakn pendinginan

    melalui perawatan (curing) pada saat pelaksanaan. Panas hidrasi naik sesuai dengan

    tempratur pada saat hidrasi terjadi.

    2.1.6.Sifat Kimia Semen.

    Senyawa kimia yang menyebabkan ikatan dan pengerasan. Ada empat macam

    yang paling utama, yaitu :

    1. Trikalsium silikat (3CaO.SiO2)Sering disebut dengan C3S. Senyawa ini mengeras dalam beberapa jam,

    dengan melepaskan sejumlah panas. Kwantitas yang terbentuk dalam ikatanmenentukan pengaruhnya terhadap kekuatan beton, terutama dalam 14 hari pertama.

    Senyawa ini merupakan senyawa yang paling dominan baikdari jumlah maupun

    fungsinya terhadap pembentukan jenis semen. Selain itu C3S bersifat bantuan hanya

    warnanya agak beningdan agak terurai jika mengalami pemanasan dibawah 1250

    C.

    2. Dikalsium silikatSering disebut dengan C2S. Mempunyai sifat ikat tapi lebih lambat

    dibandingkan C3S dan jumlahnya juga lenih sedikit. Formasi senyawa ini

    berlangsung perlahan dan pelepasan panas yang lambat. Senyawa ini berpengruh

    terhadap perogres peningkatan kekuatan yang terjadi dari 14 sampai 28 hari dan

    seterusnya.semen dengan proporsi dikalsium silikat banyak, mempunyai ketahanan

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    7/50

    7

    terhadap agresi kimia yang relative tinggi, penyusutan kering yang relative rendah,

    oleh karenanya merupakan semen Portland yang paling awet.

    3. Trikalsium aluminatSering disebut dengan C3A. Senyawa ini bersifat katalisator dan paling

    relative. Senyawa mengalami hidrasi yang sangat cepat disertai pelepasan sejumlahbesar panas. Selain itu menyebabkan pengerasan awal, tetapi kurang kontribusinya

    pada kekuatan batas, mempunyai ketahanan kurang terhadap agresi kimiawi, paling

    menonjol menglami disintegrasi oleh sulat air tanah , dan tendensinya sangat besar

    untuk retak-retak oleh perubahan volume.

    4. Tetrakalsium aluminoferritSering disebut dengan C4AF. Bahan ini tidak memiliki sifat akan tetapi

    sangat membantu dalam proses pewarnaan pada semen untuk hasil lebih baik.

    Reaksi-reaksi kimia yang dilukiskan diatas, berlangsung pada formasi suatu

    campuran geldan Kristal dari larutan semen dan air, dimana timbul adhesi dan daya

    tarik fisik satu dengan yang lainnya dan terhadap agregat, secara berangsur-angsur

    saling ikat dan mengeras menghasilkan beton.

    2.1.7 Jenis Semen dan Penggunaanya.

    Dalam pemasaran, umumnya terdapat tipe-tipe semen, yaitu:

    1. Semen Portland Type I

    Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan

    khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah

    dan air yang mengandung sulfat 0, 0% 0, 10 % dan dapat digunakan untuk

    bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur

    rel, dan lain-lain

    2. Semen Portland type II.

    Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan

    ketahanan sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0, 10

    0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    8/50

    8

    dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan

    jembatan.

    3. Semen Portland type III

    Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal

    tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan

    jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang

    tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.

    4. Semen Portland type IV

    Adalah tipe semen dengan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan

    untuk keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus

    diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton

    dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan

    untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan

    temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor

    kritis.

    5. Semen Portland type V

    Dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/ air yangmengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan

    limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan

    pembangkit tenaga nuklir.

    6. Super Masonry Cement

    Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan

    irigasi yang struktur betonnya maksimal K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan

    baku pembuatan genteng beton, hollow brick, Paving Block, tegel dan bahan

    bangunan lainnya.

    7. Oil Well Cement, Class G-HSR ( High Sulfate Resistance) .

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    9/50

    9

    Merupakan semen Khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak

    bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan

    bumi, OWC yang telah diproduksi adalah class G, HSR ( High Sulfat Resistance)

    disebut juga sebagai BASIC OWC . adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian

    pada berbagai kedalaman dan temperatur.

    8. Portland Composite Cement ( PCC)

    Semen memnuhi persyaratan mutu portland Composite Cement SNI 15-

    7064-2004. Dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton.

    Struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan

    bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan bata, Plesteran dan acian, panel

    beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, potongan ubin, lebih mudah

    dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan

    terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.

    9. Super Portland Pozzolan Cement ( PPC) .

    Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI

    15-0302-2004 dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti :

    - konstruksi beton massa ( bendungan, dam dan irigasi)

    - Konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat (

    Bangunan tepi pantai, tanah rawa) .

    - Bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi.

    - Pekerjaan pasangan dan plesteran.

    Selain type yang tersebut diatas diluar negri juga terdapat beberapa type

    semen lain seperti :

    Semen AluminaSemen ini diproduksi di Inggris. Semen jenis ini mempunyai peningkatan

    kekuatan yang sangat cepat. Apabila semen biasa membutuhkan waktu 28 hari

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    10/50

    10

    untuk mendapatkan kuat tekan yang sempurna, semen ini hanya membutuhkan

    waktu 24 jam.

    Semen Super SulfatSemen ini diproduksi di belgia dan prancis. Semen jenis ini mempunyai sifat

    yang baik, tahan terhadap agresi sulfat dan dinyatakan agresi asam yang mempunyai

    pH sampai 3,5.

    2.2. Pengujian1. Pengujian Kehalusan Semen Portland

    1.1. Tujuan2.2.1Tujuan Instruksional Umum

    Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan

    memahami sifat sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland dan

    pengaruhnya terhadap beton dengan benar.

    2.2.2 Tujuan Instruksional Khusus

    Setelah melakukan percobaan ini , anda dapat:

    a. Menentukan kehalusan semen portland dengan menggunakan saringan No. 100dan No. 200

    b. Menjelaskan cara pelaksanaan pengujian kehalusan semen portland.c. Mempergunakan alat pengujian dengan terampil.

    1.2. Dasar TeoriKehalusan semen portland adalah merupakan suatu faktor penting yang dapat

    mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen dengan air.Dengan semakin

    halus butiran semen portland, maka reaksi hidrasi semen akan semakin cepat, karna

    hidrasi dimulai dari permukaan butir.

    1.3. Peralatana. saringan No. 100 dan No. 200 dan PAN sesuai menurut standar ASTM.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    11/50

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    12/50

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    13/50

    13

    1.11.Referensi1.12.Data Hasil Pengujian

    1.13.Tabel 2.2 Data Pengujian Kehalusan Semen PortlandNOMOR

    SARINGAN

    TERTAHAN (gram) KEHALUSAN

    (%)INDIVIDU KOMULATIF

    No. 100 0.00 0.00 0

    No. 200 9.50 9.50 19

    P a n 40.5 50.00 100

    Jumlah 50.0

    1.14.Kesimpulan2. Pengujian Berat Jenis Semen Portland

    2.1. Tujuan2.1.1. Tujuan Instruksional Umum

    Dengan melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan

    memahami sifat sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland

    dan pengaruhnya terhadap beton dengan benar.

    2.1.2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melakukan percobaan ini, anda dapat :

    a. menentukan nilai berat jenis semen portland.b. Mempergunakan alat pengujian dengan terampil.

    2.2. Dasar TeoriBerat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu

    kamar dengan berat isi kering air suling pada 40C yang isinya sama dengan isi

    semen.

    2.3. Peralatan(a)Botol Le Chatelier.(b)Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API ( American

    Petrolium Institute).

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    14/50

    14

    Berat Jenis Semen =

    x d

    2.4. Benda UjiContohSemen Portland sebanyak 64 gram.

    2.5. Prosedur Pelaksanaan1) Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1,

    bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.

    2) Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yangcukup lama untuk menghindari variasi suhu botol lebih besar dari 0,2

    0C.

    3) Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V1 ).

    4)

    Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol, usahakan jangansampai ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan.

    5) Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secaraperlahan lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan

    cairan.

    6) Ulangi pekerjaan poin b. Setelah suhu air sama dengan suu cairan dalambotol, baca skala pada botol (V2).

    2.6. Perhitungan

    Dimana : V1 = pembacaan pertama pada skala botol

    V2 = Pembacaan kedua pada skala botol

    ( v2V1) = Isi cairan yang yang dipindahkan semen dengan

    berat tertentu

    d = Berat isi air pada suhu 40C (1 gr/cm

    3)

    2.7. Pelaporana. Laporkan nilai berat jenis sampai 2 ( dua ) angkadi belakang koma

    b. kesimpulan dari hasil pengujian yang anda peroleh.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    15/50

    15

    Catatan :

    a. Berat jenis semen portland sekitar 3,16.

    b. percobaan dibuat 2 kali, selisih kedua hasil percobaan yang diijinkan 0,01

    2.8. Referensi

    2.9. Data Hasil Pengujian2.10.Tabel 2.1 Data Pengujian Berat jenis Semen Portland

    Pemeriksaan Benda Uji

    I II

    Berat semen contoh uji 64.00 64.00

    Pembacaan pertama pada

    skala botolV1 0.00 0.00

    Pembacaan kedua pada

    skala botolV2 20.10 20.20

    Isi cairan yang

    dipindahkanV2-V1 20.10 20.20

    Berat jenis semen = Berat semen x d (gr/cm)

    v3.18 3.17

    Berat jenis rata-rata 3.16

    2.11.Kesimpulan

    3. Pengujian Konsistensi Normal Semen Portland3.1. Tujuan

    3.1.1. Tujuan Instruksional UmumSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami

    sifat sifat fisik , mekanik dan teknologi semen portland dan pengaruhnya

    terhadap beton dengan benar.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    16/50

    16

    3.1.2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melakukan percobaan ini anda dapat :

    a. Menentukan konsistensi normal semen portland dengan alat vicat.b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil

    3.2. Dasar TeoriKonsistensi normal semen portland adalah suatu kondisi standar

    yangbmenunjukkan kebasahan pasta. Konsistensi dinyatakan dengan

    banyaknya air yang dibutuhkan suatu pasta semen dalam kondisi plastis.

    3.3. Peralatana. Neraca, dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang.b. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml.c. 1 set alat vicat yang terdiri dari alat vicat dan cincin konik ( cinical ring )d. Stopwatch.e. Sendok perata (spatula)f. Alat pengaduk.g. Sarung tangan karet.h. Air suling sebanyak 300 cm

    3

    3.4. Benda UjiContoh semen portland sebanyak 300 gram.

    3.5. Prosedur Pelaksanaana. masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 28% dari berat benda

    uji kedalam mangkokalat pengaduk.

    b. masukkan benda uji kedalam mangkok pengaduk dan diamkan selama 30detik

    c. jalankan mesinpengaduk dengan kecepatan (140 rpm, selama 30 detikd. hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta

    yang menempel di penggir mangkok

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    17/50

    17

    Konsistensi =

    x 100%

    e. jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285) rpm selama 1 menit.f. buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tanagn yang menggunakna

    sarung tangan, kemudian dilemparkan 6 kali dari satu tangan ke tangan

    yang lain dengan jarak kira-kira 15cm.

    g.

    pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincinkonik yang dipegang dengan tanagn lain melalui lubang besar, sehingga

    cincin konik penuh dengan pasta

    h. kelebihan pasata pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yangdigerakkan dalam posisi miring terhadapa permukan cincin

    i. letakkan pelat kaca pada lubang besar cincin konik, kemudianbalikkan,ratakan, dan licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin

    konik dengan sendok perata.

    j. letakkan cincin konik dibawah jarum besar alat Vicat, dan kontakan jarumtepat pada bagian tengah permukaan pasta

    k. jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.3.6. Perhitungan

    3.7. Pelaporana. Buatlah grafik penurunan terhadap konsistensi.b. Konsistensi normal, didapat pada penurunan 101 mm.c. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.Catatan :

    a. Untuk mendapatkan konsistensi normal, dilakukan beberapa kali percobaandengan kadar air yang berbeda. Setiap percobaan harus dibuat dari contoh

    semen yang baru dan selama percobaaan dilakukan, peralatan harus bebas

    dari getaran. Untuk percobaan pertama disarankan dengan kadar air 28 %.

    b. Pengaruh suhu udara , air pencampur dan kelembaban ruangan diabaikan.

    3.8. Referensi

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    18/50

    18

    3.9. Data Hasil PengujianTabel 2.3 Data Pengujian Konsistensi Normal Semen Portland

    Pemeriksaan Benda Uji

    I II III IV

    Berat Air (A) Gram 84.00 81.00 78.00 75.00

    Berat Semen (B) Gram 300.00 300.00 300.00 300.00

    Konsistensi = A/B x 100 % 28% 27% 26% 25%

    Penetrasi/penurunan (mm) 27 23 11 6

    Grafik Uji Konsistensi Normal Portland semen

    3.10.Kesimpulan4. Pengujian Kekekalan Semen Portland Dengan direbus

    4.1. Tujuan

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    30

    25 26 27 28

    Penurunan(mm)

    Konsistensi ( % )

    Penurun

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    19/50

    19

    4.1.1. Tujuan Instruksional UmumSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan

    memahami sifatsifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland dan

    pengaruhnya terhadap beton dengan benar.

    4.1.2.

    Tujuan Instruksional Khusus

    Setelah melakukan percobaan ini anda dapat :

    a. Menentukan kekekalan semen portland dengan direbus.b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.

    4.2. Dasar TeoriKekekalan pasta semen atau disebut juga sebagai kemulusan pasta semen

    adalah merupakan suatu ukuran dari kemamouan pengembangan dari bahan bahan campuranya dan kemampuan untuk mempertahankan volumenya setelah

    meningkat.

    Ketidakmulusan suatu pasta semen disebabkan oleh terlalu banyaknya

    jumlah kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna,serta magnesia yang

    terdapt dalam campuran tersebut. Kapur bebas akan mengikat air dan kemudian

    menimbulkan gaya gaya ekspansi yang akhirnya timbul retakan retakan

    pada permukaan pasta semen.

    4.3. Peralatana. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh Yang ditimbang.b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml , dengan ketelitian 1 ml.c. Kaca datar, tebal 3 mm dengan ukuran 15 x 15 cm.d. Stopwatch.e. Sendok perata (spatula)f. Alat pengaduk.g. Sarung tangan karet.h. Air suling sebanyak 300 cm3i. Cawan

    4.4. Benda Uji

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    20/50

    20

    Contoh semen portland sebanyak 650 gram.

    4.5. Prosedur Pelaksanaana. Masukkan air pencampur berupa air sulin yang banyaknya sesuai dengan

    jumlah air untuk mencapai konsistensi normal dalam alat pengaduk.b. Masukkan benda uji ke dalam mangkuk pengaduk dan diamkan selama 30

    detik.

    4.6.Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 140 5) rpm , selama 30 detik.

    4.7.Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta

    yang menempel di pinggir mangkuk.

    4.8.Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 285 10) rpm , selama1 menit

    4.9.Ambil pasta sekepal tangan dan letakkan di atas plat kaca.

    4.10.Bentuk pasta tersebut seperti kue (lihat gambar) dengan diameter 12 cm dantinggi dibagian tengahnya 13 mm dengan mengecil tebalnya ke bagian

    pinggir.

    4.11.Diamkan kue tersebut diruang lembab selama 24 jam.4.12.Masukkan kue tersebut ke dalam air, kemudian air tersebut didihkan (waktu

    pendidihan 30 menit ) dan kue terus direbus selama 3 jam.

    4.13.Setelah itu angkat kue tersebut dan perhatikan keadaan fisiknya, apakahterjadi perubahan bentuk misalnya retak , pecah atau menunjukkan perubahan

    bentuk lain.

    4.14.Perhitungan4.15.Pelaporan

    Catatan :

    4.16.Referensi4.17.Data Hasil Pengujian4.18.Kesimpulan

    5. Pengujian Waktu Pengikatan Semen Portland Rebus5.1. Tujuan

    5.1.1. Tujuan Instruksional Umum

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    21/50

    21

    5.1.2. Tujuan Instruksional Khusus5.2. Dasar Teori5.3. Peralatan5.4. Benda Uji5.5.

    Prosedur Pelaksanaan

    5.6. Perhitungan5.7. Pelaporan

    Catatan :

    5.8. Referensi5.9. Data Hasil Pengujian5.10.Kesimpulan

    6. Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland6.1. Tujuan

    6.1.1. Tujuan Instruksional UmumSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan

    memahami sifat sifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland dan

    pengaruhnya terhadap beton dengan benar.

    6.1.2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melakukan percobaan ini anda dapat :

    a. Menentukan kekuatan tekan mortar semen portland..b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.

    6.2. Dasar TeoriKekuatan tekan mortal adalah beban tiap satuan luas permukaan yang

    menyebabkan mortar hancur,nkekuatan tekan mortar ini diperoleh dari benda

    uji berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm, yang terbuat dengan

    menggunakan contoh semen dan mencampurnya dengan pasir silika seragam

    dan air dalam perbandinganperbandingan tertentu.

    6.3. Peralatana. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh Yang ditimbang.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    22/50

    22

    b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml , dengan ketelitian 1 ml.c. Stopwatch.d. Sendok perata (spatula)e. Alat pengaduk.f.

    Sarung tangan karet.

    g. Air suling sebanyak 500 cm3h. Cawani. Cetakkan kubus 5 x 5 x 5 cm, dan alat penumbuk/ pemadat.j. Pasir silika/ Ottawak. Meja leleh (flow tabel)

    6.4. Benda UjiContoh semen portland sebanyak 500 gram.

    6.5. Prosedur Pelaksanaana. masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 30% dari berat semen ke

    dalam mangkuk alat pengaduk.

    b. Masukkan benda uji semen sebanyak 500 gram ke dalam mangkuk pengaduk.c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5) rpm, selam 30 detik.d. Masukkan pasir silika / ottawa sebanyak 1375 gram secara perlahan lahan

    sambil mesin pengaduk dijalankan dengan kecepatan (145 5) rpm, selama

    30 detik.

    e. Hentikan mesin pengaduk, kemudian naikkan kecepatan putaran menjadi (285 10) rpm, dan jalankan selama 30 detik.

    f. Hentikan mesin pengaduk, dan segera bersihkan mortar yang menempel padapinggiran mangkuk selama 15 detik, kemudian biarkan mortar selama 75

    detik.

    g. Aduklah mortar dalam mesin pengaduk dengan kecepatan pengaduk (285 10) rpm, selama 1 menit.

    h. Lakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yangterletak di atas meja leleh,cincin diisi dalam 2 (dua) lapis ,dimana setiap lapis

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    23/50

    23

    Kekuatan Tekan Mortar = (kg/cm)

    dipadatkan dengan cara menumbuk sebanyak 20 kali. Ratakan permukaan

    mortar dengan sendok perata dan angkatlah cincin kemudian getarkan meja

    leleh sebanyak 25 kali selama 15 detik.

    i. Ukurlah diameter leleh, sekurang-kurangnya pada 4 tempat dan ambil hargarata-rata. Diameter leleh harus antara 100-115 % dari diameter semula.apabiladiameter leleh yang disyaratkan belum didapat, ulangi langkah-langkah di atas

    ( dari butir a sampai butir i) dengan merubah kadar air.

    j. Setelah diameter leleh yang disyaratkan didapat, mortar dimasukkan ke dalammangkuk pengaduk dan jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285

    10) rpm selama 15 detik.

    k. 30 detik setelah selesai pengadukan, cetaklah mortar dengan cetakkan kubus15 x15 x 15 cm , cetakkan diisi dalam 2 lapis dimana setiap lapis dipadatkan

    dengan menumbuk sebanyak 32 kali dalam 4 putaran (lihat gambar).

    Keseluruhan waktu yang dipergunakan untuk mencetak mortar tidak boleh

    lebih dari 2 menit.

    l. Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata, kemudian simpan di dalamMoist cabinet selama 24 jam.

    Bukalah cetakkan dan rendamlah mortar dalam air bersih,kemudian periksalah

    kekuatan tekan mortar dengan mesin tekan sesuai dengan umur yang

    diinginkan, biasanya pada umur 3,7 dan 28 hari.

    6.6. Perhitungan

    Dimana : P = Beban maksimum (kg)

    A = Luas permukaan benda uji ( cm2)

    6.7. Pelaporana. Laporkan nilai kekuatan tekan mortar pada tiap umur pemeriksaan.b. Kesimpula dari hasil uji yang anda peroleh.Catatan :

    6.8. Referensi

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    24/50

    24

    6.9. Data Hasil Pengujian

    Data Hasil Percobaan Leleh Mortar

    No. Faktor Air Luas Permukaan Rata-rata (m)1 30% 21

    2 31% 20

    3 32% 18

    4 33% 15

    5 34% 13

    6 35% 10.5

    6.10.Kesimpulan

    BAGIAN II AGREGAT

    2.3. Tinjauan Pustaka2.3.1. Pengertian Agregat

    Yang dimaksud agregat adalah butiran-butiran mineral yang jika dicampurkan

    dengan PC dan air akan menghasilkan beton. Agregat dalam pengertiannya ada dua macam,

    yaitu agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus dapat berupa pasir alam sebagai hasil

    dari desintegrasi alami dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat

    pemecah batu. Begitu juga dengan agregat kasar dapat berupa kerikil sebagai hasil dari

    disintegrasi dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan batuan oleh

    mesin atau alami.

    Umumnya agregat kasar merupakan agregat dengan gradasi besar, ukuran besar

    butirannya berkisar lebih dari 5 mm. Sedangkan ukuran butir lebih kecil dari 5 mm

    dikategorikan sebagai agregat halus.

    2.3.2. Jenis Agregat Menurut Fungsi Dan Berat Jenis

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    25/50

    25

    Terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

    a. Agregat Ringan

    - Banyak digunakan untuk beton pracetak ringan.

    - Berat isi untuk agregat kasarnya berkisar antara 350850 kg/m3.

    - Berat isi untuk agregat halus berkisar antara 7501100 kg/m3.

    - Jenis agregat ini biasanya mempunyai sifat tahan panas, sebab bahannya berasal

    dari batuan yang telah mengalami pemanasan.

    - Agregat ringan biasanya berpori, sehingga mempunyai daya serap yang tinggi dan

    kedap suara.

    - Berat jenis agregat ringan kurang dari 2 gr/cm3.

    b. Agregat Normal Biasa

    -Biasanya digunakan untuk pembuatan beton secara umum.

    -Berat isinya berkisar antara 23002500 kg/m3.

    - Dalam penggunaannya sebelum dipakai harus dicuci dahulu untuk menghilangkan

    kotoran yang melekat.

    - Jika agregat ini berasal dari sungai atau laut maka kadar cloridanya harus kurang

    dari 1 % untuk beton struktural.

    - Berat jenis agregat normal lebih besar atau sama dengan 2 gr/cm3.

    c. Agregat berat

    - Pemakaiannya untuk beton yang tahan terhadap radiasi dan digunakan untukperlindungan terhadap Sinar-X, Beta, Gamma dan Neutron.

    - Berat isinya antara 40005000 kg/m3.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    26/50

    26

    - Kelemahannya adalah mempunyai sifat pengerjaan yang sulit, juga pencegah

    terhadap segregasi dan work abilitynya lebih sulit.

    - Berat jenis untuk agregat lebih besar dari atau sama dengan 3,0 gr/cm3.

    Selain jenis-jenis agregat di atas ada beberapa agregat lain digunakan untuk hal-hal

    khusus, diantaranya seperti:

    1. Untuk beban yang harus kuat dan awet pakai:- Corundum sintetik (Al2O3) berat isi 3,94,0 kg/dm3.- Silica carbida (SiC) berat isi 3,13,2 kg/dm3.

    2. Untuk isolasi terhadap panas dan ringan dipakai:- Perlit adalah sejenis batuan beku berjenis gelas yang mempunyai berat isi antara

    0,060,2 kg/dm

    3

    .- Vermikulit berat isinya antara 0,070,9 kg/dm3.- Styrpor berat isinya antara 0,02 kg/dm3.

    3. Agregat sebagai pelindung terhadap radiasi:- Spar (BaSO4) dengan berat isi murni antara 4,154,45 kg/dm3.- Magnetik yaitu semacam biji besi yang mempunyai berat isi 4,405,00 kg/dm3.- Baja berbentuk pasir dengan berat isi antara 6,87,60 kg/dm3.

    4. Agregat untuk produk asbes- Asbes yaitu bahan endapan alam berupa serat halus yang berasal dari magnesium

    silikat hidrat.

    5. Kayu untuk panelpanel- Untuk hal ini dipakai tatl-tatl serta serat kayu sebagai bahan chipwood cement boart

    dan wood wool cement boart.

    Jenis Agregat

    Hal hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat dalam campuranbeton ada lima, yaitu (Landghren, 1994):

    1) Volume UdaraUdara yang terdapat dalam campuran beton kan mempengaruhi proses pembuatan beton,

    terutama setelah terbentuknya pasta semen.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    27/50

    27

    2) Volume PadatKepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton jadi.

    3) Berat Jenis AgregatBerat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat sebagai kontrol

    4) PenyerapanPenyerapan air berpengaruh pada berat jenis

    5) Kadar Air Permukaan AgregatKadar air dipermukaan agregat berpengaruh pada penggunaan air saat pencampuran.

    2.3.2.SifatSifat Fisik Agregat

    Sifat-sifat fisik agregat antara lain :

    Bentuk

    Bulat

    Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai dan mempunyai rongga udara

    minimum 33 %. Ikatan antar butiran kurang kuat sehingga ikatannya lemah, oleh karena itu

    agregat ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupuan perkerasan jalan.

    Bersudut

    Bentuk ini tidak beraturan, mempunyai sudut yang tajam dan permukanya kasar.

    Agregat ini mempunyai rongga udara antara 38 % - 40 %. Ikatan antar butiran baik,

    sehingga daya lekatnya baik pula. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi

    maupun lapis perkerasan jalan.

    Pipih

    Agregat pipih ialah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dantertebal pada butiran lebih dari 3, Agregat jenis ini berasal dari batu-batuan yang berlapis.

    Memanjang

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    28/50

    28

    Butir agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang dan

    terlebar lebih dari 3. Butir yang terlalu pipih dan yang terlalu panjang tidak boleh melebihi

    15 %.

    Tekstur permukaan butiran

    Tekstur permukaan agregat anatara lain: mengkilat, rata, kasar, granular, sarang

    tawon, untuk kerikil dengan permukaan merata baik untuk workable permukaan yang

    mengkilat juga baik untuk workable, tetapi kurang baik dalam pelekatan. Permukaan kasar

    seperti batu pecah sangat baik untuk pelekatan, tetapi kurang baik untuk workable.

    Gradasi Agregat

    Gradasi adalah suatu cara untuk menentukan distribusi ukuran penyebaran ukuran

    butir agregat. Hasil dari penilaian penyebaran ukuran ini dapat dipakai untuk menentukan

    apakah jenis agregat yang dipakai.

    Cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan nilai gradasi agregat adalah

    dengan cara analisa ayak (proses penyaringan agregat kasar maupun halus) dengan

    menggunakan berbagai diameter ayakan, benda mendapatkan jumlah ukuran butir yang

    standar.

    Syarat susunan besar butir agregat halus menurut Peraturan Beton BertulangIndonesia (PBI) 1971-NI-2 adalah jika agregat diayak dengan ayakan standar ISO, bagian

    yang tertahan diatas ayakan:

    a. 4 mm tidak kurang dari 2 % berat total;

    b. 1 mm tidak kurang dari 10 % berat total;

    c. 0,25 mm antara 80 % - 95 %.

    Syarat susunan besar butir agregat kasar menurut Peraturan Beton Bertulang

    Indonesia (PBI) 1971-NI-2 adalah jika agregat diayak dengan ayakan standar ISO, bagian

    yang tertahan diatas ayakan:

    a) 31, 5 mm harus 0 % berat;

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    29/50

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    30/50

    30

    Untuk menentukan volume bahan padat dari agregat dan satuan berat isi kering. Berat

    jenis agregat juga penting untuk menentukan jumlah agregat dalam susunan campuran

    beton dan berpengaruh pada kekuatan dan keawetan beton yang akan kita buat.

    g) Daya serapDaya serap ditentukan oleh keadaan pori agregat yang erat hubungannya dengan berat

    jenis, sifat kedap air, modulus elastisitas dan ketahanannya terhadap bahan kimia.

    Daya serap ini dapat dibedakan dalam 4 kondisi, yaitu:

    1. kering mutlakSemua pori tidak mengandung air.

    2. Kering udaraSebagian pori terisi air.

    3. Jenuh permukaan keringSeluruh permukaan pori kapiler terisi air, rongga yang tembus air terisi air. Tujuan

    mengetahui gradasi ini SSD = Surface Saturday dry Density.

    4.

    Basah

    Batu jenuh dan permukaan mengandung air.

    5. Gradasi agregatGradasi adalah ukuran besar butir yang terdapat dalam sejumlah agregat

    tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keseragaman agregat dengan

    penyaringan atau pengayakan. Dengan ini pula dapat diketahui jenis agregat yang

    bergradasi baik sehingga cocok untuk campuran beton. Keuntungan pemakaiangradasi baik adalah:

    - Pemakaian kadar air dan semen menjadi minimal.

    - Kekuatan yang di capai maksimal.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    31/50

    31

    - Penyusutan rendah.

    - Mengurangi tegangan akibat hidrasi.

    - Mengurangi rangkak dan screep.

    2.4. Pengujian1. Pengujian Kadar Air Agregat Halus dan Kasar

    1.1. Tujuan1.1.1. Tujuan Instruksional Umum1.1.2. Tujuan Instruksional Khusus

    1.2. Dasar Teori1.3. Peralatan1.4.

    Benda Uji

    1.5. Prosedur Pelaksanaan1.6. Perhitungan1.7. Pelaporan

    Catatan :

    1.8. Referensi1.9. Data Hasil Pengujian1.10.Kesimpulan

    2. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus2.1. Tujuan

    2.1.1. Tujuan Instruksional Umum2.1.2. Tujuan Instruksional Khusus

    2.2. Dasar Teori2.3. Peralatan2.4. Benda Uji2.5. Prosedur Pelaksanaan2.6. Perhitungan2.7. Pelaporan

    Catatan :

    2.8. Referensi

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    32/50

    32

    2.9. Data Hasil Pengujian2.10.Kesimpulan

    3. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar3.1. Tujuan

    3.1.1.

    Tujuan Instruksional Umum3.1.2. Tujuan Instruksional Khusus

    3.2. Dasar Teori3.3. Peralatan3.4. Benda Uji3.5. Prosedur Pelaksanaan3.6. Perhitungan3.7. Pelaporan

    Catatan :

    3.8. Referensi3.9. Data Hasil Pengujian3.10.Kesimpulan

    4. Pengujian Berat Isi Agregat Halus dan Kasar4.1. Tujuan

    4.1.1. Tujuan Instruksional Umum4.1.2. Tujuan Instruksional Khusus

    4.2. Dasar Teori4.3. Peralatan4.4. Benda Uji4.5. Prosedur Pelaksanaan4.6. Perhitungan4.7. Pelaporan

    Catatan :

    4.8. Referensi4.9. Data Hasil Pengujian4.10.Kesimpulan

    5. Pengujian Kadar Organik Agregat Halus

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    33/50

    33

    5.1. Tujuan5.1.1. Tujuan Instruksional Umum5.1.2. Tujuan Instruksional Khusus

    5.2. Dasar Teori5.3.

    Peralatan

    5.4. Benda Uji5.5. Prosedur Pelaksanaan5.6. Perhitungan5.7. Pelaporan

    Catatan :

    5.8. Referensi5.9. Data Hasil Pengujian5.10.Kesimpulan

    6. Pengujian Gradasi Butiran Halus dan Kasar6.1. Tujuan

    6.1.1. Tujuan Instruksional Umum6.1.2. Tujuan Instruksional Khusus

    6.2. Dasar Teori6.3. Peralatan6.4. Benda Uji6.5. Prosedur Pelaksanaan6.6. Perhitungan6.7. Pelaporan

    Catatan :

    6.8. Referensi6.9. Data Hasil Pengujian6.10.Kesimpulan

    7. Pengujian Keausan Agregat Kasar dengan Mesin Los Angeles7.1. Tujuan

    7.1.1. Tujuan Instruksional Umum7.1.2. Tujuan Instruksional Khusus

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    34/50

    34

    7.2. Dasar Teori7.3. Peralatan7.4. Benda Uji7.5. Prosedur Pelaksanaan7.6.

    Perhitungan

    7.7. PelaporanCatatan :

    7.8. Referensi7.9. Data Hasil Pengujian7.10.Kesimpulan

    8. Pengujian Kekerasan Agregat Kasar8.1. Tujuan

    8.1.1. Tujuan Instruksional Umum8.1.2. Tujuan Instruksional Khusus

    8.2. Dasar Teori8.3. Peralatan8.4. Benda Uji8.5. Prosedur Pelaksanaan8.6. Perhitungan8.7. Pelaporan

    Catatan :

    8.8. Referensi8.9. Data Hasil Pengujian8.10.Kesimpulan

    BAGIAN III BETON

    2.5. Tinjauan PustakaBeton adalah campuran antara semen, air, agregat halus dan agregat kasar membentuk

    masa padat .Perencanaan campuran beton adalah cara untuk menentukan proporsi

    campuran bahan beton. Perhitungan yang digunakan adalah standar SK SNI 15

    199003.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    35/50

    35

    2.6. Pengujian1. Pengujian Slump Beton

    1.1. Tujuan1.1.1 tujuan instruksional umum

    setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui sifat- sifat fisik, mekanik

    dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan jalan dengan benar.

    1.1.2 tujuan instruksional khusussetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat:

    a.

    menjelaskan nilai slump betonb. menjelaskan prosedur pengujian slump beton dengan benarc. menggunakan peralatan dengan terampil

    1.2. Dasar TeoriNilai slump beton menunjukkan tingkat/ derajat kemudahan pengerjaan yang

    berkaitan erat dengan tingkat kelecakan/ keenceran adukan beton. Makin cair

    adukan beton, makin mudah cara pengerjaannya, dan sebaliknya.

    1.3. Peralatan1. Cetakan berupa kerucu tterpancung

    2. Tongkat pemadat

    3. Pelat logam

    4. Sendok cekung dan sendok spesi

    5. Penggaris

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    36/50

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    37/50

    37

    1.9. Data Hasil PengujianTabel23 : Data hasilpengujian slump

    PemeriksaanSlump (cm)

    I

    1 0

    2 3,4

    Ratarata Slump

    per adukan 1,7

    Rata - rata Slump 1,7

    1.10.KesimpulanNilai slump yang didapat dari hasil pengujian benda uji adalah 1,7 cm.

    2. Pengujian Kadar Udara dalam Beton2.1. Tujuan

    2.1.1. Tujuan Instruksional UmumSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui sifat

    sifat fisik, mekanik dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan

    jalan dengan benar.

    2.1.2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapa;

    a. Menentukan persentase kadar udara yang ada di dalam kandunganbeton

    b. Menjelaskan prosedur pengujian kadar udara dalam adukan betonengan benar

    c. Menggunakan peralatan dengan terampil2.2. Dasar Teori

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    38/50

    38

    Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengahui kadr udara yang ada

    dalam adukan beton.ada 2 jenis udara dalam betn, yaitu udara interian dan

    udara yang terjebak. Dalam pemeriksaan ini adalah utuk keduanya. Kadar udara

    dalam beton dinyatakan dalm persen (%) terhadap volume beton, neskipun

    udara hanya terdapat dalam pasta semen.2.3. Peralatan

    a. Alat ukur udara dalam beton 1 (satu) setb. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm , bagian

    ujung dibulatkan dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat

    c. Pompa tangan / compressord. Sendok cekung, dan sendok spesi

    2.4. Benda UjiBenda uji adalah contoh beton segar, sebanyak- banyaknya sama dengan isi

    cetakan.

    2.5. Prosedur Pelaksanaana. Siapkan peralatan pengujian kadar udara dalam beton 1 (satu) setb. Ambil adukan beton segarc. Masukan ked lam mould / slinder alat pengujian kadar udara dengan pelan-

    pelan tana di tekan dalam 3 (tiga) lapis, dimana pada tiap lapis dipadatkan

    dengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukan secara merata.

    d. Segera setelah selesai pemdatan, ratakan permukaan benda uji danbersihkan bagian tepi mould / slinder dari adukanyang menempel,

    kemudian letkanpelatbulat di atas permukaan benda uji.

    e. Tutuplah mould / slinder yang berisi benda uji dengan penutup yangdilengkapi dengan dial pengukur tekanan angin yang telah ditentukan untuk

    pengujian ini.

    f. Isi tabung terebut dengan air sampai pada bacaan nol yang terterah padatabung dengan menggunakan selang air

    g. Masukan udara dengan menggunakan pompa atau kompresor sambilmelihat dia pengukur pada alat tersebut hingga jarum menunjukkan angka

    0,002 N / atau 0,20 MN/

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    39/50

    39

    h. Pada saat yang sama, baca dan catat ketinggian air pada tabug,nilaitersebut menunjukan prosentese kadar udara dalam adukan beton

    2.6. Perhitungan2.7. Pelaporan

    a.

    Laporkan persen kadar udara dalam adukan beton dengan bilangan bulatb. Kesimpulan dari hasil percobaan yang di proleh

    Catatan : untuk medapatkan hasil yang lebih teliti, lakukan 2 (dua) kali

    pemeriksaan dengan adukan beton yang sama laporkan hasil rataratanya

    2.8. Referensia. ASTM C- 231b. PEDC Bandung pengujin bahan Edisi 1983c. Ir paulus Nugraha Mfng teknologi beton dengan antisipasiterhadap

    pedoman beton 1989. Penerbit Universitas Kristen Petra Surabaya1989.

    2.9. Data Hasil PengujianKadar udara ; 4,88

    2.10.Kesimpulan

    3. Pengujian Kekuatan Tekan Beton3.1. Tujuan

    3.1.1. Tujuan Instruksional UmumSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui sifat - sifat fisik,

    mekanik dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan jalan dengan benar.

    3.1.2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat:

    3.1.3. a. Menentukan kekuatan tekan beton.3.1.4. b. Menghitung kekuatan tekan beton.3.1.5. c. Menjelaskan prosedur pengujian kekuatan tekan beton dengan

    benar .

    3.1.6. d. Menggunakan peralatan dengan terampil.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    40/50

    40

    .

    3.2. Dasar TeoriSalah satu kelebihan bahan beton ini adalah kekuatan tekannya yang jauh lebih besar

    bila dibandingkan kuat tariknya, dengan demikian kuat tekan ini merupakan karakteristik

    mekanis yang lebih penting dipertimbangkan daripada kuat tariknya. Kekuatan tekan beton

    didefinisikan sebagai tegangan tekan maksimum yang dapat ditahan oleh bahan beton

    akibat beban luar.

    Secara praktis kuat tekan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

    perbandingan semen agregat, gradasi agregat, bentuk permukaan agregat, kekuatan dan

    kekakuan agregat, ukuran maksimum agregat, tingkat/ derajat pemadatan, jenis dan kualitas

    semen, umur, perawatan, suhu, jenis dan besarnya bahan tambahan campuran serta mineral

    pembentuk agregat.

    Penambahan kekuatan tekan beton sangat bervariasi, dari umur muda sampai

    dengan umur 28 hari penambahan kekuatan tekan adalah besar, namun setelah

    umur 28 hari variasi penambahan kekuatan tekan ini masih ada tetapi jauh lebih

    kecil bila dibandingkan dengan umur sebelum 28 hari. Dengan demikian umur

    28 hari dipakai sebagai patokan untuk menentukan kekuatan tekan beton dan

    biasa disebut sebagai Kuat Tekan Karakteri stik

    3.1. Peralatana. Cetakan silinder dengan ukuran sebagai berikut:

    Silinder : 15 x 30 cm..

    b. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.

    c. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, bagian ujung

    dibulatkan dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.

    d. Bak pengaduk beton yang kedap air atau Mesin pengaduk/ Mollen.

    e. Mesin Tekan, dengan kapasitas sesuai kebutuhan.

    f. Satu set alat pelapis/ capping.

    g. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok spesi, perata/ spatula dan talam.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    41/50

    41

    h. Satu set alat pemeriksaan slump dan bobot isi beton.

    3.2. Benda Uji. Pembuatan dan Pematangan Benda Uji.

    a. Pengadukan :

    Pengadukan Secara Manual :

    Masukan semen dan agregat halus ke dalam bak pengaduk, kemudian aduklah

    dengan sekop sampai merata, kemudian masukan agregat kasar dan aduklah

    sampai merata dan teruskan pengadukan sambil menambahkan air pencampur

    sedikit demi sedikit. Setelah semua air pencampur dimasukan ke dalam bak

    pengaduk, teruskan pengadukan sampai beton merata.

    Pengadukan Dengan Mesin Pengaduk/ Mollen :

    Masukan agregat kasar dan air pencampur sebanyak 30 % sampai 40 % ke dalam

    pengaduk. Jalankan mesin pengaduk, masukan agregat halus, semen dan sisa air

    pencampur. Setelah semua bahan campuran beton dimasukan ke dalam mesin

    pengaduk, aduklah beton selama 3 menit, kemudian tuangkan adukan beton ke

    dalam talam dan aduklah lagi dengan sekop sampai merata.

    b. Tentukan Slump menurut cara pemeriksaan.

    Apabila slump yang didapat tidak sesuai dengan yang dikehendaki, ulangi

    pekerjaan (a) dengan menambah atau mengurangi agegat sampai mendapatkan

    slump yang dikehendaki. Kemudian tentukan berat isi menurut cara pemeriksaan.

    c. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis (untuk cetakan berbentuk

    silinder), pada tiap-tiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali

    tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat

    pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    42/50

    42

    serta ketiga, tongkat pemadat boleh masuk kira-kira 25,4 mm kedalam lapisan di

    bawahnya. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-

    lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup.

    Ratakan permukaan beton dan tutuplah segera dengan bahan yang kedap air serta

    tahan karat. Kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakan

    pada tempat yang bebas dari getaran.

    d. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.

    e. Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi

    persyaratan pematangan (curing) selama waktu yang dikehendaki.

    Persiapan Pengujian

    a. Ambilah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam,

    kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab.

    b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.

    c. Lapislah (capping : untuk benda uji silinder) permukaan atas dan bawah benda uji

    dengan mortar belerang, dengan cara sebagai berikut:

    Lelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh (Melting Pot) sampai suhu kira-kira130

    o C. Tuangkan belerang cair ke dalam cetakan pelapis (capping plate) yang

    dinding dalamnya telah dilapisi dengan gemok/ oli. Kemudian letakan benda uji

    tegak lurus pada cetakan pelapis sampai mortar belerang cair menjadi keras.

    Dengan cara yang sama, lakukan pelapisan pada permukaan lainnya.

    d. Benda uji siap untuk diperiksa

    3.3. Prosedur Pelaksanaana. Letakan benda uji pada mesin tekan secara centris.

    b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban secara konstan, berkisar

    antara 2 sampai 4 kg/ cm2per detik.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    43/50

    43

    c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban

    maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.

    d. Gambar bentuk pecah/ retakan yang terjadi dan catatlah keadaan benda uji.

    3.4. PerhitunganKekuatan Tekan beton (bi) :

    bi = ( kg/ cm

    2)

    dimana bi = Kuat tekan beton individu

    P = Bebanmaksimum ( kg )

    A = Luaspenampangbendauji ( cm2)

    3.5. Pelaporana. Laporkanhasilpegujiandenganbilangan 2 (dua) desimal, danharusmeliputihal-

    halsebagaiberikut:

    - PerbandinganCampuran

    - Nilai Slump ( cm )

    - Tanggalpembuatan/ pengecoran

    - Tanggalpengujian

    - Umur ( hari )

    - Berat ( kg )

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    44/50

    44

    - Diameter dan tinggi ( cm )

    - Ukuran sisi kubus ( cm )

    - Luas Penampang ( cm2)

    - Bobot isi beton ( kg/ m3)

    - Beban maksimum ( kg )

    - Kekuatan tekan ( kg/ cm2)

    - Cacat

    b. Kesimpulan dari hasil percobaan yang diperoleh.

    Catatan :a. Benda uji tidak perlu dilapisi/ dicapping.

    b. Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya dilakukan pada umur 3, 7 dan 28

    hari.

    c. Pada setiap pemeriksaan minimum 2 buah benda uji.

    d. Apabila pengadukan dilakukan dengan tangan/ secara manual, isi bakpengaduk maksimum 7 dm

    3dan pengadukan tidak boleh dilakukan untuk beton yang

    kental.

    3.6. Referensia. ASTM C - 39 - 72

    b. PEDC. Bandung. Pengujian Bahan.Edisi 1983

    c. SK. SNI. T - 15 - 03 - 1990. Tata Cara Rancangan Campuran Beton Normal.

    DPU. Jakarta.

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    45/50

    45

    3.7.Data Hasil Pengujian

    Tabel25 : Data HasilPengujianKuatTekan Mortar

    Benda Umur Berat BebanHancur TeganganHancur (bi - bm) (bi - bm)2

    Uji hari kg (KN) bi (kg/cm2) (kg/cm

    2) (kg/cm

    2)

    1 21hari 12 349 197,59 17,99 323,64

    2 21hari 11,9 339 191,93 12,33 152,03

    3 21hari 11,9 311 176,08 -3,52 12,39

    4 21hari 11,8 336 190,23 10,63 113,00

    5 21hari 11,9 286 161,92 -17,68 312,58

    6 21hari 11,8 288 163,06 -16,54 273,57

    7 21hari 11,7 336 190,23 10,63 113,00

    8 21hari 11,9 269 152,30 -27,30 745,29

    9 21hari 11,8 341 193,06 13,46 181,17

    bi 1616,40 (bi -

    bm)2226,67

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    46/50

    46

    4.5.7 AnalisaPerhitungan

    StandarDeviasi = = = = 16,68 kg/cm2

    152,25kg/cm2KETERANGAN :

    P = Kekuatanbendaujimenerimabebansampaihancur (kN)

    bi = Teganganhancurindividu (kg/cm2)

    bm = Teganganhancur rata-rata (kg/cm2)

    bmn = Teganganhancur rata-rata untukbendaujikurangdari 20 buah (kg/cm2)

    bk = Tegangankarakteristikbeton (kg/cm2)

    bk = Tegangankarakteristikbetonijin (kg/cm2)

    A = Luasantertekan = 3375 cm2

    k1 = Konversiumur = 0.65

    k2 = Konversibentuk = 3375

    ti = Tingkat konvedensi

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    47/50

    47

    SD = Standardeviasi / penyimpangan ( kg/cm2)

    n = Jumlahbendauji.

    Tabel 27 : NILAI FAKTOR KONVERSI UMUR UJI BETON

    ( Menurut PBI'71 )

    UMUR FAKTOR UMUR FAKTOR UMUR FAKTOR UMUR FAKTOR

    (hari) KONVERSI (hari) KONVERSI (hari) KONVERSI (hari) KONVERSI

    3 0.4000 28 1.0000 53 1.0806 78 1.1613

    4 0.4652 29 1.0032 54 1.0839 79 1.1645

    5 0.5250 30 1.0065 55 1.0870 80 1.1677

    6 0.5875 31 1.0097 56 1.0903 81 1.1710

    7 0.6500 32 1.0129 57 1.0935 82 1.1742

    8 0.6829 33 1.0161 58 1.0968 83 1.1774

    9 0.7157 34 1.0194 59 1.1000 84 1.1806

    10 0.7486 35 1.0226 60 1.1032 85 1.1839

    11 0.7814 36 1.0258 61 1.1065 86 1.1871

    12 0.8143 37 1.0290 62 1.1097 87 1.1903

    13 0.8471 38 1.0323 63 1.1129 88 1.1935

    14 0.8800 39 1.0355 64 1.1161 89 1.1968

    15 0.8900 40 1.0387 65 1.1194 90 1.2000

    16 0.9000 41 1.0419 66 1.1226 91 1.2005

    17 0.9100 42 1.0452 67 1.1258 92 1.2011

    18 0.9200 43 1.0484 68 1.1290 93 1.2016

    19 0.9300 44 1.0516 69 1.1323 94 1.2022

    20 0.9400 45 1.0548 70 1.1355 95 1.2027

    21 0.9500 46 1.0581 71 1.1387 96 1.2033

    22 0.9571 47 1.0613 72 1.1419 97 1.2038

    23 0.9643 48 1.0645 73 1.1452 98 1.3500

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    48/50

    48

    24 0.9714 49 1.0677 74 1.1484 99 1.2049

    25 0.9786 50 1.0710 75 1.1516 100 1.2055

    26 0.9857 51 1.0742 76 1.1548 365 1.3500

    27 0.9929 52 1.0774 77 1.1581

    I. KoreksiproporsicampuranbetonA. Air = B(Ck - Ca) x C

    100(DkDa) x

    100

    = 153,33 - (0,073,06) x5891

    100(0,845-3,465) x

    12519

    100

    = 203.75liter

    B. Agregathalus = C + (Ck - Ca) x C100

    = 589,16 + (0,073,06) x 5891100

    = 571,54 kg/m3

    C. Agregatkasar = D + (Dk - Da) x 100

    = 1251,96 + (0,845-3,465) x12519

    100

    = 1219,16 kg/m3

    II Volume betonsebanyak 20 bendauji= x r2x t

    = x 00752x 0,3

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    49/50

    49

    = 0,0053 m3

    3.8. KesimpulanDari hasiluji, KuatTekan yang diperolehlebihbesardariKuatTekan yang

    diijinkan.Yang berartimutu K-200yang direncanakanmemenuhipersyaratan,

    sehinggadapatdigunakan.

    BAGIAN IV ASPAL

    2.7. Tinjauan Pustaka2.8. Pengujian

    1. Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter1.1. Tujuan

    1.1.1. Tujuan Instruksional Umum1.1.2. Tujuan Instruksional Khusus

    1.2. Dasar Teori1.3. Peralatan1.4. Benda Uji1.5. Prosedur Pelaksanaan1.6. Perhitungan1.7. Pelaporan

    Catatan :

    1.8. Referensi1.9. Data Hasil Pengujian1.10.Kesimpulan

    2. Pengujian Penetrasi Bahan-bahan Bitumen2.1. Tujuan

    2.1.1. Tujuan Instruksional Umum2.1.2. Tujuan Instruksional Khusus

  • 8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)

    50/50

    2.2. Dasar Teori2.3. Peralatan2.4. Benda Uji2.5. Prosedur Pelaksanaan2.6.

    Perhitungan

    2.7. PelaporanCatatan :

    2.8. Referensi2.9. Data Hasil Pengujian2.10.Kesimpulan

    3. Pengujian Berat Jenis Bitumen Keras dan Ter3.1. Tujuan

    3.1.1. Tujuan Instruksional Umum3.1.2. Tujuan Instruksional Khusus

    3.2. Dasar Teori3.3. Peralatan3.4. Benda Uji3.5. Prosedur Pelaksanaan3.6. Perhitungan3.7. Pelaporan

    Catatan :

    3.8. Referensi3.9. Data Hasil Pengujian3.10.Kesimpulan

    BAB III : PENUTUP

    3.1. Kesimpulan3.2. Saran