pengujian gabungan (beton)
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
1/50
1
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang1.2. Tujuan
BAB II : PENGUJIAN
BAGIAN I SEMEN PORTLAND
2.1. Tinjauan Pustaka2.1.1 Definisi Semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu kapur/gamping
sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti lainnya dengan hasil
akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang proses pembuatannya, yang
mengeras atau membatu pada pencampuran dengan air. Batu kapur/gamping adalah bahan
alam yang mengandung senyawa Calcium Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat
adalah bahan alam yang mengandung senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida
(Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3) dan Magnesium Oksida (MgO).
Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut dibakar sampai meleleh,
sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian dihancurkan dan ditambah
dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil akhir dari proses produksi
dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg atau 50 kg (Anonim, 2009).
Witney dan Washa (1954) dalam Fatimah (1989) menyatakan bahwa semen terdiri
atas mineral penyusun C3S, C2S, C3A, dan C4AF, disamping adanya MgO dan CaO
bebas. Dengan C = CaO, S = SiO2, A = Al2O3, dan F = Fe2O3.
Apabila semen dicampur dengan air maka terbentuk massa koloidal tipis yang
plastis. Plastisitas semakin lama, semakin hilang menjadi massa yang kaku dan semakin
lama semakin keras.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
2/50
2
2.1.2 Sejarah Semen
Semen pertama kali ditemukan oleh bangsa Mesir, yaitu dengan menggunakan
sebuah batu yang dihancurkan dan dibakar. Beton mulai ditinggalkan orang seiring dengan
mundurnya kerajaan Romawi. Baru sekitar tahun 1790, J. Smeaton dari Inggris menemukan
bahwa kapur yang mengandung lempung dan dibakar akan mengeras didalam air. Bahkan
ini mirip dengan semen yang dibuat oleh bangsa Romawi.
Penyelidikan lebih lanjut yang mengarah pada kepentingan komersial dilakukan
oleh J. Parker pada masa yang sama. Bahkan semen tersebut mulai digunakan sekitar awal
abad-19 di Inggris kemudian di Perancis. Karya konstruksi pertama sipil dikerjakan pada
tahun 1816 di Souillae. Perancis berupa jembatan yang dibuat dengan beton tak bertulang.
Nama semen portland diusulkan oleh Joseph Aspdin pada tahun 1824 karena campuran air,
pasir, dan batu-batuan yang bersifat pozzoln membentuk bubuk ini pertsma kali diolah di
Pulau Portland, dekat pantai Dorset, Inggris. Semen portland pertamakali diproduksi di
pabrik oleh david Saylor Coplay Pennsylvania, AS pada tahun 1875. Sejak saat itu, semen
Potland berkembang dan terus dibuat sesuai dengan kebutuhan.
2.1.3 Teori Semen
Semen merupakan bahan konstruksi yang paling banyak digunakan dalam pekerjaan
beton. Semen portland dapat diartikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan denganmenggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung
satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama
dengan bahan utamanya.
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembagunan fisik disektor kontruksi sipil. Jika ditambah air, semen akan menjadi pasta
semen. Jika ditambah agregat halus, pasta tersebut akan menjadi mortar yang apabila
digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton segar yang telah
mengeras menjadi concrete.
Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton harus disesuaikan dengan rencana
kekuatan dan spesifikasi yang di berikan. Pemilihan semen tipe ini kelihatan mudah
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
3/50
3
dilakukan karena semen dapat langsung dari sumbernya(pabrik). Hal itu hanya benar jika
standar defiasi yang ditemui kecil, sehingga semen yang berasal dari beberapa sumber
langsung digunakan. Akan tetapi, jika standar defiasi hasil uji kekuatan semen besar, hal
tersebut akan menjadi masalah.
Fungsi utama semen adalah mengikat butir-butir agregat sehingga membentuk suatu
masa padat dan mengisi rongga-rongga udara diantara butir-butir agregat. Walaupun
komposisi semen dalam beton hanya sekitar 10%, namun karna fungsinya sebagai bahan
pengikat maka peranan semen sangat penting.
2.1.4 Bahan Dasar Pembuatan Semen
Bahan pokok yang biasanya di pakai pabrik semen adalah batu kapur dan tanah liat.
Tanah liat menghasilkan bahan yang mengandung alumina dan silikat. Sedangkan kapurmenghasilkan bahan kapur dalam bentuk kalsium karbonat. Lokasi pembuatan semen
biasanya dipilih pada tempat-tempat dimana jenis-jenis bahan baku berdekatan satu dengan
yang lainnya. Secara garis besar, bahan dasar semen terdiri dari oxyda:
1. Batu kapur 60%-70%2. SiO2 17%-25%3. Al2O3 0,3%-0,8%4. Fe2O3 0,5%-0,6%5. MgO 0,1%-0,4%6. Alkalis 0,2%-1,3%7. SO3 0,1%-0,3%
2.1.5 Pembuatan Semen
Secara umum, tahap-tahap pembuatan semen sebagai berikut :
1. Penambangan bahan-bahan utama,2. Pemilihan kualitas bahan,3. Pencampuran dan pengilingan material sesuai tahapan untuk mendapatkan
oxyda(dipanaskan pada suhu 850-1000C).
4. Pembakaran pada suhu yang lebih tinggi untuk melebur bahan oxyda menjadisuatu bahan/senyawa yang berupa batuan limber dan bersifat poros.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
4/50
4
5. Dilakukan pengikisan dan pengayakan jika ad penambahan gips(dilakukan padasuhu 150C)
6. Pengemasan semen dilakukan pada suhu 50C.Secara skematis, tahap-tahap pembuatan semen dapat digambarkan sebagai berikut :
O2 Si Ca Al Fe elemen uatama
CaO SiO2 Al2O3 Fe2O3 Oxyda semen
C3S C2S C3A C4AF Senyawa semen
Type Semen
Golongan semen
2.1.6 Sifat Fisik Semen
Sufat fisik semen dapat dibedakan menjadi :
1. Kehalusan butir semenMerupakan suatu ukuran untuk mengetahui kualitas semen masih baik atau
tidak. Cara menguji kehalusan semen yaitu dengan mengayak menggunakansaringan. Jika pada saringan No. 100 (diameter 0,150mm) semen lolos semua dan
pada saringan no. 200(diameter 0,075mm) maksimal semen yang tertahan dalam
saringan 22%. Kehalusan butir semen berpengaruh pada kecepatan mengikat dan
mengeras. Dimana semakin halus maka akan semakin cepat mengerasnya.
2. Berat jenisSuatu kontrol standard mutu(kualitas daripada semen). Berat jenis yang
disayaratkan adalah 3,15 mg/m3. Pada kenyataannya, berat jenis semen yang
diproduksi berkisar antar 3,05mg/m3 sampai 3,25 mg/m3. Variasi ini akan
berpengaruh pada proporsi campuran semen dalam capmuran.
3. konsistensi normal
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
5/50
5
kondisi kekentalan pasta semen yang sangat tergantung oleh jumlah kadar
air yang dipakai. Konsistensi semen lebih banyak pengaruhnya pada saat
pencampuran awal, yaitu pada saat terjadi pengikatan sampai pada saat beton
mengeras. Konsistensi yang terjadi bergantung pada rasio anatara semen dan air
serta aspek-aspek bahan semen. Seperti kehalusan dan kecepatan hidrasi.Konsistensi mortar tergantung pada konsistensi semen dan agregat pencampurnya.
Standar pengujian untuk mengetahui konsistensi semen dengan menggunakan jarum
penitrasi vicat yang kedalamannya 9mm11mm selama 30 detik. Diameter yang
digunakan adalah 1cm.
4. Pengikatan awalMerupakan waktu yang di butuhkan oleh semen dari awal bercampur dnegan
semen sampai mengalami pemadatan. Standard pengujian ikat awal(setting time)
dengan menggunakan alat vicat. Dan penetrasi jarum masuk 25mm kedalam pasta
menunjukan waktu ikat awal tercapai. Diameter jarum vicat yang dipakai adalah
1mm dan waktu standard adalah 45 menit samapai 10 jam.
5. Kekuatan tekan mortarMenunjukan bagaimana pengerasan yang terjadi terhadap kemampuan
menerima beban. Biasanya sangat terikat dengan sifat perawatannya. Perawatan
untuk menjaga kelembaban suhu dan menaikan kuat tekan beton. Kuat tekan semen
diuji dengan cara membaut mortar yang kemudian ditekan sampai hancur. Contoh
semen yang akan diuji dicamapur dengan pasir silica dengan perbandingan tertentu,
kemudian dinbentuk menjadi kubus-kubus berukuran 5x5x5 cm. Stelah berumur 7,
14, 28 hari dan mengalami perawatan serta perendaman, benda uji tersebut diuji
kekuatan tekannya.
6. Kekekalan semenSifat semen yang mengalami perubahan yang biasanya ditunjukan oleh
adanya retak-retak pada saat mengikat dengan air. Kekekalan semen yang telah
mengeras merupakan suatu ukuran yang menyatakan kemampuan pengembangan
bahan campurannya dan kemampuannya untuk mempertahankan volume setelah
pengikatan terjadi. Ketidakekalan smen disebabkan oleh terlalu banyaknya jumlah
kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna serta magnesia yang terdapat
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
6/50
6
dalam campuran tersebut. Kapur bebas tersebut mengikat air dan kemudian
menimbulkan gaya-gaya ekspansi.
7. Panas hidrasiPanas hidrasi menunjukan kecepatan daripada semen mengalami
pengerasan. Panas hidrasi dapat diasmumsikan sebagai panas yang terjadi pada saatsemen bereaksi dengan air, dinyatakan dalam kalori/ gram . jumlah panas yang
dibentuk antara lain bergantung pada jenis semen yang diapakai dan kehalusan
butir semen. Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan
masalah yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada struktur beton,
retakan ini sangat tidak diinginkan. Oleh karena itu perlu dilakukakn pendinginan
melalui perawatan (curing) pada saat pelaksanaan. Panas hidrasi naik sesuai dengan
tempratur pada saat hidrasi terjadi.
2.1.6.Sifat Kimia Semen.
Senyawa kimia yang menyebabkan ikatan dan pengerasan. Ada empat macam
yang paling utama, yaitu :
1. Trikalsium silikat (3CaO.SiO2)Sering disebut dengan C3S. Senyawa ini mengeras dalam beberapa jam,
dengan melepaskan sejumlah panas. Kwantitas yang terbentuk dalam ikatanmenentukan pengaruhnya terhadap kekuatan beton, terutama dalam 14 hari pertama.
Senyawa ini merupakan senyawa yang paling dominan baikdari jumlah maupun
fungsinya terhadap pembentukan jenis semen. Selain itu C3S bersifat bantuan hanya
warnanya agak beningdan agak terurai jika mengalami pemanasan dibawah 1250
C.
2. Dikalsium silikatSering disebut dengan C2S. Mempunyai sifat ikat tapi lebih lambat
dibandingkan C3S dan jumlahnya juga lenih sedikit. Formasi senyawa ini
berlangsung perlahan dan pelepasan panas yang lambat. Senyawa ini berpengruh
terhadap perogres peningkatan kekuatan yang terjadi dari 14 sampai 28 hari dan
seterusnya.semen dengan proporsi dikalsium silikat banyak, mempunyai ketahanan
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
7/50
7
terhadap agresi kimia yang relative tinggi, penyusutan kering yang relative rendah,
oleh karenanya merupakan semen Portland yang paling awet.
3. Trikalsium aluminatSering disebut dengan C3A. Senyawa ini bersifat katalisator dan paling
relative. Senyawa mengalami hidrasi yang sangat cepat disertai pelepasan sejumlahbesar panas. Selain itu menyebabkan pengerasan awal, tetapi kurang kontribusinya
pada kekuatan batas, mempunyai ketahanan kurang terhadap agresi kimiawi, paling
menonjol menglami disintegrasi oleh sulat air tanah , dan tendensinya sangat besar
untuk retak-retak oleh perubahan volume.
4. Tetrakalsium aluminoferritSering disebut dengan C4AF. Bahan ini tidak memiliki sifat akan tetapi
sangat membantu dalam proses pewarnaan pada semen untuk hasil lebih baik.
Reaksi-reaksi kimia yang dilukiskan diatas, berlangsung pada formasi suatu
campuran geldan Kristal dari larutan semen dan air, dimana timbul adhesi dan daya
tarik fisik satu dengan yang lainnya dan terhadap agregat, secara berangsur-angsur
saling ikat dan mengeras menghasilkan beton.
2.1.7 Jenis Semen dan Penggunaanya.
Dalam pemasaran, umumnya terdapat tipe-tipe semen, yaitu:
1. Semen Portland Type I
Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan
khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah
dan air yang mengandung sulfat 0, 0% 0, 10 % dan dapat digunakan untuk
bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur
rel, dan lain-lain
2. Semen Portland type II.
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan
ketahanan sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0, 10
0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
8/50
8
dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan
jembatan.
3. Semen Portland type III
Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal
tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan
jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang
tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
4. Semen Portland type IV
Adalah tipe semen dengan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan
untuk keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus
diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton
dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan
untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan
temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor
kritis.
5. Semen Portland type V
Dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/ air yangmengandung sulfat melebihi 0, 20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan
limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan
pembangkit tenaga nuklir.
6. Super Masonry Cement
Semen ini dapat digunakan untuk konstruksi perumahan gedung, jalan dan
irigasi yang struktur betonnya maksimal K 225. Dapat juga digunakan untuk bahan
baku pembuatan genteng beton, hollow brick, Paving Block, tegel dan bahan
bangunan lainnya.
7. Oil Well Cement, Class G-HSR ( High Sulfate Resistance) .
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
9/50
9
Merupakan semen Khusus yang digunakan untuk pembuatan sumur minyak
bumi dan gas alam dengan konstruksi sumur minyak bawah permukaan laut dan
bumi, OWC yang telah diproduksi adalah class G, HSR ( High Sulfat Resistance)
disebut juga sebagai BASIC OWC . adaptif dapat ditambahkan untuk pemakaian
pada berbagai kedalaman dan temperatur.
8. Portland Composite Cement ( PCC)
Semen memnuhi persyaratan mutu portland Composite Cement SNI 15-
7064-2004. Dapat digunakan secara luas untuk konstruksi umum pada semua beton.
Struktur bangunan bertingkat, struktur jembatan, struktur jalan beton, bahan
bangunan, beton pra tekan dan pra cetak, pasangan bata, Plesteran dan acian, panel
beton, paving block, hollow brick, batako, genteng, potongan ubin, lebih mudah
dikerjakan, suhu beton lebih rendah sehingga tidak mudah retak, lebih tahan
terhadap sulfat, lebih kedap air dan permukaan acian lebih halus.
9. Super Portland Pozzolan Cement ( PPC) .
Semen yang memenuhi persyaratan mutu semen Portland Pozzoland SNI
15-0302-2004 dan ASTM C 595 M-05 s. Dapat digunakan secara luas seperti :
- konstruksi beton massa ( bendungan, dam dan irigasi)
- Konstruksi Beton yang memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat (
Bangunan tepi pantai, tanah rawa) .
- Bangunan / instalasi yang memerlukan kekedapan yang lebih tinggi.
- Pekerjaan pasangan dan plesteran.
Selain type yang tersebut diatas diluar negri juga terdapat beberapa type
semen lain seperti :
Semen AluminaSemen ini diproduksi di Inggris. Semen jenis ini mempunyai peningkatan
kekuatan yang sangat cepat. Apabila semen biasa membutuhkan waktu 28 hari
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
10/50
10
untuk mendapatkan kuat tekan yang sempurna, semen ini hanya membutuhkan
waktu 24 jam.
Semen Super SulfatSemen ini diproduksi di belgia dan prancis. Semen jenis ini mempunyai sifat
yang baik, tahan terhadap agresi sulfat dan dinyatakan agresi asam yang mempunyai
pH sampai 3,5.
2.2. Pengujian1. Pengujian Kehalusan Semen Portland
1.1. Tujuan2.2.1Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland dan
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
2.2.2 Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini , anda dapat:
a. Menentukan kehalusan semen portland dengan menggunakan saringan No. 100dan No. 200
b. Menjelaskan cara pelaksanaan pengujian kehalusan semen portland.c. Mempergunakan alat pengujian dengan terampil.
1.2. Dasar TeoriKehalusan semen portland adalah merupakan suatu faktor penting yang dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi antara partikel semen dengan air.Dengan semakin
halus butiran semen portland, maka reaksi hidrasi semen akan semakin cepat, karna
hidrasi dimulai dari permukaan butir.
1.3. Peralatana. saringan No. 100 dan No. 200 dan PAN sesuai menurut standar ASTM.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
11/50
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
12/50
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
13/50
13
1.11.Referensi1.12.Data Hasil Pengujian
1.13.Tabel 2.2 Data Pengujian Kehalusan Semen PortlandNOMOR
SARINGAN
TERTAHAN (gram) KEHALUSAN
(%)INDIVIDU KOMULATIF
No. 100 0.00 0.00 0
No. 200 9.50 9.50 19
P a n 40.5 50.00 100
Jumlah 50.0
1.14.Kesimpulan2. Pengujian Berat Jenis Semen Portland
2.1. Tujuan2.1.1. Tujuan Instruksional Umum
Dengan melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat sifat fisik, mekanik, dan teknologi semen portland
dan pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
2.1.2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melakukan percobaan ini, anda dapat :
a. menentukan nilai berat jenis semen portland.b. Mempergunakan alat pengujian dengan terampil.
2.2. Dasar TeoriBerat jenis semen adalah perbandingan antara berat isi kering semen pada suhu
kamar dengan berat isi kering air suling pada 40C yang isinya sama dengan isi
semen.
2.3. Peralatan(a)Botol Le Chatelier.(b)Kerosin bebas air atau naptha dengan berat jenis 62 API ( American
Petrolium Institute).
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
14/50
14
Berat Jenis Semen =
x d
2.4. Benda UjiContohSemen Portland sebanyak 64 gram.
2.5. Prosedur Pelaksanaan1) Isi botol Le Chatelier dengan kerosin atau naptha sampai antara skala 0 dan 1,
bagian dalam botol di atas permukaan cairan dikeringkan.
2) Masukkan botol ke dalam bak air dengan suhu konstan dalam waktu yangcukup lama untuk menghindari variasi suhu botol lebih besar dari 0,2
0C.
3) Setelah suhu air sama dengan suhu cairan dalam botol, baca skala pada botol (V1 ).
4)
Masukkan benda uji sedikit demi sedikit ke dalam botol, usahakan jangansampai ada semen yang menempel pada dinding dalam botol di atas cairan.
5) Setelah semua benda uji dimasukkan, putar botol dengan posisi miring secaraperlahan lahan sampai gelembung udara tidak timbul lagi pada permukaan
cairan.
6) Ulangi pekerjaan poin b. Setelah suhu air sama dengan suu cairan dalambotol, baca skala pada botol (V2).
2.6. Perhitungan
Dimana : V1 = pembacaan pertama pada skala botol
V2 = Pembacaan kedua pada skala botol
( v2V1) = Isi cairan yang yang dipindahkan semen dengan
berat tertentu
d = Berat isi air pada suhu 40C (1 gr/cm
3)
2.7. Pelaporana. Laporkan nilai berat jenis sampai 2 ( dua ) angkadi belakang koma
b. kesimpulan dari hasil pengujian yang anda peroleh.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
15/50
15
Catatan :
a. Berat jenis semen portland sekitar 3,16.
b. percobaan dibuat 2 kali, selisih kedua hasil percobaan yang diijinkan 0,01
2.8. Referensi
2.9. Data Hasil Pengujian2.10.Tabel 2.1 Data Pengujian Berat jenis Semen Portland
Pemeriksaan Benda Uji
I II
Berat semen contoh uji 64.00 64.00
Pembacaan pertama pada
skala botolV1 0.00 0.00
Pembacaan kedua pada
skala botolV2 20.10 20.20
Isi cairan yang
dipindahkanV2-V1 20.10 20.20
Berat jenis semen = Berat semen x d (gr/cm)
v3.18 3.17
Berat jenis rata-rata 3.16
2.11.Kesimpulan
3. Pengujian Konsistensi Normal Semen Portland3.1. Tujuan
3.1.1. Tujuan Instruksional UmumSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan memahami
sifat sifat fisik , mekanik dan teknologi semen portland dan pengaruhnya
terhadap beton dengan benar.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
16/50
16
3.1.2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melakukan percobaan ini anda dapat :
a. Menentukan konsistensi normal semen portland dengan alat vicat.b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil
3.2. Dasar TeoriKonsistensi normal semen portland adalah suatu kondisi standar
yangbmenunjukkan kebasahan pasta. Konsistensi dinyatakan dengan
banyaknya air yang dibutuhkan suatu pasta semen dalam kondisi plastis.
3.3. Peralatana. Neraca, dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh yang ditimbang.b. Gelas ukur 200 ml, dengan ketelitian 1 ml.c. 1 set alat vicat yang terdiri dari alat vicat dan cincin konik ( cinical ring )d. Stopwatch.e. Sendok perata (spatula)f. Alat pengaduk.g. Sarung tangan karet.h. Air suling sebanyak 300 cm
3
3.4. Benda UjiContoh semen portland sebanyak 300 gram.
3.5. Prosedur Pelaksanaana. masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 28% dari berat benda
uji kedalam mangkokalat pengaduk.
b. masukkan benda uji kedalam mangkok pengaduk dan diamkan selama 30detik
c. jalankan mesinpengaduk dengan kecepatan (140 rpm, selama 30 detikd. hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta
yang menempel di penggir mangkok
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
17/50
17
Konsistensi =
x 100%
e. jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285) rpm selama 1 menit.f. buatlah pasta berbentuk seperti bola dengan tanagn yang menggunakna
sarung tangan, kemudian dilemparkan 6 kali dari satu tangan ke tangan
yang lain dengan jarak kira-kira 15cm.
g.
pegang bola pasta dengan satu tangan, kemudian tekankan kedalam cincinkonik yang dipegang dengan tanagn lain melalui lubang besar, sehingga
cincin konik penuh dengan pasta
h. kelebihan pasata pada cincin konik diratakan dengan sendok perata yangdigerakkan dalam posisi miring terhadapa permukan cincin
i. letakkan pelat kaca pada lubang besar cincin konik, kemudianbalikkan,ratakan, dan licinkan kelebihan pasta pada lubang kecil cincin
konik dengan sendok perata.
j. letakkan cincin konik dibawah jarum besar alat Vicat, dan kontakan jarumtepat pada bagian tengah permukaan pasta
k. jatuhkan jarum dan catat penurunan yang berlangsung selama 30 detik.3.6. Perhitungan
3.7. Pelaporana. Buatlah grafik penurunan terhadap konsistensi.b. Konsistensi normal, didapat pada penurunan 101 mm.c. Kesimpulan dari hasil uji yang anda peroleh.Catatan :
a. Untuk mendapatkan konsistensi normal, dilakukan beberapa kali percobaandengan kadar air yang berbeda. Setiap percobaan harus dibuat dari contoh
semen yang baru dan selama percobaaan dilakukan, peralatan harus bebas
dari getaran. Untuk percobaan pertama disarankan dengan kadar air 28 %.
b. Pengaruh suhu udara , air pencampur dan kelembaban ruangan diabaikan.
3.8. Referensi
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
18/50
18
3.9. Data Hasil PengujianTabel 2.3 Data Pengujian Konsistensi Normal Semen Portland
Pemeriksaan Benda Uji
I II III IV
Berat Air (A) Gram 84.00 81.00 78.00 75.00
Berat Semen (B) Gram 300.00 300.00 300.00 300.00
Konsistensi = A/B x 100 % 28% 27% 26% 25%
Penetrasi/penurunan (mm) 27 23 11 6
Grafik Uji Konsistensi Normal Portland semen
3.10.Kesimpulan4. Pengujian Kekekalan Semen Portland Dengan direbus
4.1. Tujuan
0
5
10
15
20
25
30
25 26 27 28
Penurunan(mm)
Konsistensi ( % )
Penurun
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
19/50
19
4.1.1. Tujuan Instruksional UmumSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifatsifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland dan
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
4.1.2.
Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan percobaan ini anda dapat :
a. Menentukan kekekalan semen portland dengan direbus.b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.
4.2. Dasar TeoriKekekalan pasta semen atau disebut juga sebagai kemulusan pasta semen
adalah merupakan suatu ukuran dari kemamouan pengembangan dari bahan bahan campuranya dan kemampuan untuk mempertahankan volumenya setelah
meningkat.
Ketidakmulusan suatu pasta semen disebabkan oleh terlalu banyaknya
jumlah kapur bebas yang pembakarannya tidak sempurna,serta magnesia yang
terdapt dalam campuran tersebut. Kapur bebas akan mengikat air dan kemudian
menimbulkan gaya gaya ekspansi yang akhirnya timbul retakan retakan
pada permukaan pasta semen.
4.3. Peralatana. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh Yang ditimbang.b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml , dengan ketelitian 1 ml.c. Kaca datar, tebal 3 mm dengan ukuran 15 x 15 cm.d. Stopwatch.e. Sendok perata (spatula)f. Alat pengaduk.g. Sarung tangan karet.h. Air suling sebanyak 300 cm3i. Cawan
4.4. Benda Uji
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
20/50
20
Contoh semen portland sebanyak 650 gram.
4.5. Prosedur Pelaksanaana. Masukkan air pencampur berupa air sulin yang banyaknya sesuai dengan
jumlah air untuk mencapai konsistensi normal dalam alat pengaduk.b. Masukkan benda uji ke dalam mangkuk pengaduk dan diamkan selama 30
detik.
4.6.Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 140 5) rpm , selama 30 detik.
4.7.Hentikan mesin pengaduk selama 15 detik, sementara itu bersihkan pasta
yang menempel di pinggir mangkuk.
4.8.Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan ( 285 10) rpm , selama1 menit
4.9.Ambil pasta sekepal tangan dan letakkan di atas plat kaca.
4.10.Bentuk pasta tersebut seperti kue (lihat gambar) dengan diameter 12 cm dantinggi dibagian tengahnya 13 mm dengan mengecil tebalnya ke bagian
pinggir.
4.11.Diamkan kue tersebut diruang lembab selama 24 jam.4.12.Masukkan kue tersebut ke dalam air, kemudian air tersebut didihkan (waktu
pendidihan 30 menit ) dan kue terus direbus selama 3 jam.
4.13.Setelah itu angkat kue tersebut dan perhatikan keadaan fisiknya, apakahterjadi perubahan bentuk misalnya retak , pecah atau menunjukkan perubahan
bentuk lain.
4.14.Perhitungan4.15.Pelaporan
Catatan :
4.16.Referensi4.17.Data Hasil Pengujian4.18.Kesimpulan
5. Pengujian Waktu Pengikatan Semen Portland Rebus5.1. Tujuan
5.1.1. Tujuan Instruksional Umum
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
21/50
21
5.1.2. Tujuan Instruksional Khusus5.2. Dasar Teori5.3. Peralatan5.4. Benda Uji5.5.
Prosedur Pelaksanaan
5.6. Perhitungan5.7. Pelaporan
Catatan :
5.8. Referensi5.9. Data Hasil Pengujian5.10.Kesimpulan
6. Pengujian Kekuatan Tekan Mortar Semen Portland6.1. Tujuan
6.1.1. Tujuan Instruksional UmumSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui dan
memahami sifat sifat fisik, mekanik dan teknologi semen portland dan
pengaruhnya terhadap beton dengan benar.
6.1.2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melakukan percobaan ini anda dapat :
a. Menentukan kekuatan tekan mortar semen portland..b. Menggunakan peralatan uji dengan terampil.
6.2. Dasar TeoriKekuatan tekan mortal adalah beban tiap satuan luas permukaan yang
menyebabkan mortar hancur,nkekuatan tekan mortar ini diperoleh dari benda
uji berbentuk kubus dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm, yang terbuat dengan
menggunakan contoh semen dan mencampurnya dengan pasir silika seragam
dan air dalam perbandinganperbandingan tertentu.
6.3. Peralatana. Neraca, dengan ketelitian 0,1% dari berat contoh Yang ditimbang.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
22/50
22
b. Gelas ukur isi 500 ml atau 1000 ml , dengan ketelitian 1 ml.c. Stopwatch.d. Sendok perata (spatula)e. Alat pengaduk.f.
Sarung tangan karet.
g. Air suling sebanyak 500 cm3h. Cawani. Cetakkan kubus 5 x 5 x 5 cm, dan alat penumbuk/ pemadat.j. Pasir silika/ Ottawak. Meja leleh (flow tabel)
6.4. Benda UjiContoh semen portland sebanyak 500 gram.
6.5. Prosedur Pelaksanaana. masukkan air pencampur berupa air suling sebanyak 30% dari berat semen ke
dalam mangkuk alat pengaduk.
b. Masukkan benda uji semen sebanyak 500 gram ke dalam mangkuk pengaduk.c. Jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (140 5) rpm, selam 30 detik.d. Masukkan pasir silika / ottawa sebanyak 1375 gram secara perlahan lahan
sambil mesin pengaduk dijalankan dengan kecepatan (145 5) rpm, selama
30 detik.
e. Hentikan mesin pengaduk, kemudian naikkan kecepatan putaran menjadi (285 10) rpm, dan jalankan selama 30 detik.
f. Hentikan mesin pengaduk, dan segera bersihkan mortar yang menempel padapinggiran mangkuk selama 15 detik, kemudian biarkan mortar selama 75
detik.
g. Aduklah mortar dalam mesin pengaduk dengan kecepatan pengaduk (285 10) rpm, selama 1 menit.
h. Lakukan percobaan leleh dengan mengisikan mortar ke dalam cincin yangterletak di atas meja leleh,cincin diisi dalam 2 (dua) lapis ,dimana setiap lapis
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
23/50
23
Kekuatan Tekan Mortar = (kg/cm)
dipadatkan dengan cara menumbuk sebanyak 20 kali. Ratakan permukaan
mortar dengan sendok perata dan angkatlah cincin kemudian getarkan meja
leleh sebanyak 25 kali selama 15 detik.
i. Ukurlah diameter leleh, sekurang-kurangnya pada 4 tempat dan ambil hargarata-rata. Diameter leleh harus antara 100-115 % dari diameter semula.apabiladiameter leleh yang disyaratkan belum didapat, ulangi langkah-langkah di atas
( dari butir a sampai butir i) dengan merubah kadar air.
j. Setelah diameter leleh yang disyaratkan didapat, mortar dimasukkan ke dalammangkuk pengaduk dan jalankan mesin pengaduk dengan kecepatan (285
10) rpm selama 15 detik.
k. 30 detik setelah selesai pengadukan, cetaklah mortar dengan cetakkan kubus15 x15 x 15 cm , cetakkan diisi dalam 2 lapis dimana setiap lapis dipadatkan
dengan menumbuk sebanyak 32 kali dalam 4 putaran (lihat gambar).
Keseluruhan waktu yang dipergunakan untuk mencetak mortar tidak boleh
lebih dari 2 menit.
l. Ratakan permukaan mortar dengan sendok perata, kemudian simpan di dalamMoist cabinet selama 24 jam.
Bukalah cetakkan dan rendamlah mortar dalam air bersih,kemudian periksalah
kekuatan tekan mortar dengan mesin tekan sesuai dengan umur yang
diinginkan, biasanya pada umur 3,7 dan 28 hari.
6.6. Perhitungan
Dimana : P = Beban maksimum (kg)
A = Luas permukaan benda uji ( cm2)
6.7. Pelaporana. Laporkan nilai kekuatan tekan mortar pada tiap umur pemeriksaan.b. Kesimpula dari hasil uji yang anda peroleh.Catatan :
6.8. Referensi
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
24/50
24
6.9. Data Hasil Pengujian
Data Hasil Percobaan Leleh Mortar
No. Faktor Air Luas Permukaan Rata-rata (m)1 30% 21
2 31% 20
3 32% 18
4 33% 15
5 34% 13
6 35% 10.5
6.10.Kesimpulan
BAGIAN II AGREGAT
2.3. Tinjauan Pustaka2.3.1. Pengertian Agregat
Yang dimaksud agregat adalah butiran-butiran mineral yang jika dicampurkan
dengan PC dan air akan menghasilkan beton. Agregat dalam pengertiannya ada dua macam,
yaitu agregat halus dan agregat kasar. Agregat halus dapat berupa pasir alam sebagai hasil
dari desintegrasi alami dari batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan oleh alat
pemecah batu. Begitu juga dengan agregat kasar dapat berupa kerikil sebagai hasil dari
disintegrasi dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan batuan oleh
mesin atau alami.
Umumnya agregat kasar merupakan agregat dengan gradasi besar, ukuran besar
butirannya berkisar lebih dari 5 mm. Sedangkan ukuran butir lebih kecil dari 5 mm
dikategorikan sebagai agregat halus.
2.3.2. Jenis Agregat Menurut Fungsi Dan Berat Jenis
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
25/50
25
Terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Agregat Ringan
- Banyak digunakan untuk beton pracetak ringan.
- Berat isi untuk agregat kasarnya berkisar antara 350850 kg/m3.
- Berat isi untuk agregat halus berkisar antara 7501100 kg/m3.
- Jenis agregat ini biasanya mempunyai sifat tahan panas, sebab bahannya berasal
dari batuan yang telah mengalami pemanasan.
- Agregat ringan biasanya berpori, sehingga mempunyai daya serap yang tinggi dan
kedap suara.
- Berat jenis agregat ringan kurang dari 2 gr/cm3.
b. Agregat Normal Biasa
-Biasanya digunakan untuk pembuatan beton secara umum.
-Berat isinya berkisar antara 23002500 kg/m3.
- Dalam penggunaannya sebelum dipakai harus dicuci dahulu untuk menghilangkan
kotoran yang melekat.
- Jika agregat ini berasal dari sungai atau laut maka kadar cloridanya harus kurang
dari 1 % untuk beton struktural.
- Berat jenis agregat normal lebih besar atau sama dengan 2 gr/cm3.
c. Agregat berat
- Pemakaiannya untuk beton yang tahan terhadap radiasi dan digunakan untukperlindungan terhadap Sinar-X, Beta, Gamma dan Neutron.
- Berat isinya antara 40005000 kg/m3.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
26/50
26
- Kelemahannya adalah mempunyai sifat pengerjaan yang sulit, juga pencegah
terhadap segregasi dan work abilitynya lebih sulit.
- Berat jenis untuk agregat lebih besar dari atau sama dengan 3,0 gr/cm3.
Selain jenis-jenis agregat di atas ada beberapa agregat lain digunakan untuk hal-hal
khusus, diantaranya seperti:
1. Untuk beban yang harus kuat dan awet pakai:- Corundum sintetik (Al2O3) berat isi 3,94,0 kg/dm3.- Silica carbida (SiC) berat isi 3,13,2 kg/dm3.
2. Untuk isolasi terhadap panas dan ringan dipakai:- Perlit adalah sejenis batuan beku berjenis gelas yang mempunyai berat isi antara
0,060,2 kg/dm
3
.- Vermikulit berat isinya antara 0,070,9 kg/dm3.- Styrpor berat isinya antara 0,02 kg/dm3.
3. Agregat sebagai pelindung terhadap radiasi:- Spar (BaSO4) dengan berat isi murni antara 4,154,45 kg/dm3.- Magnetik yaitu semacam biji besi yang mempunyai berat isi 4,405,00 kg/dm3.- Baja berbentuk pasir dengan berat isi antara 6,87,60 kg/dm3.
4. Agregat untuk produk asbes- Asbes yaitu bahan endapan alam berupa serat halus yang berasal dari magnesium
silikat hidrat.
5. Kayu untuk panelpanel- Untuk hal ini dipakai tatl-tatl serta serat kayu sebagai bahan chipwood cement boart
dan wood wool cement boart.
Jenis Agregat
Hal hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan penggunaan agregat dalam campuranbeton ada lima, yaitu (Landghren, 1994):
1) Volume UdaraUdara yang terdapat dalam campuran beton kan mempengaruhi proses pembuatan beton,
terutama setelah terbentuknya pasta semen.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
27/50
27
2) Volume PadatKepadatan volume agregat akan mempengaruhi berat isi dari beton jadi.
3) Berat Jenis AgregatBerat jenis agregat akan mempengaruhi proporsi campuran dalam berat sebagai kontrol
4) PenyerapanPenyerapan air berpengaruh pada berat jenis
5) Kadar Air Permukaan AgregatKadar air dipermukaan agregat berpengaruh pada penggunaan air saat pencampuran.
2.3.2.SifatSifat Fisik Agregat
Sifat-sifat fisik agregat antara lain :
Bentuk
Bulat
Agregat jenis ini biasanya berasal dari sungai dan mempunyai rongga udara
minimum 33 %. Ikatan antar butiran kurang kuat sehingga ikatannya lemah, oleh karena itu
agregat ini tidak cocok untuk beton mutu tinggi maupuan perkerasan jalan.
Bersudut
Bentuk ini tidak beraturan, mempunyai sudut yang tajam dan permukanya kasar.
Agregat ini mempunyai rongga udara antara 38 % - 40 %. Ikatan antar butiran baik,
sehingga daya lekatnya baik pula. Agregat jenis ini baik untuk membuat beton mutu tinggi
maupun lapis perkerasan jalan.
Pipih
Agregat pipih ialah agregat yang memiliki perbandingan ukuran terlebar dantertebal pada butiran lebih dari 3, Agregat jenis ini berasal dari batu-batuan yang berlapis.
Memanjang
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
28/50
28
Butir agregat dikatakan memanjang jika perbandingan ukuran yang terpanjang dan
terlebar lebih dari 3. Butir yang terlalu pipih dan yang terlalu panjang tidak boleh melebihi
15 %.
Tekstur permukaan butiran
Tekstur permukaan agregat anatara lain: mengkilat, rata, kasar, granular, sarang
tawon, untuk kerikil dengan permukaan merata baik untuk workable permukaan yang
mengkilat juga baik untuk workable, tetapi kurang baik dalam pelekatan. Permukaan kasar
seperti batu pecah sangat baik untuk pelekatan, tetapi kurang baik untuk workable.
Gradasi Agregat
Gradasi adalah suatu cara untuk menentukan distribusi ukuran penyebaran ukuran
butir agregat. Hasil dari penilaian penyebaran ukuran ini dapat dipakai untuk menentukan
apakah jenis agregat yang dipakai.
Cara yang paling banyak digunakan untuk menentukan nilai gradasi agregat adalah
dengan cara analisa ayak (proses penyaringan agregat kasar maupun halus) dengan
menggunakan berbagai diameter ayakan, benda mendapatkan jumlah ukuran butir yang
standar.
Syarat susunan besar butir agregat halus menurut Peraturan Beton BertulangIndonesia (PBI) 1971-NI-2 adalah jika agregat diayak dengan ayakan standar ISO, bagian
yang tertahan diatas ayakan:
a. 4 mm tidak kurang dari 2 % berat total;
b. 1 mm tidak kurang dari 10 % berat total;
c. 0,25 mm antara 80 % - 95 %.
Syarat susunan besar butir agregat kasar menurut Peraturan Beton Bertulang
Indonesia (PBI) 1971-NI-2 adalah jika agregat diayak dengan ayakan standar ISO, bagian
yang tertahan diatas ayakan:
a) 31, 5 mm harus 0 % berat;
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
29/50
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
30/50
30
Untuk menentukan volume bahan padat dari agregat dan satuan berat isi kering. Berat
jenis agregat juga penting untuk menentukan jumlah agregat dalam susunan campuran
beton dan berpengaruh pada kekuatan dan keawetan beton yang akan kita buat.
g) Daya serapDaya serap ditentukan oleh keadaan pori agregat yang erat hubungannya dengan berat
jenis, sifat kedap air, modulus elastisitas dan ketahanannya terhadap bahan kimia.
Daya serap ini dapat dibedakan dalam 4 kondisi, yaitu:
1. kering mutlakSemua pori tidak mengandung air.
2. Kering udaraSebagian pori terisi air.
3. Jenuh permukaan keringSeluruh permukaan pori kapiler terisi air, rongga yang tembus air terisi air. Tujuan
mengetahui gradasi ini SSD = Surface Saturday dry Density.
4.
Basah
Batu jenuh dan permukaan mengandung air.
5. Gradasi agregatGradasi adalah ukuran besar butir yang terdapat dalam sejumlah agregat
tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keseragaman agregat dengan
penyaringan atau pengayakan. Dengan ini pula dapat diketahui jenis agregat yang
bergradasi baik sehingga cocok untuk campuran beton. Keuntungan pemakaiangradasi baik adalah:
- Pemakaian kadar air dan semen menjadi minimal.
- Kekuatan yang di capai maksimal.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
31/50
31
- Penyusutan rendah.
- Mengurangi tegangan akibat hidrasi.
- Mengurangi rangkak dan screep.
2.4. Pengujian1. Pengujian Kadar Air Agregat Halus dan Kasar
1.1. Tujuan1.1.1. Tujuan Instruksional Umum1.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
1.2. Dasar Teori1.3. Peralatan1.4.
Benda Uji
1.5. Prosedur Pelaksanaan1.6. Perhitungan1.7. Pelaporan
Catatan :
1.8. Referensi1.9. Data Hasil Pengujian1.10.Kesimpulan
2. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Halus2.1. Tujuan
2.1.1. Tujuan Instruksional Umum2.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
2.2. Dasar Teori2.3. Peralatan2.4. Benda Uji2.5. Prosedur Pelaksanaan2.6. Perhitungan2.7. Pelaporan
Catatan :
2.8. Referensi
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
32/50
32
2.9. Data Hasil Pengujian2.10.Kesimpulan
3. Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar3.1. Tujuan
3.1.1.
Tujuan Instruksional Umum3.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
3.2. Dasar Teori3.3. Peralatan3.4. Benda Uji3.5. Prosedur Pelaksanaan3.6. Perhitungan3.7. Pelaporan
Catatan :
3.8. Referensi3.9. Data Hasil Pengujian3.10.Kesimpulan
4. Pengujian Berat Isi Agregat Halus dan Kasar4.1. Tujuan
4.1.1. Tujuan Instruksional Umum4.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
4.2. Dasar Teori4.3. Peralatan4.4. Benda Uji4.5. Prosedur Pelaksanaan4.6. Perhitungan4.7. Pelaporan
Catatan :
4.8. Referensi4.9. Data Hasil Pengujian4.10.Kesimpulan
5. Pengujian Kadar Organik Agregat Halus
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
33/50
33
5.1. Tujuan5.1.1. Tujuan Instruksional Umum5.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
5.2. Dasar Teori5.3.
Peralatan
5.4. Benda Uji5.5. Prosedur Pelaksanaan5.6. Perhitungan5.7. Pelaporan
Catatan :
5.8. Referensi5.9. Data Hasil Pengujian5.10.Kesimpulan
6. Pengujian Gradasi Butiran Halus dan Kasar6.1. Tujuan
6.1.1. Tujuan Instruksional Umum6.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
6.2. Dasar Teori6.3. Peralatan6.4. Benda Uji6.5. Prosedur Pelaksanaan6.6. Perhitungan6.7. Pelaporan
Catatan :
6.8. Referensi6.9. Data Hasil Pengujian6.10.Kesimpulan
7. Pengujian Keausan Agregat Kasar dengan Mesin Los Angeles7.1. Tujuan
7.1.1. Tujuan Instruksional Umum7.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
34/50
34
7.2. Dasar Teori7.3. Peralatan7.4. Benda Uji7.5. Prosedur Pelaksanaan7.6.
Perhitungan
7.7. PelaporanCatatan :
7.8. Referensi7.9. Data Hasil Pengujian7.10.Kesimpulan
8. Pengujian Kekerasan Agregat Kasar8.1. Tujuan
8.1.1. Tujuan Instruksional Umum8.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
8.2. Dasar Teori8.3. Peralatan8.4. Benda Uji8.5. Prosedur Pelaksanaan8.6. Perhitungan8.7. Pelaporan
Catatan :
8.8. Referensi8.9. Data Hasil Pengujian8.10.Kesimpulan
BAGIAN III BETON
2.5. Tinjauan PustakaBeton adalah campuran antara semen, air, agregat halus dan agregat kasar membentuk
masa padat .Perencanaan campuran beton adalah cara untuk menentukan proporsi
campuran bahan beton. Perhitungan yang digunakan adalah standar SK SNI 15
199003.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
35/50
35
2.6. Pengujian1. Pengujian Slump Beton
1.1. Tujuan1.1.1 tujuan instruksional umum
setelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui sifat- sifat fisik, mekanik
dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan jalan dengan benar.
1.1.2 tujuan instruksional khusussetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat:
a.
menjelaskan nilai slump betonb. menjelaskan prosedur pengujian slump beton dengan benarc. menggunakan peralatan dengan terampil
1.2. Dasar TeoriNilai slump beton menunjukkan tingkat/ derajat kemudahan pengerjaan yang
berkaitan erat dengan tingkat kelecakan/ keenceran adukan beton. Makin cair
adukan beton, makin mudah cara pengerjaannya, dan sebaliknya.
1.3. Peralatan1. Cetakan berupa kerucu tterpancung
2. Tongkat pemadat
3. Pelat logam
4. Sendok cekung dan sendok spesi
5. Penggaris
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
36/50
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
37/50
37
1.9. Data Hasil PengujianTabel23 : Data hasilpengujian slump
PemeriksaanSlump (cm)
I
1 0
2 3,4
Ratarata Slump
per adukan 1,7
Rata - rata Slump 1,7
1.10.KesimpulanNilai slump yang didapat dari hasil pengujian benda uji adalah 1,7 cm.
2. Pengujian Kadar Udara dalam Beton2.1. Tujuan
2.1.1. Tujuan Instruksional UmumSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui sifat
sifat fisik, mekanik dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan
jalan dengan benar.
2.1.2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapa;
a. Menentukan persentase kadar udara yang ada di dalam kandunganbeton
b. Menjelaskan prosedur pengujian kadar udara dalam adukan betonengan benar
c. Menggunakan peralatan dengan terampil2.2. Dasar Teori
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
38/50
38
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengahui kadr udara yang ada
dalam adukan beton.ada 2 jenis udara dalam betn, yaitu udara interian dan
udara yang terjebak. Dalam pemeriksaan ini adalah utuk keduanya. Kadar udara
dalam beton dinyatakan dalm persen (%) terhadap volume beton, neskipun
udara hanya terdapat dalam pasta semen.2.3. Peralatan
a. Alat ukur udara dalam beton 1 (satu) setb. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm , bagian
ujung dibulatkan dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat
c. Pompa tangan / compressord. Sendok cekung, dan sendok spesi
2.4. Benda UjiBenda uji adalah contoh beton segar, sebanyak- banyaknya sama dengan isi
cetakan.
2.5. Prosedur Pelaksanaana. Siapkan peralatan pengujian kadar udara dalam beton 1 (satu) setb. Ambil adukan beton segarc. Masukan ked lam mould / slinder alat pengujian kadar udara dengan pelan-
pelan tana di tekan dalam 3 (tiga) lapis, dimana pada tiap lapis dipadatkan
dengan tongkat pemadat sebanyak 25 tusukan secara merata.
d. Segera setelah selesai pemdatan, ratakan permukaan benda uji danbersihkan bagian tepi mould / slinder dari adukanyang menempel,
kemudian letkanpelatbulat di atas permukaan benda uji.
e. Tutuplah mould / slinder yang berisi benda uji dengan penutup yangdilengkapi dengan dial pengukur tekanan angin yang telah ditentukan untuk
pengujian ini.
f. Isi tabung terebut dengan air sampai pada bacaan nol yang terterah padatabung dengan menggunakan selang air
g. Masukan udara dengan menggunakan pompa atau kompresor sambilmelihat dia pengukur pada alat tersebut hingga jarum menunjukkan angka
0,002 N / atau 0,20 MN/
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
39/50
39
h. Pada saat yang sama, baca dan catat ketinggian air pada tabug,nilaitersebut menunjukan prosentese kadar udara dalam adukan beton
2.6. Perhitungan2.7. Pelaporan
a.
Laporkan persen kadar udara dalam adukan beton dengan bilangan bulatb. Kesimpulan dari hasil percobaan yang di proleh
Catatan : untuk medapatkan hasil yang lebih teliti, lakukan 2 (dua) kali
pemeriksaan dengan adukan beton yang sama laporkan hasil rataratanya
2.8. Referensia. ASTM C- 231b. PEDC Bandung pengujin bahan Edisi 1983c. Ir paulus Nugraha Mfng teknologi beton dengan antisipasiterhadap
pedoman beton 1989. Penerbit Universitas Kristen Petra Surabaya1989.
2.9. Data Hasil PengujianKadar udara ; 4,88
2.10.Kesimpulan
3. Pengujian Kekuatan Tekan Beton3.1. Tujuan
3.1.1. Tujuan Instruksional UmumSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat mengetahui sifat - sifat fisik,
mekanik dan teknologi beton sebagai bahan bangunan dan jalan dengan benar.
3.1.2. Tujuan Instruksional KhususSetelah melakukan percobaan ini, anda akan dapat:
3.1.3. a. Menentukan kekuatan tekan beton.3.1.4. b. Menghitung kekuatan tekan beton.3.1.5. c. Menjelaskan prosedur pengujian kekuatan tekan beton dengan
benar .
3.1.6. d. Menggunakan peralatan dengan terampil.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
40/50
40
.
3.2. Dasar TeoriSalah satu kelebihan bahan beton ini adalah kekuatan tekannya yang jauh lebih besar
bila dibandingkan kuat tariknya, dengan demikian kuat tekan ini merupakan karakteristik
mekanis yang lebih penting dipertimbangkan daripada kuat tariknya. Kekuatan tekan beton
didefinisikan sebagai tegangan tekan maksimum yang dapat ditahan oleh bahan beton
akibat beban luar.
Secara praktis kuat tekan beton dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
perbandingan semen agregat, gradasi agregat, bentuk permukaan agregat, kekuatan dan
kekakuan agregat, ukuran maksimum agregat, tingkat/ derajat pemadatan, jenis dan kualitas
semen, umur, perawatan, suhu, jenis dan besarnya bahan tambahan campuran serta mineral
pembentuk agregat.
Penambahan kekuatan tekan beton sangat bervariasi, dari umur muda sampai
dengan umur 28 hari penambahan kekuatan tekan adalah besar, namun setelah
umur 28 hari variasi penambahan kekuatan tekan ini masih ada tetapi jauh lebih
kecil bila dibandingkan dengan umur sebelum 28 hari. Dengan demikian umur
28 hari dipakai sebagai patokan untuk menentukan kekuatan tekan beton dan
biasa disebut sebagai Kuat Tekan Karakteri stik
3.1. Peralatana. Cetakan silinder dengan ukuran sebagai berikut:
Silinder : 15 x 30 cm..
b. Timbangan dengan ketelitian 0,3 % dari berat contoh.
c. Tongkat pemadat dengan diameter 16 mm, panjang 60 cm, bagian ujung
dibulatkan dan sebaiknya terbuat dari baja tahan karat.
d. Bak pengaduk beton yang kedap air atau Mesin pengaduk/ Mollen.
e. Mesin Tekan, dengan kapasitas sesuai kebutuhan.
f. Satu set alat pelapis/ capping.
g. Peralatan tambahan : ember, sekop, sendok spesi, perata/ spatula dan talam.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
41/50
41
h. Satu set alat pemeriksaan slump dan bobot isi beton.
3.2. Benda Uji. Pembuatan dan Pematangan Benda Uji.
a. Pengadukan :
Pengadukan Secara Manual :
Masukan semen dan agregat halus ke dalam bak pengaduk, kemudian aduklah
dengan sekop sampai merata, kemudian masukan agregat kasar dan aduklah
sampai merata dan teruskan pengadukan sambil menambahkan air pencampur
sedikit demi sedikit. Setelah semua air pencampur dimasukan ke dalam bak
pengaduk, teruskan pengadukan sampai beton merata.
Pengadukan Dengan Mesin Pengaduk/ Mollen :
Masukan agregat kasar dan air pencampur sebanyak 30 % sampai 40 % ke dalam
pengaduk. Jalankan mesin pengaduk, masukan agregat halus, semen dan sisa air
pencampur. Setelah semua bahan campuran beton dimasukan ke dalam mesin
pengaduk, aduklah beton selama 3 menit, kemudian tuangkan adukan beton ke
dalam talam dan aduklah lagi dengan sekop sampai merata.
b. Tentukan Slump menurut cara pemeriksaan.
Apabila slump yang didapat tidak sesuai dengan yang dikehendaki, ulangi
pekerjaan (a) dengan menambah atau mengurangi agegat sampai mendapatkan
slump yang dikehendaki. Kemudian tentukan berat isi menurut cara pemeriksaan.
c. Isilah cetakan dengan adukan beton dalam 3 lapis (untuk cetakan berbentuk
silinder), pada tiap-tiap lapis dipadatkan dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali
tusukan secara merata. Pada saat melakukan pemadatan lapisan pertama, tongkat
pemadat tidak boleh mengenai dasar cetakan. Pada saat pemadatan lapisan kedua
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
42/50
42
serta ketiga, tongkat pemadat boleh masuk kira-kira 25,4 mm kedalam lapisan di
bawahnya. Setelah selesai melakukan pemadatan, ketuklah sisi cetakan perlahan-
lahan sampai rongga bekas tusukan tertutup.
Ratakan permukaan beton dan tutuplah segera dengan bahan yang kedap air serta
tahan karat. Kemudian biarkan beton dalam cetakan selama 24 jam dan letakan
pada tempat yang bebas dari getaran.
d. Setelah 24 jam, bukalah cetakan dan keluarkan benda uji.
e. Rendamlah benda uji dalam bak perendam berisi air yang telah memenuhi
persyaratan pematangan (curing) selama waktu yang dikehendaki.
Persiapan Pengujian
a. Ambilah benda uji yang akan ditentukan kekuatan tekannya dari bak perendam,
kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel dengan kain lembab.
b. Tentukan berat dan ukuran benda uji.
c. Lapislah (capping : untuk benda uji silinder) permukaan atas dan bawah benda uji
dengan mortar belerang, dengan cara sebagai berikut:
Lelehkan mortar belerang di dalam pot peleleh (Melting Pot) sampai suhu kira-kira130
o C. Tuangkan belerang cair ke dalam cetakan pelapis (capping plate) yang
dinding dalamnya telah dilapisi dengan gemok/ oli. Kemudian letakan benda uji
tegak lurus pada cetakan pelapis sampai mortar belerang cair menjadi keras.
Dengan cara yang sama, lakukan pelapisan pada permukaan lainnya.
d. Benda uji siap untuk diperiksa
3.3. Prosedur Pelaksanaana. Letakan benda uji pada mesin tekan secara centris.
b. Jalankan mesin tekan dengan penambahan beban secara konstan, berkisar
antara 2 sampai 4 kg/ cm2per detik.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
43/50
43
c. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji.
d. Gambar bentuk pecah/ retakan yang terjadi dan catatlah keadaan benda uji.
3.4. PerhitunganKekuatan Tekan beton (bi) :
bi = ( kg/ cm
2)
dimana bi = Kuat tekan beton individu
P = Bebanmaksimum ( kg )
A = Luaspenampangbendauji ( cm2)
3.5. Pelaporana. Laporkanhasilpegujiandenganbilangan 2 (dua) desimal, danharusmeliputihal-
halsebagaiberikut:
- PerbandinganCampuran
- Nilai Slump ( cm )
- Tanggalpembuatan/ pengecoran
- Tanggalpengujian
- Umur ( hari )
- Berat ( kg )
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
44/50
44
- Diameter dan tinggi ( cm )
- Ukuran sisi kubus ( cm )
- Luas Penampang ( cm2)
- Bobot isi beton ( kg/ m3)
- Beban maksimum ( kg )
- Kekuatan tekan ( kg/ cm2)
- Cacat
b. Kesimpulan dari hasil percobaan yang diperoleh.
Catatan :a. Benda uji tidak perlu dilapisi/ dicapping.
b. Pemeriksaan kekuatan tekan beton biasanya dilakukan pada umur 3, 7 dan 28
hari.
c. Pada setiap pemeriksaan minimum 2 buah benda uji.
d. Apabila pengadukan dilakukan dengan tangan/ secara manual, isi bakpengaduk maksimum 7 dm
3dan pengadukan tidak boleh dilakukan untuk beton yang
kental.
3.6. Referensia. ASTM C - 39 - 72
b. PEDC. Bandung. Pengujian Bahan.Edisi 1983
c. SK. SNI. T - 15 - 03 - 1990. Tata Cara Rancangan Campuran Beton Normal.
DPU. Jakarta.
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
45/50
45
3.7.Data Hasil Pengujian
Tabel25 : Data HasilPengujianKuatTekan Mortar
Benda Umur Berat BebanHancur TeganganHancur (bi - bm) (bi - bm)2
Uji hari kg (KN) bi (kg/cm2) (kg/cm
2) (kg/cm
2)
1 21hari 12 349 197,59 17,99 323,64
2 21hari 11,9 339 191,93 12,33 152,03
3 21hari 11,9 311 176,08 -3,52 12,39
4 21hari 11,8 336 190,23 10,63 113,00
5 21hari 11,9 286 161,92 -17,68 312,58
6 21hari 11,8 288 163,06 -16,54 273,57
7 21hari 11,7 336 190,23 10,63 113,00
8 21hari 11,9 269 152,30 -27,30 745,29
9 21hari 11,8 341 193,06 13,46 181,17
bi 1616,40 (bi -
bm)2226,67
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
46/50
46
4.5.7 AnalisaPerhitungan
StandarDeviasi = = = = 16,68 kg/cm2
152,25kg/cm2KETERANGAN :
P = Kekuatanbendaujimenerimabebansampaihancur (kN)
bi = Teganganhancurindividu (kg/cm2)
bm = Teganganhancur rata-rata (kg/cm2)
bmn = Teganganhancur rata-rata untukbendaujikurangdari 20 buah (kg/cm2)
bk = Tegangankarakteristikbeton (kg/cm2)
bk = Tegangankarakteristikbetonijin (kg/cm2)
A = Luasantertekan = 3375 cm2
k1 = Konversiumur = 0.65
k2 = Konversibentuk = 3375
ti = Tingkat konvedensi
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
47/50
47
SD = Standardeviasi / penyimpangan ( kg/cm2)
n = Jumlahbendauji.
Tabel 27 : NILAI FAKTOR KONVERSI UMUR UJI BETON
( Menurut PBI'71 )
UMUR FAKTOR UMUR FAKTOR UMUR FAKTOR UMUR FAKTOR
(hari) KONVERSI (hari) KONVERSI (hari) KONVERSI (hari) KONVERSI
3 0.4000 28 1.0000 53 1.0806 78 1.1613
4 0.4652 29 1.0032 54 1.0839 79 1.1645
5 0.5250 30 1.0065 55 1.0870 80 1.1677
6 0.5875 31 1.0097 56 1.0903 81 1.1710
7 0.6500 32 1.0129 57 1.0935 82 1.1742
8 0.6829 33 1.0161 58 1.0968 83 1.1774
9 0.7157 34 1.0194 59 1.1000 84 1.1806
10 0.7486 35 1.0226 60 1.1032 85 1.1839
11 0.7814 36 1.0258 61 1.1065 86 1.1871
12 0.8143 37 1.0290 62 1.1097 87 1.1903
13 0.8471 38 1.0323 63 1.1129 88 1.1935
14 0.8800 39 1.0355 64 1.1161 89 1.1968
15 0.8900 40 1.0387 65 1.1194 90 1.2000
16 0.9000 41 1.0419 66 1.1226 91 1.2005
17 0.9100 42 1.0452 67 1.1258 92 1.2011
18 0.9200 43 1.0484 68 1.1290 93 1.2016
19 0.9300 44 1.0516 69 1.1323 94 1.2022
20 0.9400 45 1.0548 70 1.1355 95 1.2027
21 0.9500 46 1.0581 71 1.1387 96 1.2033
22 0.9571 47 1.0613 72 1.1419 97 1.2038
23 0.9643 48 1.0645 73 1.1452 98 1.3500
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
48/50
48
24 0.9714 49 1.0677 74 1.1484 99 1.2049
25 0.9786 50 1.0710 75 1.1516 100 1.2055
26 0.9857 51 1.0742 76 1.1548 365 1.3500
27 0.9929 52 1.0774 77 1.1581
I. KoreksiproporsicampuranbetonA. Air = B(Ck - Ca) x C
100(DkDa) x
100
= 153,33 - (0,073,06) x5891
100(0,845-3,465) x
12519
100
= 203.75liter
B. Agregathalus = C + (Ck - Ca) x C100
= 589,16 + (0,073,06) x 5891100
= 571,54 kg/m3
C. Agregatkasar = D + (Dk - Da) x 100
= 1251,96 + (0,845-3,465) x12519
100
= 1219,16 kg/m3
II Volume betonsebanyak 20 bendauji= x r2x t
= x 00752x 0,3
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
49/50
49
= 0,0053 m3
3.8. KesimpulanDari hasiluji, KuatTekan yang diperolehlebihbesardariKuatTekan yang
diijinkan.Yang berartimutu K-200yang direncanakanmemenuhipersyaratan,
sehinggadapatdigunakan.
BAGIAN IV ASPAL
2.7. Tinjauan Pustaka2.8. Pengujian
1. Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter1.1. Tujuan
1.1.1. Tujuan Instruksional Umum1.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
1.2. Dasar Teori1.3. Peralatan1.4. Benda Uji1.5. Prosedur Pelaksanaan1.6. Perhitungan1.7. Pelaporan
Catatan :
1.8. Referensi1.9. Data Hasil Pengujian1.10.Kesimpulan
2. Pengujian Penetrasi Bahan-bahan Bitumen2.1. Tujuan
2.1.1. Tujuan Instruksional Umum2.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
-
8/13/2019 Pengujian Gabungan (Beton)
50/50
2.2. Dasar Teori2.3. Peralatan2.4. Benda Uji2.5. Prosedur Pelaksanaan2.6.
Perhitungan
2.7. PelaporanCatatan :
2.8. Referensi2.9. Data Hasil Pengujian2.10.Kesimpulan
3. Pengujian Berat Jenis Bitumen Keras dan Ter3.1. Tujuan
3.1.1. Tujuan Instruksional Umum3.1.2. Tujuan Instruksional Khusus
3.2. Dasar Teori3.3. Peralatan3.4. Benda Uji3.5. Prosedur Pelaksanaan3.6. Perhitungan3.7. Pelaporan
Catatan :
3.8. Referensi3.9. Data Hasil Pengujian3.10.Kesimpulan
BAB III : PENUTUP
3.1. Kesimpulan3.2. Saran