attanwir · di kecamatan kanor bojonegoro mifta hulaikah ; stai attanwir bojonegoro ... kata kunci:...

87

Upload: dinhmien

Post on 14-Mar-2019

244 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Attanwir Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat

SUSUNAN PENGURUS

Penanggung Jawab

Hanafi

Mitra Bestari

Abdul Muhid (UIN Sunan Ampel Surabaya)

Zainal Habib (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

Nizarul Alim (Universitas Trunojoyo Madura)

Heli Ihsan (UPI Bandung)

Redaktur

Siti Choirotul Ula

Riza Multazam Luthfy

Penyunting

Moh. Muhajir

Redaktur Pelaksana

Nur Idam Laksono

Sekretariat

Abd. Hafid

Alamat Redaksi

Jl. Raya Talun No. 220 Sumberrejo Bojonegoro 62191

Email

[email protected]

“Attanwir” merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan enam bulan sekali oleh STAI Attanwir

Bojonegoro. Dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah antar staf

pengajar, mahasiswa, alumni dan pembaca yang berminat serta masyarakat pada umumnya.

PENGANTAR REDAKSI

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi dzat yang selalu memberikan segala bentuk nikmat-Nya, sehingga

atas izin-Nya, Jurnal Attanwir bisa terbit.

Jurnal Attanwir merupakan akumulasi tulisan dari beberapa kegiatan pengabdian

masyarakat yang dilakukan oleh para akademisi. Sebagai wujud komitmen terhadap

ilmu pengetahuan, Jurnal Attanwir berusaha memberikan kontribusi ilmiah dengan

menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di

Bojonegoro maupun wilayah lainnya. Dengan demikian, hal ini akan membuka

wawasan serta memberikan motivasi dan inspirasi bagi setiap pembaca, baik

kalangan mahasiswa, dosen, maupun umum.

Tentu masih dijumpai beberapa kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu,

saran dan kritik sangat ditunggu demi perbaikan dalam penerbitan di masa yang akan

datang.

Demikian, semoga Jurnal Attanwir dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Redaksi

DAFTAR ISI

Short Course: Pelatihan Pengolahan Data dengan Software SPSS 24.0

untuk Dosen STAI Attanwir Bojonegoro

Aris Zulianto; STAI Attanwir Bojonegoro

1

Pelatihan Pemanfaatan Sampah untuk Pembuatan Tas dan Dompet

Daur Ulang dalam Peningkatan Keterampilan Siswa Kelas XI

di MAI Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro

Eryul Mufidah; STAI Attanwir Bojonegoro

14

Pelatihan Keterampilan Seni Daur Ulang Sampah Kantong Plastik

untuk Menciptakan Peluang Usaha bagi Ibu-ibu Rumah Tangga

Desa Plesungan Kecamatan Kapas Bojonegoro

M. Ali Nur Huda; STAI Attanwir Bojonegoro

23

Pelatihan Pembuatan Makanan Ringan Berbahan Dasar Terong Sebagai

Upaya Pengembangan Produk Pangan Sehat dan Aman bagi Anak-anak

di Kecamatan Kanor Bojonegoro

Mifta Hulaikah; STAI Attanwir Bojonegoro

31

Pelatihan Organisasi IPNU-IPPNU di Desa Prigi Kecamatan Kanor Bojonegoro

Mundhori; STAI Attanwir Bojonegoro

36

Pelatihan Manajerial Skill bagi Tenaga Teknis Kefarmasian

Asisten Apoteker Se-Kecamatan Bojonegoro Kota

Nurul Fitriandari; STAI Attanwir Bojonegoro

42

Pendampingan Pendirian KSPPS BMT Alzaitun

di Desa Nglarangan Kecamatan Kanor Bojonegoro

Riza Multazam Luthfy; STAI Attanwir Bojonegoro

54

Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

di Desa Balenrejo Kecamatan Balen Bojonegoro

Sugito; STAI Attanwir Bojonegoro

65

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

1

SHORT COURSE: PELATIHAN PENGOLAHAN DATA DENGAN

SOFTWARE SPSS 24.0 UNTUK DOSEN STAI ATTANWIR BOJONEGORO

Aris Zulianto

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Penelitian yang bersifat kuantitatif membutuhkan statistik sebagai alat bantu dalam

analisis data. Statistik berfungsi sebagai alat pembukti hipotesis baik pada penelitian

yang bersifat asosiasi (hubungan) maupun perbedaan. Fenomena statistik dalam

penelitian sosial didominasi dengan sifat asosiasi (hubungan) dan diikuti dengan

perbedaan (komparasi), meskipun tak jarang selalu diawali dengan deskriptif. Dalam

statistik, segala bentuk fenomena yang akan dianalisis diangkakan terlebih dahulu

(diwakili oleh angka, baik yang bernilai mutlak atau tidak), sehingga penelitian yang

menggunakan statistik membutuhkan skala pengukuran.

Hasil Short Course Statistik dengan program SPSS 24.0 hal ini dapat diihat dari

pemahaman peserta mengenai kesesuaian alat statistik dengan permasalahan

penelitian, dan kemampuan peserta menganalisis data dilihat hasil latihan yang

diberikan oleh pelaksana kegiatan. Ketercapaian materi yang diberikan cukup baik

dilihat dari hasil lembar evaluasi pembelajaran, sebagian besar peserta menguasai

materi dengan baik.

Kata Kunci: Short Cource Statistik, Program Statistik SPSS 24.0

ABSTRACT

Quantitative research requires statistics as a tool in data analysis. Statistics serve as

a tool to prove hypotheses both in research that are associations (relationships) and

differences. The statistical phenomenon in social research is dominated by the

nature of associations (relationships) and followed by differences (comparations),

although not infrequently always begins with descriptive. In statistics, all forms of

phenomena that will be analyzed are considered first (represented by numbers,

whether absolute or not), so that research using statistics requires a measurement

scale.

Results of Short Course Statistics with SPSS 24.0 program can be seen from the

participants' understanding of the suitability of statistical tools with research

problems, and the ability of participants to analyze the data seen from the results of

the exercises provided by the implementing activities. The achievement of the

material given is good enough to be seen from the result of the evaluation evaluation

sheet, most of the participants have mastered the material well.

Keywords: Short Cource Statistics, Statistical Program SPSS 24.0

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

2

LATAR BELAKANG

Dalam rangka pengembangan ketrampilan para dosen di STAI Attanwir

dalam bidang kompetensi analisis statistik yang digunakan penelitian kualitatif,

kuantitatif serta penelitian riset dan pengembangan.Dan di dukung oleh hasil saran

atau masukan dari para dosen di STAI Attanwir untuk mengadakan short course:

pelatihan pengolahan data dengan sofware SPSS 24.0 karena masih ada dosen yang

mengalami kesulitan dalam pengolahan data menggunakan tools statistik.

Kendala dosen dalam menghasilkan karya ilmiah yaitu kesibukan sehari-hari

mengajar di luar jam mengajar serta kendala pemahaman alat-alat analisis beserta

praktiknya. Dosen sebagai tenaga pendidikan mempunyai peranan yang penting,

selain memberikan teori, dosen mampu memberikan contoh berkarya terutama dalam

penelitian. UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengisyaratkan

adanya pendidikan yang bermutu, pendidikan yang bermutu tersebut sangat

dipengaruhi oleh penyelenggaraan pendidikannya. Salah satu bagian dari tri dharma

perguruan tinggi doesn selain mengajar adalah memberikan contoh cara berkarya

terutama dalam menulis. Dengan pengalaman berkarya, terutama dalam menulis dan

meneliti, dosen bisa benar-benar memahami kondisi lapangan dan mendesiminasikan

hasil penelitiannya dalam pengajarannya. Kemampuan analisis statistika beserta

keterampilan menggunakan program statistik diharapkan mampu meningkatkan

motivasi dosen melakukan penelitian.

Berdasarkan uraian di atas, dipertimbangkan perlu dilakukan kegiatan short

course: pelatihan pengolahan data dengan sofware SPSS 24.0 untuk dosen STAI

Attanwir Bojonegoro dan hanya difokuskan pada peningkatan kemampuan

memahami cara menggunakan statistik secara tepat dan mampu menggunakan

program statistik dalam menganalisis data penelitian. Harapannya, setelah pelatihan,

dosen-dosen menjadi lebih produktif dalam menghasilkan penelitian yang

bermanfaat dalam pengajaran.

TINJAUAN PUSTAKA

Statistik

Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, statistik mulai banyak menggunakan

bidang-bidang dalam matematika, terutama probabilitas. Cabang statistika yang saat

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

3

ini banyak digunakan untuk mendukung metode ilmiah dan statistika inferensi

dikembangkan pada paruh abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh Ronald Fisher

(peletak dasar statistika inferensi), Karl Pearson (metode regresi linear), dan William

Sealey Gosset (meneliti problem sampel berukuran kecil). Penggunaan statistik pada

masa sekarang dapat dikatakan telah menyentuh semua bidang ilmu pengetahuan,

mulai dari astronomi hingga linguistik. Bidang-bidang ekonomi, biologi, dan cabang-

cabang terapannya, serta psikologi, banyak dipengaruhi oleh statistika dalam

metodologinya. Akibatnya, lahirlah ilmu-ilmu gabungan seperti ekonometrika,

biometrika (atau biostatistika), dan psikometrika.1 Penggunaan istilah statistika

berakar dari istilah-istilah dalam bahasa Latin modern statisticum collegium (‘dewan

negara’) dan bahasa Italia statista (‘negarawan’ atau ‘politikus’). Akan tetapi,

statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam

(misalnya astronomi dan biologi), ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan

psikologi), maupun di bidang bisnis (ekonomi dan industri). Statistika juga

digunakan dalam pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk

merupakan salah satu prosedur yang paling dikenal. Aplikasi statistika lainnya yang

sekarang populer adalah prosedur jajak pendapat atau polling (misalnya dilakukan

sebelum pemilihan umum), serta jajak cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau

quick count. Di bidang komputasi, statistika dapat pula diterapkan dalam pengenalan

pola maupun kecerdasan buatan. Statistik merupakan bagian terpenting dalam

metode penelitian. Statistik digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan.2

Penelitian yang bersifat kuantitatif membutuhkan statistik sebagai alat bantu dalam

analisis data. Statistik berfungsi sebagai alat pembukti hipotesis baik pada penelitian

yang bersifat asosiasi (hubungan) maupun perbedaan. Fenomena statistik dalam

penelitian sosial didominasi dengan sifat asosiasi (hubungan) dan diikuti dengan

perbedaan (komparasi), meskipun tak jarang selalu diawali dengan deskriptif.

Dalam statistik, segala bentuk fenomena yang akan dianalisis diangkakan

terlebih dahulu (diwakili oleh angka, baik yang bernilai mutlak atau tidak), sehingga

penelitian yang menggunakan statistik membutuhkan skala pengukuran Statistik

diklasifikasikan menjadi dua bidang3 yaitu (Douglas et al, 2003; Wijaya, 2012):

1 Tony Wijaya, 2009, Analisis Data Penelitian, Yogyakarta: Cahaya Atma), hal. 23. 2 Ken Black, 2013, Business Statistics (John Willey & Sons), hal. 17. 3 Tony Wijaya, 2012, Cepat Menguasai SPSS (Yogyakarta: Cahaya Atma), hal. 36.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

4

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam

bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Deskriptif sifatnya

menggambarkan atau mendeskripsikan suatu kondisi. Statistik deskriptif berfungsi

memelajari tata cara pengumpulan, pencatatan, penyusunan, dan penyajian data

penelitian dalam bentuk tabel frekuensi atau grafik, dan selanjutnya dilakukan

pengukuran nilai-nilai statistiknya seperti mean/rerata.

2. Statistik Induktif atau Statistik Inferensial

Ilmu pengetahuan statistik yang bertugas memelajari tata cara penarikan

kesimpulan mengenai keseluruhan populasi berdasarkan data hasil penelitian pada

sampel (bagian dari populasi). Berdasarkan asumsi yang mendasarinya, statistik

induktif dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Statistik Parametrik. Pendugaan dan uji hipotesis dari parameter populasi

didasarkan anggapan bahwa skor-skor yang dianalisis telah ditarik dari suatu

populasi dengan distribusi tertentu. Skala pengukuran yang digunakan adalah

skala interval ataupun ratio, serta harus berdistribusi normal.

b. Statistik Nonparametrik. Pendugaan dan uji hipotesis dari parameter populasi

didasarkan anggapan bahwa skor-skor yang dianalisis telah ditarik dari suatu

populasi dengan bebas sebaran (tidak mengikuti distribusi tertentu). Skala

pengukuran yang digunakan adalah nominal dan ordinal, serta tidak harus

berdistribusi normal.

Program Statistik SPSS

Statistik memproses angka dan menghasilkan output yang juga berupa angka.

INPUT PROSES OUTPUT

(Angka) Kalkulasi (Angka)

SPSS merupakan salah satu prohram yang mulai dikembangkan pada tahun

1960 sebagai salah satu perangkat lunak untuk alat bantu penghitungan secara

statistik oleh Norman H. Nie, C. Hadlay serta Date Bent dari Stanford University.

Kemudian, pada tahun 1984 dikenalkan SPSS/PC+ untuk Personal Computer (PC).

Versi window baru di-release pada tahun 1992 sampai sekarang. SPSS mengalami

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

5

perkembangan dari versi 6.0 hingga versi terbaru sampai saat ini SPSS versi 24.0

yang baru beredar di Indonesia milik IBM, dan kemungkinan akan terus berkembang

dalam versi-versi berikutnya. Pada dasarnya pengoperasian SPSS memiliki kesamaan

dalam berbagai versi, perbedaan hanya pada fasilitas tambahan yang ditawarkan.

Banyak program statistik yang ditawarkan baik secara gratis (free) ataupun harus

membayar yang berlisensi. SPSS dirancang secara user friendly sehingga mudah

digunakan dibandingkan software-software lainnya yang kebanyakan menggunakan

bahasa program. Layar kerja SPSS untuk memasukkan data dan layar kerja untuk

mendefinisikan variabel.

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

Kerangka Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil analisis situasi dan kajian pustaka serta rapat dosen STAI

Attanwir, dapat disimpulkan bahwa para Dosen di STAI Attanwir mengalami

permasalahan dalam menggunakan statistik beserta program statistik. Permasalahan

tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, satu diantaranya yang sangat penting

adalah belum mengenal secara tepat metode statistik dan program-program statitsik

dalam analisis data. Dengan demikian, dapat dirumuskan permasalahan secara lebih

operasional sebagai berikut.

1. Bagaimana meningkatkan kemampuan dosen memahami alat statistik secara

tepat? Pemahaman yang dimaksud meliputi:

a. pemahaman mengidentifikasi, dan memilih alat statistik yang tepat.

b. pemahaman fungsi-fungsi alat statistik

2. Bagaimana meningkatkan kemampuan dosen menggunakan atau

menjalankan program statistik tersebut?

Realisasi Pemecahan Masalah

Permasalahan yang diangkat dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat di

STAI Attanwir adalah memberikan pemahaman penggunaan metode statistik dan

mampu menggunakan program statistik dalam menganalisis data. Oleh karena itu,

diusulkan kerangka pemecahan masalah secara operasional sebagai berikut:

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

6

Kerangka pemecahan masalah dengan menerapkan langkah kerja dalam

pengabdian masyarakat sebagai berikut:

1. Menetapkan jumlah peserta pelatihan yaitu Dosen STAI Attanwir sejumlah 30

Dosen

2. Semua peserta dikumpulkan di suatu tempat/ruangan yang memadai untuk

penyelenggaraan pelatihan, yang akan dilaksanakan pelatihan (tatap muka)

minimal selama 8 jam (1 hari)

3. Memberikan materi pelatihan yang meliputi :

a. Materi 1 : pemahaman metode statistik meliputi deskriptif, asosiatif,

komparatif dan multivariat

b. Materi 2 : pemahaman dalam :

1) Menjalankan program statistik.

2) Membaca output program

3) Menganalisis data menggunakan program statistik.

Kerangka pikir untuk pemecahan masalah dapat dipaparkan dalam bentuk

matriks berikut:

Masalah Upaya Pemecahan Masalah

Bagaimana meningkatkan kemampuan

dosen memahami alat statistik secara

tepat? Pemahaman meliputi :

a.pemahaman mengidentifikasi dan

memilih alat statistik yang tepat

b.pemahaman fungsi-fungsi alat

statistik

Dilakukan perkuliahan teori statistik di

isi ceramah, tanya jawab dan contoh

kasus

Bagaimana meningkatkan kemampuan

dosen menggunakan atau menjalankan

program statistik tersebut

Dilakukan pelatihan menggunakan

program statistik di isi ceramah,tanya

jawb dan contoh kasus

Khalayak Sasaran

Sasaran pelatihan adalah para Dosen di STAI Attanwir khususnya yang

tergabung dalam berbagai prodi ekonomi syariah, bimbingan konseling

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

7

islam,pendidikan bahasa arab dan pendidikan madrasah ibtidaiyah yang mempunyai

kemauan dan kemampuan untuk dilatih menggunakan alat statistik. Pemilihan dan

penetapan sasaran pelatihan ini mempunyai pertimbangan rasional-strategis dalam

kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian dosen STAI

Attanwir di masa mendatang.

Kegiatan pelatihan ini merupakan bentuk pembinaan kemampuan dosen

untuk menganalisis dengan bantuan program statistik. Dilihat dari profesinya, dosen

memiliki potensi, pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan penelitian karena

sebagai agen dalam knowledge transfer.

METODE YANG DIGUNAKAN (TAHAPAN KEGIATAN)

Metode kegiatan ini berupa pelatihan kepada para dosen di STAI Attanwir.

Dosen dibimbing untuk menerapkan hasil pelatihan dalam rangka meningkatkan

kemampuan dosen dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah tahapan pelatihan

yang dilakukan:

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan yang dilakukan meliputi :

a. Survey

b. Pemantapan dan penentuan lokasi dan sasaran

c. Penyusunan bahan/materi pelatihan, yang meliputi: makalah dan

modul untuk kegiatan pelatihan

2. Tahap Pelaksanaan Pelatihan

Tahap pelaksanaan pelatihan dilakukan persiapan. Dalam tahap ini dilakukan

pertama, penjelasan tentang teori statistik, sesi pelatihan ini menitik beratkan

pada pemberian penjelasan statistik dan penggunaannya yang tepat sesuai

permasalahan; kedua, sesi pelatihan yang menitik beratkan pada kemampuan

aplikasi program statistik.

3. Metode Pelatihan

Untuk melaksanakan kegiatan tersebut digunakan beberapa metode pelatihan,

yaitu:

a. Metode Ceramah

Metode ceramah dipilih untuk memberikan penjelasan tentang statistik.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

8

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab penting bagi para peserta pelatihan, baik di saat

menerima penjelasan tentang teori serta saat mempraktekkannya,

c. Metode Simulasi

Metode simulasi ini sangat penting diberikan kepada para peserta

pelatihan untuk memberikan kesempatan mempraktekan materi pelatihan

yang diperoleh.

RANCANGAN EVALUASI

Evaluasi kegiatan dilakukan selama proses dan akhir pelatihan, pada aspek

pencapaian tujuan pelatihan dan juga penyelenggaraan pelatihan. Evaluasi proses dan

hasil (pencapaian tujuan pelatihan) dilakukan dengan angket tanya jawab, dan

observasi. Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan pelatihan penggunaan program

statistik ada 2 metode yang ditempuh, yaitu: (1) Evaluasi selama proses pelatihan,

dan (2) evaluasi pasca pelatihan.

1. Evaluasi selama proses pelatihan

Evaluasi saat pelaksanaan pelatihan meliputi, keterlibatan dan

kemampuan peserta setiap tahap pelatihan. Pada Tahap akhir, peserta

diharapkan dapat melakukan kegiatan pengolahan data yaitu :

(1) mengidentifikasi, dan memilih alat statistik yang sesuai dengan

permasalahan penelitian, (2) membaca output statistik, (3) mampu

melakukan interpretasi dan pengambilan kesimpulan awal dari

hasil/output statistik.

Indikator keberhasilan pelatihan ini adalah apabila:

a. Lebih dari 90% peserta/dosen memahami kegiatan pelaksanaan pelatihan

b. Lebih dari 75% peserta/dosen mampu mempratekkan

c. Lebih dari 50% peserta/dosen bersedia mensosialisasikan kemampuan

mengolah data dengan program statistik

2. Evaluasi Pasca Pelatihan

Keberhasilan kegiatan pengabdian masyarakat ini akan dievaluasi

berdasarkan taraf penyelesaian materi pelatihan, dan Tim Pengabdian akan

melakukan evaluasi dengan mengamati dan memeriksa hasil pengolahan data

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

9

yang dibuat guru saat pelatihan. Instrumen kriteria penilaian tingkat

kebermanfaatan kegiatan pelatihan ini diungkap dengan instrumen yang telah

disiapkan seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Instrumen Evaluasi Respon Peserta Terhadap Kegiatan Pelatihan.

Short Course : Pelatihan Pengolahan Data Dengan Sofware Spss 24.0 Untuk

Dosen Stai Attanwir Bojonegoro

Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut

dengan memberi tanda silang (X) pada

kolom jawaban dengan keadaan

sebenarnya

Jawaban Keterangan

0 = Tidak bermanfaat

1 = kurang

bermanfaat

2 = bermanfaat

3 = sangat bermanfaat

0 1 2 3

Tingkat pelaksanaan pelatihan kegiatan untuk memahami………….

1.Pengetahuan tentang statistic

2.Memahami mengidentifikasi,dan

memilih alat statistic

3.Memahami manfaat statistik dalam

analisis data

Tingkat pelaksanaan pelatihan kegiatan untuk mempraktekkan

kemampuan……

4.Kemampuan menjalankan program

statistic

5.Kemampuan menganalisis data dengan

program statistik

6.Kemampuan membaca output

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

10

RENCANA JADWAL KERJA

Pelaksanaan kegiatan pelatihan ini membutuhkan alokasi waktu selama lima

bulan, dimulai sejak penandatangan kontrak kerja. Berbagai kegiatan operasional dan

terperinci sebagaimana pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Rencana dan Jadwal Kerja

No

.

Kegiatan Bulan

1-3 4 5

1. Survey awal pemantapan program X

2. Pendaftaran peserta X

3. Seminar rencana kegiatan X

4. Pemantapan makalah / modul pelatihan program statistic X

5. Pelaksanaan pelatihan:

Sesi I :

Penjelasan

a) Pengenalan statistik deskriptif

b) Pengenalan statistik asosiatif

c) Pengenalan statistik komparatif

d) Pengenalan statistik multivariate

X

6. Sesi 2

Pelaksanaan pelatihan program statistik:

a) Pengenalan program SPSS 24.0

b) Tutorial statistic deskriptif

c) Tutorial statistic asosiatif

d) Tutorial statistic komparatif

e) Tutorial statistic multivariate

X

7. Pembuatan laporan X

8. Seminar hasil kegiatan X

9. Revisi laporan X

10. Penggandaan laporan X

11. Pengiriman laporan X

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

11

HASIL YANG DICAPAI

Keterampilan

Kegiatan PPM pelatihan statistik dan program statistik bagi dosen di STAI

Attanwir dilaksanakan dengan metode tatap muka dan praktik aplikasi program

SPSS berjalan lancar dan baik. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan tanggal 15

Oktober 2017. Pertemuan tatap muka diberikan dengan cara ceramah konsep-konsep

dasar statistika untuk keperluan penelitian, disertai contoh-contoh penelitian

kuantitatif. Kegiatan dilanjutkan dengan praktik pengenalan program statistik SPSS,

praktik pengujian instrumen, praktik analisis deskriptif, asosiatif dan komparatif.

Pelaksanaan kegiatan dilakukan di gedung kuliah dan praktik di labolatorium jurusan

Ekonomi Syariah.

Pelaksanaan kegiatan PPM ini dilakukan oleh empat (empat) orang tim

pengabdi dengan pokok bahasan yang disampaikan mengenai:

1. Pengenalan statistik deskriptif.

2. Pengenalan statistik asosiatif.

3. Pengenalan statistik komparatif

4. Pengenalan statistik multivariat.

5. Pengenalan program SPSS.

6. Tutorial statistik deskriptif.

7. Tutorial statistik asosiatif.

8. Tutorial statistik komparatif.

9. Tutorial statistik multivariate

Kegiatan dilaksanakan secara bertahap dari pemaparan konsep-konsep yang

dilanjutkan praktik dari konsep yang diberikan. Peserta mengikuti kegiatan dengan

antusias hal ini ditunjukkan dengan pertanyaan-pertanyaan dan tanggapan mengenai

materi yang diberikan. Secara umum pertanyaan peserta sebagai berikut:

1. Metode-metode statistika yang sesuai dengan renacana penelitian peserta

2. Konsep dasar terkait penggunaan statistik deskriptif, komparatif dan

asosiatif

3. Langkah-langkah analisis data

4. Cara menjalankan program SPSS

5. Interpretasi output SPSS

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

12

Pelatihan program statistik bagi dosen-dosen di STAI Attanwir dalam

program pengabdian masyarakat yang sudah terlaksana ini diharapkan dapat

memberikan pemahaman dan juga kemampuan para dosen menggunakan program

statistik yang akan berdampak pada peningkatan produktivitas penelitian di STAI

Attanwir. Manfaat kegiatan secara langsung bagi dosen di STAI Attanwir yaitu

dosen terbiasa menganalisis data dalam menunjang penelitian dan secara tidak

langsung bagi perguruan tinggi dengan kemampuan dosen menganalisis data dibantu

program statistik bermanfaat bagi perguruan tinggi dalam meningkatkan mutu

pendidikan dalam proses belajar mengajar serta profesionalisme dosen.

Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Hasil kegiatan PPM pelatihan statistik dan program statistik bagi dosen-dosen

di STAI Attanwir meliputi beberapa komponen sebagai berikut ini:

1. Ketercapaian tujuan kegatan PPM

2. Ketercapaian materi yang diberikan

3. Kemampuan peserta dalam penguasaan materi

4. Antusias peserta dalam melanjutkan pelatihan di lain hari

Ketercapaian tujuan kegiatan PPM sudah baik, hal ini dapat diihat dari

pemahaman peserta mengenai kesesuaian alat statistik dengan permasalahan

penelitian, dan kemampuan peserta menganalisis data dilihat hasil latihan yang

diberikan oleh pelaksana kegiatan. Ketercapaian materi yang diberikan cukup baik

dilihat dari hasil lembar evaluasi pembelajaran, sebagian besar peserta sudah

menguasai materi dengan baik, hal ini juga didukung observasi dari pelaksana di

kelas dan labolatorium. Kemampuan peserta dalam penguasaan materi sudah baik

yang ditunjukkan kemampuan dari peserta dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan oleh pelaksana dengan baik. Peserta juga mampu menjawab dengan baik

setiap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pelaksana kegiatan. Secara

keseluruhan peserta puas dengan kegiatan PPM yang sudah dilaksanakan, peserta

merasa terbantu dengan adanya kegiatan ini karena peserta membutuhkan kegiatan

ini sebagai bagian kompetensi dalam melakukan penelitian.

Sebagian peserta antusias untuk mengikuti kegiatan dengan memberikan

saran melanjutkan kegiatan di lain hari dengan waktu pelatihan yang lebih lama,

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

13

serta kelanjutan program pelatihan untuk konsep statistik lanjutan dan program

statistik multivariat seperti penggunaaan SEM (Structural Equation Modelling)

menggunakan AMOS dan LISREL.

PENUTUP

Program PPM pelatihan statistik dan program statistik bagi dosen di STAI

Attanwir terlaksana dengan baik dan lancar sesuai rencana, dan sebagian besar

peserta mampu menerima materi dengan baik. Peserta antusias dengan kegiatan yang

ditunjukkan dengan keaktifan peserta dalam proses kegiatan.

Berdasarkan evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan dapat diberikan

saran sebagai berikut:

1. Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan materi lanjutan sesuai antusias

dari peserta dengan konsekuensi penambahan waktu pelaksanaan dan

biaya yang mengikuti kegiatan.

2. Perlunya kegiatan lanjutan yang tidak terbatas hanya pada analisis data

namun pendampingan penyusunan artikel penelitian untuk publikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Douglas A. Lind, William G. Marchal, Samuel A. Wathen, 2003, Basic Statistics for

Business and Economics, McGraw Hill.

Ken Black, 2013, Business Statistics, John Willey & Sons.

Wijaya, Tony, 2009, Analisis Data Penelitian, Yogyakarta: Cahaya Atma.

Wijaya, Tony, 2012, Cepat Menguasai SPSS, Yogyakarta: Cahaya Atma.

Juknis Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 20 Tahun

2017 tentang tunjangan profesi dosen dan tunjangan kehormatan professor

:publikasi penelitian.

SK MENPAN No.17/MENPAN/2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka

Kreditnya.

UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015

tentang standar nasional pendidikan tinggi.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

14

PELATIHAN PEMANFAATAN SAMPAH UNTUK

PEMBUATAN TAS DAN DOMPET DAUR ULANG

DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA KELAS XI

DI MAI ATTANWIR TALUN SUMBERREJO BOJONEGORO

Eryul Mufidah

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Pelatihan dalam kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan

pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka

kreasi daur ulang, dan (2) memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah

anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang. Khalayak sasaran kegiatan adalah siswa

kelas XI di MAI Attanwir sebanyak 50 orang. Metode kegiatan pelatihan ini

menggunakan metode ceramah dan demonstrasi. Langkah-langkah kegiatan

pelatihan adalah ceramah untuk menjelaskan kajian sampah, jenis sampah, dan

sumber sampah, pengelolaan sampah dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta

pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang, dilanjutkan tanya

jawab, demonstrasi pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang,

latihan membuat aneka kreasi daur ulang. Faktor pendukung kegiatan pengabdian

adalah adanya dukungan dari Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru MAI Attanwir,

dan antusiasme peserta pengabdian, sedangkan faktor penghambat kegiatan adalah

keterbatasan waktu pelaksanaan pengabdian.

Kata Kunci: Pelatihan Pemanfaatan Sampah, Daur Ulang (Recycle), Keterampilan

ABSTRACT

The training in this devotion activity aims to: (1) increase public knowledge about

inorganic waste management into various recycling creations, and (2) empower the

community in the management of inorganic waste into various recycling creations.

The target audience of the activity is students class XI in Attanwir Senior High

School as many as 50 people. This training activity method uses lecture and

demonstration methods. The steps of the training activities are lectures to explain the

study of waste, types of waste, and sources of waste, waste management and 3R

(reduce, reuse, recycle), as well as inorganic waste management into various

recycling creations, followed by question and answer, demonstration of inorganic

waste management into various recycling creations, exercises make various

recycling creations. Supporting factors of devotion activities are the support of the

Headmaster, Teachers of Attanwir Senior High School, and the enthusiasm of the

devotion participants, while the inhibiting factor of activities is the limited time to

carry out the service.

Keywords: Training on Waste Utilization, Recycle, Skills

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

15

LATAR BELAKANG

Dewasa ini, topik masalah tentang lingkungan hidup semakin meningkat

seiring dengan peningkata kegiatan manusia. Penyebab utamanya dikarenakan

adanya faktor seperti perubahan fungsi dan tatanan lingkungan, penurunan daya

dukung dan mutu lingkungan, dan pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh

adanya sampah. Sampah merupakan bentuk permasalahan lingkungan yang

memerlukan perhatian serius dan tidak seharusnya dipandang sebelah mata. Sampah

merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas

manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.

Sampah yang dibuang ke lingkungan dapat menjadi beban bagi lingkungan.

Terdapat dua jenis sampah, yaitu sampah organik/basah dan sampah

anorganik/kering. Seiring meningkatnya jumlah penduduk, wajar saja jika volume

sampah di lingkungan turut bertambah. Keberadaan sampah dapat bersumber dari

rumah tangga, kegiatan pertanian, kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung,

daerah perdagangan, maupun lembaga pendidikan. Sedangkan, sampah rumah

tangga merupakan salah satu sumber sampah yang cukup besar peranannya dalam

pencemaran lingkungan. Adanya sampah rumah tangga dapat menimbulkan

pencemaran tanah dan air, menimbulkan bau tidak sedap, menjadi sarang binatang

yang merupakan sumber penyakit, serta mengganggu keindahan, namun demikian

keberadaan sampah dapat diminimalisir kapasitasnya.

Salah satu tindakan solutif sebagai upaya sederhana untuk dapat

meminimalkan sampah rumah tangga adalah melakukan pemilahan antara sampah

organik dan sampah anorganik. Sampah organik dapat dijadikan kompos, sedangkan

sampah anorganik dapat dijadikan aneka kreasi (hasta karya) daur ulang. Peran

remaja usia sekolah menengah atas, baik putri maupun putra dapat digerakan dalam

memberikan peningkatan efisiensi pengelolaan sampah, sekaligus sebagai upaya

untuk meningkatkan daya kreativitas mereka. Oleh karena itu, kegiatan pelatihan ini

melibatkan para siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Attanwir Bojonegoro

merupakan bagian dari masyarakat yang menghasilkan sampah rumah tangga setiap

hari. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk

sampah organik, misalnya sampah dari dapur berupa sisa tepung, sayuran, kulit

buah, dan daun. Selain itu sampah rumah tangga juga berupa bahan anorganik,

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

16

misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Adanya

kepedulian dari generasi muda untuk meminimalkan sampah rumah tangga tentunya

sangat membantu meminimalkan timbunan sampah keseluruhan yang masuk di

lingkungan. Upaya meminimalkan sampah dapat dilakukan dengan 3R, meliputi

reduce (mengurangi), reuse (pakai ulang), dan recycle (daur ulang). Upaya tersebut

dilandasi pemikiran bahwa setiap orang berhak atas lingkungan yang layak dan

nyaman, sehingga setiap orang wajib menjaga kenyamanan lingkungan, tanpa

kecuali. Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan

”Pelatihan Pemanfaatan Sampah Untuk Pembuatan Tas Dan Dompet Daur Ulang

Dalam Peningkatan Keterampilan Siswa Kelas Xi Di Mai Attanwir Desa Talu

Kecamatan Sumberrejo Bojonegoro”.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Sampah

Sampah menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008

adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.

Sampah adalah suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus

dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.4 Sampah adalah suatu bahan yang

terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang

belum memiliki nilai ekonomis.5

Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008, mengklasifikasikan

jenis sampah yang dikelola menjadi 3 (tiga), yaitu:

a. Sampah rumah tangga

Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari- hari

dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.

b. Sampah sejenis sampah rumah tangga

Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari

kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas

umum, dan/atau fasilitas lainnya.

4 Karden Edy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2007),

hal. 11. 5 Damanhuri, E., dkk. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. Edisi Semester I 2004/2005 (Bandung:

ITB, 2004), hal. 7.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

17

c. Sampah spesifik

Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau

volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Sampah spesifik, meliputi:

1) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun,

2) Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun,

3) Sampah yang timbul akibat bencana,

4) Puing bongkaran bangunan,

5) Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah,

6) Sampah yang timbul secara tidak periodik.

Sumber Sampah

Beberapa sumber sampah yang beragama menurut Gilbert, dkk. (1996) antara

lain.6

a. Permukiman penduduk

Pada permukiman penduduk, sampah dihasilkan oleh beberapa keluarga yang

tinggal di suatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya

cenderung sampah organik, seperti sisa makanan atau jenis sampah lainnya yang

dapat bersifat basah, kering, abu plastik, dan lainnya. Sampah dari permukiman

penduduk disebut juga sampah rumah tangga.

b. Tempat umum dan perdagangan

Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan

melakukan kegiatan. Tempat tersebut mempunyai potensi cukup besar dalam

memproduksi sampah, termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar.

Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sampah kering,

abu, plastik, kertas, kaleng, dan jenis sampah lainnya.

c. Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah

Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah, misalnya tempat hiburan umum,

pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya

yang menghasilkan sampah kering dan sampah basah.

d. Industri

Dalam pengertian ini termasuk pabrik-pabrik atau perusahaan dalam melakukan

6 Damanhuri, E., dkk. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. , hal 24.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

18

kegiatan industri yang menghasilkan sampah, baik yang termasuk distribusi

ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari industri biasanya

berupa sampah basah, sampah kering, abu, dan sisa bahan bangunan

e. Pertanian

Sampah dihasilkan dari daerah pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang,

ladang atau sawah yang berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi

serangga tanaman.

Pengelolaan Sampah dan 3R

Beberapa teknik yang digunakan dalam pengelolaan sampah, baik organik

maupun non organik sebagai berikut. 7

a. Sampah diolah menjadi kompos

Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan menimbun

sampah tersebut di tanah dalam jangka waktu tertentu hingga membusuk.

b. Sampah digunakan sebagai makanan ternak

Sampah berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak

dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikembangbiakkan.

Umumnya sampah dari sayur dan buah dijumpai di pasar-pasar tradisional dan

berserakan di mana-mana.

c. Metode landfill

Metode ini paling mudah karena hanya membuang dan menumpuk sampah di

tanah yang rendah pada area terbuka. Metode ini mengganggu estetika lingkungan.

d. Metode sanitary landfill

Metode ini mirip metode landfill, namun sampah yang ada ditutup dan diuruk

dengan tanah. Metode ini biasanya menggunakan alat-alat berat berharga mahal

seperti backhoe/eskavator dan buldozer.

e. Metode pulverisation

Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah

dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.

f. Metode incineration/incinerator

Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana

7 Ibid. Hal.62-64.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

19

maupun modern secara masal. Teknologi memungkinkan hasil energi pembakaran

diubah menjadi energi listrik.

Reduce (mengurangi), Reuse (pakai ulang), Recycle (daur ulang) (3R) adalah

prinsip utama mengelola sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang

mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir.8

Tindakan yang dapat dilakukan pada setiap sumber sampah melalui 3R adalah.

a. Reduce (mengurangi), melalui tindakan:

1) Menghindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah

dalam jumlah besar.

2) Menggunakan produk yang dapat diisi ulang, misalnya penggunaan cairan

pencuci dengan wadah isi ulang.

3) Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai, misalnya penggunaan tisu yang

diganti dengan sapu tangan atau serbet.

b. Reuse (pakai ulang), melalui tindakan:

1) Menggunakan kembali wadah untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya,

misalnya penggunaan kaleng dan botol bekas.

2) Menggunakan wadah yang dapat digunakan berulang-ulang, misalnya saat

belanja membiasakan membawa tas belanja sendiri sehingga tidak memerlukan

tas plastik lagi.

c. Recycle (daur ulang), melalui tindakan:

1) Memilih produk yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.

2) Menggunakan sampah organik untuk dijadikan kompos dengan berbagai cara

yang ada.

3) Menggunakan sampah anorganik untuk dijadikan aneka kreasi barang yang

bermanfaat.

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

Adapun garis besar hasil pelaksanaan kegiatan pelatihan adalah:

a. Kegiatan pengabdian dihadiri oleh 50 orang peserta (semua peserta yang

diundang hadir) dan peserta menunjukkan antusiasme cukup besar terhadap

8 ESP-USAID. Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. (Jakarta: Environmental

Services Program, 2010).

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

20

program pengabdian.

b. Materi pelatihan dapat semuanya disampaikan oleh tim, meskipun tidak

disampaikan secara detil.

c. Kemampuan peserta pelatihan dalam penguasaan materi pengelolaan sampah

anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang cukup baik.

d. Program pengabdian berhasil memberdayakan siswa remaja putri dan putra di

lokasi pengabdian untuk mengolah sampah anorganik menjadi aneka kreasi

daur ulang (tas dan dompet) dengan bantuan alat berupa pisau, gunting, tang,

dan aksesoris tambahan lainnya.

Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan program pengabdian di MA Attanwir Sumberrejo Bojonegoto

berjalan dengan baik. Program pengabdian berupa pelatihan pengelolaan sampah

anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang perlu terus diupayakan mengingat

produksi sampah rumah tangga semakin banyak dan didukung rendahnya kesadaran

3R, yaitu reuse (memakai kembali barang bekas yang masih bisa dipakai), reduce

(berusaha mengurangi sampah), dan recycle (mendaur ulang sampah agar dapat

dimanfaatkan). Hal ini menjadi pertimbangan bagi tim pemberi materi pelatihan

untuk mencari cara yang tepat dalam mengelola sampah anorganik sehingga tidak

mencemari lingkungan, tetapi justru mampu memberikan keuntungan bagi

masyarakat, yaitu dengan menjadikan sampah anorganik (botol plastik bekas)

menjadi berbagai kreasi yang mempunyai nilai ekonomis, seperti dompet dan tas.

Pada tahap awal program pengabdian, peserta pelatihan diberikan

pengetahuan tentang sampah, jenis sampah, dan sumber sampah, pengelolaan

sampah dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta pengelolaan sampah anorganik

menjadi aneka kreasi daur ulang. Dalam tahap ini peserta pelatihan diubah pola

pikirnya terhadap sampah, “jika dulunya barang bekas langsung kita buang dan

menjadi tumpukan sampah”, maka pola pikir ini harus kita ubah menjadi ”sampah

dapat kita olah menjadi sesuatu benda yang berguna”. Dengan menerapkan prinsip

recycle, barang-barang bekas atau sampah dapat diolah kembali menjadi suatu

bentuk yang memiliki daya guna seiring dengan kreatifitas yang dimiliki. Dengan

kreatifitas yang dimiliki, botol plastik bekas warna-warni dapat dijadikan berbagai

bentuk yang cantik sehingga terlihat artistik dan seperti tidak terbuat dari bahan

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

21

botol plastik bekas. Dalam berkreasi dengan botol plastik bekas, terlebih dahulu

botol kita bersihkan, selanjutnya botol dipotong dengan menggunakan

tang/pisau/gunting untuk dibuat berbagai kreasi, seperti dompet, tas, maupun hiasan

tas.

Hasil kegiatan pelatihan secara garis besar dapat dilihat berdasarkan

beberapa komponen berikut:

1. Keberhasilan target jumlah peserta pelatihan

Keberhasilan target jumlah peserta pelatihan dapat dikatakan sangat baik. Target

jumlah peserta pelatihan sebanyak 50 orang dan dalam pelaksanaan pengabdian

dapat hadir sebanyak 50 orang (100%). Hal ini didukung peran siswa MA

Attanwir mulai dari persiapan, penyebaran undangan, penyediaan tempat dan

peralatannya.

2. Ketercapaian tujuan pelatihan

Ketercapaian tujuan pelatihan dapat dikatakan baik (80%). Kegiatan pengabdian

ini berhasil memberdayakan siswa MA Attanwir atau remaja putra-putri di

lokasi pengabdian dengan mengolah botol plastik bekas menjadi dompet, tas,

maupun hiasan tas.

3. Ketercapaian target materi yang telah direncanakan

Ketercapaian target materi yang telah direncanakan dapat dikatakan baik (80%).

Semua materi pelatihan dapat disampaikan secara keseluruhan meskipun tidak

secara detil karena keterbatasan waktu. Materi pelatihan yang telah disampaikan

adalah kajian sampah, jenis sampah, dan sumber sampah, pengelolaan sampah

dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta pengelolaan sampah anorganik menjadi

aneka kreasi daur ulang.

4. Kemampuan peserta dalam penguasaan materi

Kemampuan peserta dalam penguasaan materi dapat dikatakan baik (80%). Hal

ini didukung penggunaan metode ceramah dan demonstrasi untuk meningkatkan

kemampuan peserta pelatihan dalam menyerap materi nara sumber.

Secara keseluruhan kegiatan pelatihan pengelolaan sampah anorganik

menjadi aneka kreasi daur ulang dinilai berhasil. Keberhasilan ini selain diukur dari

keempat komponen di atas, juga dapat dilihat dari kepuasan peserta setelah

mengikuti kegiatan pelatihan. Manfaat yang dapat diperoleh para peserta pelatihan

adalah memahami pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

22

sehingga dapat turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya.

PENUTUP

Berdasarkan uraian dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan:

1. Pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang di

lokasi pengabdian dapat meningkatkan pengetahuan siswa MA Attanwir atau

remaja putra-putri tentang pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi

daur ulang serta memberdayakan mereka dalam pengelolaan sampah anorganik

(botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi daur ulang.

2. Peningkatan pengetahuan bagi peserta pelatihan tentang pengelolaan sampah

anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang dilakukan dengan metode ceramah

dan demonstrasi.

Saran untuk kegiatan pengabdian yaitu:

1. Kegiatan pengabdian ini diharapkan ke depan dapat sampai membuka akses

pasar bagi hasil produksi (aneka kreasi daur ulang).

2. Program pengabdian ini diharapkan dapat dilanjutkan pada tahun-tahun

berikutnya di lokasi lain untuk menunjang kelestarian lingkungan, disamping

dapat membantu meningkatkan pendapatan keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Damanhuri, E., dkk. 2004. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. Edisi Semester I

2004/2005. Bandung: ITB.

ESP-USAID. 2010. Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.

Jakarta: Environmental Services Program.

Manik, Karden Edy Sontang. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:

Penerbit Djambatan.

Prastiwi, Kharisma Widia dan Yuyun Widihastuti. 2010. Recycle Bottle: Ragam

Kreasi Limbah Botol Plastik. Surabaya: Tiara Aksa.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sampah.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

23

PELATIHAN KETERAMPILAN SENI DAUR ULANG SAMPAH KANTONG

PLASTIK UNTUK MENCIPTAKAN PELUANG USAHA BAGI IBU-IBU

RUMAH TANGGA DESA PLESUNGAN KECAMATAN KAPAS

BOJONEGORO

M. Ali Nur Huda

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Permasalahan lingkungan kini telah menjadi isu global, salah satunya adalah

penggunaan plastik secara berlerbihan. Penggunaan plastik dalam kehidupan modern

terlihat sangat pesat sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan manusia pada

plastik semakin tinggi. Hal tersebut mengakibatkan jumlah sampah plastik semakin

bertambah banyak. Berbagai upaya untuk mengurangi penggunaan plastik sudah

dilakukan, yakni dengan menggunakan metode 3R atau Recycle, Reuse, dan Reduce.

Namun faktanya pengetahuan masyarakat terhadap upaya mengurangi penggunaan

plastik masih kurang. Upaya untuk memahamkan ibu-ibu rumah tangga sebagai

pengguna mayoritas kantong plastik akan bahaya plastik merupakan salah satu solusi

mengurangi penggunaan plastik. Maka dari itu perlu dilakukan pelatihan

pembuatan reusable bag sebagai seni daur ulang dan salah satu solusi terhadap

masalah tersebut. Peneliti melakukan pengabdian di Desa Plesungan Kecamatan

Kapas untuk melatih ibu-ibu rumah tangga membuat reusable bag. Data

dikumpulkan dengan menggunakan observasi, ceramah, tanya jawab, dan

demosntrasi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa adanya antusias ibu-ibu yang

baik dalam mengikuti program pengabdian dan menghasilkan produk yang bisa

digunakan untuk mengurangi penggunaan plastik.

Kata kunci: Lingkungan, Plastik, Pelatihan kewirausahaan

.

ABSTRACT

Environmental problems have now become global issues, one of which is the use of

plastic in excess. The use of plastics in modern life is seen to be very rapid, causing

a higher level of human dependence on plastics. This has resulted in increasing

amounts of plastic waste. Various efforts to reduce plastic use have been carried out,

namely by using the 3R or Recycle, Reuse, and Reduce methods. But the fact is that

public knowledge of efforts to reduce the use of plastic is still lacking. Efforts to

understand housewives as majority users of plastic bags for the dangers of plastic is

one solution to reduce the use of plastic. Therefore, it is necessary to do training in

making reusable bags as an art of recycling and one of the solutions to these

problems. Researchers carry out service in Plesungan Village, Kapas District to

train housewives to make reusable bags. Data is collected using observation,

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

24

lecture, question and answer, and demonstration. From the results of the study it

was found that there were enthusiastic students who were good at participating in

the service program and producing products that could be used to reduce the use of

plastic.

Keywords: Environment, Plastics, Entrepreneurship Training

LATAR BELAKANG

Permasalahan lingkungan telah menjadi isu global, setelah hampir semua

elemen masyarakat menyadari akan bahaya yang ditimbulkan dari kerusakan

lingkungan. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah pencemaran

lingkungan yang disebabkan oleh menumpuknya limbah yang dihasilkan oleh

manusia. Limbah adalah segala sesuatu yang sudah tidak terpakai lagi sebagai

barang produksi maupun konsumsi, yang jika langsung dibuang ke lingkungan tanpa

pengolahan terlebih dahulu dapat menjadi beban bagi lingkungan, salah satu limbah

yang setiap hari bertambah adalah plastik.

Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1907, penggunaan plastik dan

barang –barang berbahan dasar plastik semakin meningkat. Peningkatan penggunaan

plastik ini merupakan konsekuensi dari berkembangnya teknologi, industri dan juga

jumlah populasi penduduk. Indonesia merupakan negara dengan penggunaan plastik

terbesar di dunia, kebutuhan plastik terus meningkat hingga mengalami kenaikan

rata – rata 200 ton per tahun. Di tahun 2010, tercatat 2,4 juta ton pengguna plastik

dan pada tahun 2011, sudah meningkat menjadi 2,6 juta ton.

Akibat dari peningkatan penggunaan plastik ini adalah bertambah pula

sampah plastik. Berdasarkan asumsi setiap hari penduduk Indonesia menghasilkan

0,8 kg sampah per orang atau secara total sebaganyak 189 ribu ton/hari. Dari jumlah

tersebut 15% berupa sampah plastik atau sejumlah 28,4 ribu ton sampah plastik/hari

(Fahlevi, 2012). Sampah plastik berdampak negatif terhadap lingkungan karena

tidak dapat terurai dengan cepat dan dapat menurunkan kesuburan tanah. Sampah

plastik yang dibuang sembarangan juga dapat menyumbat saluran drainase, selokan

dan sungai sehingga menyebabkan banjir. Selain itu sampah plastik yang dibakar

bisa mengeluarkan zat – zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.9

Meningkatnya produksi sampah plastik setiap tahunnya butuh berbagai

9 Untoro Budi Surono, 2013, “Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar

Minyak”, Jurnal Teknik. 3 (1), hal. 32- 40.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

25

upaya dari semua pihak, salah satu kota yang berupaya untuk memberikan kebijakan

penggunaan plastik adalah Bojonegoro. Kebutuhan plastik di Bojonegoro dari hari

ke hari semakin bertambah dan kesadaran masyarakat pun akan bahaya plastik

semakin berkurang. Maka diperlukan kebijakan ataupun gagasan solutif untuk

mengurangi penggunaan plastik.

Kata “sikap peduli lingkungan” dalam kehidupan bermasyarakat lebih

kental diartikan sebagai reaksi peduli seseorang terhadap lingkungannya. Dengan

sikap peduli lingkungan maka akan tercipta lingkungan yang bersih dan asri.

Namun, gambaran sikap peduli lingkungan dewasa ini terasa semakin banyak

diabaikan (Tamara, 2016). Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk

melakukan ”Pelatihan Keterampilan Seni Daur Ulang Sampah Kantong Palstik

Untuk Menciptakan Peluang Usaha Bagi Ibu-Ibu Rumah Tangga Desa Plesungan

Kecamatan Kapas Bojonegoro”.

TINJAUAN PUSTAKA

Plastik

Secara sederhana sampah dalam rumah dapat dibagi menjadi 3 kategori,

yakni sampah beracun, seperti batere bekas, bola lampu bekas dan barang – barang

yang mengandung zat kimia. Kemudian sampah padat yang tidak dapat terurai,

seperti plastik botol, kaleng, dan sebagainya.10 Plastik diperkirakan membutuhkan

100 hingga 500 tahun dapat terdekomposisi terurai) dengan sempurna.

Sampah plastik dapat bertahan hingga bertahun-tahun sehingga menyebabkan

pencemaran terhadap lingkungan. Sampah plastik berbahaya jika dibakar karena

menghasilkan gas yang akan mencemari udara dan membahayakan pernafasan

manusia, dan jika sampah plastik ditimbun dalam tanah maka akan mencemari

tanah dan air.11 Manusia memang tidak mungkin bisa menghapuskan penggunaan

kantong plastik 100%, tetapi yang paling memungkinkan adalah memakai reusable

bag yang bisa dipakai berulang-ulang guna mengurangi penggunaan plastik.

10 Muhajirin, dkk, 2010, Pelatihan Pengolahan Limbah Kertas Menjadi Benda Seni Kerajinan bagi

Guru – Guru SD Jejeran Pleret Bantul, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 11 Nurhenu Karuniastuti, 2016, “Bahaya Plastik terhadap Kesehatan dan Lingkungan”, Forum

Tenologi, 3 (1), hal. 6-14.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

26

Perilaku Peduli Lingkungan

Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya

mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-

upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.12 (Al-Anwari, 2014).

Pendidikan lingkungan merupakan kebutuhan yang tidak terelakkan bila kita

ingin mewujudkan masyarakat madani seperti yang dicita-citakan. Kepedulian

lingkungan hidup juga dapat diartikan wujud sikap mental individu yang

direfleksikan dalam perilakunya, salah satunya direfleksikan di dunia Sekolah.

Namun, jarang sekali budaya dalam menerapkan dan mengajarkan diet plastik

kepada masyarakat pada umumnya untuk mengurangi penggunaan plastik.

Pemahaman masyarakat terhadap peminimalisiran penggunaan plastik untuk

menyadarkan segala aspek supaya tidak melakukan tindakan-tindakan yang

menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup, dan dengan penuh kesadaran

untuk menurangi/berhenti merusak lingkungan, kemudian berbalik melakukan

kegiatan – kegiatan yang dapat melestarikan lingkungan sehingga aman dan terjaga

kelestariannya, yakni dengan melakukan berbagai cara. Salah satunya adalah

memberikan pemahaman yang baik tentang lingkungan kepada setiap individu,

seperti penerangan, penyuluhan, bimbingan, dan pendidikan.

PELAKSANAAN PELATIHAN

Metode Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dalam bentuk suatu pelatihan selama

dua kali pertemuan dengan anggota sebanyak 23 ibu-ibu rumah tangga yang

dilaksanakan di Desa Plesungan Kecamatan Kapas. Pada pertemuan dilakukan

metode ceramah, demostrasi, dan pelatihan. Kegiatan yang dilakukan dalam

mencapai tujuan pengabdian adalah sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Mengurus perizinan untuk melaksanakan kegiatan pengabdian.

b. Menghubungi kepala desa Pelsungan Kecamatan Kapas Kabupaten

Bojonegoro untuk menetapkan jumlah peserta dan jadwal pelaksanaan

pengabdian.

12 Amirul Mu’minin Al-Anwari, 2014, “Strategi Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan di

Sekolah Adiwiyata Mandiri.” Ta’bid, 19 (2), hal. 227-251.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

27

2. Pelaksanaan

Kegiatan pengabdian pembuatan reusable bag dalam bentuk pelatihan

keterampilan melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab yang dilaksanakan

pada tanggal 30 Januari 2017 dan 9 Februari 2017.

3. Khalayak Sasaran

Sebagai perserta dari kegiatan pengabdian ini adalah ibu-ibu rumah tangga

yang tidak memiliki pekerjaan tetap di Kecamatan Plesungan Kabupaten Kapas.

Metode Pelatihan

1. Ceramah digunakan untuk menyampaikan pengetahuan kepada ibu-ibu rumah

tangga secara umum mengenai bahaya penggunaan plastik secara berlebihan dan

solusi untuk meminimalisir penggunaan plastik.

2. Demonstrasi digunakan untuk memberikan keterampilan langsung mengenai

proses pembuatan kreasi reusable bag yang berbahan baku kain perca serta

peralatan dan bahan lainnya yang diperlukan dalam pembuatan produk.

3. Tanya jawab digunakan untuk melengkapi hal-hal yang belum terakomodasi oleh

kedua metode diatas.

4. Pelatihan pembuatan kreasi produk reusable bag ditujukan kepada ibu-ibu

dengan melibatkan seluruh peserta pelatihan.

5. Evaluasi hasil kegiatan.

Langkah-langkah Pembuatan

Langkah-langkah dalam pembuatan reusable bag adalah:

1. Menyediakan alat dan bahan. Alat yakni berupa kain perca dengan berbagai

warna, jarum, benang, gunting, tali, dan alat tulis.

2. Membuat pola sesuai kreatifitas anak, contoh pola yang disediakan adalah bentuk

buah strowberi.

3. Menggunting kain sesuai dengan pola seperti gambar 3.

4. Menjahit pola.

5. Menyatukan jahitan pola dengan tas kain

6. Hasil akhir produk

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

28

PEMBAHASAN

Tahap pertama dalam kegiatan pembuatan produk adalah pengumpulan

bahan. Bahan utama yang digunakan adalah tas kain yang tidak terpakai dan kain

perca. Setelah melakukan survei ke sekolah, sebagian ibu-ibu memiliki tas yang

sudah tidak terpakai namun hanya sebagian yang memiliki kain perca. Bahan bahan

bekas tersebut kadang-kadang sering dibuang dan diabaikan, padahal barang

tersebut dapat dimanfaatkan kembali sebagai bentuk daur ulang yang bernilai

estetis.

Pada tahap kedua, ibu-ibu mendapatkan ceramah dari tim pengabdi tentang

bahaya penggunaan plastik secara berlebihan, misalnya penggunaan plastik

secara berlebihan dapat menimbulkan penumpukan sampah, plastik yang dibuang

sembarang di sungai dapat mengakibatkan tersumbatnya saluran air dan

mengakibatkan banjir, dan sebagainya. Setelah itu tim menjelaskan bahwa generasi

muda dapat ikut serta dalam mengurangi penggunaan plastik dengan memanfaatkan

barang-barang yang sudah tidak terpakai untuk membuat produk reusable bag.

Antusias ibu-ibu dalam kegiatan ini diawali dengan antusias mereka

medengarkan ceramah/materi yang diberikan oleh tim pengabdi, dimana ibu-ibu

lebih menyukai model ceramah dengan model dongeng dan tanya jawab. Setelah

tahap pemberian materi, ibu-ibu dibagi menjadi beberapa kelompok, dengan jumlah

ibu-ibu 23 dibagi menjadi lima kelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang

sudah ditentukan oleh pemateri. Setelah pembagian kelompok dua ibu-ibu dari

perwakilan tiap kelompok maju ke meja pemateri untuk memilih dua jenis kain

perca, satu tas kain, jarum jahit, benang, gunting, dan tali. Kemudian mereka

kembali ke tiap kelompok dan melakukan kegiatan pembuatan reusable bag. Untuk

peserta pelatihan pada umumnya masih membutuhkan bantuan dalam memola

bentuk wadah reusable bag. Namun dalam hal menjahit, memasang tali, dan

memodifikasi produk mereka sudah cukup paham dan bisa.

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan pengabdian ini diperoleh

beberapa hasil positif, diantaranya:

1. Para peserta menunjukkan perhatian yang tinggi terhadap ceramah yang

disampaikan oleh tim pengabdian.

2. Para peserta menunjukkan reaksi positif terhadap ketertarikan dalam membuat

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

29

reusable bag.

3. Para peserta mengikuti prosedur pembuatan produk dan melakukan kerja tim

dengan cukup baik.

Faktor Pendukung dan Penghambat

Dalam pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas dari faktor pendukung dan

faktor penghambat. Faktor pendukung tersebut diantaranya:

1. Antusias ibu-ibu dalam pengabdian cukup baik.

2. Sikap ingin tahu dan keinginan untuk mencoba hal baru dan bermanfaat dari

para peserta pelatihan baik.

3. Dukungan dari pemateri terhadap kegiatan pengabdian ini baik.

4. Bahan-bahan yang digunakan mudah didapatkan

5. Proses pembuatan sesuai dengan jam yang diberikan oleh guru.

Selain adanya faktor pendukung yang dapat berpengaruh, terdapat juga

faktor penghambat. Faktor penghambat kegiatan ini adalah:

1. Kegaduhan terjadi di kelas dikarenakan kurangnya pemahaman membuat pola

reusable bag yang diinginkan.

2. Beberapa ibu-ibu membutuhkan bantuan dari pemateri untuk merapikan jahitan.

PENUTUP

Kesimpulan

Dari hasil kegiatan dan berdasarkan pada tujuan kegiatan, maka dapat

disimpulkan:

1. Kegiatan ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai bahaya

penggunaan plastik secara berlebihan.

2. Memberikan bekal keterampilan kepada ibu-ibu untuk membuat produk

kreatif dalam mencegah penggunaan plastik dengan reusable bag sesuai

dengan kreativitas ibu-ibu .

Saran

Saran dari kegiatan pengabdian ini adalah:

1. Model ceramah dapat lebih kreatif lagi untuk menarik perhatian dan

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

30

pemahaman ibu-ibu, misalnya diinovasikan dengan visualisasi gambar.

2. Dilakukan modifikasi bahan dalam pembuatan reusable bag

3. Penambahan relawan untuk membantu kelangsungan kegiatan.

4. Kegiatan ini dilakukan secara sustainable dengan inovasi pembuatan reusable

bag lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Anwari, Amirul Mu’minin. 2014. “Strategi Pembentukan Karakter Peduli

Lingkungan di Sekolah Adiwiyata Mandiri”. Ta’bid. 19 (2).

Karuniastuti, Nurhenu. 2016. “Bahaya Plastik terhadap Kesehatan dan

Lingkungan”. Forum Tenologi. 3 (1).

Muhajirin, dkk. 2010. Pelatihan Pengolahan Limbah Kertas menhadi Benda Seni

Kerajinan bagi Guru-Guru SD Jejeran Pleret Bantul. Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Surono, Untoro Budi. 2013. “Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi

Bahan Bakar Minyak”. Jurnal Teknik. 3 (1).

Tamara, Riana Monalisa. 2016. “Peranan Lingkungan Sosial terhadap Pembentukan

Sikap Peduli Lingkungan Peserta Didik di SMA Negeri Kabupaten Cianjur”.

Jurnal Pendidikan Geografi. 16 (1).

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

31

PELATIHAN PEMBUATAN MAKANAN RINGAN BERBAHAN DASAR

TERONG SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN

SEHAT DAN AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KECAMATAN KANOR

BOJONEGORO

Mifta Hulaikah

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Terong adalah salah satu tanaman hasil pertanian yang mempunyai banyak

kandungan gizi yang bermanfaat. Di wilayah Kabupaten Bojonegoro, salah satu

daerah yang mempunyai banyak komoditas terong adalah Kecamatan Kanor. Namun

kelemahannya adalah banyaknya komoditas terong ini justru membuat harga terong

sangat murah. Dibutuhkan alternatif pilihan lain untuk meningkatkan daya jual.

Kegiatan pelatihan pembuatan makanan ringan berbahan dasar terong dilakukan

untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan kegiatan pelatihan, masyarakat

dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah terong menjadi

makanan ringan seperti kripik, manisan dan makanan lain. Peserta kegiatan adalah

ibu-ibu yang terkumpul dalam organisasi PKK yang berjumlah sekitar 30 orang.

Tujuan utama kegiatan pelatihan adalah untuk membuat nilai terong menjadi lebih

tinggi dengan melakukan inovasi pangan sehingga perekonomian masyarakat pun

meningkat. Jangka panjang, dibutuhkan pelatihan lenjutan untuk membuat usaha

olahan makanan ini menjadi industri rumah tangga, agar dapat menjaga

keberlangsungan usaha.

Kata Kunci: Pelatihan, Makanan Olahan, Terong.

ABSTRACT

Eggplant is one of the agricultural crops that has a lot of beneficial nutrients. In the

Bojonegoro Regency, one of the areas that has many eggplant commodities is Kanor

District. But the weakness is that many of these eggplant commodities actually make

the price of eggplant very cheap. Another alternative is needed to increase selling

power. Training activities for making eggplant-based snacks were done to overcome

these problems. With training activities, the community can improve their

knowledge and skills in processing eggplant into snacks such as chips, sweets and

other foods. The participants of the activity were mothers who were gathered in the

PKK organization which numbered around 30 people. The main purpose of training

activities is to make eggplant values higher by innovating food so that the economy

of the community increases. Long-term, continuous training is needed to make this

food processing business a home industry, in order to maintain business continuity.

Keywords: Training, Processed Food, Eggplant.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

32

LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan

perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industri

pengolahan pangan dalam menciptakan produk baru di masyarakat. hal ini yang juga

harus disadari oleh masyarakat Kabupaten Bojonegoro, khususnyadi wilayah

Kecamatan Kanor. Sekitar 87% warga masyarakat Kecamatan Kanor, Bojonegoro

berprofesi sebagai petani. Tanaman mayoritas yang dihasilkan selain padi adalah

terong. Terong yang dihasilkan mempunyai kualitas yang cukup tinggi, namun

kelemahannya adalah memiliki harga jual yang rendah karena sistem tengkulak

borongan. Dibutuhkan usaha kreatif untuk mengolah komodity utama wilayah ini

agar menaikkan harga jualnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah

mengadakan pelatihan pembuatan makanan ringan berbahan dasar terong sebagai

upaya pengembangan pangan sehat dan aman bagi anak-anak. Mengapa anak-anak

menjadi tujuan akhir dari produk ini, karena terong merupakan salah satu makanan

yang kaya akan gizi da vitamin. Kedua, anak-anak nantinya menjadi pangsa pasar

baru, mengingat jumlah anak-anak yang ada di wilayah ini cukup besar.

Terong merupakan salah satu tanaman asli daerah tropis. Pengembangan

budidaya terong paling pesat di Asia Tenggara, salah satunya di Indonesia (Firmanto,

2011). Terong mengandung gizi yang cukup tinggi, terutama kandungan vitamin A

dan fosfor. Menurut Sunarjono (2013) bahwa setiap bahan mentah terong

mengandung 26 kal, 1 gr protein, 0,2 gr hidrat arang, 25 IU vitamin A, 0,04 gr

vitamin B dan 5gr vitamin C. Dengan mempertimbangkan banyaknya tanaman

terong yang dihasilkan dan nilai gizi yang cukup banyak, maka masyarakat berharap

adanya varian pengolahan terog yang dapat meningkatkan nilai terong dan

meningkatkan aspek perekonomian.

TINJAUAN PUSTAKA

Pelatihan

Menurut Marzuki (1992) pelatihan adalah proses membantu orang lain

dalam memperoleh skill dan pengetahuan. Komponen pelatihan setidaknya

mencakup empat hal, yaitu: 1) tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus

jelas dan dapat diukur, 2) pelatih harus ahlinya yang berkualitas memadai

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

33

(professional), 3) materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan

tujuan yang hendak dicapai, 4) peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan yang

ditentukan. Pelatihan pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang

digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi bentuk lain utuk dapat

dikonsumsi.13

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

Kerangka Pemecahan Masalah

Permasalhan dimulai ketika hasil tanaman terong mengalami penurunan nilai

jual, karena banyaknya komodity yang tidak diimbangi dengan permintaan. Harga

dari tengkulak tidak mampu mengganti biaya penanaman atau tidak dapat

memberikan keuntungan yang diharapkan oleh petani. Sehingga diharapkan dengan

adanya varian hasil olahan terong, dapat meningkatkan nilai jual terong kembali.

Kedua, hasil varian olahan terong dapat dikonsumsi sebagai alternative makanan

sehat bagi anak-anak. Untuk mencapai hal tersebut, pelatihan pembuatan kripik dan

manisan terong dapat dilakukan. Berikut kerangka pemecahan masalah kegiatan ini:

Gambar 1 Skema Pemecahan Masalah

Realisasi Pemecahan Masalah

Mangkunegara (2005) menjelaskan tahapan pelatihan dan pengemangan

meliputi need assessment, menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan, menetapkan

kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya, menetapkan metode pelatihan,

13 Winarno, 1993, Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama),

hal. 98.

Permasalahan

•Melimpahnya hasil tanaman terong yang tidak diimbangi dengan sistem jual beli yang baik

• tengkulak borongan terong yang memberikan harga murah

•Petani hanya bergantung pada tengkulak

Dampak

• Harga terong murah

• Tidak ada varian hasil olahan terong

Solusi

• Peelatihan pembuatan Makanan Ringan Berbahan Dasar Terong sebagai Upaya Pengembangan Produk Pangan Sehat dan Aman bagi Anak-anak

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

34

mengimplementasi dan mengevaluasi.14 Need assessment atau penilaian kebutuhan

telah dilakukan sebelumnya melalui penelitian pendahuluan. Hal ini dilakukan

dengan menganalisis dan mewawancarai beberapamasyarakat mengenai keluhan dan

harapan masyarakat. Kriteria keberhasilan kegiatan pelatihan adalah dengan tes

praktek. Tes ini berupa tes non formal yaitu dengan mempraktekkan materi pelatihan

pembuatan makanan berbahan dasar terong, pada sesi kedua. Bentuk pelatihan yang

dilakukan menyesuaikan dengan karakteristik masyarakat. Masyarakat kecamatan

Kanor, Bojonegoro masih menjunjung budaya musyawarah dan guyub rukun.

Masyarakat ini masih bersifat tradisional, sehingga kegiatan dilakukan di salah satu

rumah warga dan bersifat non formal. Kegiatan dilakukan dengan dua tahap. Pertama

adalah sesi penyampaian materi tentang menfaat dan cara pengolahan terong. Sesi

kedua adalah pelatihan pembuatan kripik dan manisan terong, dimana ibu-ibu

mempraktekkan pembuatan kripik dan manisan.

Khalayak Sasaran

Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat Kecamatan Kanor, Kabupaten

Bojonegoro, khusunya ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok PKK yaitu sejumlah

30 orang. Pemateri pelatihan adalah dari praktisi.

HASIL YANG DICAPAI

Hasil yang dicapai karena adanya kegiatan pelatihan ini antara lain adalah:

1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan berbagai macam

olahan makanan berbahan dasar terong. Sebelum adanya kegiatan pelatihan,

masyarakat tidak menyadari bahwa ada banyak manfaat dan kandungan gizi dari

tanaman terong, sehingga terong dijual begitu saja tanpa mencoba untuk

meningkatkan daya jualnya. Hal ini juga berdampak pada peningkatan

kemampuan sumber daya manusia.

2. Produksi kripik dan manisan yang berbahan dasar terong. Kripik dan manisan

terong merupakan jenis olahan yang mudah dalam pembuatannya, sehingga

masyarakat tidak butuh banyak menghabiskan waktu tenaga dan biaya. Apalagi

produksi makanan ini dilakukan oleh ibu-ibu, sehingga masih memungkinkan

14 Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005, Evaluasi Kinerja SDM (Bandung: Refika Aditama), hal. 27.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

35

untuk memproduksi tanpa mengganggu perannya sebagai ibu rumah tangga.

Target selanjutnya adalah mendaftarkan usaha kripik dan manisan terong ini

menjadi salah satu usaha industri rumah tangga yang dapat dipasarkan di

swalayan dan toko makanan di Kabupaten Bojonegoro. Dibutuhkan pelatihan

lanjutan untuk mecapai target tersebut.

3. Meningkatnya antusias masyarakat untuk mencoba jenis olahan makanan

berbahan dasar terong lainnya. Bagi ibu-ibu yang mempunyai ide lain untuk

mengolah terong menjadi makanan jenis lain sangat diapresiasi. Kegiatan

pelatihan ini juga membuka sesi sharing tanya jawab dan berbagi pengalaman

dari ibu-ibu kepada pserta lain. Sesi ini memunculkan antusiasme tersendiri

karena banyaknya ide jenis makanan olahan terong lain yang muncul. Dengan

kegiatan seperti ini, perekonomian masyarakat akan dapat meningkat.

PENUTUP

Kegiatan pelatihan makanan oalahan berbahan dasar terong adalah salah satu

upaya untuk meningkatkan harga jual komoditas utama masyarakat, yaitu terong.

Kegiatan pelatihan ini dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan masyarakat. Makanan hasil olahan dapat menjadi alternative untuk

menyelamatkan harga terong yang turun karena sistem tengkulak. Rekomendasi yang

dapat diberikan adalah dibutuhkan pelatihan lanjutan untuk menjadikan usaha

pengolahan makanan ini menjadi industri rumah tangga, sehingga perekonmian

masyarakat dapat ditingkatkan dan dijaga keberlanjutannya.

DAFTAR PUSTAKA

Firmanto, B. 2011. Sukses Bertanaman Terong Secara Organik. Angkasa: Bandung.

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika

Aditama.

Marzuki. 1992. Strategi dam Model Pelatihan. Malang: IKIP Malang.

Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 Jenis Sayur. Penebar Swadaya: Jakarta.

Winarno. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

36

PELATIHAN ORGANISASI IPNU-IPPNU DI DESA PRIGI

KECAMATAN KANOR BOJONEGORO

Mundhori

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Organisasi sebagai alat dalam arti abstrak untuk merealisir apa yang menjadi

keputusan starategik yang ditetapkan, maka mau tidak harus mengikuti atas

perubahan lingkungan yang digerakkan oleh kekuatan kepemimpinan untuk hidup

dan bertahan. Oleh karena itu, organisasi sebagai alat dimanifestasikan terutama

dalam hubungan dua faktor yang disebut dengan fleksibilitas disatu sisi dan disisi

lain adalah dapat tidaknya dikontrol. Dalam aspek inilah penelitian ini difokuskan.

Hasil pelatihan organisasi menunjukkan bahwa antusiasme dari peserta pelatihan

sangat positif dan 70% peserta mampu menangkap pengetahuan dan mempraktekkan

manajemen organisasi.

Kata Kunci: IPNU-IPPNU, Pelatihan Organisasi.

ABSTRACT

Organizations as a tool in the abstract sense to realize what constitutes a determined

starchemical decision, then inevitably follow the changing environment that is

driven by the power of leadership to live and survive. Therefore, the organization as

a tool is manifested primarily in the relationship of two factors called flexibility on

the one hand and on the other is whether or not it can be controlled. In this aspect

this research is focused. The results of organizational training showed that the

enthusiasm of the trainees was very positive and 70% of participants were able to

capture knowledge and practice organizational management.

Keywords: IPNU-IPPNU, Organizational Training.

LATAR BELAKANG

Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan,

pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubunngan kerja dari

orang-orang dalam suatu kerja kelompok. Organisasi adalah sebuah entitas sosial

yang dikoordinasikan secara sadar, dengan batasan yang relatif dapat

diidentifikasikan, dan bekerja atas dasar relatif terus menerus untuk mencapai suatu

tujuan bersama atau sekelompok tujuan.

Oleh karena itu, suatu organisasi dalam abad 21, haruslah dibangun sebagai

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

37

organisasi yang memiliki sifat fleksibel dan mudah dikontrol, maka organisasi itu

tidaklah terlalu muda atau terlalu tua, tahap ini dinamakan PRIMA dalam daur hidup

organisasi. Organisasi dalam keadaan PRIMA, benar-benar diperlengkapi untuk

menerima dan menanggapi perubahan yang cepat didalam pasar, teknologi,

kompetisi dan kebutuhan pelanggan.

IPNU-IPPNU sebagai organsasi yang bersifat keterpelajaran, kekaderan

kemasyarakatan, kebangsaan dan keagaman yang berhaluan Islam Ahlussnuah

Waljamaah, ternyata dalam perkembangannya mengalami perubahan-perubahan

yang diakibatkan oleh tuntutan situasi dan kondisi. Oleh karenanya menjadi

kewajiban setiap warga IPNU-IPPNU untuk terus mempelajari perubahan itu,

mengkajinya kemudian mencoba untuk mengantisipasinya.

Dan tentunya faktor historis sangat mendukung pula apabila warganya juga

senantiasa merenunginya, mempelajari motivasi apa yang melatar belakangi

kelahirannya, dan bagaimana perkembangan organisasi ini dari masa ke masa.

Karena dari segi historis pula kita akan mampu untuk menentukan langkah dan

alternatif apa yang terbaik yang akan kita jadikan saran untuk terus

menyebarluaskan IPNU-IPPNU sekaligus wadah generasi muda NU untuk

menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai media dakwah.

Pelatihan ini merupakan program pengabdian yang dilakukan oleh Dosen

STAI ATTANWIR Pelatihan ini ditujukan terutama untuk anggota IPNU-IPPNU di

desa prigi kecamatan kanor bojonegoro. Pemahaman tentang organisasi dan

kepemimpinan di Organisasi IPNU-IPPNU masih kurang serta belum diketahui bagaimana

mengelola organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi belum tercapai

secara maksimal. Maksud dilaksanakannya kegiatan sosialisasi dan pendampingan ini adalah

untuk memberikan informasi, pengetahuan dan pendidikan bagaimana mengelola organisasi,

sehingga organisasi IPNU-IPPNU bisa berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Sedangkan tujuan khusus yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah:

1. Untuk memberikan informasi dan motivasi kepada Pengelola dan pengurus

organisasi IPNU-IPPNU agar lebih optimal dan efektif dalam pengelolaan

organisasi.

2. Untuk memberikan bimbingan bagaimana mengelola organisasi, membentuk

struktur kepengurusan dan menimbulkan bakat kepemimpinan, sehingga

pengurus organisasi dapat memanfaatkan ilmu yang didapatkan untuk

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

38

diterapkan di Organisasi.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Marzuki (1992) pelatihan adalah proses membantu orang lain

dalam memperoleh skill dan pengetahuan. Komponen pelatihan setidaknya

mencakup empat hal, yaitu: 1) tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus

jelas dan dapat diukur, 2) pelatih harus ahlinya yang berkualitas memadai

(professional), 3) materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan

tujuan yang hendak dicapai, 4) peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan yang

ditentukan. Pelatihan pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang

digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi bentuk lain utuk dapat

dikonsumsi.15

IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’) yang didirikan pada tanggal 20

Jumadil Akhir 1373 H yang bertepatan pada tanggal 24 Februari 1954 M ketika

diselenggarakan Kongres LP Ma’arif NU di Semarang. Sejak berdirinya IPNU

menjadi bagian dari LP Ma’arif dan baru pada tahun 1966 M, ketika diselenggarakan

kongres IPNU di Surabaya, IPNU resmi melepaskan diri dari LP Ma’arif dan

menjadi badan otonom NU. Dengan terbentuknya organisasi ini, pemuda sendiri

bahkan masyarakat dapat merasakan keuntungan yang dihasilkan. Konstribusi

terhadap pemuda sendiri yang lebih mencolok yakni sebagai ranah pemberayaan

generasi muda, wadah meningkatkan pendidikan bagi para pemuda, penerus

perjuangan NU. Sedangkan konstribusi terhadap masyarakat, tentunya sebagai

wadah peningkatan tali silaturrahim.

A. METODE PELAKSANAAN

Kegiatan Pengabdian ini dapat terlaksana, atas persihapan dan tahapan yang

dilakukan oleh Tim pelaksana yakni terdiri dari:

Tahap Persiapan

Tahap Persiapan merupakan tahap yang diperlukan untuk mengumpulkan

informasi yang berkaitan dengan kelompok sasaran. Tahap persiapan ini terdiri dari:

15 Winarno, 1993, Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama),

hal. 98.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

39

1. Mengumpulkan data calon peserta pelatihan yang aktif dikepengurusan

organisasi IPNU-IPPNU

2. Diskusi dengan anggota pelaksana dan penentuan beban kerja anggota tim

3. Mempersiapkan peralatan serta bahan yang diperlukan dalam pelatihan

Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pelatihan berupa ceramah, diskusi,

ice breaking dan simulasi kepemimpinan dalam organisasi.

B. RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM

Kegiatan ini direncanakan mulai persiapan, pelaksanaan pelatihan dan pelaporan

seperti pada tabel 1.

Tabel 1. Rencana Jadwal Pelaksanaan

B.

No Kegiatan Bulan

Oktober November Desember

1 Persiapan

2 Pelaksanaan Pelatihan

3 Pelaporan

Tabel 2. Susunan Personil Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan

Personil Nama Bidang Keahlian

Ketua Mudhori,S.E.,ME. Ekonomi Syariah

Anggota Aris Zulianto,S.E.,MM

Nurul Fitriandari,S.Pd.,MM

Manajemen SDM

Manajemen Keuangan

Asisten Moh.Fahrur Rozi

Wahyu Linawati

Mahasiswa tingkat akhir

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

40

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada awal pertemuan, peserta diberikan pengetahuan tentang organisasi

meliputi pengantar manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan evaluasi. Sehingga mereka tahu betul bagaimana mengatur dan

mengelola organisasi yang efektif.dan materi tentang kepemimpinan.

Pada pertemuan ke-dua, diberikan penjelasan mengenai teknik kerja tim dan

praktik manajemen organisasi.

Pada dasarnya selama pelatihan, mereka sangat pro-aktif dengan adanya

kegiatan tersebut, dan menginginkan kegiatan yang bersifat kelanjutan.

Di samping hasil yang dinilai positif, dari pelaksanaan kegiatan tersebut

kelompok sasaran mendapat pengetahuan dan ketrampilan baru. Peserta sangat

antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir. Mereka

sangat responsif dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk dapat mengerti, serta

memahami proses dan teknik membatik.

Faktor-faktor yang mendukung akan keberhasilan di dalam pelaksanaan

kegiatan penyuluhan ini antara lain:

1). Adanya fasilitas tempat yang cukup memadai

2). Semangat dan motivasi yang tinggi dari peserta di dalam mengikuti kegiatan.

3). Kekompakan dari tim, dan kerja samanya.

Faktor-faktor penghambat di dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan ini

terletak pada pengaturan jadwal kegiatannya. Juga terbatasnya dana, khusus untuk

kegiatan yang bersifat praktek seperti ini banyak membutuhkan dana.

PENUTUP

Pelatihan adalah proses di mana pembelajaran anggota organisasi agar

mencapai keefektifannya dalam mengelola organisasi IPNU-IPPNU, dan lebih

menitikberatkan masalah teknis.

DAFTAR PUSTAKA

Dessler, Gary, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Indeks.

Mondy, RW, Noe, RM & Mondy. JB, 2005, Human Resources Management, New

Jersey: Pearson Prentice-Hall.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

41

Patrick, Donal, L, 2008, Evaluating Training Programs. The Four Level (1st ed), San

Fransisco: Berret-Koehler Publishers.

Sedarmayanti, 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan

Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Jakarta: Refika Aditama.

Winarno, 1993, Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

42

PELATIHAN MANAJERIAL SKILL BAGI TENAGA TEKNIS

KEFARMASIAN ASISTEN APOTEKER

SE-KECAMATAN BOJONEGORO KOTA

Nurul Fitriandari

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Pendampingan manajerial skill bertujuan untuk memperbaiki kualitas tenaga teknis

kefarmasian pada apotek se-Kabupaten Bojonegoro Kota. Kegiatan ini bermaksud

untuk memberikan pendampingan kepada apoteker agar terbiasa dan terlatih

memanage kegiatan operasional dalam apotek yang dikelolanya. Peningkatan

sumber daya manusia melalui pendampingan ini juga dimaksudkan agar apoteker

terampil dalam memberikan komando searah pada asisten apotekernya. Dengan kata

lain, saat seorang apoteker mampu mengelola apotek secara efektif dan efisien dapat

memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan usaha apotek pada umumnya.

Kata Kunci: Pendampingan manajerial skill.

ABSTRACT

Managerial skill assistance aims to improve the quality of pharmaceutical technical

personnel at pharmacies in Bojonegoro City. This activity intends to provide

assistance to pharmacists so that they are accustomed and trained in managing

operational activities in the pharmacies they manage. The improvement of human

resources through this assistance is also intended so that pharmacists are skilled in

providing one-on-one command to the pharmacist assistant. In other words, when a

pharmacist is able to manage a pharmacy effectively and efficiently it can contribute

to the growth of the pharmacy business in general.

Keywords: Managerial skill assistance.

LATAR BELAKANG

Tantangan dan persaingan di dunia bisnis semakin ketat memasuki milenium

ketiga ditandai dengan perubahan lingkungan dan kemajuan teknologi informasi

yang cepat dalam merespon perubahan yang terjadi. Terlebih lagi setelah lahirnya

pemberlakuan Free Trade Area (FTA), atmosfer persaingan yang semakin lekat

menuntut organisasi maupun badan usaha untuk mengadakan rekonstruksi agar lebih

fleksibel dan adaktif dalam menyingkapi berbagai perubahan yang terjadi. Organisasi

yang fleksibel dan adaktif dapat bersikap lebih terbuka dan memberikan kesempatan

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

43

bagi pelaku bisnis dari berbagai negara, sehingga organisasi ini mampu dan siap

bersaing secara global.

Strategi utama yang harus dikembangkan dalam organisasi fleksibel dan

adaktif tersebut, yakni berupa strategi pengalokasian sumber daya-sumber daya yang

dimiliki dengan sebaik mungkin. Penggunaan sumber daya organisasi secara efektif

dan efisien merupakan landasan bagi organisasi agar mampu bersaing dan memiliki

keunggulan kompetitif. Demi mencapai keberhasilan tersebut, pihak penggerak

organisasi perlu menjalankan fungsi-fungsi manajemen secara tepat, utuh, dan

konsekuen, sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai dengan optimal.

Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari perencanaan (planning),

pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan

(controlling) yang harus dapat diintegrasikan sebagai alat penggerak berbagai

aktivitas dalam organisasi. Dalam hal ini, suatu organisasi memerlukan serangkaian

kebijakan untuk mengoptimalkan penerapan fungsi manajemen. Kebijakan tersebut

harus diikuti dengan pengembangan atau pembaharuan terhadap kemampuan dan

keahlian yang dimiliki oleh pekerja sebagai pelaksana kegiatan perusahaan. Kualitas

pekerja yang harus dipenuhi tidak hanya cakap dari segi ilmu pengetahuan atau

keterampilan semata, melainkan juga cakap secara moral, memiliki motivasi serta

dedikasi yang tinggi sehingga mampu merespon dan peka terhadap arah perubahan di

lingkungan luar organisasi.

Dalam hal ini, lembaga penyedia jasa pelayanan kesehatan berupa apotek-

apotek BUMD maupun swasta juga memerlukan pengembangan kualitas sumber

daya tenaga teknis kefarmasiannya, khususnya apoteker. Melalui prestasi dan

kinerja karyawan yang berkualitas, maka masyarakat umum dapat yakin untuk

menggunakan jasa pelayanan medis yang ditawarkan. Dengan kata lain, kinerja

karyawan dapat tercipta secara optimal jika didukung dengan standar profesi sebagai

tenaga kesehatan yang menguasai teori-teori dalam ilmu kesehatan, serta memiliki

kode etik berupa sikap dan perilaku seorang pemberi pelayanan kesehatan

semestinya. Oleh karena itu, pengabdian masyarakat dengan judul “Pelatihan

Manajerial Skill Bagi Tenaga Teknis Kefarmasian Asisten Apoteker Se-Kecamatan

Bojonegoro Kota” ini disusun dan dikembangkan.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

44

TINJAUAN PUSTAKA

Manajerial Skill

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu

tujuan tertentu.16 Sebagaimana yang diungkapkan oleh G.R. Terry, bahwa

“Manajemen is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and

controlling performade to determined and accomplish stated objectives by the use of

human beings and other resources”.17 Dengan kata lain, manajemen adalah suatu

proses tertentu yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan

pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan

menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya-sumber daya organisasi

lainnya.

Pengelolaan kemampuan manajerial harus mampu menjawab fungsi-fungsi

manajemen, karena Aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan organisasi

merupakan manifestasi dari fungsi manajemen yang ditetapkan sebagai kerangka

kerja dalam memanajemen suatu organisasi.18

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan penetapan

tujuan, kebijaksanaan, membuat program-program dan prosedur-prosedur, serta

strategi yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan

perencanaan merupakan tugas dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan

permasalahan yang sedang dihadapi organisasi berdasarkan metode, terencana,

dan logis.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan

pengaturan struktur melalui penentuan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.

Dalam struktur organisasi tersebut dijelaskan pengelompokkan kegiatan,

pelimpahan wewenang, penugasan dan pertanggungjawaban, serta pembinaan

hubungan informasi.

16 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bojonegoro: PT. Bumi Aksara, 2010), hal.1. 17 Moekijat, Manajemen Kepegawaian (Personnel Management), (Bandung: Alumni, 1992), hal. 12. 18 Wilson Bangun, Intisari Manajemen (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), hal. 5.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

45

c. Penyusunan Personalia (Staffing)

Penyusunan personalia merupakan salah satu fungsi manajemen yang

berhubungan dengan kegiatan pengaturan sumber daya manusia dalam sebuah

organisasi, meliputi pengadaan tenaga kerja, pengembangan tenaga kerja,

kompensasi dan pemeliharaan tenaga kerja sampai pada pemutusan hubungan

terhadap tenaga kerja tersebut.

d. Penggerakan (Actuating)

Penggerakan merupakan tugas dari manajer untuk menggerakkan seluruh

sumber daya organisasi sesuai dengan fungsinya. Seorang manajer harus

memiliki keterampilan untuk menggerakkan dan mengelola seluruh sumber daya

organisasi secara tepat, melalui aktivitas pemotivasian (motivating),

kepemimpinan (leadership), dan komunikasi (communication).

e. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan merupakan tindakan penilaian terhadap tugas-tugas yang

dilakukan oleh anggota organisasi, apakah pelaksanaannya sesuai dengan

rencana. Pelaksanaan kegiatan pengawasan ini merupakan tindakan korektif

terhadap kegiatan masa lampau, dan merupakan acuan terhadap kegiatan yang

akan datang.

KERANGKA KERJA PELAKSANAAN

Syarat karyawan atau tenaga kesehatan pada setiap lembaga pelayanan jasa

kesehatan telah diatur dalam Undang-Undang, yang menyatakan bahwa: (1)Tenaga

kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode

etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan

standar prosedur operasional. (2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi. (3) Ketentuan

mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar

prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan

Menteri.19

19 Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 24.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

46

Dalam hal ini, fungsi pengawasan sangat diperlukan untuk menilai apakah

seorang karyawan telah mengantongi kode etik dan standar profesi yang diharapkan

sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Kegiatan pengawasan yang dimaksud

harus dapat menjangkau keseluruhan unsur sistem di dalam organisasi. Pengawasan

pada apotek diadakan untuk meningkatkan kinerja karyawan atau tenaga paramedis

agar terdorong menjadi lebih produktif. Keadaan ini juga akan berdampak pada

peningkatan output yang dicapai organisasi, sehingga secara otomatis mampu

mendorong eksistensi apotek dalam menghadapi para kompetitor di bidang

pelayanan kesehatan lainnya.

Fungsi pengawasan pada lembaga layanan kesehatan pada umumnya dapat

bekerja maksimal bergantung pada karakteristik seorang pemimpin, dalam hal ini

seorang apoteker pada sebuah apotek. Apoteker harus mampu memelihara dan

menjaga garis-garis pelaksana kebijakannya agar berjalan di koridor yang benar.

Apoteker harus mampu mengkomando dan memotivasi peningkatan etos kerja

seluruh anggota organisasi, (asisten apoteker dan tenaga farmasi lainnya) serta

dituntut untuk mengetahui atau peduli terhadap segala aspek permasalahan yang

menjadi objek pengawasannya. Oleh karena itu, seorang apoteker yang berkualitas

harus membekali dirinya dengan kemampuan manajerial dalam mengelola sumber

daya-sumber daya manusia yang terkait dalam organisasi apoteknya.

MATERI PELATIHAN

Adapun ringkasan materi pelatihan Comprehensive Managerial Skills &

Leadership pada pelatihan managerial skill, di bawah ini.

1. Role of Manager

Peran yang dimiliki seorang Manajer dalam manajemen madya

Perubahan lingkungan dan tantangan baru seorang Manajer

2. Basic Tools for Manager

Self Leadership: dari role model ke efektif transformasi menjadi leader

Manajemen Kinerja: Goal Setting, Coaching, Effective feedback

Manajemen Tugas: Perencanaan, Monitoring dan Kontrol

Manajemen Orang: Komunikasi, Motivasi dan Empowerment

3. Overview on New Tools for Manager

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

47

Meningkatkan self productivity: meningkatkan engagement dan mempercepat

proses kerja (getting things done)

Emotional and Adversity Intelligence

From good to great manager: menjadi manajer yang inovatif dan mampu

meng-handle perbedaan atau konflik

4. Overview on Leadership

Antara managerial skills dan leadership

Mengembangkan gaya kepempinan yang tepat: situational leadership

Last trend on leadership: transformational leader

Target Peserta Pelatihan

1. Pimpinan perusahaan, manajer dan supervisor

2. Staf yang akan disiapkan untuk menjadi manajer/supervisor

3. Semua pihak yang membutuhkan pengetahuan seputar Comprehensive

Managerial Skills & Leadership

Metode Pelatihan

1. Penyampaian konsep

2. Diskusi kelompok

3. Latihan

4. Studi kasus

HASIL YANG DICAPAI

Pelaksanaan Pelatihan Manajerial Skill

Manajemen sumber daya manusia atau yang juga biasa disebut MSDM

merupakan suatu ilmu tentang cara mengatur hubungan serta peranan tenaga kerja

secara efektif dan efisien agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya

untuk mencapai target yang ingin diraih secara maksimal.

Meski yang menjadi subjek adalah tenaga kerja, namun manajemen sumber

daya manusia bukan hanya tentang manusianya saja melainkan juga menyangkut

desain serta implementasi system perencanaan, penyusunan dan pengembangan

karyawan, pengelolaan karier, kompensasi karyawan, evaluasi kerja serta hubungan

ketenagakerjaan.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

48

Kita semua mengetahui bahwa persaingan bisnis sudah semakin ketat bahkan

keras dan kasar. Jika sebuah perusahaan tidak mampu untuk membangun serta

mempersiapkan SDM yang berkualitas, maka besar kemungkinan perusahaan

tersebut akan menemui banyak sekali kendala, bahkan bisa berujung kebangkrutan.

Oleh karena itu bisa dibilang bahwa sumber daya manusia atau SDM merupakan

modal penting yang akan menjadi motor penggerak perusahaan dalam menghadapi

persaingan.

Dengan mempertimbangkan pentingnya mempersiapkan sumber daya

manusia, maka perusahaan – perusahaan, khususnya yang ada di Bojonegoro, perlu

untuk mengadakan pelatihan manajemen sumber daya manusia yang tepat yang

mampu menyentuh semua lapisan karyawan. Dengan pelatihan manajemen SDM,

maka profesionalitas karyawan akan terbangun dan hal tersebut akan berdampak

pada image perusahaan, baik di depan para kompetitornya maupun konsumen.

Output Pelatihan Manajerial Skill

Saat ini, sebagian besar perusahaan maupun instansi yang ada di kota

Bojonegoro telah menyadari manfaat diadakannya program pelatihan manajemen

sumber daya manusia. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesadaran akan

pentingnya manajemen yang baik dan beretos kerja tinggi sudah semakin meningkat.

Meski demikian, tidak sedikit pula perusahaan atau instansi yang ada di Bojonegoro

yang masih enggan untuk mengadakan program pelatihan manajemen sumber daya

manusia. Hal tersebut tentu saja sangat memperihatinkan karena iklim persaingan

bisnis sudah semakin kejam dan tidak pandang bulu, di mana perusahaan yang tidak

mampu untuk bersaing akan tersingkir. Tidak adanya pelatihan manajemen sumber

daya manusia juga akan sangat berpengaruh terhadap profesionalitas karyawan yang

bekerja di perusahaan tersebut. Untuk menjalankan program pelatihan SDM

dibutuhkan keterlibatan setiap unsur yang ada di dalam perusahaan, baik itu

karyawan yang baru saja masuk dan bekerja ataupun mereka yang sudah bekerja

puluhan tahun dan sudah dianggap sebagai pegawai senior.

Pelatihan manajemen SDM juga hendaknya juga diikuti oleh para petinggi

perusahaan maupun instansi agar mereka lebih bisa memahami seluk beluk

manajerial perusahaan dengan lebih baik dan menguasai bagaimana cara memimpin

perusahaan dengan cara-cara yang professional. Dengan pentingnya program

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

49

pelatihan manajemen sumber daya manusia bagi perusahaan, maka memilih dan

menggandeng penyedia jasa pelatihan terbaik di Bojonegoro menjadi satu hal yang

sangat penting.

Bagi perusahaan yang dirasa belum cukup mumpuni atau tidak memiliki

kemampuan untuk memberikan pelatihan manajemen sumber daya manusia secara

mandiri, ada baiknya bekerja sama dengan jasa penyedia pelatihan manajemen SDM

yang dapa ditemukan dengan mudah di Bojonegoro. Para penyedia jasa pelatihan

manajemen SDM pada umumnya memang sudah terlatih dan secara professional

mampu memberikan program pelatihan yang baik.

Dengan pelatihan tersebut, maka kinerja, produktivitas sekaligus

profesionalitas karyawan akan bisa ditingkatkan sehingga mereka akan mampu

memberikan yang terbaik kepada perusahaan, termasuk loyalitas. Hal tersebut

tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan atau keberhasilan perusahaan

dalam upayanya untuk membangun image di mata competitor maupun konsumen.

Ada banyak sekali metode pelatihan manajemen sumber daya manusia yang biasa

ditawarkan oleh penyedia jasa pelatihan, di antaranya dengan metode training,

simulasi dan metode interaktif. Tidak sedikit pula penyedia jasa pelatihan

manajemen SDM di Bojonegoro yang menyediakan program pelatihan secara online

yang dapat diakses dengan bantuan koneksi internet.

Adapun proses pelatihan manajerila skill dilakukan melalui beberapa metode

pendampingan di bawah ini.

a. Metode Training

Di dalam metode training, pelatihan dilakukan secara langsung dengan

memberikan pendampingan dengan memberikan contoh – contoh tentang tata

cara bekerja secara professional. Metode ini biasanya didahului dengan

pemberian materi secara lisan maupun tertulis tentang hal – hal yang berkaitan

dengan bidang pekerjaan yang akan digeluti oleh karyawan yang bersangkutan.

b. Metode Simulasi

Pada metode simulasi, karyawan akan diberikan beberapa kendala atau

masalah yang sering dihadapi di dalam pekerjaanya. Mereka bertugas untuk

menyelesaikan permasalahan tersebut berdasarkan atas pengetahuan yang mereka

miliki. Dari sana, akan dapat dilihat seberapa tinggi kemampuan yang dimiliki.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

50

Untuk menyempurnakan atau melengkapi program pelatihan yang diadakan,

maka akan diberikan program interaktif, yakni karyawan akan diberikan suatu

bentuk pelatihan beserta materi yang berkaitan dengan bidang pekerjaan atau

tanggung jawabnya. Materi tersebut biasanya akan diberikan oleh instansi atau

organisasi tertentu yang memang telah ditunjuk oleh perusahaan tempat

karyawan tersebut bekerja.

c. Metode Pelatihan Online

Tidak sedikit pula penyedia jasa pelatihan manajemen SDM di

Bojonegoro yang menawarkan metode pelatihan online. Belakangan, program

pelatihan ini lebih banyak diminati karena dianggap lebih efektif sekaligus

efisien. Program pelatihan manajemen secara online tetap menggunakan

metodologi yang sama seperti halnya pelatihan konvensional, bedanya hanyalah

media yang digunakan. Dalam system online, maka pemberian materi dilakukan

secara online memanfaatkan jaringan internet. Sebagai tindak lanjut atau

pemantapan, nantinya karyawan atau jajaran manajerial yang mengikuti pelatihan

akan diajak untuk bertatap muka secara langsung pada bagian akhir.

Dengan memberikan program pelatihan manajemen SDM, maka perusahaan

akan mampu bersaing dengan perusahaan lain secara lebih sehat. Kompetensi atau

skill dan professionalism karyawan juga bisa ditingkatkan sehingga mereka akan

mampu memberikan yang terbaik bagi keberhasilan perusahaan. Dengan pelatihan

manajemen SDM, loyalitas karyawan terhadap perusahaan juga dapat terbangun,

bahkan tanpa harus memberikan iming-iming bonus tambahan ataupun kenaikan

gaji.

Faktor Pendukung dan Penghambat

Adapun faktor-faktor pendukung dalam penerapan fungsi pengawasan atas

hasil pelatihan manajerial skill pada tenaga teknis kefarmasian yang ada di apotek-

apotek se-Bojonegoro telah terangkum dalam pemaparan berikut ini.

a. Pelatihan manajerial skil ini mendapat tanggapan positif dari para karyawan

apotek. Karena penerapan materi pelatihan ini dirasa dapat memberikan proses

belajar yang positif bagi para karyawan dalam mengoreksi kualitas etos kerjanya,

serta cara untuk meningkatkan etos kerjanya secara tepat.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

51

b. Adanya pemberian penghargaan (reward) berupa hadiah ataupun pengikutsertaan

adalam program pengembangan kompetensi diri, membuat karyawan apotek

merasa tertarik dan termotivasi agar semakin mengembangkan etos kerjanya.

Sehingga secara otomatis para karyawan mampu menciptakan hasil kerja yang

maksimal bagi kontinuitas pengembangan sumber daya manusia di apotek.

c. Kegiatan manajerial skill ini membantu para atasan atau pengelola apotek untuk

mengendalikan dan mengontrol kegiatan para bawahannya secara lebih mudah.

Sehingga para atasan dapat benar-benar memahami kondisi bawahannya.

Sehingga, mereka dapat merumuskan kebijakan kerja yang tepat dengan

menyesuaikan pada kemampuan dan keterbatasan masing-masing karyawan yang

dipimpin.

d. Melaui manajerial skill dapat mendorong tumbuhnya kerjasama antar karyawan

apotek. Karena, adanya sistem pengawasan berupa rapat audit setiap akhir bulan

pada masing-masing apotek memunculkan sikap keterbukaan dan kepedulian

antar sesama karyawan apotek. Dimana masalah salah satu karyawan akan

menjadi pembahasan diskusi dalam rapat untuk bersama-sama menemukan

penyelesaian secara tepat.

Namun, penerapan pelatihan manajerial skill ini juga tidak luput dari faktor

yang menjadi penghambat dalam pelaksanaanya. Berikut ini faktor-faktor

penghambat dalam penerapan pelatihan manajerial skill pada karyawan apotek se-

Bojonegoro, antara lain.

a. Hasil dari penerapan pelatihan manajerial skill ini membutuhkan kerjasama dan

kesadaran dari tiap-tiap karyawan apotek agar berhasil dalam menciptakan

peningkatan bagi etos kerjanya. Oleh karena itu, jika terdapat beberapa karyawan

yang belum memiliki kesadaran akan arti penting dari suatu pengawasan, maka

penerapan fungsi ini pun belum mampu tercipta secara maksimal. Terkadang

demi menumbuhkan kesadaran tersebut membutuhkan waktu penyesuaian yang

cukup lama.

Mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan pensosialisasian kepada para karyawan

agar mereka tidak merasa kesulitan dan keberatan saat fungsi pengawasan

diberlakukan secara nyata dalam kehidupan mereka. Sehingga tidak ada

karyawan yang merasa terbebani dan berat dalam pelaksanaan fungsi

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

52

pengawasan atas kinerja yang telah dilakukan.

b. Kegiatan manajerial skill ini jika dilakukan secara berkala membutuhkan

pengalokasian waktu penerapan yang tidak sedikit atau tidak hanya dilaksanakan

dalam satu kali tempo pelaksanaan tugas semata. Sehingga diperlukan

perencanaan alokasi waktu secara matang agar keseluruhan tahap proses

pengawasan dapat dilaksanakan selama mengawasi kinerja etos kerja masing-

masing karyawan secara menyeluruh.

Jika masih terdapat beberapa bagian karyawan yang kurang mampu

meningkatkan etos kerjanya diakibatkan perilaku atau karakteristik yang

mengarah pada keterlambatan belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan

kerjanya secara personal, maka solusi yang diajukan dalam mengatasi masalah

ini yakni dengan cara melakukan pendekatan secara personal untuk mengetahui

sumber permasalahannya.

Pihak manajemen apotek juga perlu mencoba menumbuhkan pandangan pada

para karyawannya bahwa kegiatan manajerial skill tidak seharusnya dipandang

sebagai hal remeh-temeh yang tidak perlu. Pihak manajemen apotek harus sadar

bahwa pelatihan manajerial skill dibutuhkan dalam lingkungan kerja tersebut

untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia dalam apoteknya.

PENUTUP

Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat hal penting yang perlu

digarisbawahi bahwa pihak apotek ada baiknya jangan terburu-buru untuk langsung

memberikan penilaian buruk terhadap karyawan yang memiliki etos kerja kurang

baik. Lingkungan kerja merupakan tempat yang paling tepat bagi seseorang untuk

mengembangkan dan memanfaatkan kompetensi intelektual yang dimiliki. Sehingga,

pihak apotek perlu memberikan kesempatan luas bagi para karyawannya untuk

mempelajari hal-hal baru, serta tetap memberikan bimbingan secara intensif bagi

mereka demi mencapai kesempurnaan kualitas kerja yang dikehendaki organisasi.

Karena, jika pihak manajemen apotek memiliki kepedulian terhadap perkembangan

para karyawannya sebagai bagian dari kesatuan organisasi apotek, maka dengan

sendirinya tiap-tiap karyawan tersebut akan terdorong untuk berusaha menciptakan

kualitas etos kerja yang sesuai dengan kehendak pihak manajemen. Dengan kata lain,

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

53

secara otomatis akan menumbuhkan rasa loyalitas tinggi terhadap lingkungan kerja

yang dimasukinya.

Dalam hal ini, karyawan yang perlu mendapatkan perhatian tidak hanya

karyawan yang berada pada jabatan menengah ke atas saja, melainkan seluruh

karyawan dari berbagai tingkat manajemen. Pihak manajemen pusat apotek perlu

memberikan kesamaan fasilitas sebagai bentuk perhatian terhadap hasil penilaian

kinerja karyawan yang beretos kerja tinggi. Fasilitas tersebut tidak hanya berupa

jaminan finansial secara layak saja, melainkan pemberian program pelatihan dan

pengembangan kompetensi (akademik) dan jaminan keamanan dalam bekerja.

Dengan demikian, pihak apotek tidak hanya peduli terhadap perkembangan etos

kerja karyawannya saja. Tetapi turut mendukung pembinaan personel agar dapat

tercipta personel yang sehat samapta dan selalu siap dalam melaksanakan tugas,

sesuai dengan salah satu syarat tenaga teknis kefarmasian pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bangun, Wilson, 2008, Intisari Manajemen, Bandung: PT. Refika Aditama.

Dharmanegara, Ida Bagus Agung, 2010, Akuntansi dan Manajemen Keuangan

Rumah Sakit, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hasibuan, Malayu S.P., 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi

Aksara.

Manullang, M., 1997, Management Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Moekijat, 1992, Manajemen Kepegawaian (Personnel Management), Bandung:

Alumni.

Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

54

PENDAMPINGAN PENDIRIAN KSPPS BMT ALZAITUN

DI DESA NGLARANGAN KECAMATAN KANOR BOJONEGORO

Riza Multazam Luthfy

Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Pendampingan ini bertujuan untuk mendirikan lembaga keuangan berbasis syariah di

level desa. Yang menjadi sasaran adalah segenap masyarakat Desa Nglarangan

Kecamatan Kanor Bojonegoro. Pendampingan yang dilaksanakan oleh Tim Dosen

Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro ini

berhasil mewujudkan berdirinya KSPPS BMT Alzaitun di Desa Nglarangan

Kecamatan Kanor Bojonegoro dengan tahapan sebagai berikut: (1) Terbentuknya

panitia dan pendamping selaku motivator pendirian BMT. (2) Terwujudnya

dukungan pendirian BMT dari tokoh masyarakat. (3) Terlaksananya kegiatan tindak

lanjut berupa penunjukan Tim atau Panitia Penyiapan Pendirian BMT (P3B). (4)

Penyelenggaraan Rapat Pendiri untuk memilih Pengurus BMT, Ketua, Wakil Ketua,

Sekretaris dan anggota. (5) Perekrutan calon pengelola BMT oleh pengurus. (6)

Pelatihan dan magang yang diikuti oleh calon pengelola BMT. (7) Persiapan sarana

kantor dan ATK serta form/berkas administrasi sebelum BMT siap dioperasikan.

Kata Kunci: Pendampingan pendirian KSPPS BMT.

ABSTRACT

This assistance aims to establish sharia-based financial institutions at the village

level. The target is all the people of Nglarangan, Kanor, Bojonegoro. Assistance

conducted by the Team of Lecturer of Islamic Economics (STAI) Attanwir

Bojonegoro succeeded in realizing the establishment of KSPPS BMT Alzaitun in

Nglarangan, Kanor, Bojonegoro with the following stages: (1) The establishment of

committee and companion as the motivator of BMT establishment. (2) The support of

BMT establishment from community leaders. (3) Implementation of follow up

activities in the form of Team Appointment or Preparatory Committee on BMT

Establishment (P3B). (4) Implementation of the Founder Meeting to elect the BMT

Board, Chair, Vice Chair, Secretary and members. (5) Recruitment of BMT

prospective managers by management. (6) Training and apprenticeship followed by

prospective managers of BMT. (7) Preparation of office and other facilities and form

/ administration file before BMT is ready to be operated.

Keywords: This assistance of BMT establishment.

LATAR BELAKANG

Menggeliatnya kembali ekonomi syariah di dunia dimulai sejak berdirinya

Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975. Sebagai komitmennya dalam

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

55

pengukuhan sistem ekonomi syariah, IDB mendirikan institut riset dan pelatihan

bernama Islamic Research and Training Institute (IRTI). Lembaga ini berupaya

mengembangkan penelitian dan pelatihan ekonomi Islam, baik dalam bidang

perbankan maupun keuangan secara umum.20

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia antara lain ditandai dengan

hadirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992. Memasuki “usia

remaja”, perkembangan ekonomi syariah di Indonesia tampak dengan munculnya

sejumlah bank, perusahaan asuransi, emiten obligasi, reksa dana, lembaga bisnis,

pegadaian, baik menyeluruh ataupun parsial, mengeluarkan produk/layanan dengan

kesesuaian syariah yang disertifikasi oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama

Indonesia (DSN MUI) dan kemudian didampingi serta dikembangkan oleh Dewan

Pengawas Syariah (DPS) atau Tim Ahli DSN MUI.21

Bagi beberapa peneliti, pakar, dan akademisi, sistem ekonomi syariah cukup

menarik untuk dikaji karena dianggap mampu memecahkan masalah-masalah yang

melanda ekonomi dunia. Dalam beberapa segi, system ekonomi syariah lebih unggul

dibanding sistem ekonomi konvensional. Di negeri ini, kemampuan ekonomi syariah

dibuktikan dengan tetap kokohnya Bank Muamalat Indonesia dan lembaga-lembaga

keuangan yang berdasarkan pada syariat Islam saat menghadapi krisis ekonomi pada

1997 sampai sekarang. Sebagian yang menjadi sorotan publik yaitu keberadaan

Baitul Mal Wattamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan berbasis syariah yang

akhir-akhir ini banyak ditemukan di berbagai tempat. BMT menjadi alternatif bagi

mereka yang tidak memiliki banyak modal tetapi ingin mendapatkan kredit dengan

persyaratan yang mudah. Tidak seperti lembaga perbankan yang cukup berbelit

dalam melepas kredit, BMT memberi kemudahan untuk memberikan bantuan.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian dan Fungsi BMT

Sebagai lembaga keuangan mikro, BMT memiliki beberapa persamaan dengan

koperasi yang merupakan lembaga keuangan dengan fungsi sosial dan ekonomi.

20 Muhammad Syafi'i Antonio, 2007, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Cetakan Kesebelas

(Jakarta: Gema Insani), hal. 21. 21 Muhammad Gunawan Yasni, 2007, Ekonomi Sufistik: Adil dan Membahagiakan (Bandung: Mizan),

hal. 14.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

56

Orang-orang yang menjadi anggota koperasi adalah pemilik koperasi itu sendiri.

Perbedaannya, koperasi memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan anggota

melalui usaha bersama. Adapun BMT berusaha meningkatkan kesejahteraan nasabah

dengan melakukan pembiayaan dan pendampingan. BMT diharapkan mampu

memberikan pembiayaan dengan lebih adil terhadap nasabahnya dengan prinsip bagi

hasil.22

Lantaran berbadan hukum koperasi, BMT diatur dalam Undang-Undang

Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang

pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Di samping itu juga Kepmen

Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Beberapa peraturan

inilah yang hingga saat ini menjadi payung berdirinya BMT.

Definisi Baitul Mal wat Tamwil (BMT) yaitu “lembaga keuangan nonbank

yang beroprasi berdasarkan syariat dengan prinsip bagi hasil, didirikan oleh dan

untuk masyarakat di suatu tempat atau daerah”. BMT mencakup dua bidang kerja

yaitu lembaga mal (baitul mal) dan lembaga tamwil (baitut tamwil). Baitul mal

dimaksudkan dalam rangka mengumpulkan zakat, infak, maupun sedekah, serta

menyalurkannya kepada pihak yang berhak dalam bentuk pemberian tunai maupun

pinjaman modal tanpa bagi hasil. Dalam bidang kerja ini, baitul mal bersifat nirlaba

(sosial). Sementara itu, pendirian baitut tamwil dimaksudkan untuk menghimpun

dana masyarakat yang mampu dalam bentuk simpanan, saham, atau deposito, dan

menyalurkannya sebagai modal usaha dengan adanya ketentuan bagi hasil antara

pemodal, peminjam, dan pihak BMT. Kegiatan baitut tamwil bersifat profit motif

(mencari keuntungan).23

Adapun beberapa fungsi BMT yaitu sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi, mengorganisir, memobilisasi, mendorong, dan

mengembangkan kemampuan ekonomi anggota, kelompok usaha

anggota muamalat (Pokusma), serta daerah kerjanya.

2. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih

profesional dan Islami, sehingga semakin tangguh dalam menghadapi

tantangan global.

22 M. Sulaeman Jajuli, 2015, Ekonomi Islam Umar bin Khattab (Yogyakarta: Deepublish), hal. 256. 23 Budhy Munawar-Rahman, dkk., 2003, Berderma untuk Semua: Wacana dan Praktik Filantropi

Islam (Bandung: Teraju), hal. 236.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

57

3. Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan anggota.

Sejarah BMT tidak terlepas dari keberadaan Bank Muamalat Indonesia (BMI)

dan bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Awalnya, sepak terjang pembentukan

BMI selaku bank umum Islam pertama di Indonesia diikuti oleh pendirian BPRS.

Namun demikian, karena lembaga keuangan ini dianggap kurang mencukupi dan

belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka lembaga

simpan pinjam yang disebut BMT didirikan.24

Di Aceh, BMT banyak ditemukan di berbagai lokasi. Sumber yang

berhubungan dengan simpanan pihak ketiga di provinsi berjuluk Serambi Makkah

tersebut kerap dilakukan pada institusi keuangan non perbankan. Setiap

kabupaten/kota mempunyai koperasi simpan pinjam berbentuk BMT yang

membidik sektor pedagang non formal.25

Geliat perkembangan BMT antara lain disebabkan oleh kemudahan yang

ditawarkan olehnya. Guna memperoleh kredit agar pengusaha lemah bisa

memanfaatkan sumber pembiayaan, lembaga keuangan non bank memberikan

keringanan persyaratan. Apalagi, pola pembiayaan BMT dilakukan sesuai dengan

syariat agama Islam, sehingga menghilangkan unsur-unsur pembungaan uang yang

bersifat eksploitatif.26 Pada hakikatnya, sistem ekonomi Islam melarang praktik riba

serta akumulasi kekayaan pada pihak tertentu secara tidak adil.

Islam mendorong manusia untuk berusaha dengan keras mendapatkan

materi/harta dengan berbagai cara. Usaha ini dilakukan dengan tetap memegang

teguh rambu-rambu yang telah ditetapkan. Rambu-rambu yang di maksud antara

lain: mencari yang baik dan halal, menjauhi cara batil, tidak melampaui batas, tidak

menzalimi atau dizalimi, menghindarkan diri dari unsur riba, gharar (ketidakjelasan

dan manipulatif), maisir (perjudian dan intended speculation), serta menjaga

tanggung jawab sosial berupa zakat, infak, dan sedekah. Rambu-rambu inilah yang

membedakan sistem ekonomi Islam dengan perekonomian konvensional dengan

prinsip self interest (kepentingan pribadi) sebagai dasar perumusan konsepnya.

24 Zainul Arifin, 2009, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Cetakan Ketujuh (Jakarta: Azkia), hal.

8. 25 Fuadi, 2016, Zakat dalam Sistem Hukum Pemerintahan Aceh (Yogyakarta: Deepublish), hal. 130. 26 Sjafrizal, 2008, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi (Padang: Baduose Media), hal. 164.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

58

Dalam tinjauan teoritis, tingkah laku konsumen dalam memuaskan diri bisa

dijelaskan melalui dua teori nilai guna. Pertama, teori nilai guna konvensional yang

terdiri atas teori nilai guna kardinal (TNGK), teori nilai guna ordinal (TNGO) dan

teori preferensi yang diungkapkan (Revealed Preference). Kedua, teori nilai guna

syariah. Teori yang disebut terakhir ini adalah teori nilai guna yang menerangkan

nilai guna barang dalam cakupan ajaran dan prinsip-prinsip syariah (petunjuk

kebenaran hakiki agama-agama samawi).27

Dengan pemasukan yang diperoleh, setiap orang leluasa mendayagunakan

uangnya untuk mendapatkan barang-barang yang diinginkan agar kepuasannya

berada dalam tingkat maksimal. Meskipun demikian, perilaku konsumsi tentu harus

mempertimbangkan batas-batas yang ada supaya konsumsi tidak merugikan diri dan

orang lain serta melanggar ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya.

Pendayagunaan fungsi BMI, BPRS, BMT, dan lembaga pengelola zakat-

infak-sedekah (BAZIS) di masa mendatang harus senantiasa dilakukan secara

berencana dan profesional sesuai perkembangan kebutuhan umat. Bahkan, jika

ditelisik dari kondisi usahawan umat yang pada umumnya lemah dalam

permodalan, maka pengembangan peran BMI, BPRS, BMT, dan BAZIS merupakan

bagian integral dari upaya memperbaiki ekonomi umat. Oleh karena itulah,

diperlukan konsistensi usaha dalam memperkuat eksistensi BMI, BPRS, serta BMT

dalam kegiatan umat sehari-hari.28

MATERI DAN METODE PELAKSANAAN

Kerangka Pemecahan Masalah

Sekelompok orang bertekad untuk mendirikan sebuah BMT terlebih dahulu

perlu memahami maksud dan tujuan pendirian lembaga keuangan berbasis syariah

tersebut. Dalam hal ini, para dosen atau pengajar di Sekolah koperasi, menawarkan

diri untuk menjadi sarana terbentuknya BMT. Pendampingan dilakukan dengan

maksud menambah pengertian, maksud, tujuan, struktur organisasi, manajemen,

prinsip-prinsip BMT, serta prospek pengembangannya dalam jangka panjang.

27 Iskandar Putong, 2005, Teori Ekonomi Mikro: Konvensional dan Syariah (Jakarta: Mitra Wacana

Media), hal. 143. 28 Adi Sasono, dkk., 1998, Solusi Islam atas Problematika Umat: Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah

(Jakarta: Gema Insani), hal. 75-76.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

59

Orang-orang yang akan mendirikan BMT dan yang nantinya akan menjadi

anggota BMT hendaknya mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama.

Artinya tidak setiap orang dapat mendirikan dan atau menjadi anggota BMT tanpa

didasarkan pada adanya kejelasan mengenai kegiatan atau kepentingan ekonomi

yang akan dijalankan. Kegiatan ekonomi yang sama diartikan, memiliki profesi atau

usaha yang sama, sedangkan kepentingan ekonomi yang sama diartikan memiliki

kebutuhan ekonomi yang sama.

Usaha yang akan dilaksanakan oleh BMT di tingkat desa harus layak secara

ekonomi. Layak secara ekonomi diartikan bahwa usaha tersebut akan dikelola secara

efisien dan mampu menghasilkan keuntungan usaha dengan memperhatikan faktor-

faktor tenaga kerja, modal dan teknologi.

Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang

akan dilaksanakan oleh pengelola BMT. Hal tersebut dimaksudkan agar kegiatan

usaha BMT dapat segera dilaksanakan tanpa menutup kemungkinan memperoleh

bantuan, fasilitasdan pinjaman dari pihak luar. Kepengurusan dan manajemen harus

disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan dilaksanakan agar tercapai efektivitas

dan efisiensi dalam pe-ngelolaan koperasi. Perlu diperhatikan mereka yang nantinya

ditunjuk/ dipilih menjadi pengurus haruslah orang yang memiliki kejujuran,

kemampuan dan kepemimpinan, agar koperasi yangdidirikan tersebut sejak dini telah

memiliki kepengurusan.

Realisasi Pemecahan Masalah

Ada tiga tahap yang dilakukan dalam mendirikan BMT Alzaitun di Desa

Nglarangan Kecamatan Kanor Bojonegoro. Pertama, pemberian bekal pengetahuan

organisasi kepada masyarakat setempat tentang pentingnya program. Kedua,

mempersiapkan infrastruktur untuk pendirian BMT. Ketiga, masyarakat menyiapkan

sebuah kurikulum untuk sekolah adat tersebut.

Pemberian pengetahuan dilakukan dengan diskusi kecil yang berlangsung di

tempat-tempat pertemuan RT dan RW. Diskusi juga terjadi di komunitas jamaah

tahlil dan warung-warung warga. Pada pertemuan-pertemuan tersebut telah

dibicarakan tentang apa-apa yang akan dilakukan dalam pendirian BMT. Tahap

sosialisasi dilakukan kepada seluruh lapisan masyarakat terutama pemerintah Desa

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

60

Nglarangan. Sosialisasi juga dilakukan kepada para stakeholder.

Setelah itu dibentuk kepanitian pendirian BMT sekaligus penentuan tugas dan

fungsi masing-masing. Panitia kemudian mulai mempersiapkan semua bahan yang

diperlukan untuk pendirian BMT. Pertama dilakukan persiapan pengurusan pendirian

yayasan. Pendirian yayasan dilakukan dengan menentukan nama yayasan, tim

pendiri dan perangkat-perangkat lain yang dibutuhkan. Yayasan tersebut kemudian

yang memayungi BMT akan didirikan tersebut.

Kemudian digelar sebuah forum group discussion (FGD) untuk menyusun

analisis kebutuhan yang menjadi bahan dasar untuk pendirian BMT. FGD yang

berlangsung di Mushalla Al Muslimun ini dihadiri oleh unsur-unsur masyarakat,

seperti ketua RT, ketua RW, ketua karang taruna, kiai, dan kepala desa. Agenda

dilanjutkan dengan pelaksanaan seminar BMT dalam rangka memperkaya

pemahaman masyarakat tentang urgensi dan fungsi BMT bagi peningkatan

kesejahtaraan dan perbaikan taraf hidup. Seminar ini didampingi oleh Tim Dosen

Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro dengan

menghadirkan Aris Zulianto, SE., M.M. selaku pemateri.

Khalayak Sasaran

Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah masyarakat Desa

Ngalarangan Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro. Desa ini terletak didataran

tinggi, di antara wilayah-wilayah yang berada di Kecamatan Kanor. Luas lahannya

kurang lebih 230 Ha. Dengan rincian sebagai berikut, luas lahan 120 Ha digunakan

untuk lahan persawahan, 20 Ha untuk lahan kering, 20 Ha untuk lahan pemakaman.

Sedangkan sisanya digunakan sebagai lahan pemukiman para penduduk desa. Lahan

yang luas ini menjadi potensi besar bagi pengembangan bidang agraris dan

perkebunan. Kedua bidang inilah yang menjadi target pemasaran BMT. Apalagi,

sebagian besar masyarakat Desa Nglarangan memiliki mata pencarian sebagai petani

dan buruh tani. Untuk laki-laki, biasanya menjadi buruh tani, sedangkan para ibu-ibu

biasanya menjadi buruh tanam padi.

Metode yang Digunakan

Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode Partisipatif, yaitu melakukan

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

61

kegiatan dalam bentuk pemberian penyuluhan dan pendampingan tentang bagaimana

mendirikan BMT secara efektif. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan metode

ceramah dan setelah itu dilakukan tahapan mentoring sehingga masyarakat dapat

mewujudkan pendirian BMT di Desa Nglarangan Kecamatan Kanor Kabupaten

Bojonegoro.

Metode yang ditempuh dalam rangka melaksanakan program pendampingan

pendirian BMT oleh Tim Dosen Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam

(STAI) Attanwir Bojonegoro adalah sebagai berikut:

1. Membentuk panitia pendirian BMT dengan merekrut serta melibatkan

anggota masyarakat setempat.

2. Pemberian pengetahuan tentang organisasi atau kepanitian serta bagaimana

panitia bekerja sesuai peran dan fungsi dalam organisasi.

3. Melakukan rapat panitia sesuai kebutuhan.

4. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti kepala desa,

camat, dan tokoh-tokoh masyarakat.

5. Menggelar forum group discussion (FGD) untuk menjaring aspirasi,

harapan dan kebutuhan terhadap pendirian BMT.

6. Membekali pemahaman masyarakat tentang manfaat BMT bagi upaya

meningkatkan kesejahteraan.

7. Memverifikasi materi-materi yang dibutuhkan dalam rangka mendirikan

BMT.

8. Melakukan evaluasi terhadap semua persiapan pendirian BMT sebelum

diresmikan oleh Bupati Bojonegoro.

HASIL YANG DICAPAI

Pendampingan ini berhasil mewujudkan berdirinya KSPPS BMT Alzaitun di

Desa Nglarangan Kecamatan Kanor Bojonegoro dengan tahapan sebagai berikut:

1. Panitia dan pendamping menyiapkan diri menjadi motivator pendirian

BMT. Panitia dan pendamping terlebih dahulu mengerti dan memahami

isi dan falsafah (visi, misi, serta tujuan) yang berada di belakangnya.

Landasan yang digunakan dalam memilih calon-calon pendiri BMT

adalah setia kawan sekelompok (solidaritas kelompok) dilandasi oleh niat

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

62

beribadah dan persaudaraan islamiyah (ukhuwwah islamiyah),

kebersamaan, semangat untuk membela kepentingan bersama masyarakat

kecil (pengusaha mikro), orang miskin setempat. Motivator dan

pendamping selalu disertai dengan keaktifan kepala desa dan aparat desa

lainnya.

2. Setelah ide ini berkembang dan direspon oleh 4 – 5 orang

aktivis/motivator, pendamping mencari dukungan tambahan yang lebih

besar. Pada waktu itu, pilihan jatuh pada tokoh masyarakat, yaitu imam

masjid dan para kiai yang paling disegani di sekitar wilayah itu.

Dukungan juga diperoleh dari Camat serta para wirausahawan lokal.

Pendamping menyediakan waktu untuk beranjangsana kepada motivator

untuk menyakinkan mereka pada visi, misi, tujuan, usaha, cara kerja, serta

ide pendirian BMT.

3. Dengan restu dari tokoh-tokoh di atas, berlangsung diskusi lebih lanjut

mengenai pendirian BMT serta kegiatan tindak lanjutnya. Sasaran

pertemuan ini adalah membentuk sebuah Tim atau Panitia Penyiapan

Pendirian BMT (P3B) yang terdiri dari 5 orang yang benar-benar punya

waktu, bersemangat, paling aktif, berprakarsa, dan bersedia bekerja

mewujudkan kegiatan selanjutnya. P3B terdiri dari Ketua dan Wakil

Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris, dan Bendahara. Terutama

Bendahara merupakan seorang tokoh yang benar-benar dipercaya oleh

masyarakat, belum pernah tercatat pengalaman tercela untuk kepentingan

umum sehingga orang tidak ragu-ragu menyerahkan (sementara) dana

bagi modal BMT. Guna memberikan masukan dan nasehat bagi

pengembangan BMT, dibentuk Penasehat Tim yang terdiri dari tokoh-

tokoh berpengaruh dalam masyarakat.

4. Penyelenggaraan Rapat Pendiri untuk memilih Pengurus BMT, Ketua,

Wakil Ketua, Sekretaris dan anggota. Pemilihan pengurus berdasarkan

wawasan dan pengaruhnya di masyarakat. Diharapkan, ia mampu mencari

banyak dukungan sekaligus diterima oleh berbagai kalangan. Mengenai

Bendahara, sengaja ditunjuk tokoh yang benar-benar mendapat

kepercayaan masyarakat, belum pernah tercatat pengalaman hal-hal yang

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

63

tercela dalam sejarah di lokasi itu.

5. Pengurus yang terpilih segera mencari calon pengelola BMT yaitu lulusan

S1 atau D3 yang selain berkemampuan intelektual memadai, juga kuat

landasan iman dan akhlaknya, jujur, amanah dan aktif, dinamis, ikhlas,

sabar, istiqomah, dan berprakarsa, memiliki potensi untuk bekerjasama,

mampu bekerja purna waktu (sepenuh waktu dan hati). Yang bertempat

tinggal di sekitar lokasi itu akan lebih baik.

6. Tenaga ini dilatih dan dimagangkan selama 2 minggu sehingga menjadi

tenaga pengelola profesional BMT. Tenaga ini dipilih dan disetujui oleh

para Pengurus dan tunduk pada kebijaksanaan Pengurus.

7. Pengurus bersama pengelola melaksanakan persiapan-persiapan sarana

kantor dan ATK serta form/berkas administrasi yang diperlukan

sebagaimana yang ditetapkan sebagai standar minimal BMT. Setelah itu,

BMT siap beroperasi dan bersaing dengan lembaga-lembaga keuangan

lainnya.

PENUTUP

Monitoring dan evaluasi program telah dilakukan oleh Tim Dosen Ekonomi

Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro dengan Riza

Multazam Luthfy, S.H., M.H. selaku ketuanya. Tim ini memantau panitia sebelum

dan setelah terbentuknya KSPPS BMT Alzaitun di Desa Nglarangan Kecamatan

Kanor Kabupaten Bojoengoro. Indikator keberhasilannya adalah tergabungnya para

petani selaku anggota BMT tersebut.

Program kegiatan ini diharapkan dapat terus berlanjut, dan pada akhirnya

dapat megembangkan keterampilan masyarakat setempat. Dengan kata lain, kegiatan

ini dapat mengurangi angka pengangguran dan menekan tingkat kemiskinan, serta

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi'i, 2007, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Cetakan

Kesebelas, Jakarta: Gema Insani.

Arifin, Zainul, 2009, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Cetakan Ketujuh,

Jakarta: Azkia.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

64

Fuadi, 2016, Zakat dalam Sistem Hukum Pemerintahan Aceh, Yogyakarta:

Deepublish.

Jajuli, M. Sulaeman, 2015. Ekonomi Islam Umar bin Khattab, Yogyakarta:

Deepublish.

Putong, Iskandar, 2005, Teori Ekonomi Mikro: Konvensional dan Syariah, Jakarta:

Mitra Wacana Media.

Rahman, Budhy Munawar dkk. 2003, Berderma untuk Semua: Wacana dan Praktik

Filantropi Islam, Bandung: Teraju.

Sasono, Adi dkk. 1998, Solusi Islam atas Problematika Umat: Ekonomi, Pendidikan,

dan Dakwah, Jakarta: Gema Insani.

Sjafrizal, 2008, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Padang: Baduose Media.

Yasni, Muhammad Gunawan, 2007, Ekonomi Sufistik: Adil dan Membahagiakan,

Bandung: Mizan.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

65

PEMBERDAYAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DI DESA

BALENREJO KECAMATAN BALEN BOJONEGORO

Sugito

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

Implementasi BUMDes belum sepenuhnya dilaksanakan oleh seluruh desa yang ada

di Indonesia Hingga dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 2014. Bahkan dalam

pelaksanaannya di beberapa daerah, keberadaan BUMDes masih belum bisa berjalan

efektif dan mampu memberi kontribusi bagi pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat di desa tersebut. Pengabdian ini bermaksud untuk mengetahui pola

pemanfaatan dana BUMDes dengan menggambil studi kasus di Desa Balenrejo

Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro yang merupakan salah satu desa yang

mengimplementasikan BUMDes yang secara garis besar tujuan dari pengabdian ini

adalah: Pertama, untuk mengetahui bentuk keterlibatan perangkat desa dan

masyarakat Desa Balenrejo dalam pemanfaatan dana BUMDes. Kedua, untuk

mengetahui pola pemanfaatan dana BUMDes di Desa Balenrejo. Ketiga, untuk

mengetahui kontribusi BUMDes di Desa Balenrejo dalam pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat desa.

Hasil dari pengabdian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan

BUMDes masih kurang karena pengetahuan masyarakat terhadap program BUMDes

masih sedikit. Terkait pola pemanfaatan lebih banyak pada pembangunan fisik desa

sedangkan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat masih belum maksimal karena

sejumlah kendala terutama yaitu anggaran BUMDes.

Kata Kunci: BUMDes, Partisipasi, Pembangunan, dan Pemberdayaan

ABSTRACT

The implementation of BUMDes has not been fully implemented by all villages in

Indonesia. Until the issuance of Law Number 6 of 2014. Even in its

implementation in several regions, the existence of BUMDes is still unable to run

effectively and is able to contribute to the development and empowerment of

communities in the village. This service aims to find out the pattern of utilization

of BUMDes funds by taking a case study in Balenrejo Village, Balen Subdistrict,

Bojonegoro Regency, which is one of the villages that implements BUMDes,

which in broad outline the objectives of this service are: First, to find out the

involvement of village officials and Balenrejo Village communities in utilizing

BUMDes funds. Second, to find out the pattern of utilization of BUMDes funds in

Balenrejo Village. Third, to know the contribution of BUMDes in Balenrejo

Village in the development and empowerment of rural communities.

The results of the dedication show that community participation in BUMDes

activities is still lacking because the community's knowledge of the BUMDes

program is still small. Related to the pattern of more utilization in the physical

development of the village while the contribution to community empowerment is

still not maximized due to a number of constraints, especially the BUMDes

budget.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

66

LATAR BELAKANG

Era otonomi telah banyak mendorong daerah untuk lebih memperhatikan

nilai-nilai yang berguna untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya serta

menciptakan kemandirian daerah guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) dan peningkatan kehidupan yang lebih baik dalam bidang ekonomi, sosial

maupun politik. Otonomi yang sesungguhnya adalah otonomi yang memberikan

kewenangan sepenuhnya kepada daerah untuk menjalankan pemerintahan yang

mandiri serta kreatif dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah. Dalam

undang-undang otonomi daerah yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2004

tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa desa disarankan untuk memiliki

suatu badan usaha yang berguna untuk mengakomodir perekonomian, kebutuhan

serta potensi desa.

Dalam era otonomi juga perlu diberlakukan kebijakan yang memberikan

akses dan memberikan kesempatan kepada desa untuk dapat menggali potensi

baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya yang berada dalam

wilayah desa tersebut yang nantinya digunakan sebagai sumber pendapatan desa.

Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) seperti yang tercantum dalam UU

No.32 Tahun 2004 ini merupakan salah satu upaya dari Pemerintah dalam

meningkatkan peran desa untuk dapat ikut serta dalam peningkatan

perekonomian daerah pada umumnya serta peningkatan pendapatan desa pada

khususnya.

Sedangkan tujuan dari pendirian BUMDes adalah sebagai upaya untuk

memberdayakan masyarakat pedesaan dengan meningkatkan Balenitas

masyarakat dalam merencanakan dan mengelola pembangunan perekonomian

desa, serta mendukung kegiatan investasi lokal dan meningkatkan keterkaitan

perekonomian pedesaan dan perkotaan dengan membangun sarana dan prasarana

perekonomian pedesaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan produktifitas

usaha mikro pedesaan. Disamping itu pendirian BUMDes ini mempunyai sasaran

yaitu terlayaninya masyarakat desa dalam mengembangkan usaha ekonomi

produktif serta tersedianya beragam media usaha dalam mengurangi dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin pedesaan. BUMDes mempunyai

4 (empat) tujuan utama yaitu:

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

67

1. Meningkatkan perekonomian desa

2. Meningkatkan pendapatan asli desa (Padesa)

3. Meningkatkan pengelolan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat

4. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemeretaan ekonomi pedesaan.

Pendirian BUMDes adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan

ekonomi produktif desa yang dilakukan secara kooperatif, partisipasif,

emansipatif, transparansi, akuntabel, sustainable1. Oleh karena itu perlu upaya

serius untuk menjadikan pengelolaan BUMDes tersebut dapat berjalan secara

efektif, efesien, professional, dan mandiri. Untuk mencapai tujuan BUMDes

dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan (produktif, dan konsumtif)

masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola

masyarakat dan pemerintah desa.

Dinyatakan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 bahwa BUMDes

dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa setempat. Yang

dimaksud dengan kebutuhan dan potensi desa adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok;

2. Tersedianya sumberdaya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal

terutama kekayaan desa dan terdapat permintaan di pasar;

3. Tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha

sebagai asset penggerak perekonomian masyarakat;

4. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat

yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi.

Adapun permasalahan yang ingin diteliti dalam kegiatan ini meliputi

partisipasi masyarakat dalam kegiatan BUMDes, pola pemanfaatan dan BUMDes

dan kontribusi BUMDes dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan BUMDes

Masyarakat desa sesungguhnya memiliki karakteristik yang khas sebagai

suatu komunitas. Salah satu karakteristik yang khas dari masyarakat desa yaitu cara

hidup kolektif. Durkheim menggambarkan ciri-ciri masyarakat desa dengan ciri-ciri

memiliki solidaritas yang sifatnya mekanis. Sementara Ferdinand Tonnies salah satu

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

68

karakteristik dari masyarakat desa adalah Gemeinschaft yaitu kehidupan yang masih

guyup ditandai dengan adanya gotong royong.

Kehidupan masyarakat desa yang bersifat kolektif memiliki tradisi:

Pertama,solidaritas, kerjasama, swadaya, dan gotong royong tanpa mengenal batas-

batas kekerabatan,suku, agama, aliran dan sejenisnya merupakan akar tradisi dari

basis modal sosial desa. Kedua, kepentingan masyarakat diatur dan diurus melalui

kekuasaan dan pemerintahan desa yang mengandung otoritas dan akuntabilitas.

Ketiga, ekonomi lokal yang memproteksi dan mendistribusikan pelayanan dasar

masyarakat dilakukan oleh desa.29 (Putra, 2015).

Tradisi desa inilah yang menjadi salah satu gagasan fundamental dalam

pendirian BUMDes, sehingga dalam pelaksanaannya ada sejumlah prasyarat yaitu:

Pertama, BUMDes membutuhkan modal sosial yang berwujud kerjasama,

solidaritas, kepercayaan, dan sejenisnya. Kedua, pengembangan usaha ekonomi desa

dilakukan oleh BUMDes melalui musyawarah desa yang memiliki kedudukan

sebagai forum tertinggi. Ketiga, BUMDes merupakan usaha ekonomi desa yang

mengandung unsur bisnis ekonomi dan bisnis sosial yang dijalankan secara kolektif

oleh pemerintah desa dan masyarakat desa. Keempat, kegiatan di bidang ekonomi

dan / atau pelayanan umum yang dikelola oleh desa dan / atau kerjasama antar-desa

seluruhnya ditampung oleh BUMDes sebagaimana tertuang dalam UU Desa. Kelima,

BUMDes berfungsi sebagai arena belajar bagi warga desa dalam meningkatkan

Balenitas manajerial, kewirausahaan, tata kelola desa yang baik, kepemimpinan,

kepercayaan dan aksi kolektif. Keenam, program yang diinisiasi oleh pemerintah

(proyek pemerintah) menjadi “milik desa” ditransformasi oleh BUMDes.30

Di dalam prasyarat pelaksanaan BUMDes secara eksplisit telah disebutkan

peranan dari BUMDes yaitu sebagai bisnis ekonomi dan bisnis sosial. Peranan secara

ekonomi tentu saja meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui usaha-

usaha yang dikelola oleh BUMDes serta kontribusinya terhadap kas desa atau

PADes. Sedangkan peranan secara sosial dapat tirlihat dari bagaimana nantinya

keberadaan BUMDes mampu memberdayakan masyarakat, meningkatkan interaksi

dan solidaritas yang telah terbina selama ini melalui kegiatan BUMDes yang dikelola

secara kolektif.

29 Anom Surya Putra, 2015, Badan Usaha Milik Desa (Surabaya: Spirit Usaha), hal. 27. 30 Ibid., hal. 56.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

69

Peranan BUMDes ini juga tercantum di dalam UU Desa bahwa hasil dari

BUMDes dimanfaatkan selain untuk pengembangan usaha juga dimanfaatkan untuk

pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan untuk

masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang

ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Pembangunan Partisipatif

Di dalam pembangunan, masyarakat memiliki peranan yang sangat penting

karena posisinya sebagai obyek dan subyek dari pembangunan itu sendiri. Artinya,

masyarakat tidak hanya menjadi target atau tujuan dari suatu pembangunan tetapi

juga dilibatkan di dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan

ini sangat penting karena dengan melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan maka pembangunan yang dilaksanakan bisa sesuai dengan kebutuhan

masyarakat.

Pembangunan yang dilaksanakan di desa tentu kebutuhannya akan berbeda

dengan pembangunan yang dilaksanakan di daerah perkotaan. Dalam hal ini

partisipasi secara langsung masyarakat desa mutlak diperlukan termasuk

pembangunan melalui kegiatan pemanfaatan dana BUMDes yang berbasis potensi

lokal.

Kessa (2015), mendefinisikan bahwa pembangunan partisipatif merupakan

suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa dan kawasan perdesaan yang

dikoordinasikan oleh kepala desa dengan mengedepankan kebersamaan,

kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan

perdamaian dan keadilan sosial. Hal ini jelas mengisyaratkan bahwa secara bersama-

sama masyarakat terlibat aktif dalam pembangunan sementara pemerintah desa

bertugas mengkoordinasi pembangunan di desa melalui BUMDes agar berjalan

sebagaimana yang mestinya.Bentuk partisipasi masyarakat di dalam pembangunan

melalui BUMDes tentu saja antara desa satu dengan yang lain berbeda-beda

tergantung dari kebutuhan masyarakat di desa-desa tersebut. Perbedaan ini terkait

dari paradigma pembangunan desa yang digunakan yaitu antara pembangunan desa

dan pembangunan perdesaan.31

31 Wahyudin Kessa, 2015, Perencanaan Pembangunan Desa, Jakarta: Kementrian Pembengunan

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

70

Di dalam UU Desa juga telah dijelaskan antara pembangunan desa dan

pembangunan perdesaan ada perbedaan. Pembangunan desa menggunakan

paradigma “desa membangun” berbasis desa yaitu upaya peningkatan kualitas hidup

dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Sedangkan

pembangunan perdesaan menggunakan paradigma “membangun desa” berbasis

kawasan perdesaan yaitu kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,

termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai

tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan

kegiatan ekonomi.

Tabel 1 BUMDes dalam Desa Membangun dan Membangun Desa

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia), hal. 81.

Isu BUMDes Desa Pembangunan

(“Pembangunan Desa”)

Membangun Desa (“Pembangunan

Perdesaan”)

Basis Lokasi Desa Kawasan Perdesaan

Tujuan

Perekonomian Desa dan pelayanan usaha untuk

warga setempat

Kerjasama antar Desa dan pelayanan

usaha antar-desa

Kewenangan Berdasarkan kewenangan

lokal berskala desa

Kewenangan lokal berskala desa

antar- desa berkolaborasi dengan

kewenangan pemerintah dan pemda

Prosedur Musyawarah desa Musyawarah antar desa

Skala usaha

Pelayanan (serving)

Penyewaan

(renting)

Perdagangan

(trading)

Jasa perantara

(brokering)

Kerjasama kemitraan strategis antar-desa

Diversifikasi usaha berorientasi bisnis keuangan (banking) dan usaha

bersama (holding)

Rencana investasi dengan pihak ketiga (investor)

Institusi

otoritatif

Desa (Pemerintah Desa

dan masyarakat desa)

BKAD (Badan Kerjasama Antar Desa),

terdiri dari: Pemdes, BPD, LKD,

Lembaga Desa lainnya, tokoh masyarakat berbasis keadilan gender

Kelembagaan

BUMDes, Dapat teridiri dari unit

usaha non-berbadan

hukum, maupun unit

usaha berbadan hukum

BUMDes bersama

Kerjasama antar 2 (dua)

BUMDes

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

71

Sumber: Putra, Anom Surya. 2015. Badan Usaha Milik Desa: Spirit Usaha Kolektif

Desa. Jakarta: Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi

Republik Indonesia.

Meskipun dalam pembangunan desa ada dua paradigma yang berbeda, namun

keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu masyarakat bisa berpartisipasi dalam

pembangunan. Partisipasi masyarakat diperlukan dalam pembangunan karena dari

masyarakat akan diperoleh informasi guna identifikasi mengenai kondisi eksisting,

kebutuhan serta sikap terhadap pembangunan. Sebagaimana definsi Arimbi (1993)

bahwa pertisipasi berfungsi sebagai proses komunikasi yang berjalan dua arah dan

terus-menerus. Dua arah yang dimaksud di sini adalah komunikasi antara pemerintah

sebagai pemangku kebijakan dan masyarakat sebagai pihak yang merasakan secara

langsung dampak dari kebijakan tersebut.32 Adanya komunikasi dua arah antara

pemerintah dan masyarakat ini juga akan menciptakan transparansi program-program

pembangunan sehingga kepercayaan masyarakat juga akan terbangun yang

implikasinya akan mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi dan menyikapi

pembangunan secara positif.

METODE PELAKSANAAN

a) Metode Kegiatan

Kegiatan ini merupakan kegaiatan pemberdayaan metode yang digunakan

adalah pertama ,30% wawancara terstruktur dan kuisioner ,disertai contoh –

contoh dan diskusi kelompok.Kedua 70 % berupa demo dan praktek

pengelolaan Bumdes.

b) Subyek Kegiatan

Sasaran pelatihan adalah perangkat desa dan masyarakat desa Balenrejo

Kecamatan Balen kabupaten Bojonegoro yang mempunyai kemauan dan

kemampuan untuk dilatih pengelolaan pemberdayaan Bumdes.

32 Laily, Elida Imro’atin Nur, 2015, “Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan

Partisipatif”, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol 3 No 3 September-Desember 2015, hal.

147.

Penetapan

Perdes Tentang Pendirian

BUMDes

Peraturan Bersama Kepala Desa tentang Pendirian BUMDes bersama

Naskah Perjanjian Kerjasama

antar BUMDes.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

72

RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM

Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan selama 3 bulan.Tempat

kegiatan dibalai desa Sambiroto Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.Adapun

Jadawal kegiatan sebagai berikut :

N

o Kegiatan

Bulan ke-

1 2 3

1. Pembuatan

proposal

x x

2. Pendataan

peserta

x x x

3. Persiapan x x x

4. Pelaksanaan x x

5. Pembuatan

Laporan

x x

Dalam upaya menerapkan metode pelaksanaan program tersebut lebih

ditekankan pada pendekatan individual yang dalam penyampaian materinya dengan

menggunakan ceramah dan demonstrasi (praktek).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program BUMDes sesungguhnya memiliki peran yang strategis dalam

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Dengan mengusung semangat

gotong royong program BUMDes tidak hanya memberikan keuntungan berupa

pembangunan dalam aspek fisik tetapi juga keuntungan dalam aspek sosial.

Di dalam pembangunan desa terdapat dua aspek yaitu pembangunan desa

dalam aspek fisik dan dalam aspek pemberdayaan masyarakat. Pembangunan desa

dalam aspek fisik memiliki obyek utama sarana, prasarana dan manusia misalnya

pembangunan jalan desa, permukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah

dan pendidikan. Sedangkan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk

meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat sehingga

mewujudkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat secara maksimal dan

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

73

digunakan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri secara mandiri baik

secara ekonomi, sosial, agama, dan budaya.

Di dalam pelaksanaan pengelolaan dana BUMDes di berbagai daerah dalam

prakteknya masih seringkali ditemui belum mengusung semangat gotong royong

yang terlihat dari minimnya partisipasi masyarakat sehingga program yang

dijalankan tidak berkesesuaian dengan akar kebutuhan masyarakat desa. Hasilnya

banyak BUMDes yang kemudian mengalami collaps.

a. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Dana BUMDes

Perkembangan BUMDes di Desa Balenrejo yang bisa bertahan hingga saat ini

disaat beberapa desa mengalami collaps adalah adanya partisipasi masyarakat.

Sufyan sebagai ketua BUMDes di Desa Balenrejo saat ini menuturkan bahwa yang

membedakan BUMDes di Desa Balenrejo dengan desa lainnya adalah adanya

keterlibatan antara pemerintah desa dengan masyarakat. Karena belum ada alokasi

gaji bagi pengurus sehingga mereka disebut sebagai relawan BUMDes.

Sementara itu, dari hasil survey menunjukkan bahwa 78% responden

mengetahui tentang adanya program BUMDes, namun hanya 12% saja yang

menyatakan tahu dengan pasti sedangkan 54% menyatakan tahu tetapi hanya sedikit

saja.

Di dalam pengabdian ini juga menemukan bahwa 22% responden mengaku

tidak tahu tentang adanya program BUMDes. Dalam hal ini mengindikasikan bahwa

keberadaan program BUMDes belum sepenuhnya menyentuh atau mengakomodasi

kepentingan seluruh lapisan masyarakat.

Tabel 2 Pengetahuan Program BUMDes

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Ya, Tahu Pasti 12 24

2. Ya, Tahu Tetapi Sedikit 27 54

3. Tidak Tahu 11 22

Jumlah 50 100

Jika program yang ada tidak diketahui atau diketahui tetapi hanya sedikit maka

untuk menjaring partisipasi masyarakat dalam skala menyeluruh sulit untuk

diwujudkan.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

74

Hal ini juga tercermin dari pengakuan 66% yang mengatakan tidak pernah

memperoleh bantuan dari Program BUMDes dan hanya 34% saja yang mengaku

pernah menerima. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa di dalam pelakanaan

BUMDes, pihak pemerintah desa masih kesulitan dalam melakukan pengembangan.

Menurut pengakuan Sufyan selaku ketua BUMDes, selain tenaga yang mengurus

adalah tenaga relawan, kegiatan BUMDes juga sering kali terhambat oleh persoalan

politis di desa. Persoalan politis yang ada terkait dengan pergantian kepala desa yang

seringkali membawa dampak pada perubahan arah program BUMDes yang telah

dicanangkan oleh kepala desa sebelumnya:

“Loh masukan pilkades itu kan dikelompok kelompokkan dukungan. Sementara

pengurus di desa kan harus siap ada yang pro ini pro itu. Itulah yang menjadi

alasan kenapa BUMDes itu di desa secara umum eksistensinya itu mengalami naik

turun itu mungkin karena politisi desa. Terus yang kedua pergantian kepala desa itu

mempengaruhi secara otomatis kepala desa itu kan orang yang ternama. Simpati

akan keberadaan kegiatan itu ada yang ah BUMDes iku opo. Jadi pergantian kepala

desa itu juga pengaruh itu yang terjadi di desa ini. Secara administrasi itu tidak ada

masalah, hanya saja untuk berkembang besar sekarang dalam masa rintisan.

beruntung organisasi dari tahun 2014 kemaren itu datanya ada mulai dari tahun

2014 kemaren itu ada datanya mulai dari SKK, mulai dari AD/ART, program kerja,

peraturan desa regulasi itu ada semua.” Tutur Sufyan.

Tabel 3 Perolehan Bantuan dari Program BUMDes

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Pernah 17 34

2. Tidak Pernah 33 66

Jumlah 50 100

Selain persoalan politis, masih sedikitnya masyarakat yang memperoleh

bantuan dari BUMDes ini adalah karena rendahnya pengetahuan masyarakat terkait

cara mengakses bantuan dari BUMDes. Dari hasil pengabdian sebanyak 16%

responden mengaku tahu cara mengakses bantuan dari program BUMDes, sedangkan

84% responden mengaku tidak tahu.

Ini merupakan sinyal bagi pemerintah Desa Balenrejo bahwasannya

keberadaan BUMDes di Desa Balenrejo masih harus terus disosialisasikan tidak

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

75

hanya terkait tentang keberadaannya tetapi juga cara mengakses hingga pada

transparansi penggunaan dana BUMDes. Hal ini tidak lain untuk menjaring lebih

banyak aspirasi dan partisipasi masyarakat agar program BUMDes memiliki banyak

dukungan dan semakin berkembang.

Tabel 4 Pengetahuan Mengakses Bantuan dari Program BUMDes

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1 Tahu 8 16

2 Tidak Tahu 42 84

Jumlah 50 100

b. Pola Pemanfaatan Dana BUMDes di Desa Balenrejo

Pola pemanfaatan dana BUMDes di Desa Balenrejo selama ini digerakkan

untuk jasa persewaan peralatan. Dengan menggunakan dana BUMDes untuk

kegiatan persewaan dinilai lebih produktif dalam mengakumulasi modal jika

dibandingkan dengan penggunaan yang bersifat simpan pinjam, karena menurut

pengalaman jasa simpan pinjam memiliki kecenderungan akan sulit ditagih kembali

di beberapa masyarakat. Hasil dari jasa sewa peralatan inilah yang kemudian oleh

pemerintah Desa Balenrejo digunakan sebagai pembiayaan pembangunan dan

memberikan beberapa program bantuan kepada masyarakat di Desa Balenrejo.

Dilihat dari jenis bantuan dari BUMDes yang diterima oleh reponden

jenisnya bervariasi. Dalam bidang usaha ada berupa bantuan promosi/pemasaran

produk yang diterima oleh 24% responden. Sebanyak 28% responden juga mengaku

menerima bantuan modal usaha. Beberapa bantuan lain terkait pengembangan usaha

misalnya peralatan, pelatihan dan pendampingan usaha.

Jenis bantuan lainnya berupa tawaran kesempatan usaha/kerja sebanyak 34%.

Dalam bidang kesehatan yaitu pelayanan kesehatan gratis sebanyak 24% dan

dibidang pendidikan berupa beasiswa sekolah sebanyak 28%. Jika diperhatikan dari

jenis program bantuan yang diberikan maka program BUMDes di Desa Balenrejo ini

sudah bergerak pada program- program bantuan yang sifatnya produktif.

Tabel 5 Jenis Bantuan yang diterima Keluarga dari Program BUMDes

No Keterangan Ya Tidak Jumlah

F % F % F %

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

76

1. Bantuan Promosi/Pemasaran Produk 12 24 38 76 50 100

2. Pelayanan Kesehatan Gratis 12 24 38 76 50 100

3. Beasiswa Sekolah 14 28 36 72 50 100

4. Modal Usaha 14 28 36 72 50 100

5. Peralatan Usaha 11 22 39 78 50 100

6. Pelatihan 14 28 36 72 50 100

7. Pendampingan 17 34 33 66 50 100

8. Rehabilitasi Rumah 17 34 33 66 50 100

9. Tawaran Kesempatan Kerja/Usaha 17 34 33 66 50 100

Berbagai bantuan yang diberikan ini berasal dari pengelolaan dana BUMDes

yang selama ini dikelola atau dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat produktif

dan bisa mengakumulasi modal seperti pada tahun 2014 dikembangkan usaha sewa

alat molen proyek, sewa mesin pemotong rumput. Pada tahun 2015, BUMDes Desa

Balenrejo menggunakan anggaran untuk perbaikan kantor dan perpusatakaan. Selain

itu, ada juga usaha sewa terop.

“Ya dari APBDes, seperti contoh tahun 2014 itu ada alokasi anggaran 10

juta di berikan alat molen, sewa alat molen proyek itu, sama mesin pemotong

rumput, terus tahun 2015 ada anggaran untuk perbaikan bersama kantor dan

perpustakaan. Terus program tahun 2016 perencanaan APBDes 25 juta dana dari

APBDes ada rencana kita dapat bantuan dari pemkab APBD kabupaten itu 25 juta

dan tahun ini, dan sekarang kita masih dalam proses pengajuan proposal.” Tutur

Sufyan.

Ke depan salah satu penggunaan dana BUMDes akan digunakan untu

mengembangkan teknologi informasi desa melalui internet desa. Sufyan,

berpendapat bahwa selain berguna untuk pengembangan teknologi informasi desa,

keberadaan internet juga memberikan prospek bisnis yang mneguntungkan.

“Kalau tahun ini rencananya kita mau buat desa full internet. Yang pasti

nanti kita akan buat desa ini ada internetnya, dan kalau dananya ada, kita buat free

wifi. Jadi seluruh masyarakat bisa menggunakan wifi dengan nyaman. Ya itu hasil

dari semuanya. Tapi awalnya ya kita carikan internet yang murah dulu, kita uji coba

dulu. Kita mau buat bisnis internet murah desa wifi itu kan prospeknya bagus

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

77

dilokasi desa karena belum ada desa yang menggunakan karena disini kan sudah

punya indihome. Kita kan FO (Faber Optice) Indihome namanya ada prospek untuk

berbisnis itu jadi seperti contoh mengapa alasanya memilih bisnis itu selain untuk

pengembangan teknologi informasi desa tapi dari prospek sisi lain prospeknya

bagus. Ternyata 1MB kalau kita beli paket di telkomsel 10 MB itu hanya 400,

providernya swasta 1MB itu juga 250ribu jadi itu ada prospek untung jadi ada

internet murah di desa ini. Seperi itulah perencanaanya seperti itu”. Tutur Sufyan

Adanya program BUMDes ini memang belum bisa menjangkau sebagian besar

masyarakat ini, meskipun begitu keberadaan BUMDes untuk dapat membantu

masyarakat masih sangat dibutuhkan. Sebagaimana pengakuan 50% responden

dalam pengabdian ini mengatakan bahwa mereka membutuhkan bantuan program

BUMDes untuk mengembangkan usaha yang mereka tekuni.

Sebanyak 24% responden mengaku cukup membutuhkan bantuan BUMDes

untuk pengembangan usaha, namun ada 24% responden yang mengaku tidak

membutuhkan bantuan BUMDes untuk pengembangan usaha dengan alasan mereka

memang tidak memiliki usaha dan tidak mengetahui jika memperoleh pinjaman

usaha harus digunakan untuk mengembangkan usaha yang seperti apa.

Tabel 6

Kebutuhan akan Bantuan Program BUMDes untuk Pengembangan Usaha

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Membutuhkan 1 2

2. Membutuhkan 25 50

3. Cukup Membutuhkan 12 24

4. Tidak Membutuhkan 12 24

Jumlah 50 100

Selain beberapa jenis bantuan yang sudah digelontorkan oleh pemerintah

Desa Balenrejo dari hasil pengelolaan dana BUMDes, masih banyak berbagai

kebutuhan bantuan program yang masih diharapkan kehadirannya di tengah-tengah

masyarakat. Sebanyak 78% responden mengaku sangat membutuhkan bantuan

permodalan. Sebanyak 66% responden mengaku sangat membutuhkan bantuan

berupa teknologi peralatan dan 78% sangat membutuhkan bantuan bahan baku untuk

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

78

kegiatan usaha mereka.

Terkait dengan pengembangan usaha di masyarakat, sebanyak 44%

responden mengaku sangat membutuhkan bantuan pelatihan amnajemen usaha.

Sebanyak 60% responden juga mengaku sangat membutuhkan bantuan pelatihan

peningkatan kualitas produk, untuk bantuan pemasaran sebanyak 70% responden

mengaku sangat membutuhkan dan 66% responden mengaku sangat membutuhkan

bantuan berupa kemitraan usaha.

Dalam hal ini terlihat bahwa antusias masyarakat dalam adanya kegiatan

BUMDes diharapkan bisa memberi bantuan yang sifatnya tidak hanya permodalan

tetapi juga bantuan pengembangan usaha yang lain yang dapat membuat mereka

berdaya dalam mengembangkan usaha dan menghadapi persaingan pasar yang

semakin ketat. Tidak hanya usaha dalam bidang indutri kecil dimana dukungan pasar

bebas memperbesar arus barang dari luar masuk ke Indonesia tetapi juga dalam

usaha pertanian dimana harus bersaing dengan produk pangan import.

c. Kontribusi BUMDes Dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat

Di dalam pembangunan desa hal yang perlu diketahui adalah memahami dan

memperhatikan berbagai kehususan atau keunikan yang ada di dalam masyarakat

desa tersebut. Tanpa mengetahui hal tersebut kemungkinan program pembangunan

yang dilaksanakan tidak akan berjalan seperti yang diharapkan (Nasrul, 2013).

Demikian dengan pembangunan desa yang dilakukan melalui program

BUMDes juga hendaknya berkesesuaian dengan potensi lokal yang ada.

Sebagaimana pola pemanfaatan dana BUMDes yang telah dilakukan oleh Desa

Balenrejo dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat lokal yang mayoritas

sebagian besar bekerja sebagai petani tentunya diharapkan usaha yang dikelola bisa

memenuhi kebutuhan dalam sektor tersebut.

Dalam prakteknya, pengelolaan dana BUMDes di Desa Balenrejo sebagian

besar digunakan untuk jasa persewaan alat molen, alat pemotong rumput dan terop.

Dari berbagai usaha tersebut memang mampu memberikan pemasukan, akan tetapi

apakah hal tersebut dapat memberikan kontribusi tidak hanya dari segi pembangunan

fisik tetapi juga aspek pemberdayaan bagi masyarakat.

Selama ini, masyarakat di Desa Balenrejo telah memperoleh manfaat

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

79

langsung dari adanya program BUMDes yaitu dari aspek pembangunan fisik yang

berupa perbaikan sarana publik. Sebanyak 54% responden mengaku memperoleh

manfaat bantuan fasilitas publik dari program BUMDes dan hanya 22% yang

menyatakan lumayan merasakan.

Tabel 7 Perolehan Manfaat Bantuan Fasilitas Publik dari Program BUMDes

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Merasakan 27 54

2. Merasakan 12 36

3. Lumayan Merasakan 11 22

4. Tidak Ikut Merasakan 0 0

Jumlah 50 100

Adapun jenis bantuan yang diterima oleh desa dari hasil pengelolaan dana

BUMDes secara fisik ada 18% responden yang mengatakan untuk perbaikan/

pembangunan jalan. Sebanyak 24% responden mengaku dari program BUMDes ada

bantuan perbaikan/ pembangunan fasilitas publik bidang ekonomi dan 24%

responden mengaku untuk perbaikan/pembangunan tempat ibadah.

Program BUMDes juga berkontribusi untuk perbaikan/ pembangunan

jembatan yang dinyatakan oleh 6% responden. Sebanyak 26% mengatakan bahwa

program BUMDes membantu perbaikan/pembangunan sarana air bersih dan 2%

untuk pembangunan fasilitas kesehatan.

Selain berbagai perbaikan/ pembangunan fasilitas umum tersebut, kegiatan

BUMDes di Desa Balenrejo juga mewadahi dan bekerja sama dengan berbagai

kegiatan kelembagaan di masyarakat seperti kelompok warga, kelompok remaja,

kelompok anak sebagaimana yang dituturkan oleh Sufyan berikut ini.

“Kalau sementara ini sih hanya itu saja. paling ya kegiatan rutin kelompok

saja. Kita ini punya beberapa kelompok warga, seperti kelompok tani, kelompok ibu-

ibu PKK, kelompok pemuda, kelompok anak. Semuanya ikut aktif dalam kegiatan

BUMDes. Ya itu bukan seluruhnya bagian BUMDes, tapi juga kegiatan rutin dari

warga saja. Disini semuanya lengkap. Ini juga sebagai bentuk dukungan dari

adanya BUMDes. Kita juga menjadi salah satu BUMDes terbaik di Bojonegoro. Kita

aktif, segala hal kita ikuti. Kita baru bangun semua kebutuhan warga seperti

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

80

puskesmas yang depan itu, perbaikan jalan depan, sarana air, perpustakaan,

semuanya kerjasama dari kelompok-kelompok yang ada, kemudian kita sebagai

BUMDes mewadahi itu semua”. Tutur Sufyan.

Tabel 8 Jenis Bantuan yang diterima Desa dari Program BUMDes

No. Keterangan Frekuensi Persentase

1. Perbaikan/Pembangunan Jalan 9 18

2. Perbaikan/Pembangunan Fasilitas Publik Bidang

Ekonomi

12 24

3. Perbaikan/Pembangunan Tempat Ibadah 12 24

4. Perbaikan/Pembangunan Jembatan 3 6

5. Perbaikan/Pembangunan Sarana Air Bersih 13 26

6. Perbaikan/Pembangunan Fasilitas Kesehatan 1 2

Jumlah 50 100

Hasil dari berbagai usaha BUMDes di Desa Balenrejo terbukti telah mampu

memberikan kontribusi dalam pembangunan desa secara fisik, akan tetapi

pembangunan desa dari aspek pemberdayaan masyarakat belum tersentuh. Hal ini

dikarenakan oleh adanya keterbatasan yang dimiki terutama dari segi pembiayaan

sebagaimana dituturkan oleh Sufyan berikut ini.

“Kalau sampai pemberdayaan kita belum ya, karena dana juga masih

terbatas, lagipula kalau pinjam meminjam begitu mungkin sudah ada bagiannya

sendiri. Seperti Koperasi Wanita, atau Ibu-ibu PK, atau perkumpulan yang lain. Kita

disini istilahnya masih kumpul dana, mengumpulkan pemasukan untuk BUMDes

supaya kita juga ada pengurus resmi yang memang dapat dipekerjakan untuk

membangun kemajuan desa melalui BUMDes itu. Jadi dengan kata lain untuk

bantuan modal belum ada. Mungkin warga pinjam dengan cara lain. tapi kita

upayakan pemasukan untuk kokohnya BUMDes ini, kemudian pelayanan publik yang

lebih bagus lagi”. Tutur Sufyan.

Sementara itu, dari adanya program BUMDes ini manfaat atau kontribusi

yang ingin diperoleh oleh masyarakat. Kontribusi tersebut sebagian besar terkait

dengan kegiatan atau program yang bersifat pemberdayaan dimana nantinya mereka

bisa meningkatkan kesejahteraan secara berkelanjutan.

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

81

Sebanyak 20% responden menyatakan sangat membutuhkan adanya program

BUMDes akan meningkatkan penghasilan. Program BUMDes dipercaya dapat

meningkatkan penghasilan di masyarakat karena menekankan prinsip gotong royong.

Meningkatkan penghasilan BUMDes yang dijiwai oleh semangat kebersamaan dan

self help dalam upaya memperkuat ekonomi kelembagaannya akan bergerak seiring

dengan peningkatan sumber- sumber pendapatan asli desa dengan tergeraknya

kegiatan ekonomi masyarakat di bawah naungan BUMDes. Dengan adanya

kebersamaan dan mekanisme self help ini akan mengurangi peran free rider yang

seringkali meningkatkan biaya transaksi ekonomi dengan praktek rente di

masyarakat (Nurcholis, 2011: 88 dalam Ramadana, dkk.).

Dalam bidang ekonomi kontribusi BUMDes dalam meningkatkan peluang

atau kesempatan kerja menurut 34% responden sangat dibutuhkan. Demikian juga

dalam meningkatkan peluang pengembangan usaha di masyarakat juga menurut 16%

sangat dibutuhkan.

Dengan keberadaan BUMDes juga diharapkan bisa berkontribusi pada

sektor-sektor lain seperti meningkatkan peluang kelangsungan pendidikan anak,

meningkatkan derajad kesehatan, dan yang terpenting menurut 38% sangat

dibutuhkan adanya kontribusi dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan

responden.

Dari analisa yang telah dilakukan, sebenarnya banyak kontribusi BUMDes

bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, akan tetapi dalam

pengelolaannya sekali lagi masih banyak kendala yang harus dihadapi terutama

terkait persoalan anggaran maupun situasi politis di wilayah tersebut. Belajar dari

kesuksesan Desa Balenrejo dalam pemanfaatan dana BUMDes sebenarnya masih

banyak yang perlu diperbaiki karena adanya kendala tersebut menyebabkan

BUMDes di Desa Balenrejo belum mampu melakukan pembangunan desa dari sisi

pemberdayaan masyarakat.

PENUTUP

Sebagai program strategis dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat

desa, keberadaan BUMDes di berbagai daerah justru mengalami situasi sulit dan

banyak yang dalam perjalanannya tidak membuahkan hasil. Berbagai kendala telah

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

82

diteliti dan menemukan banyak variabel penyebab yang menjadikan BUMDes tidak

bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan. BUMDes Desa Balenrejo merupakan

salah satu bukti BUMDes yang masih eksis ditengah-tengah pembangunan desa

tersebut.

Studi yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat tentang partisipasi, pola

pemanfaatan dan juga kontribusi BUMDes di Desa Balenrejo serta berbagai kendala

pengembangan yang dihadapi. Tujuannya tidak lain adalah mengembangkan

keberhasilan BUMDes yang sudah ada dan memberi masukan atau solusi bagi

permasalahan yang tengah dihadapi.

Dari analisis data yang telah telah dilakukan, adapun beberapa kesimpulan

dalam pengabdian ini yaitu: Partisipasi masyarakat dalam kegiatan BUMDes masih

rendah, hal ini terlihat dari pengetahuan masyarakat tentang program BUMDes.

Program kegiatan BUMDes di Desa Balenrejo belum banyak diketahui oleh

masyarakat. Di dalam pengabdian ini 54% responden menyatakan tahu tetapi hanya

sedikit saja. Hal ini juga tercermin dari pengakuan 66% yang mengatakan tidak

pernah memperoleh bantuan dari Program BUMDes dan hanya 34% saja yang

mengaku pernah menerima. masih sedikitnya masyarakat yang memperoleh bantuan

dari BUMDes ini adalah karena rendahnya pengetahuan masyarakat terkait cara

mengakses bantuan dari BUMDes. Dari hasil pengabdian sebanyak 16% responden

mengaku tahu cara mengakses bantuan dari program BUMDes, sedangkan 84%

responden mengaku tidak tahu.Pola pemanfaatan dana BUMDes dipergunakan untuk

usaha jasa persewaan mesin molen, alat pemotong dan terop, yang kemudian hasil

usahanya untuk perbaikan atau pembangunan fisik desa, sementara untuk kegiatan

pemberdayaan masih minim karena terhambat oleh persoalan modal dan politis.

Program pemberdayaan misalnya alam bidang usaha ada berupa bantuan

promosi/pemasaran produk yang diterima oleh 24% responden. Sebanyak 28%

responden juga mengaku menerima bantuan modal usaha. Beberapa bantuan lain

terkait pengembangan usaha misalnya peralatan, pelatihan dan pendampingan usaha.

Jenis bantuan lainnya berupa tawaran kesempatan usaha/kerja sebanyak 34%. Dalam

bidang kesehatan yaitu pelayanan kesehatan gratis sebanyak 24% dan dibidang

pendidikan berupa beasiswa sekolah sebanyak 28%. Sebagian besar kontribusi

adanya BUMDes dirasakan masyarakat dari aspek pembangunan fisik seperti adanya

Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017

83

perbaikan atau pembangunan fasilitas publik yaitu sebanyak 54% responden

mengaku memperoleh manfaat bantuan fasilitas publik dari program BUMDes.

Sedangkan kontribusi untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat masih belum

banyak dirasakan manfaatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Puguh, 2015, “Implementasi Kebijakan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) di Bojonegoro (Studi di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu

dan Desa Kedungprimpen Kecamatan Kanor)”, Jurnal Politik Muda (JPM),

Volume 4, Nomor 1, Januari-Maret 2015.

Chambert, Robert, 1987, Pembangunan Desa Mulai dari Belakang, Jakarta: LP3ES.

Kessa, Wahyudin, 2015, Perencanaan Pembangunan Desa, Jakarta: Kementrian

Pembengunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Laily, Elida Imro’atin Nur, 2015, “Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan

Pembangunan Partisipatif”, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol 3

No 3 September-Desember 2015.

Nasrul, Wedy, 2013, “Peran Kelembagaan Lokal Adat Adat Dalam Pembangunan

Desa”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013.

Putra, Anom Surya, 2015. Badan Usaha Milik Desa. Surabaya: Spirit Usaha.

Ramadana, dkk., Keberadaan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sebagai Penguatan

Ekonomi Desa (Studi di Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten

Malang)”, tidak diterbitkan.

Scott, James C., 1989, Moral Ekonomi Petani, Jakarta: LP3ES.

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi (ed.), 1995, Metode Penelitian Survey, Jakarta:

LP3ES.

Soehartono, Irawan, 1995, Metode Penelitian Sosial, Bandung: P.T. Remaja

Rosdakarya.

Suyanto, Bagong & Karnaji, 2005, Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial, Surabaya:

Airlangga University Press.

Zain, Machmoed, 1999, “Reformasi Pengentasan Kemiskinan: Dari Pendekatan

Ekonomi ke Pendekatan Kesejahteraan”, Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan

Politik, Th XII, No.4 Oktober 1999.