Attanwir Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat
SUSUNAN PENGURUS
Penanggung Jawab
Hanafi
Mitra Bestari
Abdul Muhid (UIN Sunan Ampel Surabaya)
Zainal Habib (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)
Nizarul Alim (Universitas Trunojoyo Madura)
Heli Ihsan (UPI Bandung)
Redaktur
Siti Choirotul Ula
Riza Multazam Luthfy
Penyunting
Moh. Muhajir
Redaktur Pelaksana
Nur Idam Laksono
Sekretariat
Abd. Hafid
Alamat Redaksi
Jl. Raya Talun No. 220 Sumberrejo Bojonegoro 62191
“Attanwir” merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan enam bulan sekali oleh STAI Attanwir
Bojonegoro. Dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah antar staf
pengajar, mahasiswa, alumni dan pembaca yang berminat serta masyarakat pada umumnya.
PENGANTAR REDAKSI
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi dzat yang selalu memberikan segala bentuk nikmat-Nya, sehingga
atas izin-Nya, Jurnal Attanwir bisa terbit.
Jurnal Attanwir merupakan akumulasi tulisan dari beberapa kegiatan pengabdian
masyarakat yang dilakukan oleh para akademisi. Sebagai wujud komitmen terhadap
ilmu pengetahuan, Jurnal Attanwir berusaha memberikan kontribusi ilmiah dengan
menerbitkan tulisan-tulisan hasil pengabdian masyarakat para dosen baik di
Bojonegoro maupun wilayah lainnya. Dengan demikian, hal ini akan membuka
wawasan serta memberikan motivasi dan inspirasi bagi setiap pembaca, baik
kalangan mahasiswa, dosen, maupun umum.
Tentu masih dijumpai beberapa kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu,
saran dan kritik sangat ditunggu demi perbaikan dalam penerbitan di masa yang akan
datang.
Demikian, semoga Jurnal Attanwir dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
pembaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Redaksi
DAFTAR ISI
Short Course: Pelatihan Pengolahan Data dengan Software SPSS 24.0
untuk Dosen STAI Attanwir Bojonegoro
Aris Zulianto; STAI Attanwir Bojonegoro
1
Pelatihan Pemanfaatan Sampah untuk Pembuatan Tas dan Dompet
Daur Ulang dalam Peningkatan Keterampilan Siswa Kelas XI
di MAI Attanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro
Eryul Mufidah; STAI Attanwir Bojonegoro
14
Pelatihan Keterampilan Seni Daur Ulang Sampah Kantong Plastik
untuk Menciptakan Peluang Usaha bagi Ibu-ibu Rumah Tangga
Desa Plesungan Kecamatan Kapas Bojonegoro
M. Ali Nur Huda; STAI Attanwir Bojonegoro
23
Pelatihan Pembuatan Makanan Ringan Berbahan Dasar Terong Sebagai
Upaya Pengembangan Produk Pangan Sehat dan Aman bagi Anak-anak
di Kecamatan Kanor Bojonegoro
Mifta Hulaikah; STAI Attanwir Bojonegoro
31
Pelatihan Organisasi IPNU-IPPNU di Desa Prigi Kecamatan Kanor Bojonegoro
Mundhori; STAI Attanwir Bojonegoro
36
Pelatihan Manajerial Skill bagi Tenaga Teknis Kefarmasian
Asisten Apoteker Se-Kecamatan Bojonegoro Kota
Nurul Fitriandari; STAI Attanwir Bojonegoro
42
Pendampingan Pendirian KSPPS BMT Alzaitun
di Desa Nglarangan Kecamatan Kanor Bojonegoro
Riza Multazam Luthfy; STAI Attanwir Bojonegoro
54
Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
di Desa Balenrejo Kecamatan Balen Bojonegoro
Sugito; STAI Attanwir Bojonegoro
65
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
1
SHORT COURSE: PELATIHAN PENGOLAHAN DATA DENGAN
SOFTWARE SPSS 24.0 UNTUK DOSEN STAI ATTANWIR BOJONEGORO
Aris Zulianto
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Penelitian yang bersifat kuantitatif membutuhkan statistik sebagai alat bantu dalam
analisis data. Statistik berfungsi sebagai alat pembukti hipotesis baik pada penelitian
yang bersifat asosiasi (hubungan) maupun perbedaan. Fenomena statistik dalam
penelitian sosial didominasi dengan sifat asosiasi (hubungan) dan diikuti dengan
perbedaan (komparasi), meskipun tak jarang selalu diawali dengan deskriptif. Dalam
statistik, segala bentuk fenomena yang akan dianalisis diangkakan terlebih dahulu
(diwakili oleh angka, baik yang bernilai mutlak atau tidak), sehingga penelitian yang
menggunakan statistik membutuhkan skala pengukuran.
Hasil Short Course Statistik dengan program SPSS 24.0 hal ini dapat diihat dari
pemahaman peserta mengenai kesesuaian alat statistik dengan permasalahan
penelitian, dan kemampuan peserta menganalisis data dilihat hasil latihan yang
diberikan oleh pelaksana kegiatan. Ketercapaian materi yang diberikan cukup baik
dilihat dari hasil lembar evaluasi pembelajaran, sebagian besar peserta menguasai
materi dengan baik.
Kata Kunci: Short Cource Statistik, Program Statistik SPSS 24.0
ABSTRACT
Quantitative research requires statistics as a tool in data analysis. Statistics serve as
a tool to prove hypotheses both in research that are associations (relationships) and
differences. The statistical phenomenon in social research is dominated by the
nature of associations (relationships) and followed by differences (comparations),
although not infrequently always begins with descriptive. In statistics, all forms of
phenomena that will be analyzed are considered first (represented by numbers,
whether absolute or not), so that research using statistics requires a measurement
scale.
Results of Short Course Statistics with SPSS 24.0 program can be seen from the
participants' understanding of the suitability of statistical tools with research
problems, and the ability of participants to analyze the data seen from the results of
the exercises provided by the implementing activities. The achievement of the
material given is good enough to be seen from the result of the evaluation evaluation
sheet, most of the participants have mastered the material well.
Keywords: Short Cource Statistics, Statistical Program SPSS 24.0
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
2
LATAR BELAKANG
Dalam rangka pengembangan ketrampilan para dosen di STAI Attanwir
dalam bidang kompetensi analisis statistik yang digunakan penelitian kualitatif,
kuantitatif serta penelitian riset dan pengembangan.Dan di dukung oleh hasil saran
atau masukan dari para dosen di STAI Attanwir untuk mengadakan short course:
pelatihan pengolahan data dengan sofware SPSS 24.0 karena masih ada dosen yang
mengalami kesulitan dalam pengolahan data menggunakan tools statistik.
Kendala dosen dalam menghasilkan karya ilmiah yaitu kesibukan sehari-hari
mengajar di luar jam mengajar serta kendala pemahaman alat-alat analisis beserta
praktiknya. Dosen sebagai tenaga pendidikan mempunyai peranan yang penting,
selain memberikan teori, dosen mampu memberikan contoh berkarya terutama dalam
penelitian. UU No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional mengisyaratkan
adanya pendidikan yang bermutu, pendidikan yang bermutu tersebut sangat
dipengaruhi oleh penyelenggaraan pendidikannya. Salah satu bagian dari tri dharma
perguruan tinggi doesn selain mengajar adalah memberikan contoh cara berkarya
terutama dalam menulis. Dengan pengalaman berkarya, terutama dalam menulis dan
meneliti, dosen bisa benar-benar memahami kondisi lapangan dan mendesiminasikan
hasil penelitiannya dalam pengajarannya. Kemampuan analisis statistika beserta
keterampilan menggunakan program statistik diharapkan mampu meningkatkan
motivasi dosen melakukan penelitian.
Berdasarkan uraian di atas, dipertimbangkan perlu dilakukan kegiatan short
course: pelatihan pengolahan data dengan sofware SPSS 24.0 untuk dosen STAI
Attanwir Bojonegoro dan hanya difokuskan pada peningkatan kemampuan
memahami cara menggunakan statistik secara tepat dan mampu menggunakan
program statistik dalam menganalisis data penelitian. Harapannya, setelah pelatihan,
dosen-dosen menjadi lebih produktif dalam menghasilkan penelitian yang
bermanfaat dalam pengajaran.
TINJAUAN PUSTAKA
Statistik
Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, statistik mulai banyak menggunakan
bidang-bidang dalam matematika, terutama probabilitas. Cabang statistika yang saat
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
3
ini banyak digunakan untuk mendukung metode ilmiah dan statistika inferensi
dikembangkan pada paruh abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh Ronald Fisher
(peletak dasar statistika inferensi), Karl Pearson (metode regresi linear), dan William
Sealey Gosset (meneliti problem sampel berukuran kecil). Penggunaan statistik pada
masa sekarang dapat dikatakan telah menyentuh semua bidang ilmu pengetahuan,
mulai dari astronomi hingga linguistik. Bidang-bidang ekonomi, biologi, dan cabang-
cabang terapannya, serta psikologi, banyak dipengaruhi oleh statistika dalam
metodologinya. Akibatnya, lahirlah ilmu-ilmu gabungan seperti ekonometrika,
biometrika (atau biostatistika), dan psikometrika.1 Penggunaan istilah statistika
berakar dari istilah-istilah dalam bahasa Latin modern statisticum collegium (‘dewan
negara’) dan bahasa Italia statista (‘negarawan’ atau ‘politikus’). Akan tetapi,
statistika banyak diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam
(misalnya astronomi dan biologi), ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan
psikologi), maupun di bidang bisnis (ekonomi dan industri). Statistika juga
digunakan dalam pemerintahan untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk
merupakan salah satu prosedur yang paling dikenal. Aplikasi statistika lainnya yang
sekarang populer adalah prosedur jajak pendapat atau polling (misalnya dilakukan
sebelum pemilihan umum), serta jajak cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau
quick count. Di bidang komputasi, statistika dapat pula diterapkan dalam pengenalan
pola maupun kecerdasan buatan. Statistik merupakan bagian terpenting dalam
metode penelitian. Statistik digunakan sebagai alat bantu pengambilan keputusan.2
Penelitian yang bersifat kuantitatif membutuhkan statistik sebagai alat bantu dalam
analisis data. Statistik berfungsi sebagai alat pembukti hipotesis baik pada penelitian
yang bersifat asosiasi (hubungan) maupun perbedaan. Fenomena statistik dalam
penelitian sosial didominasi dengan sifat asosiasi (hubungan) dan diikuti dengan
perbedaan (komparasi), meskipun tak jarang selalu diawali dengan deskriptif.
Dalam statistik, segala bentuk fenomena yang akan dianalisis diangkakan
terlebih dahulu (diwakili oleh angka, baik yang bernilai mutlak atau tidak), sehingga
penelitian yang menggunakan statistik membutuhkan skala pengukuran Statistik
diklasifikasikan menjadi dua bidang3 yaitu (Douglas et al, 2003; Wijaya, 2012):
1 Tony Wijaya, 2009, Analisis Data Penelitian, Yogyakarta: Cahaya Atma), hal. 23. 2 Ken Black, 2013, Business Statistics (John Willey & Sons), hal. 17. 3 Tony Wijaya, 2012, Cepat Menguasai SPSS (Yogyakarta: Cahaya Atma), hal. 36.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
4
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif merupakan proses transformasi data penelitian dalam
bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Deskriptif sifatnya
menggambarkan atau mendeskripsikan suatu kondisi. Statistik deskriptif berfungsi
memelajari tata cara pengumpulan, pencatatan, penyusunan, dan penyajian data
penelitian dalam bentuk tabel frekuensi atau grafik, dan selanjutnya dilakukan
pengukuran nilai-nilai statistiknya seperti mean/rerata.
2. Statistik Induktif atau Statistik Inferensial
Ilmu pengetahuan statistik yang bertugas memelajari tata cara penarikan
kesimpulan mengenai keseluruhan populasi berdasarkan data hasil penelitian pada
sampel (bagian dari populasi). Berdasarkan asumsi yang mendasarinya, statistik
induktif dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Statistik Parametrik. Pendugaan dan uji hipotesis dari parameter populasi
didasarkan anggapan bahwa skor-skor yang dianalisis telah ditarik dari suatu
populasi dengan distribusi tertentu. Skala pengukuran yang digunakan adalah
skala interval ataupun ratio, serta harus berdistribusi normal.
b. Statistik Nonparametrik. Pendugaan dan uji hipotesis dari parameter populasi
didasarkan anggapan bahwa skor-skor yang dianalisis telah ditarik dari suatu
populasi dengan bebas sebaran (tidak mengikuti distribusi tertentu). Skala
pengukuran yang digunakan adalah nominal dan ordinal, serta tidak harus
berdistribusi normal.
Program Statistik SPSS
Statistik memproses angka dan menghasilkan output yang juga berupa angka.
INPUT PROSES OUTPUT
(Angka) Kalkulasi (Angka)
SPSS merupakan salah satu prohram yang mulai dikembangkan pada tahun
1960 sebagai salah satu perangkat lunak untuk alat bantu penghitungan secara
statistik oleh Norman H. Nie, C. Hadlay serta Date Bent dari Stanford University.
Kemudian, pada tahun 1984 dikenalkan SPSS/PC+ untuk Personal Computer (PC).
Versi window baru di-release pada tahun 1992 sampai sekarang. SPSS mengalami
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
5
perkembangan dari versi 6.0 hingga versi terbaru sampai saat ini SPSS versi 24.0
yang baru beredar di Indonesia milik IBM, dan kemungkinan akan terus berkembang
dalam versi-versi berikutnya. Pada dasarnya pengoperasian SPSS memiliki kesamaan
dalam berbagai versi, perbedaan hanya pada fasilitas tambahan yang ditawarkan.
Banyak program statistik yang ditawarkan baik secara gratis (free) ataupun harus
membayar yang berlisensi. SPSS dirancang secara user friendly sehingga mudah
digunakan dibandingkan software-software lainnya yang kebanyakan menggunakan
bahasa program. Layar kerja SPSS untuk memasukkan data dan layar kerja untuk
mendefinisikan variabel.
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
Kerangka Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil analisis situasi dan kajian pustaka serta rapat dosen STAI
Attanwir, dapat disimpulkan bahwa para Dosen di STAI Attanwir mengalami
permasalahan dalam menggunakan statistik beserta program statistik. Permasalahan
tersebut disebabkan oleh berbagai faktor, satu diantaranya yang sangat penting
adalah belum mengenal secara tepat metode statistik dan program-program statitsik
dalam analisis data. Dengan demikian, dapat dirumuskan permasalahan secara lebih
operasional sebagai berikut.
1. Bagaimana meningkatkan kemampuan dosen memahami alat statistik secara
tepat? Pemahaman yang dimaksud meliputi:
a. pemahaman mengidentifikasi, dan memilih alat statistik yang tepat.
b. pemahaman fungsi-fungsi alat statistik
2. Bagaimana meningkatkan kemampuan dosen menggunakan atau
menjalankan program statistik tersebut?
Realisasi Pemecahan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat di
STAI Attanwir adalah memberikan pemahaman penggunaan metode statistik dan
mampu menggunakan program statistik dalam menganalisis data. Oleh karena itu,
diusulkan kerangka pemecahan masalah secara operasional sebagai berikut:
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
6
Kerangka pemecahan masalah dengan menerapkan langkah kerja dalam
pengabdian masyarakat sebagai berikut:
1. Menetapkan jumlah peserta pelatihan yaitu Dosen STAI Attanwir sejumlah 30
Dosen
2. Semua peserta dikumpulkan di suatu tempat/ruangan yang memadai untuk
penyelenggaraan pelatihan, yang akan dilaksanakan pelatihan (tatap muka)
minimal selama 8 jam (1 hari)
3. Memberikan materi pelatihan yang meliputi :
a. Materi 1 : pemahaman metode statistik meliputi deskriptif, asosiatif,
komparatif dan multivariat
b. Materi 2 : pemahaman dalam :
1) Menjalankan program statistik.
2) Membaca output program
3) Menganalisis data menggunakan program statistik.
Kerangka pikir untuk pemecahan masalah dapat dipaparkan dalam bentuk
matriks berikut:
Masalah Upaya Pemecahan Masalah
Bagaimana meningkatkan kemampuan
dosen memahami alat statistik secara
tepat? Pemahaman meliputi :
a.pemahaman mengidentifikasi dan
memilih alat statistik yang tepat
b.pemahaman fungsi-fungsi alat
statistik
Dilakukan perkuliahan teori statistik di
isi ceramah, tanya jawab dan contoh
kasus
Bagaimana meningkatkan kemampuan
dosen menggunakan atau menjalankan
program statistik tersebut
Dilakukan pelatihan menggunakan
program statistik di isi ceramah,tanya
jawb dan contoh kasus
Khalayak Sasaran
Sasaran pelatihan adalah para Dosen di STAI Attanwir khususnya yang
tergabung dalam berbagai prodi ekonomi syariah, bimbingan konseling
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
7
islam,pendidikan bahasa arab dan pendidikan madrasah ibtidaiyah yang mempunyai
kemauan dan kemampuan untuk dilatih menggunakan alat statistik. Pemilihan dan
penetapan sasaran pelatihan ini mempunyai pertimbangan rasional-strategis dalam
kaitannya dengan upaya peningkatan kualitas dan kuantitas penelitian dosen STAI
Attanwir di masa mendatang.
Kegiatan pelatihan ini merupakan bentuk pembinaan kemampuan dosen
untuk menganalisis dengan bantuan program statistik. Dilihat dari profesinya, dosen
memiliki potensi, pengetahuan dan kemampuan untuk melakukan penelitian karena
sebagai agen dalam knowledge transfer.
METODE YANG DIGUNAKAN (TAHAPAN KEGIATAN)
Metode kegiatan ini berupa pelatihan kepada para dosen di STAI Attanwir.
Dosen dibimbing untuk menerapkan hasil pelatihan dalam rangka meningkatkan
kemampuan dosen dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah tahapan pelatihan
yang dilakukan:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yang dilakukan meliputi :
a. Survey
b. Pemantapan dan penentuan lokasi dan sasaran
c. Penyusunan bahan/materi pelatihan, yang meliputi: makalah dan
modul untuk kegiatan pelatihan
2. Tahap Pelaksanaan Pelatihan
Tahap pelaksanaan pelatihan dilakukan persiapan. Dalam tahap ini dilakukan
pertama, penjelasan tentang teori statistik, sesi pelatihan ini menitik beratkan
pada pemberian penjelasan statistik dan penggunaannya yang tepat sesuai
permasalahan; kedua, sesi pelatihan yang menitik beratkan pada kemampuan
aplikasi program statistik.
3. Metode Pelatihan
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut digunakan beberapa metode pelatihan,
yaitu:
a. Metode Ceramah
Metode ceramah dipilih untuk memberikan penjelasan tentang statistik.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
8
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab penting bagi para peserta pelatihan, baik di saat
menerima penjelasan tentang teori serta saat mempraktekkannya,
c. Metode Simulasi
Metode simulasi ini sangat penting diberikan kepada para peserta
pelatihan untuk memberikan kesempatan mempraktekan materi pelatihan
yang diperoleh.
RANCANGAN EVALUASI
Evaluasi kegiatan dilakukan selama proses dan akhir pelatihan, pada aspek
pencapaian tujuan pelatihan dan juga penyelenggaraan pelatihan. Evaluasi proses dan
hasil (pencapaian tujuan pelatihan) dilakukan dengan angket tanya jawab, dan
observasi. Indikator keberhasilan dalam pelaksanaan pelatihan penggunaan program
statistik ada 2 metode yang ditempuh, yaitu: (1) Evaluasi selama proses pelatihan,
dan (2) evaluasi pasca pelatihan.
1. Evaluasi selama proses pelatihan
Evaluasi saat pelaksanaan pelatihan meliputi, keterlibatan dan
kemampuan peserta setiap tahap pelatihan. Pada Tahap akhir, peserta
diharapkan dapat melakukan kegiatan pengolahan data yaitu :
(1) mengidentifikasi, dan memilih alat statistik yang sesuai dengan
permasalahan penelitian, (2) membaca output statistik, (3) mampu
melakukan interpretasi dan pengambilan kesimpulan awal dari
hasil/output statistik.
Indikator keberhasilan pelatihan ini adalah apabila:
a. Lebih dari 90% peserta/dosen memahami kegiatan pelaksanaan pelatihan
b. Lebih dari 75% peserta/dosen mampu mempratekkan
c. Lebih dari 50% peserta/dosen bersedia mensosialisasikan kemampuan
mengolah data dengan program statistik
2. Evaluasi Pasca Pelatihan
Keberhasilan kegiatan pengabdian masyarakat ini akan dievaluasi
berdasarkan taraf penyelesaian materi pelatihan, dan Tim Pengabdian akan
melakukan evaluasi dengan mengamati dan memeriksa hasil pengolahan data
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
9
yang dibuat guru saat pelatihan. Instrumen kriteria penilaian tingkat
kebermanfaatan kegiatan pelatihan ini diungkap dengan instrumen yang telah
disiapkan seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Instrumen Evaluasi Respon Peserta Terhadap Kegiatan Pelatihan.
Short Course : Pelatihan Pengolahan Data Dengan Sofware Spss 24.0 Untuk
Dosen Stai Attanwir Bojonegoro
Petunjuk: Jawablah pertanyaan berikut
dengan memberi tanda silang (X) pada
kolom jawaban dengan keadaan
sebenarnya
Jawaban Keterangan
0 = Tidak bermanfaat
1 = kurang
bermanfaat
2 = bermanfaat
3 = sangat bermanfaat
0 1 2 3
Tingkat pelaksanaan pelatihan kegiatan untuk memahami………….
1.Pengetahuan tentang statistic
2.Memahami mengidentifikasi,dan
memilih alat statistic
3.Memahami manfaat statistik dalam
analisis data
Tingkat pelaksanaan pelatihan kegiatan untuk mempraktekkan
kemampuan……
4.Kemampuan menjalankan program
statistic
5.Kemampuan menganalisis data dengan
program statistik
6.Kemampuan membaca output
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
10
RENCANA JADWAL KERJA
Pelaksanaan kegiatan pelatihan ini membutuhkan alokasi waktu selama lima
bulan, dimulai sejak penandatangan kontrak kerja. Berbagai kegiatan operasional dan
terperinci sebagaimana pada tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Rencana dan Jadwal Kerja
No
.
Kegiatan Bulan
1-3 4 5
1. Survey awal pemantapan program X
2. Pendaftaran peserta X
3. Seminar rencana kegiatan X
4. Pemantapan makalah / modul pelatihan program statistic X
5. Pelaksanaan pelatihan:
Sesi I :
Penjelasan
a) Pengenalan statistik deskriptif
b) Pengenalan statistik asosiatif
c) Pengenalan statistik komparatif
d) Pengenalan statistik multivariate
X
6. Sesi 2
Pelaksanaan pelatihan program statistik:
a) Pengenalan program SPSS 24.0
b) Tutorial statistic deskriptif
c) Tutorial statistic asosiatif
d) Tutorial statistic komparatif
e) Tutorial statistic multivariate
X
7. Pembuatan laporan X
8. Seminar hasil kegiatan X
9. Revisi laporan X
10. Penggandaan laporan X
11. Pengiriman laporan X
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
11
HASIL YANG DICAPAI
Keterampilan
Kegiatan PPM pelatihan statistik dan program statistik bagi dosen di STAI
Attanwir dilaksanakan dengan metode tatap muka dan praktik aplikasi program
SPSS berjalan lancar dan baik. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan tanggal 15
Oktober 2017. Pertemuan tatap muka diberikan dengan cara ceramah konsep-konsep
dasar statistika untuk keperluan penelitian, disertai contoh-contoh penelitian
kuantitatif. Kegiatan dilanjutkan dengan praktik pengenalan program statistik SPSS,
praktik pengujian instrumen, praktik analisis deskriptif, asosiatif dan komparatif.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan di gedung kuliah dan praktik di labolatorium jurusan
Ekonomi Syariah.
Pelaksanaan kegiatan PPM ini dilakukan oleh empat (empat) orang tim
pengabdi dengan pokok bahasan yang disampaikan mengenai:
1. Pengenalan statistik deskriptif.
2. Pengenalan statistik asosiatif.
3. Pengenalan statistik komparatif
4. Pengenalan statistik multivariat.
5. Pengenalan program SPSS.
6. Tutorial statistik deskriptif.
7. Tutorial statistik asosiatif.
8. Tutorial statistik komparatif.
9. Tutorial statistik multivariate
Kegiatan dilaksanakan secara bertahap dari pemaparan konsep-konsep yang
dilanjutkan praktik dari konsep yang diberikan. Peserta mengikuti kegiatan dengan
antusias hal ini ditunjukkan dengan pertanyaan-pertanyaan dan tanggapan mengenai
materi yang diberikan. Secara umum pertanyaan peserta sebagai berikut:
1. Metode-metode statistika yang sesuai dengan renacana penelitian peserta
2. Konsep dasar terkait penggunaan statistik deskriptif, komparatif dan
asosiatif
3. Langkah-langkah analisis data
4. Cara menjalankan program SPSS
5. Interpretasi output SPSS
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
12
Pelatihan program statistik bagi dosen-dosen di STAI Attanwir dalam
program pengabdian masyarakat yang sudah terlaksana ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman dan juga kemampuan para dosen menggunakan program
statistik yang akan berdampak pada peningkatan produktivitas penelitian di STAI
Attanwir. Manfaat kegiatan secara langsung bagi dosen di STAI Attanwir yaitu
dosen terbiasa menganalisis data dalam menunjang penelitian dan secara tidak
langsung bagi perguruan tinggi dengan kemampuan dosen menganalisis data dibantu
program statistik bermanfaat bagi perguruan tinggi dalam meningkatkan mutu
pendidikan dalam proses belajar mengajar serta profesionalisme dosen.
Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Hasil kegiatan PPM pelatihan statistik dan program statistik bagi dosen-dosen
di STAI Attanwir meliputi beberapa komponen sebagai berikut ini:
1. Ketercapaian tujuan kegatan PPM
2. Ketercapaian materi yang diberikan
3. Kemampuan peserta dalam penguasaan materi
4. Antusias peserta dalam melanjutkan pelatihan di lain hari
Ketercapaian tujuan kegiatan PPM sudah baik, hal ini dapat diihat dari
pemahaman peserta mengenai kesesuaian alat statistik dengan permasalahan
penelitian, dan kemampuan peserta menganalisis data dilihat hasil latihan yang
diberikan oleh pelaksana kegiatan. Ketercapaian materi yang diberikan cukup baik
dilihat dari hasil lembar evaluasi pembelajaran, sebagian besar peserta sudah
menguasai materi dengan baik, hal ini juga didukung observasi dari pelaksana di
kelas dan labolatorium. Kemampuan peserta dalam penguasaan materi sudah baik
yang ditunjukkan kemampuan dari peserta dalam menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh pelaksana dengan baik. Peserta juga mampu menjawab dengan baik
setiap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pelaksana kegiatan. Secara
keseluruhan peserta puas dengan kegiatan PPM yang sudah dilaksanakan, peserta
merasa terbantu dengan adanya kegiatan ini karena peserta membutuhkan kegiatan
ini sebagai bagian kompetensi dalam melakukan penelitian.
Sebagian peserta antusias untuk mengikuti kegiatan dengan memberikan
saran melanjutkan kegiatan di lain hari dengan waktu pelatihan yang lebih lama,
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
13
serta kelanjutan program pelatihan untuk konsep statistik lanjutan dan program
statistik multivariat seperti penggunaaan SEM (Structural Equation Modelling)
menggunakan AMOS dan LISREL.
PENUTUP
Program PPM pelatihan statistik dan program statistik bagi dosen di STAI
Attanwir terlaksana dengan baik dan lancar sesuai rencana, dan sebagian besar
peserta mampu menerima materi dengan baik. Peserta antusias dengan kegiatan yang
ditunjukkan dengan keaktifan peserta dalam proses kegiatan.
Berdasarkan evaluasi dari kegiatan yang sudah dilakukan dapat diberikan
saran sebagai berikut:
1. Kegiatan ini dapat dilanjutkan dengan materi lanjutan sesuai antusias
dari peserta dengan konsekuensi penambahan waktu pelaksanaan dan
biaya yang mengikuti kegiatan.
2. Perlunya kegiatan lanjutan yang tidak terbatas hanya pada analisis data
namun pendampingan penyusunan artikel penelitian untuk publikasi.
DAFTAR PUSTAKA
Douglas A. Lind, William G. Marchal, Samuel A. Wathen, 2003, Basic Statistics for
Business and Economics, McGraw Hill.
Ken Black, 2013, Business Statistics, John Willey & Sons.
Wijaya, Tony, 2009, Analisis Data Penelitian, Yogyakarta: Cahaya Atma.
Wijaya, Tony, 2012, Cepat Menguasai SPSS, Yogyakarta: Cahaya Atma.
Juknis Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 20 Tahun
2017 tentang tunjangan profesi dosen dan tunjangan kehormatan professor
:publikasi penelitian.
SK MENPAN No.17/MENPAN/2013 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka
Kreditnya.
UU nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 Tahun 2015
tentang standar nasional pendidikan tinggi.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
14
PELATIHAN PEMANFAATAN SAMPAH UNTUK
PEMBUATAN TAS DAN DOMPET DAUR ULANG
DALAM PENINGKATAN KETERAMPILAN SISWA KELAS XI
DI MAI ATTANWIR TALUN SUMBERREJO BOJONEGORO
Eryul Mufidah
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Pelatihan dalam kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka
kreasi daur ulang, dan (2) memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan sampah
anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang. Khalayak sasaran kegiatan adalah siswa
kelas XI di MAI Attanwir sebanyak 50 orang. Metode kegiatan pelatihan ini
menggunakan metode ceramah dan demonstrasi. Langkah-langkah kegiatan
pelatihan adalah ceramah untuk menjelaskan kajian sampah, jenis sampah, dan
sumber sampah, pengelolaan sampah dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta
pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang, dilanjutkan tanya
jawab, demonstrasi pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang,
latihan membuat aneka kreasi daur ulang. Faktor pendukung kegiatan pengabdian
adalah adanya dukungan dari Kepala Sekolah, Bapak dan Ibu Guru MAI Attanwir,
dan antusiasme peserta pengabdian, sedangkan faktor penghambat kegiatan adalah
keterbatasan waktu pelaksanaan pengabdian.
Kata Kunci: Pelatihan Pemanfaatan Sampah, Daur Ulang (Recycle), Keterampilan
ABSTRACT
The training in this devotion activity aims to: (1) increase public knowledge about
inorganic waste management into various recycling creations, and (2) empower the
community in the management of inorganic waste into various recycling creations.
The target audience of the activity is students class XI in Attanwir Senior High
School as many as 50 people. This training activity method uses lecture and
demonstration methods. The steps of the training activities are lectures to explain the
study of waste, types of waste, and sources of waste, waste management and 3R
(reduce, reuse, recycle), as well as inorganic waste management into various
recycling creations, followed by question and answer, demonstration of inorganic
waste management into various recycling creations, exercises make various
recycling creations. Supporting factors of devotion activities are the support of the
Headmaster, Teachers of Attanwir Senior High School, and the enthusiasm of the
devotion participants, while the inhibiting factor of activities is the limited time to
carry out the service.
Keywords: Training on Waste Utilization, Recycle, Skills
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
15
LATAR BELAKANG
Dewasa ini, topik masalah tentang lingkungan hidup semakin meningkat
seiring dengan peningkata kegiatan manusia. Penyebab utamanya dikarenakan
adanya faktor seperti perubahan fungsi dan tatanan lingkungan, penurunan daya
dukung dan mutu lingkungan, dan pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh
adanya sampah. Sampah merupakan bentuk permasalahan lingkungan yang
memerlukan perhatian serius dan tidak seharusnya dipandang sebelah mata. Sampah
merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis.
Sampah yang dibuang ke lingkungan dapat menjadi beban bagi lingkungan.
Terdapat dua jenis sampah, yaitu sampah organik/basah dan sampah
anorganik/kering. Seiring meningkatnya jumlah penduduk, wajar saja jika volume
sampah di lingkungan turut bertambah. Keberadaan sampah dapat bersumber dari
rumah tangga, kegiatan pertanian, kegiatan pembangunan dan pemugaran gedung,
daerah perdagangan, maupun lembaga pendidikan. Sedangkan, sampah rumah
tangga merupakan salah satu sumber sampah yang cukup besar peranannya dalam
pencemaran lingkungan. Adanya sampah rumah tangga dapat menimbulkan
pencemaran tanah dan air, menimbulkan bau tidak sedap, menjadi sarang binatang
yang merupakan sumber penyakit, serta mengganggu keindahan, namun demikian
keberadaan sampah dapat diminimalisir kapasitasnya.
Salah satu tindakan solutif sebagai upaya sederhana untuk dapat
meminimalkan sampah rumah tangga adalah melakukan pemilahan antara sampah
organik dan sampah anorganik. Sampah organik dapat dijadikan kompos, sedangkan
sampah anorganik dapat dijadikan aneka kreasi (hasta karya) daur ulang. Peran
remaja usia sekolah menengah atas, baik putri maupun putra dapat digerakan dalam
memberikan peningkatan efisiensi pengelolaan sampah, sekaligus sebagai upaya
untuk meningkatkan daya kreativitas mereka. Oleh karena itu, kegiatan pelatihan ini
melibatkan para siswa kelas XI di Madrasah Aliyah Attanwir Bojonegoro
merupakan bagian dari masyarakat yang menghasilkan sampah rumah tangga setiap
hari. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk
sampah organik, misalnya sampah dari dapur berupa sisa tepung, sayuran, kulit
buah, dan daun. Selain itu sampah rumah tangga juga berupa bahan anorganik,
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
16
misalnya berupa botol kaca, botol plastik, tas plastik, dan kaleng. Adanya
kepedulian dari generasi muda untuk meminimalkan sampah rumah tangga tentunya
sangat membantu meminimalkan timbunan sampah keseluruhan yang masuk di
lingkungan. Upaya meminimalkan sampah dapat dilakukan dengan 3R, meliputi
reduce (mengurangi), reuse (pakai ulang), dan recycle (daur ulang). Upaya tersebut
dilandasi pemikiran bahwa setiap orang berhak atas lingkungan yang layak dan
nyaman, sehingga setiap orang wajib menjaga kenyamanan lingkungan, tanpa
kecuali. Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk melakukan
”Pelatihan Pemanfaatan Sampah Untuk Pembuatan Tas Dan Dompet Daur Ulang
Dalam Peningkatan Keterampilan Siswa Kelas Xi Di Mai Attanwir Desa Talu
Kecamatan Sumberrejo Bojonegoro”.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Sampah
Sampah menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008
adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat.
Sampah adalah suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus
dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia.4 Sampah adalah suatu bahan yang
terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang
belum memiliki nilai ekonomis.5
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008, mengklasifikasikan
jenis sampah yang dikelola menjadi 3 (tiga), yaitu:
a. Sampah rumah tangga
Sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari- hari
dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik.
b. Sampah sejenis sampah rumah tangga
Sampah sejenis sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum, dan/atau fasilitas lainnya.
4 Karden Edy Sontang Manik, Pengelolaan Lingkungan Hidup (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2007),
hal. 11. 5 Damanhuri, E., dkk. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. Edisi Semester I 2004/2005 (Bandung:
ITB, 2004), hal. 7.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
17
c. Sampah spesifik
Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
volumenya memerlukan pengelolaan khusus. Sampah spesifik, meliputi:
1) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun,
2) Sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun,
3) Sampah yang timbul akibat bencana,
4) Puing bongkaran bangunan,
5) Sampah yang secara teknologi belum dapat diolah,
6) Sampah yang timbul secara tidak periodik.
Sumber Sampah
Beberapa sumber sampah yang beragama menurut Gilbert, dkk. (1996) antara
lain.6
a. Permukiman penduduk
Pada permukiman penduduk, sampah dihasilkan oleh beberapa keluarga yang
tinggal di suatu bangunan atau asrama. Jenis sampah yang dihasilkan biasanya
cenderung sampah organik, seperti sisa makanan atau jenis sampah lainnya yang
dapat bersifat basah, kering, abu plastik, dan lainnya. Sampah dari permukiman
penduduk disebut juga sampah rumah tangga.
b. Tempat umum dan perdagangan
Tempat umum adalah tempat yang dimungkinkan banyaknya orang berkumpul dan
melakukan kegiatan. Tempat tersebut mempunyai potensi cukup besar dalam
memproduksi sampah, termasuk tempat perdagangan seperti pertokoan dan pasar.
Jenis sampah yang dihasilkan umumnya berupa sisa-sisa makanan, sampah kering,
abu, plastik, kertas, kaleng, dan jenis sampah lainnya.
c. Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah
Sarana pelayanan masyarakat milik pemerintah, misalnya tempat hiburan umum,
pantai, masjid, rumah sakit, bioskop, perkantoran, dan sarana pemerintah lainnya
yang menghasilkan sampah kering dan sampah basah.
d. Industri
Dalam pengertian ini termasuk pabrik-pabrik atau perusahaan dalam melakukan
6 Damanhuri, E., dkk. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. , hal 24.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
18
kegiatan industri yang menghasilkan sampah, baik yang termasuk distribusi
ataupun proses suatu bahan mentah. Sampah yang dihasilkan dari industri biasanya
berupa sampah basah, sampah kering, abu, dan sisa bahan bangunan
e. Pertanian
Sampah dihasilkan dari daerah pertanian, misalnya sampah dari kebun, kandang,
ladang atau sawah yang berupa bahan makanan pupuk maupun bahan pembasmi
serangga tanaman.
Pengelolaan Sampah dan 3R
Beberapa teknik yang digunakan dalam pengelolaan sampah, baik organik
maupun non organik sebagai berikut. 7
a. Sampah diolah menjadi kompos
Sampah biologis, basah atau organik dapat dijadikan kompos dengan menimbun
sampah tersebut di tanah dalam jangka waktu tertentu hingga membusuk.
b. Sampah digunakan sebagai makanan ternak
Sampah berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang belum sepenuhnya rusak
dapat dijadikan makanan ternak atau binatang lain yang dikembangbiakkan.
Umumnya sampah dari sayur dan buah dijumpai di pasar-pasar tradisional dan
berserakan di mana-mana.
c. Metode landfill
Metode ini paling mudah karena hanya membuang dan menumpuk sampah di
tanah yang rendah pada area terbuka. Metode ini mengganggu estetika lingkungan.
d. Metode sanitary landfill
Metode ini mirip metode landfill, namun sampah yang ada ditutup dan diuruk
dengan tanah. Metode ini biasanya menggunakan alat-alat berat berharga mahal
seperti backhoe/eskavator dan buldozer.
e. Metode pulverisation
Pulverisation adalah metode pembuangan sampah langsung ke laut lepas setelah
dihancurkan menjadi potongan-potongan kecil.
f. Metode incineration/incinerator
Metode incineration adalah pembakaran sampah baik dengan cara sederhana
7 Ibid. Hal.62-64.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
19
maupun modern secara masal. Teknologi memungkinkan hasil energi pembakaran
diubah menjadi energi listrik.
Reduce (mengurangi), Reuse (pakai ulang), Recycle (daur ulang) (3R) adalah
prinsip utama mengelola sampah mulai dari sumbernya, melalui berbagai langkah yang
mampu mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir.8
Tindakan yang dapat dilakukan pada setiap sumber sampah melalui 3R adalah.
a. Reduce (mengurangi), melalui tindakan:
1) Menghindari pemakaian dan pembelian produk yang menghasilkan sampah
dalam jumlah besar.
2) Menggunakan produk yang dapat diisi ulang, misalnya penggunaan cairan
pencuci dengan wadah isi ulang.
3) Mengurangi penggunaan bahan sekali pakai, misalnya penggunaan tisu yang
diganti dengan sapu tangan atau serbet.
b. Reuse (pakai ulang), melalui tindakan:
1) Menggunakan kembali wadah untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya,
misalnya penggunaan kaleng dan botol bekas.
2) Menggunakan wadah yang dapat digunakan berulang-ulang, misalnya saat
belanja membiasakan membawa tas belanja sendiri sehingga tidak memerlukan
tas plastik lagi.
c. Recycle (daur ulang), melalui tindakan:
1) Memilih produk yang dapat didaur ulang dan mudah terurai.
2) Menggunakan sampah organik untuk dijadikan kompos dengan berbagai cara
yang ada.
3) Menggunakan sampah anorganik untuk dijadikan aneka kreasi barang yang
bermanfaat.
HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN
Adapun garis besar hasil pelaksanaan kegiatan pelatihan adalah:
a. Kegiatan pengabdian dihadiri oleh 50 orang peserta (semua peserta yang
diundang hadir) dan peserta menunjukkan antusiasme cukup besar terhadap
8 ESP-USAID. Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. (Jakarta: Environmental
Services Program, 2010).
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
20
program pengabdian.
b. Materi pelatihan dapat semuanya disampaikan oleh tim, meskipun tidak
disampaikan secara detil.
c. Kemampuan peserta pelatihan dalam penguasaan materi pengelolaan sampah
anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang cukup baik.
d. Program pengabdian berhasil memberdayakan siswa remaja putri dan putra di
lokasi pengabdian untuk mengolah sampah anorganik menjadi aneka kreasi
daur ulang (tas dan dompet) dengan bantuan alat berupa pisau, gunting, tang,
dan aksesoris tambahan lainnya.
Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Pelaksanaan program pengabdian di MA Attanwir Sumberrejo Bojonegoto
berjalan dengan baik. Program pengabdian berupa pelatihan pengelolaan sampah
anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang perlu terus diupayakan mengingat
produksi sampah rumah tangga semakin banyak dan didukung rendahnya kesadaran
3R, yaitu reuse (memakai kembali barang bekas yang masih bisa dipakai), reduce
(berusaha mengurangi sampah), dan recycle (mendaur ulang sampah agar dapat
dimanfaatkan). Hal ini menjadi pertimbangan bagi tim pemberi materi pelatihan
untuk mencari cara yang tepat dalam mengelola sampah anorganik sehingga tidak
mencemari lingkungan, tetapi justru mampu memberikan keuntungan bagi
masyarakat, yaitu dengan menjadikan sampah anorganik (botol plastik bekas)
menjadi berbagai kreasi yang mempunyai nilai ekonomis, seperti dompet dan tas.
Pada tahap awal program pengabdian, peserta pelatihan diberikan
pengetahuan tentang sampah, jenis sampah, dan sumber sampah, pengelolaan
sampah dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta pengelolaan sampah anorganik
menjadi aneka kreasi daur ulang. Dalam tahap ini peserta pelatihan diubah pola
pikirnya terhadap sampah, “jika dulunya barang bekas langsung kita buang dan
menjadi tumpukan sampah”, maka pola pikir ini harus kita ubah menjadi ”sampah
dapat kita olah menjadi sesuatu benda yang berguna”. Dengan menerapkan prinsip
recycle, barang-barang bekas atau sampah dapat diolah kembali menjadi suatu
bentuk yang memiliki daya guna seiring dengan kreatifitas yang dimiliki. Dengan
kreatifitas yang dimiliki, botol plastik bekas warna-warni dapat dijadikan berbagai
bentuk yang cantik sehingga terlihat artistik dan seperti tidak terbuat dari bahan
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
21
botol plastik bekas. Dalam berkreasi dengan botol plastik bekas, terlebih dahulu
botol kita bersihkan, selanjutnya botol dipotong dengan menggunakan
tang/pisau/gunting untuk dibuat berbagai kreasi, seperti dompet, tas, maupun hiasan
tas.
Hasil kegiatan pelatihan secara garis besar dapat dilihat berdasarkan
beberapa komponen berikut:
1. Keberhasilan target jumlah peserta pelatihan
Keberhasilan target jumlah peserta pelatihan dapat dikatakan sangat baik. Target
jumlah peserta pelatihan sebanyak 50 orang dan dalam pelaksanaan pengabdian
dapat hadir sebanyak 50 orang (100%). Hal ini didukung peran siswa MA
Attanwir mulai dari persiapan, penyebaran undangan, penyediaan tempat dan
peralatannya.
2. Ketercapaian tujuan pelatihan
Ketercapaian tujuan pelatihan dapat dikatakan baik (80%). Kegiatan pengabdian
ini berhasil memberdayakan siswa MA Attanwir atau remaja putra-putri di
lokasi pengabdian dengan mengolah botol plastik bekas menjadi dompet, tas,
maupun hiasan tas.
3. Ketercapaian target materi yang telah direncanakan
Ketercapaian target materi yang telah direncanakan dapat dikatakan baik (80%).
Semua materi pelatihan dapat disampaikan secara keseluruhan meskipun tidak
secara detil karena keterbatasan waktu. Materi pelatihan yang telah disampaikan
adalah kajian sampah, jenis sampah, dan sumber sampah, pengelolaan sampah
dan 3R (reduce, reuse, recycle), serta pengelolaan sampah anorganik menjadi
aneka kreasi daur ulang.
4. Kemampuan peserta dalam penguasaan materi
Kemampuan peserta dalam penguasaan materi dapat dikatakan baik (80%). Hal
ini didukung penggunaan metode ceramah dan demonstrasi untuk meningkatkan
kemampuan peserta pelatihan dalam menyerap materi nara sumber.
Secara keseluruhan kegiatan pelatihan pengelolaan sampah anorganik
menjadi aneka kreasi daur ulang dinilai berhasil. Keberhasilan ini selain diukur dari
keempat komponen di atas, juga dapat dilihat dari kepuasan peserta setelah
mengikuti kegiatan pelatihan. Manfaat yang dapat diperoleh para peserta pelatihan
adalah memahami pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
22
sehingga dapat turut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya.
PENUTUP
Berdasarkan uraian dalam pembahasan, maka dapat disimpulkan:
1. Pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang di
lokasi pengabdian dapat meningkatkan pengetahuan siswa MA Attanwir atau
remaja putra-putri tentang pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi
daur ulang serta memberdayakan mereka dalam pengelolaan sampah anorganik
(botol plastik bekas) menjadi aneka kreasi daur ulang.
2. Peningkatan pengetahuan bagi peserta pelatihan tentang pengelolaan sampah
anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang dilakukan dengan metode ceramah
dan demonstrasi.
Saran untuk kegiatan pengabdian yaitu:
1. Kegiatan pengabdian ini diharapkan ke depan dapat sampai membuka akses
pasar bagi hasil produksi (aneka kreasi daur ulang).
2. Program pengabdian ini diharapkan dapat dilanjutkan pada tahun-tahun
berikutnya di lokasi lain untuk menunjang kelestarian lingkungan, disamping
dapat membantu meningkatkan pendapatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Damanhuri, E., dkk. 2004. Diktat Kuliah Pengelolaan Sampah. Edisi Semester I
2004/2005. Bandung: ITB.
ESP-USAID. 2010. Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat.
Jakarta: Environmental Services Program.
Manik, Karden Edy Sontang. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:
Penerbit Djambatan.
Prastiwi, Kharisma Widia dan Yuyun Widihastuti. 2010. Recycle Bottle: Ragam
Kreasi Limbah Botol Plastik. Surabaya: Tiara Aksa.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
23
PELATIHAN KETERAMPILAN SENI DAUR ULANG SAMPAH KANTONG
PLASTIK UNTUK MENCIPTAKAN PELUANG USAHA BAGI IBU-IBU
RUMAH TANGGA DESA PLESUNGAN KECAMATAN KAPAS
BOJONEGORO
M. Ali Nur Huda
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Permasalahan lingkungan kini telah menjadi isu global, salah satunya adalah
penggunaan plastik secara berlerbihan. Penggunaan plastik dalam kehidupan modern
terlihat sangat pesat sehingga menyebabkan tingkat ketergantungan manusia pada
plastik semakin tinggi. Hal tersebut mengakibatkan jumlah sampah plastik semakin
bertambah banyak. Berbagai upaya untuk mengurangi penggunaan plastik sudah
dilakukan, yakni dengan menggunakan metode 3R atau Recycle, Reuse, dan Reduce.
Namun faktanya pengetahuan masyarakat terhadap upaya mengurangi penggunaan
plastik masih kurang. Upaya untuk memahamkan ibu-ibu rumah tangga sebagai
pengguna mayoritas kantong plastik akan bahaya plastik merupakan salah satu solusi
mengurangi penggunaan plastik. Maka dari itu perlu dilakukan pelatihan
pembuatan reusable bag sebagai seni daur ulang dan salah satu solusi terhadap
masalah tersebut. Peneliti melakukan pengabdian di Desa Plesungan Kecamatan
Kapas untuk melatih ibu-ibu rumah tangga membuat reusable bag. Data
dikumpulkan dengan menggunakan observasi, ceramah, tanya jawab, dan
demosntrasi. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa adanya antusias ibu-ibu yang
baik dalam mengikuti program pengabdian dan menghasilkan produk yang bisa
digunakan untuk mengurangi penggunaan plastik.
Kata kunci: Lingkungan, Plastik, Pelatihan kewirausahaan
.
ABSTRACT
Environmental problems have now become global issues, one of which is the use of
plastic in excess. The use of plastics in modern life is seen to be very rapid, causing
a higher level of human dependence on plastics. This has resulted in increasing
amounts of plastic waste. Various efforts to reduce plastic use have been carried out,
namely by using the 3R or Recycle, Reuse, and Reduce methods. But the fact is that
public knowledge of efforts to reduce the use of plastic is still lacking. Efforts to
understand housewives as majority users of plastic bags for the dangers of plastic is
one solution to reduce the use of plastic. Therefore, it is necessary to do training in
making reusable bags as an art of recycling and one of the solutions to these
problems. Researchers carry out service in Plesungan Village, Kapas District to
train housewives to make reusable bags. Data is collected using observation,
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
24
lecture, question and answer, and demonstration. From the results of the study it
was found that there were enthusiastic students who were good at participating in
the service program and producing products that could be used to reduce the use of
plastic.
Keywords: Environment, Plastics, Entrepreneurship Training
LATAR BELAKANG
Permasalahan lingkungan telah menjadi isu global, setelah hampir semua
elemen masyarakat menyadari akan bahaya yang ditimbulkan dari kerusakan
lingkungan. Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh menumpuknya limbah yang dihasilkan oleh
manusia. Limbah adalah segala sesuatu yang sudah tidak terpakai lagi sebagai
barang produksi maupun konsumsi, yang jika langsung dibuang ke lingkungan tanpa
pengolahan terlebih dahulu dapat menjadi beban bagi lingkungan, salah satu limbah
yang setiap hari bertambah adalah plastik.
Sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1907, penggunaan plastik dan
barang –barang berbahan dasar plastik semakin meningkat. Peningkatan penggunaan
plastik ini merupakan konsekuensi dari berkembangnya teknologi, industri dan juga
jumlah populasi penduduk. Indonesia merupakan negara dengan penggunaan plastik
terbesar di dunia, kebutuhan plastik terus meningkat hingga mengalami kenaikan
rata – rata 200 ton per tahun. Di tahun 2010, tercatat 2,4 juta ton pengguna plastik
dan pada tahun 2011, sudah meningkat menjadi 2,6 juta ton.
Akibat dari peningkatan penggunaan plastik ini adalah bertambah pula
sampah plastik. Berdasarkan asumsi setiap hari penduduk Indonesia menghasilkan
0,8 kg sampah per orang atau secara total sebaganyak 189 ribu ton/hari. Dari jumlah
tersebut 15% berupa sampah plastik atau sejumlah 28,4 ribu ton sampah plastik/hari
(Fahlevi, 2012). Sampah plastik berdampak negatif terhadap lingkungan karena
tidak dapat terurai dengan cepat dan dapat menurunkan kesuburan tanah. Sampah
plastik yang dibuang sembarangan juga dapat menyumbat saluran drainase, selokan
dan sungai sehingga menyebabkan banjir. Selain itu sampah plastik yang dibakar
bisa mengeluarkan zat – zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia.9
Meningkatnya produksi sampah plastik setiap tahunnya butuh berbagai
9 Untoro Budi Surono, 2013, “Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi Bahan Bakar
Minyak”, Jurnal Teknik. 3 (1), hal. 32- 40.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
25
upaya dari semua pihak, salah satu kota yang berupaya untuk memberikan kebijakan
penggunaan plastik adalah Bojonegoro. Kebutuhan plastik di Bojonegoro dari hari
ke hari semakin bertambah dan kesadaran masyarakat pun akan bahaya plastik
semakin berkurang. Maka diperlukan kebijakan ataupun gagasan solutif untuk
mengurangi penggunaan plastik.
Kata “sikap peduli lingkungan” dalam kehidupan bermasyarakat lebih
kental diartikan sebagai reaksi peduli seseorang terhadap lingkungannya. Dengan
sikap peduli lingkungan maka akan tercipta lingkungan yang bersih dan asri.
Namun, gambaran sikap peduli lingkungan dewasa ini terasa semakin banyak
diabaikan (Tamara, 2016). Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang perlu untuk
melakukan ”Pelatihan Keterampilan Seni Daur Ulang Sampah Kantong Palstik
Untuk Menciptakan Peluang Usaha Bagi Ibu-Ibu Rumah Tangga Desa Plesungan
Kecamatan Kapas Bojonegoro”.
TINJAUAN PUSTAKA
Plastik
Secara sederhana sampah dalam rumah dapat dibagi menjadi 3 kategori,
yakni sampah beracun, seperti batere bekas, bola lampu bekas dan barang – barang
yang mengandung zat kimia. Kemudian sampah padat yang tidak dapat terurai,
seperti plastik botol, kaleng, dan sebagainya.10 Plastik diperkirakan membutuhkan
100 hingga 500 tahun dapat terdekomposisi terurai) dengan sempurna.
Sampah plastik dapat bertahan hingga bertahun-tahun sehingga menyebabkan
pencemaran terhadap lingkungan. Sampah plastik berbahaya jika dibakar karena
menghasilkan gas yang akan mencemari udara dan membahayakan pernafasan
manusia, dan jika sampah plastik ditimbun dalam tanah maka akan mencemari
tanah dan air.11 Manusia memang tidak mungkin bisa menghapuskan penggunaan
kantong plastik 100%, tetapi yang paling memungkinkan adalah memakai reusable
bag yang bisa dipakai berulang-ulang guna mengurangi penggunaan plastik.
10 Muhajirin, dkk, 2010, Pelatihan Pengolahan Limbah Kertas Menjadi Benda Seni Kerajinan bagi
Guru – Guru SD Jejeran Pleret Bantul, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. 11 Nurhenu Karuniastuti, 2016, “Bahaya Plastik terhadap Kesehatan dan Lingkungan”, Forum
Tenologi, 3 (1), hal. 6-14.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
26
Perilaku Peduli Lingkungan
Peduli lingkungan merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya
mencegah kerusakan lingkungan alam di sekitarnya dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.12 (Al-Anwari, 2014).
Pendidikan lingkungan merupakan kebutuhan yang tidak terelakkan bila kita
ingin mewujudkan masyarakat madani seperti yang dicita-citakan. Kepedulian
lingkungan hidup juga dapat diartikan wujud sikap mental individu yang
direfleksikan dalam perilakunya, salah satunya direfleksikan di dunia Sekolah.
Namun, jarang sekali budaya dalam menerapkan dan mengajarkan diet plastik
kepada masyarakat pada umumnya untuk mengurangi penggunaan plastik.
Pemahaman masyarakat terhadap peminimalisiran penggunaan plastik untuk
menyadarkan segala aspek supaya tidak melakukan tindakan-tindakan yang
menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan hidup, dan dengan penuh kesadaran
untuk menurangi/berhenti merusak lingkungan, kemudian berbalik melakukan
kegiatan – kegiatan yang dapat melestarikan lingkungan sehingga aman dan terjaga
kelestariannya, yakni dengan melakukan berbagai cara. Salah satunya adalah
memberikan pemahaman yang baik tentang lingkungan kepada setiap individu,
seperti penerangan, penyuluhan, bimbingan, dan pendidikan.
PELAKSANAAN PELATIHAN
Metode Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dalam bentuk suatu pelatihan selama
dua kali pertemuan dengan anggota sebanyak 23 ibu-ibu rumah tangga yang
dilaksanakan di Desa Plesungan Kecamatan Kapas. Pada pertemuan dilakukan
metode ceramah, demostrasi, dan pelatihan. Kegiatan yang dilakukan dalam
mencapai tujuan pengabdian adalah sebagai berikut:
1. Persiapan
a. Mengurus perizinan untuk melaksanakan kegiatan pengabdian.
b. Menghubungi kepala desa Pelsungan Kecamatan Kapas Kabupaten
Bojonegoro untuk menetapkan jumlah peserta dan jadwal pelaksanaan
pengabdian.
12 Amirul Mu’minin Al-Anwari, 2014, “Strategi Pembentukan Karakter Peduli Lingkungan di
Sekolah Adiwiyata Mandiri.” Ta’bid, 19 (2), hal. 227-251.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
27
2. Pelaksanaan
Kegiatan pengabdian pembuatan reusable bag dalam bentuk pelatihan
keterampilan melalui ceramah, demonstrasi, dan tanya jawab yang dilaksanakan
pada tanggal 30 Januari 2017 dan 9 Februari 2017.
3. Khalayak Sasaran
Sebagai perserta dari kegiatan pengabdian ini adalah ibu-ibu rumah tangga
yang tidak memiliki pekerjaan tetap di Kecamatan Plesungan Kabupaten Kapas.
Metode Pelatihan
1. Ceramah digunakan untuk menyampaikan pengetahuan kepada ibu-ibu rumah
tangga secara umum mengenai bahaya penggunaan plastik secara berlebihan dan
solusi untuk meminimalisir penggunaan plastik.
2. Demonstrasi digunakan untuk memberikan keterampilan langsung mengenai
proses pembuatan kreasi reusable bag yang berbahan baku kain perca serta
peralatan dan bahan lainnya yang diperlukan dalam pembuatan produk.
3. Tanya jawab digunakan untuk melengkapi hal-hal yang belum terakomodasi oleh
kedua metode diatas.
4. Pelatihan pembuatan kreasi produk reusable bag ditujukan kepada ibu-ibu
dengan melibatkan seluruh peserta pelatihan.
5. Evaluasi hasil kegiatan.
Langkah-langkah Pembuatan
Langkah-langkah dalam pembuatan reusable bag adalah:
1. Menyediakan alat dan bahan. Alat yakni berupa kain perca dengan berbagai
warna, jarum, benang, gunting, tali, dan alat tulis.
2. Membuat pola sesuai kreatifitas anak, contoh pola yang disediakan adalah bentuk
buah strowberi.
3. Menggunting kain sesuai dengan pola seperti gambar 3.
4. Menjahit pola.
5. Menyatukan jahitan pola dengan tas kain
6. Hasil akhir produk
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
28
PEMBAHASAN
Tahap pertama dalam kegiatan pembuatan produk adalah pengumpulan
bahan. Bahan utama yang digunakan adalah tas kain yang tidak terpakai dan kain
perca. Setelah melakukan survei ke sekolah, sebagian ibu-ibu memiliki tas yang
sudah tidak terpakai namun hanya sebagian yang memiliki kain perca. Bahan bahan
bekas tersebut kadang-kadang sering dibuang dan diabaikan, padahal barang
tersebut dapat dimanfaatkan kembali sebagai bentuk daur ulang yang bernilai
estetis.
Pada tahap kedua, ibu-ibu mendapatkan ceramah dari tim pengabdi tentang
bahaya penggunaan plastik secara berlebihan, misalnya penggunaan plastik
secara berlebihan dapat menimbulkan penumpukan sampah, plastik yang dibuang
sembarang di sungai dapat mengakibatkan tersumbatnya saluran air dan
mengakibatkan banjir, dan sebagainya. Setelah itu tim menjelaskan bahwa generasi
muda dapat ikut serta dalam mengurangi penggunaan plastik dengan memanfaatkan
barang-barang yang sudah tidak terpakai untuk membuat produk reusable bag.
Antusias ibu-ibu dalam kegiatan ini diawali dengan antusias mereka
medengarkan ceramah/materi yang diberikan oleh tim pengabdi, dimana ibu-ibu
lebih menyukai model ceramah dengan model dongeng dan tanya jawab. Setelah
tahap pemberian materi, ibu-ibu dibagi menjadi beberapa kelompok, dengan jumlah
ibu-ibu 23 dibagi menjadi lima kelompok sesuai dengan pembagian kelompok yang
sudah ditentukan oleh pemateri. Setelah pembagian kelompok dua ibu-ibu dari
perwakilan tiap kelompok maju ke meja pemateri untuk memilih dua jenis kain
perca, satu tas kain, jarum jahit, benang, gunting, dan tali. Kemudian mereka
kembali ke tiap kelompok dan melakukan kegiatan pembuatan reusable bag. Untuk
peserta pelatihan pada umumnya masih membutuhkan bantuan dalam memola
bentuk wadah reusable bag. Namun dalam hal menjahit, memasang tali, dan
memodifikasi produk mereka sudah cukup paham dan bisa.
Berdasarkan pengamatan selama kegiatan pengabdian ini diperoleh
beberapa hasil positif, diantaranya:
1. Para peserta menunjukkan perhatian yang tinggi terhadap ceramah yang
disampaikan oleh tim pengabdian.
2. Para peserta menunjukkan reaksi positif terhadap ketertarikan dalam membuat
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
29
reusable bag.
3. Para peserta mengikuti prosedur pembuatan produk dan melakukan kerja tim
dengan cukup baik.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Dalam pelaksanaan suatu kegiatan tidak terlepas dari faktor pendukung dan
faktor penghambat. Faktor pendukung tersebut diantaranya:
1. Antusias ibu-ibu dalam pengabdian cukup baik.
2. Sikap ingin tahu dan keinginan untuk mencoba hal baru dan bermanfaat dari
para peserta pelatihan baik.
3. Dukungan dari pemateri terhadap kegiatan pengabdian ini baik.
4. Bahan-bahan yang digunakan mudah didapatkan
5. Proses pembuatan sesuai dengan jam yang diberikan oleh guru.
Selain adanya faktor pendukung yang dapat berpengaruh, terdapat juga
faktor penghambat. Faktor penghambat kegiatan ini adalah:
1. Kegaduhan terjadi di kelas dikarenakan kurangnya pemahaman membuat pola
reusable bag yang diinginkan.
2. Beberapa ibu-ibu membutuhkan bantuan dari pemateri untuk merapikan jahitan.
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil kegiatan dan berdasarkan pada tujuan kegiatan, maka dapat
disimpulkan:
1. Kegiatan ini memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai bahaya
penggunaan plastik secara berlebihan.
2. Memberikan bekal keterampilan kepada ibu-ibu untuk membuat produk
kreatif dalam mencegah penggunaan plastik dengan reusable bag sesuai
dengan kreativitas ibu-ibu .
Saran
Saran dari kegiatan pengabdian ini adalah:
1. Model ceramah dapat lebih kreatif lagi untuk menarik perhatian dan
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
30
pemahaman ibu-ibu, misalnya diinovasikan dengan visualisasi gambar.
2. Dilakukan modifikasi bahan dalam pembuatan reusable bag
3. Penambahan relawan untuk membantu kelangsungan kegiatan.
4. Kegiatan ini dilakukan secara sustainable dengan inovasi pembuatan reusable
bag lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Anwari, Amirul Mu’minin. 2014. “Strategi Pembentukan Karakter Peduli
Lingkungan di Sekolah Adiwiyata Mandiri”. Ta’bid. 19 (2).
Karuniastuti, Nurhenu. 2016. “Bahaya Plastik terhadap Kesehatan dan
Lingkungan”. Forum Tenologi. 3 (1).
Muhajirin, dkk. 2010. Pelatihan Pengolahan Limbah Kertas menhadi Benda Seni
Kerajinan bagi Guru-Guru SD Jejeran Pleret Bantul. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Surono, Untoro Budi. 2013. “Berbagai Metode Konversi Sampah Plastik Menjadi
Bahan Bakar Minyak”. Jurnal Teknik. 3 (1).
Tamara, Riana Monalisa. 2016. “Peranan Lingkungan Sosial terhadap Pembentukan
Sikap Peduli Lingkungan Peserta Didik di SMA Negeri Kabupaten Cianjur”.
Jurnal Pendidikan Geografi. 16 (1).
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
31
PELATIHAN PEMBUATAN MAKANAN RINGAN BERBAHAN DASAR
TERONG SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN PRODUK PANGAN
SEHAT DAN AMAN BAGI ANAK-ANAK DI KECAMATAN KANOR
BOJONEGORO
Mifta Hulaikah
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Terong adalah salah satu tanaman hasil pertanian yang mempunyai banyak
kandungan gizi yang bermanfaat. Di wilayah Kabupaten Bojonegoro, salah satu
daerah yang mempunyai banyak komoditas terong adalah Kecamatan Kanor. Namun
kelemahannya adalah banyaknya komoditas terong ini justru membuat harga terong
sangat murah. Dibutuhkan alternatif pilihan lain untuk meningkatkan daya jual.
Kegiatan pelatihan pembuatan makanan ringan berbahan dasar terong dilakukan
untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan kegiatan pelatihan, masyarakat
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah terong menjadi
makanan ringan seperti kripik, manisan dan makanan lain. Peserta kegiatan adalah
ibu-ibu yang terkumpul dalam organisasi PKK yang berjumlah sekitar 30 orang.
Tujuan utama kegiatan pelatihan adalah untuk membuat nilai terong menjadi lebih
tinggi dengan melakukan inovasi pangan sehingga perekonomian masyarakat pun
meningkat. Jangka panjang, dibutuhkan pelatihan lenjutan untuk membuat usaha
olahan makanan ini menjadi industri rumah tangga, agar dapat menjaga
keberlangsungan usaha.
Kata Kunci: Pelatihan, Makanan Olahan, Terong.
ABSTRACT
Eggplant is one of the agricultural crops that has a lot of beneficial nutrients. In the
Bojonegoro Regency, one of the areas that has many eggplant commodities is Kanor
District. But the weakness is that many of these eggplant commodities actually make
the price of eggplant very cheap. Another alternative is needed to increase selling
power. Training activities for making eggplant-based snacks were done to overcome
these problems. With training activities, the community can improve their
knowledge and skills in processing eggplant into snacks such as chips, sweets and
other foods. The participants of the activity were mothers who were gathered in the
PKK organization which numbered around 30 people. The main purpose of training
activities is to make eggplant values higher by innovating food so that the economy
of the community increases. Long-term, continuous training is needed to make this
food processing business a home industry, in order to maintain business continuity.
Keywords: Training, Processed Food, Eggplant.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
32
LATAR BELAKANG
Perkembangan teknologi pangan semakin maju seiring dengan
perkembangan zaman. Berbagai inovasi pangan dilakukan oleh beberapa industri
pengolahan pangan dalam menciptakan produk baru di masyarakat. hal ini yang juga
harus disadari oleh masyarakat Kabupaten Bojonegoro, khususnyadi wilayah
Kecamatan Kanor. Sekitar 87% warga masyarakat Kecamatan Kanor, Bojonegoro
berprofesi sebagai petani. Tanaman mayoritas yang dihasilkan selain padi adalah
terong. Terong yang dihasilkan mempunyai kualitas yang cukup tinggi, namun
kelemahannya adalah memiliki harga jual yang rendah karena sistem tengkulak
borongan. Dibutuhkan usaha kreatif untuk mengolah komodity utama wilayah ini
agar menaikkan harga jualnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah
mengadakan pelatihan pembuatan makanan ringan berbahan dasar terong sebagai
upaya pengembangan pangan sehat dan aman bagi anak-anak. Mengapa anak-anak
menjadi tujuan akhir dari produk ini, karena terong merupakan salah satu makanan
yang kaya akan gizi da vitamin. Kedua, anak-anak nantinya menjadi pangsa pasar
baru, mengingat jumlah anak-anak yang ada di wilayah ini cukup besar.
Terong merupakan salah satu tanaman asli daerah tropis. Pengembangan
budidaya terong paling pesat di Asia Tenggara, salah satunya di Indonesia (Firmanto,
2011). Terong mengandung gizi yang cukup tinggi, terutama kandungan vitamin A
dan fosfor. Menurut Sunarjono (2013) bahwa setiap bahan mentah terong
mengandung 26 kal, 1 gr protein, 0,2 gr hidrat arang, 25 IU vitamin A, 0,04 gr
vitamin B dan 5gr vitamin C. Dengan mempertimbangkan banyaknya tanaman
terong yang dihasilkan dan nilai gizi yang cukup banyak, maka masyarakat berharap
adanya varian pengolahan terog yang dapat meningkatkan nilai terong dan
meningkatkan aspek perekonomian.
TINJAUAN PUSTAKA
Pelatihan
Menurut Marzuki (1992) pelatihan adalah proses membantu orang lain
dalam memperoleh skill dan pengetahuan. Komponen pelatihan setidaknya
mencakup empat hal, yaitu: 1) tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus
jelas dan dapat diukur, 2) pelatih harus ahlinya yang berkualitas memadai
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
33
(professional), 3) materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai, 4) peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan. Pelatihan pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang
digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi bentuk lain utuk dapat
dikonsumsi.13
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
Kerangka Pemecahan Masalah
Permasalhan dimulai ketika hasil tanaman terong mengalami penurunan nilai
jual, karena banyaknya komodity yang tidak diimbangi dengan permintaan. Harga
dari tengkulak tidak mampu mengganti biaya penanaman atau tidak dapat
memberikan keuntungan yang diharapkan oleh petani. Sehingga diharapkan dengan
adanya varian hasil olahan terong, dapat meningkatkan nilai jual terong kembali.
Kedua, hasil varian olahan terong dapat dikonsumsi sebagai alternative makanan
sehat bagi anak-anak. Untuk mencapai hal tersebut, pelatihan pembuatan kripik dan
manisan terong dapat dilakukan. Berikut kerangka pemecahan masalah kegiatan ini:
Gambar 1 Skema Pemecahan Masalah
Realisasi Pemecahan Masalah
Mangkunegara (2005) menjelaskan tahapan pelatihan dan pengemangan
meliputi need assessment, menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan, menetapkan
kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya, menetapkan metode pelatihan,
13 Winarno, 1993, Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama),
hal. 98.
Permasalahan
•Melimpahnya hasil tanaman terong yang tidak diimbangi dengan sistem jual beli yang baik
• tengkulak borongan terong yang memberikan harga murah
•Petani hanya bergantung pada tengkulak
Dampak
• Harga terong murah
• Tidak ada varian hasil olahan terong
Solusi
• Peelatihan pembuatan Makanan Ringan Berbahan Dasar Terong sebagai Upaya Pengembangan Produk Pangan Sehat dan Aman bagi Anak-anak
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
34
mengimplementasi dan mengevaluasi.14 Need assessment atau penilaian kebutuhan
telah dilakukan sebelumnya melalui penelitian pendahuluan. Hal ini dilakukan
dengan menganalisis dan mewawancarai beberapamasyarakat mengenai keluhan dan
harapan masyarakat. Kriteria keberhasilan kegiatan pelatihan adalah dengan tes
praktek. Tes ini berupa tes non formal yaitu dengan mempraktekkan materi pelatihan
pembuatan makanan berbahan dasar terong, pada sesi kedua. Bentuk pelatihan yang
dilakukan menyesuaikan dengan karakteristik masyarakat. Masyarakat kecamatan
Kanor, Bojonegoro masih menjunjung budaya musyawarah dan guyub rukun.
Masyarakat ini masih bersifat tradisional, sehingga kegiatan dilakukan di salah satu
rumah warga dan bersifat non formal. Kegiatan dilakukan dengan dua tahap. Pertama
adalah sesi penyampaian materi tentang menfaat dan cara pengolahan terong. Sesi
kedua adalah pelatihan pembuatan kripik dan manisan terong, dimana ibu-ibu
mempraktekkan pembuatan kripik dan manisan.
Khalayak Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah masyarakat Kecamatan Kanor, Kabupaten
Bojonegoro, khusunya ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok PKK yaitu sejumlah
30 orang. Pemateri pelatihan adalah dari praktisi.
HASIL YANG DICAPAI
Hasil yang dicapai karena adanya kegiatan pelatihan ini antara lain adalah:
1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan berbagai macam
olahan makanan berbahan dasar terong. Sebelum adanya kegiatan pelatihan,
masyarakat tidak menyadari bahwa ada banyak manfaat dan kandungan gizi dari
tanaman terong, sehingga terong dijual begitu saja tanpa mencoba untuk
meningkatkan daya jualnya. Hal ini juga berdampak pada peningkatan
kemampuan sumber daya manusia.
2. Produksi kripik dan manisan yang berbahan dasar terong. Kripik dan manisan
terong merupakan jenis olahan yang mudah dalam pembuatannya, sehingga
masyarakat tidak butuh banyak menghabiskan waktu tenaga dan biaya. Apalagi
produksi makanan ini dilakukan oleh ibu-ibu, sehingga masih memungkinkan
14 Mangkunegara, Anwar Prabu, 2005, Evaluasi Kinerja SDM (Bandung: Refika Aditama), hal. 27.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
35
untuk memproduksi tanpa mengganggu perannya sebagai ibu rumah tangga.
Target selanjutnya adalah mendaftarkan usaha kripik dan manisan terong ini
menjadi salah satu usaha industri rumah tangga yang dapat dipasarkan di
swalayan dan toko makanan di Kabupaten Bojonegoro. Dibutuhkan pelatihan
lanjutan untuk mecapai target tersebut.
3. Meningkatnya antusias masyarakat untuk mencoba jenis olahan makanan
berbahan dasar terong lainnya. Bagi ibu-ibu yang mempunyai ide lain untuk
mengolah terong menjadi makanan jenis lain sangat diapresiasi. Kegiatan
pelatihan ini juga membuka sesi sharing tanya jawab dan berbagi pengalaman
dari ibu-ibu kepada pserta lain. Sesi ini memunculkan antusiasme tersendiri
karena banyaknya ide jenis makanan olahan terong lain yang muncul. Dengan
kegiatan seperti ini, perekonomian masyarakat akan dapat meningkat.
PENUTUP
Kegiatan pelatihan makanan oalahan berbahan dasar terong adalah salah satu
upaya untuk meningkatkan harga jual komoditas utama masyarakat, yaitu terong.
Kegiatan pelatihan ini dapat meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan masyarakat. Makanan hasil olahan dapat menjadi alternative untuk
menyelamatkan harga terong yang turun karena sistem tengkulak. Rekomendasi yang
dapat diberikan adalah dibutuhkan pelatihan lanjutan untuk menjadikan usaha
pengolahan makanan ini menjadi industri rumah tangga, sehingga perekonmian
masyarakat dapat ditingkatkan dan dijaga keberlanjutannya.
DAFTAR PUSTAKA
Firmanto, B. 2011. Sukses Bertanaman Terong Secara Organik. Angkasa: Bandung.
Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Refika
Aditama.
Marzuki. 1992. Strategi dam Model Pelatihan. Malang: IKIP Malang.
Sunarjono, H. 2013. Bertanam 36 Jenis Sayur. Penebar Swadaya: Jakarta.
Winarno. 1993. Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
36
PELATIHAN ORGANISASI IPNU-IPPNU DI DESA PRIGI
KECAMATAN KANOR BOJONEGORO
Mundhori
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Organisasi sebagai alat dalam arti abstrak untuk merealisir apa yang menjadi
keputusan starategik yang ditetapkan, maka mau tidak harus mengikuti atas
perubahan lingkungan yang digerakkan oleh kekuatan kepemimpinan untuk hidup
dan bertahan. Oleh karena itu, organisasi sebagai alat dimanifestasikan terutama
dalam hubungan dua faktor yang disebut dengan fleksibilitas disatu sisi dan disisi
lain adalah dapat tidaknya dikontrol. Dalam aspek inilah penelitian ini difokuskan.
Hasil pelatihan organisasi menunjukkan bahwa antusiasme dari peserta pelatihan
sangat positif dan 70% peserta mampu menangkap pengetahuan dan mempraktekkan
manajemen organisasi.
Kata Kunci: IPNU-IPPNU, Pelatihan Organisasi.
ABSTRACT
Organizations as a tool in the abstract sense to realize what constitutes a determined
starchemical decision, then inevitably follow the changing environment that is
driven by the power of leadership to live and survive. Therefore, the organization as
a tool is manifested primarily in the relationship of two factors called flexibility on
the one hand and on the other is whether or not it can be controlled. In this aspect
this research is focused. The results of organizational training showed that the
enthusiasm of the trainees was very positive and 70% of participants were able to
capture knowledge and practice organizational management.
Keywords: IPNU-IPPNU, Organizational Training.
LATAR BELAKANG
Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan,
pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubunngan kerja dari
orang-orang dalam suatu kerja kelompok. Organisasi adalah sebuah entitas sosial
yang dikoordinasikan secara sadar, dengan batasan yang relatif dapat
diidentifikasikan, dan bekerja atas dasar relatif terus menerus untuk mencapai suatu
tujuan bersama atau sekelompok tujuan.
Oleh karena itu, suatu organisasi dalam abad 21, haruslah dibangun sebagai
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
37
organisasi yang memiliki sifat fleksibel dan mudah dikontrol, maka organisasi itu
tidaklah terlalu muda atau terlalu tua, tahap ini dinamakan PRIMA dalam daur hidup
organisasi. Organisasi dalam keadaan PRIMA, benar-benar diperlengkapi untuk
menerima dan menanggapi perubahan yang cepat didalam pasar, teknologi,
kompetisi dan kebutuhan pelanggan.
IPNU-IPPNU sebagai organsasi yang bersifat keterpelajaran, kekaderan
kemasyarakatan, kebangsaan dan keagaman yang berhaluan Islam Ahlussnuah
Waljamaah, ternyata dalam perkembangannya mengalami perubahan-perubahan
yang diakibatkan oleh tuntutan situasi dan kondisi. Oleh karenanya menjadi
kewajiban setiap warga IPNU-IPPNU untuk terus mempelajari perubahan itu,
mengkajinya kemudian mencoba untuk mengantisipasinya.
Dan tentunya faktor historis sangat mendukung pula apabila warganya juga
senantiasa merenunginya, mempelajari motivasi apa yang melatar belakangi
kelahirannya, dan bagaimana perkembangan organisasi ini dari masa ke masa.
Karena dari segi historis pula kita akan mampu untuk menentukan langkah dan
alternatif apa yang terbaik yang akan kita jadikan saran untuk terus
menyebarluaskan IPNU-IPPNU sekaligus wadah generasi muda NU untuk
menyalurkan aspirasi sekaligus sebagai media dakwah.
Pelatihan ini merupakan program pengabdian yang dilakukan oleh Dosen
STAI ATTANWIR Pelatihan ini ditujukan terutama untuk anggota IPNU-IPPNU di
desa prigi kecamatan kanor bojonegoro. Pemahaman tentang organisasi dan
kepemimpinan di Organisasi IPNU-IPPNU masih kurang serta belum diketahui bagaimana
mengelola organisasi secara efektif dan efisien sehingga tujuan organisasi belum tercapai
secara maksimal. Maksud dilaksanakannya kegiatan sosialisasi dan pendampingan ini adalah
untuk memberikan informasi, pengetahuan dan pendidikan bagaimana mengelola organisasi,
sehingga organisasi IPNU-IPPNU bisa berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Sedangkan tujuan khusus yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah:
1. Untuk memberikan informasi dan motivasi kepada Pengelola dan pengurus
organisasi IPNU-IPPNU agar lebih optimal dan efektif dalam pengelolaan
organisasi.
2. Untuk memberikan bimbingan bagaimana mengelola organisasi, membentuk
struktur kepengurusan dan menimbulkan bakat kepemimpinan, sehingga
pengurus organisasi dapat memanfaatkan ilmu yang didapatkan untuk
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
38
diterapkan di Organisasi.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Marzuki (1992) pelatihan adalah proses membantu orang lain
dalam memperoleh skill dan pengetahuan. Komponen pelatihan setidaknya
mencakup empat hal, yaitu: 1) tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus
jelas dan dapat diukur, 2) pelatih harus ahlinya yang berkualitas memadai
(professional), 3) materi pelatihan dan pengembangan harus disesuaikan dengan
tujuan yang hendak dicapai, 4) peserta pelatihan harus memenuhi persyaratan yang
ditentukan. Pelatihan pengolahan makanan adalah kumpulan metode dan teknik yang
digunakan untuk mengubah bahan mentah menjadi bentuk lain utuk dapat
dikonsumsi.15
IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’) yang didirikan pada tanggal 20
Jumadil Akhir 1373 H yang bertepatan pada tanggal 24 Februari 1954 M ketika
diselenggarakan Kongres LP Ma’arif NU di Semarang. Sejak berdirinya IPNU
menjadi bagian dari LP Ma’arif dan baru pada tahun 1966 M, ketika diselenggarakan
kongres IPNU di Surabaya, IPNU resmi melepaskan diri dari LP Ma’arif dan
menjadi badan otonom NU. Dengan terbentuknya organisasi ini, pemuda sendiri
bahkan masyarakat dapat merasakan keuntungan yang dihasilkan. Konstribusi
terhadap pemuda sendiri yang lebih mencolok yakni sebagai ranah pemberayaan
generasi muda, wadah meningkatkan pendidikan bagi para pemuda, penerus
perjuangan NU. Sedangkan konstribusi terhadap masyarakat, tentunya sebagai
wadah peningkatan tali silaturrahim.
A. METODE PELAKSANAAN
Kegiatan Pengabdian ini dapat terlaksana, atas persihapan dan tahapan yang
dilakukan oleh Tim pelaksana yakni terdiri dari:
Tahap Persiapan
Tahap Persiapan merupakan tahap yang diperlukan untuk mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan kelompok sasaran. Tahap persiapan ini terdiri dari:
15 Winarno, 1993, Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama),
hal. 98.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
39
1. Mengumpulkan data calon peserta pelatihan yang aktif dikepengurusan
organisasi IPNU-IPPNU
2. Diskusi dengan anggota pelaksana dan penentuan beban kerja anggota tim
3. Mempersiapkan peralatan serta bahan yang diperlukan dalam pelatihan
Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan pelatihan berupa ceramah, diskusi,
ice breaking dan simulasi kepemimpinan dalam organisasi.
B. RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM
Kegiatan ini direncanakan mulai persiapan, pelaksanaan pelatihan dan pelaporan
seperti pada tabel 1.
Tabel 1. Rencana Jadwal Pelaksanaan
B.
No Kegiatan Bulan
Oktober November Desember
1 Persiapan
2 Pelaksanaan Pelatihan
3 Pelaporan
Tabel 2. Susunan Personil Pelaksanaan Kegiatan Pelatihan
Personil Nama Bidang Keahlian
Ketua Mudhori,S.E.,ME. Ekonomi Syariah
Anggota Aris Zulianto,S.E.,MM
Nurul Fitriandari,S.Pd.,MM
Manajemen SDM
Manajemen Keuangan
Asisten Moh.Fahrur Rozi
Wahyu Linawati
Mahasiswa tingkat akhir
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
40
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada awal pertemuan, peserta diberikan pengetahuan tentang organisasi
meliputi pengantar manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan evaluasi. Sehingga mereka tahu betul bagaimana mengatur dan
mengelola organisasi yang efektif.dan materi tentang kepemimpinan.
Pada pertemuan ke-dua, diberikan penjelasan mengenai teknik kerja tim dan
praktik manajemen organisasi.
Pada dasarnya selama pelatihan, mereka sangat pro-aktif dengan adanya
kegiatan tersebut, dan menginginkan kegiatan yang bersifat kelanjutan.
Di samping hasil yang dinilai positif, dari pelaksanaan kegiatan tersebut
kelompok sasaran mendapat pengetahuan dan ketrampilan baru. Peserta sangat
antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan dari awal hingga akhir. Mereka
sangat responsif dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk dapat mengerti, serta
memahami proses dan teknik membatik.
Faktor-faktor yang mendukung akan keberhasilan di dalam pelaksanaan
kegiatan penyuluhan ini antara lain:
1). Adanya fasilitas tempat yang cukup memadai
2). Semangat dan motivasi yang tinggi dari peserta di dalam mengikuti kegiatan.
3). Kekompakan dari tim, dan kerja samanya.
Faktor-faktor penghambat di dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan ini
terletak pada pengaturan jadwal kegiatannya. Juga terbatasnya dana, khusus untuk
kegiatan yang bersifat praktek seperti ini banyak membutuhkan dana.
PENUTUP
Pelatihan adalah proses di mana pembelajaran anggota organisasi agar
mencapai keefektifannya dalam mengelola organisasi IPNU-IPPNU, dan lebih
menitikberatkan masalah teknis.
DAFTAR PUSTAKA
Dessler, Gary, 2006, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT Indeks.
Mondy, RW, Noe, RM & Mondy. JB, 2005, Human Resources Management, New
Jersey: Pearson Prentice-Hall.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
41
Patrick, Donal, L, 2008, Evaluating Training Programs. The Four Level (1st ed), San
Fransisco: Berret-Koehler Publishers.
Sedarmayanti, 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, Jakarta: Refika Aditama.
Winarno, 1993, Pangan, Gizi, Teknologi dan Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
42
PELATIHAN MANAJERIAL SKILL BAGI TENAGA TEKNIS
KEFARMASIAN ASISTEN APOTEKER
SE-KECAMATAN BOJONEGORO KOTA
Nurul Fitriandari
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Pendampingan manajerial skill bertujuan untuk memperbaiki kualitas tenaga teknis
kefarmasian pada apotek se-Kabupaten Bojonegoro Kota. Kegiatan ini bermaksud
untuk memberikan pendampingan kepada apoteker agar terbiasa dan terlatih
memanage kegiatan operasional dalam apotek yang dikelolanya. Peningkatan
sumber daya manusia melalui pendampingan ini juga dimaksudkan agar apoteker
terampil dalam memberikan komando searah pada asisten apotekernya. Dengan kata
lain, saat seorang apoteker mampu mengelola apotek secara efektif dan efisien dapat
memberikan sumbangsih bagi pertumbuhan usaha apotek pada umumnya.
Kata Kunci: Pendampingan manajerial skill.
ABSTRACT
Managerial skill assistance aims to improve the quality of pharmaceutical technical
personnel at pharmacies in Bojonegoro City. This activity intends to provide
assistance to pharmacists so that they are accustomed and trained in managing
operational activities in the pharmacies they manage. The improvement of human
resources through this assistance is also intended so that pharmacists are skilled in
providing one-on-one command to the pharmacist assistant. In other words, when a
pharmacist is able to manage a pharmacy effectively and efficiently it can contribute
to the growth of the pharmacy business in general.
Keywords: Managerial skill assistance.
LATAR BELAKANG
Tantangan dan persaingan di dunia bisnis semakin ketat memasuki milenium
ketiga ditandai dengan perubahan lingkungan dan kemajuan teknologi informasi
yang cepat dalam merespon perubahan yang terjadi. Terlebih lagi setelah lahirnya
pemberlakuan Free Trade Area (FTA), atmosfer persaingan yang semakin lekat
menuntut organisasi maupun badan usaha untuk mengadakan rekonstruksi agar lebih
fleksibel dan adaktif dalam menyingkapi berbagai perubahan yang terjadi. Organisasi
yang fleksibel dan adaktif dapat bersikap lebih terbuka dan memberikan kesempatan
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
43
bagi pelaku bisnis dari berbagai negara, sehingga organisasi ini mampu dan siap
bersaing secara global.
Strategi utama yang harus dikembangkan dalam organisasi fleksibel dan
adaktif tersebut, yakni berupa strategi pengalokasian sumber daya-sumber daya yang
dimiliki dengan sebaik mungkin. Penggunaan sumber daya organisasi secara efektif
dan efisien merupakan landasan bagi organisasi agar mampu bersaing dan memiliki
keunggulan kompetitif. Demi mencapai keberhasilan tersebut, pihak penggerak
organisasi perlu menjalankan fungsi-fungsi manajemen secara tepat, utuh, dan
konsekuen, sehingga tujuan yang telah direncanakan dapat tercapai dengan optimal.
Fungsi-fungsi manajemen terdiri dari perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan pengawasan
(controlling) yang harus dapat diintegrasikan sebagai alat penggerak berbagai
aktivitas dalam organisasi. Dalam hal ini, suatu organisasi memerlukan serangkaian
kebijakan untuk mengoptimalkan penerapan fungsi manajemen. Kebijakan tersebut
harus diikuti dengan pengembangan atau pembaharuan terhadap kemampuan dan
keahlian yang dimiliki oleh pekerja sebagai pelaksana kegiatan perusahaan. Kualitas
pekerja yang harus dipenuhi tidak hanya cakap dari segi ilmu pengetahuan atau
keterampilan semata, melainkan juga cakap secara moral, memiliki motivasi serta
dedikasi yang tinggi sehingga mampu merespon dan peka terhadap arah perubahan di
lingkungan luar organisasi.
Dalam hal ini, lembaga penyedia jasa pelayanan kesehatan berupa apotek-
apotek BUMD maupun swasta juga memerlukan pengembangan kualitas sumber
daya tenaga teknis kefarmasiannya, khususnya apoteker. Melalui prestasi dan
kinerja karyawan yang berkualitas, maka masyarakat umum dapat yakin untuk
menggunakan jasa pelayanan medis yang ditawarkan. Dengan kata lain, kinerja
karyawan dapat tercipta secara optimal jika didukung dengan standar profesi sebagai
tenaga kesehatan yang menguasai teori-teori dalam ilmu kesehatan, serta memiliki
kode etik berupa sikap dan perilaku seorang pemberi pelayanan kesehatan
semestinya. Oleh karena itu, pengabdian masyarakat dengan judul “Pelatihan
Manajerial Skill Bagi Tenaga Teknis Kefarmasian Asisten Apoteker Se-Kecamatan
Bojonegoro Kota” ini disusun dan dikembangkan.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
44
TINJAUAN PUSTAKA
Manajerial Skill
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.16 Sebagaimana yang diungkapkan oleh G.R. Terry, bahwa
“Manajemen is a distinct process consisting of planning, organizing, actuating, and
controlling performade to determined and accomplish stated objectives by the use of
human beings and other resources”.17 Dengan kata lain, manajemen adalah suatu
proses tertentu yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan
menggunakan sumber daya manusia dan sumber daya-sumber daya organisasi
lainnya.
Pengelolaan kemampuan manajerial harus mampu menjawab fungsi-fungsi
manajemen, karena Aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan organisasi
merupakan manifestasi dari fungsi manajemen yang ditetapkan sebagai kerangka
kerja dalam memanajemen suatu organisasi.18
a. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah suatu kegiatan yang berhubungan dengan penetapan
tujuan, kebijaksanaan, membuat program-program dan prosedur-prosedur, serta
strategi yang dilakukan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan
perencanaan merupakan tugas dalam pengambilan keputusan untuk memecahkan
permasalahan yang sedang dihadapi organisasi berdasarkan metode, terencana,
dan logis.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan
pengaturan struktur melalui penentuan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.
Dalam struktur organisasi tersebut dijelaskan pengelompokkan kegiatan,
pelimpahan wewenang, penugasan dan pertanggungjawaban, serta pembinaan
hubungan informasi.
16 Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bojonegoro: PT. Bumi Aksara, 2010), hal.1. 17 Moekijat, Manajemen Kepegawaian (Personnel Management), (Bandung: Alumni, 1992), hal. 12. 18 Wilson Bangun, Intisari Manajemen (Bandung: PT. Refika Aditama, 2008), hal. 5.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
45
c. Penyusunan Personalia (Staffing)
Penyusunan personalia merupakan salah satu fungsi manajemen yang
berhubungan dengan kegiatan pengaturan sumber daya manusia dalam sebuah
organisasi, meliputi pengadaan tenaga kerja, pengembangan tenaga kerja,
kompensasi dan pemeliharaan tenaga kerja sampai pada pemutusan hubungan
terhadap tenaga kerja tersebut.
d. Penggerakan (Actuating)
Penggerakan merupakan tugas dari manajer untuk menggerakkan seluruh
sumber daya organisasi sesuai dengan fungsinya. Seorang manajer harus
memiliki keterampilan untuk menggerakkan dan mengelola seluruh sumber daya
organisasi secara tepat, melalui aktivitas pemotivasian (motivating),
kepemimpinan (leadership), dan komunikasi (communication).
e. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan merupakan tindakan penilaian terhadap tugas-tugas yang
dilakukan oleh anggota organisasi, apakah pelaksanaannya sesuai dengan
rencana. Pelaksanaan kegiatan pengawasan ini merupakan tindakan korektif
terhadap kegiatan masa lampau, dan merupakan acuan terhadap kegiatan yang
akan datang.
KERANGKA KERJA PELAKSANAAN
Syarat karyawan atau tenaga kesehatan pada setiap lembaga pelayanan jasa
kesehatan telah diatur dalam Undang-Undang, yang menyatakan bahwa: (1)Tenaga
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi ketentuan kode
etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan
standar prosedur operasional. (2) Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur oleh organisasi profesi. (3) Ketentuan
mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar
prosedur operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.19
19 Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Pasal 24.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
46
Dalam hal ini, fungsi pengawasan sangat diperlukan untuk menilai apakah
seorang karyawan telah mengantongi kode etik dan standar profesi yang diharapkan
sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki. Kegiatan pengawasan yang dimaksud
harus dapat menjangkau keseluruhan unsur sistem di dalam organisasi. Pengawasan
pada apotek diadakan untuk meningkatkan kinerja karyawan atau tenaga paramedis
agar terdorong menjadi lebih produktif. Keadaan ini juga akan berdampak pada
peningkatan output yang dicapai organisasi, sehingga secara otomatis mampu
mendorong eksistensi apotek dalam menghadapi para kompetitor di bidang
pelayanan kesehatan lainnya.
Fungsi pengawasan pada lembaga layanan kesehatan pada umumnya dapat
bekerja maksimal bergantung pada karakteristik seorang pemimpin, dalam hal ini
seorang apoteker pada sebuah apotek. Apoteker harus mampu memelihara dan
menjaga garis-garis pelaksana kebijakannya agar berjalan di koridor yang benar.
Apoteker harus mampu mengkomando dan memotivasi peningkatan etos kerja
seluruh anggota organisasi, (asisten apoteker dan tenaga farmasi lainnya) serta
dituntut untuk mengetahui atau peduli terhadap segala aspek permasalahan yang
menjadi objek pengawasannya. Oleh karena itu, seorang apoteker yang berkualitas
harus membekali dirinya dengan kemampuan manajerial dalam mengelola sumber
daya-sumber daya manusia yang terkait dalam organisasi apoteknya.
MATERI PELATIHAN
Adapun ringkasan materi pelatihan Comprehensive Managerial Skills &
Leadership pada pelatihan managerial skill, di bawah ini.
1. Role of Manager
Peran yang dimiliki seorang Manajer dalam manajemen madya
Perubahan lingkungan dan tantangan baru seorang Manajer
2. Basic Tools for Manager
Self Leadership: dari role model ke efektif transformasi menjadi leader
Manajemen Kinerja: Goal Setting, Coaching, Effective feedback
Manajemen Tugas: Perencanaan, Monitoring dan Kontrol
Manajemen Orang: Komunikasi, Motivasi dan Empowerment
3. Overview on New Tools for Manager
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
47
Meningkatkan self productivity: meningkatkan engagement dan mempercepat
proses kerja (getting things done)
Emotional and Adversity Intelligence
From good to great manager: menjadi manajer yang inovatif dan mampu
meng-handle perbedaan atau konflik
4. Overview on Leadership
Antara managerial skills dan leadership
Mengembangkan gaya kepempinan yang tepat: situational leadership
Last trend on leadership: transformational leader
Target Peserta Pelatihan
1. Pimpinan perusahaan, manajer dan supervisor
2. Staf yang akan disiapkan untuk menjadi manajer/supervisor
3. Semua pihak yang membutuhkan pengetahuan seputar Comprehensive
Managerial Skills & Leadership
Metode Pelatihan
1. Penyampaian konsep
2. Diskusi kelompok
3. Latihan
4. Studi kasus
HASIL YANG DICAPAI
Pelaksanaan Pelatihan Manajerial Skill
Manajemen sumber daya manusia atau yang juga biasa disebut MSDM
merupakan suatu ilmu tentang cara mengatur hubungan serta peranan tenaga kerja
secara efektif dan efisien agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya
untuk mencapai target yang ingin diraih secara maksimal.
Meski yang menjadi subjek adalah tenaga kerja, namun manajemen sumber
daya manusia bukan hanya tentang manusianya saja melainkan juga menyangkut
desain serta implementasi system perencanaan, penyusunan dan pengembangan
karyawan, pengelolaan karier, kompensasi karyawan, evaluasi kerja serta hubungan
ketenagakerjaan.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
48
Kita semua mengetahui bahwa persaingan bisnis sudah semakin ketat bahkan
keras dan kasar. Jika sebuah perusahaan tidak mampu untuk membangun serta
mempersiapkan SDM yang berkualitas, maka besar kemungkinan perusahaan
tersebut akan menemui banyak sekali kendala, bahkan bisa berujung kebangkrutan.
Oleh karena itu bisa dibilang bahwa sumber daya manusia atau SDM merupakan
modal penting yang akan menjadi motor penggerak perusahaan dalam menghadapi
persaingan.
Dengan mempertimbangkan pentingnya mempersiapkan sumber daya
manusia, maka perusahaan – perusahaan, khususnya yang ada di Bojonegoro, perlu
untuk mengadakan pelatihan manajemen sumber daya manusia yang tepat yang
mampu menyentuh semua lapisan karyawan. Dengan pelatihan manajemen SDM,
maka profesionalitas karyawan akan terbangun dan hal tersebut akan berdampak
pada image perusahaan, baik di depan para kompetitornya maupun konsumen.
Output Pelatihan Manajerial Skill
Saat ini, sebagian besar perusahaan maupun instansi yang ada di kota
Bojonegoro telah menyadari manfaat diadakannya program pelatihan manajemen
sumber daya manusia. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat kesadaran akan
pentingnya manajemen yang baik dan beretos kerja tinggi sudah semakin meningkat.
Meski demikian, tidak sedikit pula perusahaan atau instansi yang ada di Bojonegoro
yang masih enggan untuk mengadakan program pelatihan manajemen sumber daya
manusia. Hal tersebut tentu saja sangat memperihatinkan karena iklim persaingan
bisnis sudah semakin kejam dan tidak pandang bulu, di mana perusahaan yang tidak
mampu untuk bersaing akan tersingkir. Tidak adanya pelatihan manajemen sumber
daya manusia juga akan sangat berpengaruh terhadap profesionalitas karyawan yang
bekerja di perusahaan tersebut. Untuk menjalankan program pelatihan SDM
dibutuhkan keterlibatan setiap unsur yang ada di dalam perusahaan, baik itu
karyawan yang baru saja masuk dan bekerja ataupun mereka yang sudah bekerja
puluhan tahun dan sudah dianggap sebagai pegawai senior.
Pelatihan manajemen SDM juga hendaknya juga diikuti oleh para petinggi
perusahaan maupun instansi agar mereka lebih bisa memahami seluk beluk
manajerial perusahaan dengan lebih baik dan menguasai bagaimana cara memimpin
perusahaan dengan cara-cara yang professional. Dengan pentingnya program
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
49
pelatihan manajemen sumber daya manusia bagi perusahaan, maka memilih dan
menggandeng penyedia jasa pelatihan terbaik di Bojonegoro menjadi satu hal yang
sangat penting.
Bagi perusahaan yang dirasa belum cukup mumpuni atau tidak memiliki
kemampuan untuk memberikan pelatihan manajemen sumber daya manusia secara
mandiri, ada baiknya bekerja sama dengan jasa penyedia pelatihan manajemen SDM
yang dapa ditemukan dengan mudah di Bojonegoro. Para penyedia jasa pelatihan
manajemen SDM pada umumnya memang sudah terlatih dan secara professional
mampu memberikan program pelatihan yang baik.
Dengan pelatihan tersebut, maka kinerja, produktivitas sekaligus
profesionalitas karyawan akan bisa ditingkatkan sehingga mereka akan mampu
memberikan yang terbaik kepada perusahaan, termasuk loyalitas. Hal tersebut
tentunya akan sangat berpengaruh terhadap kemajuan atau keberhasilan perusahaan
dalam upayanya untuk membangun image di mata competitor maupun konsumen.
Ada banyak sekali metode pelatihan manajemen sumber daya manusia yang biasa
ditawarkan oleh penyedia jasa pelatihan, di antaranya dengan metode training,
simulasi dan metode interaktif. Tidak sedikit pula penyedia jasa pelatihan
manajemen SDM di Bojonegoro yang menyediakan program pelatihan secara online
yang dapat diakses dengan bantuan koneksi internet.
Adapun proses pelatihan manajerila skill dilakukan melalui beberapa metode
pendampingan di bawah ini.
a. Metode Training
Di dalam metode training, pelatihan dilakukan secara langsung dengan
memberikan pendampingan dengan memberikan contoh – contoh tentang tata
cara bekerja secara professional. Metode ini biasanya didahului dengan
pemberian materi secara lisan maupun tertulis tentang hal – hal yang berkaitan
dengan bidang pekerjaan yang akan digeluti oleh karyawan yang bersangkutan.
b. Metode Simulasi
Pada metode simulasi, karyawan akan diberikan beberapa kendala atau
masalah yang sering dihadapi di dalam pekerjaanya. Mereka bertugas untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut berdasarkan atas pengetahuan yang mereka
miliki. Dari sana, akan dapat dilihat seberapa tinggi kemampuan yang dimiliki.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
50
Untuk menyempurnakan atau melengkapi program pelatihan yang diadakan,
maka akan diberikan program interaktif, yakni karyawan akan diberikan suatu
bentuk pelatihan beserta materi yang berkaitan dengan bidang pekerjaan atau
tanggung jawabnya. Materi tersebut biasanya akan diberikan oleh instansi atau
organisasi tertentu yang memang telah ditunjuk oleh perusahaan tempat
karyawan tersebut bekerja.
c. Metode Pelatihan Online
Tidak sedikit pula penyedia jasa pelatihan manajemen SDM di
Bojonegoro yang menawarkan metode pelatihan online. Belakangan, program
pelatihan ini lebih banyak diminati karena dianggap lebih efektif sekaligus
efisien. Program pelatihan manajemen secara online tetap menggunakan
metodologi yang sama seperti halnya pelatihan konvensional, bedanya hanyalah
media yang digunakan. Dalam system online, maka pemberian materi dilakukan
secara online memanfaatkan jaringan internet. Sebagai tindak lanjut atau
pemantapan, nantinya karyawan atau jajaran manajerial yang mengikuti pelatihan
akan diajak untuk bertatap muka secara langsung pada bagian akhir.
Dengan memberikan program pelatihan manajemen SDM, maka perusahaan
akan mampu bersaing dengan perusahaan lain secara lebih sehat. Kompetensi atau
skill dan professionalism karyawan juga bisa ditingkatkan sehingga mereka akan
mampu memberikan yang terbaik bagi keberhasilan perusahaan. Dengan pelatihan
manajemen SDM, loyalitas karyawan terhadap perusahaan juga dapat terbangun,
bahkan tanpa harus memberikan iming-iming bonus tambahan ataupun kenaikan
gaji.
Faktor Pendukung dan Penghambat
Adapun faktor-faktor pendukung dalam penerapan fungsi pengawasan atas
hasil pelatihan manajerial skill pada tenaga teknis kefarmasian yang ada di apotek-
apotek se-Bojonegoro telah terangkum dalam pemaparan berikut ini.
a. Pelatihan manajerial skil ini mendapat tanggapan positif dari para karyawan
apotek. Karena penerapan materi pelatihan ini dirasa dapat memberikan proses
belajar yang positif bagi para karyawan dalam mengoreksi kualitas etos kerjanya,
serta cara untuk meningkatkan etos kerjanya secara tepat.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
51
b. Adanya pemberian penghargaan (reward) berupa hadiah ataupun pengikutsertaan
adalam program pengembangan kompetensi diri, membuat karyawan apotek
merasa tertarik dan termotivasi agar semakin mengembangkan etos kerjanya.
Sehingga secara otomatis para karyawan mampu menciptakan hasil kerja yang
maksimal bagi kontinuitas pengembangan sumber daya manusia di apotek.
c. Kegiatan manajerial skill ini membantu para atasan atau pengelola apotek untuk
mengendalikan dan mengontrol kegiatan para bawahannya secara lebih mudah.
Sehingga para atasan dapat benar-benar memahami kondisi bawahannya.
Sehingga, mereka dapat merumuskan kebijakan kerja yang tepat dengan
menyesuaikan pada kemampuan dan keterbatasan masing-masing karyawan yang
dipimpin.
d. Melaui manajerial skill dapat mendorong tumbuhnya kerjasama antar karyawan
apotek. Karena, adanya sistem pengawasan berupa rapat audit setiap akhir bulan
pada masing-masing apotek memunculkan sikap keterbukaan dan kepedulian
antar sesama karyawan apotek. Dimana masalah salah satu karyawan akan
menjadi pembahasan diskusi dalam rapat untuk bersama-sama menemukan
penyelesaian secara tepat.
Namun, penerapan pelatihan manajerial skill ini juga tidak luput dari faktor
yang menjadi penghambat dalam pelaksanaanya. Berikut ini faktor-faktor
penghambat dalam penerapan pelatihan manajerial skill pada karyawan apotek se-
Bojonegoro, antara lain.
a. Hasil dari penerapan pelatihan manajerial skill ini membutuhkan kerjasama dan
kesadaran dari tiap-tiap karyawan apotek agar berhasil dalam menciptakan
peningkatan bagi etos kerjanya. Oleh karena itu, jika terdapat beberapa karyawan
yang belum memiliki kesadaran akan arti penting dari suatu pengawasan, maka
penerapan fungsi ini pun belum mampu tercipta secara maksimal. Terkadang
demi menumbuhkan kesadaran tersebut membutuhkan waktu penyesuaian yang
cukup lama.
Mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan pensosialisasian kepada para karyawan
agar mereka tidak merasa kesulitan dan keberatan saat fungsi pengawasan
diberlakukan secara nyata dalam kehidupan mereka. Sehingga tidak ada
karyawan yang merasa terbebani dan berat dalam pelaksanaan fungsi
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
52
pengawasan atas kinerja yang telah dilakukan.
b. Kegiatan manajerial skill ini jika dilakukan secara berkala membutuhkan
pengalokasian waktu penerapan yang tidak sedikit atau tidak hanya dilaksanakan
dalam satu kali tempo pelaksanaan tugas semata. Sehingga diperlukan
perencanaan alokasi waktu secara matang agar keseluruhan tahap proses
pengawasan dapat dilaksanakan selama mengawasi kinerja etos kerja masing-
masing karyawan secara menyeluruh.
Jika masih terdapat beberapa bagian karyawan yang kurang mampu
meningkatkan etos kerjanya diakibatkan perilaku atau karakteristik yang
mengarah pada keterlambatan belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan
kerjanya secara personal, maka solusi yang diajukan dalam mengatasi masalah
ini yakni dengan cara melakukan pendekatan secara personal untuk mengetahui
sumber permasalahannya.
Pihak manajemen apotek juga perlu mencoba menumbuhkan pandangan pada
para karyawannya bahwa kegiatan manajerial skill tidak seharusnya dipandang
sebagai hal remeh-temeh yang tidak perlu. Pihak manajemen apotek harus sadar
bahwa pelatihan manajerial skill dibutuhkan dalam lingkungan kerja tersebut
untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia dalam apoteknya.
PENUTUP
Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat hal penting yang perlu
digarisbawahi bahwa pihak apotek ada baiknya jangan terburu-buru untuk langsung
memberikan penilaian buruk terhadap karyawan yang memiliki etos kerja kurang
baik. Lingkungan kerja merupakan tempat yang paling tepat bagi seseorang untuk
mengembangkan dan memanfaatkan kompetensi intelektual yang dimiliki. Sehingga,
pihak apotek perlu memberikan kesempatan luas bagi para karyawannya untuk
mempelajari hal-hal baru, serta tetap memberikan bimbingan secara intensif bagi
mereka demi mencapai kesempurnaan kualitas kerja yang dikehendaki organisasi.
Karena, jika pihak manajemen apotek memiliki kepedulian terhadap perkembangan
para karyawannya sebagai bagian dari kesatuan organisasi apotek, maka dengan
sendirinya tiap-tiap karyawan tersebut akan terdorong untuk berusaha menciptakan
kualitas etos kerja yang sesuai dengan kehendak pihak manajemen. Dengan kata lain,
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
53
secara otomatis akan menumbuhkan rasa loyalitas tinggi terhadap lingkungan kerja
yang dimasukinya.
Dalam hal ini, karyawan yang perlu mendapatkan perhatian tidak hanya
karyawan yang berada pada jabatan menengah ke atas saja, melainkan seluruh
karyawan dari berbagai tingkat manajemen. Pihak manajemen pusat apotek perlu
memberikan kesamaan fasilitas sebagai bentuk perhatian terhadap hasil penilaian
kinerja karyawan yang beretos kerja tinggi. Fasilitas tersebut tidak hanya berupa
jaminan finansial secara layak saja, melainkan pemberian program pelatihan dan
pengembangan kompetensi (akademik) dan jaminan keamanan dalam bekerja.
Dengan demikian, pihak apotek tidak hanya peduli terhadap perkembangan etos
kerja karyawannya saja. Tetapi turut mendukung pembinaan personel agar dapat
tercipta personel yang sehat samapta dan selalu siap dalam melaksanakan tugas,
sesuai dengan salah satu syarat tenaga teknis kefarmasian pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bangun, Wilson, 2008, Intisari Manajemen, Bandung: PT. Refika Aditama.
Dharmanegara, Ida Bagus Agung, 2010, Akuntansi dan Manajemen Keuangan
Rumah Sakit, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Hasibuan, Malayu S.P., 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Manullang, M., 1997, Management Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Moekijat, 1992, Manajemen Kepegawaian (Personnel Management), Bandung:
Alumni.
Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
54
PENDAMPINGAN PENDIRIAN KSPPS BMT ALZAITUN
DI DESA NGLARANGAN KECAMATAN KANOR BOJONEGORO
Riza Multazam Luthfy
Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Pendampingan ini bertujuan untuk mendirikan lembaga keuangan berbasis syariah di
level desa. Yang menjadi sasaran adalah segenap masyarakat Desa Nglarangan
Kecamatan Kanor Bojonegoro. Pendampingan yang dilaksanakan oleh Tim Dosen
Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro ini
berhasil mewujudkan berdirinya KSPPS BMT Alzaitun di Desa Nglarangan
Kecamatan Kanor Bojonegoro dengan tahapan sebagai berikut: (1) Terbentuknya
panitia dan pendamping selaku motivator pendirian BMT. (2) Terwujudnya
dukungan pendirian BMT dari tokoh masyarakat. (3) Terlaksananya kegiatan tindak
lanjut berupa penunjukan Tim atau Panitia Penyiapan Pendirian BMT (P3B). (4)
Penyelenggaraan Rapat Pendiri untuk memilih Pengurus BMT, Ketua, Wakil Ketua,
Sekretaris dan anggota. (5) Perekrutan calon pengelola BMT oleh pengurus. (6)
Pelatihan dan magang yang diikuti oleh calon pengelola BMT. (7) Persiapan sarana
kantor dan ATK serta form/berkas administrasi sebelum BMT siap dioperasikan.
Kata Kunci: Pendampingan pendirian KSPPS BMT.
ABSTRACT
This assistance aims to establish sharia-based financial institutions at the village
level. The target is all the people of Nglarangan, Kanor, Bojonegoro. Assistance
conducted by the Team of Lecturer of Islamic Economics (STAI) Attanwir
Bojonegoro succeeded in realizing the establishment of KSPPS BMT Alzaitun in
Nglarangan, Kanor, Bojonegoro with the following stages: (1) The establishment of
committee and companion as the motivator of BMT establishment. (2) The support of
BMT establishment from community leaders. (3) Implementation of follow up
activities in the form of Team Appointment or Preparatory Committee on BMT
Establishment (P3B). (4) Implementation of the Founder Meeting to elect the BMT
Board, Chair, Vice Chair, Secretary and members. (5) Recruitment of BMT
prospective managers by management. (6) Training and apprenticeship followed by
prospective managers of BMT. (7) Preparation of office and other facilities and form
/ administration file before BMT is ready to be operated.
Keywords: This assistance of BMT establishment.
LATAR BELAKANG
Menggeliatnya kembali ekonomi syariah di dunia dimulai sejak berdirinya
Islamic Development Bank (IDB) pada tahun 1975. Sebagai komitmennya dalam
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
55
pengukuhan sistem ekonomi syariah, IDB mendirikan institut riset dan pelatihan
bernama Islamic Research and Training Institute (IRTI). Lembaga ini berupaya
mengembangkan penelitian dan pelatihan ekonomi Islam, baik dalam bidang
perbankan maupun keuangan secara umum.20
Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia antara lain ditandai dengan
hadirnya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tahun 1992. Memasuki “usia
remaja”, perkembangan ekonomi syariah di Indonesia tampak dengan munculnya
sejumlah bank, perusahaan asuransi, emiten obligasi, reksa dana, lembaga bisnis,
pegadaian, baik menyeluruh ataupun parsial, mengeluarkan produk/layanan dengan
kesesuaian syariah yang disertifikasi oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia (DSN MUI) dan kemudian didampingi serta dikembangkan oleh Dewan
Pengawas Syariah (DPS) atau Tim Ahli DSN MUI.21
Bagi beberapa peneliti, pakar, dan akademisi, sistem ekonomi syariah cukup
menarik untuk dikaji karena dianggap mampu memecahkan masalah-masalah yang
melanda ekonomi dunia. Dalam beberapa segi, system ekonomi syariah lebih unggul
dibanding sistem ekonomi konvensional. Di negeri ini, kemampuan ekonomi syariah
dibuktikan dengan tetap kokohnya Bank Muamalat Indonesia dan lembaga-lembaga
keuangan yang berdasarkan pada syariat Islam saat menghadapi krisis ekonomi pada
1997 sampai sekarang. Sebagian yang menjadi sorotan publik yaitu keberadaan
Baitul Mal Wattamwil (BMT) sebagai lembaga keuangan berbasis syariah yang
akhir-akhir ini banyak ditemukan di berbagai tempat. BMT menjadi alternatif bagi
mereka yang tidak memiliki banyak modal tetapi ingin mendapatkan kredit dengan
persyaratan yang mudah. Tidak seperti lembaga perbankan yang cukup berbelit
dalam melepas kredit, BMT memberi kemudahan untuk memberikan bantuan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Fungsi BMT
Sebagai lembaga keuangan mikro, BMT memiliki beberapa persamaan dengan
koperasi yang merupakan lembaga keuangan dengan fungsi sosial dan ekonomi.
20 Muhammad Syafi'i Antonio, 2007, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Cetakan Kesebelas
(Jakarta: Gema Insani), hal. 21. 21 Muhammad Gunawan Yasni, 2007, Ekonomi Sufistik: Adil dan Membahagiakan (Bandung: Mizan),
hal. 14.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
56
Orang-orang yang menjadi anggota koperasi adalah pemilik koperasi itu sendiri.
Perbedaannya, koperasi memiliki tujuan meningkatkan kesejahteraan anggota
melalui usaha bersama. Adapun BMT berusaha meningkatkan kesejahteraan nasabah
dengan melakukan pembiayaan dan pendampingan. BMT diharapkan mampu
memberikan pembiayaan dengan lebih adil terhadap nasabahnya dengan prinsip bagi
hasil.22
Lantaran berbadan hukum koperasi, BMT diatur dalam Undang-Undang
Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang
pelaksanaan usaha simpan pinjam oleh koperasi. Di samping itu juga Kepmen
Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Beberapa peraturan
inilah yang hingga saat ini menjadi payung berdirinya BMT.
Definisi Baitul Mal wat Tamwil (BMT) yaitu “lembaga keuangan nonbank
yang beroprasi berdasarkan syariat dengan prinsip bagi hasil, didirikan oleh dan
untuk masyarakat di suatu tempat atau daerah”. BMT mencakup dua bidang kerja
yaitu lembaga mal (baitul mal) dan lembaga tamwil (baitut tamwil). Baitul mal
dimaksudkan dalam rangka mengumpulkan zakat, infak, maupun sedekah, serta
menyalurkannya kepada pihak yang berhak dalam bentuk pemberian tunai maupun
pinjaman modal tanpa bagi hasil. Dalam bidang kerja ini, baitul mal bersifat nirlaba
(sosial). Sementara itu, pendirian baitut tamwil dimaksudkan untuk menghimpun
dana masyarakat yang mampu dalam bentuk simpanan, saham, atau deposito, dan
menyalurkannya sebagai modal usaha dengan adanya ketentuan bagi hasil antara
pemodal, peminjam, dan pihak BMT. Kegiatan baitut tamwil bersifat profit motif
(mencari keuntungan).23
Adapun beberapa fungsi BMT yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi, mengorganisir, memobilisasi, mendorong, dan
mengembangkan kemampuan ekonomi anggota, kelompok usaha
anggota muamalat (Pokusma), serta daerah kerjanya.
2. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan Pokusma menjadi lebih
profesional dan Islami, sehingga semakin tangguh dalam menghadapi
tantangan global.
22 M. Sulaeman Jajuli, 2015, Ekonomi Islam Umar bin Khattab (Yogyakarta: Deepublish), hal. 256. 23 Budhy Munawar-Rahman, dkk., 2003, Berderma untuk Semua: Wacana dan Praktik Filantropi
Islam (Bandung: Teraju), hal. 236.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
57
3. Menggalang dan mengorganisir potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
Sejarah BMT tidak terlepas dari keberadaan Bank Muamalat Indonesia (BMI)
dan bank perkreditan rakyat syariah (BPRS). Awalnya, sepak terjang pembentukan
BMI selaku bank umum Islam pertama di Indonesia diikuti oleh pendirian BPRS.
Namun demikian, karena lembaga keuangan ini dianggap kurang mencukupi dan
belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah, maka lembaga
simpan pinjam yang disebut BMT didirikan.24
Di Aceh, BMT banyak ditemukan di berbagai lokasi. Sumber yang
berhubungan dengan simpanan pihak ketiga di provinsi berjuluk Serambi Makkah
tersebut kerap dilakukan pada institusi keuangan non perbankan. Setiap
kabupaten/kota mempunyai koperasi simpan pinjam berbentuk BMT yang
membidik sektor pedagang non formal.25
Geliat perkembangan BMT antara lain disebabkan oleh kemudahan yang
ditawarkan olehnya. Guna memperoleh kredit agar pengusaha lemah bisa
memanfaatkan sumber pembiayaan, lembaga keuangan non bank memberikan
keringanan persyaratan. Apalagi, pola pembiayaan BMT dilakukan sesuai dengan
syariat agama Islam, sehingga menghilangkan unsur-unsur pembungaan uang yang
bersifat eksploitatif.26 Pada hakikatnya, sistem ekonomi Islam melarang praktik riba
serta akumulasi kekayaan pada pihak tertentu secara tidak adil.
Islam mendorong manusia untuk berusaha dengan keras mendapatkan
materi/harta dengan berbagai cara. Usaha ini dilakukan dengan tetap memegang
teguh rambu-rambu yang telah ditetapkan. Rambu-rambu yang di maksud antara
lain: mencari yang baik dan halal, menjauhi cara batil, tidak melampaui batas, tidak
menzalimi atau dizalimi, menghindarkan diri dari unsur riba, gharar (ketidakjelasan
dan manipulatif), maisir (perjudian dan intended speculation), serta menjaga
tanggung jawab sosial berupa zakat, infak, dan sedekah. Rambu-rambu inilah yang
membedakan sistem ekonomi Islam dengan perekonomian konvensional dengan
prinsip self interest (kepentingan pribadi) sebagai dasar perumusan konsepnya.
24 Zainul Arifin, 2009, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Cetakan Ketujuh (Jakarta: Azkia), hal.
8. 25 Fuadi, 2016, Zakat dalam Sistem Hukum Pemerintahan Aceh (Yogyakarta: Deepublish), hal. 130. 26 Sjafrizal, 2008, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi (Padang: Baduose Media), hal. 164.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
58
Dalam tinjauan teoritis, tingkah laku konsumen dalam memuaskan diri bisa
dijelaskan melalui dua teori nilai guna. Pertama, teori nilai guna konvensional yang
terdiri atas teori nilai guna kardinal (TNGK), teori nilai guna ordinal (TNGO) dan
teori preferensi yang diungkapkan (Revealed Preference). Kedua, teori nilai guna
syariah. Teori yang disebut terakhir ini adalah teori nilai guna yang menerangkan
nilai guna barang dalam cakupan ajaran dan prinsip-prinsip syariah (petunjuk
kebenaran hakiki agama-agama samawi).27
Dengan pemasukan yang diperoleh, setiap orang leluasa mendayagunakan
uangnya untuk mendapatkan barang-barang yang diinginkan agar kepuasannya
berada dalam tingkat maksimal. Meskipun demikian, perilaku konsumsi tentu harus
mempertimbangkan batas-batas yang ada supaya konsumsi tidak merugikan diri dan
orang lain serta melanggar ajaran agama atau kepercayaan yang dianutnya.
Pendayagunaan fungsi BMI, BPRS, BMT, dan lembaga pengelola zakat-
infak-sedekah (BAZIS) di masa mendatang harus senantiasa dilakukan secara
berencana dan profesional sesuai perkembangan kebutuhan umat. Bahkan, jika
ditelisik dari kondisi usahawan umat yang pada umumnya lemah dalam
permodalan, maka pengembangan peran BMI, BPRS, BMT, dan BAZIS merupakan
bagian integral dari upaya memperbaiki ekonomi umat. Oleh karena itulah,
diperlukan konsistensi usaha dalam memperkuat eksistensi BMI, BPRS, serta BMT
dalam kegiatan umat sehari-hari.28
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
Kerangka Pemecahan Masalah
Sekelompok orang bertekad untuk mendirikan sebuah BMT terlebih dahulu
perlu memahami maksud dan tujuan pendirian lembaga keuangan berbasis syariah
tersebut. Dalam hal ini, para dosen atau pengajar di Sekolah koperasi, menawarkan
diri untuk menjadi sarana terbentuknya BMT. Pendampingan dilakukan dengan
maksud menambah pengertian, maksud, tujuan, struktur organisasi, manajemen,
prinsip-prinsip BMT, serta prospek pengembangannya dalam jangka panjang.
27 Iskandar Putong, 2005, Teori Ekonomi Mikro: Konvensional dan Syariah (Jakarta: Mitra Wacana
Media), hal. 143. 28 Adi Sasono, dkk., 1998, Solusi Islam atas Problematika Umat: Ekonomi, Pendidikan, dan Dakwah
(Jakarta: Gema Insani), hal. 75-76.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
59
Orang-orang yang akan mendirikan BMT dan yang nantinya akan menjadi
anggota BMT hendaknya mempunyai kegiatan dan kepentingan ekonomi yang sama.
Artinya tidak setiap orang dapat mendirikan dan atau menjadi anggota BMT tanpa
didasarkan pada adanya kejelasan mengenai kegiatan atau kepentingan ekonomi
yang akan dijalankan. Kegiatan ekonomi yang sama diartikan, memiliki profesi atau
usaha yang sama, sedangkan kepentingan ekonomi yang sama diartikan memiliki
kebutuhan ekonomi yang sama.
Usaha yang akan dilaksanakan oleh BMT di tingkat desa harus layak secara
ekonomi. Layak secara ekonomi diartikan bahwa usaha tersebut akan dikelola secara
efisien dan mampu menghasilkan keuntungan usaha dengan memperhatikan faktor-
faktor tenaga kerja, modal dan teknologi.
Modal sendiri harus cukup tersedia untuk mendukung kegiatan usaha yang
akan dilaksanakan oleh pengelola BMT. Hal tersebut dimaksudkan agar kegiatan
usaha BMT dapat segera dilaksanakan tanpa menutup kemungkinan memperoleh
bantuan, fasilitasdan pinjaman dari pihak luar. Kepengurusan dan manajemen harus
disesuaikan dengan kegiatan usaha yang akan dilaksanakan agar tercapai efektivitas
dan efisiensi dalam pe-ngelolaan koperasi. Perlu diperhatikan mereka yang nantinya
ditunjuk/ dipilih menjadi pengurus haruslah orang yang memiliki kejujuran,
kemampuan dan kepemimpinan, agar koperasi yangdidirikan tersebut sejak dini telah
memiliki kepengurusan.
Realisasi Pemecahan Masalah
Ada tiga tahap yang dilakukan dalam mendirikan BMT Alzaitun di Desa
Nglarangan Kecamatan Kanor Bojonegoro. Pertama, pemberian bekal pengetahuan
organisasi kepada masyarakat setempat tentang pentingnya program. Kedua,
mempersiapkan infrastruktur untuk pendirian BMT. Ketiga, masyarakat menyiapkan
sebuah kurikulum untuk sekolah adat tersebut.
Pemberian pengetahuan dilakukan dengan diskusi kecil yang berlangsung di
tempat-tempat pertemuan RT dan RW. Diskusi juga terjadi di komunitas jamaah
tahlil dan warung-warung warga. Pada pertemuan-pertemuan tersebut telah
dibicarakan tentang apa-apa yang akan dilakukan dalam pendirian BMT. Tahap
sosialisasi dilakukan kepada seluruh lapisan masyarakat terutama pemerintah Desa
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
60
Nglarangan. Sosialisasi juga dilakukan kepada para stakeholder.
Setelah itu dibentuk kepanitian pendirian BMT sekaligus penentuan tugas dan
fungsi masing-masing. Panitia kemudian mulai mempersiapkan semua bahan yang
diperlukan untuk pendirian BMT. Pertama dilakukan persiapan pengurusan pendirian
yayasan. Pendirian yayasan dilakukan dengan menentukan nama yayasan, tim
pendiri dan perangkat-perangkat lain yang dibutuhkan. Yayasan tersebut kemudian
yang memayungi BMT akan didirikan tersebut.
Kemudian digelar sebuah forum group discussion (FGD) untuk menyusun
analisis kebutuhan yang menjadi bahan dasar untuk pendirian BMT. FGD yang
berlangsung di Mushalla Al Muslimun ini dihadiri oleh unsur-unsur masyarakat,
seperti ketua RT, ketua RW, ketua karang taruna, kiai, dan kepala desa. Agenda
dilanjutkan dengan pelaksanaan seminar BMT dalam rangka memperkaya
pemahaman masyarakat tentang urgensi dan fungsi BMT bagi peningkatan
kesejahtaraan dan perbaikan taraf hidup. Seminar ini didampingi oleh Tim Dosen
Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro dengan
menghadirkan Aris Zulianto, SE., M.M. selaku pemateri.
Khalayak Sasaran
Sasaran kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah masyarakat Desa
Ngalarangan Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro. Desa ini terletak didataran
tinggi, di antara wilayah-wilayah yang berada di Kecamatan Kanor. Luas lahannya
kurang lebih 230 Ha. Dengan rincian sebagai berikut, luas lahan 120 Ha digunakan
untuk lahan persawahan, 20 Ha untuk lahan kering, 20 Ha untuk lahan pemakaman.
Sedangkan sisanya digunakan sebagai lahan pemukiman para penduduk desa. Lahan
yang luas ini menjadi potensi besar bagi pengembangan bidang agraris dan
perkebunan. Kedua bidang inilah yang menjadi target pemasaran BMT. Apalagi,
sebagian besar masyarakat Desa Nglarangan memiliki mata pencarian sebagai petani
dan buruh tani. Untuk laki-laki, biasanya menjadi buruh tani, sedangkan para ibu-ibu
biasanya menjadi buruh tanam padi.
Metode yang Digunakan
Pelaksanaan kegiatan ini menggunakan metode Partisipatif, yaitu melakukan
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
61
kegiatan dalam bentuk pemberian penyuluhan dan pendampingan tentang bagaimana
mendirikan BMT secara efektif. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan metode
ceramah dan setelah itu dilakukan tahapan mentoring sehingga masyarakat dapat
mewujudkan pendirian BMT di Desa Nglarangan Kecamatan Kanor Kabupaten
Bojonegoro.
Metode yang ditempuh dalam rangka melaksanakan program pendampingan
pendirian BMT oleh Tim Dosen Ekonomi Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam
(STAI) Attanwir Bojonegoro adalah sebagai berikut:
1. Membentuk panitia pendirian BMT dengan merekrut serta melibatkan
anggota masyarakat setempat.
2. Pemberian pengetahuan tentang organisasi atau kepanitian serta bagaimana
panitia bekerja sesuai peran dan fungsi dalam organisasi.
3. Melakukan rapat panitia sesuai kebutuhan.
4. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti kepala desa,
camat, dan tokoh-tokoh masyarakat.
5. Menggelar forum group discussion (FGD) untuk menjaring aspirasi,
harapan dan kebutuhan terhadap pendirian BMT.
6. Membekali pemahaman masyarakat tentang manfaat BMT bagi upaya
meningkatkan kesejahteraan.
7. Memverifikasi materi-materi yang dibutuhkan dalam rangka mendirikan
BMT.
8. Melakukan evaluasi terhadap semua persiapan pendirian BMT sebelum
diresmikan oleh Bupati Bojonegoro.
HASIL YANG DICAPAI
Pendampingan ini berhasil mewujudkan berdirinya KSPPS BMT Alzaitun di
Desa Nglarangan Kecamatan Kanor Bojonegoro dengan tahapan sebagai berikut:
1. Panitia dan pendamping menyiapkan diri menjadi motivator pendirian
BMT. Panitia dan pendamping terlebih dahulu mengerti dan memahami
isi dan falsafah (visi, misi, serta tujuan) yang berada di belakangnya.
Landasan yang digunakan dalam memilih calon-calon pendiri BMT
adalah setia kawan sekelompok (solidaritas kelompok) dilandasi oleh niat
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
62
beribadah dan persaudaraan islamiyah (ukhuwwah islamiyah),
kebersamaan, semangat untuk membela kepentingan bersama masyarakat
kecil (pengusaha mikro), orang miskin setempat. Motivator dan
pendamping selalu disertai dengan keaktifan kepala desa dan aparat desa
lainnya.
2. Setelah ide ini berkembang dan direspon oleh 4 – 5 orang
aktivis/motivator, pendamping mencari dukungan tambahan yang lebih
besar. Pada waktu itu, pilihan jatuh pada tokoh masyarakat, yaitu imam
masjid dan para kiai yang paling disegani di sekitar wilayah itu.
Dukungan juga diperoleh dari Camat serta para wirausahawan lokal.
Pendamping menyediakan waktu untuk beranjangsana kepada motivator
untuk menyakinkan mereka pada visi, misi, tujuan, usaha, cara kerja, serta
ide pendirian BMT.
3. Dengan restu dari tokoh-tokoh di atas, berlangsung diskusi lebih lanjut
mengenai pendirian BMT serta kegiatan tindak lanjutnya. Sasaran
pertemuan ini adalah membentuk sebuah Tim atau Panitia Penyiapan
Pendirian BMT (P3B) yang terdiri dari 5 orang yang benar-benar punya
waktu, bersemangat, paling aktif, berprakarsa, dan bersedia bekerja
mewujudkan kegiatan selanjutnya. P3B terdiri dari Ketua dan Wakil
Ketua, Sekretaris dan Wakil Sekretaris, dan Bendahara. Terutama
Bendahara merupakan seorang tokoh yang benar-benar dipercaya oleh
masyarakat, belum pernah tercatat pengalaman tercela untuk kepentingan
umum sehingga orang tidak ragu-ragu menyerahkan (sementara) dana
bagi modal BMT. Guna memberikan masukan dan nasehat bagi
pengembangan BMT, dibentuk Penasehat Tim yang terdiri dari tokoh-
tokoh berpengaruh dalam masyarakat.
4. Penyelenggaraan Rapat Pendiri untuk memilih Pengurus BMT, Ketua,
Wakil Ketua, Sekretaris dan anggota. Pemilihan pengurus berdasarkan
wawasan dan pengaruhnya di masyarakat. Diharapkan, ia mampu mencari
banyak dukungan sekaligus diterima oleh berbagai kalangan. Mengenai
Bendahara, sengaja ditunjuk tokoh yang benar-benar mendapat
kepercayaan masyarakat, belum pernah tercatat pengalaman hal-hal yang
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
63
tercela dalam sejarah di lokasi itu.
5. Pengurus yang terpilih segera mencari calon pengelola BMT yaitu lulusan
S1 atau D3 yang selain berkemampuan intelektual memadai, juga kuat
landasan iman dan akhlaknya, jujur, amanah dan aktif, dinamis, ikhlas,
sabar, istiqomah, dan berprakarsa, memiliki potensi untuk bekerjasama,
mampu bekerja purna waktu (sepenuh waktu dan hati). Yang bertempat
tinggal di sekitar lokasi itu akan lebih baik.
6. Tenaga ini dilatih dan dimagangkan selama 2 minggu sehingga menjadi
tenaga pengelola profesional BMT. Tenaga ini dipilih dan disetujui oleh
para Pengurus dan tunduk pada kebijaksanaan Pengurus.
7. Pengurus bersama pengelola melaksanakan persiapan-persiapan sarana
kantor dan ATK serta form/berkas administrasi yang diperlukan
sebagaimana yang ditetapkan sebagai standar minimal BMT. Setelah itu,
BMT siap beroperasi dan bersaing dengan lembaga-lembaga keuangan
lainnya.
PENUTUP
Monitoring dan evaluasi program telah dilakukan oleh Tim Dosen Ekonomi
Syariah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro dengan Riza
Multazam Luthfy, S.H., M.H. selaku ketuanya. Tim ini memantau panitia sebelum
dan setelah terbentuknya KSPPS BMT Alzaitun di Desa Nglarangan Kecamatan
Kanor Kabupaten Bojoengoro. Indikator keberhasilannya adalah tergabungnya para
petani selaku anggota BMT tersebut.
Program kegiatan ini diharapkan dapat terus berlanjut, dan pada akhirnya
dapat megembangkan keterampilan masyarakat setempat. Dengan kata lain, kegiatan
ini dapat mengurangi angka pengangguran dan menekan tingkat kemiskinan, serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafi'i, 2007, Bank Syariah: dari Teori ke Praktik, Cetakan
Kesebelas, Jakarta: Gema Insani.
Arifin, Zainul, 2009, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, Cetakan Ketujuh,
Jakarta: Azkia.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
64
Fuadi, 2016, Zakat dalam Sistem Hukum Pemerintahan Aceh, Yogyakarta:
Deepublish.
Jajuli, M. Sulaeman, 2015. Ekonomi Islam Umar bin Khattab, Yogyakarta:
Deepublish.
Putong, Iskandar, 2005, Teori Ekonomi Mikro: Konvensional dan Syariah, Jakarta:
Mitra Wacana Media.
Rahman, Budhy Munawar dkk. 2003, Berderma untuk Semua: Wacana dan Praktik
Filantropi Islam, Bandung: Teraju.
Sasono, Adi dkk. 1998, Solusi Islam atas Problematika Umat: Ekonomi, Pendidikan,
dan Dakwah, Jakarta: Gema Insani.
Sjafrizal, 2008, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Padang: Baduose Media.
Yasni, Muhammad Gunawan, 2007, Ekonomi Sufistik: Adil dan Membahagiakan,
Bandung: Mizan.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
65
PEMBERDAYAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES) DI DESA
BALENREJO KECAMATAN BALEN BOJONEGORO
Sugito
Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah
Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro
ABSTRAK
Implementasi BUMDes belum sepenuhnya dilaksanakan oleh seluruh desa yang ada
di Indonesia Hingga dikeluarkannya UU Nomor 6 Tahun 2014. Bahkan dalam
pelaksanaannya di beberapa daerah, keberadaan BUMDes masih belum bisa berjalan
efektif dan mampu memberi kontribusi bagi pembangunan dan pemberdayaan
masyarakat di desa tersebut. Pengabdian ini bermaksud untuk mengetahui pola
pemanfaatan dana BUMDes dengan menggambil studi kasus di Desa Balenrejo
Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro yang merupakan salah satu desa yang
mengimplementasikan BUMDes yang secara garis besar tujuan dari pengabdian ini
adalah: Pertama, untuk mengetahui bentuk keterlibatan perangkat desa dan
masyarakat Desa Balenrejo dalam pemanfaatan dana BUMDes. Kedua, untuk
mengetahui pola pemanfaatan dana BUMDes di Desa Balenrejo. Ketiga, untuk
mengetahui kontribusi BUMDes di Desa Balenrejo dalam pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat desa.
Hasil dari pengabdian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam kegiatan
BUMDes masih kurang karena pengetahuan masyarakat terhadap program BUMDes
masih sedikit. Terkait pola pemanfaatan lebih banyak pada pembangunan fisik desa
sedangkan kontribusi bagi pemberdayaan masyarakat masih belum maksimal karena
sejumlah kendala terutama yaitu anggaran BUMDes.
Kata Kunci: BUMDes, Partisipasi, Pembangunan, dan Pemberdayaan
ABSTRACT
The implementation of BUMDes has not been fully implemented by all villages in
Indonesia. Until the issuance of Law Number 6 of 2014. Even in its
implementation in several regions, the existence of BUMDes is still unable to run
effectively and is able to contribute to the development and empowerment of
communities in the village. This service aims to find out the pattern of utilization
of BUMDes funds by taking a case study in Balenrejo Village, Balen Subdistrict,
Bojonegoro Regency, which is one of the villages that implements BUMDes,
which in broad outline the objectives of this service are: First, to find out the
involvement of village officials and Balenrejo Village communities in utilizing
BUMDes funds. Second, to find out the pattern of utilization of BUMDes funds in
Balenrejo Village. Third, to know the contribution of BUMDes in Balenrejo
Village in the development and empowerment of rural communities.
The results of the dedication show that community participation in BUMDes
activities is still lacking because the community's knowledge of the BUMDes
program is still small. Related to the pattern of more utilization in the physical
development of the village while the contribution to community empowerment is
still not maximized due to a number of constraints, especially the BUMDes
budget.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
66
LATAR BELAKANG
Era otonomi telah banyak mendorong daerah untuk lebih memperhatikan
nilai-nilai yang berguna untuk mencapai kesejahteraan masyarakatnya serta
menciptakan kemandirian daerah guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan peningkatan kehidupan yang lebih baik dalam bidang ekonomi, sosial
maupun politik. Otonomi yang sesungguhnya adalah otonomi yang memberikan
kewenangan sepenuhnya kepada daerah untuk menjalankan pemerintahan yang
mandiri serta kreatif dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat di daerah. Dalam
undang-undang otonomi daerah yaitu Undang-Undang No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah disebutkan bahwa desa disarankan untuk memiliki
suatu badan usaha yang berguna untuk mengakomodir perekonomian, kebutuhan
serta potensi desa.
Dalam era otonomi juga perlu diberlakukan kebijakan yang memberikan
akses dan memberikan kesempatan kepada desa untuk dapat menggali potensi
baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya yang berada dalam
wilayah desa tersebut yang nantinya digunakan sebagai sumber pendapatan desa.
Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) seperti yang tercantum dalam UU
No.32 Tahun 2004 ini merupakan salah satu upaya dari Pemerintah dalam
meningkatkan peran desa untuk dapat ikut serta dalam peningkatan
perekonomian daerah pada umumnya serta peningkatan pendapatan desa pada
khususnya.
Sedangkan tujuan dari pendirian BUMDes adalah sebagai upaya untuk
memberdayakan masyarakat pedesaan dengan meningkatkan Balenitas
masyarakat dalam merencanakan dan mengelola pembangunan perekonomian
desa, serta mendukung kegiatan investasi lokal dan meningkatkan keterkaitan
perekonomian pedesaan dan perkotaan dengan membangun sarana dan prasarana
perekonomian pedesaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan produktifitas
usaha mikro pedesaan. Disamping itu pendirian BUMDes ini mempunyai sasaran
yaitu terlayaninya masyarakat desa dalam mengembangkan usaha ekonomi
produktif serta tersedianya beragam media usaha dalam mengurangi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin pedesaan. BUMDes mempunyai
4 (empat) tujuan utama yaitu:
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
67
1. Meningkatkan perekonomian desa
2. Meningkatkan pendapatan asli desa (Padesa)
3. Meningkatkan pengelolan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat
4. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemeretaan ekonomi pedesaan.
Pendirian BUMDes adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan
ekonomi produktif desa yang dilakukan secara kooperatif, partisipasif,
emansipatif, transparansi, akuntabel, sustainable1. Oleh karena itu perlu upaya
serius untuk menjadikan pengelolaan BUMDes tersebut dapat berjalan secara
efektif, efesien, professional, dan mandiri. Untuk mencapai tujuan BUMDes
dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan (produktif, dan konsumtif)
masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola
masyarakat dan pemerintah desa.
Dinyatakan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 bahwa BUMDes
dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa setempat. Yang
dimaksud dengan kebutuhan dan potensi desa adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok;
2. Tersedianya sumberdaya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal
terutama kekayaan desa dan terdapat permintaan di pasar;
3. Tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha
sebagai asset penggerak perekonomian masyarakat;
4. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat
yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi.
Adapun permasalahan yang ingin diteliti dalam kegiatan ini meliputi
partisipasi masyarakat dalam kegiatan BUMDes, pola pemanfaatan dan BUMDes
dan kontribusi BUMDes dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa.
TINJAUAN PUSTAKA
Peranan BUMDes
Masyarakat desa sesungguhnya memiliki karakteristik yang khas sebagai
suatu komunitas. Salah satu karakteristik yang khas dari masyarakat desa yaitu cara
hidup kolektif. Durkheim menggambarkan ciri-ciri masyarakat desa dengan ciri-ciri
memiliki solidaritas yang sifatnya mekanis. Sementara Ferdinand Tonnies salah satu
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
68
karakteristik dari masyarakat desa adalah Gemeinschaft yaitu kehidupan yang masih
guyup ditandai dengan adanya gotong royong.
Kehidupan masyarakat desa yang bersifat kolektif memiliki tradisi:
Pertama,solidaritas, kerjasama, swadaya, dan gotong royong tanpa mengenal batas-
batas kekerabatan,suku, agama, aliran dan sejenisnya merupakan akar tradisi dari
basis modal sosial desa. Kedua, kepentingan masyarakat diatur dan diurus melalui
kekuasaan dan pemerintahan desa yang mengandung otoritas dan akuntabilitas.
Ketiga, ekonomi lokal yang memproteksi dan mendistribusikan pelayanan dasar
masyarakat dilakukan oleh desa.29 (Putra, 2015).
Tradisi desa inilah yang menjadi salah satu gagasan fundamental dalam
pendirian BUMDes, sehingga dalam pelaksanaannya ada sejumlah prasyarat yaitu:
Pertama, BUMDes membutuhkan modal sosial yang berwujud kerjasama,
solidaritas, kepercayaan, dan sejenisnya. Kedua, pengembangan usaha ekonomi desa
dilakukan oleh BUMDes melalui musyawarah desa yang memiliki kedudukan
sebagai forum tertinggi. Ketiga, BUMDes merupakan usaha ekonomi desa yang
mengandung unsur bisnis ekonomi dan bisnis sosial yang dijalankan secara kolektif
oleh pemerintah desa dan masyarakat desa. Keempat, kegiatan di bidang ekonomi
dan / atau pelayanan umum yang dikelola oleh desa dan / atau kerjasama antar-desa
seluruhnya ditampung oleh BUMDes sebagaimana tertuang dalam UU Desa. Kelima,
BUMDes berfungsi sebagai arena belajar bagi warga desa dalam meningkatkan
Balenitas manajerial, kewirausahaan, tata kelola desa yang baik, kepemimpinan,
kepercayaan dan aksi kolektif. Keenam, program yang diinisiasi oleh pemerintah
(proyek pemerintah) menjadi “milik desa” ditransformasi oleh BUMDes.30
Di dalam prasyarat pelaksanaan BUMDes secara eksplisit telah disebutkan
peranan dari BUMDes yaitu sebagai bisnis ekonomi dan bisnis sosial. Peranan secara
ekonomi tentu saja meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui usaha-
usaha yang dikelola oleh BUMDes serta kontribusinya terhadap kas desa atau
PADes. Sedangkan peranan secara sosial dapat tirlihat dari bagaimana nantinya
keberadaan BUMDes mampu memberdayakan masyarakat, meningkatkan interaksi
dan solidaritas yang telah terbina selama ini melalui kegiatan BUMDes yang dikelola
secara kolektif.
29 Anom Surya Putra, 2015, Badan Usaha Milik Desa (Surabaya: Spirit Usaha), hal. 27. 30 Ibid., hal. 56.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
69
Peranan BUMDes ini juga tercantum di dalam UU Desa bahwa hasil dari
BUMDes dimanfaatkan selain untuk pengembangan usaha juga dimanfaatkan untuk
pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan untuk
masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir yang
ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.
Pembangunan Partisipatif
Di dalam pembangunan, masyarakat memiliki peranan yang sangat penting
karena posisinya sebagai obyek dan subyek dari pembangunan itu sendiri. Artinya,
masyarakat tidak hanya menjadi target atau tujuan dari suatu pembangunan tetapi
juga dilibatkan di dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan
ini sangat penting karena dengan melibatkan masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan maka pembangunan yang dilaksanakan bisa sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Pembangunan yang dilaksanakan di desa tentu kebutuhannya akan berbeda
dengan pembangunan yang dilaksanakan di daerah perkotaan. Dalam hal ini
partisipasi secara langsung masyarakat desa mutlak diperlukan termasuk
pembangunan melalui kegiatan pemanfaatan dana BUMDes yang berbasis potensi
lokal.
Kessa (2015), mendefinisikan bahwa pembangunan partisipatif merupakan
suatu sistem pengelolaan pembangunan di desa dan kawasan perdesaan yang
dikoordinasikan oleh kepala desa dengan mengedepankan kebersamaan,
kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan pengarusutamaan
perdamaian dan keadilan sosial. Hal ini jelas mengisyaratkan bahwa secara bersama-
sama masyarakat terlibat aktif dalam pembangunan sementara pemerintah desa
bertugas mengkoordinasi pembangunan di desa melalui BUMDes agar berjalan
sebagaimana yang mestinya.Bentuk partisipasi masyarakat di dalam pembangunan
melalui BUMDes tentu saja antara desa satu dengan yang lain berbeda-beda
tergantung dari kebutuhan masyarakat di desa-desa tersebut. Perbedaan ini terkait
dari paradigma pembangunan desa yang digunakan yaitu antara pembangunan desa
dan pembangunan perdesaan.31
31 Wahyudin Kessa, 2015, Perencanaan Pembangunan Desa, Jakarta: Kementrian Pembengunan
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
70
Di dalam UU Desa juga telah dijelaskan antara pembangunan desa dan
pembangunan perdesaan ada perbedaan. Pembangunan desa menggunakan
paradigma “desa membangun” berbasis desa yaitu upaya peningkatan kualitas hidup
dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. Sedangkan
pembangunan perdesaan menggunakan paradigma “membangun desa” berbasis
kawasan perdesaan yaitu kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian,
termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai
tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
Tabel 1 BUMDes dalam Desa Membangun dan Membangun Desa
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia), hal. 81.
Isu BUMDes Desa Pembangunan
(“Pembangunan Desa”)
Membangun Desa (“Pembangunan
Perdesaan”)
Basis Lokasi Desa Kawasan Perdesaan
Tujuan
Perekonomian Desa dan pelayanan usaha untuk
warga setempat
Kerjasama antar Desa dan pelayanan
usaha antar-desa
Kewenangan Berdasarkan kewenangan
lokal berskala desa
Kewenangan lokal berskala desa
antar- desa berkolaborasi dengan
kewenangan pemerintah dan pemda
Prosedur Musyawarah desa Musyawarah antar desa
Skala usaha
Pelayanan (serving)
Penyewaan
(renting)
Perdagangan
(trading)
Jasa perantara
(brokering)
Kerjasama kemitraan strategis antar-desa
Diversifikasi usaha berorientasi bisnis keuangan (banking) dan usaha
bersama (holding)
Rencana investasi dengan pihak ketiga (investor)
Institusi
otoritatif
Desa (Pemerintah Desa
dan masyarakat desa)
BKAD (Badan Kerjasama Antar Desa),
terdiri dari: Pemdes, BPD, LKD,
Lembaga Desa lainnya, tokoh masyarakat berbasis keadilan gender
Kelembagaan
BUMDes, Dapat teridiri dari unit
usaha non-berbadan
hukum, maupun unit
usaha berbadan hukum
BUMDes bersama
Kerjasama antar 2 (dua)
BUMDes
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
71
Sumber: Putra, Anom Surya. 2015. Badan Usaha Milik Desa: Spirit Usaha Kolektif
Desa. Jakarta: Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
Republik Indonesia.
Meskipun dalam pembangunan desa ada dua paradigma yang berbeda, namun
keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu masyarakat bisa berpartisipasi dalam
pembangunan. Partisipasi masyarakat diperlukan dalam pembangunan karena dari
masyarakat akan diperoleh informasi guna identifikasi mengenai kondisi eksisting,
kebutuhan serta sikap terhadap pembangunan. Sebagaimana definsi Arimbi (1993)
bahwa pertisipasi berfungsi sebagai proses komunikasi yang berjalan dua arah dan
terus-menerus. Dua arah yang dimaksud di sini adalah komunikasi antara pemerintah
sebagai pemangku kebijakan dan masyarakat sebagai pihak yang merasakan secara
langsung dampak dari kebijakan tersebut.32 Adanya komunikasi dua arah antara
pemerintah dan masyarakat ini juga akan menciptakan transparansi program-program
pembangunan sehingga kepercayaan masyarakat juga akan terbangun yang
implikasinya akan mendorong masyarakat untuk ikut berpartisipasi dan menyikapi
pembangunan secara positif.
METODE PELAKSANAAN
a) Metode Kegiatan
Kegiatan ini merupakan kegaiatan pemberdayaan metode yang digunakan
adalah pertama ,30% wawancara terstruktur dan kuisioner ,disertai contoh –
contoh dan diskusi kelompok.Kedua 70 % berupa demo dan praktek
pengelolaan Bumdes.
b) Subyek Kegiatan
Sasaran pelatihan adalah perangkat desa dan masyarakat desa Balenrejo
Kecamatan Balen kabupaten Bojonegoro yang mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk dilatih pengelolaan pemberdayaan Bumdes.
32 Laily, Elida Imro’atin Nur, 2015, “Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan
Partisipatif”, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol 3 No 3 September-Desember 2015, hal.
147.
Penetapan
Perdes Tentang Pendirian
BUMDes
Peraturan Bersama Kepala Desa tentang Pendirian BUMDes bersama
Naskah Perjanjian Kerjasama
antar BUMDes.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
72
RANCANGAN PELAKSANAAN PROGRAM
Kegiatan pengabdian masyarakat dilaksanakan selama 3 bulan.Tempat
kegiatan dibalai desa Sambiroto Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.Adapun
Jadawal kegiatan sebagai berikut :
N
o Kegiatan
Bulan ke-
1 2 3
1. Pembuatan
proposal
x x
2. Pendataan
peserta
x x x
3. Persiapan x x x
4. Pelaksanaan x x
5. Pembuatan
Laporan
x x
Dalam upaya menerapkan metode pelaksanaan program tersebut lebih
ditekankan pada pendekatan individual yang dalam penyampaian materinya dengan
menggunakan ceramah dan demonstrasi (praktek).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Program BUMDes sesungguhnya memiliki peran yang strategis dalam
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa. Dengan mengusung semangat
gotong royong program BUMDes tidak hanya memberikan keuntungan berupa
pembangunan dalam aspek fisik tetapi juga keuntungan dalam aspek sosial.
Di dalam pembangunan desa terdapat dua aspek yaitu pembangunan desa
dalam aspek fisik dan dalam aspek pemberdayaan masyarakat. Pembangunan desa
dalam aspek fisik memiliki obyek utama sarana, prasarana dan manusia misalnya
pembangunan jalan desa, permukiman, jembatan, bendungan, irigasi, sarana ibadah
dan pendidikan. Sedangkan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk
meningkatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat sehingga
mewujudkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat secara maksimal dan
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
73
digunakan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri secara mandiri baik
secara ekonomi, sosial, agama, dan budaya.
Di dalam pelaksanaan pengelolaan dana BUMDes di berbagai daerah dalam
prakteknya masih seringkali ditemui belum mengusung semangat gotong royong
yang terlihat dari minimnya partisipasi masyarakat sehingga program yang
dijalankan tidak berkesesuaian dengan akar kebutuhan masyarakat desa. Hasilnya
banyak BUMDes yang kemudian mengalami collaps.
a. Partisipasi Masyarakat Dalam Pemanfaatan Dana BUMDes
Perkembangan BUMDes di Desa Balenrejo yang bisa bertahan hingga saat ini
disaat beberapa desa mengalami collaps adalah adanya partisipasi masyarakat.
Sufyan sebagai ketua BUMDes di Desa Balenrejo saat ini menuturkan bahwa yang
membedakan BUMDes di Desa Balenrejo dengan desa lainnya adalah adanya
keterlibatan antara pemerintah desa dengan masyarakat. Karena belum ada alokasi
gaji bagi pengurus sehingga mereka disebut sebagai relawan BUMDes.
Sementara itu, dari hasil survey menunjukkan bahwa 78% responden
mengetahui tentang adanya program BUMDes, namun hanya 12% saja yang
menyatakan tahu dengan pasti sedangkan 54% menyatakan tahu tetapi hanya sedikit
saja.
Di dalam pengabdian ini juga menemukan bahwa 22% responden mengaku
tidak tahu tentang adanya program BUMDes. Dalam hal ini mengindikasikan bahwa
keberadaan program BUMDes belum sepenuhnya menyentuh atau mengakomodasi
kepentingan seluruh lapisan masyarakat.
Tabel 2 Pengetahuan Program BUMDes
No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)
1. Ya, Tahu Pasti 12 24
2. Ya, Tahu Tetapi Sedikit 27 54
3. Tidak Tahu 11 22
Jumlah 50 100
Jika program yang ada tidak diketahui atau diketahui tetapi hanya sedikit maka
untuk menjaring partisipasi masyarakat dalam skala menyeluruh sulit untuk
diwujudkan.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
74
Hal ini juga tercermin dari pengakuan 66% yang mengatakan tidak pernah
memperoleh bantuan dari Program BUMDes dan hanya 34% saja yang mengaku
pernah menerima. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa di dalam pelakanaan
BUMDes, pihak pemerintah desa masih kesulitan dalam melakukan pengembangan.
Menurut pengakuan Sufyan selaku ketua BUMDes, selain tenaga yang mengurus
adalah tenaga relawan, kegiatan BUMDes juga sering kali terhambat oleh persoalan
politis di desa. Persoalan politis yang ada terkait dengan pergantian kepala desa yang
seringkali membawa dampak pada perubahan arah program BUMDes yang telah
dicanangkan oleh kepala desa sebelumnya:
“Loh masukan pilkades itu kan dikelompok kelompokkan dukungan. Sementara
pengurus di desa kan harus siap ada yang pro ini pro itu. Itulah yang menjadi
alasan kenapa BUMDes itu di desa secara umum eksistensinya itu mengalami naik
turun itu mungkin karena politisi desa. Terus yang kedua pergantian kepala desa itu
mempengaruhi secara otomatis kepala desa itu kan orang yang ternama. Simpati
akan keberadaan kegiatan itu ada yang ah BUMDes iku opo. Jadi pergantian kepala
desa itu juga pengaruh itu yang terjadi di desa ini. Secara administrasi itu tidak ada
masalah, hanya saja untuk berkembang besar sekarang dalam masa rintisan.
beruntung organisasi dari tahun 2014 kemaren itu datanya ada mulai dari tahun
2014 kemaren itu ada datanya mulai dari SKK, mulai dari AD/ART, program kerja,
peraturan desa regulasi itu ada semua.” Tutur Sufyan.
Tabel 3 Perolehan Bantuan dari Program BUMDes
No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)
1. Pernah 17 34
2. Tidak Pernah 33 66
Jumlah 50 100
Selain persoalan politis, masih sedikitnya masyarakat yang memperoleh
bantuan dari BUMDes ini adalah karena rendahnya pengetahuan masyarakat terkait
cara mengakses bantuan dari BUMDes. Dari hasil pengabdian sebanyak 16%
responden mengaku tahu cara mengakses bantuan dari program BUMDes, sedangkan
84% responden mengaku tidak tahu.
Ini merupakan sinyal bagi pemerintah Desa Balenrejo bahwasannya
keberadaan BUMDes di Desa Balenrejo masih harus terus disosialisasikan tidak
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
75
hanya terkait tentang keberadaannya tetapi juga cara mengakses hingga pada
transparansi penggunaan dana BUMDes. Hal ini tidak lain untuk menjaring lebih
banyak aspirasi dan partisipasi masyarakat agar program BUMDes memiliki banyak
dukungan dan semakin berkembang.
Tabel 4 Pengetahuan Mengakses Bantuan dari Program BUMDes
No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)
1 Tahu 8 16
2 Tidak Tahu 42 84
Jumlah 50 100
b. Pola Pemanfaatan Dana BUMDes di Desa Balenrejo
Pola pemanfaatan dana BUMDes di Desa Balenrejo selama ini digerakkan
untuk jasa persewaan peralatan. Dengan menggunakan dana BUMDes untuk
kegiatan persewaan dinilai lebih produktif dalam mengakumulasi modal jika
dibandingkan dengan penggunaan yang bersifat simpan pinjam, karena menurut
pengalaman jasa simpan pinjam memiliki kecenderungan akan sulit ditagih kembali
di beberapa masyarakat. Hasil dari jasa sewa peralatan inilah yang kemudian oleh
pemerintah Desa Balenrejo digunakan sebagai pembiayaan pembangunan dan
memberikan beberapa program bantuan kepada masyarakat di Desa Balenrejo.
Dilihat dari jenis bantuan dari BUMDes yang diterima oleh reponden
jenisnya bervariasi. Dalam bidang usaha ada berupa bantuan promosi/pemasaran
produk yang diterima oleh 24% responden. Sebanyak 28% responden juga mengaku
menerima bantuan modal usaha. Beberapa bantuan lain terkait pengembangan usaha
misalnya peralatan, pelatihan dan pendampingan usaha.
Jenis bantuan lainnya berupa tawaran kesempatan usaha/kerja sebanyak 34%.
Dalam bidang kesehatan yaitu pelayanan kesehatan gratis sebanyak 24% dan
dibidang pendidikan berupa beasiswa sekolah sebanyak 28%. Jika diperhatikan dari
jenis program bantuan yang diberikan maka program BUMDes di Desa Balenrejo ini
sudah bergerak pada program- program bantuan yang sifatnya produktif.
Tabel 5 Jenis Bantuan yang diterima Keluarga dari Program BUMDes
No Keterangan Ya Tidak Jumlah
F % F % F %
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
76
1. Bantuan Promosi/Pemasaran Produk 12 24 38 76 50 100
2. Pelayanan Kesehatan Gratis 12 24 38 76 50 100
3. Beasiswa Sekolah 14 28 36 72 50 100
4. Modal Usaha 14 28 36 72 50 100
5. Peralatan Usaha 11 22 39 78 50 100
6. Pelatihan 14 28 36 72 50 100
7. Pendampingan 17 34 33 66 50 100
8. Rehabilitasi Rumah 17 34 33 66 50 100
9. Tawaran Kesempatan Kerja/Usaha 17 34 33 66 50 100
Berbagai bantuan yang diberikan ini berasal dari pengelolaan dana BUMDes
yang selama ini dikelola atau dimanfaatkan untuk kegiatan yang bersifat produktif
dan bisa mengakumulasi modal seperti pada tahun 2014 dikembangkan usaha sewa
alat molen proyek, sewa mesin pemotong rumput. Pada tahun 2015, BUMDes Desa
Balenrejo menggunakan anggaran untuk perbaikan kantor dan perpusatakaan. Selain
itu, ada juga usaha sewa terop.
“Ya dari APBDes, seperti contoh tahun 2014 itu ada alokasi anggaran 10
juta di berikan alat molen, sewa alat molen proyek itu, sama mesin pemotong
rumput, terus tahun 2015 ada anggaran untuk perbaikan bersama kantor dan
perpustakaan. Terus program tahun 2016 perencanaan APBDes 25 juta dana dari
APBDes ada rencana kita dapat bantuan dari pemkab APBD kabupaten itu 25 juta
dan tahun ini, dan sekarang kita masih dalam proses pengajuan proposal.” Tutur
Sufyan.
Ke depan salah satu penggunaan dana BUMDes akan digunakan untu
mengembangkan teknologi informasi desa melalui internet desa. Sufyan,
berpendapat bahwa selain berguna untuk pengembangan teknologi informasi desa,
keberadaan internet juga memberikan prospek bisnis yang mneguntungkan.
“Kalau tahun ini rencananya kita mau buat desa full internet. Yang pasti
nanti kita akan buat desa ini ada internetnya, dan kalau dananya ada, kita buat free
wifi. Jadi seluruh masyarakat bisa menggunakan wifi dengan nyaman. Ya itu hasil
dari semuanya. Tapi awalnya ya kita carikan internet yang murah dulu, kita uji coba
dulu. Kita mau buat bisnis internet murah desa wifi itu kan prospeknya bagus
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
77
dilokasi desa karena belum ada desa yang menggunakan karena disini kan sudah
punya indihome. Kita kan FO (Faber Optice) Indihome namanya ada prospek untuk
berbisnis itu jadi seperti contoh mengapa alasanya memilih bisnis itu selain untuk
pengembangan teknologi informasi desa tapi dari prospek sisi lain prospeknya
bagus. Ternyata 1MB kalau kita beli paket di telkomsel 10 MB itu hanya 400,
providernya swasta 1MB itu juga 250ribu jadi itu ada prospek untung jadi ada
internet murah di desa ini. Seperi itulah perencanaanya seperti itu”. Tutur Sufyan
Adanya program BUMDes ini memang belum bisa menjangkau sebagian besar
masyarakat ini, meskipun begitu keberadaan BUMDes untuk dapat membantu
masyarakat masih sangat dibutuhkan. Sebagaimana pengakuan 50% responden
dalam pengabdian ini mengatakan bahwa mereka membutuhkan bantuan program
BUMDes untuk mengembangkan usaha yang mereka tekuni.
Sebanyak 24% responden mengaku cukup membutuhkan bantuan BUMDes
untuk pengembangan usaha, namun ada 24% responden yang mengaku tidak
membutuhkan bantuan BUMDes untuk pengembangan usaha dengan alasan mereka
memang tidak memiliki usaha dan tidak mengetahui jika memperoleh pinjaman
usaha harus digunakan untuk mengembangkan usaha yang seperti apa.
Tabel 6
Kebutuhan akan Bantuan Program BUMDes untuk Pengembangan Usaha
No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Membutuhkan 1 2
2. Membutuhkan 25 50
3. Cukup Membutuhkan 12 24
4. Tidak Membutuhkan 12 24
Jumlah 50 100
Selain beberapa jenis bantuan yang sudah digelontorkan oleh pemerintah
Desa Balenrejo dari hasil pengelolaan dana BUMDes, masih banyak berbagai
kebutuhan bantuan program yang masih diharapkan kehadirannya di tengah-tengah
masyarakat. Sebanyak 78% responden mengaku sangat membutuhkan bantuan
permodalan. Sebanyak 66% responden mengaku sangat membutuhkan bantuan
berupa teknologi peralatan dan 78% sangat membutuhkan bantuan bahan baku untuk
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
78
kegiatan usaha mereka.
Terkait dengan pengembangan usaha di masyarakat, sebanyak 44%
responden mengaku sangat membutuhkan bantuan pelatihan amnajemen usaha.
Sebanyak 60% responden juga mengaku sangat membutuhkan bantuan pelatihan
peningkatan kualitas produk, untuk bantuan pemasaran sebanyak 70% responden
mengaku sangat membutuhkan dan 66% responden mengaku sangat membutuhkan
bantuan berupa kemitraan usaha.
Dalam hal ini terlihat bahwa antusias masyarakat dalam adanya kegiatan
BUMDes diharapkan bisa memberi bantuan yang sifatnya tidak hanya permodalan
tetapi juga bantuan pengembangan usaha yang lain yang dapat membuat mereka
berdaya dalam mengembangkan usaha dan menghadapi persaingan pasar yang
semakin ketat. Tidak hanya usaha dalam bidang indutri kecil dimana dukungan pasar
bebas memperbesar arus barang dari luar masuk ke Indonesia tetapi juga dalam
usaha pertanian dimana harus bersaing dengan produk pangan import.
c. Kontribusi BUMDes Dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat
Di dalam pembangunan desa hal yang perlu diketahui adalah memahami dan
memperhatikan berbagai kehususan atau keunikan yang ada di dalam masyarakat
desa tersebut. Tanpa mengetahui hal tersebut kemungkinan program pembangunan
yang dilaksanakan tidak akan berjalan seperti yang diharapkan (Nasrul, 2013).
Demikian dengan pembangunan desa yang dilakukan melalui program
BUMDes juga hendaknya berkesesuaian dengan potensi lokal yang ada.
Sebagaimana pola pemanfaatan dana BUMDes yang telah dilakukan oleh Desa
Balenrejo dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat lokal yang mayoritas
sebagian besar bekerja sebagai petani tentunya diharapkan usaha yang dikelola bisa
memenuhi kebutuhan dalam sektor tersebut.
Dalam prakteknya, pengelolaan dana BUMDes di Desa Balenrejo sebagian
besar digunakan untuk jasa persewaan alat molen, alat pemotong rumput dan terop.
Dari berbagai usaha tersebut memang mampu memberikan pemasukan, akan tetapi
apakah hal tersebut dapat memberikan kontribusi tidak hanya dari segi pembangunan
fisik tetapi juga aspek pemberdayaan bagi masyarakat.
Selama ini, masyarakat di Desa Balenrejo telah memperoleh manfaat
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
79
langsung dari adanya program BUMDes yaitu dari aspek pembangunan fisik yang
berupa perbaikan sarana publik. Sebanyak 54% responden mengaku memperoleh
manfaat bantuan fasilitas publik dari program BUMDes dan hanya 22% yang
menyatakan lumayan merasakan.
Tabel 7 Perolehan Manfaat Bantuan Fasilitas Publik dari Program BUMDes
No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)
1. Sangat Merasakan 27 54
2. Merasakan 12 36
3. Lumayan Merasakan 11 22
4. Tidak Ikut Merasakan 0 0
Jumlah 50 100
Adapun jenis bantuan yang diterima oleh desa dari hasil pengelolaan dana
BUMDes secara fisik ada 18% responden yang mengatakan untuk perbaikan/
pembangunan jalan. Sebanyak 24% responden mengaku dari program BUMDes ada
bantuan perbaikan/ pembangunan fasilitas publik bidang ekonomi dan 24%
responden mengaku untuk perbaikan/pembangunan tempat ibadah.
Program BUMDes juga berkontribusi untuk perbaikan/ pembangunan
jembatan yang dinyatakan oleh 6% responden. Sebanyak 26% mengatakan bahwa
program BUMDes membantu perbaikan/pembangunan sarana air bersih dan 2%
untuk pembangunan fasilitas kesehatan.
Selain berbagai perbaikan/ pembangunan fasilitas umum tersebut, kegiatan
BUMDes di Desa Balenrejo juga mewadahi dan bekerja sama dengan berbagai
kegiatan kelembagaan di masyarakat seperti kelompok warga, kelompok remaja,
kelompok anak sebagaimana yang dituturkan oleh Sufyan berikut ini.
“Kalau sementara ini sih hanya itu saja. paling ya kegiatan rutin kelompok
saja. Kita ini punya beberapa kelompok warga, seperti kelompok tani, kelompok ibu-
ibu PKK, kelompok pemuda, kelompok anak. Semuanya ikut aktif dalam kegiatan
BUMDes. Ya itu bukan seluruhnya bagian BUMDes, tapi juga kegiatan rutin dari
warga saja. Disini semuanya lengkap. Ini juga sebagai bentuk dukungan dari
adanya BUMDes. Kita juga menjadi salah satu BUMDes terbaik di Bojonegoro. Kita
aktif, segala hal kita ikuti. Kita baru bangun semua kebutuhan warga seperti
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
80
puskesmas yang depan itu, perbaikan jalan depan, sarana air, perpustakaan,
semuanya kerjasama dari kelompok-kelompok yang ada, kemudian kita sebagai
BUMDes mewadahi itu semua”. Tutur Sufyan.
Tabel 8 Jenis Bantuan yang diterima Desa dari Program BUMDes
No. Keterangan Frekuensi Persentase
1. Perbaikan/Pembangunan Jalan 9 18
2. Perbaikan/Pembangunan Fasilitas Publik Bidang
Ekonomi
12 24
3. Perbaikan/Pembangunan Tempat Ibadah 12 24
4. Perbaikan/Pembangunan Jembatan 3 6
5. Perbaikan/Pembangunan Sarana Air Bersih 13 26
6. Perbaikan/Pembangunan Fasilitas Kesehatan 1 2
Jumlah 50 100
Hasil dari berbagai usaha BUMDes di Desa Balenrejo terbukti telah mampu
memberikan kontribusi dalam pembangunan desa secara fisik, akan tetapi
pembangunan desa dari aspek pemberdayaan masyarakat belum tersentuh. Hal ini
dikarenakan oleh adanya keterbatasan yang dimiki terutama dari segi pembiayaan
sebagaimana dituturkan oleh Sufyan berikut ini.
“Kalau sampai pemberdayaan kita belum ya, karena dana juga masih
terbatas, lagipula kalau pinjam meminjam begitu mungkin sudah ada bagiannya
sendiri. Seperti Koperasi Wanita, atau Ibu-ibu PK, atau perkumpulan yang lain. Kita
disini istilahnya masih kumpul dana, mengumpulkan pemasukan untuk BUMDes
supaya kita juga ada pengurus resmi yang memang dapat dipekerjakan untuk
membangun kemajuan desa melalui BUMDes itu. Jadi dengan kata lain untuk
bantuan modal belum ada. Mungkin warga pinjam dengan cara lain. tapi kita
upayakan pemasukan untuk kokohnya BUMDes ini, kemudian pelayanan publik yang
lebih bagus lagi”. Tutur Sufyan.
Sementara itu, dari adanya program BUMDes ini manfaat atau kontribusi
yang ingin diperoleh oleh masyarakat. Kontribusi tersebut sebagian besar terkait
dengan kegiatan atau program yang bersifat pemberdayaan dimana nantinya mereka
bisa meningkatkan kesejahteraan secara berkelanjutan.
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
81
Sebanyak 20% responden menyatakan sangat membutuhkan adanya program
BUMDes akan meningkatkan penghasilan. Program BUMDes dipercaya dapat
meningkatkan penghasilan di masyarakat karena menekankan prinsip gotong royong.
Meningkatkan penghasilan BUMDes yang dijiwai oleh semangat kebersamaan dan
self help dalam upaya memperkuat ekonomi kelembagaannya akan bergerak seiring
dengan peningkatan sumber- sumber pendapatan asli desa dengan tergeraknya
kegiatan ekonomi masyarakat di bawah naungan BUMDes. Dengan adanya
kebersamaan dan mekanisme self help ini akan mengurangi peran free rider yang
seringkali meningkatkan biaya transaksi ekonomi dengan praktek rente di
masyarakat (Nurcholis, 2011: 88 dalam Ramadana, dkk.).
Dalam bidang ekonomi kontribusi BUMDes dalam meningkatkan peluang
atau kesempatan kerja menurut 34% responden sangat dibutuhkan. Demikian juga
dalam meningkatkan peluang pengembangan usaha di masyarakat juga menurut 16%
sangat dibutuhkan.
Dengan keberadaan BUMDes juga diharapkan bisa berkontribusi pada
sektor-sektor lain seperti meningkatkan peluang kelangsungan pendidikan anak,
meningkatkan derajad kesehatan, dan yang terpenting menurut 38% sangat
dibutuhkan adanya kontribusi dalam meningkatkan keterampilan dan kemampuan
responden.
Dari analisa yang telah dilakukan, sebenarnya banyak kontribusi BUMDes
bagi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa, akan tetapi dalam
pengelolaannya sekali lagi masih banyak kendala yang harus dihadapi terutama
terkait persoalan anggaran maupun situasi politis di wilayah tersebut. Belajar dari
kesuksesan Desa Balenrejo dalam pemanfaatan dana BUMDes sebenarnya masih
banyak yang perlu diperbaiki karena adanya kendala tersebut menyebabkan
BUMDes di Desa Balenrejo belum mampu melakukan pembangunan desa dari sisi
pemberdayaan masyarakat.
PENUTUP
Sebagai program strategis dalam pembangunan dan pemberdayaan masyarakat
desa, keberadaan BUMDes di berbagai daerah justru mengalami situasi sulit dan
banyak yang dalam perjalanannya tidak membuahkan hasil. Berbagai kendala telah
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
82
diteliti dan menemukan banyak variabel penyebab yang menjadikan BUMDes tidak
bisa berjalan sebagaimana yang diharapkan. BUMDes Desa Balenrejo merupakan
salah satu bukti BUMDes yang masih eksis ditengah-tengah pembangunan desa
tersebut.
Studi yang dilakukan ini bertujuan untuk melihat tentang partisipasi, pola
pemanfaatan dan juga kontribusi BUMDes di Desa Balenrejo serta berbagai kendala
pengembangan yang dihadapi. Tujuannya tidak lain adalah mengembangkan
keberhasilan BUMDes yang sudah ada dan memberi masukan atau solusi bagi
permasalahan yang tengah dihadapi.
Dari analisis data yang telah telah dilakukan, adapun beberapa kesimpulan
dalam pengabdian ini yaitu: Partisipasi masyarakat dalam kegiatan BUMDes masih
rendah, hal ini terlihat dari pengetahuan masyarakat tentang program BUMDes.
Program kegiatan BUMDes di Desa Balenrejo belum banyak diketahui oleh
masyarakat. Di dalam pengabdian ini 54% responden menyatakan tahu tetapi hanya
sedikit saja. Hal ini juga tercermin dari pengakuan 66% yang mengatakan tidak
pernah memperoleh bantuan dari Program BUMDes dan hanya 34% saja yang
mengaku pernah menerima. masih sedikitnya masyarakat yang memperoleh bantuan
dari BUMDes ini adalah karena rendahnya pengetahuan masyarakat terkait cara
mengakses bantuan dari BUMDes. Dari hasil pengabdian sebanyak 16% responden
mengaku tahu cara mengakses bantuan dari program BUMDes, sedangkan 84%
responden mengaku tidak tahu.Pola pemanfaatan dana BUMDes dipergunakan untuk
usaha jasa persewaan mesin molen, alat pemotong dan terop, yang kemudian hasil
usahanya untuk perbaikan atau pembangunan fisik desa, sementara untuk kegiatan
pemberdayaan masih minim karena terhambat oleh persoalan modal dan politis.
Program pemberdayaan misalnya alam bidang usaha ada berupa bantuan
promosi/pemasaran produk yang diterima oleh 24% responden. Sebanyak 28%
responden juga mengaku menerima bantuan modal usaha. Beberapa bantuan lain
terkait pengembangan usaha misalnya peralatan, pelatihan dan pendampingan usaha.
Jenis bantuan lainnya berupa tawaran kesempatan usaha/kerja sebanyak 34%. Dalam
bidang kesehatan yaitu pelayanan kesehatan gratis sebanyak 24% dan dibidang
pendidikan berupa beasiswa sekolah sebanyak 28%. Sebagian besar kontribusi
adanya BUMDes dirasakan masyarakat dari aspek pembangunan fisik seperti adanya
Jurnal Attanwir Vol. 3 No. 1 April 2017
83
perbaikan atau pembangunan fasilitas publik yaitu sebanyak 54% responden
mengaku memperoleh manfaat bantuan fasilitas publik dari program BUMDes.
Sedangkan kontribusi untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat masih belum
banyak dirasakan manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Puguh, 2015, “Implementasi Kebijakan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) di Bojonegoro (Studi di Desa Ngringinrejo Kecamatan Kalitidu
dan Desa Kedungprimpen Kecamatan Kanor)”, Jurnal Politik Muda (JPM),
Volume 4, Nomor 1, Januari-Maret 2015.
Chambert, Robert, 1987, Pembangunan Desa Mulai dari Belakang, Jakarta: LP3ES.
Kessa, Wahyudin, 2015, Perencanaan Pembangunan Desa, Jakarta: Kementrian
Pembengunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia.
Laily, Elida Imro’atin Nur, 2015, “Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan
Pembangunan Partisipatif”, Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik, Vol 3
No 3 September-Desember 2015.
Nasrul, Wedy, 2013, “Peran Kelembagaan Lokal Adat Adat Dalam Pembangunan
Desa”, Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 14, Nomor 1, Juni 2013.
Putra, Anom Surya, 2015. Badan Usaha Milik Desa. Surabaya: Spirit Usaha.
Ramadana, dkk., Keberadaan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sebagai Penguatan
Ekonomi Desa (Studi di Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten
Malang)”, tidak diterbitkan.
Scott, James C., 1989, Moral Ekonomi Petani, Jakarta: LP3ES.
Singarimbun, Masri & Sofian Effendi (ed.), 1995, Metode Penelitian Survey, Jakarta:
LP3ES.
Soehartono, Irawan, 1995, Metode Penelitian Sosial, Bandung: P.T. Remaja
Rosdakarya.
Suyanto, Bagong & Karnaji, 2005, Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial, Surabaya:
Airlangga University Press.
Zain, Machmoed, 1999, “Reformasi Pengentasan Kemiskinan: Dari Pendekatan
Ekonomi ke Pendekatan Kesejahteraan”, Jurnal Masyarakat, Kebudayaan dan
Politik, Th XII, No.4 Oktober 1999.