perkawinan eksogami: larangan perkawinan ... - uin-suka…

14
175 Al-Ah} wa> lA. Pendahuluan Beragam suku bangsa yang ada di Indone- sia maka beragam pula tradisi atau hukum yang ada dalam masyarakat, termasuk dalam hal perkawinan. Pada masyarakat Minangka- bau terdapat prinsip eksogami suku dan ekso- gami kampung. 1 Seseorang yang ingin menikah dituntut untuk mencari pasangan di luar suku- nya seperti anggota masyarakat yang mempu- PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN SATU DATUAK DI NAGARI AMPANG KURANJI, SUMATERA BARAT Nola Putriyah P. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected] Abstract People of Nagari Ampang Kuranji implement exogamous marriage in the form of inter clan and kinship marriage. This exogamous marriage, however, are varies among the nagaris. The existence of datuak in every clan brings an effect to the possibility of a groom to have a bride from one clan under the condition of different datuak. Customary fines will be applied to those who trespasses this customary regulation. This article tries to elucidate exogamous marriage in Ampang Kuranji from the perspective of Islamic law. Utilizing ‘urf perspective, this article argues that exogamous marriage among people of Nagari Ampang Kuranji can be considered as ‘urf sahih, a customary tradition that is inline with Islamic teachings. [Masyarakat nagari Ampang Kuranji menganut sistem perkawinan eksogami yakni keharusan seseorang untuk mencari pasangan diluar suku atau klannya. Namun, penerapan satu suku di nagari ini berbeda dengan nagari lainnya. Adanya pembagian datuak disetiap suku mengakibatkan kebolehan menikah dengan orang satu suku asalkan tidak satu datuak. Seseorang yang melanggar dengan melangsungkan perkawinan satu datuak maka akan dikenakan sanksi adat. Dalam Islam telah diatur kelompok wanita yang dilarang dan dibolehkan untuk dinikahi. Tulisan ini membahas tentang perni- kahan eksogamy pada masyarakat Nagari Ampang Kuranji dari perspektif ‘urf. Dapat dikatakan bahwa pernikahan eksogamus pada masyarakat Ampang Kuranji ini sebagai salah satu bentuk ‘urf sahih dalam bidang perkawinan.] Kata Kunci : perkawinan eksogami, larangan kawin satu datuak, hukum Islam nyai suku Caniago tidak boleh kawin sesama suku Caniago. Larangan kawin sesuku sudah merupakan ketentuan yang sudah diterima secara turun temurun di masyarakat yang dise- but perkawinan pantang. 2 Penerapan kawin pantang ini tidak sama antar wilayah Minangkabau.Hal ini sesuai de- ngan pepatah Minangkabau “lain lubuk lain ikannya, lain nagari lain pula adat istiadatnya”. 1 Eksogami suku ialah keharusan seseorang mencari pasangan di luar sukunya, antara pasangan yang akan menikah harus mempunyai suku yang berbeda. Sedangkan eksogami kampung ialah keharusan seseorang mencari pasangan dengan suku satu sama lainnya berbeda dan salah satunya bertempat tinggal di luar kampung (tidak sekampung). 2 Perkawinan Pantang adalah perkawinan yang apabila dilakukan dapat merusak sistem kekerabatan, yaitu yang setali darah menurut garis keturunan matrilineal, sekaum atau sesuku meskipun tidak mempunyai hubungan genealogis atau tidak senagari. Perkawinan ini walaupun tidak dilarang dalam Islam, tetapi bersifat harus dihindari. A. Bunyan Wahib UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected]

Upload: others

Post on 21-Apr-2022

53 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

175Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1437 H

Sistem Pembagian Warisan pada Masyarakat Multikultural ...

A. PendahuluanBeragam suku bangsa yang ada di Indone-

sia maka beragam pula tradisi atau hukumyang ada dalam masyarakat, termasuk dalamhal perkawinan. Pada masyarakat Minangka-bau terdapat prinsip eksogami suku dan ekso-gami kampung.1 Seseorang yang ingin menikahdituntut untuk mencari pasangan di luar suku-nya seperti anggota masyarakat yang mempu-

PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN SATUDATUAK DI NAGARI AMPANG KURANJI, SUMATERA BARAT

Nola Putriyah P.UIN Sunan Kalijaga [email protected]

AbstractPeople of Nagari Ampang Kuranji implement exogamous marriage in the form of inter clan and kinship marriage.This exogamous marriage, however, are varies among the nagaris. The existence of datuak in every clan brings aneffect to the possibility of a groom to have a bride from one clan under the condition of different datuak. Customaryfines will be applied to those who trespasses this customary regulation. This article tries to elucidate exogamousmarriage in Ampang Kuranji from the perspective of Islamic law. Utilizing ‘urf perspective, this article arguesthat exogamous marriage among people of Nagari Ampang Kuranji can be considered as ‘urf sahih, a customarytradition that is inline with Islamic teachings.

[Masyarakat nagari Ampang Kuranji menganut sistem perkawinan eksogami yakni keharusanseseorang untuk mencari pasangan diluar suku atau klannya. Namun, penerapan satu suku di nagariini berbeda dengan nagari lainnya. Adanya pembagian datuak disetiap suku mengakibatkan kebolehanmenikah dengan orang satu suku asalkan tidak satu datuak. Seseorang yang melanggar denganmelangsungkan perkawinan satu datuak maka akan dikenakan sanksi adat. Dalam Islam telah diaturkelompok wanita yang dilarang dan dibolehkan untuk dinikahi. Tulisan ini membahas tentang perni-kahan eksogamy pada masyarakat Nagari Ampang Kuranji dari perspektif ‘urf. Dapat dikatakanbahwa pernikahan eksogamus pada masyarakat Ampang Kuranji ini sebagai salah satu bentuk ‘urfsahih dalam bidang perkawinan.]

Kata Kunci : perkawinan eksogami, larangan kawin satu datuak, hukum Islam

nyai suku Caniago tidak boleh kawin sesamasuku Caniago. Larangan kawin sesuku sudahmerupakan ketentuan yang sudah diterimasecara turun temurun di masyarakat yang dise-but perkawinan pantang.2

Penerapan kawin pantang ini tidak samaantar wilayah Minangkabau.Hal ini sesuai de-ngan pepatah Minangkabau “lain lubuk lainikannya, lain nagari lain pula adat istiadatnya”.

1 Eksogami suku ialah keharusan seseorang mencari pasangan di luar sukunya, antara pasangan yang akan menikahharus mempunyai suku yang berbeda. Sedangkan eksogami kampung ialah keharusan seseorang mencari pasangandengan suku satu sama lainnya berbeda dan salah satunya bertempat tinggal di luar kampung (tidak sekampung).

2 Perkawinan Pantang adalah perkawinan yang apabila dilakukan dapat merusak sistem kekerabatan, yaitu yangsetali darah menurut garis keturunan matrilineal, sekaum atau sesuku meskipun tidak mempunyai hubungangenealogis atau tidak senagari. Perkawinan ini walaupun tidak dilarang dalam Islam, tetapi bersifat harus dihindari.

A. Bunyan WahibUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

[email protected]

Page 2: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

176 Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

Nola Putriyah P. dan A. Bunyan Wahib

Begitu juga dengan adat istiadat yang dipakaioleh masyarakat Ampang Kuranji tentang pe-mahaman kawin sesuku tersebut. Masyarakatdi nagari ini membolehkan terjadinya perka-winan satu suku asalkan datuak3 antara laki-laki dan perempuan tersebut berbeda.

Namun demikian, aturan kawin pantangdi nagari Ampang Kuranji seperti di atas tidak-lah dipraktekkan secara kaku. Masyarakat na-gari Ampang Kuranji masih sangat kentaldengan ungkapan “Adat Basandi Syara’, Syara’Basandi Kitabullah, Syara’ Mangato Adat Ma-makai”, yang berarti masyarakat masih meng-anggap adanya hubungan yang erat antaraadat dan agama. Dalam agama Islam, hukumperkawinan seperti ini diperbolehkan. Begitujuga larangan ini tidak mutlak dilarang. Pa-sangan yang melanggar adat dengan melang-sungkan perkawinan satu datuakini dikenakansanksi adat. Dimana, pihak laki-laki dipindah-kan kepesukuan datuak Rajalelo.4 Perpindahandatuak tersebut ditandai dengan membayardenda berupa kambing saasam sagaram.

Dalam tulisan ini akan dibahas mengenailarangan perkawinan satu datuakpada masya-rakat nagari Ampang Kuranji menurutperspektif hukum Islam.

B. Larangan perkawinan dalam IslamDalam hukum perkawinan Islam dikenal

sebuah asas yang disebut dengan asas selektivi-tas. Maksud dari asas ini adalah seseorangyang hendak menikah harus terlebih dahulumenyeleksi dengan siapa ia boleh menikah dandengan siapa ia terlarang untuk menikah.5

1. Wanita yang dibolehkan untuk dinikahiAdapun syarat wanita yang boleh dini-kahi:6

a. Pada waktu dipinang tidak ada ha-langan-halangan hukum yang mela-rang dilangsungkannya perkawinan.

b. Belum dipinang oleh orang lain secarasah.

2. Wanita yang tidak dibolehkan untukdinikahi

Larangan perkawinan antara seorang priadan seorang wanita menurut syara’ dapatdibagi menjadi dua, yakni halangan abadidan halangan sementara.Wanita yang termasuk dalam golonganhalangan abadi, diantaranya 7:a. Nasab (keturunan).

Dalam kaitannya dengan masalah la-rangan kawin didasarkan padafirman Allah SWT:

“diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, sau-dara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anakperempuan dari saudara-saudaramu yang la-ki-laki dan anak-anakmu dari saudara-sauda-ramu yang perempuan......”

3 Datuak ialah seseorang yang diangkat untuk menjadi kepala kaum, yang mempunyai tugas dan wewenang yangharus diemban.

4 Rajalelo merupakan Datuakdari suku Caniago yang ada di nagari Ampang Kuranji.5 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum

Islam daru Fikih, UU No. 1/1974 sampai KHI (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 144.6 Djamaan Nur, Fiqh Munakahat (Semarang: DIMAS, 1993), Hlm.13-14.7 Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm.63-69.8 An-Nisâ (4): 23.

Page 3: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

177

Perkawinan Eksogami: Larangan Perkawinan Satu Datuak di Nagari Ampang Kuranji, Sumatera Barat

Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

Wanita-wanita yang dilarang untukdinikahi untuk selamanya (halanganabadi) karena pertalian nasab sebagai-mana ayat diatas, ialah:1) Ibu (baik dari pihak ayah mau-

pun ibu dan seterusnya ke atas).2) Anak perempuan3) Saudara perempuan4) Bibi5) Kemenakan (keponakan) perem-

puanb. Pembesanan (karena pertalian kerabat

semenda).Larangan ini disebutkan dalam lanjut-an surat An-Nisâ ayat 23 yaitu sebagaiberikut:

“dan (diharamkan) ibu-ibu istrimu (mertua),anak-anak perempuan dari isterimu (anak tiri)yang dalam pemeliharaanmu dari istri yangtelah kamu campuri, tetapi jika kamu belumcampur dengan istrimu itu (dan sudah kamuceraikan), maka tidak berdosa kamu (meni-kahinya), (dan diharamkan bagimu) istri-istrianak kandungmu (menantu)...”

Jika diperinci adalah sebagai berikut:1) Mertua perempuan2) Anak tiri3) Menantu4) Ibu tiri

c. Sesusuan.Larangan kawin karena hubungansesusuan berdasarkan pada lanjutansurat An-Nisâ:

“(diharamkan karena atas kamu mengawini)ibu-ibumu yang menyusukan kamu, dansaudara-saudara perempuan sepersusuan....)”

Menurut riwayat Abu Daud, An-Nasa’idan Ibnu Majah dari Aisyah, keharaman kare-na sesusuan ini diterangkan dalam hadis yangberbunyi:

“Diharamkan karena ada hubungan susuanapa yang diharamkan karena ada hubungannasab”.

Jika diperinci hubungan sesusuanyang diharamkan adalah:1) Ibu sesuan2) Nenek susuan3) Bibi susuan4) Kemenakan susuan perempuan5) Saudara susuan perempuanSedangkan halangan-halangan se-mentara ada lima,12 yaitu:1) Dilarang mengumpulkan dua

orang yang memiliki hubunganmahram. seorang laki-laki dila-rang mengawini dua orang pe-rempuan bersaudara dalam wak-tu yang bersamaan kecuali, jikasaudara perempuannya dicerai-kan dan habis masa ‘iddahnya

9 An-Nisâ (4) :23.1 0 Al-Nisâ (4): 23.1 1 Jalâluddîn as-Sûyumî dan Imâm al Sandî, Sunan An-Nasâ’ (Beirut: Dar al Fikr, 2009 M/1430 H), VI: 99, hadis

nomor 3303, “Kitab An-Nikâh,” “Bab Tahrîm Binta Al-Akhu min ar-Ra â‘ah.”1 2 Adil Abdul Mun’im Abu Abbas, Ketika Menikah Jadi Pilihan (Jakarta: Almahira, 2008), hlm. 38.

Page 4: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

178 Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

Nola Putriyah P. dan A. Bunyan Wahib

ataupun ia meninggal. Berdasar-kan pada firman Allah SWT:

“dan (diharamkan) mengumpulkan (dalampernikahan) dua orang perempuan yang ber-saudara.”

Begitu juga larangan ini dinyatakan dalamsebuah hadis riwayat Bukhari:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallammelarang bilamana wanita dimadu denganbibinya baik dari jalur ibu atau bapaknya.”

2) Larangan menikah karena ada-nya hak orang lain. Nabi SAWtidak membenarkan dua oranglelaki saling bersaing untuk meni-kahi seorang perempuan. La-rangan ini karena akan mencip-takan rasa permusuhan di antaradua orang muslim yang bersau-dara15. Sabda Nabi SAW:

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah mela-rang sebagian kalian untuk berjual beli atasjual beli saudaranya. Dan janganlah seseorang

meminang atas pinangan yang lain hingga iameninggalkannya atau pun menerimanya,ataupun ia telah diberi izin oleh sang peminangpertama”.

3) Halangan perceraian tiga kali ba-gi suami yang menceraikan. Pe-rempuan yang dicerai tiga kali ti-dak boleh rujuk dengan mantansuaminya dengan syarat setelahdinikahi oleh laki-laki lain danberpisah dengannya karena per-ceraian atau kematian serta ha-bis masa ‘iddahnya, berdasarkanfirman Allah:

“maka perempuan itu tidak lagi halal baginyahingga dia kawin dengan suami yang lain.”

4) Halangan menikahi lebih dariempat orang wanita. Seorang la-ki-laki boleh melakukan poligami,tetapi hanya dibatasi sampai de-ngan empat orang istri. Apabilaselama masih berada dalam per-nikahan keempat, maka baginyadiharamkan untuk menikah lagiuntuk yang kelimanya.18

Firman Allah :

“maka nikahilah perempuan-perempuan (lain)yang kalian senangi: dua, tiga, atau empat”.

5) Larangan menikahi wanitamusyrik yang tidak memiliki aga-ma, sebagaimana firman Allah:

1 3 An-Nisâ (4): 23.1 4 Ahmad Ibn ‘Ali Ibn-Hajar al-’Asqalânî, Fath Al Barrî Sâhih Al-Bukhârî (Beirut: Dar Al-Kotob Al-‘Ilmiyah, 2003 M/

1424 H), IX: 199, hadis nomor 5110, “Kitab An-Nikâh,” “Bab Lâ Tanki%a al-Mar’atu ‘ala ‘Ammatiha.”1 5 A. Rahman I Doi, Karakteristik Hukum Islam dan Perkawinan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 228.1 6 Ahmad Ibn ‘Ali Ibn-Hajar al-’Asqalânî, Fath Al Barrî Sâhih Al-Bukhârî, IX: 248, hadis nomor 5142, “Kitab An-

Nikâh,” “Bab Lâ yakhtuba ‘alâ Khitbati Akhîhi Hatta Yankiha Aw Yada‘a.”1 7 Al-Baqarah (2): 230.1 8 Mohd. Idris Ramulyo, Tinjauan Beberapa Pasal Undang-Undang No 1 Tahun 1974 Dari Segi Hukum Perkawinan Islam

(Jakarta: Hillco, 1986), hlm. 43.

Page 5: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

179

Perkawinan Eksogami: Larangan Perkawinan Satu Datuak di Nagari Ampang Kuranji, Sumatera Barat

Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

“janganlah kalian menikahi perempuan-pe-rempuan musyrik, sebelum beriman. Sesung-guhnya budak perempuan yang mukmin lebihbaik dari perempuan musyrik, walaupun diamenarik hati kalian...”.

3. Wanita yang dianjurkan untuk dinikahia. Beragama. Agama adalah asas pertama

yang terpenting dan harus dipakai olehsiapa pun yang ingin menikah dan menen-tukan wanita pilihannya. Dari AbuHurairah, Rasulullah bersabda:

“Telah menceritakan kepada kami MusaddadTelah menceritakan kepada kami Yahya dariUbaidullah ia berkata; Telah menceritakan ke-padaku Sa’id bin Abu Sa’id dari bapaknya dariAbu Hurairah radliallahu ‘anhu, dari Nabishallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:“Wanita itu dinikahi karena empat hal, karenahartanya, karena keturunannya, karena kecan-

tikannya dan karena agamanya. Maka pilihlahkarena agamanya, niscaya kamu akan berun-tung.”

b. Baik Akhlaknya. Wanita yang berakhlakbaik adalah seperti yang disifatkan olehA’rabi: “Kalau engkau marah, dia mena-han diri, kalau engkau tertawa dia terse-nyum, kalau engkau mengerjakan sesuatudia mendukung; dia taat kepada suami danmengurus rumah tangganya.

c. Cantik Parasnya. Wajah cantik lebih man-tap sebagai perisai iman karena sedapdipandang. Sebuah hadis memuat sabdaRasulullah, “Bila Allah menaruh di dalamhati salah satu dari kalian perasaan senangakan wajah seorang wanita, maka sebaik-nya lihatlah dia, karena hal itu memung-kinkan terjadinya rasa cinta antara ke-duanya”. (HR. Ibnu Majah).

d. Ringan Maharnya.Wanita yang termasukberkah adalah yang ringan maharnya.Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

“Sebaik-baik wanita ialah yang paling ringanmaharnya.”

e. Subur Peranakannya. Rasulullah bersabda:

“Nikahkanlah wanita-wanita yang penya-yang dan subur (banyak keturunan), karenaaku akan berbangga kepada umat yang laindengan banyaknya kalian.”

1 9 An-Nisâ (4): 3.2 0 Al-Baqarah (2): 221.2 1 Ahmad Ibn ‘Ali Ibn-Hajar al-’Asqalânî, Fath Al Barrî Sâhih Al-Bukhârî, IX: 163-164, hadis nomor 5090, “Kitab an-

Nikâh,” “Bab Al-Akfâ’ Fi Ad-dîn.”2 2 Jalâluddîn as-Sûyumî dan Imâm al Sandî, Sunan An-Nasâ’i, VI: 65-66, hadis nomor 3224, “Kitab An-Nikâh,” “Bab

Kirâhiyyah tazwîju Al-‘Aqîm.”

Page 6: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

180 Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

Nola Putriyah P. dan A. Bunyan Wahib

f. Gadis. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

“Telah menceritakan kepada kami Ubaidullahbin Mu’adz telah menceritakan kepada kamiayahku telah menceritakan kepada kami Syu’-bah dari Muharib bin Ditsar dari Jabir bin Ab-dullah dia berkata; Saya menikah dengan se-orang wanita, maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam bertanya kepadaku: “Apakahengkau telah menikah?” Saya menjawab; Ya.Beliau kembali bertanya: “Dengan gadis atau-kah janda?” Saya jawab; Dengan janda. Beliaulalu bersabda: “Kenapa kamu tidak memilihgadis hingga kamu dapat bercumbu dengan-nya?” Syu’bah berkata; Kemudian saya me-ngemukakannya kepada ‘Amru bin Dinar Lan-tas dia berkata; Saya telah mendengarnya dariJabir? Hanyasannya dia menyebutkan; Ra-sulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Kenapa tidak dengan anak gadis hingga ka-mu bisa mencumbunya dan dia mencum-bumu?.”

g. Berasal dari Keluarga Baik-baikDiriwayatkan oleh Ibnu Majah dan Ad-Dailami bahwa Rasulullah bersabda,“Pilihlah baik-baik tempat untuk menaruhbenihmu karena besar pengaruhmyaterhadap keturunanmu kelak”.

h. Bukan dari Keluarga Dekat.Seseorang yang hendak menikah dilaranguntuk menikahi keluarga dekatnya.Namun, larangan tersebut tidak berartimengharamkan hal di atas, karena AllahTa’ala menghalalkannya, sesuai denganfirman-Nya dalam surat An-nisâ:24. Per-kawinan antara keluarga yang berhu-bungan darah yang terlalu dekat menurutilmu kedokteran juga akan mengakibatkanketurunannya kelak kurang sehat dan se-ring cacat bahkan kadang-kadang ke-mampuannya kurang cerdas.24

Walaupun tidak ada satu hadis pun yangmelarang perkawinan antar kerabat hanyasaja, ada sejumlah riwayat yang dinisbah-kan kepada Umar ibn Al-Khaththab rayang pernah menyindir keluarga As-Sa’ibyang biasa saling menikahkan anak-anakmereka melalui perjodohan dalam satukeluarga. Umar berujar “kalian akanlemah”. Nikahilah orang asing dari luargaris keluarga kalian”.Adapun larangan kawin dengan kerabatdekat semacam ini mengandung beberapahikmah :25

1) Syahwat dan keinginan terhadapnyasemakin besar.

2) Turut membina kekohan jalinan so-sial.

3) Apabila suami istri dipaksa berceraikarena suatu sebab, tidak akan me-nimbulkan keretakkan yang terlaluparah antara kedua keluarga besar.

4) Anak hasil perkawinan tersebut akanmemiliki tubuh yang lebih kuat dankecerdasan yang lebih baik.

2 3 Imâm Muslim ben al- Hajjâj, ba%î% Muslim (Beirut: Dar Al-Kotob Al-‘Ilmiyah, 2008M), V:379-380, hadis nomor55, “Kitab Ar-Ra a‘a,””Bab Istijâbu Nikâh Al-Bikr.”

2 4 Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis Dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 DanKompilasi Hukum Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 36.

2 5 Abdul Ghalib Ahmad Isa, Pernikahan Islam (Solo: Pustaka Mantiq, 1997),hlm. 46.

Page 7: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

181

Perkawinan Eksogami: Larangan Perkawinan Satu Datuak di Nagari Ampang Kuranji, Sumatera Barat

Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

C. Pengertian datuakDatuak yaitu kepala kaum. Datuak bisa

juga disebut dengan penghulu suku yakni se-seorang yang mempunyai tugas dan wewe-nang di suatu Nagari terhadap kaumnya. Perandatuak di nagari Ampang Kuranji ini sangatpenting, ia ibarat hakim dan pendamai di da-lam kaumnya.

Adapun syarat-syarat seseorang yangakan menjadi datuak di antaranya26:1. Orang pribumi. Maksudnya seseorang

yang akan menjadi datuak ialah seseorangyang berasal/asli dari nagari tersebut.

2. Paham dengan agama. Seorang datuak ha-rus paham dengan agama, sehingga da-lam menjalankan tugas dan kewajibannyatidak bertentangan dengan ajaran agamaislam.

3. Paham dengan adat. Selain mengerti aga-ma pastilah seorang datuak dituntut pa-ham terhadap adat Minangkabau danadat yang ada di nagari Ampang Kuranji.

4. Mempunyai akhlak yang baik dan dapatdipercaya. Seorang pemimpin merupakan

contoh teladan yang baik, sehinggamenjadi panutan oleh kaumnya.

5. Sudah menikah. Seseorang yang akanmenjadi datuak ialah seseorang yangsudah berkeluarga. Namun, syarat yangsatu ini tidak mutlak dikarenakan seorangyang belum menikah juga boleh menjadidatuak dengan syarat asli pribumi,berakhlak baik, mengerti agama dan adatyang berumur tujuh belas tahun ke atas.

Datuak di nagari ampang Kuranji tidakada masa jabatannya. Datuak sebelumnyahanya dapat digantikan dengan dua halyaitu27:a. Mati batungkek budi (mati bertongkat budi).

Maksudnya, mendirikan Datuak barukarena datuak yang lama meninggal dunia.

b. Hiduik bakarelaan (hidup berkerelaan).Maksudnya, mendirikan datuak barukarena datuak yang lama mengundurkandiri.

Adapun datuak yang menjabat saat inidapat dilihat pada tabel di bawah ini.

2 6 Wawancara dengan bapak Erman. DatuakMakudumdi nagari Ampang Kuranji, tanggal 29 Agustus 2014.2 7 Wawancara dengan bapak Pahri. DatuakMakudumdi nagari Ampang Kuranji, tanggal 28 Agustus 2014.

Tabel 1Nama Suku dan Kepala Kaum (Datuak)di Nagari Ampang Kuranji Tahun 2014

NO. NAMA SUKU GELAR DATUAK NAMA

DATUAK DOMISILI / ALAMAT

1 Caniago Dt. Rajo Lelo Dalpewan Koto Baru 2 Caniago Dt. Rajo Penghulu Andalul Koto Diateh 3 Caniago Dt. Mangku Marajo Andisa Putra Pasa Banda 4 Piliang Dt. Bandaro Apendi Pasa Banda 5 Piliang Dt. Marajo Fahri Pasa Banda 6 Piliang Dt. Makudum Erman Pasa Banda 7 Melayu Dt. Penghulu Sati Amilus Lubuk Agam 8 Melayu Dt. Tumenggung Amdasrianto Lubuak

Agam

Page 8: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

182 Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

Nola Putriyah P. dan A. Bunyan Wahib

D. Larangan perkawinan satu datuak diNagari Ampang Kuranji

Masyarakat di nagari Ampang Kuranjimenggunakan sistem kekerabatan matrilinealdan bentuk perkawinan yang digunakan ialaheksogami. Perkawinan eksogami menuntutseseorang untuk mencari pasangan hidupnyadi luar suku/klan/marga. Dengan artian, dila-rangnya perkawinan antara seseorang yangmempunyai suku yang sama.

Sistem perkawinan masyarakat nagariAmpang Kuranji berbeda dengan nagari diMinangkabau lainnya sesuai dengan pepatahMinangkabau “lain lubuk lain ikannya, lain nagarilain pula adat istiadatnya”. Setiap nagari mem-punyai peraturan yang berlaku untuk setiapkaumnya. Begitu juga dengan masyarakat Am-pang Kuranji mempunyai aturan dan laranganyang berlaku. Salah satu aturan dan larangantersebut ialah larangan mengenai perkawinan.Masyarakat nagari Ampang Kuranji membagilarangan perkawinan menjadi tiga, di antara-nya:28

Pertama, Nikam Bumi ialah larangan mela-kukan perkawinan sebagaimana yang telahdiatur agama Islam. Wanita yang dilaranguntuk dinikahi di dalam agama Islam jugadilarang untuk dinikahi dalam aturan adat dinagari Ampang Kuranji. Baik itu wanita yangdilarang untuk dinikahi sementara maupunwanita yang dilarang untuk selama-lamanya.

Kedua, Cegak telu ialah larangan melaku-kan perkawinan terhadap seseorang yang bedaagama. Artinya, kedua mempelai harus sekufudalam agama. Sebagaimana firman Allah:

“Dan janganlah kamu nikahi perempuanmusyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh,hamba sahaya perempuan yang beriman lebihbaik daripada perempuan musyrik meskipundia menarik hatimu. Dan janganlah kamu ni-kahkan (laki-laki) musyrik (dengan perempuanyang beriman) sebelum mereka beriman. Sung-guh, hamba sahaya laki-laki yang berimanlebih baik daripada laki-laki musyrik meskipundian menarik hatimu. Mereka mengajak keneraka, sedangkan Allah mengajak ke surgadan ampunan dengan izinNya. (Allah) mene-rangkan ayat-ayat Nya kepada manusia agarmereka mengambil pelajaran.”

Sabda Nabi SAW:

“Jika seseorang datang melamar (anak perem-puan) kalian, kalian ridha pada agama danakhlaknya, maka nikahkanlah dia agar tidakterjadinya fitnah dan kerusakan dimukabumi.”

Ketiga, Pecah Pinggan ialah perkawinanpantangyang merupakan larangan adat yaknilarangan perkawinan satu suku. Penerapan

2 8 Wawancara dengan Bapak Nofriyanto. Pernah menjabat sebagai datuak yang sekarang menjadi Tuo Nagari diAmpang Kuranji, tanggal 25 Agustus 2014.

2 9 Al-Baqarah (2): 221.3 0 Al-Imâm Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah (Beirut: Dar Al-Kotob Al-‘Ilmiyah, 2009), II: 477, hadis nomor 1967, “Kitab

An-Nikâh,” “Bab Al-Akfâ’.”

Page 9: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

183

Perkawinan Eksogami: Larangan Perkawinan Satu Datuak di Nagari Ampang Kuranji, Sumatera Barat

Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

perkawinan satu suku pada masyarakat Am-pang Kuranji berbeda dengan nagari lainnya.

Adat Minangkabau datang dari Pagaru-yuang ke Ampang Kuranji pada tahun 1850,31

sedangkan Islam telah merata masuk di Mi-nangkabau pada abad ke-19.32 Suku yang adadi nagari ini ialah suku Caniago, Piliang danMelayu. Awalnya, seseorang yang sama-samamempunyai suku Melayu tidak dibenarkan un-tuk melangsungkan perkawinan. Namun, ada-nya pengaruh masuknya Islam ke nagari ini,juga seiring berkembangnya wilayah dan ber-tambahnya penduduk maka, pada tahun 1942tiga suku tersebut di bagi dengan membentukdelapan datuak/kepala kaum di antaranyasuku Caniago mempunyai tiga datuak, suku Pi-liang mempunyai tiga datuak sedangkan sukuMelayu mempunyai dua datuak.33 Dengan de-mikian, masyarakat nagari Ampang Kuranjimembolehkan kawin sesuku asalkan datuakantara kedua belah pihak berbeda.

Perkawinan antara perempuan yangmempunyai suku Caniago datuak Mangku Ma-rajo tidak boleh kawin dengan laki-laki yangbersuku Caniago datuak Mangku Marajo pula.Akan tetapi, dibolehkan kawin dengan sukudan datuak yang lainnya asalkan bukan daridatuak yang sama yaitu datuak Mangku Marajo.Jika perkawinan itu tetap terjadi maka mem-pelai laki-laki dibuang dari kampung. Dibuangdari kampung di sini maksudnya bukan dike-luarkan dari nagari tersebut namun, seorangmempelai laki-laki dipindahkan ke datuakRajoLelo. Artinya, setiap yang melanggar perka-winan satu datuak ini maka pihak laki-laki akandipindahkan ke suku Caniago datuak Rajolelo.

Masyarakat Ampang Kuranji sangat taatterhadap adat yang ada. Dapat dilihat dari

sedikitnya jumlah pasangan yang melanggarperkawinan satu datuak ini. Dari tahun 1942hingga sekarang hanya ada satu pasanganyang melanggar yaitu pada tahun 1974. Pa-sangan ini sama-sama mempunyai suku Piliangdatuak Makudum.Sanksi bagi yang melanggarperkawinan satu datuak ini tidak hanya di-buang dari kampung. Sanksi adat lainnya dike-nal dengan istilah “tautang”. Kedua belah pihakyang melanggar terkena hutang berupa kam-bing saasam sagaram. Maksudnya, bukan beru-pa satu ekor kambing yang utuh akan tetapi,sudah dimasak secukupnya untuk dihidangkankepada keluarga dan perangkat nagari.34

Sistem larangan kawin satu datuak inidipakai untuk mengekalkan kekerabatanmatrilineal. Selain itu untuk menjaga keutuhanhubungan pasukuan satu datuak agar hu-bungan tidak retak. Bila terjadi perkawinansatu datuak, seandainya dalam membina ru-mah tangga terjadi permasalahan yang ber-ujung perceraian (talak), mengakibatkan retakpula hubungan antara rumah (kaum) laki-lakidengan rumah (kaum) si istri. Padahal merekaberasal dari satu datuak yang dianggap ber-dunsanak (bersaudara).

Larangan perkawinan satu datuak ini me-ngandung beberapa hikmah, di antaranya:35

a. Mempererat tali silaturrahmi. Seseorangyang mengikat diri dalam ikatan suciperkawinan berarti dia bukannya hanyaterikat hubungan dengan pasangannyasaja. Akan tetapi, dengan keluarga ma-sing-masing pasangan. Dengan menyatu-nya dua insan yang berbeda datuak makadapat mempererat tali silaturrahmi.

b. Memperluas keturunan. Bertemunya duakeluarga yang mempunyai datuak yang

3 1 Wawancara dengan bapak Umar. Pernah menjabat sebagai datuak Tumenggung dan sekarang menjadi TuoKampungdi Nagari Ampang Kuranji, tanggal 29 Agustus 2014.

3 2 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik Dan Prospek Doktrin Islam dan Adat Dalam Mayarakat Matrilineal Minangkabau(Jakarta: Rajawali Press, 2013), hlm. 106.

3 3 Wawancara dengan bapak Erman. Datuak Makudumdi nagari Ampang Kuranji, tanggal 29 Agustus 2014.3 4 Wawancara dengan bapak Andisa. Datuak Mangku Marajodi Nagari Ampang Kuranji, tanggal 28 Agustus 2014.3 5 Wawancara dengan bapak Amdas Rianto. Datuak Tumenggungdi Nagari Ampang Kuranji, tanggal 26 Agustus

2014.

Page 10: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

184 Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

Nola Putriyah P. dan A. Bunyan Wahib

berbeda maka akan memperbanyak ketu-runan yang ada. Apabila perkawinan an-tara mempelai yang mempunyai datuakyang sama maka keturunannya juga tidakakan berkembang secara garis matrilineal.

c. Menjaga keselamatan fisik anak ketu-runan. Alasan larangan perkawinan satudatuak ini salah satunya adalah untukmenghindari perkawinan dengan kerabatdekat. Seseorang yang menikah dengankerabat dekatnya dikhawatirkan akanmelahirkan keturunan yang lemah.

E. Analisis terhadap larangan perkawinansatu datuak di nagari Ampang Kuranji

Perkawinan merupakan bertemunya duainsan yang semula terpisah kemudian bersatuuntuk membina kehidupan rumah tangga yangsakinah, mawaddah wa rahmah dengan terpe-nuhinya syarat dan rukun perkawinan. Dalamhukum Islam telah dijelaskan tentang kelom-pok wanita yang dilarang untuk dinikahi baikitu wanita yang dilarang untuk selamanyamaupun sementara sebagaimana yang terdapatdalam surat An-nisâ’ ayat 23 dan 24.

Adat Minangkabau adalah adat Islami.Seluruh larangan agama Islam untuk melang-sungkan perkawinan menjadi larangan jugabagi adat. Sebagaimana yang telah dijelaskansebelumnya bahwa di nagari Ampang Kuranjiterdapat tiga macam larangan perkawinanyaitu larangan sebagaimana yang telah dije-laskan dalam aturan Islam (nikam bumi), la-rangan perkawinan bagi seseorang yang ber-beda agama (cegak telu) dan larangan perka-winan satu datuak (pecah pinggan).

Alasan tidak dibolehkannya perkawinansatu datuak ialah dikarenakan masyarakat Am-pang Kuranji mempunyai raso, pareso, malu josopan (rasa, perasaan, malu, dan sopan). Tidakadanya rasa dan perasaan hati untuk kawin

dengan saudara sendiri, dan adanya rasa maludan sopan santun terhadap masyarakat jikamelakukan perkawinan satu datuak (yang di-anggap berdunsanak/bersaudara baik yang di-sebabkan oleh hubungan darah, tali bathin, talibudi maupun kerabat dekat). Selain itu, meng-utamakan kerabat jauh dalam perkawinan. Halini dimaksudkan untuk menjaga keselamatanfisik anak keturunan dari penyakit-penyakityang menular atau cacat secara hereditas. Se-hingga anak tidak tumbuh besar dalam keada-an lemah atau mewarisi cacat kedua orang tua-nya dan penyakit-penyakit nenek moyangnya.Di samping itu, hal ini bertujuan untuk mem-perluas pertalian kekeluargaan dan memperatikatan-ikatan sosial.36 Menambah ikatan per-saudaraan antara satu suku dengan suku laindan satu bangsa dengan bangsa lain.

Kendati terdapat perkawinan pantang dinagari Ampang Kuranji namun, jika ada ma-syarakat yang melakukannya tidak sampai ke-pada pembatalan perkawinan. Hanya saja pe-laku dikenakan sanksi adat. Sanksi yang dite-rima bersifat sementara sampai yang bersang-kutan menebusnya berdasarkan musyawarahadat berupa denda kambing saasam sagaram.Maksudnya, pelaku membayar denda bukandihitung dari jumlah kambingnya secara utuhnamun, pelaku membayar dendanya dengankambing yang sudah dimasak dan siap dihi-dangkan secukupnya kepada keluarga dan pe-rangkat nagari. Kemudian sanksi adat selanjut-nya yakni mempelai laki-laki dipindahkan ke-pada datuak Rajolelo. Sedangkan untuk menen-tukan sah atau tidaknya suatu perkawinan te-tap berdasarkan kepada hukum Islam.37 Dalamhal ini terjadi persentuhan yang jelas antarahukum adat dan hukum Islam dimana secaraformal pedomannya adalah hukum perka-winan Islam sedangkan adat hanya dipakaikansecara sosial.

3 6 Marhumah, Memaknai Perkawinan dalam Perspektif Kesetaraan (Studi Kritis terhadap Hadis-Hadis tentang Perkawinan)(Yogyakarta: PSW UIN Sunan kalijaga,2009), hlm. 16.

3 7 Wawancara dengan bapak Nofriyanto. Pernah menjabat sebagai datuakdan sekarang menjadi Tuo Nagari di nagariAmpang Kuranji, tanggal 25 Agustus 2014.

Page 11: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

185

Perkawinan Eksogami: Larangan Perkawinan Satu Datuak di Nagari Ampang Kuranji, Sumatera Barat

Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

Larangan perkawinan satu datuak meru-pakan adat yang dijalankan oleh masyarakatnagari Ampang Kuranji dalam tradisi fiqhdisebut ‘‘urf fi’ly yaitu kebiasaan yang berupaperbuatan. Kebiasaan yang dilakukan olehmasyarakat Ampang Kuranji ini merupakan‘‘urf khusus yakni kebiasaan yang hanyadilakukan oleh masyarakat setempat.

Pendiri-pendiri mazhab terkenal dalampemikiran hukum Islam seperti Abu Hanifah,Malik ibn Anas, asy-Syafi’i dan Ahmad BinHanbal mempergunakan adat dalam istinbathukum dengan syarat tidak menyalahi dalil-dalil syar’i dan tidak menghalalkan yang ha-ram serta tidak menyalahkan yang wajib. Parafuqaha mengkualifikasikannya ke dalam be-berapa syarat, di antaranya:38

a. Adat harus secara umum dipraktekkanoleh anggota masyarakat jika adat tersebutdikenal secara umum oleh semua lapisanmasyarakat atau adat dipraktekkan olehsebagian kelompok atau masyarakat.

b. Adat harus berupa suatu kebiasaan yangsedang berjalan dalam masyarakat padawaktu adat akan dijadikan sebagai hu-kum.

c. Adat harus dipandang tidak sah jika adattersebut bertentangan dengan ketentuanyang eksplisit dari al-Qur’an dan hadis.

d. Dalam hal perselisihan, adat akan dipakaihanya ketika tidak ada penolakan yangeksplisit untuk menggunakan adat darisalah satu pihak yang terlibat.

Jika dilihat dari beberapa syarat di atas,larangan perkawinan satu datuak sudah me-menuhi persyaratan adat agar menjadi bagiandari hukum Islam. Terjadinya penyesuaianadat dalam larangan perkawinan satu datuakdenganhukum Islam dikarenakan adanya pe-

ngaruh dari masuknya Islam ke nagari ini be-gitupun perangkat nagari memberikan solusibagi pasangan yang melanggar perkawinanpantang ini. Dengan demikian, laranganperkawinan satu datuak ini termasuk ‘urf shahihdikarenakan dilakukan berulang-ulang, dite-rima oleh masyarakat, tidak bertentangan de-ngan norma agama, sopan santun, dan budayayang luhur. Mazhab Hanafi dan Maliki menga-takan bahwa hukum yang ditetapkan berda-sarkan ‘‘urf yang shahih bukan fasid sama hal-nya dengan yang ditetapkan berdasarkan dalilSyar’i. Oleh karenanya, perkawinan satu da-tuak ini diperbolehkan dalam Islam dikarenakanagama telah mengatur orang-orang yang dila-rang untuk dinikahi.

Syara’ atau hukum Islam datang sesudahadat mengambil bentuknya yang tertentu. Bah-wa apa yang dikatakan oleh syara’ yang datangkemudian, sebelumnya telah dijalankan olehadat. Datangnya syara’ kemudian memberikanpengukuhan kepada apa yang sudah dijalan-kan oleh adat. Untuk hal-hal tertentu, hukumadat sebagai hukum yang hidup dalam masya-rakat yang mengandung nilai-nilai universaltetap harus dipedomani, termasuk dalam la-pangan hukum keluarga, selama ia tidak ber-tentangan dengan hukum Islam. Konsep al-‘‘urf berdasarkan pengertian mubah atau jaiz(pembolehan) dapat dijadikan tolak ukurnya.39

Dalam pelaksanaan acara perkawinan,masyarakat nagari Ampang Kuranji dalamwaktu yang sama telah melaksanakan duatuntutan, yaitu tuntutan agama dan tuntutanadat. Ini berarti bahwa pada waktu melaksana-kan agama dengan sendirinya juga telah me-laksanakan tuntutan adat. Begitu pula padawaktu melaksanakan ajaran adat ia telah me-ngerjakan ajaran agama. Ini dapat terjadikarena telah berpadunya adat dengan agamaatau adat menyatu dalam agama.40 Dengan de-

3 8 Ratno Lukito, Pergumulan Antara Hukum Islam dan Adat di Indonesia (Jakarta: INIS, 1998), hlm. 25.3 9 Yaswirman, Hukum Keluarga: Karakteristik dan Prospek Doktrin Islam dan Adat dalam Mayarakat Matrilineal Minangkabau,

hlm, 325.4 0 Amir Syarifuddin, Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam dalam Adat Minangkabau, hlm. 175.

Page 12: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

186 Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

Nola Putriyah P. dan A. Bunyan Wahib

mikian, adat dan syara’ itu adalah sejalan. Halini sejalan dengan Pepatah Minangkabau yangmasih digunakan oleh masyarakat AmpangKuranji “Adat Basandi Syarak, Syarak BasandiKitabullah, Syarak Mangato Adat Mamakai”.

F. PenutupSistem perkawinan masyarakat di nagari

Ampang Kuranji ialah eksogami. Seseorangdituntut untuk mencari pasangan di luarsukunya. Namun, pada masyarakat nagari inidituntut untuk mencari pasangan di luardatuaknya. Adanya kebolehan menikah denganorang yang mempunyai suku yang samaasalkan datuakkedua pasangan berbeda.Alasanlarangan perkawinan satu datuak dikarenakansemakin bertambahnya penduduk, adanyapengaruh hukum Islam dan juga dikarenakanmasyarakat nagari ini mempunyai raso, pareso,malu jo sopan (rasa, perasaan, malu dan sopan)jika menikah dengan orang yang mempunyaidatuak yang sama yang mereka anggap sebagaidunsanak/saudara mereka sendiri.

Akibat pengaruh hukum Islam, laranganperkawinan satu datuak mengalami perubahanyang pada akhirnya terjadi penyesuaian antaraadat dengan hukum Islam. Adanya pembagiandatuak di setiap suku dan tidak adanya pemba-talan perkawinan bagi yang melangsungkanperkawinan satu datuak namun, diberi solusioleh perangkat nagari dengan dipindahkannyacalon mempelai laki-laki ke datuak Rajolelodengan ditandai dengan membayar sanksiadat. Dengan demikian, adat larangan perka-winan satu datuak jika dilihat dari sumbernyamerupakan ‘urf fi’ly, jika dilihat dari ruanglingkupnya termasuk‘urf khusus, sedangkan jikadilihat dari kualitasnya larangan ini termasuk‘urf shahih.

DAFTAR PUSTAKA‘Asqalânî, Ahmad Ibn ‘Ali Ibn-Hajar al-, Fath

AlBarrî Sâhih Al-Bukhârî, Beirut: Dar Al-Kotob Al-‘Ilmiyah, 2003.

Abbas, Adil Abdul Mun’im Abu, KetikaMenikah Jadi Pilihan, Jakarta: Almahira,2008.

Doi, Rahman I, Karakteristik Hukum Islam danPerkawinan , Jakarta: Raja GrafindoPersada, 1996.

Hajjâj, Imâm Muslim ben al-, ba%î% Muslim,Beirut: Dar Al-Kotob Al-‘Ilmiyah, 2008.

Isa, Abdul Ghalib Ahmad, Pernikahan Islam,Solo: Pustaka Mantiq, 1997.

Lukito, Ratno, Pergumulan Antara Hukum IslamDan Adat Di Indonesia, Jakarta: INIS, 1998.

Mâjah, Al-Imâm Ibn, Sunan Ibn Mâjah, Beirut:Dar Al-Kotob Al-‘Ilmiyah, 2009.

Marhumah, Memaknai Perkawinan DalamPerspektif Kesetaraan, Studi Kritis terhadapHadis-Hadis tentang Perkawinan,Yogyakarta: PSW UIN Sunan Kalijaga,2009.

Nur, Djamaan, Fiqh Munakahat, Semarang:DIMAS, 1993.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan,Hukum Perdata Islam di Indonesia: StudiKritis Perkembangan Hukum Islam daruFikih, UU No. 1/1974 sampai KHI, Jakarta:Kencana, 2006.

Rahman, Asmuni A, Qaidah-Qaidah Fiqh,Jakarta: Bulan Bintang, 1983.

Ramulyo, Mohd Idris, Hukum Perkawinan Islam:Suatu Analisis Dari Undang-Undang Nomor1 Tahun 1974 Dan Kompilasi Hukum Islam,Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Ramulyo, Mohd Idris, Tinjauan Beberapa PasalUndang-Undang No 1 Tahun 1974 Dari SegiHukum Perkawinan Islam, Jakarta: Hillco,1986.

Shidiq, Sapiudin, Ushul Fiqh, Jakarta: Kencana,2011.

Sodiqin, Ali, Fiqh Ushul Fiqh, Yogyakarta:Beranda, 2012.

Page 13: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

187

Perkawinan Eksogami: Larangan Perkawinan Satu Datuak di Nagari Ampang Kuranji, Sumatera Barat

Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

Sulaimân, Abî Dâwud, Sunan Abî Dâwud,Beirut: Dar el Fikr, 202-275 H.

Sûyumî, Jalâluddîn as- dan Imâm al Sandî,Sunan An-Nasâ’, Beirut: Dar al Fikr, 2009.

Syarifuddin, Amir, Pelaksanaan HukumKewarisan Islam dalam Adat Minangkabau,Jakarta: Gunung Agung, 1984.

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih MunakahatKajian Fikih Nikah Lengkap , Jakarta:Rajawali Pers, 2013.

Tirmi¿i, Muhammad ben ‘Îsâ al-, Al-Jami’ al-ca%î% Sunan al-Tirmi¿i, Beirut: Dar Al-Kotob Al-‘Ilmiyah, 2007.

Wasman dan Wardah Nuroniyah, HukumPerkawinan Islam di Indonesia, Yogyakarta:Teras, 2011.

Yaswirman, HukumKeluarga: Karakteristik danProspek Doktrin Islam dan Adat dalamMayarakat Matrilineal Minangkabau ,Jakarta: Rajawali Press, 2013.

Page 14: PERKAWINAN EKSOGAMI: LARANGAN PERKAWINAN ... - uin-suka…

188 Al-Ah}wa>l, Vol. 8, No. 2, 2015 M/1436 H

Nola Putriyah P. dan A. Bunyan Wahib