bab 1

27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Frozen shoulder merupakan istilah dari semua gangguan yang menimbulkan rasa nyeri dan mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu, Capsulitis adhesive dan Periartritis termasuk didalamnya. Frozen shoulder Mungkin timbul karena adanya trauma, mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda- tanda atau riwayat trauma. Keluhan utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif. Frozen shoulder secara pasti belum diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar penyebab dari frozen shoulder antara lain tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta diabetes mellitus. Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal yang diduga menyebabkan penyakit tersebut (Appley,1993). Frozen shoulder paling sering dikaitkan dengan Capsulitis adhesive, Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai tendonitis, infark miokard, diabetus mellitus, fraktur immobilisasi lama, atau redukulus cervicalis. 1

Upload: berastia-anis-savitri-tjerita

Post on 29-Nov-2015

52 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Frozen shoulder merupakan istilah dari semua gangguan yang menimbulkan rasa nyeri

dan mengakibatkan keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS) pada bahu, Capsulitis adhesive dan

Periartritis termasuk didalamnya. Frozen shoulder Mungkin timbul karena adanya trauma,

mungkin juga timbul secara perlahan-lahan tanpa tanda-tanda atau riwayat trauma. Keluhan

utama yang dialami adalah nyeri dan penurunan kekuatan otot penggerak sendi bahu dan

keterbatasan LGS terjadi baik secara aktif atau pasif. Frozen shoulder secara pasti belum

diketahui penyebabnya. Namun kemungkinan terbesar penyebab dari frozen shoulder antara lain

tendinitis, rupture rotator cuff, capsulitis, post immobilisasi lama, trauma serta diabetes mellitus.

Respon autoimmunal terhadap rusaknya jaringan lokal yang diduga menyebabkan penyakit

tersebut (Appley,1993). Frozen shoulder paling sering dikaitkan dengan Capsulitis adhesive,

Capsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan luas gerak sendi glenohumeral yang

nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai

tendonitis, infark miokard, diabetus mellitus, fraktur immobilisasi lama, atau redukulus

cervicalis.

Frozen shoulder juga dapat disebabkan oleh trauma langsung pada bahu, immobilisasi

dalam jangka waktu lama misalnya terjadi fraktur disekitar bahu yang pada fase

penyembuhannya tidak diikuti dengan gerak aktif yang dilakukan secara teratur pada bahunya,

disamping itu juga karena faktor immunologi serta hubungannya dengan penyakit lain misalnya:

Tuberkulosa paru, hemiparase, ischemic heart desease, bronchitis kronis dan Diabetus Melitus.

Diduga ini merupakan respon autoimun karena rusaknya jaringan lokal (Appley, 1997).

Capsulitis adhesiva disebabkan karena suatu peradangan yang mengenai kapsul sendi dan

dapat menyebabkan perlengketan kapsul sendi dan tulang rawan, ditandai dengan nyeri bahu

yang timbul secara perlahan-lahan, nyeri yang semakin tajam, kekakuan dan keterbatasan gerak.

Biasanya timbul gejala seperti tidak bisa menyisir karena nyeri disekitar depan samping bahu.

1

Page 2: Bab 1

Nyeri tersebut terasa pula saat lengan diangkat untuk mengambil sesuatu dari saku kemeja, ini

berarti gerakan aktif dibatasi oleh nyeri. Tetapi bila mana gerak pasif diperiksa ternyata gerakan

itu terbatas karena adanya sesuatu yang menahan yang disebabkan oleh perlengketan. Gangguan

sendi bahu sebagian besar didahului oleh adanya rasa nyeri, terutama rasa nyeri timbul sewaktu

menggerakan bahu, sehingga penderita takut menggerakan bahunya, dan pada akhirnya akibat

immobilisasi yang lama maka otot akan berkurang kekuatannya.

Sedangkan Periartritis, yaitu bila terjadi Tendinitis Supraspinatus, Tendinitis Bisipitalis

dan Bursitis Akromialis.

Aspek fisioterapi sindroma nyeri bahu pada kondisi Frozen shoulder, fisioterapis berperan

dalam mengurangi nyeri, meningkatkan luas gerak sendi (LGS) mencegah kekakuan lebih lanjut

dan mengembalikan kekuatan otot serta meningkatkan aktifitas fungsional pasien.

2

Page 3: Bab 1

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Frozen shoulder merupakan penyakit dengan karakteristik nyeri dan keterbatasan gerak,

dan penyebabnya idiopatik yang sering dialami oleh orang berusia 40-60 tahun dan memiliki

riwayat trauma. Penyebab frozen shoulder seringnya tidak diketahui, diduga penyakit ini

merupakan respon auto immobization terhadap hasil – hasil rusaknya jaringan lokal. Meskipun

penyebab utamanya idiopatik, banyak yang menjadi predisposisi frozen shoulder, selain dugaan

adanya respon auto immobilisasi seperti yang dijelaskan di atas ada juga faktor predisposisi

lainnya yaitu usia, trauma berulang (repetitive injury), diabetes mellitus, kelumpuhan, pasca

operasi payudara atau dada dan infark miokardia, dari dalam sendi glenohumeral (tendonitis

bicipitalis, infalamasi rotator cuff, fracture) atau kelainan ekstra articular (cervical spondylisis,

angina pectoris). Istilah ini hanya digunakan untuk penyakit yang sudah diketahui dengan baik

yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan. Terdapat

proses peradangan tendonitis kronis serta perubahan-perubahan peradangan yang kemudian

menyebar dan melibatkan seluruh cuff dan capsul (Appley, 1993).

Pada frozen shoulder terdapat perubahan patologi pada kapsul artikularis glenohumeral

yaitu perubahan pada kapsul sendi bagian anterior superior yang mengalami synovitis, kontraktur

ligamen coracohumeral, dan penebalan pada ligamen superior glenohumeral, pada kapsul sendi

bagian anterior inferior mengalami penebalan pada ligamen inferior glenohumeral dan

perlengketan pada ressesus axilaris, sedangkan pada kapsul sendi bagian posterior terjadi

kontraktur, sehingga khas pada kasus ini rotasi internal paling bebas, abduksi terbatas dan rotasi

eksternal paling terbatas atau biasa disebut pola kapsuler. Perubahan patologi tersebut

merupakan respon terhadap rusaknya jaringan lokal berupa inflamasi pada membran synovial

dan kapsul sendi glenohumeral yang membuat formasi adhesive. (Tidy’s physiotherapy, 1991).

Sehingga menyebabkan perlengketan pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan

sinovial sendi glenohumeral dengan kapasitas volume, yang normalnya hanya sebesar 5-10ml,

tapi dapat mencapai 20-30ml, dan selanjutnya kapsul sendi glenohumeral menjadi mengkerut,

3

Page 4: Bab 1

pada pemeriksaan gerak pasif ditemukan keterbatasan gerak pola kapsular dan firm end feel dan

inilah yang disebut frozen shoulder. (Orthopaedic Physical therapy, 1989)

Frozen shoulder dapat pula terjadi karena penimbunan kristal kalsium fosfat dan

karbonat pada rotator cuff. Garam ini tertimbun dalam tendon, ligamen, kapsul serta dinding

pembuluh darah. Penimbunan pertama kali ditemukan pada tendon lalu kepermukaan dan

menyebar keruang bawah bursa subdeltoid sehingga terjadi radang bursa, lalu proses ini terjadi

terus-menerus dan menyebabkan penebalan dinding bursa, pengentalan cairan bursa,

perlengketan dinding dasar bursa sehingga timbul pericapsulitis adhesive dan akhirnya terjadi

frozen shoulder.

Frozen shoulder dibagi 2 Klasifikasi, yaitu :

a. Primer/ idiopatik

Yaitu frozen shoulder yang tidak diketahui penyebabnya. Frozen shoulder lebih banyak

terjadi pada wanita dan biasanya terjadi pada usia lebih dari 41 tahun. Biasanya terjadi pada

lengan yang tidak digunakan dan lebih sering terjadi pada orang-orang yang melakukan

pekerjaan dengan menggunakan bahu yang lama dan berulang.

b. Sekunder

Yaitu frozen shoulder yang diikuti trauma yang berarti pada bahu misalnya terjadi

fraktur, dislokasi, luka bakar yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa

tahun sebelumnya.

4

Page 5: Bab 1

2.2 Epidemiologi

Secara epidemiologi frozen shoulder terjadi sekitar usia 40-65 tahun. Dari 2-5 % populasi

sekitar 60 % dari kasus frozen shoulder lebih banyak mengenai perempuan dibanding laki-laki.

Frozen shoulder juga terjadi pada 10-20 % dari penderita diabetus mellitus yang merupakan

salah satu faktor resiko frozen shoulder (Sandor, 2004). Kasus frozen shoulder memiliki masalah

yang komplek bila dibandingkan dengan tendinitis dan bursitis karena terjadi keterbatasan gerak

yang lebih berat dan prognosis kesembuhan yang lebih buruk dibandingkan dengan tendinitis

dan bursitis (Calliet, 1991).

2.3 Anatomi Fungsional Sendi Bahu (Shoulder Joint)

5

Page 6: Bab 1

Secara anatomi sendi bahu merupakan sendi peluru (ball and socket joint) yang terdiri

atas bonggol sendi dan mangkuk sendi. Cavitas sendi bahu sangat dangkal, sehingga

memungkinkan seseorang dapat menggerakkan lengannya secara leluasa dan melaksanakan

aktifitas sehari-hari. Namun struktur yang demikian akan menimbulkan ketidakstabilan sendi

bahu dan ketidakstabilan ini sering menimbulkan gangguan pada bahu.

Sendi bahu merupakan sendi yang kompleks pada tubuh manusia dan dibentuk oleh

tulang-tulang, yaitu : scapula (shoulder blade), clavicula (collar bone), humerus (upper arm

bone), dan sternum. Daerah persendian bahu mencakup empat sendi, yaitu sendi

sternoclavicular, sendi glenohumeral, sendi acromioclavicular, sendi scapulothoracal. Empat

sendi tersebut bekerjasama secara sinkron. Pada sendi glenohumeral, sangat luas lingkup

geraknya karena caput humeri tidak masuk ke dalam mangkok karena fossa glenoidalis yang

dangkal.

a. Sendi Glenohumerale

Sendi glenohumeral dibentuk oleh caput humeri yang bulat dan cavitas glenoidalis, pada

ujung atas batas luar skapula, yang dangkal dan berbentuk buah pir. Permukaan sendi diliputi

oleh tulang rawan hyaline, dan cavitas glenoidalis diperdalam oleh adanya labrum glenoidale

(cartilago marginalis, yang berfungsi memperluas cavum sendi untuk penyesuaian gerak) (Snell,

1997).

Dibentuk oleh caput humerus dengan cavitas glenoidalisscapulae, yang diperluas dengan

adanya cartilago pada tepi cavitas glenoidalis, sehingga rongga sendi menjadi lebih dalam.

Kapsul sendi longgar sehingga memungkinkan gerakan dengan jarak gerak yang lebih luas.

Proteksi sendi tersebut adalah acromion, procecus coracoideus, dan ligamen-ligamen. Tegangan

otot diperlukan untuk mempertahankan agar caput humerus selalu dipelihara pada cavitas

glenoidalisnya.

Ligamen-ligamen yang memperkuat sendi glenohumeral antara lain ligamen glenoidalis,

ligamen humeral tranversum, ligamen coracohumeral dan ligamen coracoacromiale, serta kapsul

sendi melekat pada cavitas glenoidalis dan collum anatomicum humeri (Snell, 1997).

6

Page 7: Bab 1

Ligament yang memperkuat antara lain:

1) Ligamentum coracohumerale, yang membentang dari procesus coracoideus sampai

tuberculum humeri.

2) Ligamentum humerale transversus yang menjembatani celah antara kedua tuberkulum

3) ligament coracoacromiale, yang membentang dari procesus coracoideus sampai

acromion.

4) ligament glenohumerale, yang membentang dari tepi cavitas glenoidalis ke colum

anatobicum, dan ada 3 buah yaitu:

a) Ligament glenohumeralis superior, yang melewati articulatio sebelah cranial

b) Ligament glenohumeralis medius, yang melewati articulatio sebelah ventral.

c) Ligament glenohumeralis inferius, yang melewati articulation sebelah inferius.

Bursa-bursa yang ada pada shoulder joint:

1) Bursa otot latisimus dorsi, terletak pada tendon otot teres mayor dan tendon latisimus

dorsi.

2) Bursa infra spinatus, terdapat pada tendon infra spinatus dan tuberositashumeri.

3) Bursa otot pectoralis mayor, terletak pada sebelah depan insersio otot pectoralis

mayor.

4) Bursa subdeltoideus, terdapat diatas tuberositas mayus humeri dibawah otot

deltoideus.

5) Bursa ligament coraco clavikularis, terletak diatas ligamentum coracoclaviculare.

6) Bursa otot subscapularis terletak diantar sisi glenoidalis scapulae dengan otot

subscapularis.

7) Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion dibawah kulit

Sendi glenohumeral adalah sendi yang paling mobile walaupun kurang stabil. Kekuatan

sendi tergantung pada tonus otot-otot manset rotator yang terdapat di depan, di atas dan di

belakang sendi, yaitu M. Subscapularis, M. Supraspinatus, M. Infraspinatus dan M. teres minor.

Sendi Glenohumeral dapat menghasilkan gerakan Flexi-Ekstensi, Abduksi-Adduksi, Endorotasi-

Eksorotasi dan kombinasi gerakan-gerakan tersebut (sirkumduksi). (Snell, 1997)

7

Page 8: Bab 1

b. Sendi sternoclaviculare

Terbentuk antara ujung sternal clavicula, manubrium sterni, dan cartílago costa I dan

termasuk sendi sinovial 2 sumbu. Diantara kedua facies articularisnya terdapat suatu discus

articularis (Discus fibrocartilagineus) yang membagi bagian dalam sendi menjadi 2 ruangan

sehingga lebih dapat menyesuikan kedua facies articularisnya. Capsula articularis yang

mengelilingi sendi dan melekat pada facies articularis tersebut cukup luas, sehingga

memungkinkan gerakan yang luas pula.

Ligamentum yang memperkuat:

1) ligamentum interclaviculare, yang membentang diantara medial extremitassternalis,

lewat sebelah cranial incisura jugularis sterni.

2) ligamentum costoclaviculare, yang membentang diantara costae pertama sampai

permukaan bawah clavicula.

3) ligamentum sternoclaviculare, yang membentang dari bagian tepi caudal incisura

clavicularis sterni, kebagian cranial extremitas sternalis claviculare.

Gerakan yang dapat dilakukan adalah gerakan clavicula ke depan dan belakang terjadi

pada bagian medial. Elevasi dan depresi clavicula terjadi pada bagian lateral. (Snell, 1997)

8

Page 9: Bab 1

c. Sendi acromioclaviculare

Terletak antara acromion dan ujung lateral clavicula.. Facies articularisnya kecil dan rata

dan dilapisi oleh fibro cartilago. Diantara facies articularis ada discus articularis.

Ligamentum yang memperkuatnya:

1) Ligament acromioclaviculare, yamg membentang antara acromion dataran ventral

sampai dataran caudal clavicula.

2) Ligament coracoclavicuculare, terdiri dari 2 ligament yaitu:

a) Ligamentum conoideum, yang membentang antara dataran medial procecus

coracoideus sampai dataran caudal claviculare.

b) Ligamentum trapezoideus, yang membentang dari dataran lateral procecus

coraoideus sampai dataran bawah clavicuare.

Gerakan yang terjadi adalah gerakan yang luwes sewaktu scapula memutar, atau saat

clavicula diangkat atau ditekan ke bawah. (Snell, 1997)

d. Sendi scapulothoracic

Sendi scapulo thoracic bukan sendi yang sebenarnya, hanya berupa pergerakan scapula

terhadap dinding thorax.

2.4 Etiologi

Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor

predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau

operasi pada sendi, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular, clinical depression dan

Parkinson. Penyebab Frozen soulder menurut Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi, dapat dibagi

menjadi karena kelainan Intrinsik (Capsulitis Adhesiva, Tendinitis supraspinatus, Tendinitis

bicipitalis, Burcitis subacromiale) dan kelainan Ekstrinsik, yaitu penyakit yang menimbulkan

nyeri bahu sehingga penderita enggan menggerakkan bahunya, lama kelamaan bahu penderta

tersebut menjadi kaku. Beberapa contoh kelainan Ekstrinsik adalah Spondilosis servikal, herniasi

diskus servikal, infark myokard, radang pleura bagian basal, inflamasi subfrenik.

9

Page 10: Bab 1

Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai frozen shoulder,

teori tersebut adalah :

a. Teori hormonal.

Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan datangnya

menopause.

b. Teori genetik.

Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya ada

beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama.

c. Teori auto immuno.

Diduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil rusaknya

jaringan lokal.

d. Teori postur.

Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap menyebabkan

pemendekan pada salah satu ligamen bahu.

2.5 Patologi

Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya terbentuk

dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang berbentuk suatu

kantong yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi,

sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan

gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi

permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak berwarna. Jumlah

yang di permukaan sendi relative kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga bertindak sebagai sumber

nutrisi bagi tulang rawan sendi. Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff,

karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan

mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat diperburuk akibat terlalu

lama membiarkan lengan dalam posisi impingement yang terlalu lama (Appley, 1993).

10

Page 11: Bab 1

Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu persatu bagian

secara detail. Guna memahami penyebab dan patologi sindroma nyeri bahu, maka dapat

dikelompokkan menjadi:

a. Faktor Penyebab:

1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan aktifitas gerak dan struktur

anatomi

2) Faktor penyebab penyebab secara neurogenik yang berkaitan dengan keluhan

neurologik yang menyertai baik secara langsung maupun tidak langsung yang

berupa nyeri rujukan.

b. Berdasarkan sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan menjadi 2

yaitu :

(a) Kelompok spesifik, mengikuti pola kapsuler dan

(b) Kelompok tidak spesifik sebagai kelompok yang bukan mengikuti pola

kapsuler.

2.6 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari frozen shoulder menurut Kisner (1996) memiliki ciri khas yaitu

terbagi dalam tiga fase, yaitu : nyeri, kaku, dan perbaikan. Proses alamiah dari fase-fase ini

biasanya berjalan selama 1 hingga 3 tahun. Fase pertama sering disebut juga sebagai painful

atau freezing stage, fase ini diawali dengan rasa nyeri pada bahu. Pasien akan mengeluhkan

nyeri saat tidur dengan posisi miring dan akan membatasi gerak untuk menghindari nyeri.

Pasien akan sering mengeluhkan nyeri pada daerah deltoid. Sering kali pasien tidak akan

meminta bantuan medis pada fase ini, karena dianggap nyeri akan hilang dengan sendirinya.

Mereka dapat mencoba mengurangi nyeri dengan analgesic. Tidak ada trauma sebelumnya,

akan tetapi pasien akan ingat pertama kali dia tidak bisa melakukan kegiatan tertentu akibat

nyeri yang membatasi pergerakan. Fase ini dapat berlangsung selama 2 sampai 9 bulan.

Fase kedua ini disebut stiff atau frozen fase. Pada fase ini pergerakan bahu menjadi

sangat terbatas, dan pasien akan menyadari bahwa sangat sulit untuk melalukan kegiatan sehari-

11

Page 12: Bab 1

hari, terutama yang memerlukan terjadinya rotasi interna dan externa serta mengangkat lengan

seperti pada saat keramas atau mengambil sesuatu yang tinggi. Saat ini pasien biasanya

mempunyai keluhan spesifik seperti tidak bisa menggaruk punggung, atau memasang BH, atau

mengambil sesuatu dari rak yang tinggi. Fase ini berlangsung selama 3 bulan hingga 1 tahun.

Fase terakhir adalah fase resolusi atau thawing fase. Pada fase ini pasien mulai bisa

menggerakan kembali sendi bahu. Setelah 1-3 tahun kemampuan untuk melakukan aktivitas

akan membaik, tapi pemulihan sempurna jarang terjadi.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan hilangnya gerak pada segala arah baik secara gerak

aktif maupun pasif, fleksi atau elevasi mungkin kurang dari 90 derajat, abduksi kurang dari 45

derajat, dan rotasi internal dan eksternal dapat berkurang sampai 20 derajat atau kurang.

Terdapat pula restriksi pada rotasi eksternal. Tes Appley scratch merupakan tes tercepat untuk

mengeveluasi lingkup gerak sendi aktif. Pasien diminta menggaruk daerah angulus medialis

skapula dengan tangan sisi kontra lateral melewati belakang kepala. Pada frozen shoulder pasien

tidak dapat melakukan gerakan ini. Nyeri akan bertambah pada penekanan dari tendon yang

membentuk muskulotendineus rotator cuff. Bila gangguan berkelanjutan akan terlihat bahu

yang terkena reliefnya mendatar, bahkan kempis, karena atrofi otot deltoid, supraspinatus dan

otot rotator cuff lainnya.

2.7 Faktor Resiko

Frozen shoulder lebih sering terjadi pada wanita. Frozen shoulder sering terjadi pada

orang yang pernah mengalami trauma atau operasi pada sendi bahu. Pasien dengan diabetes,

penyakit jantung, penyakit paru, hipertiroid, dan hipertriglisemi cenderung berisiko

untuk mengalami frozen shoulder.

Dibawah ini merupakan Faktor predisposisi Frozen Shoulder : (Pengantar Ilmu Bedah

Ortopedi, 1998) :

1. Imobilisasi yang lama misalnya setelah fraktu Colles atau humerus

pada orang tua

2. Setelah mastektomi radikal

3. Hemiplegia

4. Servikal Spondilosis

12

Page 13: Bab 1

5. Lesi rotator cuff

6. Penyakit arteri Koronaria, misalnya sindroma shoulder hand

7. Penyakit diabetic

8. Herpes zoster

9. Setelah luka bakar pada lengan atas

2.8 Komplikasi

Pada kondisi frozen shoulder yang berat dan tidak dapat mendapatkan penanganan yang

tepat dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul problematik yang lebih berat antara lain:

(1) Kekakuan sendi bahu (2) Kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot-otot bahu (3)

Potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu (4) Atropi otot-otot sekitar sendi bahu (5)

Adanya gangguan aktifitas keseharian.

2.9 Diagnosis banding

Kekakuan pasca trauma setelah setiap cedera bahu yang berat, kekakuan dapat bertahan

beberapa bulan. Pada mulanya kekurangan ini maksimal dan secara berangsur-angsur berkurang,

berbeda dengan pola bahu beku ( Appley,1993)

Diagnosis pembanding dari kondisi Frozen shoulder antara lain:

o Osteoartritis glenohumeral

o Referred pain

o Subluksasi sendi glenohumeral

o Neoplasma

2.10 Pemeriksaan Penunjang

Pada prinsipnya diagnosa frozen shoulder ditegakan berdasarkan manifestasi klinis.

Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologis hanya dilakukan untuk menyingkirkan

kemungkinan penyakit lain. Pemeriksaan x-ray dengan menggunakan kontras (Anthrography)

yang disuntikkan ke sendi bahu sehingga dapat terlihat tanda pengerutan atau penyusutan kapsul

13

Page 14: Bab 1

sendi bahu dan Jaringan disekitar sendi juga dapat dievaluasi dengan MRI (Magnetic Resonance

Imaging)

2.10 Penatalaksanaan

Pencegahan merupakan terapi yang utama pada frozen shoulder. Menghindari

immobilisasi bahu yang lama setelah trauma atau nyeri bahu adalah kuncinya. Sehingga

diperlukan terapi yang tepat untuk menanganinya, dengan dua proses yaitu terapi langsung ke

bahu yang sakit dan terapi keseluruhan terhadap kondisi pasien.

Tujuan dari terapi adalah 

o Menghilangkan nyeri 

o Mengembalikan luas gerak sendi

o Mengembalikan fungsi bahu

Mengidentifikasi fase frozen shoulder dari pasien adalah penting untuk menentukan jenis

terapi yang akan diberikan.

Non Operatif

• Latihan

Pada fase akut atau awal, dapat diberikan latihan luas gerak sendi sesuai dengan toleransi

pasien atau pain-free zone, mulai dari yang pasif sampai aktif. Latihan yang biasa diberikan

adalah Codman’s pendulum exercise, over head pulley, dan finger ladder exercise. Koreksi

postur untuk mengurangi postur kifosis dan posisi humerus kedepan juga perlu dilakukan.

Setelah itu dapat diberikan stretching aktif dan pasif dengan tujuan untuk meningkatkan luas

gerak sendi. Jika luas gerak sendi fungsional tercapai dan nyeri bahu menurun, dapat dimulai

latihan penguatan untuk mengembalikan keseimbangan antara shoulder, scapula, dan spine.

• Medikamentosa

Analgesik seperti NSAIDS, umum digunakan untuk mengurangi nyeri dan inflamasi pada

keluhan nyeri bahu. Steroid oral juga dapat dipakai sebagai manajemen nyeri, luas gerak sendi

dan fungsi bahu pada frozen shoulder, namun efeknya tidak dapat dipertahankan jika

pemberiannya lebih dari 6 minggu.

14

Page 15: Bab 1

• Injeksi

Umumnya digunakan kortikosteroid intraartikular, untuk mengurangi nyeri dan inflamasi

pada fase awal. Pada sebuah penelitian terbaru, botulinum toxin dipakai secara intraartikular

untuk mengatasi nyeri (inhibition of neurotransmitter release), inflamasi (inhibition of C-fiber

nociceptive transmission), dan fibrosis (inhibition of IL-1 & fibroblast growth) pada frozen

shoulder.

• Modalitas

TENS (transcutaneous electrical nerve stimulation) sangat efektif untuk mengurangi

nyeri akut  pada frozen shoulder, digunakan pada fase 1 dan 3. USD dipakai untuk mengatasi

nyeri dan  memfasilitasi stretch pada frozen shoulder. Terapi panas dalam lainnya juga dapat

digunakan, misalnya SWD (Short Wave Diathermy). Efek panas dapat memberikan efek

analgetik, merelaksasikan otot dan meningkatkan kapasitas sirkulasi darah.

• Closed Manipulation Under Anesthesia

Terapi ini sebenarnya tidak disarankan namun bisa diberikan bila terapi nonoperatif tidak

berhasil. Indikasinya adalah adanya gejala yang memburuk setelah paling sedikit 4 bulan

menjalani terapi nonoperatif secara benar dan teratur  atau tidak ada perbaikan setelah 6 bulan

terapi nonoperatif. Setelah dilakukan manipulasi, dilanjutkan dengan terapi latihan dan kontrol

nyeri.

Operatif

Jika tidak ada perbaikan setelah 6 bulan terapi dapat dipikirkan untuk tindakan atau terapi

yang lebih agresif.

• Arthroscopic Capsular Releases

Penggunaan terapi ini mempunyai peran besar pada tindakan operatif frozen shoulder.

Aplikasi awal bersamaan dengan  manipulasi mempunyai keuntungan yaitu secara akurat menilai

kelainan intra-articular lainnya.  Kelebihan lainnya dapat meningkatkan pergerakan dari unit

15

Page 16: Bab 1

muskulotendinosus tanpa mengganggu integritasnya, nyeri post operatif dan teknik invasi yang

minimal, dan dapat segera diberikan terapi latihan.

• Open Surgical Capsular Releases

Jika closed manipulation gagal, biasanya ahli bedah menyarankan tindakan ini.

Keuntungannya adalah bisa melihat dengan jelas pergerakan humeroscapular, melakukan

pemanjangan otot subscapular, eksisi bone spurs, dan bisa melihat dengan jelas struktur yang

mengalami adhesi dan kontraktur

2.11 Prognosis

Pasien dengan frozen shoulder bisa sembuh, namun sebagian besar  penderita frozen

shoulder kehilangan sebagian fungsi gerak dari sendi bahu.

16

Page 17: Bab 1

BAB III

PENUTUP

Frozen shoulder merupakan suatu kelainan muskuloskletal yang biasanya terjadi akibat

inflamasi sendi bahu. Frozen shoulder menyebabkan penderitanya sulit melakukan aktifitas

sehari-hari akibat nyeri yang timbul saat menggerakan sendi bahu sehingga pergerakan menjadi

terbatas. Penatalaksanaan untuk penyakit ini adalah pemberian analgesic, NSAID, atau

kortikosteroid, menjalani fisioterapi, atau pembedahan

17

Page 18: Bab 1

DAFTAR PUSTAKA

Snell, Richard, Anatomi Klinik edisi 6, EGC, 1997, hal : 422 – 461

Apley, A. Graham, Ortopedi dan Fraktur system Apley Edisi ketujuh, Widya Medika, 1993,

hal: 11-13

Rasjad, Chairuddin, Pengantar Ilmu Bedah Orthopedi, PT. Yarsif Watampone, 1998, hal :

209-210

Thomson, Ann M., Tidy’s physiotherapy, 12th ed, Butterworth-Heinemann, 1991. hal: 71

Donatelli, Robert ; Wooden, Micheal J, Orthopaedic Physical therapy, Churchil Livingstone

Inc, 1989. hal: 160

AAOS. 2011. Frozen Shoulder. http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00071. Diunduh pada

tanggal 6 juli 2013 jam 15.05

Mubarak, Husnul. 2013. Frozen Shoulder. http://cetrione.blogspot.com/2013/05/frozen-shoulder-

frozen-shoulder-atau.html. Diunduh pada tanggal 6 juli 2013 jam 15.45

Cytomedical. 2011. Anatomi dan Fisiologi Sendi Bahu.http://cytomedical.com/info/en/anatomi-

fisiologi-bahu/. Diunduh pada tanggal 6 juli jam 15.25

Irfan. 2008. Phsio Notes. http://dhaenkpedro.wordpress.com/fisioterapi-pada-frozen-shoulder-

kaku-bahu/. Diunduh pada tanggal 6 juli 2013 jam 16.00

18