bab 1
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Frozen shoulder merupakan istilah dari semua gangguan yang menimbulkan rasa nyeri
dan mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu, Capsulitis adhesive dan
Periartritis termasuk didalamnya. Frozen shoulder Mungkin timbul karena adanya trauma,
mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat trauma. Keluhan
utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan
keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif. Frozen shoulder secara pasti belum
diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar penyebab dari frozen shoulder antara lain
tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta diabetes mellitus.
Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal yang diduga menyebabkan penyakit
tersebut (Appley,1993). Frozen shoulder paling sering dikaitkan dengan Capsulitis adhesive,
Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang
nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai
tendonitis, infark miokard, diabetus mellitus, fraktur immobilisasi lama, atau redukulus
cervicalis.
Frozen shoulder juga dapat disebabkan oleh trauma langsung pada bahu, immobilisasi
dalam jangka waktu lama misalnya terjadi fraktur disekitar bahu yang pada fase
penyembuhannya tidak diikuti dengan gerak aktif yang dilakukan secara teratur pada bahunya,
disamping itu juga karena faktor immunologi serta hubungannya dengan penyakit lain misalnya:
Tuberkulosa paru, hemiparase, ischemic heart desease, bronchitis kronis dan Diabetus Melitus.
Diduga ini merupakan respon autoimun karena rusaknya jaringan lokal (Appley, 1997).
Capsulitis adhesiva disebabkan karena suatu peradangan yang mengenai kapsul sendi dan
dapat menyebabkan perlengketan kapsul sendi dan tulang rawan, ditandai dengan nyeri bahu
yang timbul secara perlahan-lahan, nyeri yang semakin tajam, kekakuan dan keterbatasan gerak.
Biasanya timbul gejala seperti tidak bisa menyisir karena nyeri disekitar depan samping bahu.
1
Nyeri tersebut terasa pula saat lengan diangkat untuk mengambil sesuatu dari saku kemeja, ini
berarti gerakan aktif dibatasi oleh nyeri. Tetapi bila mana gerak pasif diperiksa ternyata gerakan
itu terbatas karena adanya sesuatu yang menahan yang disebabkan oleh perlengketan. Gangguan
sendi bahu sebagian besar didahului oleh adanya rasa nyeri, terutama rasa nyeri timbul sewaktu
menggerakan bahu, sehingga penderita takut menggerakan bahunya, dan pada akhirnya akibat
immobilisasi yang lama maka otot akan berkurang kekuatannya.
Sedangkan Periartritis, yaitu bila terjadi Tendinitis Supraspinatus, Tendinitis Bisipitalis
dan Bursitis Akromialis.
Aspek fisioterapi sindroma nyeri bahu pada kondisi Frozen shoulder, fisioterapis berperan
dalam mengurangi nyeri, meningkatkan luas gerak sendi (LGS) mencegah kekakuan lebih lanjut
dan mengembalikan kekuatan otot serta meningkatkan aktifitas fungsional pasien.
2
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri dan keterbatasan gerak,
dan penyebabnya idiopatik yang sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan memiliki
riwayat trauma. Penyebab frozen shoulder seringnya tidak diketahui, diduga penyakit ini
merupakan respon auto immobization terhadap hasil – hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun
penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan
adanya respon auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi
lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca
operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis
bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis,
angina pectoris). Istilah ini hanya digunakan untuk penyakit yang sudah diketahui dengan baik
yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan. Terdapat
proses peradangan tendonitis kronis serta perubahan-perubahan peradangan yang kemudian
menyebar dan melibatkan seluruh cuff dan capsul (Appley, 1993).
Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul artikularis glenohumeral
yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian anterior superior yang mengalami synovitis, kontraktur
ligamen coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior glenohumeral, pada kapsul sendi
bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen inferior glenohumeral dan
perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi
kontraktur, sehingga khas pada kasus ini rotasi internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi
eksternal paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler. Perubahan patologi tersebut
merupakan respon terhadap rusaknya jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial
dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi adhesive. (Tidy’s physiotherapy, 1991).
Sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan
sinovial sendi glenohumeral dengan kapasitas volume, yang normalnya hanya sebesar 5-10ml,
tapi dapat mencapai 20-30ml, dan selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut,
3
pada pemeriksaan gerak pasif ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular dan firm end feel dan
inilah yang disebut frozen shoulder. (Orthopaedic Physical therapy, 1989)
Frozen shoulder dapat pula terjadi karena penimbunan kristal kalsium fosfat dan
karbonat pada rotator cuff. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen, kapsul serta dinding
pembuluh darah. Penimbunan pertama kali ditemukan pada tendon lalu kepermukaan dan
menyebar keruang bawah bursa subdeltoid sehingga terjadi radang bursa, lalu proses ini terjadi
terus-menerus dan menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan cairan bursa,
perlengketan dinding dasar bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesive dan akhirnya terjadi
frozen shoulder.
Frozen shoulder dibagi 2 Klasifikasi, yaitu :
a. Primer/ idiopatik
Yaitu frozen shoulder yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak
terjadi pada wanita dan biasanya terjadi pada usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada
lengan yang tidak digunakan dan lebih sering terjadi pada orang-orang yang melakukan
pekerjaan dengan menggunakan bahu yang lama dan berulang.
b. Sekunder
Yaitu frozen shoulder yang diikuti trauma yang berarti pada bahu misalnya terjadi
fraktur, dislokasi, luka bakar yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa
tahun sebelumnya.
4
2.2 Epidemiologi
Secara epidemiologi frozen shoulder terjadi sekitar usia 40-65 tahun. Dari 2-5 % populasi
sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder lebih banyak mengenai perempuan dibanding laki-laki.
Frozen shoulder juga terjadi pada 10-20 % dari penderita diabetus mellitus yang merupakan
salah satu faktor resiko frozen shoulder (Sandor, 2004). Kasus frozen shoulder memiliki masalah
yang komplek bila dibandingkan dengan tendinitis dan bursitis karena terjadi keterbatasan gerak
yang lebih berat dan prognosis kesembuhan yang lebih buruk dibandingkan dengan tendinitis
dan bursitis (Calliet, 1991).
2.3 Anatomi Fungsional Sendi Bahu (Shoulder Joint)
5
Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint) yang terdiri
atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat dangkal, sehingga
memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya secara leluasa dan melaksanakan
aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan menimbulkan ketidakstabilan sendi
bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan gangguan pada bahu.
Sendi bahu merupakan sendi yang kompleks pada tubuh manusia dan dibentuk oleh
tulang-tulang, yaitu : scapula (shoulder blade), clavicula (collar bone), humerus (upper arm
bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi
sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal. Empat
sendi tersebut bekerjasama secara sinkron. Pada sendi glenohumeral, sangat luas lingkup
geraknya karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena fossa glenoidalis yang
dangkal.
a. Sendi Glenohumerale
Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas glenoidalis, pada
ujung atas batas luar skapula, yang dangkal dan berbentuk buah pir. Permukaan sendi diliputi
oleh tulang rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya labrum glenoidale
(cartilago marginalis, yang berfungsi memperluas cavum sendi untuk penyesuaian gerak) (Snell,
1997).
Dibentuk oleh caput humerus dengan cavitas glenoidalisscapulae, yang diperluas dengan
adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis, sehingga rongga sendi menjadi lebih dalam.
Kapsul sendi longgar sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih luas.
Proteksi sendi tersebut adalah acromion, procecus coracoideus, dan ligamen-ligamen. Tegangan
otot diperlukan untuk mempertahankan agar caput humerus selalu dipelihara pada cavitas
glenoidalisnya.
Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain ligamen glenoidalis,
ligamen humeral tranversum, ligamen coracohumeral dan ligamen coracoacromiale, serta kapsul
sendi melekat pada cavitas glenoidalis dan collum anatomicum humeri (Snell, 1997).
6
Ligament yang memperkuat antara lain:
1) Ligamentum coracohumerale, yang membentang dari procesus coracoideus sampai
tuberculum humeri.
2) Ligamentum humerale transversus yang menjembatani celah antara kedua tuberkulum
3) ligament coracoacromiale, yang membentang dari procesus coracoideus sampai
acromion.
4) ligament glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas glenoidalis ke colum
anatobicum, dan ada 3 buah yaitu:
a) Ligament glenohumeralis superior, yang melewati articulatio sebelah cranial
b) Ligament glenohumeralis medius, yang melewati articulatio sebelah ventral.
c) Ligament glenohumeralis inferius, yang melewati articulation sebelah inferius.
Bursa-bursa yang ada pada shoulder joint:
1) Bursa otot latisimus dorsi, terletak pada tendon otot teres mayor dan tendon latisimus
dorsi.
2) Bursa infra spinatus, terdapat pada tendon infra spinatus dan tuberositashumeri.
3) Bursa otot pectoralis mayor, terletak pada sebelah depan insersio otot pectoralis
mayor.
4) Bursa subdeltoideus, terdapat diatas tuberositas mayus humeri dibawah otot
deltoideus.
5) Bursa ligament coraco clavikularis, terletak diatas ligamentum coracoclaviculare.
6) Bursa otot subscapularis terletak diantar sisi glenoidalis scapulae dengan otot
subscapularis.
7) Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion dibawah kulit
Sendi glenohumeral adalah sendi yang paling mobile walaupun kurang stabil. Kekuatan
sendi tergantung pada tonus otot-otot manset rotator yang terdapat di depan, di atas dan di
belakang sendi, yaitu M. Subscapularis, M. Supraspinatus, M. Infraspinatus dan M. teres minor.
Sendi Glenohumeral dapat menghasilkan gerakan Flexi-Ekstensi, Abduksi-Adduksi, Endorotasi-
Eksorotasi dan kombinasi gerakan-gerakan tersebut (sirkumduksi). (Snell, 1997)
7
b. Sendi sternoclaviculare
Terbentuk antara ujung sternal clavicula, manubrium sterni, dan cartílago costa I dan
termasuk sendi sinovial 2 sumbu. Diantara kedua facies articularisnya terdapat suatu discus
articularis (Discus fibrocartilagineus) yang membagi bagian dalam sendi menjadi 2 ruangan
sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies articularisnya. Capsula articularis yang
mengelilingi sendi dan melekat pada facies articularis tersebut cukup luas, sehingga
memungkinkan gerakan yang luas pula.
Ligamentum yang memperkuat:
1) ligamentum interclaviculare, yang membentang diantara medial extremitassternalis,
lewat sebelah cranial incisura jugularis sterni.
2) ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae pertama sampai
permukaan bawah clavicula.
3) ligamentum sternoclaviculare, yang membentang dari bagian tepi caudal incisura
clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas sternalis claviculare.
Gerakan yang dapat dilakukan adalah gerakan clavicula ke depan dan belakang terjadi
pada bagian medial. Elevasi dan depresi clavicula terjadi pada bagian lateral. (Snell, 1997)
8
c. Sendi acromioclaviculare
Terletak antara acromion dan ujung lateral clavicula.. Facies articularisnya kecil dan rata
dan dilapisi oleh fibro cartilago. Diantara facies articularis ada discus articularis.
Ligamentum yang memperkuatnya:
1) Ligament acromioclaviculare, yamg membentang antara acromion dataran ventral
sampai dataran caudal clavicula.
2) Ligament coracoclavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu:
a) Ligamentum conoideum, yang membentang antara dataran medial procecus
coracoideus sampai dataran caudal claviculare.
b) Ligamentum trapezoideus, yang membentang dari dataran lateral procecus
coraoideus sampai dataran bawah clavicuare.
Gerakan yang terjadi adalah gerakan yang luwes sewaktu scapula memutar, atau saat
clavicula diangkat atau ditekan ke bawah. (Snell, 1997)
d. Sendi scapulothoracic
Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa pergerakan scapula
terhadap dinding thorax.
2.4 Etiologi
Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor
predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau
operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular, clinical depression dan
Parkinson. Penyebab Frozen soulder menurut Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, dapat dibagi
menjadi karena kelainan Intrinsik (Capsulitis Adhesiva, Tendinitis supraspinatus, Tendinitis
bicipitalis, Burcitis subacromiale) dan kelainan Ekstrinsik, yaitu penyakit yang menimbulkan
nyeri bahu sehingga penderita enggan menggerakkan bahunya, lama kelamaan bahu penderta
tersebut menjadi kaku. Beberapa contoh kelainan Ekstrinsik adalah Spondilosis servikal, herniasi
diskus servikal, infark myokard, radang pleura bagian basal, inflamasi subfrenik.
9
Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai frozen shoulder,
teori tersebut adalah :
a. Teori hormonal.
Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan datangnya
menopause.
b. Teori genetik.
Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya ada
beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama.
c. Teori auto immuno.
Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil rusaknya
jaringan lokal.
d. Teori postur.
Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap menyebabkan
pemendekan pada salah satu ligamen bahu.
2.5 Patologi
Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya terbentuk
dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang berbentuk suatu
kantong yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi,
sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan
gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi
permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak berwarna. Jumlah
yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga bertindak sebagai sumber
nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff,
karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan
mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat diperburuk akibat terlalu
lama membiarkan lengan dalam posisi impingement yang terlalu lama (Appley, 1993).
10
Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu persatu bagian
secara detail. Guna memahami penyebab dan patologi sindroma nyeri bahu, maka dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Faktor Penyebab:
1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan aktifitas gerak dan struktur
anatomi
2) Faktor penyebab penyebab secara neurogenik yang berkaitan dengan keluhan
neurologik yang menyertai baik secara langsung maupun tidak langsung yang
berupa nyeri rujukan.
b. Berdasarkan sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan menjadi 2
yaitu :
(a) Kelompok spesifik, mengikuti pola kapsuler dan
(b) Kelompok tidak spesifik sebagai kelompok yang bukan mengikuti pola
kapsuler.
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari frozen shoulder menurut Kisner (1996) memiliki ciri khas yaitu
terbagi dalam tiga fase, yaitu : nyeri, kaku, dan perbaikan. Proses alamiah dari fase-fase ini
biasanya berjalan selama 1 hingga 3 tahun. Fase pertama sering disebut juga sebagai painful
atau freezing stage, fase ini diawali dengan rasa nyeri pada bahu. Pasien akan mengeluhkan
nyeri saat tidur dengan posisi miring dan akan membatasi gerak untuk menghindari nyeri.
Pasien akan sering mengeluhkan nyeri pada daerah deltoid. Sering kali pasien tidak akan
meminta bantuan medis pada fase ini, karena dianggap nyeri akan hilang dengan sendirinya.
Mereka dapat mencoba mengurangi nyeri dengan analgesic. Tidak ada trauma sebelumnya,
akan tetapi pasien akan ingat pertama kali dia tidak bisa melakukan kegiatan tertentu akibat
nyeri yang membatasi pergerakan. Fase ini dapat berlangsung selama 2 sampai 9 bulan.
Fase kedua ini disebut stiff atau frozen fase. Pada fase ini pergerakan bahu menjadi
sangat terbatas, dan pasien akan menyadari bahwa sangat sulit untuk melalukan kegiatan sehari-
11
hari, terutama yang memerlukan terjadinya rotasi interna dan externa serta mengangkat lengan
seperti pada saat keramas atau mengambil sesuatu yang tinggi. Saat ini pasien biasanya
mempunyai keluhan spesifik seperti tidak bisa menggaruk punggung, atau memasang BH, atau
mengambil sesuatu dari rak yang tinggi. Fase ini berlangsung selama 3 bulan hingga 1 tahun.
Fase terakhir adalah fase resolusi atau thawing fase. Pada fase ini pasien mulai bisa
menggerakan kembali sendi bahu. Setelah 1-3 tahun kemampuan untuk melakukan aktivitas
akan membaik, tapi pemulihan sempurna jarang terjadi.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan hilangnya gerak pada segala arah baik secara gerak
aktif maupun pasif, fleksi atau elevasi mungkin kurang dari 90 derajat, abduksi kurang dari 45
derajat, dan rotasi internal dan eksternal dapat berkurang sampai 20 derajat atau kurang.
Terdapat pula restriksi pada rotasi eksternal. Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk
mengeveluasi lingkup gerak sendi aktif. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis
skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien
tidak dapat melakukan gerakan ini. Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang
membentuk muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu
yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan
otot rotator cuff lainnya.
2.7 Faktor Resiko
Frozen shoulder lebih sering terjadi pada wanita. Frozen shoulder sering terjadi pada
orang yang pernah mengalami trauma atau operasi pada sendi bahu. Pasien dengan diabetes,
penyakit jantung, penyakit paru, hipertiroid, dan hipertriglisemi cenderung berisiko
untuk mengalami frozen shoulder.
Dibawah ini merupakan Faktor predisposisi Frozen Shoulder : (Pengantar Ilmu Bedah
Ortopedi, 1998) :
1. Imobilisasi yang lama misalnya setelah fraktu Colles atau humerus
pada orang tua
2. Setelah mastektomi radikal
3. Hemiplegia
4. Servikal Spondilosis
12
5. Lesi rotator cuff
6. Penyakit arteri Koronaria, misalnya sindroma shoulder hand
7. Penyakit diabetic
8. Herpes zoster
9. Setelah luka bakar pada lengan atas
2.8 Komplikasi
Pada kondisi frozen shoulder yang berat dan tidak dapat mendapatkan penanganan yang
tepat dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul problematik yang lebih berat antara lain:
(1) Kekakuan sendi bahu (2) Kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot-otot bahu (3)
Potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu (4) Atropi otot-otot sekitar sendi bahu (5)
Adanya gangguan aktifitas keseharian.
2.9 Diagnosis banding
Kekakuan pasca trauma setelah setiap cedera bahu yang berat, kekakuan dapat bertahan
beberapa bulan. Pada mulanya kekurangan ini maksimal dan secara berangsur-angsur berkurang,
berbeda dengan pola bahu beku ( Appley,1993)
Diagnosis pembanding dari kondisi Frozen shoulder antara lain:
o Osteoartritis glenohumeral
o Referred pain
o Subluksasi sendi glenohumeral
o Neoplasma
2.10 Pemeriksaan Penunjang
Pada prinsipnya diagnosa frozen shoulder ditegakan berdasarkan manifestasi klinis.
Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologis hanya dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan x-ray dengan menggunakan kontras (Anthrography)
yang disuntikkan ke sendi bahu sehingga dapat terlihat tanda pengerutan atau penyusutan kapsul
13
sendi bahu dan Jaringan disekitar sendi juga dapat dievaluasi dengan MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
2.10 Penatalaksanaan
Pencegahan merupakan terapi yang utama pada frozen shoulder. Menghindari
immobilisasi bahu yang lama setelah trauma atau nyeri bahu adalah kuncinya. Sehingga
diperlukan terapi yang tepat untuk menanganinya, dengan dua proses yaitu terapi langsung ke
bahu yang sakit dan terapi keseluruhan terhadap kondisi pasien.
Tujuan dari terapi adalah
o Menghilangkan nyeri
o Mengembalikan luas gerak sendi
o Mengembalikan fungsi bahu
Mengidentifikasi fase frozen shoulder dari pasien adalah penting untuk menentukan jenis
terapi yang akan diberikan.
Non Operatif
• Latihan
Pada fase akut atau awal, dapat diberikan latihan luas gerak sendi sesuai dengan toleransi
pasien atau pain-free zone, mulai dari yang pasif sampai aktif. Latihan yang biasa diberikan
adalah Codman’s pendulum exercise, over head pulley, dan finger ladder exercise. Koreksi
postur untuk mengurangi postur kifosis dan posisi humerus kedepan juga perlu dilakukan.
Setelah itu dapat diberikan stretching aktif dan pasif dengan tujuan untuk meningkatkan luas
gerak sendi. Jika luas gerak sendi fungsional tercapai dan nyeri bahu menurun, dapat dimulai
latihan penguatan untuk mengembalikan keseimbangan antara shoulder, scapula, dan spine.
• Medikamentosa
Analgesik seperti NSAIDS, umum digunakan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi pada
keluhan nyeri bahu. Steroid oral juga dapat dipakai sebagai manajemen nyeri, luas gerak sendi
dan fungsi bahu pada frozen shoulder, namun efeknya tidak dapat dipertahankan jika
pemberiannya lebih dari 6 minggu.
14
• Injeksi
Umumnya digunakan kortikosteroid intraartikular, untuk mengurangi nyeri dan inflamasi
pada fase awal. Pada sebuah penelitian terbaru, botulinum toxin dipakai secara intraartikular
untuk mengatasi nyeri (inhibition of neurotransmitter release), inflamasi (inhibition of C-fiber
nociceptive transmission), dan fibrosis (inhibition of IL-1 & fibroblast growth) pada frozen
shoulder.
• Modalitas
TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation) sangat efektif untuk mengurangi
nyeri akut pada frozen shoulder, digunakan pada fase 1 dan 3. USD dipakai untuk mengatasi
nyeri dan memfasilitasi stretch pada frozen shoulder. Terapi panas dalam lainnya juga dapat
digunakan, misalnya SWD (Short Wave Diathermy). Efek panas dapat memberikan efek
analgetik, merelaksasikan otot dan meningkatkan kapasitas sirkulasi darah.
• Closed Manipulation Under Anesthesia
Terapi ini sebenarnya tidak disarankan namun bisa diberikan bila terapi nonoperatif tidak
berhasil. Indikasinya adalah adanya gejala yang memburuk setelah paling sedikit 4 bulan
menjalani terapi nonoperatif secara benar dan teratur atau tidak ada perbaikan setelah 6 bulan
terapi nonoperatif. Setelah dilakukan manipulasi, dilanjutkan dengan terapi latihan dan kontrol
nyeri.
Operatif
Jika tidak ada perbaikan setelah 6 bulan terapi dapat dipikirkan untuk tindakan atau terapi
yang lebih agresif.
• Arthroscopic Capsular Releases
Penggunaan terapi ini mempunyai peran besar pada tindakan operatif frozen shoulder.
Aplikasi awal bersamaan dengan manipulasi mempunyai keuntungan yaitu secara akurat menilai
kelainan intra-articular lainnya. Kelebihan lainnya dapat meningkatkan pergerakan dari unit
15
muskulotendinosus tanpa mengganggu integritasnya, nyeri post operatif dan teknik invasi yang
minimal, dan dapat segera diberikan terapi latihan.
• Open Surgical Capsular Releases
Jika closed manipulation gagal, biasanya ahli bedah menyarankan tindakan ini.
Keuntungannya adalah bisa melihat dengan jelas pergerakan humeroscapular, melakukan
pemanjangan otot subscapular, eksisi bone spurs, dan bisa melihat dengan jelas struktur yang
mengalami adhesi dan kontraktur
2.11 Prognosis
Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar penderita frozen
shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu.
16
BAB III
PENUTUP
Frozen shoulder merupakan suatu kelainan muskuloskletal yang biasanya terjadi akibat
inflamasi sendi bahu. Frozen shoulder menyebabkan penderitanya sulit melakukan aktifitas
sehari-hari akibat nyeri yang timbul saat menggerakan sendi bahu sehingga pergerakan menjadi
terbatas. Penatalaksanaan untuk penyakit ini adalah pemberian analgesic, NSAID, atau
kortikosteroid, menjalani fisioterapi, atau pembedahan
17
DAFTAR PUSTAKA
Snell, Richard, Anatomi Klinik edisi 6, EGC, 1997, hal : 422 – 461
Apley, A. Graham, Ortopedi dan Fraktur system Apley Edisi ketujuh, Widya Medika, 1993,
hal: 11-13
Rasjad, Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, PT. Yarsif Watampone, 1998, hal :
209-210
Thomson, Ann M., Tidy’s physiotherapy, 12th ed, Butterworth-Heinemann, 1991. hal: 71
Donatelli, Robert ; Wooden, Micheal J, Orthopaedic Physical therapy, Churchil Livingstone
Inc, 1989. hal: 160
AAOS. 2011. Frozen Shoulder. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00071. Diunduh pada
tanggal 6 juli 2013 jam 15.05
Mubarak, Husnul. 2013. Frozen Shoulder. http://cetrione.blogspot.com/2013/05/frozen-shoulder-
frozen-shoulder-atau.html. Diunduh pada tanggal 6 juli 2013 jam 15.45
Cytomedical. 2011. Anatomi dan Fisiologi Sendi Bahu.http://cytomedical.com/info/en/anatomi-
fisiologi-bahu/. Diunduh pada tanggal 6 juli jam 15.25
Irfan. 2008. Phsio Notes. http://dhaenkpedro.wordpress.com/fisioterapi-pada-frozen-shoulder-
kaku-bahu/. Diunduh pada tanggal 6 juli 2013 jam 16.00
18