bab 2 landasan teori 2.1 sistem dan teknologi...

26
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Teknologi Informasi Sistem dapat didefinisikan melalui pendekatan prosedur dan pendekatan komponen. Melalui pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari prosedur – prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Sedangkan melalui pendekatan komponen, sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu (Jogiyanto, 2005, p34). Definisi informasi adalah sekumpulan data yang telah diolah atau sekumpulan data yang mempunyai arti. (McLeod et al, 2001, p12). Sistem informasi merupakan kombinasi yang teratur dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi (O’Brien, 2005, p5). Banyak praktisi bisnis bergantung pada sistem informasi yang menggunakan teknologi informasi. Sistem yang menggunakan teknologi informasi ini disebut sistem teknologi informasi (Jogiyanto, 2005, p4). 2.2 Audit 2.2.1 Definisi Audit Audit adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti – bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi

Upload: truongkiet

Post on 11-Apr-2018

223 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

7

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Sistem dan Teknologi Informasi

Sistem dapat didefinisikan melalui pendekatan prosedur dan pendekatan

komponen. Melalui pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai

kumpulan dari prosedur – prosedur yang mempunyai tujuan tertentu. Sedangkan

melalui pendekatan komponen, sistem didefinisikan sebagai kumpulan dari

komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu

kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu (Jogiyanto, 2005, p34).

Definisi informasi adalah sekumpulan data yang telah diolah atau sekumpulan

data yang mempunyai arti. (McLeod et al, 2001, p12). Sistem informasi merupakan

kombinasi yang teratur dari manusia, hardware, software, jaringan komunikasi, dan

sumber data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam

sebuah organisasi (O’Brien, 2005, p5).

Banyak praktisi bisnis bergantung pada sistem informasi yang menggunakan

teknologi informasi. Sistem yang menggunakan teknologi informasi ini disebut

sistem teknologi informasi (Jogiyanto, 2005, p4).

2.2 Audit

2.2.1 Definisi Audit

Audit adalah pengumpulan serta pengevaluasian bukti – bukti atas

informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi

8

tersebut dengan kriteria – kriteria yang telah ditentukan. Audit harus

dilaksanakan oleh seseorang yang kompeten dan independen (Arens, 2001,

p15).

2.2.2 Jenis Audit

Menurut Sanyoto, audit terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

Audit keuangan;

Audit operasional;

Audit ketaatan;

Audit sistem informasi.

Menurut Weber (1999, p10) audit sistem informasi

adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti-bukti

untuk menentukan apakah sebuah sistem komputer telah

menetapkan dan menerapkan sistem pengendalian yang

memadai, semua aktiva dilindungi dengan baik atau tidak

disalahgunakan serta terjaminnya integritas data, keandalan

serta efektifitas dan efisien penyelenggaraan sistem informasi.

Tujuan audit sistem informasi adalah meningkatkan

keamanan aset, integritas data, efektivitas dan efisiensi sistem

(Weber, 1999, p11).

Audit e-commerce;

Audit forensik.

9

2.3 Tata Kelola TI

Menurut IT Governance Institute (ITGI), IT governance (tata kelola TI)

merupakan tanggung jawab dewan direksi dan manajemen tingkat atas. Tata kelola

TI merupakan bagian dari pengelolaan perusahaan dan terdiri dari pimpinan, semua

anggota susunan organisasi dan proses - proses yang mempunyai maksud untuk

memastikan bahwa TI yang ada mendukung dan membantu dalam pencapaian

strategi dan tujuan organisasi (ITGI, 2003, p10).

Tata kelola TI dapat juga diartikan sebagai hubungan dan proses terstruktur

untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi agar mencapai tujuannya dengan

cara menyeimbangkan risiko, hasil yang didapatkan dari TI, serta proses (COBIT

Steering Committee and the ITGI, 2000, p3).

Sedangkan dalam AS8015 (standar tata kelola TI Australia) mendefinisikan

bahwa tata kelola TI sebagai proses dalam mengarahkan dan mengendalikan

teknologi informasi yang saat ini terdapat pada organisasi maupun yang masih

direncanakan; termasuk mengawasi dan mengarahkan rencana yang ada, serta

mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan, kebijakan dan strategi TI agar organisasi

dapat mewujudkan tujuannya (Anonim, 2007, p1,

http://en.wikipedia.org/wiki/It_governance).

Menurut ITGI, terdapat beberapa mekanisme yang dapat digunakan untuk

membantu dalam mengimplementasikan tata kelola TI, yaitu :

IT Infrastructure Library (ITIL);

Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT);

ISO 27001;

10

The Information Security Management Maturity model (ISM3);

AS8015-2005.

2.3.1 Tujuan Tata Kelola TI

Tujuan dari tata kelola TI menurut ITGI adalah untuk dapat

mewujudkan manfaat TI yang diharapkan, menggunakan dan memaksimalkan

manfaat tersebut, mewujudkan penggunaan sumber daya TI yang bertanggung

jawab, dan dapat mengelola risiko yang terkait dengan TI dengan tepat.

2.3.2 Fokus Area Tata Kelola TI

Di dalam COBIT terdapat 5 area yang menjadi fokus tata kelola TI,

yaitu value delivery, risk management, resource management, performance

management, dan strategic alignment. Fokus area tersebut dapat dijelaskan

kembali seperti di bawah ini:

Value delivery

Fokus dengan melaksanakan proses TI agar supaya proses tersebut

sesuai dengan siklusnya, mulai dari menjalankan rencana, memastikan

TI dapat memberikan manfaat yang diharapkan, mengoptimalkan

penggunaan biaya sehingga pada akhirnya TI dapat mencapai hasil

yang diinginkan;

Risk management

Untuk melaksanakan pengelolaan terhadap risiko, dibutuhkan

kesadaran anggota organisasi dalam memahami adanya risiko,

11

kebutuhan organisasi, dan risiko – risiko signifikan yang dapat terjadi,

serta menanamkan tanggung jawab dalam mengelola risiko yang ada

di organisasi;

Resource management

Fokus pada kegiatan yang dapat mengoptimalkan dan mengelola

sumber daya TI, yang terdiri dari aplikasi, informasi, infrastruktur, dan

sumber daya manusia;

Performance management

Mengikuti dan mengawasi jalannya pelaksanaan rencana,

pelaksanaan proyek, pemanfaaatan sumber daya, sampai dengan

pencapaian hasil TI;

Strategic alignment

Memastikan adanya hubungan perencanaan organisasi dan TI

dengan cara menetapkan, memelihara, serta menyesuaikan operasional

TI dengan operasional organisasi.

Gambar 2.1 Fokus Area IT Governance

Sumber: COBIT 4.0 (2005)

12

Menurut ITGI, fokus tata kelola TI tersebut menggambarkan

kebutuhan pihak manajemen dalam mengatur dan mengelola TI yang ada

dalam perusahaan. Dan dengan melalui COBIT, pihak manajemen dapat

mengorganisir dan mengelola aktivitas – aktivitas yang berkaitan dengan TI

di perusahaan mereka karena COBIT memberikan proses – proses yang

umunya terjadi dan dilakukan oleh divisi TI.

Sehingga diharapkan dengan melalui penilaian posisi tata kelola

sistem Call Center 123 yang mengacu pada metode COBIT Maturity Model,

diharapkan manajemen dapat menentukan perencanaan mengenai

pengembangan dan pemeliharaan sistem sehingga dapat mencapai tata kelola

yang baik. Untuk melakukan tata kelola tersebut, dibutuhkan penilaian

terhadap kinerja, pengaturan, pengawasan, dan pengidentifikasian terhadap

apa yang harus dilakukan agar aktivitas TI yang dilakukan dapat memberikan

hasil yang diharapkan.

2.4 Control Objectives for Information and Related Technology (COBIT)

COBIT merupakan sekumpulan dokumentasi best practice untuk tata kelola

TI yang dapat membantu auditor, pengguna sistem, dan manajemen dalam

menjembatani risiko organisasi, kebutuhan pengendalian, dan masalah – masalah

teknis TI. (Sanyoto, 2007, p276). COBIT memberikan arahan (guideline) yang

berorientasi pada organisasi, oleh karena itu pemilik proses bisnis dan manajer,

temasuk juga auditor dan user diharapkan dapat memanfaatkan guideline ini dengan

baik (Sanyoto, 2007, p 279).

13

COBIT bermanfaat bagi para manajer karena dapat memperoleh manfaat

dalam keputusan investasi di bidang TI serta infrastrukturnya, menyusun perencanaan

strategis TI, menentukan arsitektur informasi, dan keputusan atas pengadaan mesin

(Sanyoto, 2007, p276).

Selain itu, COBIT dapat bermanfaat bagi auditor karena marupakan teknik

yang dapat membantu dalam mengidentifikasi masalah pengendalian TI. COBIT

berguna bagi pada pengguna TI karena memperoleh keyakinan atas kehandalan

sistem aplikasi yang dipergunakan (Sanyoto, 2007, p276).

2.4.1 Sejarah COBIT

COBIT pertama kali dikembangkan pada tahun 1996 oleh Informatian

System Audit and Control Association (ISACA) dan disusun berdasarkan

control objective yang dimiliki ISACA. COBIT edisi kedua dipublikasikan

pada tahun 1998 dengan menambahkan Impelementation Tool Set dan sedikit

revisi pada high level control objectives dan detailed control objectives.

Pada tahun 2000, COBIT edisi ketiga dirilis dan mulai dikelola oleh

IT Governance Institute (ITGI). Edisi ini berisi pengembangan arahan bagi

manajemen dan pembaharuan dari edisi kedua yang memberikan referensi

baru dan standar internasional. Kerangka kerjanya diperbaharui dan

ditambahkan untuk meningkatkan pengendalian bagi manajemen, kinerja

manajemen dan berorientasi pada pengembangan tata kelola TI dengan

menyediakan maturity model, critical succcess factors, key goal indicator,

dan key performance indicators untuk pengelolaan TI.

14

COBIT edisi keempat dirilis pada bulan November tahun 2005. Dalam

edisi ini terdapat perubahan – perubahan yang cukup menonjol yaitu domain

Monitor (M) berubah menjadi Monitor and Evaluate (ME), serta adanya

beberapa perubahan yang terjadi pada proses – proses yang ada. Selain itu,

pada COBIT edisi sebelumnya terdapat 318 detailed control objective namun

pada COBIT 4.0 ini menjadi 215 buah.

2.4.2 Misi COBIT

“to research, develop, publicize and promote an authoritative, up-to-

date, international set of generally accepted information technology control

objectives for day-to-day use by business managers and auditors.” (Anonim,

2006, p1, http://en.wikipedia.org/wiki/COBIT). Tulisan yang tercantum dalam

Wikipedia tersebut dapat diartikan bahwa COBIT mempunyai misi untuk

meneliti, mengembangkan, memperkenalkan, mempromosikan, dan meng-

update tujuan pengendalian TI yang dapat digunakan oleh manajemen dan

auditor serta dapat diterima secara internasional.

2.4.3 Manfaat COBIT

Menurut ITGI, COBIT memberikan manfaat yang berarti bagi mereka

yang menyadari akan pentingnya pengendalian terhadap sistem dan informasi.

Manfaat – manfaat tersebut meliputi:

- COBIT telah diakui secara internasional, dan disusun berdasarkan

pengalaman para ahli dari seluruh dunia;

15

- Memenuhi standar ISO17799, COSO I dan COSO II serta standar

internasional lainnya;

- Mampu menjembatani komunikasi antara divisi TI, pihak

manajemen dan auditor dengan cara memberikan pendekatan yang

umum dan mudah untuk dipahami;

- Berorientasi pada manajemen serta mudah digunakan;

- Mendukung pelaksanaan audit TI sehingga dapat memberikan

hasil audit dan opini yang berkualitas tinggi;

- Merupakan pendekatan yang fleksibel dan memungkinkan untuk

disesuaikan dengan semua organisasi yang mempunyai budaya,

ukuran, serta kebutuhan yang berbeda – beda;

- Apa yang terdapat dalam COBIT lengkap, dikembangkan terus

menerus dan dipelihara oleh organisasi non-profit terkemuka.

2.4.4 Kerangka Kerja COBIT

Kerangka kerja COBIT merupakan model tata kelola TI yang dapat

digunakan sebagai acuan dalam menentukan tujuan pengendalian dan proses

TI yang diperlukan agar dapat mengelola TI yang ada di organisasi dengan

baik. Kerangka kerja COBIT merupakan kumpulan best practice dan bersifat

umum. Oleh karena itu, dalam menerapkan kerangka kerja COBIT harus

disesuaikan dengan kebutuhan dan proses TI yang ada dalam organisasi.

16

Bagian utama COBIT terdiri dari 4 domain, yaitu plan and organize,

acquire and implement, deliver and support, dan monitor and evaluate.

Masing – masing domain tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Plan and organize

Domain ini menjelaskan proses yang diperlukan untuk

mengidentifikasi cara agar TI dapat memberikan kontribusi

dalam pencapaian tujuan bisnis organisasi, serta

merencanakan, mengkomunikasikan dan mengelola visi yang

ingin dicapai organisasi;

Acquire and implement

Domain ini terdiri dari proses – proses yang dilakukan

untuk mewujudkan rencana TI, yang dilakukan dengan cara

mengidentifikasi, membangun atau menyediakan aplikasi TI.

Selain itu, perubahan yang dilakukan dan pemeliharaan

terhadap sistem TI juga menjadi cakupan domain ini;

Deliver and support

Domain ini fokus pada memberikan dukungan agar

pencapaian hasil sistem TI sesuai dengan yang diharapkan.

Proses ini secara garis besar terdiri dari keamanan, aspek

kontinuitas, sampai dengan memberikan pelatihan kepada

pengguna.

17

Proses – proses dalam domain ini yang digunakan

sebagai pedoman dalam penulisan skripsi ini adalah:

- DS1 Define and Manage Service Level

The Telemanagement Forum’s SLA

Management Handbook mendefinisikan Service

Level Agreement (SLA) sebagai perjanjian

formal yang diadakan antara dua pihak,

terkadang juga dinamakan sebagai service level

guarantee (Lee, 2002, 3).

SLA didesain untuk memberikan

gambaran umum mengenai jasa, tanggung

jawab, dan prioritas sistem (Lee, 2002, 4).

Lee juga menyebutkan bahwa SLA

menghubungkan antara divisi TI dan pihak

penyedia jasa melalui suatu perjanjian tertulis.

Proses untuk mengelola service level dapat

dilakukan dengan mengawasi dan membuat

laporan mengenai pemenuhan service level

secara periodik. Apabila proses ini dilakukan

dengan baik, maka akan terjadi kesesuaian

antara jasa yang dihasilkan oleh TI dengan

kebutuhan organisasi;

18

- DS2 Manage Third Party Services

Tujuan dilakukan proses ini adalah supaya

jasa yang diberikan oleh pihak ketiga dapat

memuaskan dan memenuhi kebutuhan

organisasi. Yang perlu dilakukan untuk

memenuhi proses ini adalah menentukan peran

dan tanggung jawab pihak ketiga, hal – hal yang

ingin didapatkan dari pihak ketiga, membangun

hubungan baik dengan pihak ketiga, mengelola

risiko, serta mengawasi kinerjanya. Apabila

proses ini dilakukan dengan baik, maka

organisasi dapat meminimalkan risiko yang

muncul akibat kinerja pihak ketiga yang buruk;

- DS4 Ensure Continuous Services

Tujuan dari proses ini adalah

meminimalkan dampak yang terjadi pada saat

sistem mengalami gangguan. Proses ini dapat

dipenuhi dengan membuat, memelihara dan

menguji rencana kontinuitas TI;

- DS7 Educate and Train User

Tujuan dari proses ini adalah agar

pengguna dapat menggunakan sistem dengan

efektif dan efisien, serta memastikan pengguna

19

sistem mematuhi prosedur dan kebijakan yang

berlaku. Proses ini dapat diwujudkan dengan

membuat materi pelatihan, mengadakan

pelatihan, serta meninjau ulang hasil pelatihan

tersebut apakah membawa pengaruh yang

berarti terhadap kinerja pengguna sistem;

Monitor and evaluate

Kualitas dan pemenuhan kebutuhan pengendalian

terhadap sistem perlu untuk ditinjau secara teratur. Domain ini

ditujukan untuk mengetahui kesalahan - kesalahan yang

dilakukan seputar proses pengendalian sistem yang ada dalam

organisasi serta mendapatkan jaminan yang diperoleh dari

auditor internal atau auditor external atau sumber daya yang

lainnya.

4 domain di atas masih terbagi lagi menjadi beberapa proses lagi, di

mana masing – masing proses mempunyai high level control objectives.

Melalui pengendalian yang ada dalam proses tersebut, organisasi dapat

memperoleh keyakinan akan kelayakan tata kelola dan pengendalian yang

diperlukan oleh organisasi. Selain itu, dalam masing – masing proses TI juga

diberikan detailed control, yang berisi mengenai langkah – langkah minimal

yang harus dilakukan oleh organisasi untuk mengendalikan dan mengelola

sistem. Untuk lebih jelasnya, kerangka kerja COBIT dapat diilustrasikan

20

dalam gambar 2.2, di mana dapat terlihat bahwa semua sumber daya TI

dikelola agar dapat menghasilkan informasi yang selaras dengan tujuan

organisasi dan tujuan tata kelola TI.

Gambar 2.2 Kerangka Kerja COBIT

Sumber: COBIT 4.0 (2005)

21

2.4.5 Prinsip Dasar Kerangka Kerja COBIT

Prinsip dasar kerangka kerja COBIT adalah proses TI mengelola

semua sumber daya TI yang ada agar dapat mencapai tujuan TI, di mana

tujuan tersebut dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan organisasi.

Gambar 2.3 Kubus COBIT

Sumber: COBIT 4.0 (2005)

COBIT mengkategorikan sumber daya TI yang pada umumnya terlibat

menjadi sebagai berikut :

Application (aplikasi) adalah sistem yang mengolah informasi,

baik yang dilakukan secara otomatis maupun yang masih manual;

Information (informasi) adalah semua data yang terlibat pada saat

input, proses dan output;

Infrastructure (infrastruktur) merupakan semua teknologi dan

fasilitas yang mendukung jalannya aplikasi;

People adalah individu – individu yang dibutuhkan untuk

merencanakan, mengatur, mengadakan, melaksanakan,

mendukung, mengawasi dan mengevaluasi sistem. Individu –

22

individu ini dapat berasal dari dalam organisasi atau pihak luar,

tergantung dari kebutuhan organisasi.

Dengan mengelola semua atau sebagian dari sumber daya di atas,

maka diharapkan proses TI dapat menghasilkan kebutuhan informasi dengan

maksimal. COBIT mengkategorikan kebutuhan informasi sebagai berikut :

Effectiveness

Informasi yang dihasilkan relevan dengan proses bisnis yang ada

serta dapat diselesaikan dengan benar, tepat waktu, konsisten, dan

bermanfaat;

Efficiency

Informasi yang dihasilkan lebih produktif dan ekonomis;

Confidentiality

Informasi – informasi yang penting dapat terlindungi dari pihak –

pihak yang tidak berwenang;

Integrity

Informasi yang dihasilkan lengkap dan akurat;

Availability

Informasi dapat tersedia ketika sedang dibutuhkan;

Compliance

Informasi yang dihasilkan sesuai dengan hukum, peraturan, dan

perjanjian yang berlaku;

23

Reliability

Menyediakan informasi yang layak agar dapat digunakan dalam

kegiatan operasional dan finansial, serta membantu dalam

menyelesaikan laporan.

Akan tetapi, tidak semua kriteria informasi di atas dapat terpenuhi

sekaligus ketika menjalankan satu proses tertentu. Pelaksanaan pengendalian

yang ada di dalam masing – masing proses akan berpengaruh terhadap

informasi dan usaha pemenuhan kebutuhan organisasi. Pengaruh yang

dihasilkan mempunyai tingkat yang berbeda – beda seperti yang telah

dikategorikan oleh COBIT berikut ini:

Primary

Pengendalian yang diterapkan berpengaruh secara langsung

terhadap informasi;

Secondary

Pengendalian yang diterapkan mempengaruhi informasi secara

tidak langsung;

Blank

Pengendalian yang diterapkan dapat berpengaruh terhadap

informasi, akan tetapi kebutuhan informasi yang bersangkutan

akan lebih terpenuhi oleh proses lain.

24

2.4.6 COBIT Measurement-Driven

Untuk mengetahui status dan memperoleh keyakinan akan kelayakan

pengelolaan dan pengendalian yang diperlukan, maka organisasi perlu

mengukur di mana posisi pengelolaan sistem TI berada sekarang dan

memperkirakan ke arah mana organisasi ingin mengembangkan sistem TI

mereka, serta menerapkan tool kit yang dapat mengawasi proses

pengembangan sistem TI yang dilakukan.

Agar dapat memenuhi kebutuhan organisasi seperti yang telah

disebutkan di atas, maka COBIT menyediakan alat ukur berupa Maturity

models. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui sebagaimana baik

proses pengelolaan sistem yang hasilnya dipetakan dalam skala 0 – 5.

Menurut Indrajit, secara umum, masing – masing skala maturity model

dapat diartikan sebagai berikut (Indrajit, 2004, p1,

http://www.ebizzasia.com/0214-2004/q&a,0214.html) :

- Level 0 (Non-existent)

Terdapat banyak proses yang masih belum dilaksanakan.

Organisasi bahkan tidak mengetahui sama sekali proses TI yang

ada di organisasinya;

- Level 1 (Initial)

Organisasi secara reaktif melakukan penerapan dan implementasi

teknologi informasi apabila terdapat kebutuhan – kebutuhan

mendadak, tanpa didahului dengan perencanaan sebelumnya;

25

- Level 2 (Repeatable)

Organisasi telah memiliki pola yang berulang kali dilakukan

dalam melakukan tata kelola TI, namun keberadaannya belum

terdefinisi secara baik dan formal sehingga masih terjadi

ketidakkonsistenan;

- Level 3 (Defined)

Organisasi telah memiliki prosedur baku, formal, dan tertulis,

serta telah disosialisasikan ke segenap jajaran manajemen dan

karyawan untuk dipatuhi dan dikerjakan dalam aktivitas sehari –

hari;

- Level 4 (Managed)

Organisasi telah memiliki sejumlah indikator atau ukuran

kuantitatif yang dijadikan sebagai sasaran maupun objektif kinerja

setiap penerapan aplikasi teknologi informasi yang ada;

- Level 5 (Optimised)

Organisasi telah mengimplementasikan tata kelola TI yang

mengacu pada best practice.

Metode yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian terhadap

maturity model salah satunya dengan menggunakan metode yang diberikan

oleh Andrea Pederiva. Sebelum melakukan penilaian diperlukan untuk

memilih proses yang akan dianalisa terlebih dahulu. Proses tersebut dipilih

berdasarkan risiko dan tanggung jawab yang dimiliki oleh sistem (Pederiva,

2003).

26

Setelah proses terpilih, dibuat kuesioner yang mencantumkan

pernyataan – pernyataan maturity model dan nantinya jawaban dari

pernyataan tersebut diberikan nilai. Masing – masing pernyataan maturity

level dapat dijawab dengan ” tidak setuju”, ”kurang setuju”, ”setuju”, atau

”sangat setuju”. Masing – masing pilihan jawaban tersebut diberikan nilai

dengan bobot sebagai berikut:

- Tidak setuju = 0;

- Kurang setuju = 0.33;

- Setuju = 0.66;

- Sangat setuju = 1.

Setelah semua nilai pernyataan maturity model diisi, maka semua nilai

tersebut dijumlahkan. Ilustrasi dari kuesioner untuk maturity model ini dapat

dilihat pada tabel 2.1. Kuesioner tersebut mengilustrasikan penghitungan

maturity model pada level 3 untuk proses manage project (PO10).

Kuesioner tersebut diisi berdasarkan hasil pengamatan dan observasi

yang dilakukan, serta kemudian dilakukan diskusi dan cross-check dengan

pihak manajemen mengenai hasil yang didapatkan agar supaya penilaian tata

kelola yang dilakukan merupakan kondisi riil dari pengelolaan yang sedang

berjalan di perusahaan.

27

Pernyataan

Tingkat Persetujuan

Nilai

Tidak

Setuju

Kurang

Setuju Setuju

Sangat

Setuju

1 Proses pengelolaan proyek TI telah dibuat dan dikomunikasikan secara formal X 0.66

2 Proyek TI yang ditetapkan sesuai dengan organisasi dan tujuannya X 0.66

3 Stakeholder dilibatkan dalam pengelolaan proyek TI X 1

4 Organisasi proyek TI, peran dan tanggung jawabnya sudah terdefinisi X 1

5 Penjadwalan proyek TI telah ditentukan dan diperbaharui X 0.66

6 Anggaran proyek TI sudah ditentukan dan diatur X 1

7

Pengawasan proyek TI berpatok pada teknik pengukuran kinerja yang telah

ditetapkan sebelumnya X 0.33

8

Proyek TI mempunyai prosedur formal yang harus dilakukan setelah sistem

diimplementasi X 0.66

9 Pelatihan manajemen proyek sudah ditetapkan X 1

28

10

Prosedur yang dilakukan untuk menjaga kualitas proyek dan aktivitas setelah

implementasi proyek sudah ditentukan; tetapi tidak semuanya dilaksanakan oleh

manajer TI X 0.66

11

Kebijaksanaan untuk menggunakan sumber daya dari dalam atau luar organisasi

telah ditentukan X 1

Total : 8.63

Tabel 2.1 Ilustrasi Kuesiner untuk Maturity Model Level 3 pada PO10

Sumber: The COBIT Maturity Model in a Vendor Evaluation Case (2003)

29

Nilai persetujuan pernyataan di atas merupakan gambaran

persetujuan atas pemenuhan pelaksanaan pernyataan tersebut di

organisasi. Nilai persetujuan pernyataan tersebut kemudian dibagi

dengan jumlah pernyataan yang ada di level tersebut, yaitu 8.63 / 11.

Maturity

level

Total Pemenuhan

Pernyataan

(A)

Jumlah

Pernyataan

(B)

Nilai Pemenuhan

Maturity level

(C= A : B)

0 0 2 0

1 0 9 0

2 3 6 0.5

3 8.63 11 0.78

4 6.97 9 0.77

5 6.31 8 0.79

Tabel 2.2 Ilustrasi Perhitungan Nilai Pemenuhan Maturity level

Sumber: The COBIT Maturity model in a Vendor

Evaluation Case (2003)

Masing – masing hasil pembagian dari maturity model

tersebut kemudian dibagi dengan hasil dari total jumlah hasil

pembagian dari semua maturity level.

30

Level

Nilai Pemenuhan

Maturity level (D)

Nilai Pemenuhan Ternomalisasi

[E = (D : sum D)]

0 0 0

1 0 0

2 0.5 0.176

3 0.78 0.275

4 0.77 0.272

5 0.79 0.277

Total 2.84 1

Tabel 2.3 Ilustrasi Perhitungan Vektor Pemenuhan Ternomalisasi

Sumber: The COBIT Maturity model in a Vendor Evaluation Case (2003)

Hasil pembagian tersebut kemudian dikalikan dengan

maturity level. Kemudian hasil dari masing – masing pembagian

tersebut dijumlahkan sehingga dapat mencerminkan total maturity

level yang saat ini ada dalam organisasi.

Level

(F)

Nilai Pemenuhan

Ternomalisasi (E)

Kontribusi

(E * F)

0 0 0

1 0 0

2 0.176 0.35

3 0.275 0.83

4 0.272 1.09

5 0.277 1.38

Total maturity level 3.65

Tabel 2.4 Ilustrasi Perhitungan Total Maturity level

Sumber: The COBIT Maturity model in a Vendor Evaluation Case (2003)

31

Agar dapat lebih mudah dipahami, dibuatkan suatu gambar

yang dapat mengilustrasikan tiap – tiap nilai yang didapatkan. Hasil

akhir dari perhitungan maturity level dapat diletakkan di antara skala

maturity level dengan menggunakan simbol , sedangkan untuk

target organisasi digambarkan dengan simbol . .

Gambar 2.4 Gambaran Grafis Maturity model

Analisa yang dilakukan berdasarkan celah yang ada antara

target yang diinginkan dengan nilai yang saat ini dicapai oleh

organisasi. Hal ini diharapkan dapat mengidentifikasi apa saja yang

dibutuhkan oleh organisasi ketika ingin mengembangkan sistem TI

mereka sampai dapat mencapai target yang telah diinginkan.

2.5.1 Hubungan COBIT dengan Tata Kelola TI

Salah satu keuntungan utama yang didapatkan dari COBIT adalah sudah

diterima di seluruh dunia dan dipublikasikan sebagai standar terbuka yang dapat dipakai

32

oleh organisasi mana pun demi kepentingan tata kelola TI di organisasi mereka dan

tujuan – tujuannya yang relevan (Williams, 2006, p28).

COBIT, khususnya dalam metode maturity model, dapat membawa pengaruh

terhadap proses tata kelola TI dalam suatu organisasi karena dapat digunakan untuk

menilai dan mengetahui proses pengelolaan yang ada dalam organisasi. Dengan

mengetahui performa tersebut, diharapkan pihak manajemen dapat menyadari seberapa

baik pengelolaan yang telah dilakukan dan hal – hal yang dibutuhkan untuk

memperbaiki atau mengembangkan sistem yang ada.