attanwir · attanwir jurnal kajian keislaman dan pendidikan susunan pengurus penanggung jawab...

133

Upload: truongdat

Post on 24-Mar-2019

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Attanwir Jurnal Kajian Keislaman dan Pendidikan

SUSUNAN PENGURUS

Penanggung Jawab

Hanafi

Mitra Bestari

Abdul Muhid (UIN Sunan Ampel Surabaya)

Zainal Habib (UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)

Nizarul Alim (Universitas Trunojoyo Madura)

Heli Ihsan (UPI Bandung)

Redaktur

Siti Choirotul Ula

Riza Multazam Luthfy

Penyunting

Moh. Muhajir

Redaktur Pelaksana

Nur Idam Laksono

Sekretariat

Abd. Hafid

Alamat Redaksi

Jl. Raya Talun No. 220 Sumberrejo Bojonegoro 62191

Email

[email protected]

“Attanwir” merupakan jurnal ilmiah yang diterbitkan enam bulan sekali oleh STAI Attanwir

Bojonegoro. Dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi dan karya ilmiah antar staf

pengajar, mahasiswa, alumni dan pembaca yang berminat serta masyarakat pada umumnya.

PENGANTAR REDAKSI

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi dzat yang selalu memberikan segala bentuk nikmat-Nya, sehingga

atas izin-Nya, Jurnal Attanwir bisa terbit.

Jurnal Attanwir merupakan akumulasi tulisan dari beberapa penelitian yang

dilakukan oleh para akademisi. Sebagai wujud komitmen terhadap ilmu pengetahuan,

Jurnal Attanwir mencoba memberikan kontribusi ilmiah dengan menerbitkan tulisan-

tulisan para dosen baik di Bojonegoro maupun wilayah lainnya. Dengan demikian,

hal ini akan membuka wawasan serta memberikan motivasi dan inspirasi bagi setiap

pembaca, baik kalangan mahasiswa, dosen, maupun umum.

Tentu masih dijumpai beberapa kekurangan dalam penyusunannya. Oleh karena itu,

saran dan kritik sangat ditunggu demi perbaikan dalam penerbitan di masa yang akan

datang.

Demikian, semoga Jurnal Attanwir dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi

pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Redaksi

DAFTAR ISI

Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Kerja terhadap Prestasi Kerja Karyawan

di Perusahaan Rokok Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro

Aris Zulianto; STAI Attanwir Bojonegoro

1

Harga (Price) dalam Manajemen Pemasaran Islam

Eryul Mufidah; STAI Attanwir Bojonegoro

21

Pengaruh Perjanjian Pembiayaan Bagi Hasil Rendah terhadap Tingkat Kepuasan

Anggota BMT Nusya Cabang Baureno Bojonegoro

M. Ali Nur Huda; STAI Attanwir Bojonegoro

32

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan di Lingkungan Keluarga dan Kampus terhadap

Niat Berwirausaha Mahasiswa Ekonomi Syariah STAI Attanwir Bojonegoro

Mifta Hulaikah; STAI Attanwir Bojonegoro

45

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah pada

Pembiayaan Sektor perdagangan di KJKS BMT NUSYA Baureno

Mundhori; STAI Attanwir Bojonegoro

51

Analisis Budget (Anggaran) Kas sebagai Alat Perencanaan dan Pengendalian

Laporan Keuangan pada CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro

Nurul Fitriandari; STAI Attanwir Bojonegoro

78

Menyoal Pola Perjanjian Mudharabah pada Perbankan Syariah

Riza Multazam Luthfy; STAI Attanwir Bojonegoro

92

Pengaruh Strategi Pemasaran terhadap Minat Menabung Anggota

di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro

Sugito; STAI Attanwir Bojonegoro

111

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

1 | P a g e

Pengaruh Kemampuan dan Motivasi Kerja terhadap

Prestasi Kerja Karyawan di Perusahaan Rokok

Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro

Aris Zulianto

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

Abstrak

Kemampuan dan motivasi kerja sangatlah penting bagi kelangsungan kehidupan

perusahaan, kemampuan dapat membuat perusahaan lebih efisien waktu dan efektif

dalam penggunaan fasilitas perusahaan sehingga dapat menekan beban perusahaan

danmotivasi dapat meningkatkan semangat menyelesaikan pekerjaan, akhirnya dapat

memaksimalkan laba yang akan didapat. Tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis pengaruh kemampuan dan motivasisecara bersama ataupun parsial

terhadap prestasi kerjakerja karyawan, dan untuk mengetahui variabel mana yang

paling mempengaruhi prestasikerja karyawan tersebut.

Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner.Populasi

penelitian ini adalah seluruh karyawan pada PR. Gemah Ripah Bika.Sampel yang di

ambil seluruh karyawan yakni sebanyak 30 responden.Alat analisis yang digunakan

dalam penelitian ini adalah uji validitas, reliabilitas dan regresi linier sederhana dan

regresi bergandaMenggunakan perangkat lunak SPSS 16.0 for Windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan dan motivasi kerja secara

bersama berpengaruh signifikan terhadap prestasi kerja karyawan yaitu sebesar

35,3%, sedangkan secara parsial hanya variabel motivasi kerja yang mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja karyawan yaitu sebesar

34,1%.Sedangkan kemampuan kerja berpengaruh tetapi tidak signifikan karena

cuma berpengaruh sebesar 3%.

Kata Kunci: Kemampuan, Motivasi Kerja, Prestasi Kerja.

A. Pendahuluan

Manusia merupakan sumber daya penting dalam mencapai tujuan organisasi

yang mempunyai perbedaan karakteristik dengan sumber daya lainnya. Manusia

dikatakan sebagai sumber daya penting karena bagaimanapun canggihnya teknologi

yang ada, manusia merupakan pelaku utama dalam teknologi itu sendiri. Peranan

manusia memang tidak dapat digantikan oleh alat yang paling canggih sekalipun.

Dari hal tersebut maka manusia merupakan faktor terpenting dalam menunjang

keberhasilan suatu organisasi. Sesempurnanya apapun suatu organisasi, baik dalam

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

2 | P a g e

segi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun sarana teknologi yang dimiliki,

semua itu tak akan bisa berjalan apabila tidak ada faktor manusia sebagai penggerak.

Menurut Mangkunegara (2011:5) “Manajemen sumber daya manusia adalah

suatu pengelolaan dan pendayagunaan yang ada pada individu (Karyawan)”, selain

itu manajemen sumber daya manusia merupakan suatu pengakuan dari kenyataan

bahwa manusia sangatlah besar peranannya, itu diperlukan karena sadar bahwa

kebutuhan manusia itu tak terbatas dan semakin berkembang, namun sumberdaya

yang ada itu terbatas baik dari segi pengetahuan, waktu, fisik dan tingkat

konsentrasinya. Juga dapat dikatakan bahwa sumber daya manusia sangat vital

pengaruhnya dalam kemajuan peradaban yang ada di dunia ini, kemajuan tersebut

disebabkan adanya pengelolaan serta pendayagunaan secara tepat terhadap potensi-

potensi yang ada disetiap individu serta perbaikan kualitasnya dari waktu ke waktu.

Perbaikan kualitas itu salah satunya adalah perbaikan kemampuan yang

memadai dari individu tersebut, meskipun individu mempunyai motivasi tinggi tetapi

kemampuan dia tidak memadai dengan target yang ingin dicapai maka mencapai

target yang diinginkan sulit terealisasi.

Secara psikologis, kemampuan karyawan terdiri dari kemampuan potensi dan

reality yang artinya karyawan yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dari

pendidikan dan pengetahuan yang memadai dan memiliki sifat-sifat tersebut untuk

menjalankan pekerjaan sehari-hari dengan terampil, maka ia akan lebih mudah

menjalankan suatu usaha hingga berhasil untuk mencapai prestasi yang

diharapkan. Oleh karena itu karyawan ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai

dengan keahlian atau kemampuannya.

Selain perbaikan kemampuan individu untuk meningkatkan kualitasnya,

perbaikan tersebut juga karena adanya suatu yang ingin dicapai oleh umat manusia,

pencapaian tersebut pasti didasari rasa keinginan yang kuat atau disebut juga dengan

motivasi. Motivasi mempunyai peran penting dalam segala aspek kehidupan

manusia, tidak terkecuali dalam pekerjaan. Dalam dunia kerja motivasi berperan

penting dalam peningkatan prestasi kerja untuk mencapai target yang diinginkan.

Motivasi tinggi itu dapat dipengaruhi banyak hal, bisa dari perusahaan berupa

penghargaan atas kinerjanya, kenaikan gaji atau jabatan, lingkungan di tempat kerja

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

3 | P a g e

yang nyaman dan sebagainya, sedangkan motivasi dari dalam diri bisa karena dia

merasa bertanggung jawab atas kelangsungan hidup dirinya sendiri dan keluarganya.

Karena itulah kemampuan dan motivasi kerja sangatlah penting bagi

kelangsungan kehidupan perusahaan, kemampuan dapat membuat perusahaan lebih

efisien waktu dan efektif dalam penggunaan fasilitas perusahaan sehingga dapat

menekan beban perusahaan dan motivasi dapat meningkatkan semangat

menyelesaikan pekerjaan, akhirnya dapat memaksimalkan laba yang diperoleh

perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas,maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut : (1) Apakah kemampuan kerja dan motivasi

kerja berpengaruh secara simultan terhadap prestasi kerja karyawan di PR. Gemah

Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro? (2) Apakah kemampuan kerja dan motivasi

kerja berpengaruh secara parsial terhadap prestasi kerja karyawan di PR. Gemah

Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro?

Guna menanggapi uraian pada latar belakang masalah dan pernyataan rumusan

masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

dan menganalisis tingkat pengaruh kemampuan kerja dan motivasi kerja terhadap

prestasi kerja karyawan di PR.Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro. (1)

kemampuan kerja dan motivasi kerja berpengaruh secara simultan terhadap prestasi

kerja karyawan di PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro (2)

kemampuan kerja dan motivasi kerja berpengaruh secara parsial terhadap prestasi

kerja karyawan di PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro

B. Kajian Teori dan Perumusan Hipotesis

Tinjauan Teoritis

Kemampuan

Kemampuan adalah suatu kekuatan yang ada di dalam diri sendi ri yang

didapat dari belajar maupun dengan cara yang lain, kemampuan dalam

menyelesaikan tugas sebagai karyawan adalah dengan menguasai segala hal yang

berkaitan dengan tugas yang dibebankan kepadanya.

Berdasarkan pendapat J. Winardi (2007: 319), “salah satu akibat langsung

dari sifat kemampuan yang harus dimiliki oleh setiap organisator harus

terus memupuk “inisiatif”. Inisiatif yang dimaksud adalah keinginan dari diri untuk

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

4 | P a g e

meningkatkan kemampuanya baik sebelum masuk ke perusahaan maupun setelah

masuk, demi mendapatkan sumber daya manusia yang semakin berkualitas. Inisiatif

tersebut bisa terealisasi setelah bergabung di perusahaan dapat terjadi dari dua

sumber yang saling bersinergi, yakni diri sendiri dan atasan ataupun perusahaan. Hal

tersebut bisa jadi karena tuntutan pekerjaan yang menuntut butuh sumber daya

manusia yang mempunyai kemampuan menyelesaikan tugas dengan tepat sesuai

target yang diberikan.

Hasibuan (2003) menulis, “motivasi ini hanya dapat diberikan kepada orang-

orang yang mampu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut, bagi orang yang tidak

mampu mengerjakan pekerjaan tersebut tidak perlu dimotivasi/percuma”. Motivasi

dan kemampuan memng harus bersinergi karena ada seorang yang mempunyai

motivasi tinggi tapi tidak mempunyai kemampuan menyelesaikan tugas dengan cepat

dan tepat, namun ada Karyawan yang mempunyai kemampuan yang mumpuni tetapi

dia tidak maksimal dalam melaksanakan tugas sehingga target tidak tercapai karena

tidak ada motivasi untuk menyelesaikan tugas dengan cepatdan tepat.1

Hasibuan (2003) juga berpandangan “motivasi mempersoalkan bagaimana

caranya mendorong gairah kerja bawahan agar mereka mau bekerja keras dengan

memberikan semua kemampuan dan keterampilanya untuk mewujudkan tujuan

perusahaan”. “Lowser dan Poter mendefinisikan Kemampuan sebagai karakteristik

individual seperti intelegensia, manual skill, traits yang merupakan kekuatan

potensial seseorang untuk berbuat dan sifatnya stabil.”2

Jadi intinya kemampuan adalah apa yang dapat ia (karyawan) lakukan, bukan

apa yang karyawan lakukan. Perbedaan yang jelas antara satu karyawan dengan

karyawan yang lain yang berbeda kemampuannya adalah cara menyelesaiakan tugas,

sehingga berakibat pada efektifitas penggunaan fasilitas dan efesiensi penggunaan

waktu sehingga target dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan tepat.

1 Malayu SP Hasibuan, 2003, Organisasi dan Motivasi (Jakarta: PT Bumi Aksara), hlm. 93. 2 Ibid.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

5 | P a g e

Kemampuan dalam Perspektif Islam

Kemampuan atau keahlian sangatlah penting bagi manusia, dalam Islam telah

ditekankan bahwa manusia harus berkembang kemampuanya, hal itu tersirat dalam

Ayat Alqur’an Q.S. Arrohman [55] ayat 33:

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi)

penjuru langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali

dengan kekuatan”. (Q.S. Arrohman [55] ayat 33)

Ayat tersebut menyatakan bahwa manusia harus mengembangkan

kemampuanya agar dapat memenuhi kebutuhan manusia yang tidak terbatas, dengan

memanfaatkan sumber daya alam yang sudah disediakan oleh Allah swt di bumi ini

dan manusia diberikan akal fikiran utuk mengolah sumber daya alam tersebut.

Selain diterangkan dalam ayat tersebut tentang pentingnya kemampuan, juga

diterangkan dalam Q.S. Al Baqoroh [2] ayat 168:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam

dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,

dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia

hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis

hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;

sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang

memikirkan.”

Ayat tersebut sudah jelas alasan diciptakanya siang dan malam dan

sebagainya untuk kesejahteraan manusia, kesejahteraan tersebut dapat dicapai

dengan memikirkan dan mengembangkan tentang tanda-tanda yang diberikan oleh

Allah swt berupa air hujan, siang malam, angin dan sebagainya, semuanya

mempunyai manfaat yang besar bagi manusia dan hanya dengan pengembangan

kemampuan untuk tahu cara memanfaatkannya.

Indikator Kemampuan Kerja

Sementara itu indikator kemampuan kerja adalah

a) Kemampuan Teknis yaitu kemampuan menggunakan pengetahuan, metode,

teknik dan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan tugas serta pengalaman

dan pelatihan yang diperolehnya.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

6 | P a g e

b) Kemampuan Konseptual yaitu kemampuan untuyk memahami kompleksitas

perusahaan dan penyesuaian bidang gerak dari unit masing-masing ke dalam

bidang operasional perusahaan secara menyeluruh, yang pada intinya individu

tersebut memahami tugas, fungsi serta tanggung jawab sebagai seorang karyawan.

c) Kemampuan Hubungan Interpersonal yaitu kemampuan untuk bekerjasama

dengan orang lain, memotivasi atasan, rekan maupun bawahan untuk

bernegosiasi.

Motivasi

Motivasi berasal dari kata latin “Movere” yang berarti “dorongan atau daya

penggerak”. Jadi motivasi itu dapat diartikan sebagai suatu dorongan yang dapat

menggerakkan manusia untuk mencapai hal yang diinginkan dalam situasi dan

kondisi tertentu. Jika motivasi berkaitan dengan pekerja atau Karyawan maka

motivasi kerja seorang Karyawan adalah suatu dorongan yang pada diri Karyawan

tersebut untuk menyelesaikan segala pekerjaan atau tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Motif dari motivasi dari seorang Karyawan umumnya adalah uang,

jabatan, penghargaan, dan sebagainya, dan semua itu sudah merupakan kebutuhan

dari seorang manusia.Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mankunegara (2011)

“motivasi adalah kondisi yang menggerakkan Karyawan agar mampu mencapai

tujuan dari motifnya”.3

Senada dengan Mangkunegara, Fathoni (2006) berpendapat “motivasi artinya

suatu yang membuat orang bertindak atau berperilaku dengan cara-cara tertentu yang

didasarkan dari motifnya”. “Motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan

dan mendukung perilaku manusia sepaya mau bekerja giat dan antusias mencapai

hasil yang optimal”. Fathoni (2006 : 132) juga menulis “kekuatan motivasi yang ada

dalam diri manusia bisa ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dirinya dan

lingkungan, sedangkan aspek lainya adalah faktor pemeliharaan budaya dan nilai-

nilai yang terkandung dalam organisasi yang dapat mendorong prestasi kerja yang

tinggi.”4

3 Mangkunegara, AA, Anwar, 2011, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan (Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya), hlm. 93. 4 Malayu SP Hasibuan., Op.cit., hlm. 141.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

7 | P a g e

Pendapat tersebut menyatakan bahwa motivasi kerja pada Karyawan datang

dari dalam diri Karyawan tersebut dan juga dari lingkungan kerjanya. Dari dalam diri

karena ingin memenuhi kebutuhan hidupnya dan dari lingkungan kerja karena dia

butuh pekerjaan itu dan mendapat kepuasan tersendiri saat harus menyelesaikan

tugasnya. Namun lingkungan kerja itu meliputi banyak hal seperti lingkungan kerja

yang mendukung, rekan kerja yang dapat diajak kerja sama dan sama-sama kerja dan

sebagainya. Hasibuan (2011: 141) “motivasi semakin penting karena manajer

membagikan tugas pekerjaan pada bawahan untuk dikerjakan dengan baik dan

terintegrasi kapada tujuan yang diinginkan”.

Jadi, seorang pemimpin atau manejer tidak hanya memimpin secara jabatan

saja, namun harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepada bawahan

untuk dilaporkan kepada atasanya lagi, serta memotivasi bawahan saat akan dan

sedang menjalankan tugas agar target yang dibebankan terpenuhi. Manajer tidak

hanya memotivasi bawahanya saja, namun perlu menempatkan kepada siapa

motivasi tersebut diberikan dan motivasi yang seperti apa yang cocok dengan

kebutuhan atau karakter bawahan, karena jika salah dalam memberikan jenis

motivasi maka dikhawatirkan terjadi penyalahgunaan fasilitas dan kekuasaan.

Menurut Hawley (2005: 151) “ketiadaan motivasi dapat tercermin dari ketiadaan

aktivitas dalam bidang-bidang berikut ini :

a) Pekerjaan sukarela

b) Melontarkan ide baru dalam pekerjaan

c) Mencari promosi atau tanggung jawab yang lebih besar

d) Mengambil inisiatif untuk memecahkan masalah atau menambah nilai

e) Berpartisipasi dalam aktifitas tim atau aktifitas pekerjaan yang lain

f) Menemukan masalah atau peluang lain

g) Membawa energy dan ide ke kantor setiap hari

h) Mencurahkan waktu, pikiran dan diri ke pekerjaan yang sedang ditangani.

Pendapat tersebut intinya sama dengan pendapat Mulia (1996: 155) “motivasi

yang akan berhasil adalah dengan pengarahan dari dalam diri sendiri (self

direction)”. Kedua pendapat di atas menyatakan bahwa motivasi dari dalam diri

sendiri sangatlah penting dan harus ada serta meningkat agar Karyawan dapat

memenuhi keinginan diri sendiri dan perusahaan.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

8 | P a g e

Motivasi dalam Perspektif Islam

Pentingnya motivasi dalam Islam tercantum dalam firmal Allah dalam Surat

Al Jumu’ah ayat 62:

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi;

dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu

beruntung.”

Selain itu, Allah juga berfirman dalam surat at-Taubah [9] ayat 105 :

"Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta

orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan

kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-

Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.

Ayat di atas mengajarkan bahwa kita tidak saja melakukan ibadah khusus,

seperti shalat, tetapi juga bekerja untuk mencari apa yang telah dikaruniakan Allah di

muka bumi ini.

Kemudian pada surat at-Taubah di atas mengisyaratkan bahwa kita harus

berusaha sesuai dengan kemampuan maksimal kita dan hal itu akan diperhitungkan

oleh Allah SWT. Orang yang beriman dilarang bersikap malas, berpangku tangan,

dan menunggu keajaiban menghampirinya tanpa adanya usaha. Allah menciptakan

alam beserta segala isinya diperuntukkan bagi manusia. Namun, untuk memperoleh

manfaat dari alam ini, manusia harus berusaha dan termotivasi untuk bekerja keras.

Rasulullah SAW juga menganjurkan umatnya untuk bekerja keras.

Perintah untuk bekerja keras juga terdapat dalam firman Allah dalam Surat Al

Insyiqoq ayat 6:

“Wahai manusia sesungguhnya kamu harus bekerja keras (secara sungguh-

sungguh) menuju keredaan Tuhanmu”.

Jadi semua umat Islam harus bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya termasuk dalam beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Indikator Motivasi Kerja

Yang menjadi inkator Motivasi kerja adalah

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

9 | P a g e

a) Penghargaan merupakan suatu bentuk apresiasi perusahaan terhadap karyawan

yang berprestasi seperti kenaikan pangkat, piagam dan sebagainya.

b) Gaji merupakan salah satu indikator tinggi rendahnya motivasi karyawan, karena

gaji adalah bentuk rasa terima kasih perusahaan atau timbal balik dari apa yang

telah dilakukan karyawan untuk perusahaan.

c) Disiplin merupakan indicator yang tidak dapat dikesampingkan, karena

kedisiplinan merupakan salah satu bentuk dari termotivasinya karyawan dalam

mentaati peraturan perusahaan dan sebagainya.

Prestasi Kerja

Kinerja atau performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih

menggambarkan pada “prestasi” yaitu kata “achievement”. Tetapi karena kata

tersebut berasal dari kata “to achieve” yang berarti “mencapai”, maka dalam bahasa

Indonesia sering diartikan menjadi “pencapaian” atau “apa yang dicapai”.

Mangkunegara (2011 : 67) “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas

dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Karyawan dalam melaksanakan tugasnya

sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”. Nawawi (2001)

“penilaian karya sebagai kegiatan manajemen sumber daya manusia adalah proses

pengamatan (observasi) terhadap pelaksanaan pekerjaan seorang pekerja”.5

Mangkunegara (2009) “penilaian prestasi Karyawan adalah suatu proses penilaian

prestasi Karyawan yang dilakukan pimpinan perusahaan secara sistemik berdasarkan

pekerjaan yang ditugaskan kepadanya”.6

Ketiga pendapat di atas intinya sama yakni penilaian yang dilakukan oleh

atasan kepada bawahan untuk menilai hasil dari pelaksanaan tugas yang diberikan

kepadanya baik secara kualitas maupun kuantitasnya, penilaian secara sistemik bisa

harian, mingguan, bulanan, semesteran dan seterusnya sesuai kebijakan yang ada dan

kebutuhan perusahaan tersebut. “penilaian prestasi adalah kegiatan manager untuk

mengevaluasi perilaku prestasi kerja karyawan serta menetapkan kebijakan

selanjutnya.”

5 Hadari Nawawi, 2001, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang Kompetitif (Jogjakarta:

Gadjah Mada Press), hlm. 234. 6 Mangkunegara, AA, Anwar, Op.cit. hlm. 69.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

10 | P a g e

Penilaian prestasi kerja adalah menilai atau mengevaluasi hasil pekerjaan

orang yang menjalankan tugas agar dapat mengetahui sejauh mana kesuksesan

Karyawan melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan perusahaan

kepadanya.“Prestasi kerja seseorang ditunjukkan dengan keseriusanya dalam

menyelesaikan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya berdasarkan atas kecakapan,

pengalaman, kesungguhan serta waktu” (Hasibuan, 2011: 94). Selanjutnya juga

dikatakan bahwa hasil kerja atau prestasi merupakan gabungan dari tiga faktor yaitu

(a) minat dalam bekerja, (b) penerimaan delegasi tugas, dan (c) peran dan tingkat

motivasi seorang Karyawan. Dari pengertian tersebut jelas bahwa tanpa minat

tehadap suatu pekerjaan, tidak mungkin seorang Karyawan dapat melaksanakan

pekerjaan dengan mengerahkan tenaga dan pikirannya secara maksimal. Selain itu,

tanpa pelimpahan atau delegasi tugas yang jelas seorang Karyawan juga akan

terbatas dalam pekerjaan yang dipikulnya khususnya peluang dalam berprestasi,

kreativitas, inisiatif dan lain-lain. Motivasi atau dorongan pada seorang Karyawan

juga berpengaruh khususnya dalam melaksanakan tugas-tugasnya, baik motivasi dari

dalam maupun dari luar. Semakin tinggi ketiga faktor tersebut dalam bekerja, maka

semakin besar kinerja atau prestasi seorang Karyawan. Prestasi kerja seseorang dapat

dikatakan tinggi apabila suatu target kerja terselesaikan pada waktu yang tepat atau

tidak melampui batas yang disediakan.

Prestasi Kerja dalam Perspektif Islam

Semuanya itu dapat diraih apabila kita mau berusaha dengan sungguh-

sungguh, maka Allah akan memberikan rizqi kepada makhluk-Nya. Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga

mereka merobah keadaanyang ada pada diri mereka sendiri”. (Q.S Ar-Ra’du: 11)

Ayat di atas menyatakan bahwa manusia sendirilah yang harus berusaha

merubah nasibnya sendiri, karena usaha kerasnya dia dapat berprestasi dan

mendapatkan apresiasi dari teman, atasan ataupun bawahannya. Sehingga Islampun

menganjurkan untuk manusia berprestasi dalam menjalankan tugasnya.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

11 | P a g e

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi kerja seseorang adalah sebagai

berikut:7

1. Faktor Kemampuan

Secara psikologis, kemampuan (ability) Karyawan terdiri dari kemampuan

potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + skill). Artinya, kebanyakan

seorang Karyawan atau karyawan yang memiliki IQ di atas rata- rata (IQ 110-

120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam

mengerjakan pekerjaanya, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja

yang diharapkan. Oleh karena itu, Karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan

yang sesuai dengan kemampuannya (the right man on the right place, the right

man on the right job).

2. Faktor Motivasi

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang Karyawan dalam menghadapi

situasi (situation) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakan diri

Karyawan yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap

mental merupakan kondisi yang mendorong diri Karyawan untuk berusaha

mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang Karyawan harus

siap secara psikofisik (siap mental, fisik, tujuan dan situasi). Artinya, seorang

Karyawan harus mampu secara mental, mampu secara fisik, memahami tujuan

utama, dan target kerja yang akan dicapai serta mampu memanfaatkan dan

menciptakan situasi kerja.

Indikator-indikator Prestasi Kerja

Sedangkan indikator-indikator mengenai penilaian prestasi kerja sebagai

berikut:8

a) Kualitas kerja dilihat dari pemahaman tentang lingkup pekerjaan, uraian

pekerjaan, tanggung jawab serta wewenang yang diemban.

b) Kuantitas kerja ditunjukkan melalui hasil dan kecepatan dalam melaksanakan

pekerjaan.

7 Mangkunegara, AA, Anwar, Op.cit. hlm. 67-68. 8 Ibid., hlm. 67.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

12 | P a g e

c) Konsistensi Karyawan dilihat dari usaha untuk selalu mengembangkan

kemampuan dan aktualisasi diri, memahami dan mengikuti instruksi yang

diberikan, mempunyai inisiatif, kejujuran, kecerdasan dan kehati-hatian dalam

bekerja.

d) Kerjasama yang ditunjukan untuk meningkatkan kualitas.

e) Sikap Karyawan adalah Perilaku terhadap organisasi/lembaga atau atasan dan

juga rekan sekerja.

Perumusan Hipotesis

Hipotesis atau dugaan sementara yang akan digunakan dalam penelitian ini

diantara lain : (1) kemampuan kerja dan motivasi kerja berpengaruh secara simultan

terhadap prestasi kerja karyawan di PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor

Bojonegoro (2) kemampuan kerja dan motivasi kerja berpengaruh secara parsial

terhadap prestasi kerja karyawan di PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor

Bojonegoro.

C. Metode Penelitian

Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dimana data penelitian

berupa angka-angka dan dianalisis menggunkan alat statistic.

Definisi Operasional

Kemampuan kerja

“Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan: kita berusaha

dengan - diri sendiri (KBBI offline)”. Kemampuan adalah suatu kekuatan yang ada

di dalam diri sendiri yang didapat dari belajar maupun dengan cara yang lain,

kemampuan dalam menyelesaikan tugas sebagai karyawan adalah dengan menguasai

segala hal yang berkaitan dengan tugas yang dibebankan kepadanya.

Motivasi kerja

Mangkunegara (2011) “motivasi adalah kondisi yang menggerakkan

Karyawan agar mampu mencapai tujuan dari motifnya”.9

9 Ibid, hlm. 93.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

13 | P a g e

Prestasi Kerja

Mangkunegara (2011) “kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara

kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang Karyawan dalam melaksanakan

tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.10

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang berasal

dari intrumen kuisioner,wawancara serta dokumentasi terhadap karyawan pabrik

rokok dan teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampling jenuh karena

jumlah populasi berjumlah 30 karyawan pabrik.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan pabrik rokok gemah ripah

bika sarangan kanor .Setelah dilakukan teknik pengambilan sampel dengan

menggunakan teknik sampling jenuh karena jumlah populasi berjumlah 30 karyawan

pabrik.

Teknik Analisa Data

Teknik analisis data merupakan alat atau metode dalam pengujian hipotesis

.Di dalam penelitian ini ,peneliti akan menganalisis dengan metode kuantitatif

.Metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan

manajerial dan ekonomi. Uji hipotesis meliputi Uji T dan Uji F ,Uji Asumsi Klaisk

dan koefisien determinasi dan menganalisis tingkat hubungan dan pengaruh antara

variabel independen dan dependen digunakan metode analisis regeresi

berganda.Penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi sebesar (0,05) dan seluruh

data diolah dengan Program SPSS 16.0.

D. Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Responden

Pengujian dilakukan terhadap 30 orang responden yang telah terkumpul yang

terbagi atas beberapa bagian yaitu pengujian terhadap jenis kelamin, usia, status

pernikahan, bagian kerja, lama kerja, dan pendidikan yang dimiliki responden.

10 Ibid, hlm. 67.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

14 | P a g e

Tabel 1.1 Deskriptif Profil Responden

Keterangan Jumlah presentase

Jenis Kelamin laki-laki 13 43%

Perempuan 17 57

Usia

20 s.d 30 20 66%

31 s.d 40 6 20%

> 41 tahun 4 14%

Status

Pernikahan

sudah menikah 24 80%

belum menikah 6 20%

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa dari 30 responden yang diteliti menurut

jenis kelamin, terdiri dari 13 orang (43%) responden laki-laki dan sisanya 17 orang

(57%) responden perempuan,tingkat usia 21 – 30 tahun sebanyak 20 orang (66%), 31

- 40 tahun sebanyak 6 orang (20%), dan responden yang berusia > 41 tahun sebanyak

4 orang (14%). Menurut status pernikahan, terdiri dari 24 orang (80%) responden

menikah dan sisanya 6 orang (20%) responden belum menikah.

Tabel 1.2 Deskriftif Karakteristik Responden

Keterangan Jumlah Presentase

Bagian Kerja Produksi 21 70%

Non Produksi 9 30%

Lama kerja 1 s.d 5 Tahun 17 57%

>6 Tahun 13 43%

Pendidikan

SMA 25 83%

DIPLOMA 2 7%

SARJANA 3 10%

Berdasarkan tabel 1.2 terlihat bahwa dari 30 responden dengan bagian kerja

yang diteliti terdiri dari 21 orang (70%) responden bekerja pada bagian produksi dan

sisanya 9 orang (30%) responden bekerja pada bagian non produksi. Dan lama kerja

1 s.d 5 tahun sebanyak 17 orang (57%), >6 tahun sebanyak 13 orang (43%).Menurut

tingkat pendidikannya terdiri dari 25 orang (83%) responden lulusan SMA/sederajat,

2 orang (7%) lulusan Diploma, dan sisanya 3 orang (10%) responden Sarjana.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

15 | P a g e

Validitas

Uji Validitas merupakan poin penting dalam sebuah analisa data. Hal itu

dilakukan untuk menguji apakah suatu alat ukur atau instrumen penelitian (dalam hal

ini data dari kuesioner) sudah valid dan reliabel. Mengukur validitas dilakukan

dengan r hitung > r tabel , yakni r hitung > 0,3 maka disebut valid, hasil validitas sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Hasil Validitas Variabel bebas kemampuan Kerja (X1), Prestasi Kerja

(X2) dan Prestasi Kerja (Y)

No r Hitung Syarat Keterangan

Kemampuan Kerja (X1)

1 0,515 >0,300 Valid

2 0,462 >0,300 Valid

3 0,609 >0,300 Valid

4 0,564 >0,300 Valid

5 0,479 >0,300 Valid

6 0,447 >0,300 Valid

7 0,642 >0,300 Valid

8 0,599 >0,300 Valid

Motivasi Kerja (X2)

1 0,685 >0,300 Valid

2 0,626 >0,300 Valid

3 0,835 >0,300 Valid

4 0,704 >0,300 Valid

5 0,630 >0,300 Valid

6 0,895 >0,300 Valid

7 0,649 >0,300 Valid

8 0,720 >0,300 Valid

9 0,765 >0,300 Valid

Prestasi Kerja (Y)

1 0,341 >0,300 Valid

2 0,649 >0,300 Valid

3 0,630 >0,300 Valid

4 0,689 >0,300 Valid

5 0,438 >0,300 Valid

6 0,364 >0,300 Valid

7 0,580 >0,300 Valid

8 0,596 >0,300 Valid

Berdasarkan olahan data di atas pengujian validitas dapat disimpulkan bahwa

semua item pernyataan dikatakan valid, karena > 0,300.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

16 | P a g e

Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman

Brown dengan Rtabel 5% dengan N = 30 Responden yakni 0,361, jika hasil uji

Reabilitas < 0,361 maka tidak reliable, tapi jika > 0,361 maka dikatakan reliable.

hasil reliabitilas dari masing-masing variabel sebagai berikut:

Tabel 2..2 Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Hasil Ket

1 Kemampuan Kerja (X1) 0,622 Reliable

2 Motivasi Kerja (X2) 0,879 Reliable

2 Prestasi Kerja (Y) 0,661 Reliable

Sebagaimana dapat dilihat pada tabel diatas semua variabel memiliki nilai

>0,361. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa seluruh variabel dikatakan reliable.

Artinya kuesioner pada penelitian ini memiliki sifat dapat dipercaya.

Uji Asumsi Klasik

Dalam suatu persamaan regresn harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased

Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias.

Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi beberapa asumsi

dasar (Klasik), yaitu Berdasarkan hasil Uji Asumsi Klasnk dengan alat bantu

komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0. diperoleh hasilnya sebagai

berikut: (1). Uji Nomlalltas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji

apakah dari vanabel-vanabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai

distribusi normal atau tidak. (2). U|i Autokorelasi bertujuan untuk menentukan

apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pada periode t- 1. Ghozali M (2006 : 61) (3). Uji

Multikolinieritas bertjuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan

adanya korelasi antara vanabel bebas.Model regresi yang baik seharus nya tidak

terjadi korelasi dlantara variabel bebas. (4). Pengujian heteroskedaktisitas menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual (kesalahan

pengganggu) satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dan residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

17 | P a g e

berbeda dlsebut heteroskedaktisitas. Model regresi yang baik adalah yang

Homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedaktisitas.

Analisis Uji Parsial

Pengujian secara parsial yang digunakan untuk mengu|i signifikansi pengaruh

vanabel kemampuan kerja dan motivasi kerja secara parsial berpengaruh terhadap

prestasi kerja pada PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro. Hal ini

ditunjukkan oleh persamaan regresi linier berganda sebagai benkut :

Y = 20.367 +- 0.158 X1 + 0.465 X2

t ...... ' 2,636 , 0,711 , 3,822

Sig ' 0,024 , 0,483 , 0,001

Hasil pengujian menunjukkan bahwa vanabel kemampuan kerja secara

parsial tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi kerja sedangkan

variabel motivasi kerja secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

prestasi kerja. Kondisi ini indikasikan dengan perolehan tingkat signifikansi variabel

bebas yang digunakan model penelitian tersebut masih dibawah 5%. Dengan

demikian hipotesis kedua yang dilakukan bahwa variabel kemampuan kerja dan

motivasi kerja secara parsial mempunyai pengaruh terhadap prestasi kerja dapat

diterima adalah variabel motivasi kerja terhadap prestasi kerja.

Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut (1). Konstanta

(a) merupakan Intersep garis regresi dengan Y jika X = 0, yang menunjukkan bahwa

besarnya variabel independen yang digunakan dalam model penelman sebesar

konstanta tersebut. Besarnya nilai konstanta (a) adalah 20.367 menunjukkan bahwa

jika variabel bebas yang terdiri dari kemampuan kerja dan motivasi kerja tidak ada

perubahan = 0, maka prestasi kerja karyawan pada PR. Gemah Ripah Bika Sarangan

Kanor Bojonegoro akan sebesar 20,367. (2). Koefisien Regresi: kemampuan kerja

(b.) -0.158, menunjukkan arah hubungan negatih (tidak searah) antara kemampuan

kerja terhadap prestasi kerja pada PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor

Bojonegoro. Hal ini menunjukkan kurang baik tanggapan responden atas

kemampuan kerja tersebut akan diikuti semakin turun karyawan untuk meningkatkan

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

18 | P a g e

kemampuan kerja tersebut Dengan kata lain jika kemampuan turun 1 satuan maka

prestasi kerja akan turun sebesar -0,158 dengan asumsi variabel yang lainnya

konstan. (3). Koefisien Regresri motivasi kerja (b) = 0.465, menun|ukkan arah

hubungan positif (searah) antara motivasi kerja dengan prestasi kerja karyawan pada

PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro. Hasil ini menunjukkan

semakin baik tanggapan responden atas motivasi kerja dan prestasi kerja yang

ditawarkan oleh perusahaan akan naik sehingga 1 orang untuk meningkatkan

prestasi kerja tersebut. Dengan kata lain juga motivasi kerja naik 1 satuan maka

prestasi kerja akan naik sebesar 0,465, dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.

E. Penutup

Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan perhitungan statistik

menggunakan SPSS 16.0 for wmdows, maka dapat disimpulkan sebagai benkut : (1).

Hasil pengujlan secara Slmultan menunjukkan pengaruh variabel kemampuan kerja

dan motivasi kerja terhadap prestasi kerja adalah signifikan.Hasil ini

mengindikasikan bahwa naik turunnya prestasi kerja dltentukan oleh seberapa

kemampuan dan motivasi kerja yang dimiliki oleh para karyawan. (2). Hasil

pengujian secara parsial menunjukkan variabel motivasi kerja dari variabel

kemampuan kerja dan motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap

prestasi kerja pada PR. Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro. Hal tersebut

dapat di indikasikan dengan tingkat signifikansi masing-masing vanabel tersebut

tidak melebihi :@ = 5%. (3). Variabel yang tidak berpengaruh secara parsial adalah

kemampuan kerja.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan pada PR.

Gemah Ripah Bika Sarangan Kanor Bojonegoro, maka penulis ingin mengajukan

beberapa saran yang kiranya dapat menjadi pertimbangan dalam melaksanakan

aktivitas pelayanan kepada masyarakat maupun pembinaan sumber daya manusia

dimasa yang akan datang, saran-saran tersebut antara lain :

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

19 | P a g e

1. Untuk lebih meningkatkan kemampuan kerja, pimpinan perlu melakukan upaya

peningkatan keahlian dan keterampilan serta sikap dan perilaku karyawan

melalui kegiatan pengembangan pendidikan dan pelatihan bagi para karyawan

yang disesuaikan dengan tugas pokok dan fungsinya.

2. Untuk lebih meningkatkan motivasi kerja melalui disiplin, pemberian

penghargaan, dan saksi bagi pegawai berprestasi dan kurang berprestasi harus

dilakukan.

3. Untuk lebih meningkatkan kinerja karyawan, perlu dilakukan pembinaan dan

pengarahan terhadap Karyawan mengenai Tugas Pokok dan tujuan organisasi

secara berkala;

4. Untuk pengembangan ilmu terhadap organisasi maka sistem yang Penilaian

pelaksanaan dalam penilai prestasi kerja karyawan harus berpegang teguh pada

aturan pokok yaitu : Nilailah karyanya, bukan manusianya - Judge the work, not

the person!.

Daftar Pustaka

AA, Anwar Mangkunegara. 2009. Evaluasi Kinerja Karyawan. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya.

AA, Anwar Mangkunegara. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Abdurrahmat Fathony. 2006. Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia.

Jakarta: Rineka Cipta.

Agus Pujiono. 2011. “Pentingnya Motivasi Kerja Terhadap Prestasi Karyawan

Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Bojonegoro”. Skripsi. Bojonegoro:

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cendekia.

Casey Fitt Hawley. 2005. 201 Cara Untuk Mendorong Setiap Karyawan Berkinerja

Bintang. Jakarta: Rineka Cipta.

Dale Futrwengler. 2002. Penuntun 10 Menit Penilaian Kinerja. Jogjakarta: Andi.

Ekawarna. 2010. Manajemen Badan Usaha dan Koperasi. Jakarta: Gaung Persada

Press.

Hadari Nawawi. 2001. “Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Bisnis yang

Kompetitif”. Jogjakarta: Gadjah Mada Press.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

20 | P a g e

Lexi Moleong. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Malayu Hasibuan. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Malayu Hasibuan. SP. 2003. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Manullang. 2009. Dasar-dasar Manajemen. Jogyakarta: Gadjah Mada Univercity

Press.

Martono Nanang. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi dan Analisis Data

Sekunder. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Nenny Anggraeni. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Nenny Anggraeni. 2008. “Pengaruh Kemampuan Dan Motivasi Terhadap Kinerja

Pegawai Pada Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. Skripsi.

Bandung: Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI).

Nenny Anggraeni. 2010. “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta:

Rineka Cipta.

Septyaningsih Ekayadi. 2010. “Pengaruh Motivasi Dan Pengembangan Karir

Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada PT. Rimbajatiraya Citrakarya”.

Skripsi. Jakarta: Universitan Gunadarma.

Sondang P Siagan. 2003. Manajemen Sumber Daya Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Bumi Aksara.

Sugiawan. 2008. “Motivasi Kerja pada Karyawan untuk Meningkatkan Prestasi

Kerja pada Kantor Puskesmas Kenduran”. Skripsi. Bojonegoro: Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cendekia.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

T. Tani Handoko. 2010. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Jakarta:

PT Bumi Aksara.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

21 | P a g e

Harga (Price) dalam Manajemen Pemasaran Islam

Eryul Mufidah

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

Abstrak

Dalam setiap bisnis, harga merupakan tahap yang sangat penting. Ini karena harga

akan mempengaruhi status dan kinerja keuangan perusahaan, apalagi persepsi

pelanggan dan memposisikan merek. Kegagalan dalam penetapan harga akan

berdampak jangka panjang pada keberadaan perusahaan. Dalam Islam, harga

menjadi standar pertukaran antara uang dan barang dan jasa yang harus dibeli oleh

pembeli dan penjual. Setiap metode dapat digunakan untuk harga selama mereka

memenuhi beberapa persyaratan yang digarisbawahi oleh Islam.

Kata Kunci: Harga, Manajemen Pemasaran Islam .

A. Pendahuluan

Dalam berbagai usaha, penentuan harga barang dan jasa merupakan suatu

strategi kunci sebagai akibat dari berbagai hal seperti deregulasi, persaingan yang

semakin ketat, rendah dan tingginya pertumbuhan ekonomi, dan peluang bagi suatu

usaha untuk memantapkan posisinya di pasar. Harga sangat mempengaruhi posisi

dan kinerja keuangan, dan juga sangat mempengaruhi persepsi pembeli dan

penentuan posisi merek. Harga menjadi suatu ukuran bagi konsumen tatkala ia

mengalami kesulitan dalam menilai mutu produk produk yang kompleks yang

ditawarkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Apabila yang diinginkan

oleh konsumen adalah barang dengan kualitas atau mutu yang baik, maka tentunya

harga barang tersebut adalah mahal. Sebaliknya apabila yang diinginkan oleh

konsumen adalah barang dengan kualitas biasa-biasa saja atau tidak terlalu baik,

maka harga barang tersebut adalah tidak terlalu mahal.

Kesalahan dalam penentuan harga dapat menimbulkan berbagai konsekuensi

dan dampaknya berjangkauan jauh. Tindakan penetapan harga yang melanggar etika

dapat menyebabkan para pelaku usaha tidak disukai oleh para pembeli, bahkan para

pembeli dapat melakukan suatu reaksi yang dapat menjatuhkan nama baik pelaku

usaha. Apabila kewenangan harga tidak berada pada pelaku usaha melainkan berada

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

22 | P a g e

pada kebijakan pemerintah, maka penentuan harga yang tidak diinginkan oleh para

pembeli (dalam hal ini sebagian masyarakat) bisa mengakibatkan suatu reaksi

penolakan oleh banyak orang atau kalangan. Reaksi penolakan itu bisa

diekspresikan dalam berbagai tindakan yang kadang-kadang mengarah kepada

tindakan- tindakan anarkis/ kekerasan yang melanggar norma maupun hukum.

Dalam hal ini, kebijakan penentuan harga bahan bakar minyak (BBM) yang ditolak

oleh sebagian kalangan masyarakat yang mengakibatkan timbulnya gejolak-gejolak,

demonstrasi-demonstrasi atau unjuk rasa, dan aksi-aksi yang kadang-kadang

menjurus kepada tindakan-tindakan anarkis dan pengrusakan.

Penulis tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai harga dan peranan

harga, tujuan penetapan harga, metode penetapan harga dan harga menurut

perspektif Islam.

B. Pembahasan

Price (Harga)

Menurut Philip Kotler, Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang

menghasilkan pendapatan; unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya. Harga adalah

unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan; ciri-ciri produk, saluran,

bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan

posisi nilai yang dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk dan

mereknya.11

Dapat dijelaskan dari pengertian di atas bahwa unsur-unsur bauran

pemasaran yang dimaksud adalah harga, produk, saluran dan promosi, yaitu apa

yang dikenal dengan istilah empat P (Price, Product, Place dan Promotion). Harga

bagi suatu usaha/badan usaha menghasilkan pendapatan (income), adapun adapun

unsur-unsur bauran pemasaran lainnya yaitu Product (produk), Place

(tempat/saluran) dan Promotion (promosi) menimbulkan biaya atau beban yang

harus ditanggung oleh suatu usaha /badan usaha.

Kalau harga merupakan pendapatan/pemasukan bagi pengusaha/ pedagang,

maka ditinjau dari segi konsumen, harga merupakan suatu pengeluaran atau

pengorbanan yang mesti dikeluarkan oleh konsumen untuk mendapatkan produk

11 Kotler, 2005, Manajemen Pemasaran (edisi ke sebelas) jilid 2, (Jakarta: Gramedia), hlm. 139

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

23 | P a g e

yang diinginkan guna memenuhi kebutuhan dan keinginan dari konsumen tersebut.

Bagi pengusaha/ pedagang, Price (harga) paling mudah /cepat disesuaikan dengan

keadaan pasar sedangkan product, place dan promotion memerlukan waktu yang

lebih lama dan panjang untuk disesuaikan dengan keadaan pasar, harga dapat

memberikan penjelasan kepada konsumen mengenai kualitas produk dan merek dari

produk tersebut.

Apabila harga suatu produk di pasaran adalah cukup tinggi, hal ini

menandakan bahwa kualitas produk tersebut adalah cukup baik dan merek produk di

benak konsumen adalah cukup bagus dan meyakinkan. Sebaliknya apabila harga

suatu produk di pasaran adalah rendah, maka ini menandakan bahwa kualitas produk

tersebut adalah kurang baik dan merek produk tersebut kurang bagus dan kurang

meyakinkan di benak konsumen. Jadi harga bisa menjadi tolak ukur bagi konsumen

mengenai kualitas dan merek dari suatu produk, asumsi yang dipakai disini adalah

bahwa suatu usaha atau badan usaha baik usaha dagang, usaha manufaktur, usaha

agraris, usaha jasa dan usaha lainnya menetapkan harga produk dengan memasukkan

dan mempertimbangkan unsur modal yang dikeluarkan untuk produk tersebut.

Fandy Tjiptono mengatakan bahwa agar dapat sukses dalam memasarkan

suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menetapkan harganya secara tepat.

Harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang memberikan

pemasukan atau pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya

(produk, distribusi, dan promosi) menyebabkan timbulnya biaya (pengeluaran). Di

samping itu harga merupakan unsur bauran pemasaran yang bersifat fleksibel,

artinya dapat diubah dengan cepat. Berbeda halnya dengan karakteristik produk atau

komitmen terhadap saluran distribusi. Kedua hal terakhir tidak dapat

diubah/disesuaikan dengan mudah dan cepat, karena biasanya menyangkut

keputusan jangka panjang.12

Prof. DR. H. Buchari Alma mengatakan bahwa dalam teori ekonomi,

pengertian harga, nilai dan utility merupakan konsep yang paling berhubungan.

Yang dimaksud dengan utility ialah suatu atribut yang melekat pada suatu barang,

yang memungkinkan barang tersebut dapat memenuhi kebutuhan (needs), keinginan

(wants) dan memuaskan konsumen (satisfaction). Value adalah nilai suatu produk

12 Fandy Tjiptono, 1997, Strategi Pemasaran (Yogyakarta: Penerbit Andi), hlm. 151

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

24 | P a g e

untuk ditukarkan dengan produk lain. Nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter

yaitu pertukaran antara barang dengan barang. Sekarang ini ekonomi kita tidak

melakukan barter lagi, akan tetapi sudah menggunakan uang sebagai ukuran yang

disebut harga. Jadi harga (price) adalah nilai suatu barang yang dinyatakan dengan

uang.13 Definisi ini memberikan arti bahwasanya harga merupakan sejumlah uang

yang digunakan untuk menilai dan mendapatkan produk maupun jasa yang

dibutuhkan oleh konsumen.

Menurut Drs. Basu Swastha DH., M.B.A dan Drs. Irawan, M.B.A,”Harga

adalah jumlah uang(ditambah beberapa produk kalau mungkin) yang dibutuhkan

untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari produk dan pelayanannya”.14

Dapat dipahami dari pengertian di atas bahwa harga yang dibayar oleh

pembeli sudah terkandung di dalamnya jasa pelayanan yang diberikan oleh penjual.

Terdapat berbagai macam istilah untuk penyebutan harga. Perbedaan istilah

harga tersebut menyesuaikan kepada situasi dan tempat.

Fandy Tjiptono menyatakan harga bisa diungkapkan dengan berbagai istilah,

misalnya iuran, tarif, sewa, bunga, premium, komisi, upah, gaji, honorarium, SPP,

dan sebagainya. Dari sudut pandang pemasaran, harga merupakan satuan moneter

atau ukuran lainnya (termasuk barang dan jasa lainnya) yang ditukarkan agar

memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan suatu barang atau jasa. Pengertian ini

sejalan dengan konsep pertukaran (exchange) dalam pemasaran.15

Menurut Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, bahwa istilah harga dalam

bisnis jasa bisa ditemui dengan berbagai sebutan. Universitas atau perguruan tinggi

menggunakan SPP (tuition), konsultan profesional menggunakan istilah fee, bank

menggunakan istilah service charge, jasa jalan tol atau jasa angkutan menggunakan

istilah tarif, pialang menggunakan istilah komisi, apartemen menggunakan istilah

sewa, asuransi menggunakan istilah premi, dan sebagainya.16

13 Buchari Alma, 2005, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung: CV Alfabeta), hlm,

169. 14 Basu Swastha dan Irawan, 2005, Manajemen Pemasaran Modern (Yogyakarta: Liberty), hlm. 241 15 Fandy Tjiptono, Loc.cit. 16 Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani, 2006, Manajemen Pemasaran Jasa (Jakarta: Salemba Empat),

hlm. 98

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

25 | P a g e

Harga memiliki dua peranan utama dalam proses pengambilan keputusan

para pembeli, yaitu peranan alokasi dan peranan informasi.17

1. Peranan alokasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam membantu para pembeli

untuk memutuskan cara memperoleh manfaat atau utilitas tertinggi yang

diharapkan berdasarkan daya belinya. Dengan demikian, adanya harga dapat

membantu para pembeli untuk memutuskan cara mengalokasikan daya belinya

pada berbagai jenis barang dan jasa. Pembeli membandingkan harga dari

berbagai alternatif yang tersedia, kemudian memutuskan alokasi dana yang

dikehendaki.

2. Peranan informasi dari harga, yaitu fungsi harga dalam mendidik konsumen

mengenai faktor-faktor produk, seperti kualitas. Hal ini terutama bermanfaat

dalam situasi di mana pembeli mengalami kesulitan untuk menilai faktor

produk atau manfaatnya secara objektif. Persepsi yang sering berlaku adalah

bahwa harga yang mahal mencerminkan kualitas yang tinggi.

Tujuan Penetapan Harga

Tujuan Berorientasi pada Laba

Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu

memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi. Tujuan ini dikenal

dengan istilah maksimisasi laba. Dalam era persaingan global yang kondisinya

sangat kompleks dan banyak variabel yang berpengaruh terhadap daya saing setiap

perusahaan. Maksimisasi laba sangat sulit dicapai, karena sukar sekali untuk dapat

memperkirakan secara akurat jumlah penjualan yang dapat dicapai pada tingkat

harga tertentu. Dengan demikian, tidak mungkin suatu perusahaan dapat mengetahui

secara pasti tingkat harga yang dapat menghasilkan laba maksimum.

Tujuan Berorientasi pada Volume

Selain tujuan berorientasi pada laba, ada pula perusahaan yang menetapkan

harga-harga berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume tertentu atau yang

biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives. Harga ditetapkan sedemikian

rupa agar dapat mencapai target volume penjualan (dalam ton, kg, unit, m3, dan

17 Fandy Tjiptono, Op.cit, hlm. 152.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

26 | P a g e

lain-lain), nilai penjualan (Rp) atau pangsa pasar (absolut maupun relatif). Tujuan ini

banyak diterapkan oleh perusahaan penerbangan, lembaga pendidikan, perusahaan

tour and travel, pengusaha bioskop dan pemilik bisnis pertunjukan lainnya, serta

penyelenggaraan seminar-seminar.

Tujuan Berorientasi pada Citra

Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan

harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau

mempertahankan citra prestisius. Sementara itu harga rendah dapat digunakan untuk

membentuk citra nilai tertentu (image of value), misalnya dengan memberikan

jaminan bahwa harganya merupakan harga yang terendah di suatu wilayah tertentu.

Pada hakikatnya, baik penetapan harga tinggi maupun rendah bertujuan untuk

meningkatkan persepsi konsumen terhadap keseluruhan bauran produk yang

ditawarkan perusahaan.

Tujuan Stabilisasi Harga

Dalam pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu

perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan pula

harga mereka. Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuknya tujuan stabilisasi

harga dalam industri-industri tertentu yang produknya sangat terstandarisasi

(misalnya minyak bumi). Tujuan stabilisasi dilakukan dengan jalan menetapkan

harga untuk mempertahankan hubungan yang stabil antara harga suatu perusahaan

dan harga pemimpin industri (industry leader).

Tujuan-tujuan Lainnya

Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,

mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau

menghindari campur tangan pemerintah. Organisasi non-profit juga dapat

menetapkan tujuan penetapan harga yang berbeda, misalnya untuk mencapai partial

cost recovery, full cost recovery, atau untuk menetapkan social price.18

18 Ibid., hlm. 152-153

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

27 | P a g e

Harga dalam Perspektif Islam

Menurut Rachmat Syafei, harga hanya terjadi pada akad, yakni sesuatu yang

direlakan dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang.

Biasanya, harga dijadikan penukar barang yang diridai oleh kedua pihak yang

akad.19

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan bahwa harga merupakan sesuatu

kesepakatan mengenai transaksi jual beli barang /jasa di mana kesepakatan tersebut

diridai oleh kedua belah pihak. Harga tersebut haruslah direlakan oleh kedua belah

pihak dalam akad, baik lebih sedikit, lebih besar, atau sama dengan nilai barang/ jasa

yang ditawarkan oleh pihak penjual kepada pihak pembeli.

Menurut Ibnu Taimiyah yang dikutip oleh Yusuf Qardhawi: “Penentuan

harga mempunyai dua bentuk; ada yang boleh dan ada yang haram. Tas’ir ada yang

zalim, itulah yang diharamkan dan ada yang adil, itulah yang dibolehkan.”20

Selanjutnya Qardhawi menyatakan bahwa jika penentuan harga dilakukan

dengan memaksa penjual menerima harga yang tidak mereka ridai, maka tindakan

ini tidak dibenarkan oleh agama. Namun, jika penentuan harga itu menimbulkan

suatu keadilan bagi seluruh masyarakat, seperti menetapkan Undang-undang untuk

tidak menjual di atas harga resmi, maka hal ini diperbolehkan dan wajib

diterapkan.21

Menurut Qardhawi, jika pedagang menahan suatu barang, sementara pembeli

membutuhkannya dengan maksud agar pembeli mau membelinya dengan harga dua

kali lipat harga pertama. Dalam kasus ini, para pedagang secara suka rela harus

menerima penetapan harga oleh pemerintah. Pihak yang berwenang wajib

menetapkan harga itu. Dengan demikian, penetapan harga wajib dilakukan agar

pedagang menjual harga yang sesuai demi tegaknya keadilan sebagaimana diminta

oleh Allah.22 Sedang menurut Ibnu Taimiyah ”Harga ditentukan oleh kekuatan

permintaan dan penawaran”.23

19 Rachmat Syafei, 2000, Fiqih Muamalah (Bandung: Pustaka Setia) hlm. 87. 20 Yusuf Qardhawi, 1997, Norma dan Etika Ekonomi Islam (Jakarta : Gema Insani), hlm. 257. 21 Ibid. 22 Ibid. 23 Adiwarman Karim, 2003, Ekonomi Mikro Islam (Jakarta: Penerbit III T Indonesia) hlm. 224.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

28 | P a g e

Dari definisi tersebut jelaslah bahwa yang menentukan harga adalah

permintaan produk dan jasa oleh para pembeli dan pemasaran produk dan jasa dari

para pengusaha atau pedagang, oleh karena jumlah pembeli adalah banyak, maka

permintaan tersebut dinamakan permintaan pasar. Adapun penawaran pasar terdiri

dari pasar monopoli, duopoli, oligopoli, dan persaingan sempurna. Apapun bentuk

penawaran pasar, tidak dilarang oleh agama Islam selama tidak berlaku zalim

terhadap para konsumen. Jadi harga harga ditentukan oleh permintaan pasar dan

penawaran pasar yang membentuk suatu titik keseimbangan. Titik keseimbangan itu

merupakan kesepakatan antara para pembeli dan para penjual yang mana para

pembeli memberikan ridha dan para penjual juga memberikan ridha. Jadi para

pembeli dan para penjual masing-masing meridhai.

Titik keseimbangan yang merupakan kesepakatan tersebut dinamakan

dengan harga. Kurva permintaan dan penawaran jika digabungkan akan membentuk

suatu titik keseimbangan yang dinamakan dengan harga keseimbangan/ kesepakatan.

Kesepakatan ini hendaknya dalam keadaan rela sama rela tanpa ada paksaan. Kalau

ada yang mengganggu keseimbangan ini, maka pemerintah atau pihak yang

berwenang harus melakukan intervensi ke pasar dengan menjunjung tinggi asas

keadilan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pasar cukup banyak,

diantaranya; selera konsumen, pendapatan konsumen, harga barang substitusi

(pengganti) dan lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran pasar juga

cukup banyak, diantaranya: upah tenaga kerja, jasa perbankan, produksi domestik,

impor barang, perkembangan teknologi dan lain-lain.

Ibnu Taimiyah menyatakan : “Besar kecilnya kenaikan harga bergantung

pada besarnya perubahan penawaran dan atau permintaan. Bila seluruh transaksi

sudah sesuai aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah”.24

Menurut Adiwarman Karim bahwa penentuan harga dilakukan oleh

kekuatan-kekuatan pasar, yaitu kekuatan permintaan dan kekuatan penawaran.

Dalam konsep Islam, pertemuan permintaan dengan penawaran tersebut haruslah

24 Ibnu Taimiyah, 1976, Al-Hisbah (Cairo: Darul Sya’b), hlm. 24

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

29 | P a g e

terjadi secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk melakukan

transaksi pada tingkat harga tersebut.25

Jadi titik pertemuan antara permintaan dan penawaran yang membentuk

harga keseimbangan hendaknya berada dalam keadaan rela sama rela dan tanpa ada

paksaan dari salah satu pihak.

Hal ini sesuai dengan firman Allah yang berbunyi:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku

dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu,

sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”26

Ibnu Taimiyah menyatakan :

Dalam konsep ekonomi Islam, cara pengendalian harga ditentukan oleh

penyebabnya. Bila penyebabnya adalah perubahan pada genuine demand dan

genuine supply, maka mekanisme pengendalian dilakukan melalui market

intervention. Sedangkan bila penyebabnya adalah distorsi terhadap genuine demand

dan genuine supply, maka mekanisme pengendalian dilakukan melalui penghilangan

distorsi termasuk penentuan price intervention untuk mengembalikan harga pada

keadaan sebelum distorsi.27

Dalam konteks ini. kaum muslimin pernah mengalami harga- harga naik di

Madinah yang disebabkan faktor yang genuine. Untuk mengatasi hal tersebut

khalifah Umar bin Khattab ra melakukan market intervention. Sejumlah besar

barang diimpor dari Mesir ke Madinah. Jadi intervensi langsung dilakukan melalui

jumlah barang yang ditawarkan. Secara grafis, naiknya harga-harga di Madinah ini

digambarkan dengan bergeraknya kurva penawaran ke kiri, sehingga harga naik.

Dengan masuknya barang-barang impor dari Mesir, kurva penawaran kembali

bergeser ke kanan, yaitu pada tingkat semula.28

Intervensi pasar telah dilakukan di zaman Rasulullah dan Khulafaur

Rasyidin. Saat itu harga gandum di Madinah naik, maka pemerintah melakukan

impor gandum dari Mesir.29

25 Ir.Adiwarman Karim, Op. cit., hlm. 236 26 Al Quran ,S 4: 29. 27 Ibnu Taimiyah, Loc.cit. 28 Ir.Adiwarman Karim, Op.cit., hlm. 240. 29 Ibid.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

30 | P a g e

Selama kekuatan pasar berjalan berjalan rela sama rela tanpa ada yang

melakukan distorsi, maka Rasulullah SAW menolak untuk melakukan price

intervention.30

Menurut Ibnu Khaldun:

Ketika barang-barang yang tersedia sedikit, harga-harga akan naik, Namun,

bila jarak antar kota dekat dan aman untuk melakukan perjalanan, akan banyak

barang yang diimpor sehingga ketersediaan barang akan melimpah, dan harga-harga

akan turun.31

Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa jika barang- barang yang

tersedia di pasar-pasar sedikit, sedangkan barang-barang tersebut diperlukan oleh

banyak konsumen, maka harga akan naik. Sebaliknya bila transportasi antar kota

lancar dan cepat sehingga jarak antar kota terasa dekat, dan perjalanan dapat

dilakukan dalam keadaan aman, maka akan banyak barang impor yang masuk ke

pasar-pasar sehingga barang yang tersedia menjadi banyak dan melimpah, akibatnya

harga barang akan turun.

C. Penutup

Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berbagai macam metode

penetapan harga tidak dilarang oleh Islam dengan ketentuan sebagai berikut; harga

yang ditetapkan oleh pihak pengusaha/pedagang tidak menzalimi pihak pembeli,

yaitu tidak dengan mengambil keuntungan di atas normal atau tingkat kewajaran.

Tidak ada penetapan harga yang sifatnya memaksa terhadap para

pengusaha/pedagang selama mereka menetapkan harga yang wajar dengan

mengambil tingkat keuntungan yang wajar (tidak di atas normal). Harga diridai oleh

masing-masing pihak, baik pihak pembeli maupun pihak penjual. Harga merupakan

titik keseimbangan antara kekuatan permintaan dan penawaran pasar yang disepakati

secara rela sama rela oleh pembeli dan penjual. Apabila keseimbangan ini terganggu,

maka pemerintah atau pihak yang berwenang harus melakukan intervensi ke pasar

dengan menjunjung tinggi asas-asas keadilan baik terhadap pihak

pedagang/pengusaha maupun terhadap pihak konsumen.

30 Ibid, hlm. 243. 31 Ibnu Khaldun, 1967, The Muqaddimah, English Edition, Transl. Franz Rosenthal (London:

Rontledge & Kegan Paul), hlm. 338.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

31 | P a g e

Daftar Pustaka

Adiwarman Karim. 2003. Ekonomi Mikro Islam. Jakarta: Penerbit III T Indonesia.

Basu Swastha dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Yogyakarta:

Liberty.

Buchari Alma. 2005. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: CV

Alfabeta.

Fandy Tjiptono. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Ibnu Khaldun. 1967. The Muqaddimah. English Edition. Transl: Franz Rosenthal.

London: Rontledge & Kegan Paul.

Ibnu Taimiyah. 1976. Al-Hisbah. Cairo: Darul Sya’b.

Kotler. 2005. Manajemen Pemasaran (Edisi Kesebelas) Jilid 2. Jakarta: Gramedia.

Rachmat Syafei. 2000. Fiqih Muamalah. Bandung: Pustaka Setia.

Rambat Lupiyoadi dan A. Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta:

Salemba Empat.

Yusuf Qardhawi. 1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam. Jakarta: Gema Insani.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

32 | P a g e

Pengaruh Perjanjian Pembiayaan Bagi Hasil Rendah

terhadap Tingkat Kepuasan Anggota

BMT NUSYA Cabang Baureno Bojonegoro

M. Ali Nur Huda

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

ABSTRAK

BMT Nusya Baureno Bojonegoro adalah suatu badan usaha ekonomi yang berbadan

hukum koperasi, terorganisir dalam bentuk koperasi syariah, melakukan etika moral

dengan memperhatikan prinsip-prinsip ajaran agama Islam. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh perjanjian pembiayaan bagi hasil rendah terhadap

tingkat kepuasan anggota baureno bojonegoro.Penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif, dan sata yang diperoleh dianalisis dengan metode analisis

regresi linier sederhana.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel strategi pemasaran (X)

berpengaruh tidak signifikan terhadap minat menabung anggota, koefesien

determinasi menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (perjanjian

pembiayaan) terhadap variabel dependen (kepuasan anggota) adalah sebesar 0,101,

sedangkan sisanya 89,90% (100% - 0,101) dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan

uji t bahwa nilai t sebesar 1,960 < 2,018 atau t hitung lebih kecil dari pada t tabel,

maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

Kata Kunci: Perjanjian Pembiayaan, Bagi Hasil, dan Tingkat Kepuasan.

A. Pendahuluan

Perbankan merupakan bagian penting dari sistem keuangan guna kelancaran

kegiatan perekonomian suatu negara. Bank merupakan alternatif bagi masyarakat

dalam memilih perbankan yang sesuai terhadap kapitalis dan sistem sosialis. Di

dalam memenuhi kebutuhan calon nasabah serta untuk mengembangkan dan

memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka beberapa bank telah memperluas

daerah operasinya dengan membuka kantor-kantor cabang pembantu, sehingga bank

dapat meningkatkan pelayanannya. Berbagai upaya dilakukan perusahaan perbankan

untuk tetap bertahan hidup (survive) di masa setelah krisis yang berkepanjangan ini

dalam menghadapi persaingan yang sangat ketat dengan perusahaan-perusahaan

perbankan lainnya. Salah satu cara yang harus ditempuh perusahaan dalam hal ini

adalah dengan menentukan strategi yang tepat supaya tetap bertahan hidup di tengah

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

33 | P a g e

persaingan serta dapat meningkatkan profitabilitasnya. Namun dalam melakukan

strateginya, perusahaan akan mengalami suatu kegagalan apabila tanpa didukung

baik oleh pihak internal perusahaan itu sendiri maupun pihak luar perusahaan yang

dalam hal ini adalah para anggota yang selalu menuntut kepuasan atas kinerja dari

perusahaan perbankan.

Masyarakat sebagai pengguna jasa, kini semakin selektif dalam memilih

bank untuk menitipkan dana yang dimiliki untuk menghindari risiko kehilangan

dana akibat buruknya kinerja suatu bank dan pengambilan biaya untuk memenuhi

kebutuhannya. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan

nasabah/anggota diantaranya adalah: perjanjian pembiayaan, pelayanan bagi hasil

rendah dan tingkat kepuasan anggota. Ketiga faktor tersebut mempengaruhi

kepuasan anggota pada suatu bank, dalam hal ini adalah Pengaruh perjanjian

pembiayaan bagi hasil rendah terhadap tingkat kepuasan anggota BMT NUSYA

Baureno Bojonegoro.

Dalam hal ini perjanjian pembiayaan yang bersifat fleksibel, terdapat batas-

batas masa tenggang memberikan kesempatan bagi nasabah/anggota dalam

melakukan pembiayaan. dengan perjanjian pinjam meminjam yang dijumpai dalam

ketentuan kitab Undang-Undang hukum perdata pasal 1754 yang berbunyi : “pinjam

meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan

kepada pihak yang lain suatu jumlah barang-barang tertentu dan habis karena

pemakaian, dengan syarat bahwa yang belakangan ini akan mengembalikan

sejumlah yang sama dari macam keadaan yang sama pula.” Dengan tingkat

kemudahan dalam melakukan perjanjian pembiayaan maka anggota dapat merasakan

tingkat kepuasan didorong dengan pelayanan bagi hasil yang rendah.32

Hanya ada dua pilihan yaitu sukses dalam pengembangan produk sehingga

menghasilkan produk yang unggul, atau gagal dalam pencapaian tujuan bisnisnya

karena produk yang tidak mampu bersaing di pasar. Pengembangan produk juga

berkaitan dengan pelayanan bagi hasil, dimana dengan memberikan bagi hasil

rendah anggota dapat mengelola pembiayaan kebutuhan dalam kehidupan sehari-

32 Hasan A, 2010, Marketing Bank Syariah (Bogor: Ghalia Indonesia), hlm. 17.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

34 | P a g e

hari, serta pelayanan yang diberikan hal ini disebabkan karena unsur kepercayaan

menjadi faktor kunci bagi bank-bank untuk memenangkan persaingan. Bisnis

perbankan merupakan bisnis jasa yang berdasar pada azas kepercayaan yang

didukung keunggulan produk, serta pelayanan yang diberikan. Selanjutnya faktor

ketiga adalah layanan yang diberikan oleh perbankan kepada nasabahnya, dimana

semakin baik kualitas pelayanannya maka akan semakin tinggi pula nilai nasabah

terhadap perbankan tersebut. Tinggi kualitas pelayanan juga tidak lepas dari

dukungan internal perusahaan, terutama dukungan dari sumber daya manusianya.33

Berdasarkan fenomena yang terjadi pada perjanjian pembiayaan dengan

pelayanan bagi hasil rendah terhadap tingkat kepuasan anggota BMT NUSYA

Baureno Bojonegoro, bahwa pelayanan yang diberikan kepada nasabah dianggap

masih kurang, seperti karyawan tidak ramah dengan nasabah, karyawan tidak

melayani dengan ramah. Hal ini akan mempengaruhi kepuasan nasabah, sehingga

dengan ketidakpuasan nasabah maka perlunya dilakukan penelitian mengenai faktor-

faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah melalui perjanjian pembiayaan dengan

pelayanan bagi hasil rendah dimana bertujuan untuk mempengaruhi kepuasan

nasabah. Hal inilah yang mendasari peneliti tertarik untuk memilih judul: “Pengaruh

perjanjian pembiayaan bagi hasil rendah terhadap tingkat kepuasan anggota BMT

NUSYA Baureno Bojonegoro”.

B. Tinjauan Pustaka

Perjanjian

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada

seorang lain atau di mana dua orang itu salingberjanji untuk melaksanakan suatu hal.

Dari peristiwa ini,timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang

dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang

yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkain

perkataanyang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau

ditulis.34

33 Ziethaml Parasuraman dan Leonard L. Berry, 2005, “A Conceptual Model of Service Quality and Its

Implications for Future Research”, The Journal of Marketing, Vol. 49, No. 4 (Autumn, 2005), hlm.

45. 34 R. Subekti, 2013, Hukum Perjanjian (Jakarta: PT Intermesa), hlm. 23.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

35 | P a g e

Berdasar pengertian yang diberikan di atas, dapat disimpulkan bahwa para

pihak atau subyek dalam perikatan ada dua, yaitu:35

1. Pihak yang berhak atas sesuatu, disebut Kreditur.

2. Pihak yang berkewajiban melaksanakan sesuatu, disebut Debitur.

Perjanjian terjadi jika terdapat suatu persetujuan dimana dua orang atau lebih

saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam harta lapangan

kekayaan.36 Dari definisi di atas, secara jelas terdapat konsensus antara para pihak,

yaitu persetujuan antara pihak satu dengan pihak lainnya. Selain itu juga perjanjian

yang dilaksanakan terletak pada lapangan harta kekayaan.

Perjanjian Pembiayaan

Lembaga pembiayaan adalah bagian dari lembaga keuangan. Pengertian

Lembaga Pembiayaan (financing institution) menurut Pasal 1 butir 2 Keputusan

Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 1988 tentang Lembaga Pembiayaan

yaitu: “Badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk

penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari

masyarakat”.37

Peraturan tersebut diatas telah dirubah dengan Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan

yaitu: ”Badan usaha di luar bank dan lembaga keuangan bukan bank yang khusus

didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha lembaga

pembiayaan”.38

Suatu kontrak tertulis yang dibuat hanya oleh salah satu pihak dalam kontrak

tersebut, bahkan seringkali sudah tercetak dalam bentuk formulir-formulir tertentu

oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kontrak tersebut ditandatangani

umumnya para pihak hanya mengisikan data-data informative tertentu saja dengan

sedikit atau tanpa perubahan dalam klausul-klausulnya, dimana pihak lain dalam

kontrak tersebut tidak mempunyai kesempatan untuk menegoisasi ataumengubah

klausul-klausul yang sudah dibuat oleh salah satu pihak, sehingga kontrak baku

35 Ibid. hlm 24. 36 Abdulkadir Muhammad, 2009, Hukum Perikatan (Bandung: Alumni), hlm. 16. 37 Purwahid Patrik, 2014, Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian dan

Dari Undang-Undang (Bandung: CV. Mandar Maju), hlm. 121. 38 Ibid.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

36 | P a g e

sangat berat sebelah. Penggunaan perjanjian baku dalam kontrak-kontrak yang

biasanya dilakukan oleh pihak yang banyak melakukan perjanjian yang sama

terhadap pihak lain, didasarkan pada Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, bahwa semua

perjanjian yang dibuat secara sah berlakusebagai undang-undang bagi mereka yang

membuatnya.39

Bentuk perjanjian pembiayaan konsumen yaitu perjanjian baku berasal dari

terjemahan dari bahasa Inggris yaitu standart contract. Standar kontrak merupakan

perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir.

Penyusunan perjanjian baku telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak,

terutama pihak ekonomi kuat, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk

menerima atau menolak isinya.

Bagi Hasil

Perbedaan antara sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi lainnya

adalah terletak pada penerapan bunga. Dalam ekonomi Islam, bunga dinyatakan

sebagai riba yang diharamkan oleh syariat islam. Sehingga dalam ekonomi yang

berbasis syariah, bunga tidak diterapkan dan sebagai gantinya diterapkan sistem bagi

hasil yang dalam syariat Islam dihalalkan untuk dilakukan.40

Dalam aplikasinya, mekanisme penghitungan bagi hasil dapat dilakukan

dengan dua macam pendekatan, yaitu:41

1. Pendekatan profit sharing (bagi laba): Penghitungan menurut pendekatan ini

adalah hitungan bagi hasil yang berdasarkan pada laba dari pengelola dana, yaitu

pendapatan usaha dikurangi dengan biaya usaha untuk memperoleh pendapatan

tersebut.

2. Pendekatan revenue sharing (bagi pendapatan): Penghitungan menurut

pendekatan ini adalah perhitungan laba didasarkan pada pendapatan yang

diperoleh dari pengelola dana, yaitu pendapatan usaha sebelum dikurangi

dengan biaya usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut.

39 Munir Fuady, 2017, Strategi Pemasaran Syariah (Jakarta: PT Gramedia), hlm. 93. 40 Mardani, 2011, Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah (Jakarta: PT Grafindo Persada), hlm. 31. 41 Ibid. hlm. 35.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

37 | P a g e

Kualitas Pelayanan

Kualitas merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa,

manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sehingga

definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan

keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan

konsumen.42

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari

perbandingan kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-

harapannya. Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Hal ini

dapat membawa dampak negatif bagi perusahaan yaitu dapat menurunkan jumlah

pelanggan dan menyebabkan pelanggan tidak tertarik lagi menggunakan jasa

perusahaan sehingga akan menurunkan laba perusahaan.43

Pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan pelanggan

yang merasa puas. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan beberapa

manfaat antara lain, hubungan yang harmonis antara perusahaan dan konsumennya,

memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas

pelanggan dan membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth)

yang menguntungkan bagi perusahaan.44

Kualitas pelayanan didefinisikan sebagai penilaian pelanggan atas keunggulan

atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh. didefinisikan

sebagai penilaian pelanggan atas keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau

layanan secara menyeluruh.45 Banyak kriteria atau ukuran kualitas yang bervariasi

dan cenderung terus dapat berubah sepanjang waktu, maka tidaklah mudah untuk

mendefinisikan kualitas secara tepat. Namun demikian para ahli berpendapat bahwa

kualitas secara konvensional menggambarkan karakteristik langsung dari suatu

produk seperti performance, kehandalan, mudah dalam penggunaan, dan estetika.

Kualitas pelayanan yang baik sering dikatakan sebagai salah satu faktor penting

dalam keberhasilan suatu bisnis.

42 Fandy Tjiptono, 2014, Pemasaran Jasa: Prinsip, Penerapan, dan Penelitian (Yogyakarta: Penerbit

Andi), hlm. 11. 43 Philip Kotler, 2010, Manajemen Pemasaran Jilid I (Jakarta: PT Indeks), hlm. 63. 44 Fandy Tjiptono. Op. cit. hlm. 9. 45 M. J. Bitner dan V. A. Zeithaml, 2003, Service Marketing (3rd) (New Delhi: Mc.Graw Hill), hlm.

136.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

38 | P a g e

Pelayanan yang berkualitas menggambarkan kemampuan suatu perusahaan

menyajikan atau memenuhi apa yang dijanjikannya kepada pelanggan. Thomson, De

Souza, dan Gale (1998) menyatakan bahwa salah satu strategi sehubungan dengan

sukses dalam bisnis jasa adalah delivery of high service quality (pemberian kualitas

yang baik). Pelayanan yang berkinerja tinggi adalah pelayanan yang mampu

memuaskan kebutuhan pelanggan, atau dengan kata lain mampu melebihi harapan

dari pelanggan.46 Dengan demikian, kepuasan pelanggan merupakan evaluasi

purnabeli dimana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui

harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi

harapan.

C. Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian lapangan dengan

pendekatan kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif disebut sebagai metode

positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode

ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit atau

empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis.47 Metode ini disebut metode

kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan

statistik.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.48 Adapun yang menjadi populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh anggota BMT NUSYA Baureno Bojonegoro yang

berjumlah 246 anggota.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut.49 Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari

46 Ibid., hlm. 137. 47 Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta), hlm. 7. 48 Ibid., hlm. 80. 49 Ibid., hlm. 81.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

39 | P a g e

100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara10-15% atau 20-

25% atau lebih.50 Dalam hal ini, karena dalam penelitian ini jumlah populasinya

lebih dari 100 atau lebih tepatnya sebesar 246 anggota, maka sampel yang diambil

adalah sebesar 15% dari keseluruhan dari populasi yang ada dengan teknik Simple

Random Sampling, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 15% dari 246

anggota = 36 anggota.

Prosedur Pengumpulan Data

Metode yang digunakan peneliti dalam teknik pengumpulan data pada

penelitian ini, sebagai berikut.

1. Metode Wawancara

Digunakan sebagai tehnik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan

studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti.

2. Metode Angket atau Kuesioner

Kuesioner merupakan tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden

untuk dijawabnya.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Seperti

buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,

dan sebagainya.

D. Hasil dan Analisis

Analisis Korelasi

Analisis korelasi berguna untuk menentukan suatu besaran yang menyatakan

bagaimana kuatnya hubungan suatu variabel dengan variabel lainnya.

50 Suharsimi Arikunto, 2010, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: PT Rineka

Cipta), hlm. 134.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

40 | P a g e

Tabel 1. Output Uji Korelasi Produk

Moment

Correlations

X Y

X Pearson Correlation 1 .453

Sig. (2-tailed) .006

N 36 36

Y Pearson Correlation 453 1

Sig. (2-tailed) .006

N 36 36

Dari Tabel 1 menunjukkan hasil korelasi variabel X dan variabel Y, nilai

yang diperoleh sebesar 0,453, berarti terdapat hubungan yang sedang antara variabel

perjanjian pembiayaan (X) terhadap kepuasan anggota (Y). Uji signifikansi

ditunjukkan oleh tabel korelasi.

Hipotesis penelitian yang akan diuji dirumuskan sebagai berikut:

Ha = perjanjian pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan anggota.

H0 = perjanjian pembiayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

anggota.

Keputusan:

1. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas sig

(0,05 < sig) maka H0 diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

2. Jika nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas sig

(0,05 > sig) maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

Dari tabel correlation pada variabel perjanjian pembiayaan (X) dan variabel

kepuasan anggota (Y), terdapat nilai sig. (2-tailed) sebesar 0,006, jika dibandingkan

dengan nilai probabilitasnya 0,05, ternyata nilai sig. (2-tailed) lebih kecil dari

probabilitas 0,05 (0,006 < 0,05). Maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan,

maka disimpulkan bahwa perjanjian pembiayaan mempunyai hubungan yang

signifikan terhadap kepuasan anggota.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

41 | P a g e

Koefesien Determinasi

Tabel 2. Output Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .453a .205 .182 3.17371

a. Predictors: (Constant), X

b. Dependent Variable: Y

Hasil analisis regresi diperoleh besarnya koefesien determinasi (R2) sebesar

0,205. Besarnya koefesien determinasi tersebut menunjukkan bahwa pengaruh

variabel independen (perjanjian pembiayaan) terhadap variabel dependen (kepuasan

anggota) adalah sebesar 0,205 atau 20,5%, sedangkan sisanya 79,5% (100% - 20,5%)

dipengaruhi oleh faktor lain diluar model ini.

Uji Hipotesis

Uji t untuk menguji signifikansi antara variabel independen (X) dan variabel

dependen (Y), terdapat persamaan regresi (Y = 23,342 + 0,373) yang selanjutnya

akan diuji apakah memang valid atau tidak untuk memprediksi antara variabel

tersebut.

Adapun hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut:

Ha = perjanjian pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan anggota.

H0 = perjanjian pembiayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan anggota.

Tabel 3. Output Uji t

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 23.342 4.454 5.241 .000

X .373 .126 .453 2.963 .006

a. Dependent Variable: Y

Keputusan:

1. Jika nilai t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima, Artinya signifikan.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

42 | P a g e

2. Jika nilai t hitung < t tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak, Artinya tidak

signifikan.

Ternyata nilai t sebesar 2,963 > 1,895 atau t hitung lebih besar dari pada t

tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.

Pengaruh Perjanjian Pembiayaan terhadap Tingkat Kepuasan

Berdasarkan hasil penelitian, pihak BMT NUSYA Baureno Bojonegoro lebih

mengedepankan kepuasan pelanggan (kepuasanan pelayanan pada anggota). Untuk

meningkatkan kepuasan anggota, pihak manajemen BMT mengupayakan dalam

menjalankan perjanjian pembiayaan, peningkatan kepuasan anggota bisa bertambah

lantaran adanya peningkatan pada produk pasar baureno. Dalam artian semakin

banyak jumlah anggota yang melakukan perjanjian pembiayaan bagi hasil rendah,

maka tingkat kepuasan anggota di BMT Nusya Baureno semakin meningkat.

Pernyataan tersebut didapatkan penulis saat melakukan wawancara kepada manajer

BMT Nusya.

Berdasarkan hasil penelitian kemudian diadakan analisis yang merupakan

pengolahan lebih lanjut dari hasil uji hipotesis. Dalam analisis ini akan dibuat

semacam interprestasi dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi

yang diproses antara variabel X dan Y. Dalam pelaksanaan langkahnya adalah

melakukan perhitungan uji t, apakah terletak di daerah penerimaan H0 atau

penolakan H0. Berdasarkan uji t pada variabel perjanjian pembiayaan, t hitung =

2,963 yang lebih besar dari t tabel = 1,895 (2,963 > 1,895 ). Hal ini merupakan bukti

terjadinya penolakan H0 penerimaan Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan anggota.

Besarnya pengaruh perjanjian pembiayaan pada BMT NUSYA Baureno

Bojonegoro terhadap kepuasan anggota (R2) adalah sebesar 0,205 atau 20,5%. Hal

ini menunjukkan bahwa perjanjian pembiayaan tersebut kecil sekali pengaruhnya

terhadap kepuasan pelanggan, sedangkan sisanya sebesar 79,5% dipengaruhi oleh

faktor lain perjanjian pembiayaan dari BMT NUSYA Baureno Bojonegoro. Karena

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan anggota, perjanjian

pembiayaan memiliki peranan dalam operasional BMT NUSYA Baureno

Bojonegoro dan mempertahankan kelangsungan hidup usaha. Tingkat kepuasan

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

43 | P a g e

anggota anggota dapat meningkat apabila pihak BMT NUSYA Baureno Bojonegoro

mampu meningkatkan perjanjian pembiayaan salah satunya dalam meningkatkan

promosi penjualan dam meningkatkan kualitas pelayanan yang menjamin kepuasan

anggota.

E. Penutup

Simpulan

Dalam hal ini hasil pengolahan data menggunakan alat analisis regresi linier

sederhana mengenai perjanjian pembiayaan terhadap tingkat kepuasan di BMT

NUSYA Bojonegoro, maka dapat diambil simpulan, bahwa dalam hal perjanjian

pembiayaan di BMT NUSYA Bojonegoro lebih mengedepankan kepuasan

pelanggan (kepuasan pelayanan pada anggota) dalam melakukan perjanjian

pembiayaan bagi hasil rendah. Besarnya koefesien determinasi menunjukkan bahwa

pengaruh variabel independen (perjanjian pembiayaan) terhadap variabel dependen

(kepuasan anggota), dan hasilnya sebesar 0,205 atau 20,5%, sedangkan sisanya

79,5% (100% - 20,5%) dipengaruhi oleh faktor lain diluar model ini. Berdasarkan uji

t pada variabel, t hitung lebih besar dari t tabel, Hal ini merupakan bukti terjadinya

penolakan H0 dan penerimaan Ha. Kesimpulannya, variabel tersebut memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap minat menabung anggota.

Rekomendasi

Dalam penelitian yang peneliti lakukan tentunya mempunyai banyak

keterbatasan-keterbatasan, antara lain:

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada anggota menabung di BMT NUSYA

Bojonegoro, sehingga hasilnya tidak berlaku untuk anggota menabung di

koperasi lain.

2. Keterbatasan pengetahuan peneliti tentang perjanjian pembiayaan dan faktor-

faktor yang mempengaruhi minat menabung anggota, sehingga dalam

pembahasan tidak diuraikan secara lengkap.

3. Penelitian dilaksanakan selama penyusunan skripsi, waktu yang singkat inilah

yang dapat mempersempit ruang gerak peneliti, sehingga dapat berpengaruh

terhadap hasil penelitian yang penulis lakukan. Oleh karena itu, dalam penelitian

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

44 | P a g e

ini penulis menggunakan instrumen penelitian yang dapat mempersingkat waktu

penelitian yaitu dengan menyebar angket.

Setelah melihat keterbatasan tersebut, penulis memberikan saran sebagai

kritik kontraktif yang dilihat di lapangan, adapun saran-saran yang dapat penulis

berikut antara lain:

1. Kepada pegawai BMT NUSYA diharapkan untuk lebih meningkatkan perjanjian

pembiayaan bagi hasil rendah dalam operasionalnya.

2. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan acuan bagi penelitian lain untuk

mengembangkan maupun mengoreksi dan melakukan perbaikan seperlunya.

Daftar Pustaka

Abdulkadir Muhammad. 2009. Hukum Perikatan. Bandung: Alumni.

Fandy Tjiptono. 2014. Pemasaran Jasa: Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.

Yogyakarta: Penerbit Andi.

Hasan A. 2010. Marketing Bank Syariah. Bogor: Ghalia Indonesia.

M. J. Bitner dan V. A. Zeithaml. 2003. Service Marketing (3rd). New Delhi:

Mc.Graw Hill.

Mardani. 2011. Ayat-Ayat Dan Hadits Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Grafindo

Persada.

Munir Fuady. 2017. Strategi Pemasaran Syariah. Jakarta: PT Gramedia.

Philip Kotler. 2010. Manajemen Pemasaran Jilid I (Terjemahan). Jakarta: PT

INDEKS.

Philip Kotler. 2010. Manajemen Pemasaran Jilid II (Terjemahan). Jakarta: PT

INDEKS.

Purwahid Patrik. 2014. Dasar-Dasar Hukum Perikatan (Perikatan Yang Lahir Dari

Perjanjian Dan Dari Undang-Undang. Bandung: CV. Mandar Maju.

R. Subekti. 2013. Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Intermesa.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Ziethaml Parasuraman dan Leonard L. Berry. 2005. A Conceptual Model of Service

Quality and Its Implications for Future Research. The Journal of Marketing,

Vol. 49, No. 4 (Autumn, 2005).

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

45 | P a g e

Pengaruh Pendidikan Kewirausahaan di

Lingkungan Keluarga dan Kampus

terhadap Niat Berwirausaha

Mahasiswa Ekonomi Syariah STAI Attanwir Bojonegoro

Mifta Hulaikah

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

Abstrak

Anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga dan sekolah, atau

kampus. Sehingga pendidikan merreka akan terpengaruh pada kedua lingkungan

tersebut. Mengajarkan anak berwirausaha penting karena berwirausaha dapatmenjadi

pilihan karir pasca mereka lulus di jenjang pendidikan. Mahasiswa STAI

ATTANWIR, khususnya prodi Ekonomi Syariah, memiliki latar belakang selain

sebagai mahasiswa juga mayoritas telah bekerja, sehingga jiwa wirausaha mereka

lebih dulu terbetuk dibanding mahasiswa yang belum atau tidak bekerja.

Sampel penelitian yang diambil adalah mahasiswa prodi Ekonomi Syariah pada

semester enam, yang baru saja menempuh matakuliah kewirausahaan, yaitu sejumlah

27 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan di

lingkungan keluarga memberikan pengaruh positif signifikan terhadap niat

wirausaha mahasiswa. Pendidikan kewirausahaan di lingkungan kampus tidak

berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha mahasiswa. Rekomendasi yang

dapat diberikan adalah pembelajaran kewirausahaan di lingkungan kampus,

khususnya pada matakuliah yang bersangkutan, lebih mengkreatifkan strategi,

metode, dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan berbasis

experiential learning.

Kata Kunci: Pendidikan Kewirausahaan Di Lingkungan Keluarga, Pendidikan

Kewirausahaan Di Lingkungan Kampus, Mahasiswa

A. Pendahuluan

Pendidikan pertama kali yang diperoleh oleh anak adalah pendidikan dari

dalam keluarga. Keluarga, khususnya orang tua, memiliki kewajiban dan tanggung

jawab pertama dan utama, berperan sebagai peletak dasar dari perkembangan

kekuatan pribadi yang berjiwa wirausaha. Namun terkadang orang tua justru kurang

mengerti bagaimana memberi pembelajaran yang baik dan efektif51. Ada beberapa

orang tua yang mendidik anak secara otoriter yang menganggap orang tua adalah

51 Soemanto, W. 2008, Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta (Jakarta: Bumi Aksara).

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

46 | P a g e

orang yang ditakuti dan berkuasa dalam keluarga sehingga anak menjadi tidak kreatif

dan kurang dinamis dalam mengembangkan ide dan kreativitasnya karena anak takut

berbuat salah di depan orang tuanya. Oleh karena itu perlu diperhatikan dalam

mendidik anak untuk mejadi kreatif terutama dalam penanaman jiwa berwirausaha.

Selain dari dalam keluarga, pendidikan anak juga dipengaruhi oleh pendidikan dalam

lingkungan sekolah atau kampus. Pendidikan secara formal ini, berperan

menyelenggarakan proses pendidikan secara resmi dengan ketentuan dan aturan yang

berlaku. Waktu terbanyak yang dihabiskan anak ada pada keluarga kemudian disusul

dalam sekolah atau kampus.

Berwirausaha adalah satu bidang pekerjaan yang dapat dijadikan pilihan bagi

seseorang ketika ia memutuskan untuk memasuki dunia kerja52 Mengajarkan tentang

berwirausaha samahalnya dengan mengajarkan tentang masa depan, tentang pilihan

karir yang bisa dijalani oleh mahasiswa pasca lulus dari dunia pendidikan formal.

Untuk memunculkan ketertarikan mahasiswa dalam berwirausaha dapat melalui

menimbulkan terlebih dahulu niat berwirausaha. Niat berwirausaha adalah ada

tidaknya keinginan seseorang untuk berwirausaha, atau untuk tujuan pembentukan

suatu usaha. Intention are assumed to capture the motivational factor that have an

impact on a behavior, they are indications of how hard people are willing to try, of

how much of an effort they are planning to exert, in order to perform the behavior53.

Diartikan bahwa niat merupakan faktor motivasi yang berdampak pada perilaku yang

mengindikasikan seberapa besar seseorang bersedia untuk mencoba untuk

melakukan sesuatu. Dengan pembelajaran kewirausahaan di lingkungan sekolah dan

keluarga diharapkan akan meningkatkan niat dalam membuka usaha sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan

kewirausahaan dalam lingkungan keluarga dan pendidikan kewirausahaan dalam

lingkungan kampus terhadap niat berwirausaha mahasiswa Ekonomi Syariah, STAI

ATTANWIR,khususnya pada semester enam. Mahasiswa ini dipilih untuk menjadi

sampel penelitian karena baru saja selesai menempuh pendidikan kewirausahaan

52 Awal, S. N, Muh. 2006, Kewirausahaan berbasis Spiritual (Yogyakarta: Kayon). 53 Ajzen, I, 1988, Attitudes, Personality, and Behavior (Chicago, Illinois: Dorsey Press).

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

47 | P a g e

pada semester sebelumnya. Sehingga diharapkan hasil penelitian dapat

mencerminkan kondisi yang sebenarnya.

B. Kajian Pustaka

B.1 Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah hal-hal atau upaya-upaya yang berkaitan dengan

penciptaan kegiatan atau usaha atau aktivitas bisnis atas dasar kemauan sendiri atau

mendirikan usaha dengan kemauan sendiri. Kewirausahaan adalah suatu proses

penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan masalah dan upaya

memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari54

B.2 Niat Berwirausaha

Niat atau intensi adalah suatu komponen yang ada pada diri individu yang

mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Niat juga

merupakan prediktor sukses dari perilaku karena ia menjembatani antara sikap dan

perilaku55. Selain itu intensi atau niat adalah tujuan atau maksud untuk berbuat

sesuatu 56. Intensi merupakan satu perjuangan guna untuk mencapai suatu tujuan 57.

B.3 Pendidikan Kewirausahaan dalam Lingkungan Keluarga

Dalam menumbuhkan semangat berwirausaha bermula dari pendidikan dari

keluarga. Karena pendidikan dalam keluarga mempengaruhi sikap, dan mental anak.

Perlakuan yang diterima anak dari keluarga sangat mempengaruhi perkembangan

dan kemampuan mereka. Pendidikan kewirausahaan dalam keluarga dapat berupa

pembelajaran untuk berhemat, menggunakan uang untuk hal yang bermanfaat,

menghasilkan barang dengan kreatifitas sendiri, dan lain sebagainya.

B.4 Pendidikan Kewirausahaan dalam Lingkungan Kampus

Tujuan utama program kewirausahaan adalah untuk membangun

kemampuan, pengetahuan dan pembentukan karakter yang penting bagi aktivitas

54 Zimmerer & Scarborough. 1996. Entrepreneurship and the New Venture Formation. Prentice Hall

Inc: New Jersey). 55 Ajzen, I. 1988, Attitudes, Personality, and Behavior (Chicago, Illinois: Dorsey Press). 56 Kartono, K. Dan Gulo, D. 1987, Kamus Psikologi (Bandung: Pianir Jaya). 57 Chaplin, J. P. 1997, Kamus Lengkap Psychologi: Second Edition. Vol. 13 (New york: John Wiley

Sons).

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

48 | P a g e

kewirausahaan58. Pendidikan kewirausahaan di sekolah bertujuan mengembangkan

potensi akademis dan kepribadian siswa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi,

sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan dunia kerja hal ini didukung oleh

pendapat Tujuan pengembangan kewirausahaan di sekolah, perguruan tinggi dan

masyarakat adalah meningkatkan jumlah wirausahawan yang berkualitas, ,

mewujudkan Kemampuan dan memantapkan para wirausaha untuk menghasilkan

kemampuan dan kesejahteraan masyarakat.

C. Analisis dan Hasil

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Ekonomi Syariah STAI

ATTANWIR pada semester enam, yang berjumlah 32. Teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan

kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa

yang aktif mengikuti perkuliahan kewirausahaan, yaitu sejumlah 27 orang.

Pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner yang diadaptasi dan diuji

validitas dan reliabilitas sebelum digunakan.

Hasil regesi yang diperoleh manyatakan bahwa pendidikan di lingkungan

keluarga berpengaruh signifikan terhadap niat berwirausaha. Hal ini ditunjukkan oleh

nilai sig yang diperoleh untuk variabel X1 adalah sebesar 0,022. Nilai ini masih lebih

kecil dibanding 0,05. Kedua, variabel X2, yaitu pendidikan wirausaha dilingkungan

kampus dinyatakan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap niat berwirausaha

mahasiswa. Nilai sig yang dihasilkan adalah sejumlah 0,109 yang terbukti nilai ini

lebih besar daripada 0,05. Berikut tabel hasil uji regresi untuk kedua variabel terebut

Tabel 1 Hasil Uji Regresi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized

Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 23.426 5.432 4.313 .000

58 O. C Hansenmark, 1998, “The Effect Of An Entrepreneurship Program On Need For Achievment

And Locus Of Control Of Reinforcement”, International Journal of Entrepreneurship Behavior and

Research, 4 (1), hlm. 28-50.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

49 | P a g e

X1 .362 .148 .425 2.454 .022

X2 .219 .132 .288 1.664 .109

a. Dependent Variable: Y

Tidak signifikannya pengaruh variabel pendidikan wirausaha dilingkungan

kampus karena strategi pembelajaran pendidikan kewirausahaan masih bersifat

konvensional, yaitu berpusat pada dosen, menggunakan metode pembelajaran

ceramah, dan kurang menekankan pada pembelajaran lapangan atau praktik. Hal

penting dalam penerapan pengajaran kewirausahaan lebih berkaitan tentang metoda

yang berdasar pada praktek (field-based) (seperti melalui pelatihan ketrampilan dan

keahlian) dan sedikit dukungan metoda pengajaran kelas (classroom-based) (seperti

metode permainan peran dan simulasi)59. Pembelajaran kewirausahaan

membutuhkan model pembelajaran bersifat student centered, proses pembelajaran

yang lebih menekankan pada kemampuan penalaran, memberikan pengalaman

langsung pada mahasiswa yaitu experiential learning (Dumiyati: 2015: 89).60

D. Penutup

Kesimpulan yang dapatdihasilkan dalam penelitian ini adalah bahwa

pendidikan kewirausahaan di lingkungan keluarga berpengaruh positif signifikan

terhadap niat berwirausaha mahasiswa Ekonomi Syariah, STAI ATTANWIR.

Kedua, pendidikan kewirauahaan di lingkungan kampus tidak berpengaruh signifikan

terhadap niat berwirausaha mahasiswa Ekonomi Syariah, STAI ATTANWIR. Saran

yang diberkan adalah keluarga hendaknya meningkatkan pendidikan kewirausahaan

bagi anak sengan berbagai macam cara dan pendekatan. Lingkungan pendidikan,

kampus, lebih memperbaiki strategi, metode dan pendekatan pembelajaran

kewirausahaan agar dapat meningkatkan niat mahasiswa dalam berwirausaha. Untuk

59 L.O Hamer, 2000, “The Additive Effects of Semistructured Classroom Activities on Student

Learning: An Application of Classroom-Based Experiential Learning Techniques”, Journal

of Marketing Education, Vol. 221, hlm. 25-34. 60 Dumiyati, 2015, “Pendekatan Experiential Learning Dalam Perkuliahan Kewirausahaan

Diperguruan Tinggi untuk Menghadapi Asean Economic Community (Suatu Kajian

Teoretis)”, Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

50 | P a g e

peneliti selanjutnya hendaknya memperbanyak sampel penelitian agar dapat

menghasilkan kesimpulan yang lebih baik.

Daftar Pustaka

Dumiyati. 2015. Pendekatan Experiential Learning Dalam Perkuliahan

Kewirausahaan Diperguruan Tinggi Untuk Menghadapi Asean Economic

Community (Suatu Kajian Teoretis). Prosiding Seminar Nasional 9 Mei 2015

I Ajzen. 1988. Attitudes, Personality, and Behavior. Chicago, Illinois: Dorsey Press

J. P. Chaplin. 1997. Kamus Lengkap Psychologi: Second Edition. Vol. 13. New york:

John Wiley Sons.

K. Kartono dan Gulo, D. 1987. Kamus Psikologi. Bandung: Pianir Jaya.

L.O. Hamer. 2000, The Additive Effects of Semistructured Classroom Activities on

Student Learning: An Application of Classroom-Based Experiential Learning

Techniques. Journal of Marketing Education, Vol. 221.

O. C. Hansenmark. 1998. The Effect Of An Entrepreneurship Program On Need For

Achievment And Locus Of Control Of Reinforcement. International Journal of

Entrepreneurship Behavior and Research, 4(1).

S. N Awal Muh. 2006. Kewirausahaan berbasis Spiritual. Yogyakarta: Kayon.

W Soemanto. 2008. Sekuncup Ide Operasional Pendidikan Wiraswasta. Jakarta:

Bumi Aksara.

Zimmerer & Scarborough. 1996. Entrepreneurship and the New Venture Formation.

Prentice Hall Inc: New Jersey.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

51 | P a g e

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah

pada Pembiayaan Sektor Perdagangan

di KJKS BMT NUSYA Baureno

Mundhori

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

Abstrak

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah pada pembiayaan sektor

perdagangan di KJKS BMT NUSYA Baureno. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah pembiayan pada

sektor perdagangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif,

adapun data yang diperoleh dari data primer dan skunder. Data primer diperoleh

melalui kuisioner dan wawancara baik dari karyawan ataupun nasabah yang

mengajukan pembiayaan sektor perdagangan di KJKS BMT NUSYA Baureno.

Sedangkan data sekunder diperoleh dari literature, internet dan data kepustakaan

lainnya. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode analisis regresi

berganda dengan menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0 for windows.Hasil

penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa variabel yang tidak mempunyai

pengaruh terhadap independennya, karena setelah dianalisis nilainya menunjukkan

angka negatif. Dari hasil analisis koefisien determinasi menunjukkan nilai 72,0%,

maka variabel independen mempunyai pengaruh sebesar 72,0% terhadap variael

dependen.

Kata Kunci: Pelayanan, Biaya Administrasi, Bagi Hasil, Kepuasan Nasabah.

A. Pendahuluan

Dari saat ini keuangan yang terutama dari lembaga keuangan syari’ah yang

telah diamati oleh masyarakat dapat beranggapan dengan lembaga keuangan yang

lebih nyaman, karena telah menggunakan prinsip bagi hasil dan akad-akad yang

sesuai dengan syari’at Islam. Masyarakat semakin percaya dengan adanya keuangan

syari’ah merekapun ingin mengetahui kualitas dari lembaga keuangan yang telah

menjadi faktor yang telah ditentukan oleh keberhasilan sebuah usaha dalam bisnis

perbankan dan lembaga keuangan syari’ah, tetapi juga mencangkup semua bidang

usahanya. Kepuasan setiap nasabah terdapat untung dan rugi dalam sebuah

pemasaran dapat juga meneliti dari setiap nasabah.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

52 | P a g e

Perusahaan selalu menerapkan pengamatan tingkat kepuasan dalam

menetapkan sasaran yang telah meningkat, seperti di KJKS BMT NUSYA Kec.

Baureno Kab. Bojonegoro tambah mencapai tingkat kepuasan nasabah, maka arah di

KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro sudah benar. Tetapi jika

keuntungannya itu dapat meningkatkan kepuasan nasabah, maka arahnya salah.

Keuntungan perusahaan dapat diimbangi dengan meningkatnya kepuasan dari suatu

perusahaan juga dapat dilihat dari keuntungan di masa yang akan datang.

Faktor penentu adanya tingkat keberhasilan pada suatu perusahaan dapat

member pelayanan pada nasabah yang telah mencapai pangsa pasar yang lebih tinggi

dan dapat meningkatkan laba dari perusahaan, sangat ditentukan terhadap nasabah,

maka arah di KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro sudah benar.

Tetapi jika keuntungannya itu dapat meningkatkan kepuasan nasabah, maka arahnya

salah. Keuntungan perusahaan bisa diimbangi dengan meningkatnya kepuasan dari

suatu perusahaan juga dapat dilihat dari keuntungan dimasa yang akan datang.

Faktor penentu adanya tingkat keberhasilan pada suatu perusahaan dapat

memberi pelayanan kepada nasabah yang telah mecapai pangsa pasar yang lebih

tinggi dan dapat meningkatkan laba pada perusahaan, sangat ditentukan oleh

pendekatan masyarakat dengan adanya konsekuensi atas suatu produk islam dan jasa

yang memiliki oleh perusahaan sehingga dapat mempertahankan strategi agar dapat

mencapai pangsa pasar yang lebih tinggi dan dapat meningkatkan laba pada

perusahaan, sangat ditentukan oleh pendekatan masyarakat dengan adanya

konsekuensi atas suatu produk Islam dan jasa yang dimiliki oleh perusahaan

sehingga dapat mempertahankan strategi agar dapat mencapai kesuksesan dalam

menghadapi persaingan pasar.

Nilai standard pada pelanggan adalah selisih antara jumlah nilai bagi nasabah

dan jumlah nilai nasabah yaitu sekelompok keuntungan yang diharapkan oleh

nasabah dari barang dan jasa pada perusahaan. dan terdapat tiga macam nilai yang

diberikan kepada nasabah, yaitu :

Kepercayaan (Reability), Ketahanan (Durability), Kinerja (Performace).

Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah membandingkan kinerja /

kepuasan hasil yang mereka rasakan dibanding dengan harapannya. Dari tahun

ketahun tingkat kepuasan nasabah di KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

53 | P a g e

Bojonegoro sering mengalami pasang surut, maka dari itu di KJKS BMT NUSYA

Kec. Baureno Kab. Bojonegoro dapat meningkatkan kualitas layanannya yang lebih

mendalam, sehingga nilai dalam produk-produk Islam ini terdapat kepuasan nasabah

agar dapat lebih meningkat dan percaya, agar nasabah merasa puas dengan tabungan,

produk dan jasa bagi masyarakat dan dapat juga mempromosikan secara langsung

agar di KJKS BMT NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro perlu meyakinkan

nasabahnya agar tetap percaya dengan adanya koprasi tersebut.

Permasalahannya adalah bagaimana cara mempertimbangkan, mengevaluasi

dan merumuskan kebijakan - kebijakan dalam memberikan jasa pelayanan yang baik,

dapat menetapkan administrasi yang mudah, dan dapat menetapkan bagi hasil

(nisbah) yang adil, pengawasan pengelolahan dana pembiayaan, serta memberikan

kualitas yang oprasional sehingga kebijakan tersebut dapat sesuai dengan kebutuhan

yang diharapkan oleh nasabah.

Penelitian ini penting, karena dengan menggunakan penelitian maka dapat

mengetahui bahwa kebutuhan dan keinginan nasabah. Lembaga keuangan dapat

menawarkan hal - hal yang berbeda dengan pesaingnya. Dengan melihat hubungan

antara fenomena tersebut, maka peneliti mengangkat judul

"Faktor - Faktor Yang Mempengarui Kepuasan Nasabah Pada Pembiayaan

Sektor Perdagangan KJKS Nusya Kec. Baureno Kab. Bojonegoro Priode Tahun

2013 - 2014".

B. Kajian Pustaka

B.1. Pengertian Kepuasan Pelanggan

Kepuasan merupakan tingkat perasaan di mana seorang menyatakan hasil

perbandingan antara hasil kerja produk atau jasa yang diterima dengan apa yang

diharapkan. Enggel (1994), kepuasan pelanggan yang merupakan evaluasi purnabeli

di mana alternative yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil yang sama

atau telah melampui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuaskan timbul apabila

hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan.61

61 Philip Kottler, 1997, Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol,

Alih Bahasa: Hendra Teguh, Ronny A. Rusli dan Benyamin Molan (Jakarta: Prenhallindo), hlm.

26.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

54 | P a g e

Kepuasan nasabah salah satu tujuan utama perusahaan khususnya perusahaan

jasa dalam hal ini adalah bank adalah menciptakan kepuasan pelanggan. Kepuasan

pelanggan sebagai hasi penelitian pelanggan terhadap apa yang diharapkan dengan

membeli dan mengkonsumsi suatu produk/jasa. Kemudian harapan tersebut

dibandingkan dengan kinerja yang diterimanya dengan mengkonsumsi produk/jasa

tersebut. Apakah keinginan yang diterimanya lebih besar (nominal sama) dari pada

harapannya, maka pelanggan merasa puas, sebaliknya kinerja yang diberikan dari

pemakaian produk/jasa tersebut lebih kecil dari pada apa yang diharapkan maka

pelanggan akan merasa tidak puas.

Ada tiga jenis kepuasan pelanggan yaitu:

a. Puas dengan produk/jasa bank yaitu karena kualitasnya tinggi serta

jangkauannya lebih luas

b. Puas dengan cara menjualnya

c. Ramah, sopan dan akrab

d. Murah senyum, menyenangkan, tanggap, cepat dan cermat

Nabi Muhammad SAW pernah menyinggung bahwa masalah kepuasan

manusia dengan hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, Hadis tersebut

menunjukkan bahwa orang yang memiliki kekayaan yang berupa harga berharga,

berharap ingin memiliki harga berharga lainnya yang lebih banyak dan jauh lebih

banyak lagi. Sifat manusia yang cenderung tidak pernah merasa puas atas apa

yang diperoleh, sehingga tidak ada yang disebut dengan kepuasan mutlak yang

pasti abadi.

B. 2. Metode Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Menurut Philip Kotler dalam Enggel, ada beberapa cara mengukur

kepuasan, yaitu:

a. Sistim keluhan dan saran

Perusahaan telah meminta keluhan dan saran dari pelanggan yang telah

membuka kotak saran baik melalui surat, telephon bebas pulsa, costumer hot

line, kartu komentar, kotak saran maupun berbagai sarana keluhan lainnya.

b. Survey kepuasan pelanggan

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

55 | P a g e

Perusahaan telah melakukan survey untuk mendeteksi komentar pelanggan,

diharapkan dari survey ini telah didapatkan umpan balik yang positif dari

konsumen.

c. Pembeli bayangan (ghost shopping)

Perusahaan telah menempatkan orang tertentu baik orang lain maupun dari

level menejemen itu sendiri sebagai pembeli keperusahaan lain atau

keperusahaan sendiri. Pembeli bayangan ini akan memberikan laporan

keunggulan dan kelemahan petugas pelayan yang telah melayaninya.

d. Analisa pelanggan yang lari (lost customer analysis)

Pelanggan yang hilang akan dihubungi, kemudian diminta alasan untuk

mengungkapkan mengapa mereka berhenti, pindah keperusahaan lain, adakah

sesuatu masalah yang terjadi yang tidak biasa diatasi atau terlambat diatasi.

B.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah Pembiayaan

Sektor Perdagangan

Kepuasan nasabah pembiayaan Syariah sektor perdagangan dipengaruhi

oleh berbagai faktor, dalam penelitian ini faktor yang menjadi variabel penelitian

adalah pelayanan, biaya administrasi, bagi hasil, dan Prinsip Islam.

a. Pelayanan

Menurut Endar Sugiarto (1999), penarikan nasabah baru melalui

pelayanan yang memuaskan lebih mudah daripada mempertahankan

pelayanan yang memuaskan terhadap nasabah lama.62

Menurut Djasmin Saladin (1996) pelayanan adalah tindakan langsung yang

diberikan perusahaan kepada konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan

keinginan konsumen demi terciptanya kepuasan dan loyalitas konsumen.63

Kepuasan berarti nasabah akan merasa sangat puas apabila komponen

kepuasan tersebut bisa terpenuhi secara lengkap. Itu artinya, jika pelayanan telah

terpenuhi secara lengkap, maka nasabah pun akan merasa sangat puas. Berikut

ini pelayanan yang lengkap dalam memenuhi kepuasan nasabah.

62 Endar Sugiarto, 1999, Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa (Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama), hlm. 65. 63 Djasmin Saladin, 1996, Unsur-Unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Ringkasan

Praktis Teori dan Di sertai Tanya Jawab (Bandung: Mandar Maju), hlm. 51.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

56 | P a g e

1) Tangibles (bukti fisik)

Merupakan bukti fisik yang harus dimiliki oleh karyawan bank, seperti

gedung, perlengkapan kantor, daya tarik karyawan, sarana komunikasi, dan

sarana fisik lainnya. Bukti fisik ini akan terlihat secara langsung oleh

nasabah. Oleh karena itu, bukti fisik ini harus menarik dan modern. Dalam

operasionalnya, BMT NUSYA kec. Baureno kab. Bojonegoro menyediakan

akses yang mudah dijangkau yaitu dengan pelayanan keliling (yaitu

karyawan mendatangi ke tempat nasabah) Karyawan juga berpenampilan

rapi dan komunikasi karyawan mudah dipahami oleh nasabah pembiayaan

sektor perdagangan.

2) Responsivitas (daya tanggap)

Yaitu adanya keinginan dan kemauan karyawan bank dalam memberikan

pelayanan kepada pelanggan. Untuk itu pihak manajemen bank perlu

memberikan motivasi yang besar agar seluruh karyawan bank mendukung

kegiatan pelayanan kepada nasabah tanpa pandang bulu. Karyawan BMT

NUSYA kec. Baureno kab. Bojonegoro tanggap dalam melayani nasabah

dan memberikan pelayanan tanpa membedakan status sosial nasabah.

3) Assurance (jaminan)

Adanya jaminan bahwa karyawan memiliki pengetahuan, kompetensi,

kesopanan, dan sifat atau perilaku yang dapat dipercaya. Hal itu penting agar

nasabah yakin akan transaksi yang mereka lakukan benar dan tepat sasaran.

4) Reliabilitas (kehandalan)

Yaitu kemampuan bank dalam memberikan pelayanan yang telah dijanjikan

dengan cepat, akurat, serta memuaskan pelanggannya. Untuk mendukung

tujuan tersebut, sebaiknya setiap karyawan diberikan pelatihan untuk

meningkatkan kemampuannya.

5) Emphaty (empati)

Yaitu mampu memberikan kemudahan serta menjalin hubungan dengan

nasabah secara efektif. Kemudian juga mampu memahami kebutuhan

individu setiap nasabahnya secara cepat dan tepat. Dalam hal ini masalah

prosedur kerja dihubungkan dengan tingkat pelayanan kepada nasabah.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

57 | P a g e

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Parasuraman dalam bahwa ada 5 hal

yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, yaitu

tangibles (bukti langsung), reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap),

assurance (jaminan), dan empathy (empati).

Pelanggan akan merasa puas dengan pelayanan yang sesuai dengan yang

diharapkan yang meliputi reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap),

assurance ( jaminan), empathy (empati) dan tangible (bukti langsung).64

b. Biaya Administrasi

Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran atau nilai pengorbanan untuk

memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk masa yang akan datang atau

mempunyai manfaat yang meneliti satu periode akuntansi tahunan.

Biaya adalah sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk

mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam jumlah uang

yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa.

Administrasi pembiayaan meliputi kegiatan berupa pengumpulan

informasi, penyajian data-data, pencatatan, penguasaan dokumen yang ada

kaitannya dengan proses kegiatan pembiayaan oleh unit-unit kerja terkait dalam

penyelenggaraan pengelolaan portfolio pembiayaan yang sehat. Biaya

administrasi adalah biaya atau upah yang diberikan kepada karyawan BMT

NUSYA atas jasanya dalam pengumpulan informasi, penyajian data-data,

pencatatan, dan penguasaan dokumen yang ada kaitannya dengan proses

kegiatan pembiayaan.

Biaya termasuk salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan

nasabah. Komponen ini berhubungan dengan biaya untuk memperoleh produk

atau jasa, yaitu biaya administrasi. Pelanggan akan semakin puas, apabila

biaya yang dikenakan relatif murah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan

produk atau pelayanan.

Biaya administrasi juga termasuk dalam harga dan harga dapat

mempengaruhi kepuasan nasabah, oleh karena itu dalam penentuannya harus

dipertimbangkan dengan baik. Biaya administrasi dikenakan untuk jasa-jasa

64 Handi Irawan, 2009, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo),

hlm. 38.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

58 | P a g e

yang memerlukan administrasi khusus. Pembebanan biaya administrasi biasanya

dikenakan untuk pengelolaan sesuatu fasilitas tertentu. Contoh biaya administrasi

seperti biaya administrasi pembiayaan dan administrasi lainnya.

Dalam operasionalnya di KJKS BMT NUSYA, biaya administrasi yang

dikenakan sebesar 2% untuk berapapun jumlah pembiayaan yang diambil dan

dibayar dimuka.

Contohnya, untuk pembiayaan Rp 5.000.000 x 2% = Rp 100.000 atau

untuk pembiayaan Rp 10.000.000 x 2% = Rp 200.000.

Biaya administrasi atau upah ini halal menurut agama Islam, hal itu

didasari oleh hadis Nabi mengenai upah. Menyegerakan pembayaran upah, dalam

hal ini adalah biaya administrasi adalah diperbolehkan. Karena pada dasarnya

pembayaran biaya ini memberikan semangat tolong menolong antar sesama, hal

itu memang sudah menjadi hak para karyawan atas waktu, pikiran dan

tenaganya dalam mengelola prosedur administrasi.

c. Bagi Hasil

Komponen harga sangat penting, karena dinilai mampu memberikan

kepuasan relatif besar. Harga yang murah akan memberikan kepuasan bagi

pelanggan yang sensitif terhadap harga, karena akan mendapat value for money

yang tinggi.

Harga juga mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi kepuasan.

Penentuan harga menjadi sangat penting untuk diperhatikan, mengingat harga

sangat menentukan laku tidaknya produk dan jasa perbankan. Salah dalam

menentukan harga akan berakibat fatal terhadap produk yang ditawarkan. Bagi

perbankan konvensional, harga adalah bunga, biaya administrasi, biaya provisi,

biaya kirim, biaya tagih, biaya sewa, biaya iuran dan biaya lain-lain.

Sedangkan harga bagi bank yang berdasarkan prinsip Syariah adalah bagi hasil.

Bagi hasil menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit

sharing. Profit sharing dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba.

Keuntungan/laba yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara

shohibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang

berkaitan dengan bisnisal mudharabah dapat dimasukkan dalam biaya operasional.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

59 | P a g e

Keuntungan bersih harus dibagi antara shohibul maal dengan mudharib sesuai

kesepakatan sebelumnya.

Al-mudhārabah dalam penelitian ini adalah jenis mudharabah

muqayyadah, yaitu kerja sama antara pihak pertama (BMT NUSYA) dan pihak

pengelola (pedagang) yang cakupannya dibatasi oleh waktu, spesifikasi usaha dan

daerah bisnis. Namun dalam operasionalnya di KJKS BMT NUSYA, pembiayaan

untuk sektor perdagangan merupakan Pembiayaan mudharabah saja tidak ada

spesifikasi muqoyyadah atau mutlaqoh.

Mengutip dari Ahmad Asy-Syarbasyi bahwa mudhārabah adalah akad

kerja sama antara dua pihak di mana pihak pertama menyediakan seluruh

modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha dibagi

menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi

ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian tersebut bukan akibat kelalaian

pengelola. Seandainya kerugian tersebut diakibatkan oleh kerugian pengelola

maka kerugian tersebut akan ditanggung oleh pengelola.

Dalam operasional di KJKS BMT NUSYA, para pedagang disediakan dana

sebesar yang diperlukan, seperti untuk biaya pengadaan barang dagangan.

Setelah melewati prosedur administrasi, seperti ditentukan nisbah bagi hasilnya,

akumulasi keuntungan, jangka waktu pengembalian, maka dana pembiayaan

tersebut dapat dikelola oleh pedagang. Seandainya terjadi kerugian yang

diakibatkan oleh pedagang, maka kerugian tersebut ditanggung oleh pedagang.

Namun berbeda ketika terjadi kerugian yang murni karena bencana alam atau

tidak di sengaja, dalam hal ini yang sering terjadi adalah banjir atau kebakaran,

maka kerugian ditanggung oleh pihak BMT dan untuk pokok pinjamannya

dikembalikan dengan perpanjangan waktu lagi.

Antara kedua pihak diadakan akad al-mudhārabah yang menyatakan

pembagian laba bersih masing-masing pihak. Demikian pula dalam

operasionalnya, KJKS BMT NUSYA juga selalu menjelaskan perhitungan nisbah

bagi hasil yang telah disepakati bersama. Penjelasan mengenai bagi hasil

bersamaan dengan pengajuan pembiayaan di awal. Akumulasi keuntungan dari

pedagang merupakan keuntungan bersih yang sudah dikurangi oleh biaya-biaya.

Seorang pedagang muslim yang baik, dalam transaksi perhitungan bagi hasil

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

60 | P a g e

hendaklah menggunakan prinsip-prinsip keadilan, kejujuran, transparansi, etika,

dan moralitas menjadi napas dalam setiap bentuk transaksi bisnisnya. Allah pun

telah menyuruh manusia agar berbuat adil sebagaimana dalam surat an-Nahl ayat

90.

Para ahli ekonomi Muslim menekankan bahwa ada kekuatan built-in dalam

sistem ekonomi Islam dalam menjamin stabilitas. Nejatullah Siddiqi dalam

Muhammad, menganalisis perilaku bagi hasil terhadap kondisi stabilitas ekonomi,

bahwa: “...the introduction of ratios of profit-sharing to replace rate of interest will

not destabilize the economy and that the change in the enterpreneural profit

will get communicated back all along the line”

Pernyataan tersebut menetapkan bahwa sistem ekonomi berdasarkan bagi

hasil akan juga menjamin alokasi sumber ekonomi yang lebih baik dan terjadinya

distribusi pendapatan yang lebih sesuai. Hal itu disebabkan karena dalam

penetapan nisbah bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh

pengelola.

Dalam penelitian ini berbuat dzālim itu seperti pihak pemilik dana

mengambil riba dan pihak peminjam berbohong mengenai hasil keuntungan.

Namun Allah memberikan iman dan takwa dalam diri setiap manusia agar

manusia kembali pada jalan yang benar ketika mereka lalai. Dan Allah Maha

Pengampun bagi hambaNya yang bertaubat.

Berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh

penyusun, nisbah yang diterapkan oleh KJKS BMT NUSYA adalah sesuai

dengan kondisi lingkungan pedagang. Faktor yang mempengaruhi penetapan nisbah

antara lain adalah:

1) Kondisi perekonomian anggota.

Jika nasabah hanya bermata pencaharian utama sebagai pedagang dan tidak

mendapat pendapatan dari sumber lain, maka BMT menawarkan nisbah bagi

hasilnya sebesar 80:20 yaitu 80 untuk pedagang dan 20 untuk BMT. Begitu juga

ketika pedagang yang mendapatkan pendapatan dari sumber lain, seperti sebagai

guru atau memiliki pekerjaan lain, maka nisbah bagi hasilnya bisa meningkat,

seperti 70:30 atau 60:40.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

61 | P a g e

2) Jenis usaha yang akan dilaksanakan, dalam penelitian ini perdagangan .

Perdagangan merupakan pembiayaan yang jangka waktu pengembaliannya

berbeda dengan yang lain, yaitu sebagian besar mingguan ataupun bulanan.

Dalam operasionalnya di BMT NUSYA, perhitungan keuntungan adalah hasil

akumulasi oleh pedagang dengan pengalaman mengelolaan dagang di masa lalu.

Simulasi pembiayaan sektor perdagangan yang ada di KJKS BMT

NUSYA Kec. Baureno Kab. Bojonegoro adalah sebagai berikut:

TABEL 2.1

SIMULASI PEMBIAYAAN DI BMT NUSYA

Perhitungan nisbah bagi hasil diperoleh dari jumlah pembiayaan yang

diambil, contohnya keuntungan diperkirakan Rp 3.000.000 dan kesepakatan

bersama atas keuntungan tersebut adalah 70:30 (pedagang:BMT) sehingga

keuntungan yang harus dibagi hasilkan kepada BMTsebesar Rp 3.000.000 x 30%

=sebesar Rp900.000 setelah panen. Jika jangka waktunya per bulan, maka

perhitungannya sebagai berikut:

TABEL 2.2

SIMULASI ANGSURAN PEMBIAYAAN DI BMT NUSYA

RINCIAN ANGSURAN PEMBIAYAANSEKTOR

PERDAGANGAN

Bulan AngsuranPokok Angsuran

Bagi Hasil

Total

Angsuran

- Pembiayaan 10.000.000

1 2.000.000 8.000.000 180.000 2.180.000

2 2.000.000 6.000.000 180.000 2.180.000

3 2.000.000 4.000.000 180.000 2.180.000

Output Data

Jumlah Pembiayaan yang

diambil

Rp10.000.000

Biaya Administrasi 2% Rp 200.000

Jangka Waktu Pembiayaan 5 Bulan

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

62 | P a g e

4 2.000.000 2.000.000 180.000 2.180.000

5 2.000.000 0 180.000 2.180.000

10.000.000 10.900.000

Seorang Muslim akan menerima keuntungan yang diperoleh didasari dari

dua perspektif. Pertama, perspektif waktu sekarang, yaitu masih hidup. Kedua,

perspektif waktu setelah mati, yaitu periode setelah meninggal atau kehidupan

alam kubur sampai dengan waktu saat manusia akan dihitung amal baik dan

buruknya selama hidup di dunia (dihisab). Adanya perspektif waktu setelah mati

membuat nasabah pembiayaan Muslim dapat menjelaskan mengapa seorang

nasabah pembiayaan Syariah bahkan bisa menerima keuntungan yang nilainya

kecil sepanjang itu halal.

d. Prinsip Islam

Masyarakat yang memiliki Prinsip Islam, yaitu masyarakat berusaha

melakukan kegiatan/tindakan yang tidak bertentangan dengan agama dan sesuai

dengan perintah agama. Umumnya masyarakat ada dalam lingkungan agama yang

mendukung, sehingga mereka memiliki pemahaman terhadap prinsip-prinsip agama

Islam dengan baik. Oleh karena itu, mereka memiliki informa dan pengetahuan

tentang perbankan Syariah. Hal itu menunjukkan bahwa nasabah dalam

mengambil pembiayaan di lembaga keuangan Syariah ingin mencapai tingkat

kepuasan, yaitu kepuasan duniawi dan ukhrawi (akhirat). Hal itu dikarenakan

jika tidak bisa meninggalkan sepenuhnya, maka setidaknya menghindari riba.

Masyarakat yang memiliki Prinsip Islam, yaitu mereka yang menyamakan

bunga bank adalah riba yang diharamkan, dan juga beranggapan bahwa dalam

kegiatan operasional konvensional terdapat kegiatan usaha yang tidak sejalan

dengan nilai-nilai dasar keuangan Syariah, seperti penyaluran dana kepada

kegiatan usaha dan jasa non haram, adanya kecenderungan kegiatan spekulatif

(maysir), pembagian keuntungan secara tidak adil (gharar). Sehingga mereka

mencari dan menggunakan produk dari lembaga yang menghindari riba, meskipun

tidak sepenuhnya bebas riba.

Allah telah jelas melarang riba, seperti dalam surat al-Baqarah ayat 275:

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

63 | P a g e

“Menerangkan dengan jelas bahwa orang-orang yang memakan riba tidak

akan dapat berdiri kecuali seperti kerasukan syaitan, tetapi kebanyakan manusia

malah suka memakan riba”.

B.2. Pengertian Pembiayaan

Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan

yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan seperti bank syari’ah kepada nasabah.

Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan yang

dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.

Menurut Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, “pembiayaan adalah penyediaan

uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau

kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan atau lembaga keuangan lainnya

dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya

setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan bagi hasil”.

Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas

penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan deficit

unit. Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998,

pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-

Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, tidak terdapat perbedaan definisi

yang signifikan antara kredit dengan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah.

Kredit didefinisikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat

dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam

meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah didefinisikan sebagai

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

64 | P a g e

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan bagi hasil.

Kedua definisi tersebut hanya dibedakan pada kredit diganti dengan kata

pembiayaan berdasarkan prinsip syari’ah, kata pinjam-meminjam dihilangkan untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut, dan akhirnya kata bunga diganti dengan

imbalan atau bagi hasil.

Istilah pembiayaan sebenarnya sudah identik dengan pinjaman berbasis syariah

untuk membedakan dengan konvensional yang menggunakan istilah kredit, dan

kedua istilah tersebut memiliki filosofi makna yang berbeda. Pembiayaan

berorientasi pada pinjaman untuk pembelian barang dan usaha sedangkan kredit

adalah pinjaman uang. Penekanan pembiayaan adalah pada kebutuhan barang dan

usaha sehingga berkembangnya uang karena hasil usaha atau jual beli barang (sektor

riil). Berbeda dengan kredit yang menekankan pada uang sehingga pertambahannya

uang karena uang itu sendiri.

1. Penerapan Pembiayaan Syariah

a. Pembiayaan musyarakah dapat diterapkan untuk usaha-usaha mikro/ sektor

informal seperti syirkah barang dagangan garmen, odal kerja bagi pedagang kaki

lima, kios, warung penjual makanan dan minuman. Musyarakah dapat

diterapkan untuk usaha yang berkelanjutan atau usaha yang bersifat proyek yaitu

sekali jadi dan selesai.

b. Pembiayaan murabahah sebenarnya untuk pembiayaan modal kerja karena aset

murabahah adalah aset yang dijual kembali. Aset yang dijual kembali artinya

persediaan barang dagang. Namun demikian, untuk pembiayaan mikro,

murabahah dapat diterapkan untuk pembiayaan modal seperti alat produksi,

peralatan usaha, tempat usaha yang tidak peramanen misalnya grobak untuk

PKL.65

2. Fungsi Pembiayaan

Pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah berfungsi membantu masyarakat

dalam memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan usahanya. Masyarakat merupakan

individu, dan lain-lain yang membutuhkan dana.

Secara perinci pembiayaan memiliki fungsi antara lain:

65 Mohammad Nizarul Alim, 2009, Pembiayaan Syari’ah untuk Usaha Mikro (Surabaya: PT. Bina

Ilmu Offset), hlm. 27.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

65 | P a g e

a. Pembiayaan dapat meningkatkan arus tukar- menukar barang dan jasa.

b. Pembiayaan merupakan alat yang dipakai untuk memanfaatkan idle fund.

c. Pembiayaan sebagai alat pengendali harga.

d. Pembiayaan dapat mengaktifkan dan meningkatkan manfaat ekonomi yang

ada.

3. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah Menurut sifat penggunaannya, pembiayaan

dapat dibagi menjadi dua hal berikut.

a) Pembiayaan Produktif

Yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam

arti luas yaitu untuk peningkatkan usaha, baik usaha produksi, perdagaangaan

maupun investasi.

b) Pembiayaan Konsumtif

Yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang

akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut jenis akadnya dalam produk pembiayaan syari’ah, pembiayaan

konsumtif dapat dibagi menjadi lima (5) bagian yaitu:

1) Pembiayaan Konsumen Akad Murabahah

2) Pembiayaan Konsumen Akad IMBT

3) Pembiayaan Konsumen Akad Ijarah

4) Pembiayaan Konsumen Akad Istishna’

5) Pembiayaan Konsumen Akad Qard + Ijarah .

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal

berikut:

a. Pembiayaan Modal Kerja

Yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan produksi, baik

secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu

peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; (b) untuk keperluan

perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

Berdasarkan akad yang digunakan dalam produk pembiayaan syari’ah, jenis

Pembiayaan Modal Kerja (PMK) dapat dibagi menjadi 5 macam yakni;

a) PMK Mudharabah

b) PMK Istisna’

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

66 | P a g e

c) PMK Salam

d) PMK Murabahah

e) PMK Ijarah

b. Pembiayaan Investasi

Yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital goods) serta

fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.66 (Antonio, 2001: 160-161).

a. Jenis kualitas Pembiayaan

Adapun kualitas pembiayaan (kredit) bank pada hakikatnya di dasarkan

atas risiko kemungkinan. Menurut bank terhdap kondisi dan kepatuhan nasabah

kredit dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar kepada

bank. Adapun penggolongan dari kualitas kredit pada nasabah adalah

a. Pembiayaan lancar (pass)

Kredit yang digolongkan lancar, apabila memenuhi kriteria

1. Pembayaran angsuran pokok atau bunga tepat waktu

2. Memiliki mutasi rekening yang aktif

3. Bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai (cash collateral)

b. Perhatian khusus (special mention)

Kredit yang digolongkan kedalam kredit dalam perhatian khusus adalah :

1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang belum melampaui 90

hari

2. Kadang-kadang terjadi cerukan

3. Mutasi rekening relative aktif

4. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan

5. Di dukung oleh pinjaman baru

c. Kurang lancar (substandard)

Kredit yang digolongkan kedalam kredit kurang lancar apabila

1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 90

hari

2. Sering terjadi cekungan

3. Frekuensi mutasi rekening relative rendah

66 Muhammad Antonio Syafi’i, 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani

Press), hlm. 160-161.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

67 | P a g e

4. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari

5. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur

6. Dokumentasi pinjaman yang lemah

d. Diragukan (Doubtful)

Kredit yang digolongkan ke dalam pembiayaan yang diragukan apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut

1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 180

hari

2. Terjadi cerukan yang bersifat permanen

3. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari

4. Terjadi kapitalisasi bunga

5. Dokumentasi hukum yang lemah baik untuk perjanjian pembiayaan

maupun pengikatan jaminan

e. Macet (Loss)

Kredit yang digolongkan ke dalam kredit macet apabila

1. Terdapat tunggakan angsuran pokok atau bunga yang telah melampaui 270

hari

2. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

3. Dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada

nilai wajar

f. Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah adalah suatu penyaluran dana yang dilakukan oleh

lembaga pembiayaan seperti bank syari’ah yang dalam pelaksanaan pembayaran

pembiyaan oleh nasabah itu terjadi hal-hal seperti pembiayaan yang tidak lancar,

pembiayaan yang debiturnya tidak memenuhi persyaratan yang dijanjikan, serta

pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran.67

g. Analisis Pembiayaan

Analisis pembiayaan merupakan suatu proses analisis yang dilakukan oleh

bank syariah untuk menilai suatu permohonan pembiayaan yang telah diajukan

oleh calon nasabah. Beberapa prinsip dasar yang perlu dilakukan sebelum

67 Adiwarman Karim, 2008, Ekonomi Mikro Islami (Jakarta: Raja Grafindo Persada), hlm. 260.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

68 | P a g e

memutuskan permohonan pembiayaan yang diajukan oleh calon nasabah antara

lain dikenal dengan prinsip 5C dan Analisis 6A.

1) Analisis 5C.

a) Character

Menggambarkan watak dan kepribadian calon nasabah.

b) Capacity

Analisis terhadap capacity ini ditunjukkan untuk mengetahui kemampuan

keuangan keuangan calon nasabah dalam memenuhi kewajibannya sesuai

jangka waktu pembiayaan.

c) Capital

Capital atau modal yang perlu disertakan dalam objek pembiayaan perlu

dilakukan analisis yang lebih mendalam.

d) Collateral

Merupakan agunan yang diberikan oleh calon nasabah atas pembiayaan

yang diajukan.

e) Condition of Economy

Merupakan analisis terhadap kondisi perekonomian, bank perlu

mempertimbangkan sektor usaha calon nasabah dikaitkan dengan kondisi

ekonomi.

2) Analisis 6A.

Analisis 6A, artinya terdapat enam aspek yang perlu dilakukan analisis

terhadap permohonan pembiayaan, yang terdiri dari:

a) Analisis Aspek Hukum

Analisis aspek hukum perlu dilakukan oleh bank syariah untuk evaluasi

terhadap legalitas calon nasabah.

b) Analisis Aspek Pemasaran

Aspek pemasaran merupakan aspek yang sangat penting untuk dianalisis

lebih mendalam karena hal ini terkait dengan aktivitas pemasaran produk

calon nasabah.

c) Analisis Aspek Teknis

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

69 | P a g e

Merupakan analisis yang dilakukan oleh bank syariah dengan tujuan

untuk mengetahui fisik dan lingkungan usaha perusahaan calon nasabah

serta proses produksi.

d) Anlisis Aspek Manajemen

Aspek manajemen merupakan salah satu aspek yang sangat penting

sebelum bank memberikan rekomendasi atas permohonan pembiayaan.

e) Analisis Aspek Keuangan

Anlisis aspek keuangan diperlukan oleh bank untuk mengetahui

kemampuan keuangan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya baik

kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.

f) Analisis Aspek Sosial-Ekonomi

Merupakan analisis yang dilakukan oleh bank untuk mendapatkan

informasi tentang lingkungan terkait dengan usaha calon nasabah.

C. Hasil dan Pembahasan

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu butir

pertanyaan (Sunyoto, 2012). Untuk melihat valid atau tidaknya yaitu dengan

membandingkan corrected item total correlation hasil rtabel. jika rhitung > rtabel maka

valid. Hasil uji validitas yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabel berikutnya:

TABEL 4.7

HASIL UJI VALIDITAS

Variabel Corrected Item Total

Correlatian

r tabel (0,05) 25 Ket.

X1.1 0,579 0,312 Valid

X1.2 0,477 0,312 Valid

X1.3 0,502 0,312 Valid

X1.4 0,509 0,312 Valid

X2.1 0,477 0,312 Valid

X2.2 0,558 0,312 Valid

X2.3 0,770 0,312 Valid

X3.1 0,596 0,312 Valid

X3.2 0,502 0,312 Valid

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

70 | P a g e

X3.3 0,451 0,312 Valid

X3.4 0,466 0,312 Valid

Y1 0,591 0,312 Valid

Y2 0,695 0,312 Valid

Y3 0,406 0,312 Valid

Y4 0,477 0,312 Valid

Sumber : data primer diolah 2017

Tabel 4.7 di atas merupakan tabel hasil uji validitas dengan yang diujikan

dengan menggunakan SPSS 16,0 for windows dimana dari hasil uji tersebut

dipaparkan hasil bahwasannya rhitung > rtabel maka dikatakan valid, rtabel = 0,312 dari

tabel diatas pada variabel pertama yaitu, mengenai pelayanan terdapat 4 item soal

ada 4 butir soal yang valid. Pada variabel kedua mengenai biaya administrasi

terdapat 3 item soal ada 3 butir soal yang dikatakan valid. Pada variabel ketiga

mengenai bagi hasil terdapat 4 item soal dan ada 4 butir nomor yang valid. Pada

variabel terakhir mengenai kepuasan nasabah terdapat 4 item soal dan ada 4 butir

soal yang valid.

1. Hasil Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan uji statistic Croncbach’s

Alpha dengan Software SPSS 16.0 for Windows. Hasil reliabilitas dari masing-

masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:

TABEL 4.8

HASIL UJI RELIABILITAS

Variabel Alpha

Cronbach

Standar Ket.

Pelayanan (X1) 0,423 0,312 Reliabel

Biaya

Administrasi (X2)

0,775 0,312 Reliabel

Bagi Hasil (X3) 0,356 0,312 Reliabel

Kepuasan Nasabah

(Y)

0,458 0,312 Reliabel

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

71 | P a g e

Sebagaimana terlihat pada tabel 4.9 bahwa semua variabel memiliki nilai

Cronbach’s Alpha > 0,312. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa seluruh

variabel dikatakan reliable atau konsisten. Artinya kuisioner penelitian ini memiliki

sifat dapat dipercaya, apabila dipergunakan berkali-kali oleh peneliti yang sama atau

oleh peneliti lain tetap akan memberikan hasil yang konsisten atau stabil dari waktu

ke waktu.

2. Hasil Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variable independen (independen). Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.

Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance > 0.10 atau sama dengan VIF <

10. Jika nilai VIF tidak ada yang melebihi 10, maka dapat dikatakan

bahwa moltikolinearitas yang terjadi tidak berbahaya (lulus uji

Multikolinearitas).

TABEL 4.9

UJI MULTIKOLINEARITAS

Variabel Tolerance VIF Keterangan

Pelayanan 0,456 2,192 Non multicolinearitas

Biaya admintrasi 0,608 1,644 Non multicolinearitas

Bagi hasil 0,378 2,644 Non multicolinearitas

Sumber ; data primer diolah 2014

Dari tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa seluruh data non multicolinear

karena pada variabel pelayanan nilai tolerance adalah 0,456, pada variabel biaya

administrasi 0,608, pada variabel bagi hasil 0,378 > 0,10 sedangkan angka VIF

pada variabel pelayanan 2,192, pada variabel biaya administrasi 1,644, pada

variabel bagi hasil 2,644 yang kesemua variabel mendapatkan nilai VIF < 10. Ini

menunjukkan bahwa ketika nilai VIF kurang dari 10 maka tidak mengalami

gejala multikolinearitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

72 | P a g e

Uji heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda

disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

GAMBAR 4.1

UJI HETEROSKEDASITAS

Dari gambar 4.1 diatas menunjukkan bahwasannya titik – titik menyebar

dibawah dan diatas sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur, jadi

kesimpulannya variabel bebas pelayanan, biaya administrasi, bagi hasil dan

prinsip islam diatas tidak terjadi heteroskedastisitas.

c. Uji Normalitas

Cara yang digunakan untuk menentukan data berdistribusi normal atau

tidak dengan menggunakan rasio skewness dan rasio kurtosis. Rasi skewness dan

rasio kurtosis dapat dijadikan petunjuk apakah suatu data berdistribusi normal

atau tidak. Rasio skewness adalah nilai skewness dibagi dengan standard error

skewness, sedangkan rasio kurtosis adalah nilai kurtosis bagi dengan standard

error kurtosis. Sebagai pedoman, bila rasio kurtosis dan skewness berada

diantara -2 hingga +2, maka distribusi data adlah normal (Santoso, 2000: 53).

Dari hasil penelitian dengan menggunakan uji normalitas hasilnya adalah

sebagai berikut:

Tabel 4. 11

Uji Normalitas

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

73 | P a g e

SKEWNESS

KURTOSIS

Statistic Std.

Error

Statistic Std.

Error

Unstandardized

Residual

Valid N

878 374 1,006 733

d. Sumber: Data diolah dengan SPSS 16.0 (dalam lampiran).

Berdasarkan hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa rasio skewness =

0,878/0,374 = 2. Sedangkan rasio kurtosis = 1,006/0,733 = 1,3. Karena rasio

skewness dan rasio kurtosis berada diantara -2 hingga +2, maka dapat

disimpulkan bahwa distribusi data adalah NORMAL.

3. Hasil Analisis Regresi Berganda

Untuk menduga besarnya koefisien regresi maka dilakukan uji analisis

regresi berganda Selanjutnya, koefisien regresi inilah yang akan menunjukkan

besarnya pengaruh variabel pelayanan, biaya adminitrasi, bagi hasil dan prinsip

islam. Dengan ini maka disajikan dengan tabel sebagai berikut ;

TABEL 4.12

UJI REGRESI BERGANDA

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.594 1.626 1.596 .119

pelayanan 346 .120 362 2.886 .007

biayaadmin .796 .124 .698 .6.425 .000

bagihasil .-105 .140 .-103 -750 .458

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

74 | P a g e

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.594 1.626 1.596 .119

pelayanan 346 .120 362 2.886 .007

biayaadmin .796 .124 .698 .6.425 .000

bagihasil .-105 .140 .-103 -750 .458

F 34,446 0,000

Adjusted R Square 0,720

Dari tabel 4.12 diatas terlihat bahwasannya constant B adalah 2.594

sedangkan pada variabel pelayanan adalah 0,346, biaya administrasi 0,796, bagi

hasil -0,105. Sehingga dapat disajikan model persamaan sebagai berikut ;

Y = 8.979 - 0,139X1 + 0,152X2 + 0,034X3 + 0,294X4 + ε

4. Hasil Uji Hipotesis

a. Uji F (Uji Kelayakan Model)

Uji statistik F atau uji model digunakan untuk menunjukkan secara bersama-

sama pengaruh semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model terhadap

variabel terikat. Berdasarkan table 4.12 menunjukkan bahwa F hitung

sebesar 34,446, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang masih

dibawah α sebesar 0,05. Maka keputusannya adalah menerima hipotesis yang

menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas

dengan variabel terikat.

b. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Koefisien determinasi berfungsi untuk melihat sejauh mana

keseluruhan variabel X (independen) dapat menjelaskan variebl Y

(dependen). Apabila angka koefisien determinasi semakin mendekati angka

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

75 | P a g e

1, maka pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen adalah

semakin kuat.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa nilai Adjusted R Square sebesar

0,72%. Hal ini berarti 72% variabel kepuasan nasabah pembiayaan

dipengaruhi oleh ketiga variabel independen. Hal ini diartikan bahwa peubah

independen dalam hal ini pelayanan, biaya administrasi, bagi hasil, dan

prinsip islam secara bersama-sama menjelaskan peubah terikat yaitu

kepuasan nasabah sebesar 72%, sedangkan sisanya 28,0% (100% - 72%),

dijelaskan oleh peubah lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

c. Uji Statistik t (UjiParsial)

Untuk menguji statistik t, maka dapat dilakukan dengan melihat

signifikansinya yang lebih kecil dari nilai α yaitu 5% atau 10%. Jika nilai

signifikansi < 0,05 atau 0,10 maka variabel independen (X) berpengaruh dan

signifikan terhadap variabel dependen (Y) secara parsial, begitu juga sebaliknya.

berdasarkan uji t yang terdapat pada table 4.12 dapat dianalisa sebagai berikut:

1) Variabel Pelayanan

Hasil uji t untuk variabel pelayanan diperoleh nilai signifikansi 0,07

dengan koefisien 0,346, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelayanan

mempunyai pengaruh positif. Ini berarti seberapa bagus pelayanan akan

mempengaruhi besarnya kepuasan nasabah.

2) Variabel Biaya Administrasi

Hasil uji t untuk variabel administrasi diperoleh nilai signifikansi 0,00

dengan koefisien 0,796, maka dapat dikatakan bahwa variabel administrasi

mempunyai pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan

nasabah.

3) Variabel Bagi Hasil

Hasil uji t untuk variabel bagi hasil diperoleh nilai signifikansi 0,458

dengan koefisien -0,105, maka dapat diartikan bahwa variabel bagi hasil

tidak mempunyai pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan

nasabah

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

76 | P a g e

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikatnya yaitu kepuasan

nasabah. Pelayanan adalah tindakan langsung yang diberikan perusahaan kepada

konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi

terciptanya kepuasan dan loyalitas konsumen. Biaya adalah pengeluaran-pengeluaran

atau nilai pengorbanan untuk memperoleh barang atau jasa yang berguna untuk

masa yang akan datang atau mempunyai manfaat yang meneliti satu periode

akuntansi tahunan.

Bagi hasil adalah komponen harga sangat penting, karena dinilai mampu

memberikan kepuasan relatif besar. Harga yang murah akan memberikan kepuasan

bagi pelanggan yang sensitif terhadap harga, karena akan mendapat value for

money yang tinggi. Kepuasan berarti nasabah akan merasa sangat puas apabila

komponen kepuasan tersebut bisa terpenuhi secara lengkap. Itu artinya, jika

pelayanan telah terpenuhi secara lengkap, maka nasabah pun akan merasa sangat

puas.

D. Penutup

Berdasarkan hasil pengolahan data yang menggunakan analisis regresi linier

berganda mengenai kepuasan nasabah BMT NUSYA Baureno maka di peroleh

kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara parsial variabel variabel Hasil uji t untuk variabel pelayanan diperoleh

nilai signifikansi 0,07 dengan koefisien 0,346, sehingga dapat disimpulkan

bahwa pelayanan mempunyai pengaruh positif. Ini berarti seberapa bagus

pelayanan akan mempengaruhi besarnya kepuasan nasabah.

2. Hasil uji t untuk variabel administrasi diperoleh nilai signifikansi 0,00 dengan

koefisien 0,796, maka dapat dikatakan bahwa variabel administrasi mempunyai

pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan nasabah.

3. Hasil uji t untuk variabel bagi hasil diperoleh nilai signifikansi 0,458 dengan

koefisien -0,105, maka dapat diartikan bahwa variabel bagi hasil tidak

mempunyai pengaruh positif terhadap variabel terikat yaitu kepuasan nasabah.

Daftar Pustaka

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

77 | P a g e

Al-Bukhari Abi Abdillah. 1937. Sahih Abi Abdillah Al-Bukhari bi Sharh Al-

Karmani, Juz 22. Kairo: Matba’ah al-Bahiyah al-Misriyah.

Bustanul Arifin. 2005. Pembangunan Pertanian: Paradigma Kebijakan dan Strategi

Revitalisasi. Jakarta: PT Grasindo.

Departemen Agama. 1989. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung: Lubuk Agung.

Djasmin Saladin. 1996. Unsur-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran

Ringkasan Praktis Teori dan Disertai Tanya Jawab. Bandung: Mandar

Maju.

Endar Sugiarto. 1999. Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Fandy Tjiptono. 1997. Strategi Pemasaran, Edisi ke-2. Yogayakarta: Andi.

Handi Irawan. 2009. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT. Elex Media

Komputindo.

Hendrie Anto. 2003. Pengantar Mikro Islami. Yogyakarta: Ekonisia.

Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing.

Jakarta: Bandung.

Ismail. 2011. Perbankan Syari’ah. Jakarta: PT. Fajar Interpratama Offset.

Kasmir. 2004. Manajemen Perbankan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mohammad Nizarul Alim. 2009. Pembiayaan Syari’ah untuk Usaha Mikro.

Surabaya: PT.Bina Ilmu Offset.

Muhammad Antonio Syafi’i. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta:

Gema InsaniPress.

Muhammad Muflih. 2006. Perilaku Konsumen dalam Perspektif Ilmu Ekonomi

Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muhammad. 2001. Teknik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syariah. Yogyakarta: UII

Press.

Philip Kottler. 1997. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi

dan Kontrol, Alih Bahasa: Hendra Teguh, Ronny A.Rusli dan Benyamin

Molan. Jakarta: Prenhallindo.

Veithzal Rivai. 2008. Islamic Financial; Management: Teori, Konsep dan Aplikasi

Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi dan

Mahasiswa. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

78 | P a g e

Analisis Budget (Anggaran) Kas sebagai Alat Perencanaan dan

Pengendalian Laporan Keuangan pada CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro

Nurul Fitriandari

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

Abstrak

Selama ini penyusunan anggaran kas yang dilakukan oleh CV. Sejahtera Sejati

masih belum optimal, karena hanya sebatas pada penyusunan estimasi pengeluaran

dan penerimaan kas yang belum lengkap. Oleh karena itu, diperlukan suatu

penelitian untuk mengetahui proses penyusunan anggaran kas sebagai usaha

antisipasi dalam menunjang kegiatan operasional perusahaan.

Penelitian ini menggunakan metode dan teknik pengumpulan data dengan analisis

varians, yaitu mencari selisih dari realisasi dan anggaran (budget) kas yang telah

disusun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis varians

terhadap penyusunan budget kas pada CV. Sejahtera Sejati masih terdapat banyak

penyimpangan untuk penerimaan kas maupun untuk pengeluaran kas. Pada tahun

2013, terjadi penyimpangan yang bersifat merugikan sebesar Rp. 13.141.000,00

dikarenakan banyaknya aktivitas pengeluaran yang tidak sesuai dengan besarnya

dana yang dianggarkan. Sedangkan di tahun 2014 terjadi penyimpangan yang

menguntungkan sebesar Rp. 11.861.000,00. Keadaan ini membuktikan bahwa CV.

Sejahtera Sejati Bojonegoro belum mampu melakukan pengendalian aktivitas

usaha yang telah direncanakan secara maksimal, maka diperlukan tindakan

korektif untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan keadaan yang akan terjadi

pada lingkungan usaha ini.

Kata Kunci: Budget (Anggaran) Kas, Laporan Keuangan.

A. Pendahuluan

Dana merupakan hal yang paling krusial bagi sebuah oganisasi maupun

perusahaan pada umumnya. Peran penting dana bagi perusahaan berkaitan sebagai

alat investasi melalui penanaman barang modal. Dana yang dimiliki oleh

perusahaan akan digunakan untuk membeli aktiva tetap, untuk memproduksi barang

dan jasa, membeli bahan-bahan untuk kepentingan produksi dan penjualan, dan lain-

lain. Dengan kata lain, masalah pendanaan membutuhkan perencanaan yang

matang, mulai dari perkiraan kebutuhan dana yang akan digunakan hingga kemana

saja dimungkinkan dana-dana tersebut akan dimanfaatkan.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

79 | P a g e

Sedangkan kas adalah kekayaan perusahaan berupa sejumlah dana yang ada

di perusahaan. Selain itu, kas juga merupakan salah satu unsur modal kerja yang

sangat penting, khususnya berkaitan dengan kegiatan dalam membiayai operasi

perusahaan sehari-hari.68 Dengan demikian, kas memiliki kedudukan sentral bagi

perusahaan dalam menjaga kelancaran operasi perusahaan, sekaligus sebagai

penunjang keputusan strategi jangka panjang pada periode usaha selanjutnya.

Oleh karena itu, setiap perusahaan membutuhkan pengelolaan kas secara

tepat guna untuk memfasilitasi pemanfaatan dana sebagai sumber investasi maupun

sumber operasionalnya. Manajemen kas perlu dilaksanakan secara akurat dengan

menyesuaikan pada kondisi riil perusahaan. Manajemen kas kerap melibatkan

pengelolaan uang kas perusahaan dalam usaha memaksimalkan ketersediaan kas

yang ada, pendapatan bunga, dan setiap dana yang menganggur.

Manajemen kas berusaha mengatur keuangan perusahaan agar bills dan

hutang dapat dipenuhi segera ketika posisi uang tersedia.69 Karena uang tidak selalu

masuk ke dalam bisnis pada tingkat tarif yang sama. Terkadang jika ada kelebihan

kas di tangan, maka pada waktu yang lain akan ada kekurangan kas. Kedua

peristiwa ini harus diantisipasi oleh perusahaan, sehingga suplus pendanaan yang

ada dapat digunakan sebagai keuntungan maupun untuk menutupi kekurangan.

Dengan demikian, perusahaan perlu menjaga agar saldo kas tetap terjaga pada

tingkat optimum.

Kegiatan manajemen kas sangat diperlukan dalam penyusunan anggaran kas.

Anggaran kas merupakan proyeksi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas

dalam periode tertentu. Jika pengelolaan anggaran kas dapat dikembangkan dengan

baik maka tujuan pokok dari penyusunan anggaran kas dapat terlaksana, yaitu untuk

merencanakan penganggaran kas seoptimal mungkin.70 Jumlah uang kas yang

berlebih maupun kurang mengandung resiko negatif bagi perkembangan stabilitas

kondisi keuangan perusahaan. Dimana kekurangan kas dapat mengakibatkan tidak

terbayarnya berbagai kewajiban yang memiliki jatuh tempo waktu tertentu, seperti

hutang gaji, hutang bunga bank, hutang dagang, dan sebagainya. Sebaliknya, kas

68 M. Munandar, 2007, Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoodinasian Kerja Pengawasan Kerja,

Edisi Pertama (Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada), hlm. 19. 69 Ibid., hlm. 20. 70 Belverd E. Needles, Henry R. Anderson, dan James C. Caldwell, 2005, Prinsip-prinsip Akuntansi

Edisi Kedua, Jilid 2 (Jakarta: Erlangga), hlm. 34.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

80 | P a g e

yang berlebihan akan berdampak pada penyerapan dana modal kerja yang

cenderung menjadi langka dan mahal, sehingga menaikkan beban tetap perusahaan.

Berkaca pada keadaan di atas, sudah sepantasnya jika kegiatan operasional

perusahaan harus direncanakan secara pasti, terutama dalam merencanakan batas-

batas dana yang tersedia. Perusahaan perlu memperkirakan penentuan jumlah kas

yang dapat dipertanggungjawabkan agar kegiatan operasi perusahaan dapat berjalan

sesuai dengan yang direncanakan. Karena itu, budgeting kas diterapkan pada

perusahaan untuk membantu dalam menentukan prioritas-prioritas tertentu

mengenai berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan pada waktu

yang akan datang, serta mengendalikan kegiatan operasional yang telah terencana.71

Sama halnya dengan CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro, sebuah badan usaha

yang bergerak di bidang pengadaan bahan-bahan kontraktor, membutuhkan

perencanaan matang dalam mengatur lalu-lintas kebutuhan pendanaannya. Selama

ini penyusunan Anggaran Kas yang dilakukan oleh CV. Sejahtera Sejati masih

belum optimal, dalam arti masih hanya sebatas pada penyusunan estimasi

pengeluaran dan penerimaan kas yang belum lengkap. Bahkan terkesan tidak efektif

dan efisien apabila digunakan untuk pengelolaan kas karena terkadang masih

seringkali terjadi masalah kekurangan pendanaan untuk kegiatan operasional

usahanya, akibat dari ketidakteraturan dalam pengelolaan kas perusahaan.

Penyusunan budget kas tersebut akan menggambarkan secara detail posisi

saat perusahaan mengalami keadaan surplus kas maupun defisit kas. Jika

perusahaan dapat mengetahui adanya defisit kas, maka dapat direncanakan terlebih

dahulu sebelumnya mengenai jenis-jenis sumber dana yang akan digunakan untuk

menutup keadaan defisit kas tersebut. Begitupun sebaliknya, jika perusahaan dapat

mengetahui adanya surplus kas, maka dapat direncanakan mengenai cara-cara untuk

memanfaatkan kelebihan dana tersebut secara efisien. Berdasarkan pemaparan di

atas, diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui proses penyusunan anggaran kas

sebagai usaha antisipasi untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan,

khususnya mengumpulkan informasi rinci mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

penyusunan budget kas secara ideal.

71 Supriyanto Y, 2005, Anggaran Perusahaan: Perencanaan dan Pengendalian Laba, Edisi Satu

(Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN), hlm. 62.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

81 | P a g e

B. Tinjauan Pustaka

Anggaran (Budgeting)

Anggaran adalah suatu rencana keuangan periodik yang disusun berdasarkan

program yang telah disahkan. Anggaran (budget) merupakan rencana tertulis

mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan

umumnya dinyatakan dalam satuan uang untuk jangka waktu tertentu.72 Anggaran

merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh

kegiatan perusahaan, dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan berlaku untuk

jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.73

Budgeting menunjukkan suatu proses, sejak dari tahap persiapan yang

diperlukan sebelum dimulainya penyusunan rencana, pengumpulan berbagai data

dan informasi yang diperlukan. Pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana

itu sendiri, implementasi dari rencana tersebut, sampai pada akhirnya tahap

pengawasan dan evaluasi dari hasil-hasil pelaksanaan rencana.74 Budget (anggaran)

ialah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan

perusahaan. Yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk

jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang.75

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa anggaran atau budget adalah

suatu proses dalam menyusun rencana keuangan periodik suatu organisasi, dimana

akan disusun dalam bentuk tertulis dan bersifat sistematis mulai dari tahap

perencanaan hingga tahap pengevaluasian dari rencana yang telah dilaksanakan

tersebut.

Budget Kas

Kas merupakan aktiva yang paling sensitif dan mudah ditransfer menjadi

aktiva lainnya. Akibatnya, terkadang kas rentan dari tindak kecurangan sehingga

diperlukan tindakan pengendalian intern yang optimal terhadap perubahan-

72 Nafarin M, 2007, Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi (Jakarta: Salemba Empat), hlm. 12. 73 Arfan Ikhsan dan Ida Bagus Agung Dharmanegara, 2010, Akuntansi dan Manajemen Keuangan

Rumah Sakit Edisi Pertama (Yogyakarta: Graha Ilmu), hlm. 163. 74 Supriyanto Y. Op. cit. hlm. 227. 75 M. Munandar. Op. cit. hlm. 1.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

82 | P a g e

perubahan kas pada perusahaan. Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan

untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek

yang diterima dari para pelanggan dan simpanan perusahaan di bank dalam bentuk

giro atau demand deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali

(dengan menggunakan cek atau bilyet).76 Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem

perencanaan yang matang, dimana kemudian tertuang dalam bentuk budget kas.

Sedangkan, anggaran kas adalah budget yang merencanakan secara lebih

terinci tentang semua jumlah kas beserta perubahan-perubahannya dari waktu ke

waktu selama periode tertentu di masa yang akan datang, baik perubahan yang

berupa penerimaan kas maupun yang berupa pengeluaran kas.77 Cash budget adalah

estimasi terhadap posisi kas untuk periode tertentu yang akan datang.78 Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa anggaran kas adalah suatu gambaran atas

seluruh rencana penerimaan dan pengeluaran uang tunai yang berkaitan dengan

rencana keuangan perusahaan maupun transaksi lainnya, dimana hasil akhirnya akan

menunjukkan perubahan posisi kas serta menunjukkan aliran kas pada periode

tertentu.

Perencanaan dan Pengendalian

Tingkat kompleksitas suatu masalah menyebabkan banyak kegiatan yang

harus kembali dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. Perencanaan adalah suatu

kegiatan atau proses penganalisisan dan pemahaman sistem, penyusunan konsep dan

kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan demi masa depan

yang baik.79

Secara umum perencanaan merupakan proses penentuan tujuan organisasi

(perusahaan) dan kemudian menyajikan (mengartikulasikan) dengan jelas strategi-

strategi (program), taktik-taktik (tata cara pelaksanaan program) dan operasi

(tindakan) yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan secara menyeluruh.80

76 Munawir, 2006, Analisa Laporan Keuangan Edisi Empat (Yogyakarta: Liberty), hlm. 14. 77 M. Munandar. Op. cit. hlm. 311 78 Bambang Riyanto, 2010, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan (Yogyakarta: BPFE UGM), hlm.

97 79 Soekidjo Notoatmodjo, 2006, Pengembangan Sumber Daya Manusia Edisi Revisi (Jakarta: Penerbit

Rineka Cipta), hlm. 11. 80 Erly Suandy, 2010, Perencanaan Pajak Edisi Keempat (Jakarta: Salemba Empat), hlm. 2.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

83 | P a g e

Perencanaan yang disusun haruslah merupakan suatu perhitungan yang akurat dan

cermat dari sebuah titik tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan keadaan inilah, maka

anggaran (budget) dimanfaatkan sebagai bentuk susunan perencanaaan yang matang,

khususnya berkaitan dengan perencanaan keuangan.

Anggaran pada umumnya berkaitan dengan berbagai kegiatan operasional

perusahaan, dan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi antar bagian

tersebut. Salah satu perencanaan yang cukup penting yakni perencanaan terhadap

kondisi keuangan dalam kas (kantung) perusahaan yang dapat segera dimanfaatkan

sebagai dana operasional usaha, dimana dalam perkembangannya disebut dengan

cash budget. Dengan demikian, budget kas merupakan dasar yang digunakan untuk

menyusun rencana operasional perusahaan guna mencapai tujuan yang telah

ditetapkan. Budget kas yang baik akan turut memperbaiki komunikasi manajerial

tujuan dan operasional perusahaan.

Proses penetapan standar dengan menerima umpan balik berupa kinerja

sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang diperlukan jika kinerja sesungguhnya

berbeda secara signifikan dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya.81

Pengendalian meliputi struktur organisasi dan semua cara-cara serta alat-alat yang

dikoordinasikan dan digunakan di dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga

keamanan harta milik perusahaan, memeriksa ketelitian dan kebenaran data

akuntansi, memajukan efisiensi di dalam operasi, membantu menjaga dipatuhinya

kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih dahulu.82

Kas merupakan alat pertukaran yang paling mudah dan umum digunakan.

Kas sebagai aktiva yang paling liquid (lancar) dan sering digunakan bagi perusahaan

dalam memenuhi kebutuhan usahanya, maka kondisi kas di suatu perusahaan kerap

sekali mengalami perubahan, baik kuantitas maupun kualitasnya. Oleh karena itu,

diperlukan suatu pengendalian yang berfungsi untuk mengontrol setiap perubahan

kas yang ada. Dalam hal ini, budget kas dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebagai

alat pengendalian terhadap kas untuk menopang kelangsungan masa depan

perusahaan.

81 Hansen dan Mowen, 2006, Management Accounting (Buku I) Edisi 7 (Jakarta: Salemba Empat),

hlm. 27. 82 Zaky Baridwan, 2009, Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode (Yogyakarta: BPFE

UGM), hlm. 13.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

84 | P a g e

C. Hasil dan Analisis

Perbandingan Budget Kas

Perbandingan laporan budget kas dilakukan dengan mencari selisih dari

penyusunan anggaran terhadap realisasinya. Angka-angka yang tercantum dalam

skedul budget kas akan dibandingkan dengan angka-angka yang tercantum dalam

laporan perealisasian budget kas tersebut. Selanjutnya, analisis terhadap laporan

budget kas ini akan membahas apakah terjadi penyimpangan-penyimpangan antara

budget kas dengan realisasinya. Kemudian, mencari tahu dampak dari adanya

penyimpangan tersebut lebih bersifat menguntungkan yang ditandai dengan huruf F

(favorable) atau bersifat merugikan yang ditandai dengan huruf U (unfavoravle).

Adapun hasil perbandingan laporan budget kas pada CV. Sejahtera Sejati

pada tahun 2013 dan tahun 2014 tersebut dapat dipaparkan pada tabel berikut ini.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

85 | P a g e

Tabel 1. Perbandingan dan Analisis Laporan Budget Kas Tahun 2013

(Sumber: Pengolahan Data CV. Sejahtera Sejati, 2015)

Budget Realisasi Selisih

(Rp) (Rp) (Rp) F U

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 4 ) - ( 3 ) ( 5 ) ( 6 )

A Estimasi Penerimaan

1 Penjualan tunai

a. Bahan bangunan 211.860.000 235.380.000 23.520.000 23.520.000 -

b. Alat laboratorium 78.779.000 81.299.000 2.520.000 2.520.000 -

c. Alat pertanian 168.509.000 157.278.000 (11.231.000) - 11.231.000

d. Alat tulis kantor 29.535.000 30.493.000 958.000 958.000 -

e. Meubelair 113.098.000 103.857.000 (9.241.000) - 9.241.000

f. Mesin elektrikal 77.435.000 82.145.000 4.710.000 4.710.000 -

g. Mesin perangkat lunak 93.305.000 96.197.000 2.892.000 2.892.000 -

h. Komputer 152.100.000 157.233.000 5.133.000 5.133.000 -

2 Pinjaman Bank 55.000.000 55.000.000 - - -

3 Pendapatan 36.499.000 36.499.000 - - -

4 Piutang 31.320.000 31.518.000 198.000 198.000 -

Jumlah Penerimaan 1.047.440.000 1.066.899.000 19.459.000 19.459.000 -

B Estimasi Pengeluaran

1 1. Pembelian tunai

a. Bahan bangunan 215.900.000 221.597.000 5.697.000 - 5.697.000

b. Alat laboratorium 156.205.000 148.520.000 (7.685.000) 7.685.000 -

c. Alat pertanian 93.480.000 136.635.000 43.155.000 - 43.155.000

d. Alat tulis kantor 61.750.000 68.092.000 6.342.000 - 6.342.000

e. Meubelair 99.140.000 97.886.000 (1.254.000) 1.254.000 -

f. Mesin elektrikal 77.435.000 80.154.000 2.719.000 - 2.719.000

g. Mesin perangkat lunak 92.114.000 92.292.000 178.000 - 178.000

h. Komputer 106.210.000 88.296.000 (17.914.000) 17.914.000 -

2 Dana operasional

a. Biaya gaji karyawan 45.860.000 45.860.000 - - -

b. Biaya listrik dan air 6.940.000 8.515.000 1.575.000 1.575.000

c. Biaya ekspedisi 1.654.000 2.404.000 750.000 750.000

d. Biaya perawatan 5.421.000 5.421.000 - - -

3 Hutang Agen 56.183.000 56.183.000 - - -

4 Biaya Bunga 12.251.000 11.618.000 (633.000) 633.000 -

5 Pajak 1.471.000 1.141.000 (330.000) 330.000 -

Jumlah Pengeluaran 1.032.014.000 1.064.614.000 32.600.000 - 32.600.000

Jumlah (A) - Jumlah (B) 15.426.000 2.285.000 (13.141.000) - 13.141.000

PERBANDINGAN ANALISIS

Hasil AnalisisURAIANNO

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

86 | P a g e

Tabel 2. Perbandingan dan Analisis Laporan Budget Kas Tahun 2014

(Sumber: Pengolahan Data CV. Sejahtera Sejati, 2015)

Sebagaimana pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa budget

kas merupakan sarana perencanaan kebutuhan akan dana yang harus dikeluarkan

oleh perusahaan maupun perencaaan akan dana yang akan diterima oleh perusahaan

dalam periode setiap bulan maupun setiap tahun kegiatan operasionalnya. Oleh

karena itu, budget kas memerlukan perencanaan secara terperinci mengenai berbagai

perubahan jumlah kas dari waktu ke waktu sebagai pedoman maupun pengawasan

aktivitas kerja para manajemen dalam suatu perusahaan.

Budget Realisasi Selisih

(Rp) (Rp) (Rp) F U

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) ( 4 ) - ( 3 ) ( 5 ) ( 6 )

A Estimasi Penerimaan

1 Penjualan tunai

a. Bahan bangunan 359.900.000 392.851.000 32.951.000 32.951.000 -

b. Alat laboratorium 66.326.000 75.723.000 9.397.000 9.397.000 -

c. Alat pertanian 129.660.000 119.352.000 (10.308.000) - 10.308.000

d. Alat tulis kantor 52.450.000 52.176.000 (274.000) - 274.000

e. Meubelair 176.932.000 205.894.000 28.962.000 28.962.000 -

f. Mesin elektrikal 126.007.000 102.327.000 (23.680.000) - 23.680.000

g. Mesin perangkat lunak 103.972.000 106.178.000 2.206.000 2.206.000 -

h. Komputer 202.870.000 232.767.000 29.897.000 29.897.000 -

2 Pinjaman Bank - - - - -

3 Pendapatan 53.830.000 89.471.000 35.641.000 35.641.000

4 Piutang 73.108.000 73.108.000 - - -

Jumlah Penerimaan 1.345.055.000 1.449.847.000 104.792.000 104.792.000 -

B Estimasi Pengeluaran

1 1. Pembelian tunai

a. Bahan bangunan 292.320.000 297.121.000 4.801.000 - 4.801.000

b. Alat laboratorium 147.118.000 158.005.000 10.887.000 - 10.887.000

c. Alat pertanian 196.560.000 212.560.000 16.000.000 - 16.000.000

d. Alat tulis kantor 85.960.000 94.682.000 8.722.000 - 8.722.000

e. Meubelair 79.422.000 93.966.000 14.544.000 - 14.544.000

f. Mesin elektrikal 139.610.000 117.754.000 (21.856.000) 21.856.000 -

g. Mesin perangkat lunak 95.415.000 92.565.000 (2.850.000) 2.850.000 -

h. Komputer 126.320.000 175.747.000 49.427.000 - 49.427.000

2 Dana operasional

a. Biaya gaji karyawan 58.966.000 64.966.000 6.000.000 - 6.000.000

b. Biaya listrik dan air 7.001.000 7.437.000 436.000 - 436.000

c. Biaya ekspedisi 1.500.000 2.308.000 808.000 - 808.000

d. Biaya perawatan 6.780.000 7.080.000 300.000 - 300.000

3 Hutang Agen 43.680.000 49.392.000 5.712.000 - 5.712.000

4 Biaya Bunga - - - - -

5 Pajak 5.125.000 5.125.000 - - -

Jumlah Pengeluaran 1.285.777.000 1.378.708.000 92.931.000 - 92.931.000

Jumlah (A) - Jumlah (B) 59.278.000 71.139.000 11.861.000 11.861.000 -

NO URAIAN

PERBANDINGAN ANALISIS

Hasil Analisis

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

87 | P a g e

Demikian pula halnya dengan CV. Sejahtera Sejati yang berusaha melakukan

tindakan antisipasi mengenai berbagai kebutuhan dana yang harus dikeluarkan dan

yang akan diterima dengan pengganggaran kas yang dilakukan setiap bulan. Pihak

manajemen perusahaan akan menilai kualitas perencanaan anggaran yang telah

disusun untuk memenuhi tujuan perusahaan, yakni meningkatkan perolehan laba

yang menguntungkan. Perencanaan yang telah disusun diharapkan dapat meminimal

tingkat kekeliruan pada pengambilan keputusan di dalam perusahaan, sehingga

perusahaan juga dapat memaksimalkan pada aktivitas-aktivitas usaha lainnya yang

lebih meningkatkan efektifitas kinerja usaha mereka.

Selain berkaitan dengan perencanaan, penyusunan budget kas ini juga

berhubungan dengan arus kuat maupun lemahnya pengendalian perusahaan. Dimana

budget kas kerap sekali dijadikan sebagai alat utama dalam menentukan standar

pelaksanaan kerja yang menagarahkan pada aktivitas pencapaian tujuan usaha.

Sedangkan kualitas pengendaliannya tampak pada hasil perbandingan antara

anggaran dengan realisasinya. Dimana selisih yang tercipta dapat menjadi gambaran

nyata sesuai dengan pencapaian kinerja perusahaan yang sesungguhnya, apakah

kinerja perusahaan dapat menciptakan penyimpangan yang menguntungkan atau

justru merugikan.

Perencanaan budget kas pada CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro sudah cukup

lama diberlakukan. Karena perusahaan ini memiliki lini produk yang ditawarkan

cukup banyak variasi model maupun jenis barang dagangannya. Sehingga

memerlukan perhitungan dan perencanaan akurat untuk memenuhi kebutuhan

pengadaan maupun pembelanjaannya, dengan harapan besarnya biaya yang

dikeluarkan tersebut dapat tertutupi oleh besarnya dana yang akan diterima. Akan

tetapi, penyusunan anggaran yang ada kurang dipersiapkan dengan matang dan

akurat. Karena berdasarkan hasil analisis budget kas sebelumnya, tampak jika masih

terdapat poin-poin realisasi anggaran yang memiliki selisih cukup besar dengan

tindakan realisasinya. Khususnya dalam hal pembiayaan untuk pembelian barang

dagangan, dimana sebagian besar dari tahun ke tahun terjadi selisih pembelanjaan

yang merugikan.

Berkaca dari keadaan di atas, sudah sepantasnya jika perusahaan harus lebih

jeli dan teliti dalam menentukan prosentase dana-dana yang dianggarkan agar

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

88 | P a g e

hasilnya tidak menyimpang terlalu jauh dari kegiatan perealisasiannya. Keadaan ini

dipicu oleh lemahnya pengawasan dalam menilai berbagai aktivitas usaha yang kerap

terjadi berulang-ulang pada setiap periode usahanya. Pihak manajemen kurang

responsif dalam menilai gaya aktivitas usahanya, sehingga perencanaan yang disusun

kurang mampu menggambarkan aktivitas prediktif usaha pada masa yang akan

datang.

Budget kas berperan penting dalam memprediksi posisi kas untuk periode

tertentu di masa mendatang. Penyusunan budget kas bagi sebuah perusahaan

sangatlah penting demi likuiditas. Dengan budget kas, perusahaan akan mengetahui

keadaan defisit maupun surplus kegiatan usaha yang diberlakukan. Berdasarkan hasil

analisis budget kas pada Tabel 1 dan 2, tampak jika pada tahun 2013 perusahaan

mengalami selisih yang merugikan dari aktivitas penyusunan anggaran berdasarkan

jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran usahanya defisit sebesar Rp.

13.141.000,-. Namun, berdasarkan tindakan korektif dan penyusunan budget kas

secara akurat, maka pada tahun 2014 selanjutnya perusahaan dapat mengalami selisih

yang menguntungkan dari jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran usahanya

surplus sebesar Rp. 11.861.000,-. Kondisi ini harus dipertahankan oleh perusahaan

agar konsistensi keuntungannya dapat terus terjaga, sehingga kelangsungan masa

depan usahanya dapat kian ditingkatkan dalam tiap periode usaha. Karena, tanpa

adanya pengendalian kas secara akurat, maka budget kas tidak dapat berfungsi secara

maksimal sebagai alat perencanaan secara baik yang benar-benar dibutuhkan oleh

perusahaan.

Budget kas tahun 2013 yang terjadi selisih defisit antara jumlah penerimaan

dengan jumlah pengeluaran dapat diantisipasi oleh perusahaan dengan meminimalisir

besarnya dana yang harus dikeluarkan, khususnya dana untuk pembelanjaan barang

dagangan. Jika menilik hasil analisis budget kas pada tahun tersebut masih terdapat

beberapa item barang dagangan yang mengalami kenaikan merugikan, sehingga

mengakibatkan terjadinya pemborosan dana pembelanjaan. Pengeluaran kas harus

dikontrol secara akurat agar tidak terjadi pembengkakan dana usaha yang tidak

diinginkan, serta guna menghindari resiko penumpukan barang dagangan di gudang

dalam waktu cukup lama.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

89 | P a g e

Sedangkan, budget kas tahun 2014 yang mengalami surplus anggaran dapat

diantisipasi dengan mengalokasikan dana penerimaan berlebih pada investasi usaha

yang menguntungkan. Dengan meningkatkan tingkat investasi usaha, maka akan

memungkinkan perusahaan untuk mendapatkan tambahan dana jika perusahaan

membutuhkan modal usaha sewaktu-waktu.

Dengan demikian, pertimbangan penyusunan budget kas sudah sepantasnya

mendapatkan perhatian lebih dari pihak manajemen. Karena budget kas memiliki

hubungan yang sangat erat terhadap fungsi perencanaan dan pengendalian usaha bagi

kegiatan operasional perusahaan di masa yang akan datang. Dengan kata lain, CV.

Sejahtera Sejati Bojonegoro harus mampu menyusun anggaran yang dapat memenuhi

kebutuhan perealisasian usahanya, sehingga pelaksanaan anggaran dapat berjalan

dengan baik sesuai dengan garis rencana yang telah ditetapkan.

D. Penutup

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis varians terhadap penyusunan budget kas pada CV.

Sejahtera Sejati tahun 2013 masih terdapat banyak penyimpangan, baik itu untuk

penerimaan kas maupun untuk pengeluaran kas. Penyimpangan tersebut tampak dari

hasil analisis budget kas pada tahun 2013, menunjukkan bahwa perusahaan

mengalami selisih yang merugikan dengan budget sebesar Rp. 15.426.000,00

sedangkan realisasi sebesar Rp. 2.285.000,00 sehingga perusahaan mengalami

defisit usaha sebesar Rp. 13.141.000,00. Sedangkan, berdasarkan hasil analisis

varians terhadap penyusunan budget kas pada CV. Sejahtera Sejati tahun 2014

masih ditemukan pula beberapa penyimpangan, dimana pada tahun ini perusahaan

mengalami selisih yang menguntungkan dengan budget sebesar Rp. 59.278.000,00

sedangkan realisasinya sebesar Rp. 71.139.000,00 sehingga perusahaan mengalami

surplus usaha sebesar Rp. 11.861.000,00.

Banyaknya aktivitas pengeluaran yang tidak sesuai dengan besarnya dana

yang telah dianggarkan, sehingga mengakibatkan terjadinya kenaikan yang

merugikan. Keadaan ini dapat membuktikan bahwa CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro

belum mampu melakukan pengendalian aktivitas usaha yang telah direncanakan

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

90 | P a g e

secara maksimal, maka diperlukan tindakan korektif yang dapat mengadopsi

keadaan yang terjadi dalam lingkup dunia usaha pada perusahaan ini.

Budget kas yang digunakan sebagai alat perencanaan dan pengendalian

tindakan operasional pada CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro belum dapat diterapkan

dengan tepat. Penyusunan budget kas yang dibuat telah menggambarkan berbagai

variasi kemungkinan penerimaan dan pengeluaran usaha beserta besar

pembiayaannya, namun masih menimbulkan berbagai penyimpangan. Hal ini

dikarenakan budget kas yang disusun hanya berupa besaran ramalan-ramalan

semata, tanpa pertimbangan secara matang dan teliti mengenai masing-masing pos

penerimaan dan pengeluaran yang kemungkinan akan terjadi.

Rekomendasi

Adapun beberapa rekomendasi yang dapat dijadikan saran dalam hasil

penelitian ini, antara lain.

1. Pihak manajemen CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro sebaiknya dalam menyusun

budget kas tidak hanya didasarkan pada perkiraan atau ramalan semata,

melainkan dapat didasarkan pada pengalaman kegiatan usaha di periode

sebelumnya, memperhatikan perubahan lingkungan sosial-ekonomi di sekitar

usaha, serta menyesuaikannya dengan tujuan usaha yang telah direncanakan.

2. Pihak manajemen CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro sebaiknya selalu

mengupayakan untuk melaksanakan budget kas secara konsisten sesuai dengan

rencana anggaran yang telah disusun sebelumnya.

3. Pihak manajemen CV. Sejahtera Sejati Bojonegoro sebaiknya harus

meningkatkan efisiensi dari penggunaan kas perusahaan secara tepat guna,

dimana dana yang dikeluarkan untuk pembelanjaan maupun pemenuhan

kebutuhan pendanaan lainnya harus dapat direncanakan secara akurat dan tidak

berlebihan. Dengan demikian, stabilitas jumlah kas yang tersedia pada

perusahaan dapat terjaga dengan menghindari kemungkinan terjadinya defisit

maupun surplus dana anggaran kas yang telah direncanakan sebelum

perealisasian penggunaan dana-dana kas pada perusahaan.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

91 | P a g e

Daftar Pustaka

Arfan Ikhsan dan Ida Bagus Agung Dharmanegara. 2010. Akuntansi dan Manajemen

Keuangan Rumah Sakit Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bambang Riyanto. 2010. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta:

BPFE UGM.

Belverd E. Needles, Henry R. Anderson, dan James C. Caldwell. 2005. Prinsip-

prinsip Akuntansi Edisi Kedua, Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Erly Suandy. 2010. Perencanaan Pajak Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

Hansen dan Mowen. 2006. Management Accounting (Buku I) Edisi 7. Jakarta:

Salemba Empat.

JB Heckert, Wilson James D. dan John B. Campbell. 2008. Controllership: Tugas

Akuntan Manajemen, Alih Bahasa Tjintjin Fenix Tjendera. Jakarta: Erlangga.

M. Munandar. 2007, Budgeting, Perencanaan Kerja Pengkoodinasian Kerja

Pengawasan Kerja, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah

Mada.

Munawir. 2006. Analisa Laporan Keuangan Edisi Empat. Yogyakarta: Liberty.

Nafarin M. 2007. Penganggaran Perusahaan, Edisi Revisi. Jakarta: Salemba Empat.

Soekidjo Notoatmodjo. 2006. Pengembangan Sumber Daya Manusia (Edisi Revisi).

Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Soemarso S.R. 2010. Akuntansi: Suatu Pengantar, Cetakan Keempat. Jakarta:

Salemba Empat.

Sofyan Syafri Harahap. 2009. Teori Akuntansi. Jakarta: Penerbit PT. Raja Grafindo

Persada.

Supriyanto Y. 2005. Anggaran Perusahaan: Perencanaan dan Pengendalian Laba,

Edisi Satu. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN.

Zaky Baridwan. 2009. Sistem Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode.

Yogyakarta: BPFE UGM.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

92 | P a g e

Menyoal Pola Perjanjian Mudharabah pada Perbankan Syariah

Riza Multazam Luthfy

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

Abstrak

Kehadiran Perbankan Syariah di Indonesia pada satu sisi memang patut disambut

gembira karena ini merupakan salah satu bukti dari kegairahan dari mayoritas umat

Islam di tanah air untuk berupaya mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan

muamalahnya satu satu sama lain. Namun yang sangat disayangkan bila konsep

Bank Syariah saat ini masih mencangkokkan prinsip-prinsip bank konvensional yang

berbasis ribawi. Seperti yang tampak pada skema perjanjian mudharabah yang

dipraktekkan oleh beberapa Bank Syariah masih menimbulkan beberapa problem

dari sudut pandang syariah, antara lain legal standing Bank Syariah sebagai pihak

terkait dalam perjanjian mudharabah itu sendiri, yang berstatus ganda, di satu sisi

sebagai mudharib dan di sisi lain sebagai shahibul mal. Status ganda yang dimiliki

Bank Syariah itu tentu saja bertentangan secara diametral dengan prinsip-prinsip

syariah. Problem serius lain yang tengah dihinggapi dalam skema perjanjian

mudharabah saat ini adalah skema perjanjian yang pada hakikatnya merupakan akad

utang piutang antara Bank Syariah yang memposisikan diri sebagai shahibul mal

dengan nasabah yang memposisikan diri sebagai mudharib. Keterjebakan akad

mudharabah yang dibuat Bank Syariah ke dalam skema utang piutang tentu saja

sangat berbahaya dari sudut pandang syariah karena bakal menjebak para pihak

dalam transaksi berbasis ribawi. Untuk itulah perlu dilakukan rekonstruksi pola

perjanjian mudharabah pada perbankan syariah agar model perjanjian tersebut betul-

betul murni tegak atas dasar murni syariah.

Kata Kunci: Pola Perjanjian, Mudharabah.

A. Pendahuluan

Salah satu kebersyukuran dari umat Islam Indonesia, yakni pemegang

otoritas kekuasan di Indonesia telah menggaransi kehidupan hukum bagi

masyarakat Islam Indonesia melalui legalisasi beberapa nilai-nilai hukum

terutama berkaitan dengan bidang-bidang hukum privat termasuk bidang hukum

munakahat ke dalam produk undang-undang nasional, seperti Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Lembaran Negara RI Nomor 1

Tahun 1974, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dalam

Lembaran Negara RI Nomor 159 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

93 | P a g e

Agama dalam Lembaran Negara RI Nomor 22 Tahun 2006, Undang-Undang

Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dalam Lembaran Negara RI

Nomor 94 Tahun 2008, Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang

Kompilasi Hukum Islam yang dikeluarkan oleh Presiden RI pada tanggal 10 Juni

1991, dan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008

tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah yang ditetapkan oleh Ketua

Mahkamah Agung tanggal 10 September 2008, serta masih banyak lagi peraturan

hukum tertulis lainnya yang mengatur tentang bidang-bidang keperdataan yang

tunduk berdasarkan dogma hukum Islam.

Mencermati berbagai produk hukum tertulis yang mengatur berbagai

hubungan hukum privat bagi masyarakat muslim di Indonesia tersebut, semakin

menunjukkan bahwa masyarakat muslim Indonesia telah mendapat legalitas untuk

mengatur hubungan-hubungan hukum privat mereka dengan berbasis kepada

Syariah Islam, mulai dari hukum keluarga, hukum perkawinan, hukum waris,

bahkan juga untuk bidang-bidang transaksi keuangan.

Adapun untuk bidang-bidang transaksi keuangan, masyarakat muslim di

Indonesia, sudah bisa menyaksikan kehadiran berbagai lembaga keuangan yang

mengakomodir kepentingan mereka dengan tetap berpijak kepada sebuah

hubungan transaksi yang berlandaskan hukum ekonomi menurut prinsip-prinsip

syariah. Sebagai contoh untuk memperkuat argumentasi ini adalah dengan

menyemaraknya kehadiran perbankan syariah, kemudian ada yang disebut

asuransi syariah, dan terakhir yang dapat kita amati adalah kehadiran pegadaian

syariah.

Salah satu produk syariah yang diperkenalkan dalam perbankan syariah

kontemporer di Indonesia, yaitu apa yang disebut dengan perjanjian mudharabah.

Model perjanjian ini sesungguhnya berlandaskan kepada perjanjian usaha bersifat

komersil untuk mendapatkan keuntungan (profit). Tentu saja model perjanjian

mudharabah yang diperkenalkan perbankan syariah di Indonesia haruslah

berpijak kepada spririt syariah sebagai sesuatu yang tidak boleh ditawar-tawar lagi

karena sebuah produk perjanjian yang diklaim berbasis syariah maka aqidah Islam

mestinya juga menjadi pijakannya.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

94 | P a g e

Fakta perjanjian mudharabah yang diperkenalkan beberapa perbankan

syariah di Indonesia ternyata masih mentransplantasi model perjanjian berbasis

perbankan konvensional, sehingga terkesan konsep perjanjian mudharabah yang

nyaris melenceng dari prinsip-prinsip syariah. Hasil pengamatan sementara

peneliti pada klausula perjanjian mudharabah pada PT Bank Muamalat Cabang

Surabaya pada bulan Desember 2016, ternyata terdapat beberapa klausula

bermasalah yang masih memposisikan bank syariah pada posisi ganda, yaitu

disatu sisi bank syariah mendudukkan dirinya sebagai pelaku usaha dan di sisi lain

bank syariah memposisikan diri sebagai pemilik modal. Kedudukan ganda

sebagai subjek hukum perjanjian mudharabah bagi bank syariah tentu merupakan

sesuatu yang sangat krusial yang dapat menjebak para pihak dalam perjanjian

mudharabah, yang justru keluar dari spririt syariah. Padahal gagasan pendirian

perbankan syariah tidak lain adalah untuk menggaransi pelaksanaan prinsip-

prinsip syariah bagi masyarakat muslim Indonesia yang hendak menjamin

penyempurnaan aqidahnya di bidang muamalah.

Untuk itulah, penelitian terhadap nomenklatur perjanjian mudharabah

yang dipraktekkan beberapa lembaga perbankan syariah di Indonesia, sangat perlu

dilakukan guna mengetahui titik kritis klausula perjanjian yang justru menyalahi

prinsip-prinsip syariah. Agar perjanjian mudharabah yang dipraktekkan selama

ini, tidak melenceng dari prinsip-prinsip syariah yang baku.

B. Kajian Pustaka

B.1. Perjanjian dalam Perspektif Syariah Islam

Istilah perjanjian dalam Islam menggunakan terminologi akad yang

dalam Al-Qur’an menggunakan istilah al-‘aqdu. Pengertian akad secara

bahasa adalah ikatan, mengikat. Dikatakan ikatan (al-rabt) maksudnya adalah

menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah

satunya pada yang lainnya hingga keduanya bersambung menjadi seperti

seutas tali yang satu. Kata al-‘aqdu terdapat dalam Al-Qur’an Surah Al-

Maidah ayat 1 bahwa manusia diminta untuk memenuhi akadnya.83

83 Chairuman Pasaribu, Hukum Perjanjian dalam Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hlm 1.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

95 | P a g e

Menurut Faturrahman Djamil dalam Ghufron, istilah al-‘aqdu ini

dapat disamakan dengan istilah verbintennis dalam Burgerlijk Wetboek BW.84

Sedangkan istilah al-ahdu dapat disamakan dengan istilah perjanjian atau

overeenkomst, yaitu suatu pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan atau

tidak mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan orang lain. Istilah ini

terdapat dalam al-Qur’an Surah Ali Imran Ayat 76, yaitu “barangsiapa siapa

yang menepati janji yang dibuatnya dan bertakwa, maka sesungguhnya Allah

menyukai orang-orang yang bertakwa. Para ahli hukum Islam memberikan

definisi akad sebagai pertalian antara ijab dan Kabul yang dibenarkan oleh

syara’ yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.85 Abdurrahman

mengemukakan terjadinya suatu perikatan dalam Islam melalui tiga tahap,

sebagai berikut:86

i. Al-‘ahdu (perjanjian), yaitu pernyataan dari seseorang untuk

melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dan tidak ada

sangkut pautnya dengan kemauan orang lain. Janji ini mengikat orang

yang menyatakannya untuk melaksanakan janji tersebut.

ii. Persetujuan, yaitu pernyataan setuju dari pihak kedua untuk

melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sebagai reaksi

terhadap janji yang dinyatakan oleh pihak pertama. Persetujuan

tersebut harus sesuai dengan janji pihak pertama.

iii. Apabila dua buah janji dilaksanakan maksudnya oleh para pihak,

maka terjadilah apa yang dinamakan ‘aqdu, maka yang mengikat

masing-masing pihak sesudah pelaksanaan perjanjian itu bukan lagi

perjanjian atau ‘ahdu tetapi ‘aqdu.

Dalam perikatan Islam, terkandung tiga unsur untuk dapat

terpenuhinya sebuah akad yaitu:

i. Adanya pertalian ijab dan Kabul, yaitu pernyataan dari seseorang

untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu.

ii. Persetujuan yaitu pernyataan setuju dari kedua belah pihak.

84 Ghufron A Mas’adi, Fiqih Muamalah Kontektual (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hlm75. 85 Ahmad Bashir Azhar, Asas-Asas Hukum Muamalat (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm 247. 86 Fathurrahman Djamil, Hukum Perjanjian Syariah dalam Kompilasi Hukum Perikatan (Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2001), hlm 247-248.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

96 | P a g e

iii. Adanya pelaksanaan perjanjian yang disebut ‘aqdu.

Sedangkan menurut, pendapat Yusuf As-Sabatin,87 rukun akad ada

tiga: (1). Dua pihak yang berakad (al-‘aqidan); (2). Objek akad (mahal al-

‘aqad); (3). Redaksi akad (sighat al-‘aqad). Namun menurut Yusuf as-

Sabatin, ada beberapa jenis akad tertentu yang meskipun telah sempurna

ketiga rukunnya tersebut, misalnya sudah terlaksana ijab-kabul, tetapi belum

terlaksana sebelum berlangsungnya serah terima zat harta yang menjadi objek

akad tersebut. Contoh akad-akad tersebut, akad hibah, al-qardh (hutang) dan

ar-rahn (agunan), dan lain-lain.

Yang paling prinsip dalam perjanjian berbasis syariah adalah muatan

akad perjanjian yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariah atau

hal-hal yang diatur oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan Nabi Muhammad

SAW dalam hadist. Pelaksanaan akad, tujuan akad, maupun objek akad tidak

boleh bertentangan dengan syariat. Jika bertentangan, akan mengakibatkan

akad itu tidak sah. Sebagai contoh, suatu perikatan mengandung riba atau

objek perikatan yang tidak halal (seperti minuman keras), mengakibatkan

tidak sahnya suatu perikatan menurut hukum Islam.

B.2. Konsep Mudharabah dalam Perspektif Perjanjian Syariah

Al-Fairuz Abadi di dalam al-Qamus al-Muhit mengatakan:

Mudharabah secara bahasa: al-mudharabah dari dharaba; dharaba al-tayru

tadhribu berarti pergi mencari rezeki; dharaba fi al-ardhi dharban wa

dharbanan: keluar berdagang atau berperang, atau bergegas atau pergi.

Dharaba fi al-ardhi bermakna safar (bepergian) seperti dinyatakan dalam al

Quran surah Al-Nisa’ ayat 101:

ٱ في تم ضرب وإذا لو ٱ من صروا تق أن جناح كم علي س فلي ض ر ل تنكم يف أن تم خف إن ة لص

بين اعدو لكم كانوا فرين ك ل ٱ إن ا كفرو لذين ٱ ١٠١ ام

“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah

mengapa kamu men-qashar sembahyang(mu), jika kamu takut

87 Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islam dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis (Bogor: Al-Azhar Press,

2011), hlm 37.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

97 | P a g e

diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu

adalah musuh yang nyata bagimu.”

Adakalanya bepergian itu untuk mencari rezeki, terdapat juga pada

Surah al-Muzammil ayat 20:

ن ئفة وطا ۥوثلثه ۥفه ونص ل لي ٱ ثلثي من نى أد تقوم أنك م ل يع ربك إن ۞ لله ٱو معك لذين ٱ م

ر نأ علم ءان قر ل ٱ من تيسر ما رءوا ق ٱف كم علي فتاب صوه تح لن أن علم لنهار ٱو ل لي ٱ يقد

ر منكم سيكون ٱ في ربون يض وءاخرون ضى م وءاخرون لله ٱ ل فض من تغون يب ض ر ل

لو ٱ وأقيموا ه من تيسر ما رءوا ق ٱف لله ٱ سبيل في تلون يق كو ٱ وءاتوا ة لص لله ٱ رضوا وأق ة لز

موا وما ا حسن اض قر ن لنفسكم تقد ا ر أج ظم وأع ار خي هو لله ٱ عند تجدوه ر خي م

حيم غفور لله ٱ إن لله ٱ فروا تغ س ٱو ٠٠ ر

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri

(sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam

atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang

yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan

siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat

menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi

keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah

(bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara

kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di

muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang

lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah

(bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah

zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.

Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya

kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang

paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah

ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang.”

Menurut Ibn Manzhur di dalam Lisan al-‘Arab, kata mudharib

digunakan untuk menyebut al-‘amil, sebab dialah yang bepergian, datang

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

98 | P a g e

dan pergi mencari rezeki. Mudharabah adalah istilah penduduk Irak dan lebih

banyak digunakan oleh mazhab Hanafi dan Hanbali.

Penduduk Hijaz menyebut mudharabah dengan qiradl atau

muqaradhah,88 yang lebih banyak digunakan oleh ulama mazhab Syafii dan

Maliki. Secara istilah, mudharabah atau qirad, adalah persekutuan badan

dengan harta. Maknanya, seseorang menyerahkan hartanya kepada orang lain

agar orang lain itu membisniskan harta tersebut dengan ketentuan keuntungan

yang diperoleh dibagi kepada mereka sesuai dengan kesepakatan.

Badan tersebut adalah kiasan dari tenaga yang menjadi andil salah

satu pihak dalam mudharabah tersebut. Mudharabah itu bisa dalam tiga

bentuk. Pertama: mudharib ikut andil modal ditambah modal dari sharik

(mitra) lainnya. Kedua: mudharib hanya andil tenaga, sementara modal dari

sharik lainnya, misal antara satu orang pengelola dengan dua orang pemodal.

Ketiga: dua orang sama-sama mengelola dengan modal berasal dari salah satu

di antara mereka.89

Bentuk ketiga ini oleh Ibn Qudamah dalam Al-Mughni wa Shark al-

Kabir dinilai sebagai bentuk mudharabah. Mudharabah adalah shirkah

(kemitraan) yang halal secara syar’i. Al-Kasani dalam Badai’ al-Sanai’

menyatakan bahwa orang-orang biasa melakukan akad mudharabah dan Nabi

SAW. Tidak mengingkari mereka sehingga hal itu merupakan persetujuan

(taqrir) dari Nabi atas kebolehan mudharabah.

Al-Daraqutni meriwayatkan bahwa Hakim bin Hizam juga

menyerahkan harta sebagai mudharabah dan mensyaratkan seperti syarat al-

‘Abbas. Al-Baihaqi meriwayatkan dari al-‘Ala’ bin Abdurrahman bin Ya’qub

dari bapaknya dari kakeknya bahwa Utsman memberikan harta secara

mudharabah. Ibn Abi Syaibah meriwayatkan dari Abdullah bin Humaid dari

bapaknya dari kakeknya bahwa Umar RA. pernah menyerahkan harta anak

yatim secara mudharabah. Imam Al-Shaukani dalam Nayl al-Awtar, setelah

memaparkan sejumlah athar itu, menyatakan, “Athar-athar ini menunjukkan

88 Nasrodin, “Analisis fiqih terhadap implementasi pembiayaan modal kerja IB pada PT Bank

Tabungan Negara (Persero), TBK Kantor Cabang Syariah Jogyakarata”, Jurnal Ekonomi Islam

Lariba, Volume III Nomor 2 (Desember 2009), hlm. 21-26. 89 Erni Susana, “Pelaksanaan dan sistem bagi hasil pembiyaan al-mudharabah di BMT Binamas

Purworejo”, Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume I Nomer 2 (Nopember 2012), hlm. 1-6.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

99 | P a g e

bahwa mudharabah dilakukan oleh para Sahabat tanpa ada seorang pun yang

mengingkari sehingga hal itu menjadi ijmak mereka bahwa mudharabah

adalah boleh.”

Ibn al-Mundzir di dalam Al-Ijma’ menyatakan, “Para ahli ilmu telah

berijmak atas kebolehan mudharabah secara keseluruhan.” Rukun akad

mudharabah ada tiga. Pertama: dua pihak yang berakad. Kedua: al-sighat,

yaitu ijab dan kabul. Ketiga: obyek akad (al-ma’qud ‘alayh), yaitu amal

(aktivitas), modal dan keuntungan. Akad mudharabah hanya sah dilakukan

oleh mereka yang secara syar’i sah melakukan tasarruf, yaitu orang yang

berakal, balig dan tidak sedang di-hijr (dilarang oleh hakim untuk melakukan

tasarruf, termasuk melakukan transaksi finansial). Dua pihak yang berakad

(al-‘aqidan) yang dimaksud bukan jumlahnya harus dua orang, melainkan

dua pihak itu adalah satu pihak yang menjadi mujib (menyampaikan

ijab/ajakan) dan pihak yang menyampaikan kabul. Al-S{ighat atau ijab dan

kabul harus dilakukan terpaut antara ijab dan kabulnya atau harus dalam satu

majelis akad.

Di dalam ijab-kabul ini harus jelas andil dari masingmasing sharik

(mitra), artinya harus jelas siapa yang menjadi mudharib (pengelola) dan

siapa yang menjadi pemodal. Obyek akad (al-ma’qud ‘alayh) mudharabah

yaitu al-‘amal, ra’su al-mal (modal) dan al-ribh}u (laba). Terkait al-‘amal,

sebagai shirkah maka dalam mudharabah harus jelas aktivitas bisnis yang

diakadkan. Harus dipahami dengan jelas batasan aktivitas yang termasuk

dalam cakupan bisnis dalam shirkah itu, atau yang menjadi cakupan aktivitas

mudharib.90 Kejelasan ini penting sehingga semua pihak dapat menakar andil

al-‘amal itu dalam bisnis dan hasilnya. Hal itu bisa menjadi pertimbangan

penting untuk membuat kesepakatan tentang pembagian laba. Kejelasan itu

juga penting untuk menentukan batasan pekerjaan yang masih dalam cakupan

aktivitas pengelolaan shirkah dan mana yang tidak. Terkait ra’su al-mal atau

modal maka ada beberapa ketentuan:

90 Suryati, “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Perkembangan Usaha dan Pendaptan

Nasabah Mudharabah di BMT Binamas Purworejo” Jurnal Pendidikan dan Ekonomi, Volume I

Nomer 2 (Nopember 2012), hlm. 1.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

100 | P a g e

1) Modal haruslah ‘aynan (zat harta) dan ada pada waktu akad, tidak boleh

berupa utang atau piutang yang ada di pihak lain.

2) Modal hendaknya dalam bentuk dinar (emas), dirham (perak) atau uang

sehingga nilai nominalnya jelas. Ketentuan ini merupakan jumhur ulama.

3) Jika berupa barang, komoditi, jasa atau manfaat seperti manfaat ruko

misalnya, maka para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya. Jika

berupa barang, komoditi atau manfaat maka harus disepakati nilainya

atau dinominalkan pada saat akad.

4) Jumlah modal harus jelas pada saat akad shirkah. Hal ini penting untuk

mengetahui besarnya laba nantinya.

Mudharabah tidak sah kecuali modal seluruhnya diserahkan atau

menjadi berada dalam kekuasaan mudharib pada saat akad shirkah. Tidak

boleh ada sebagian modal yang diutang atau diserahkan kemudian. Akad

mudharabah mengharuskan hal itu. Aktivitas finansial (bisnis) yang

diakadkan itu dilakukan terhadap modal dan hal itu langsung berlaku sejak

akad dilangsungkan sehingga modal yang diakadkan seluruhnya harus

diserahkan kepada mudharib. Adapun terkait al-ribh (laba) maka harus

diperhatikan:

1) Besarnya nisbah keuntungan yang menjadi bagian masing-masing sharik,

baik pengelola maupun pemodal, harus disepakati. Besarnya nisbah laba

itu bisa disepakati dengan memperhatikan porsi andil masing-masing

baik tenaga maupun modal; bisa juga tanpa memperhatikan hal itu.

Besarnya laba tidak boleh ditentukan nilai nominalnya, tetapi hanya

berupa nisbah atau prosentase atas laba. Jika ditentukan nilai nominalnya,

menurut Ibn Qudamah dalam Sharh al-Kabir, membuat akad

mudharabah itu batil.

2) Kerugian finansial hanya menjadi tanggungan modal. Ali bin Abi Thalib

berkata: Kerugian itu berdasarkan harta (modal), sedangkan keuntungan

berdasarkan kesepakatan mereka (para mitra) (HR Abdurraqaq dan Ibn

Abi Syaibah). Merujuk dari situ maka shirkah itu mencakup wakalah dan

wakil tidak menjamin dan kerugian hanya ditanggung pihak yang

mewakilkan, kecuali kerugian itu karena kesengajaan wakil. Selain itu,

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

101 | P a g e

bagian laba dan tanggungan kerugian itu mengikuti andil. Badan tidak

menanggung kerugian harta, melainkan merugi tenaga, waktu dan pikiran

yang dicurahkan saja.

3) Pembagian laba dilakukan setelah dihitung rugi-labanya dan modal

disisihkan (dikembalikan ke pemodal). Untuk itu harus ditentukan

periode shirkah, bisa pertransaksi, harian, mingguan, bulanan, tahunan;

sesuai dengan fakta bisnis dan mempertimbangkan kemaslahatan

pengelola sebab ia bisa jadi bergantung pada pembagian laba itu sebagai

penghasilannya.

Apabila akad mudharabah sempurna, maka konsekuensinya hak

mengelola shirkah itu hanya dimiliki oleh mudharib. Ia berhak menjalankan

shirkah itu sesuai pandangan dan pendapatnya sendiri. Pemodal tidak

memiliki hak atas pengelolaan shirkah itu. Sebab, akad mudharabah itu

terjadi atas badan pengelola dan harta pemodal, bukan atas badan pemodal

jadi pemodal menjadi seperti orang asing dari shirkah itu sehingga ia tidak

berhak atas pengelolaan shirkah tersebut.

Namun pemodal boleh menetapkan syarat-syarat atas pengelolaan

shirkah itu pada saat akad. Mudharib wajib terikat dengan syarat-syarat yang

ditetapkan itu dan tidak boleh menyalahinya sebab ia mengelola shirkah itu

sesuai dengan izin sehingga ia terikat dengan izin yang diberikan.

Mudharib tidak boleh bekerja kepada shirkah yang ia kelola. Sebab,

akad mudharabah itu terjadi atas badannya dan aktivitas pengelolaan shirkah

itu menjadi konsekuensi dari akad tersebut. Namun, jika pekerjaan itu di luar

cakupan aktivitas, pengelolaan shirkah dan tidak mengganggu pengelolaan

shirkah maka orang yang menjadi mudharib itu boleh mengerjakannya dan

mendapat upah. Misal, mengecat toko, sementara bisnis shirkahnya adalah

perdagangan. Adapun pemodal, ia boleh bekerja kepada shirkah yang ia

modali itu. Sebab, badan pemodal itu tidak menjadi obyek akad shirkah dan

ia seperti orang asing dari shirkah itu.

Shirkah termasuk ‘aqdun jaizun sehingga masing-masing boleh

membatalkan akad shirkah mud}arabah kapan saja. Jika salah seorang sharik

meninggal maka akad shirkah itu batal. Namun, harus diingat, akad shirkah

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

102 | P a g e

termasuk ‘aqdun mustamirrun, secara otomatis diperbaharui seiring waktu.

Jika satu periode shirkah berakhir, atau ada yang menarik diri, maka secara

otomatis akad shirkah itu diperbarui untuk semua sharik yang tidak menarik

diri.

C. Metode Penelitian

Untuk memperkuat analisis penelitian ini, penulis menggunakan

instrumen penelitian yang mengacu kepada penelitian hukum (legal research),

yang karakteristik penelitiannya adalah untuk mencari kebenaran koherensi.

Yaitu kebenaran yang berdasarkan kepada kesesuaian antara yang ditelaah dengan

norma-norma syariah.91 Peter Mahmud Marzuki mengatakan bahwa penelitian

hukum adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip

hukum, dan doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi.

Yang menurutnya, dari situlah proses penelitian hukum semestinya beranjak

karena hal tersebut sesuai dengan karakter preskriptif dari ilmu hukum.92

Mengingat tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian hukum yang

karakteristik penelitiannya adalah mencari kebenaran koherensi, maka pendekatan

masalah yang digunakan adalah pendekatan konseptual. Melalui pendekatan ini,

penulis hendak menggali serta memformulasikan prinsip-prinsip syariah dalam

perjanjian mudharabah yang berlangsung dalam praktik akad di perbankan

syariah Indonesia.

Secara metodologis, keberlangsungan penelitian ini akan berlangsung

pada beberapa tahapan yang mencakup tahap pengumpulan bahan hukum yang

bermula dari pengumpulan bahan-bahan hukum primer lalu diolah serta

diverifikasi oleh penulis. Hasil olahan tersebut, menjadi dasar analisis penulis

untuk menghasilkan format baru doktrin hukum yang dapat

dipertanggungjawabkan secara akademik. Selanjutnya, hasil olahan primer akan

dikuatkan dengan observasi di lapangan dengan mengunjungi beberapa bank

syariah di Kota Surabaya seperti Bank Muamalat Surabaya, BNI Syariah

Surabaya, dan Bank Mandiri Syariah Surabaya, sehingga dapat dihasilkan

kesimpulan ilmiah guna menjadi sumbangan penting operasionalisasi kegiatan

91 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm.

93. 92 Ibid., hlm. 22.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

103 | P a g e

lembaga perbankan syariah tersebut dalam kerangka tetap menjaga prinsip-prinsip

murni syariah keseluruhan.

D. Hasil dan Pembahasan

Realitas transaksi yang berlangsung antara Bank Syariah dengan para

nasabahnya telah menempatkan kedudukan Bank Syariah sebagai subjek hukum

untuk bertindak sebagai pihak yang memiliki kecakapan bertindak dalam

kedudukan yang pada umumnya menggunakan status Perseroan Terbatas (PT).

Ketika dalam konteks Bank Syariah yang menempatkan nasabah dalam

kedudukan sebagai penyimpan dana. Maka Bank Syariah akan mendudukkan

dirinya sebagai pihak yang menerima dana dari masyarakat, sebagai penyimpan

dana masyarakat, pihak Bank Syariah haruslah menjaga kepercayaan masyarakat

terhadap dana yang disimpan itu.

Pada sisi lain ketika Bank Syariah berkedudukan sebagai penyalur dana

kepada nasabah yang membutuhkan dana misalnya untuk kepentingan modal

usaha atau untuk kepentingan lainnya, maka pihak bank berkeduduan sebagai

pihak yang memberikan bantuan dana. Umumnya konteks kedudukan bank

tersebut, sebagai shahibu al-mal. Di sinilah kemudian bank difiksikan sebagai

pemilik modal. Sebab sejatinya dengan mencermati keberadaan bank syariah

sebagai penyimpan dana masyarakat, maka hakikatnya nasabah penyimpan yang

secara riil merupakan pemilik modal sedangkan pihak bank syariah sebagai

pemberi jasa yang menyimpan dana-dana yang tersimpan.

Pada konteks pembahasan ini, penulis hendak menelaah secara kritis

kedudukan hukum (legal standing) Bank Syariah yang berlangsung dalam

praktik-praktik transaksi keuangan yang berlabel syariah saat ini. Terutama dalam

konteks transaksi keuangan syariah yang menggunakan pola mudharabah. Ini

penting dilakukan mengingat transaksi keuangan kita, tidak bisa dipungkiri, masih

terkooptasi dengan sistem transaksi keuangan bebasis kapitalisme. Begitu kuatnya

pengaruh sistem keuangan kapitalisme yang melingkari hubungan transaksional

masyarakat muslim saat ini, sangat dikhawatirkan bila transaksi keuangan berlabel

syariah justeru terjebak dalam sistem kapitalisme. Sehingga alih-alih hendak

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

104 | P a g e

menjaga kemurnian transaksi syariah namun justeru terjebak dalam lingkaran

kekufuran kapitalisme yang sangat bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.

Persoalan pertama terhadap kedudukan hukum Bank Syariah, yaitu

sampai saat ini bentuk badan hukum Bank Syariah secara umum masih

menggunakan status hukum Perseroan Terbatas (PT). Padahal karakteristik PT

merupakan aplikasi dari bentuk badan usaha perseroan modal yang dikenal dalam

skema transaksi berbasis eknomi kapitalisme. Dalam peristilahan Bahasa Arab,

PT dikenal dengan nama shirkah qubro al-muhasamah. Sehingga bentuk badan

usaha yang dipersonifikasikan oleh bank-bank syariah di Indonesia dari segi

syariah merupakan sesuatu yang tidak sejalan dengan syariah.

Realitas hukum Perseroan Terbatas, dalam praktiknya merupakan bentuk

badan usaha yang melanggar syariah. Hal ini ini dapat dilihat dari beberapa aspek

menyangkut kedudukan PT secara normatif, yang tidak menempatkan para pesero

secara individual sebagai pihak yang bertanggungjawab secara hukum terhadap

kewajiban yang ditanggung ketika melakukan transaksi dengan pihak ketiga.

Artinya dalam PT, para pesero tidak terlibat dalam akad transaksi untuk

melakukan suatu kegiatan usaha tertentu. Kapasitas para pesero (para pemilik

saham), bergabung kedalam perseroan bukan berdasarkan kepada akad yang

diperjanjikan tetapi didasarkan kepada penyertaan modal. Karena dalam PT yang

terjadi adalah aktivitas pemodalan (saham) yang diperjanjikan maka dalam PT itu

sendiri, tidaklah berlangsung transaksi berpijak atas akad ijab kabul antara para

pihak yang melakukan pekerjaan. Yang tampak adalah aktivitas individual yang

sifatnya sepihak dengan memperhatikan jumlah modal yang masuk. Semakin

besar modal (saham) yang dimiliki oleh seseorang maka semakin besar

kewenangan yang ia miliki dalam mengelola perusahaan. Besarnya kewenangan

yang dimiliki oleh pemilik modal terbesar, akan terlihat pada Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS).

Sehingga apa yang menjadi kebijakan perusahaan berbentuk PT,

termasuk dalam hal penunjukan seorang direksi atau manajer, sangat tergantung

dari pemegang saham mayoritas (pihak yang memiliki modal besar) dalam

perusahaan. Sejatinya, dalam PT yang berlangsung adalah kehendak individual

bukan karena kehendak kolektif.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

105 | P a g e

Adapun direksi dan komisaris yang mengelola dan menjalankan aktivitas

usaha perseroan bukanlah para pendiri persero, meskipun yang duduk sebagai

anggota dewan direksi dan komisaris adalah para pendiri sendiri. Sebab yang

mengangkat dewan direksi dan komisaris adalah RUPS berdasarkan jumlah suara

terbanyak (jumlah saham terbanyak) yang notabene adalah modal. Jadi yang

mengelola perseroan terbatas tersebut adalah “orang abstrak” (maksudnya modal)

bukan pendiri perseroan.

Dalam perspektif syariah, perserikatan dalam PT adalah batil, mengingat

dalam PT, pembentukan perseroan terbatas dilakukan oleh dua orang atau lebih

dengan memberikan investasi berupa modal agar bisa mendapatkan pembagian

keuntungan (deviden) atau kerugian dari usaha yang dijalankannya. Modal

perseroan tersebut dalam bentuk saham (Di Indonesia pendirian perseroan terbatas

dilakukan dengan akta notaris dan menjadi badan hukum jika sudah disahkan oleh

menteri kehakiman).

Tentu saja, hal itu sangat berbeda dengan perseroan dalam Islam.

Perseroan dalam Islam adalah transaksi antara dua orang atau lebih yang

bersepakat melakukan kerja yang bersifat finansial dengan tujuan mencari

keuntungan, sehingga harus ada ijab dan kabul dari para perseronya. Maksudnya

harus ada seseorang mengajak pihak lainnya untuk melakukan suatu kerja sama

usaha.

Transaksi dalam Perseroan Terbatas (PT), yang terjadi adalah transaksi

antar modal dan tidak ada sama sekali unsur manusia meskipun yang

menggerakkan modal tersebut adalah manusia, sehingga modal-modal itulah yang

melakukan perseroan bukan orang-orangnya. Dengan demikian transaksi tersebut

tidak melibatkan dua pihak atau lebih dan tidak terdapat ijab dan kabul, maka

menurut syara’ hal itu belum dapat disebut sebagai transaksi. Akibat hukum tidak

sahnya transaksi tersebut adalah perseroan terbatas yang didirikan dianggap tidak

sah sebagai suatu perseroan atau syirkah dalam pandangan syariah.

Kebatilan kedua PT menurut perspektif syariah, adalah Perseroan

Terbatas (PT) hanyalah transaksi modal dan modal itulah yang mengelola

perseroan dan bukannya badan persero (orang yang bertransaksi membentuk

perseroan), sehingga yang mengembangkan kepemilikan harta/kekayaan dalam

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

106 | P a g e

perseroan terbatas adalah modal itu sendiri. Sementara dalam Islam

pengembangan kepemilikan harus lahir dari aktivitas manusia, yaitu para persero

yang bersepakat membentuk perseroan.

Kebatilan lain dari Perseroan Terbatas juga terletak pada tanggung jawab

terbatas. Jika perusahaan rugi atau bangkrut para kreditur dan pemilik hak lainnya

tidak dapat menuntut para persero perusahaan sedikitpun, berapapun kewajiban

perusahaan terhadap mereka. Mereka hanya bisa menuntut atas haknya sebatas

aset perusahaan yang tersisa.

Kritik selanjutnya penulis terhadap transaksi mudharabah yang

berlangsung di beberapa Bank Syariah, adalah status ganda yang dimiliki Bank

Syariah, yang pada satu sisi menempatkan dirinya sebagai pelaku usaha

(mudharib) dan pada sisi lain sebagai pemilik modal (sihibu al-mal). Padahal

secara riil sejatinya Bank Syariah tidak memiliki modal, sebab modal yang

diklaim sebagai milik modal itu sesungguhnya milik nasabah yang disimpan.

Berikut penjelasan skenario status ganda Bank Syariah. Bank Syariah

menghimpun dana dari nasabah pertama yang datang menabung dengan akad

mudharabah, dalam hal ini bank memposisikan nasabah sebagai pemilik modal

dan bank syariah sendiri mengklaim sebagai pelaku usahanya (mudharib), ketika

uang modal sudah dalam penguasaan bank, maka bank tidak menjalankan dengan

amanah apa yang semestinya dilakukan oleh pihak pelaku usaha dalam akad

mudharabah namun justru bank kembali mengikat diri lagi dengan perjanjian

mudharabah kepada pihak lain yakni nasabah kedua. Dalam konteks kedua ini

bank mengklaim sebagai pemilik modal (shahibu al-mal) dan nasabah yang

datang kali ini adalah pihak pelaku usaha (mudharib) sesungguhnya yang benar-

benar membutuhkan curahan bantuan modal untuk usahanya.

Menyimak skenario tersebut maka dapat diketahui terdapat dua akad

mudharabah yang dilakukan bank syariah tersebut, yaitu akad mudharabah

dengan nasabah pertama ketika bank memposisikan diri sebagi pelaku usaha dan

akad mudharabah dengan nasabah kedua ketika bank kemudian memposisikan

diri sebagi pemilik modal.

Akan tetapi, seandainya bank melakukan mudharabah dengan nasabah

kedua atas ijin pemilik modal (nasabah pertama) maka bank tidak berhak

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

107 | P a g e

mendapat bagian keuntungan dan menentukan nisbah bagi hasil karena statusnya

hanya sebagai calo perantara atau makelar dana saja. Para ulama menjelaskan

bahwa hasil keuntungan dalam akad mudharabah hanya milik pemodal dan

pelaku usaha, sedangkan pihak yang tidak memiliki modal dan tidak ikut serta

dalam pelaksanaan usaha maka tidaklah berhak untuk mendapatkan bagian dari

hasil keuntungan (bagi hasil). Para ulama melarang peraktek mudharabah yang

dilakukan bank syariah saat ini sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam

Nawawi yang di kutip dan dibenarkan dalam sejumlah kitab-kitab fikih klasik

para ulama salaf: Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Hukum kedua: tidak

dibenarkan bagi pelaku usaha (mudharib) untuk menyalurkan modal yang ia

terima kepada pihak ketiga dengan perjanjian mudharabah. Bila ia melakukan hal

itu atas seizin pemodal, sehingga ia keluar dari akad mudharabah (pertama) dan

berubah status menjadi perwakilan bagi pemodal pada akad mudharabah kedua

ini, maka itu dibenarkan. Akan tetapi ia tidak dibenarkan untuk mensyaratkan

untuk dirinya sedikitpun dari keuntungan yang diperoleh. Bila ia tetap

mensyaratkan hal itu, maka akad mudharabah kedua bathil” Ucapan senada juga

diutarakan oleh Imam Ibnu Qudamah al-Hambali rahimahullah, ia berkata,

“Tidak dibenarkan bagi pelaku usaha untuk menyalurkan modal (yang ia terima)

kepada orang lain dalam bentuk mudharabah, demikian penegasan Imam Ahmad.

Pendapat ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah, asy-Syafi’i dan aku tidak

mengetahui ada ulama’ lain yang menyelisihinya”.

Bila kita mencermati konstruksi perjanjian mudharabah yang

berlangsung pada beberapa bank syariah maka kita akan dapati sejumlah klausula

dalam perjanjian dimaksud yang sesungguhnya tidak berada dalam kerangka

mudharabah menurut bingkai syariah. Apa yang dilabelkan oleh Bank Syariah

sebagai sebagai akad mudharabah jika dicermati sesungguhnya memuat sejumlah

klausula yang berada pada tataran akad utang piutang.

Sehingga kamuflase akad mudharabah yang berlangsung pada perbankan

syariah tidaklah merubah hakekat sebenarnya pada susbtansi akad utang piutang

dalam skenario status ganda bank. Berikut ini kita cermati skenario akad utang

piutang yang dijalankan oleh bank syariah meskipun mengelabui umat dan

melabeli namanya dengan akad mudharabah: Pihak bank yang dalam status

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

108 | P a g e

pertama sebagai pelaku usaha dan menerima modal dari nasabah pertama (di

asumsikan sebagai kreditur) kemudian tidak amanah untuk menjalankan perannya

sebagai pelaku usaha sesuai akad mudharabah dimaksud namun bank syariah

malah kemudian menyalurkan kembali dana tersebut kepada pihak nasabah lain

(diasumsikan sebagai debitur) yang hendak berlaku sebagai pelaku usaha, pada

kali ini bank memposisikan diri sebagai pemodal yang pada hakekatnya uang

modal yang ada pada bank merupakan uang milik nasabah pada akad mudharabah

pertama. Jadi subtansi dari skenario status ganda perbankan ini ialah bank

berupaya mengalokasikan dana terhimpun dari pihak lain yang dijanjikan akan

kembali dananya oleh bank seiring waktu berjalan beserta bagi hasilnya (bunga

uang). Hal ini berjalan dari suatu usaha kosong yang pada hakekatnya tidak

pernah bank lakukan kecuali hanya menerima dan menyalurkan dana serta

mengambil keuntungan atasnya (menyerupai pinjaman bank terhadap uang

nasabah pada bank konvensional yang disertai bunga pinjaman). Aliran uang

nasabah pertama tadi kemudian di alokasikan oleh bank dalam bentuk penyaluran

dana kepada pihak lainnya (bank syariah pada hakekatnya bukan pemilik uang

yang sebenarnya), dimana bank kali ini menuntut pengembalian dana seiring

waktu berjalan beserta bagi hasilnya (bunga uang) atas modal yang hakekatnya

bukan milik bank namun milik nasabah pertama yang berperan sebagai kreditur,

dalam kedua proses tadi diisyaratkan adanya keuntungan atasnya, sebagaimana

telah kita ketahui bahwa pengambilan keuntungan dari utang piutang adalah riba.

E. Penutup

Berdasarkan pembahasan penulis dengan mengacu pokok rumusan

masalah maka dapat ditarik pokok simpulan sebagai berikut: Anatomi perjanjian

mudharabah yang dipraktikkan pada perbankan syariah di Indonesia memang

secara prinsip perlu dikritisi sebab ada beberapa klausula dalam perjanjian yang

diduga kuat melanggar prinsip-prinsip syariah, seperti legal standing Bank

Syariah dalam perjanjian yang berstatus ganda. Yang perlu dikritisi lagi adalah

kedudukan badan usaha perbankan syariah yang pada umumnya masih status

badan hukum PT yang merupakan duplikasi bentuk badan usaha yang dikenal

dalam sistem kapitalisme, tentu saja ini bertentangan dengan prinsip-prinsip

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

109 | P a g e

syariah. Adapun menyangkut klausula perjanjian mudharabah di perbankan

syariah jika dicermati secara jeli sesungguhnya masih terjebak pada skema utang

piutang antara Bank Syariah selaku shahibu al-mal dengan nasabah selaku

mudharib tentu skema demikian sangat riskan menjebak para pihak kedalam riba.

Daftar Pustaka

Abdullah Saed. 2004. Menyoal Bank Syari’ah, Kritikan atas Interpretasi Bunga

Bank Neo Revivaless, Jakarta: Paramadina.

Adiwarman A. Karim. 2011. Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan. Jakarta:

Jakarta Press, 2011.

Anita Rahmawaty. 2011. Riba Dalam Perspektif Keuangan Islam. Jakarta: al-Bayan.

Arviyan Arifin dan Veithzal Rivai. 2010. Islamic banking sebuah teori, konsep, dan

aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Ascarya. 2006. Akad dan produk syariah: konsep dan praktek di beberapa negara.

Jakarta: Bank Indonesia.

Ahmad Azhar Bashir. 2000. Asas-Asas Hukum Muamalat, Yogyakarta: UII Press.

Chairuman Pasaribu dan Suhrawadi K Lubis. 2004. Hukum Perjanjian dalam Islam,

Jakarta: Sinar Grafika.

Elizabeth, Lusianna. 2009. “Risiko Dan Manajemen Risiko Dalam Transaksi

Pembiayaan Mudharabah”. Tesis—Universitas Indonesia, Jakarta.

Erni Susana dan Annisa Prasetyanti. “Pelaksanaan dan Sistem Bagi Hasil

Pembiayaan Al-Mudharabah Pada Bank Syariah”, Jurnal Keuangan dan

Perbanakan, Volume 15 Nomor 3 September 2011.

Faturrahman Djamil. 2001. Hukum Perjanjian Syariah dalam Kompilasi Hukum

Perikatan. Cet. 1. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Fazlur Rahman. 1995. Ecnomic Doktrines of Islam, terj. Soeroyo. Yogyakarta:

Dhana Bakti Wakaf.

Ghufron A Mas’adi. 2002. Fiqih Muamalah Kontekstual, Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Heri Sudarsono. 2008. Bank dan lembaga keuangan syariah. Yogyakarta: Ekonisia.

Hermansyah. 2008. Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Prenada Media

Group.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

110 | P a g e

Julius R. Latumaerissa. 1999. Mengenal aspek-aspek operasi bank umum. Jakarta:

Bumi Aksara.

Ludwig Von Mises. 2011. Liberalism: In the classical Tradition, Terj. Lela E.

Madjiah, Menemukan Kembali Liberalisme. Jakarta: Freedom Institute.

Muhammad Djumhana. 2000. Hukum Perbankan Di Indonesia, Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Nasrodin. “Analisis Fiqihterhadap Implementasi Pembiayaan Modal Kerja IB pada

PT Bank Tabungan Negara (Persero), TBK Kantor Cabang Syariah

Jogjakarta”. Jurnal Ekonomi Islam Lariba, Volume III Nomor 2 Desember

2009.

Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group.

Ruslan Abdul Ghofur Noor, “Kebijakan Distribusi Ekonomi Islam Dalam

Membangun Keadilan Ekonomi Indonesia” Islamica, Vol. 6, No. 2 Maret

2012.

Suryati. “Pengaruh Pembiayaan Mudharabah terhadap Perkembangan Usaha dan

Pendapatan Nasabah Mudharabah di BMT Binamas Purworejo”. Jurnal

Pendidikan dan Ekonomi, Volume 1 Nomor 2 Tahun 2012.

Veithzal Rivai dkk. 2007. Bank and Financial Institution Manajement Conventional

and Sharia System. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Yusuf As-Sabatin. 2011. Bisnis Islam dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis,

Bogor: Al-Azhar Press.

Yusuf Qordhawi. 1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam, Jakarta: Gema Insani

Perss.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

111 | P a g e

Pengaruh Strategi Pemasaran terhadap Minat Menabung Anggota

di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro

Sugito

Jurusan Syariah, Prodi Ekonomi Syariah

Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam (STAI) Attanwir Bojonegoro

Abstrak

Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro adalah suatu badan usaha

ekonomi yang berbadan hukum koperasi, terorganisir dalam bentuk koperasi syariah,

melakukan etika moral dengan memperhatikan prinsip-prinsip ajaran agama Islam.

Dalam setiap perusahaan maupun lembaga keuangan pasti memerlukan adanya

strategi pemasaran, strategi pemasaran yang dimiliki oleh perusahaan harus

mempunyai strategi yang baik agar tercapai visi dan misi perusahaan, dengan

menggunakan strategi pemasaran yang baik diharapkan perusahaan dapat mengatasi

persaingan dengan perusahaan sejenis, sehingga dapat meningkatkan produktifitas

dan pendapatan perusahaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strategi pemasaran terhadap

minat menabung anggota di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro,

penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, adapun data yang diperoleh dari

data primer dan sekunder. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisis

regresi linier sederhana. Menggunakan perangkat lunak SPSS 16.0 for Windows.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel strategi pemasaran (X)

berpengaruh tidak signifikan terhadap minat menabung anggota, koefesien

determinasi menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (strategi pemasaran)

terhadap variabel dependen (minat menabung) adalah sebesar 0,101, sedangkan

sisanya 89,90% (100% - 0,101) dipengaruhi oleh faktor lain. Sedangkan uji t bahwa

nilai t sebesar 1,960 < 2,018 atau t hitung lebih kecil dari pada t tabel, maka H0

diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.

Kata Kunci: Strategi Pemasaran, Minat Menabung.

A. Pendahuluan

Dalam perkembangan koperasi, terdapat perbedaan antara koperasi

konvensional dengan koperasi syariah, yaitu terletak pada teknis operasionalnya.

Pada koperasi konvensional dalam menghasilkan laba berasal dari suku bunga

pinjaman, sedangkan prinsip koperasi syariah mengharamkan bunga dan melihat

etika halal dan haram dalam mengembangkan usahanya. Koperasi juga merupakan

suatu organisasi yang berbeda dengan organisasi lainnya, anggota pada koperasi

memiliki status ganda, yaitu sebagai pemilik sekaligus sebagai pelanggan, sedangkan

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

112 | P a g e

pada organisasi lain pemilik belum tentu menjadi pelanggan tetap pada bisnis

tersebut.

Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro adalah suatu badan usaha

ekonomi yang berbadan hukum koperasi, terorganisir dalam bentuk koperasi syariah,

melakukan etika moral dengan memperhatikan prinsip-prinsip ajaran agama Islam.

Dalam menjalankan usaha diharapkan Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah

Bojonegoro dapat memberikan kontribusi yang positif guna meningkatkan taraf

hidup anggota pada khususnya dan umat Islam pada umumnya.

Menentukan strategi pemasaran merupakan indikator penting dalam

operasional koperasi, dengan adanya strategi pemasaran, maka penerapan program

dalam mencapai tujuan organisasi dapat dilakukan secara aktif.93

Hal ini dilakukan agar dapat membangun kepercayaan masyarakat dan

merangsang minat untuk menabung di koperasi syariah, untuk menabung diperlukan

adanya keinginan dalam diri seseorang untuk menyisihkan dan menyimpan uangnya,

dalam artian menabung memerlukan minat agar perilakunya terarah pada aktivitas

tersebut (menabung).

Masyarakat saat ini lebih berhati-hati sebelum memutuskan lembaga keuangan

manakah yang akan dipilihnya sebagai tempat menginvestasikan dananya. Karena

hal tersebut, mengetahui prilaku konsumen atau anggotanya sangatlah penting bagi

pihak pengelola koperasi syariah, agar pihak koperasi dapat mengambil keputusan

untuk menetapkan strategi pemasaran yang tepat di masa yang akan datang.

Dalam penelitian sehingga disimpulkan rumusan masalah: 1) Bagaimana

strategi pemasaran di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro? Dan 2)

Bagaimana pengaruh strategi pemasaran terhadap minat menabung anggota di

Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro? Dan tujuan penelitian adalah

Untuk mengetahui strategi pemasaran di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah

Bojonegoro dan Untuk mengetahui pengaruh strategi pemasaran terhadap minat

menabung anggota di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro.

93 A. Hasan, 2010, Marketing Bank Syariah (Bogor: Ghalia Indonesia), hlm. 119.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

113 | P a g e

B. Tinjauan Teoritis dan Perumusan Hipotesis

Tinjauan Teoritis

Strategi Pemasaran

Strategi pemasaran adalah memilih menganalisa pasar sasaran yang

merupakan suatu kelompok orang yang ingin dicapai oleh perusahaan dan

menciptakan suatu bauran pemasaran yang cocok dan yang dapat memuaskan

pasar sasaran tersebut.94

Dunia pemasaran diibaratkan sebagai medan tempur bagi para produsen

dan para pedagang yang bergerak dalam komoditi yang sama maka perlu sekali

diciptakan suatu strategi pemasaran, agar dapat memenangkan peperangan

tersebut.Karena dengan adanya strategi pemasaran, maka implementasi

program dalam mencapai tujuan organisasi dapat dilakukan secara aktif.

a. Riset pasar

1) Mencari peluang pasar

2) Analisis peluang pasar

Riset pasar dapat membantu tim manajemen mendefinisikan bisnis yang

dapat memenuhi keinginan nasabah. Riset tersebut adalah proses

mempelajari apa yang nasabah inginkan dan menentukan bagaiman cara

memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka.

b. Segmentasi pasar

Segmentasi merupakan dasar untuk memastikan bahwa setiap pasar

itu terdiri atas beberapa segmen dan respon yang berbeda-beda. Setiap

segmen terdapat para pembeli, pengguna yang mempunyai/mencerminkan95:

1) Peluang dan kebutuhan yang berbeda-beda

2) Pola pembelian yang berbeda-beda

3) Respon-tanggapan yang berbeda-beda terhadap berbagai macam

penawaran

Segmentasi secara berkesinambungan menjadi hal yang sangat

penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat terus memenuhi kebutuhan

(need) dan keinginan (want) pasar selalu berubah-ubah. Kesalahan

pemilihan tempat untuk meluncurkan suatu produk atau untuk membuka

94 H.B. Alma 2010, Kewirausahaan (Bandung: Alfabeta), hlm. 195. 95 Hasan, Op.cit., hlm. 125.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

114 | P a g e

usaha seringkali menjadi kendala perusahaan dalam meraih sebuah

kesuksesan yang diinginkan.

Dalam melihat pasar, perusahaan harus kreatif dan inovatif

menyikapi perkembangan yang sedang terjadi, karena segmentasi

merupakan langkah awal yang menentukan keseluruhan aktivitas

perusahaan. Segmentasi memungkinkan perusahaan untuk lebih fokus

dalam mengalokasikan sumber daya. Dengan cara-cara yang kreatif dalam

membagi-bagi pasar ke dalam beberapa segmen, perusahaan dapat

menentukan dimana mereka harus memberikan pelayanan terbaik dan

dimana mereka mempunyai keunggulan kompetitif yang besar.

Selain hal tersebut segmentasi merupakan dasar untuk dapat

menentukan komponen-komponen strategi. Segmen yang disertai dengan

pemilihan target market akan memberikan acuan dalam penentuan

positioning.

c. Target pasar

Setelah membagi-bagi dalam menetapkan pasar dalam beberapa

segmen, selanjutnya yang dilakukan adalah penentuan target pasar yang

akan dibidik. Targetting adalah proses pemilihan target dan mencocokkan

reaksi pasar dengan kebutuhan dasar, kemampuan daya beli dan

keterbatasan yang dimiliki. Sebelum sebuah produk, usaha atau jasa

diluncurkan ke masyarakat, pemilihan target setelah segmentasi adalah

sebuah keharusan. Sebuah produk atau jasa tidak dapat memasuki semua

segmen di masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan sebuah proses targetting,

kejelian pemilihan target market yang tepat akan mempermudah masuknya

sebuah produk baru. Apalagi dengan kondisi bahwa produk baru tersebut

belum mempunyai pesaing.

d. Penetapan Posisi Pasar

Jika produk telah mendapat tempat yang tepat, pembeli prospektif

atau pemakai dapat mengenali keuntungan unik dari produk dan dapat

membandingkan lebih baik dari kompetitor.

Penetapan posisi pasar adalah memberi identitas merek pada produk

yang dapat membangun kepercayaan, keyakinan dan kompetensi tawaran

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

115 | P a g e

value (build a belief offering value system) yang dapat diterima-diperoleh

pelanggan.96 Dalam artian produk dan jasa diposisiskan pada posisi yang

diinginkan oleh nasabah, sehingga dapat menarik minat nasabah untuk

membeli produk atau jasa yang ditawarkan.

e. Bauran pemasaran

Bauran pemasaran adalah parangkat alat pemasaran faktor yang

dapat dikendalikan (product, price, promotion, place) yang dipadukan oleh

perusahaan untuk menghasilkan respon yang diinginkan dalam pasar

sasaran.97 Bauran pemasaran (marketing mix) merupakan komponen-

komponen pemasaran yang dimanfaatkan oleh manajemen di dalam

kegiatan penjualan.98

Konsep pengembangan strategi pemasaran berkaitan dengan masalah

bagaimana menetapkan bentuk penawaran pada segmen pasar tertentu. Hal

ini dapat terpenuhi dengan penyediaan suatu sarana yang disebut bauran

pemasaran, yang sering juga disebut sebagai basis strategi, yang mencakup

berikut ini.

1) Produk (product) atau jasa

Produk adalah merupakan titik sentral dari kegiatan marketing.

Produk atau jasa yang dibuat harus memperhatikan nilai kehalalan,

bermutu, bermanfaat, dan berhubungan dengan kebutuhan kehidupan

manusia. Nabi Muhammad SAW melarang kita untuk melakukan

transaksi terhadap suatu produk yang mengandung unsur tidak jelas

(gharar), karena akan menimbulkan potensi terjadinya penipuan dan

ketidak adilan terhadap salah satu pihak.

2) Harga (price)

Penentuan harga dalam ekonomi syariahdidasrkan atas

mekanisme pasar, yakni harga ditentukan berdasarkan kekuatan

permintaan dan penawaran atas azas sukarela (‘an taradhiin),

sehingga tidak ada satu pihak pun yang teraniaya atau terzalimi.

96 Ibid., hlm. 130. 97 N.M. Al Arif, 2010, Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah (Bandung: Alfabeta), hlm. 14. 98 A. Amrin, 2007, Strategi Pemasaran Asuransi Syariah. Jakarta: PT Gramedia), hlm. 59.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

116 | P a g e

Dengan syarat sebaiknya kedua belah pihak yang bertransaksi

mengetahui, mengenali produk dan harga di pasaran.

3) Tempat (place)

Penentuan tempat didasarkan atas jenis usaha atau produk yang

diciptakan. Bagi perbankan, pemilihan lokasi (tempat) sangat penting,

dalam menentukan lokasi pembukaan kantor cabang atau kantor kas

termasuk peletakan mesin ATM, bank harus mampu mengidentifikasi

sasaran pasar yang dituju.

4) Promosi (promotion)

Promosi merupakan komponen yang dipakai untuk memberi

tahukan dan mempengaruhi pasar bagi produk perusahaan, sehingga

pasar dapat mengetahui tentang produk yang diproduksi oleh

perusahaan tersebut.

Berdasarkan pandangan Amrin (2007), promosi dalam sistem

ekonomi syariah harus memperhatikan nilai-nilai kejujuran dan

menjauhi penipuan. Media atau sarana yang digunakan harus sesuai

dengan syariah.99

f. Penjualan

Implementasi program penjualan untuk memacu penjualan

produk suatu perusahaan merupakan persyaratan untuk memenangkan

persaingan dalam kondisi pemasaran yang berkembang sangat pesat.

Tujuan dasar organisasi penjualan disebuah perusahaan adalah

melakukan penjualan yang menguntungkan atas nama perusahaan.

Strategi dan rencana penjualan diimplementasikan untuk membantu

tercapainya tujuan penjualan.

g. Kepuasan pelanggan

Menjalin hubungan yang baik secara terus menerus

(berkesinambungan) dengan nasabah, tidak hanya dalam jangka pendek

tetapi hubungan jangka panjang. Nasabah bukan hanya puas tetapi juga

loyal pada perusahaan kita. Oleh karena itu perusahaan harus terus

memelihara dan meningkatkan pelayanan sesuai dengan yang dibutuhkan

99 Ibid., hlm. 62.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

117 | P a g e

dan diinginkan nasabah. Perusahaan harus mampu menjalin silaturahmi

yang baik dengan nasabah, agar nasabah merasa bahwa perusahaan

sebagai rumah kedua mereka. Hal ini akan mampu meningkatkan

loyalitas nasabah kepada perusahaan, atau menimbulkan word of mouth

yang positif.100

Minat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia minat adalah kecenderungan

hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah, keinginan. Syah (2004) minat berarti

kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu.101

Atas dasar definisi tersebut dalam menjalankan strategi pemasaran

harus adanya pemahaman tentang prilaku konsumen. Hal ini sesuai dengan

pemahaman Setiadi (2010) memahami konsumen adalah elemen penting dalam

pengembangan strategi pemasaran. Sangat sedikit jika ada keputusan tentang

strategi yang tidak mempertimbangkan prilaku konsumen.102

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen:103

a. Faktor kebudayaan yang terdiri dari kebudayaan, sub budaya, kelas sosial.

b. Faktor sosial yang terdiri dari kelompok referensi, keluarga, peran dan

status.

c. Faktor pribadi yang terdiri dari umur, pekerjaan, keadaaan ekonomi, gaya

hidup, kepribadian.

d. Faktor psikologi yang terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar,

kepercayaan dan sikap.

Tabungan

Menurut Undang-undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008,

tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau investasi dana

berdasarkan mudhorabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan

prinsip syariah yang penarikannya dapat dilakukan menurut syarat dan

100 N.M. Al Arif, Op.cit, hlm. 205. 101 M. Syah, 2004, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya

Offset), hlm. 136. 102 N.J. Setiadi, 2010, Perilaku Konsumen (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), hlm. 9. 103 Ibid., hlm. 10.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

118 | P a g e

ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet

giro, atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Dalam fatwa Dewan Syariah Nasional No. 02/DSN-MUI/IV/2000,

tabungan ada dua jenis, yaitu: pertama, tabungan yang tidak dibenarkan secara

prinsip syariah yang berupa tabungan dengan berdasarkan perhitungan bunga.

Kedua, tabungan yang dibenarkan secara prinsip syariah yakni tabungan yang

berdasarkan prinsip mudhorabah dan wadi’ah.

Dalam Al-Quran dijelaskan dalam (Q.S. Yusuf (12): 47-48) :

“Yusuf berkata: Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya)

sebagaiman biasa, maka apa yang kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit

untuk kamu makan. Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat

sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun

sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan”.

Dari kedua ayat tersebut berarti telah dianjurkaan kepada umat islam

untuk menabung, untuk masa depan, dan mengantisipasi hal-hal yang tidak

diinginkan.

Tabungan adalah bentuk simpanan nasabah yang bersifat likuid, hal ini

memberikan arti produk ini dapat diambil sewaktu-waktu apabila nasabah

membutuhkan, namun bagi hasil yang ditawarkan kepada nasabah penabung

kecil. Akan tetapi jenis penghimpunan dana tabungan merupakan produk

penghimpunan yang lebih minimal biaya bagi pihak lembaga keuangan karena

bagi hasil yang ditawarkannya pun kecil namun biasanya jumlah nasabah yang

menggunakan tabungan lebih banyak daripada produk penghimpunan yang

lain.

Koperasi

Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2012

tentang Perkoperasian yang dimaksud dengan koperasi adalah badan hukum

koperasi dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk

menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama dibidang

ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.

Sedangkan pengertian koperasi jasa keuangan syari’ah pada Peraturan Menteri

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

119 | P a g e

Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor :

35.3/Per/M.KUKM/X/2007 bahwa Koperasi Jasa Keuangan Syariah

merupakan lembaga koperasi yang melakukan kegiatan usaha pembiayaan,

investasi, dan simpanan berdasarkan pola syariah yang perlu dikelola secara

professional sesuai dengan prinsip kehati-hatian dan kesehatan, sehingga dapat

meningkatkan kepercayaan dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya

kepada anggota dan masyarakat di sekitarnya. Kekuatan pokok koperasi

terletak pada kepercayaan dan kebersamaan anggota, oleh karena itu partisipasi

dan peran aktif anggota perlu diperkokoh dan ditumbuh kembangkan.

Menurut Undang Undang nomor 25 Tahun 1992 tentang

perkoperasian, bahwa sumber permodalan koperasi terdiri dari:

a. Modal sendiri berasal dari: simpanan pokok, simpanan wajib, dana

cadangan, hibah.

b. Modal pinjaman berasal dari: anggota, koperasi lain, bank dan lembaga

keuangan lainnya.

C. Populasi dan Sampel

Populasi

Menurut Sugiyono, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Adapun yang

menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota Koperasi Pondok

Pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang berjumlah 246 anggota.104

Sampel

Arikunto menulis: “untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya

kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil antara10-

15% atau 20-25% atau lebih”.105

Berdasarkan teori di atas, karena dalam penelitian ini jumlah populasinya

lebih dari 100 atau lebih tepatnya sebesar 246 anggota, maka sampel yang diambil

104 Sugiyono, 2012, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta), hlm. 80. 105 Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta), hlm.

134.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

120 | P a g e

adalah sebesar 15% dari keseluruhan dari populasi yang ada dengan teknik random

sampling, sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 15% dari 246 anggota =

36 anggota.

D. Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Responden

Data deskriptif yang menggambarkan keadaan atau kondisi responden

merupakan informasi tambahan untuk memahami hasil-hasil penelitian. Responden

dalam penelitian ini memiliki karakteristik. Karakteristik-karakteristik penelitian

terdiri dari:

a. Jenis kelamin responden

Tabel 4.1

Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin Jumlah Prosentase

Laki-laki 17 47%

Perempuan 19 53%

Total 36 100%

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut diketahui tentang jenis kelamin anggota

menabung pada Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang diambil

sebagai responden. Jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis kelamin

perempuan sebesar 53% dan jenis kelamin laki-laki sebesar 47%.

b. Usia responden

Data mengenai usia responden, peneliti mengelompokkan menjadi tiga

kategori, yaitu dari umur 25-39 tahun, 40-49 tahun dan lebih dari 50 tahun.

adapun data mengenai usia anggota menabung di Koperasi Pondok Pesantren As-

Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai responden adalah sebagai berikut:

Tabel 4.2

Usia Responden

Usia Jumlah Prosentase

25-39 11 30%

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

121 | P a g e

40-49 15 42%

>50 10 28%

Total 36 100%

Berdasarkan tabel 4.2 dapat deketahui tentang usia anggota menabung

pada Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai

responden. Umur responden yang menjadi sampel penelitian ini berkisar 25-39

tahun, terdapat sebanyak 11 responden atau 30% dari jumlah sampel, yang

memiliki umur 40-49 tahun terdapat 15 responden atau 42%, dan yang memiliki

umur lebih dari 50 tahun sebanyak 10 responden atau 28%. Dari keterangan diatas

menunjukkan bahwa sebagian besar anggota menabung di Koperasi Pondok

Pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai responden dalam

penelitian ini adalah berusia 40-49 tahun.

c. Pendidikan responden

Data mengenai pendidikan responden disini, peneliti mengelompokkan

menjadi lima kategori, yaitu SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA/SMK, Diploma, dan

Sarjana. Adapun data mengenai pendidikan anggota menabung di Koperasi

Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai responden adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.3 Pendidikan Responden

Pendidikan Jumlah Prosentase

SD/MI 4 11%

SMP/MTS 4 11%

SMA/MA/SMK 5 14%

DIPLOMA 8 22%

SARJANA 15 42%

Total 36 100%

Berdasarkan keterangan pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui tentang latar

belakang pendidikan anggota menabung di Koperasi Pondok Pesantren As-

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

122 | P a g e

Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai responden sebagian besar

berpendidikan SD/MI sebanyak 4 orang atau 11%, SMP/MTS sebanyak 4 orang

atau 11%, SMA/MA/SMK sebanyak 5 orang atau 14%, Diploma sebanyak 8

orang atau 22%, Sarjana sebanyak 15 atau 42%. Dari keterangan diatas

menunjukkan bahwa pendidikan terakhir sebagian besar anggota menabung di

Koperasi Pondok pesantren As-Sakinah Bojonegoro yang diambil sebagai

responden dalam penelitian ini adalah Sarjana.

d. Pekerjaan/profesi responden

Berdasarkan hasil penelitian jenis pekerjan/profesi dari 36 responden

bervariasi, dengan kelompok jenis pekerjaan/profesi dapat diketahui sebagai

berikut:

Tabel 4.4

Pekerjaan/Profesi Responden

Pekerjaan/profesi Jumlah prosentase

Pelajar/mahasiswa 5 14%

Pegawai Negeri 5 14%

Karyawan swasta 9 25%

Guru 11 30%

Pedagang 6 17%

Total 36 100%

Berdasarkan keterangan pada tabel 4.4 diatas dapat diketahui tentang jenis

usaha anggota menabung di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro

yang diambil sebagai responden. Anggota yang berprofesi sebagai

pelajar/mahasiswa sebanyak 5 orang atau 14%, pegawai negeri sebanyak 5 orang

atau 14%, karyawan swasta sebanyak 9 orang atau 25%, guru sebanyak 11 orang

atau 30%, pedagang sebanyak 6 orang atau 17%. Dari hasil tersebut mayoritas

responden yang di ambil berprofesi sebagai guru.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

123 | P a g e

Validitas

Uji Validitas merupakan poin penting dalam sebuah analisa data. Hal itu

dilakukan untuk menguji apakah suatu alat ukur atau instrumen penelitian (dalam hal

ini data dari kuesioner) sudah valid dan reliabel. Mengukur validitas dilakukan

dengan r hitung > r tabel , yakni r hitung > 0,3 maka disebut valid, hasil validitas sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Hasil Validitas Variabel Strategi pemasaran(X1), dan Minat Menabung (Y)

NO r Hitung Syarat keterangan

Strategi Pemasaran (X)

1 0, 653 >0,300 Valid

2 0,653 >0,300 Valid

3 0,602 >0,300 Valid

4 0,345 >0,300 Valid

5 0,653 >0,300 Valid

6 0,738 >0,300 Valid

7 0,393 >0,300 Valid

8 0,738 >0,300 Valid

9 0,602 >0,300 Valid

10 0,345 >0,300 Valid

Minat Menabung (Y)

1 0,558 >0,300 Valid

2 0,458 >0,300 Valid

3 0,347 >0,300 Valid

4 0,458 >0,300 Valid

5 0,640 >0,300 Valid

6 0,506 >0,300 Valid

7 0,381 >0,300 Valid

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

124 | P a g e

8 0,646 >0,300 Valid

9 0,651 >0,300 Valid

10 0,349 >0,300 Valid

Berdasarkan olahan data di atas pengujian validitas dapat disimpulkan bahwa

semua item pernyataan dikatakan valid, karena > 0,300.

Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Spearman

Brown dengan Rtabel 5% dengan N = 36 Responden yakni 0,600, jika hasil uji

Reabilitas < 0,600 maka tidak reliable, tapi jika > 0,600 maka dikatakan reliable.

hasil reliabitilas dari masing-masing variabel sebagai berikut:

Tabel 2..2 Hasil Uji Reliabilitas

No. Variabel t Hitung t Tabel keterangan

1 Strategi Pemasaran

(X) 0,784

> 0,600 Reliabel

2 Minat Menabung (Y) 0,657 > 0,600 Reliabel

Sebagaimana dapat dilihat pada tabel diatas semua variabel memiliki nilai

>0,600. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa seluruh variabel dikatakan reliable.

Artinya kuesioner pada penelitian ini memiliki sifat dapat dipercaya.

Uji Asumsi Klasik

Dalam suatu persamaan regresn harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased

Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias.

Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi beberapa asumsi

dasar (Klasik), yaitu Berdasarkan hasil Uji Asumsi Klasnk dengan alat bantu

komputer yang menggunakan Program SPSS. 16.0. diperoleh hasilnya sebagai

berikut: (1). Uji Nomlalltas merupakan suatu alat uji yang digunakan untuk menguji

apakah dari vanabel-vanabel yang digunakan dalam model regresi mempunyai

distribusi normal atau tidak. (2). U|i Autokorelasi bertujuan untuk menentukan

apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t dengan kesalahan pada periode t- 1. Ghozali M (2006 : 61) (3). Uji

Multikolinieritas bertjuan untuk menguji apakah dalam persamaan regresi ditemukan

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

125 | P a g e

adanya korelasi antara vanabel bebas.Model regresi yang baik seharus nya tidak

terjadi korelasi dlantara variabel bebas. (4). Pengujian heteroskedaktisitas menguji

apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dan residual (kesalahan

pengganggu) satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dan residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika

berbeda dlsebut heteroskedaktisitas. Model regresi yang baik adalah yang

Homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedaktisitas.

Analisis Uji Parsial

Pengujian secara parsial yang digunakan untuk mengu|i signifikansi pengaruh

variabel strategi pemasaran terhadap minat menabung . Hal ini ditunjukkan oleh

persamaan regresi linier berganda sebagai benkut:

Y = 23,342 + 0,373

t ...... ' 2,963

Sig ' 0,006

Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel strategi pemasaran secara

parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat menabung.. Kondisi ini

indikasikan dengan perolehan tingkat signifikansi variabel bebas yang digunakan

model penelitian tersebut masih dibawah 5%.

Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut (1). Konstanta

(a) merupakan Intersep garis regresi dengan Y jika X = 0, yang menunjukkan bahwa

besarnya variabel independen yang digunakan dalam model penelman sebesar

konstanta tersebut. Besarnya nilai konstanta (a) adalah 23.343 menunjukkan bahwa

jika variabel bebas yang terdiri dari strategi pemasaran tidak ada perubahan = 0,

maka minat menabung nasabah di koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah akan

sebesar 23,343. (2). Koefisien Regresi: strategi pemasaran (b.) 0,373, menunjukkan

arah hubungan positif (searah) antara strategi pemasaran terhadap minat menabung

anggota di koperasi pondok pesantren As-Sakinah Bojonegoro.

Hal ini menunjukkan kurang baik tanggapan responden atas strategi

pemasaran tersebut akan diikuti semakin naik minat anggota menabung untuk

meningkatkan strategi pemasaran tersebut. Dengan kata lain jika strategi pemasaran

naik 1 satuan maka minat menabuung akan naik sebesar 0,373 dengan asumsi

variabel yang lainnya konstan.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

126 | P a g e

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sampel sebanyak 36 responden,

jumlah tersebut diambil dari 15% jumlah populasi yaitu 246 anggota, mayoritas

responden adalah guru yang berada di Pondok Pesantren Hidayatullah Bojonegoro.

1. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis peroleh dalam hal strategi pemasaran,

pihak Koperasi Pondok Pesantren As-sakinah Bojonegoro lebih mengedepankan

kepuasan pelanggan (kepuasanan pelayanan pada anggota).

Menurut bapak Yudi Nur Effendi selaku manajer koperasi, untuk

meningkatkan minat menabung selain dalam menjalankan strategi pemasaran

dalam hal kepuasan pelayanan pada anggota, peningkatan minat menabung bisa

bertambah lantaran adanya peningkatan pada lembaga pendidikan Pondok

Pesantren Hidayatullah. Dalam artian semakin banyak jumlah santri dan guru di

Pondok Pesantren Hidayatullah Bojonegoro maka minat menabung semakin

meningkat karena adanya rekomendasi dari orang dalam. Pernyataan tersebut

didapatkan penulis saat melakukan wawancara kepada manajer koperasi.

2. Berdasarkan hasil penelitian kemudian diadakan analisis yang merupakan

pengolahan lebih lanjut dari hasil uji hipotesis. Dalam analisis ini akan dibuat

semacam interprestasi dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi

yang diproses antara variabel X dan Y. Dalam pelaksanaan langkahnya adalah

melakukan perhitungan uji t, apakah terletak di daerah penerimaan H0 atau

penolakan H0. Berdasarkan uji t pada variabel strategi pemasaran, t hitung = 2,963

yang lebih besar dari t tabel = 1,895(2,963 >1,895 ). Hal ini merupakan bukti

terjadinya penolakan H0penerimaan Ha. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat

menabung anggota.

Besarnya pengaruh strategi pemasaran pada Koperasi Pondok Pesantren As-

Sakinah Bojonegoro terhadap minat menabung (R2) adalah sebesar 0,205 atau

20,5%. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pemasaran tersebut kecil sekali

pengaruhnya terhadap minat menabung, sedangkan sisanya sebesar 79,5%

dipengaruhi oleh faktor lain selain strategi pemasaran dari Koperasi Pondok

Pesantren As-Sakinah Bojonegoro.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

127 | P a g e

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya

oleh Shanti Hermina Rangkuti (2009) yang diperoleh hasil bahwa variabel X

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Y (minat menabung).

Karena memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat menabung

anggota, strategi pemasaran memiliki peranan dalam operasional Koperasi

Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro dan mempertahankan kelangsungan

hidup usaha.

Menurut analisa penulis, minat menabung anggota dapat meningkat apabila

pihak Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro mampu meningkatkan

strategi pemasaran salah satunya dalam meningkatkan promosi penjualan dam

meningkatkan kualitas pelayanan yang menjamin kepuasan anggota.

E. Penutup

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan alat analisis regresilinier

sederhana mengenai strategi pemasaran terhadap minat menabung di Koperasi

Pondok Pesantren As-Sakinah Bojonegoro, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dalam hal strategi pemasaran di Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah

Bojonegoro lebih mengedepankan kepuasan pelanggan (kepuasan pelayanan

pada anggota).

2. Besarnya koefesien determinasi menunjukkan bahwa pengaruh variabel

independen (strategi pemasaran) terhadap variabel dependen (minat

menabung), dan hasilnya sebesar 0,205 atau 20,5%, sedangkan sisanya 79,5%

(100% - 20,5%) dipengaruhi oleh faktor lain diluar model ini. Berdasarkan uji

t pada variabel, t hitung lebih besar dari t tabel, Hal ini merupakan bukti

terjadinya penolakan H0 dan penerimaan Ha. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap minat menabung anggota.

Dalam penelitian yang peneliti lakukan tentunya mempunyai banyak

keterbatasan-keterbatasan, antara lain:

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

128 | P a g e

1. Penelitian ini hanya dilakukan pada anggota menabung di Koperasi Pondok

Pesantren As-Sakinah Bojonegoro, sehingga hasilnya tidak berlaku untuk

anggota menabung di koperasi lain.

2. Keterbatasan pengetahuan peneliti tentang strategi pemasaran dan faktor-

faktor yang mempengaruhi minat menabung anggota, sehingga dalam

pembahasan tidak diuraikan secara lengkap.

3. Penelitian dilaksanakan selama penyusunan skripsi, waktu yang singkat inilah

yang dapat mempersempit ruang gerak peneliti, sehingga dapat berpengaruh

terhadap hasil penelitian yang penulis lakukan. Oleh karena itu, dalam

penelitian ini penulis menggunakan instrumen penelitian yang dapat

mempersingkat waktu penelitian yaitu denga n menyebar angket.

Setelah melihat keterbatasan tersebut, penulis memberikan saran

sebagai kritik kontraktif yang dilihat di lapangan, adapun saran-saran yang

dapat penulis berikut antara lain:

a. Kepada pegawai Koperasi Pondok Pesantren As-Sakinah diharapkan untuk

lebih meningkatkan strategi pemasaran dalam operasionalnya.

b. Hasil penelitian ini sekiranya dapat dijadikan acuan bagi penelitian lain

untuk mengembangkan maupun mengoreksi dan melakukan perbaikan

seperlunya.

Daftar Pustaka

A. Amrin. 2007. Strategi Pemasaran Asuransi Syariah. Jakarta: PT Gramedia.

A. Hasan. 2010. Marketing Bank Syariah. Bogor: Ghalia Indonesia.

A. Sudijono. 2009. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

E.C. Elina. 2008. Pengaruh Iklan Untung Beliung Britama Terhadap Minat Nasabah

Untuk Menabung Di Tabungan Britama BRI. Tesis, Program Studi Magister

Manajeman Universitas Sebelas Maret Surakarta.

E.S. Khomariah. 2011. “Analisis Kesehatan pada Koperasi Pondok Pesantren As-sakinah Bojonegoro 2011-2012”. Skripsi, Program Studi Akuntansi Sekolah

Tinggi Ilmu Ekonomi “CENDEKIA” Bojonegoro.

H.B. Alma. 2010. Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Jurnal Attanwir Vol. 4 No. 1 April 2015

129 | P a g e

Kasmir. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Prenada Media Group.

M. Firdaus. 2004. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta: Bumi Aksara.

M. Syah. 2004. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja

Rosdakarya Offset.

Mardani. 2011. Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah. Jakarta: PT Grafindo

Persada.

N.J. Setiadi. 2010. Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

N.M. Al Arif. 2010. Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah. Bandung: Alfabeta.

S. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

S. Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

U Khoirul. 2012. “Pengaruh Produk Syariah Dan Bauran Promosi terhadap

Keputusan Nasabah Menabung Di BNI Syariah Cabang Semarang.” Skripsi,

Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Wali songo Semarang.