asuhan keperawatan pada klien dengan asma bronkial_2

35
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL 1. PENGARTIAN Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus.( Huddak & Gallo, 1997 ) Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. ( Smeltzer, 2002 : 611) Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 : 48) 2. PENYEBAB a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi) - Reaksi antigen-antibodi - Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu- bulu binatang) b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi) TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 1

Upload: mahyuvi-tata

Post on 19-Jan-2016

41 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN ASMA BRONKIAL

1. PENGARTIAN

Asma Bronkial adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai oleh

spame akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara

dan penurunan ventilasi alveolus.( Huddak & Gallo, 1997 )

Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana

trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.

( Smeltzer, 2002 : 611)

Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika

bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif. (Reeves, 2001 :

48)

2. PENYEBAB

a. Faktor Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi)

- Reaksi antigen-antibodi

- Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang)

b. Faktor Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi)

- Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal

- Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur

- Iritan : kimia

- Polusi udara : CO, asap rokok, parfum

- Emosional : takut, cemas dan tegang

- Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.

(Suriadi, 2001 : 7)

3. TANDA DAN GEJALA

1. Stadium dini

Faktor hipersekresi yang lebih menonjol

a.Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 1

Page 2: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

b.Rochi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang

timbul

c.Whezing belum ada

d.Belum ada kelainan bentuk thorak

e.Ada peningkatan eosinofil darah dan IG E

f. BGA belum patologis

Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan

a. Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum

b. Whezing

c. Ronchi basah bila terdapat hipersekresi

d. Penurunan tekanan parsial O2

2.Stadium lanjut/kronik

a. Batuk, ronchi

b. Sesak nafas berat dan dada seolah –olah tertekan

c. Dahak lengket dan sulit untuk dikeluarkan

d. Suara nafas melemah bahkan tak terdengar (silent Chest)

e. Thorak seperti barel chest

f. Tampak tarikan otot sternokleidomastoideus

g. Sianosis

h. BGA Pa O2 kurang dari 80%

i. Ro paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan

kiri

j. Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

(Halim Danukusumo, 2000, hal 218-229)

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 2

Page 3: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

4. PATOFISIOLOGI / PATHWAYS

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 3

Page 4: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

5. TANDA DAN GEJALA

Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan/tanpa stetoskop

Batuk produktif, sering pada malam hari

Nafas atau dada seperti tertekan, ekspirasi memanjang

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Spirometri

Uji provokasi bronkus

Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan cosinofit total

Uji kulit

Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum

Foto dada

Analisis gas darah

7. PENGKAJIAN

a. Awitan distres pernafasan tiba-tiba

- Perpanjangan ekspirasi mengi

- Penggunaan otot-otot aksesori

- Perpendekan periode inpirasi

- Sesak nafas

- Restraksi interkostral dan esternal

- Krekels

b. Bunyi nafas : mengi, menurun, tidak terdengar

c. Duduk dengan posisi tegak : bersandar kedepan

d. Diaforesis

e. Distensi vera leher

f. Sianosis : area sirkumoral, dasar kuku

g. Batuk keras, kering : batuk produktif sulit

h. Perubahan tingkat kesadaran

i. Hipokria

j. Hipotensi

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 4

Page 5: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

k. Pulsus paradoksus > 10 mm

l. Dehidrasi

m. Peningkatan anseitas : takut menderita, takut mati

8. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN TIMBUL

Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d bronkospasme :

peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental :

penurunan energi/kelemahan

Kerusakan pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen, kerusakan

alveoli

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan

masukan oral

Kurang pengetahuan b.d kurang informasi/tidak mengenal sumber

informasi

9. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan

hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga, atau masyarakat

untuk mencapai derajat kesehatan yang, optimal didalam memberikan asuhan

keperawatan dugunakan metode proses keperawatan yang

meliputi:pengkajian, diagnosa keperawatanm, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi.

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data.

1) Identitas klien.

Pengajian mengenai nama, umur danjenis kelamin perlu di

kaji pada penyakit status asthmatikus. Serangan asthma pada usia

dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status

atopi. Sedangkan serangan pada usia dewasa di mingkinkan adanya

faktor non atopi. Alamat menggambarkan kondisi lingkungan

tempat klien berada, dapat mengetahui kemungkinan faktor

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 5

Page 6: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

pencetus serangan asthma. Status perkawinan, gangguan emosional

yang timbul dalam keluarga atau lingkungan merupakan faktor

pencetus serangan asthma, pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji

untuk mengetahui adanya pemaparan bahan elergen. Hal lain yang

perlu dikaji tentang : Tanggal MRS, Nomor Rekam Medik, dan

Diagnosa medis. (Antony C, 1997; M Amin 1993; karnen B 1994).

2) Riwayat penyakit sekarang.

Klien dengan serangan asthma datang mencari pertolongan

dengan keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak

kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : Wheezing,

Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan

kesadaran, Sianosis serta perubahan tekanan darah. Perlu juga

dikaji kondisi awal terjadinya serangan.

3) Riwayat penyakit dahulu.

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti

infeksi saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis,

polip hidung. Riwayat serangan asthma frekuensi, waktu, alergen-

alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat

pengobatan yang dilakukan untuk meringankan gejala asthma

(Tjen Daniel, 1991)

4) Riwayat kesehatan keluarga.

Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji

tentang riwayat penyakit asthma atau penyakit alergi yang lain

pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit

asthma ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan,

(Hood Alsagaf, 1993)

5) Riwayat spikososial

Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu

pencetus bagi serangan asthma baik ganguan itu berasal dari

rumah tangga, lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja.

Seorang yang punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi

serangan asthma. yatim piatu, ketidak harmonisan hubungan

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 6

Page 7: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

dengan orang lain sampai ketakutan tidak bisa menjalankan

peranan seperti semula, (Antony Croket, 1997 dan Tjen Daniel,

1991).

6) Pola fungsi kesehatan

a) Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat

Gejala asthma dapat membatasi manusia untuk berprilaku

hidup normal sehingga klien dengan asthma harus merubah

gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi

serangan asthma (Antony Crokett ;1997, Tjien Daniel ;1991,

Karnen B;1994)

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Perlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah,

frekuensi, dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi

kebutuhannya. Serta pada klien sesak, potensial sekali

terjadinya kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal

ini karena dipsnea saat makan, laju metabolisme serta ansietas

yang dialami klien, (Hudak dan Gallo;1997)

c) Pola eliminasi

Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup

warna bentuk, kosentrasi, frekuensi, jumlah serta kesulitan

dalam melaksanakannya.

d) Pola tidur dan istirahat

Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien

meliputi berapa lama klien tidur dan istirahat. Serta berapa

besar akibat kelelahan yang dialami klien. Adanya wheezing,

sesak dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat

klien, ( Antony C;1997)

e) Pola aktifitas dan latihan

Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian klien seperti olah

raga, bekerja dan aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi

faktor pencetus terjadinya asthma yang disebut dengan Exerase

Induced Asthma, (Tjien Daniel;1991)

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 7

Page 8: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

f) Pola hubungan dan peran

Gejala asthma sangat membatasi gejala klien untuk

menjalani kehidupan secara normal. Klien perlu menyesuaikan

kondisinya dengan hubungan dan peran klien baik

dilingkungan rumah tangga, masyarakat ataupun lingkungan

kerja, (Antony C, 1997)

g) Pola persepsi dan konsep diri

Perlu dikaji tentang persepsi klien tarhadap penyakitnya.

Persepsi yang salah dapt menghambat respon kooperatif pada

diri klien. Cara memandang diri yang salah juga akan menjadi

stresor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang

ada pada kehidupan klien dengan asthma meningkatkan

kemungkinan serangan asthma yang berulang.

h) Pola sensori dan kognetif

Kelainan pada pola persepsi dan kognetif akan

memepengaruhi konsep diri klien dan akhirnya mempengaruhi

jumlah stresor yang dialami klien sehingga kemungkinan

terjadi serangan asthma yang berulangpun akan semakin tinggi.

i) Pola reproduksi seksual

Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia,

bila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan terjadi masalah dalam

kehidupan klien. Masalah ini akan menjadi stressor yang akan

meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan asthma.

j) Pola penangulangan stress

Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor

instrinsik pencetus serangan asthma maka perlu dikaji

penyebab terjadinya stres. Frekuensi dan pengaruh terhadap

kehidupan klien serta cara penanggulangan terhadap stresor,

(Tjien Daniel;1991)

k) Pola tata nilai dan kepercayaan

Kedekatan klien pada sesuatu yang ia yakini dunia

percayai dapat meningkatkan kekuatan jiwa klien. Keyakinan

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 8

Page 9: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pendekatan diri

pada Nya merupakan metode penanggulangan stres yang

konstruktif

7) Pemeriksaan fisik

a) Status kesehatan umum

Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,

kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi

pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu

pernapasan sianosis batuk dengan lendir lengket dan posisi

istirahat klien (Laura A. T.; 1995, Karnen B ;19983).

b) Integumen

Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan

pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik,

perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda

urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,

kelembaban dan kusam. (Karnen B ;1994, Laura A. Talbot;

1995).

c) Kepala.

Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan,

riwayat trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing,

vertigo kelang ataupun hilang kesadaran.(Laura

A.Talbot;1995).

d) Mata.

Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan

menambah stres yang di rasakan klien. Serta riwayat penyakit

mata lainya (Laura A. Talbot ; 1995)).

e) Hidung

Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis

alergi dan fungsi olfaktori (Karnen B.;1994, Laura A.

Talbot;1995)

f) Mulut dan laring

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 9

Page 10: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa

menelan dan mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak

atau perubahan suara. (Karnen B.:1994)).

g) Leher

Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan,

pembesran tiroid serta penggunaan otot-otot pernafasan

(Karnen B.;1994).

h) Thorak

(1) Inspeksi

Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan

adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-

otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta

frekwensi peranfasan.(Karnen B.;1994, Laura A.T.;1995).

(2) Palpasi.

Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan

taktil fremitus (Laura A.T.;1995).

(3) Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor

sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah. (Laura

A.T.;1995).

(4) Auskultasi.

Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan

expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi,

dengan bunyi pernafasan dan Wheezing. (Karnen B .;1994).

i) Kardiovaskuler.

Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak,

bising nafas dan hyperinflasi suara jantung melemah. Tekanan

darah dan nadi yang meningkat serta adanya pulsus

paradoksus, (Robert P.;1994, Laura A. T.;1995).

j) Abdomen.

Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-

tanda infeksi karena dapat merangsang serangan asthma

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 10

Page 11: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

frekwensi pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat

nutrisi (Hudak dan Gallo;1997, Laura A.T.;1995).

k) Ekstrimitas.

Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda

infeksi pada extremitas karena dapat merangsang serangan

asthma,(Laura A.T.;1995).

8) Pemeriksaan penunjang.

a) Pemeriksaan spinometri.

Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah

pemberian bronkodilator aerosol golongan adrenergik.

Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20%

menunjukkan diagnosis asthma, (Karnen B;1998).

b) Tes provokasi brokial.

Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal.

Penurunan FEV, sebesar 20% atau lebih setelah tes provokasi

dan denyut jantung 80-90 % dari maksimum di anggap

bermakna bila menimbulkan penurunan PEFR 10 % atau lebih,

(Karnen B.;1998).

c) Pemeriksan tes kulit.

Untuk menunjukan adanya antibodi IgE hipersensitif

yang spesifik dalam tubuh, (Karnen B.;1998).

d) Laboratorium.

(1) Analisa gas darah.

Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena

terdapat hipoksemia, hyperkapnea, dan asidosis

respiratorik,(Karnen B.;1998).

(2) Sputum.

Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan

Asthma yang berat, karena hanya reaksi yang hebat saja

yang menyebabkan transudasi dari adema mukasa,

sehingga terlepaslah sekelompok sel – sel epitel dari

perlekatannya. Peawarnaan gram penting untuk melihat

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 11

Page 12: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap

beberapa antibiotik,(Arjadiono T.;1995).

(3) Sel eosinofil

Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat

mencapai 1000 – 1500 /mm3 baik asthma Intrinsik ataupun

extrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara 100-

200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung

jenis sel eosinofil menunjukkan pengobatan telah tepat,

(Arjadiono T.;1995).

(4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia

Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya

infeksi. SGOT dan SGPT meningkat disebabkan karena

kerusakkan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea,

(Arjadiono T.;1995).

e) Radiologi

Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan

adanya proses patologik diparu atau komplikasi asthma seperti

pneumothorak, pneumomediastinum, atelektosis dan lain –

lain, (Karnen B.;1998).

f) Elektrokardiogram

Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status

Asthmatikus, ini karena hipoksemia, perubahan pH, hipertensi

pulmunal dan beban jantung kanan . Sinus takikardi – sering

terjadi pada asthma.

b. Analisa data

Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan

masalah klien. Analisa data merupakan proses intelektual yang

meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi kesenjangan dan

menentukan pola dari data yang terkumpul serta membandingkan

susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal,

menginterprestasikan data dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil

dari analisa adalah pernyataan masalah keperawatan.

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 12

Page 13: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

2. Diagnosa Keperawatan .

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status

kesehatan atau masalah aktual atau potensial. Perawat memakai proses

keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesis data klinis dan

menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan

atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung

jawabnya, (Lismidar ; 1992).

Berikut adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien

status astmatikus.

a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan

sekresi kental peningkatan produksi mukus dan bronkospasme

(Lindajual C.;1995).

b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi

dinding dada dan kelelahan akibat kerja pernafasan, (Hudak dan

Gallo ;1997).

c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut

sufokasi. (Lindajual C;1995).

d. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2,

peningkatan sekresi, peningkatan kerja pernafasan dan proses penyakit,

(Susan Martin Tucker;1993).

e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat

makan dan ansietas, (Hudak dan Gallo;1997).

f. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk

tidak efektif dan imobilisasi, (Hudak dan Gallo;1997).

g. Resiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan retensi CO2

hipoksemia, emosi terfokus pada pernafasan dan apnea tidur, (Hudak

dan Gallo;1997).

h. Resiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang kondisi dan perawatan diri saat pulang,(Susan

Martin Tucker;1993).

3. Perencanaan

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 13

Page 14: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

Setelah pengumpulan data klien, mengorganisasi data dan

menetapkan diagnosis keperawatan maka tahap berikutnya adalah

perencanaan . Pada tahap ini perawat membuat rencana perawatan dan

menentukan pendekatan apa yang digunakan untuk memecahkan masalah

klien. Ada tiga pase pada tahap perencanaan yaitu menentukan prioritas,

menentukan tujuan dan merencanakan tindakan keperawatan,

(Lismidar;1992).

Perencanaan dari diagnosis – diagnosis keperawatan diatas adalah

sebagai berikut:

a. Ketidak efektifan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental

peningkatan produksi mukus bronkospasme.

1) Tujuan

Jalan nafas menjadi efektif.

2) Kriteria hasil

(a) menentukan posisi yang nyaman sehingga memudahkan

peningkatan pertukaran gas.

(b) dapat mendemontrasikan batuk efektif

(c) dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan

sekresi

(d) tidak ada suara nafas tambahan

3) Rencana tindakan

(a) Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum

(b) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol

batuk.

(c) Ajarkan klien untuk menurunkan viskositas sekresi

(d) Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan

(e) Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage

postural,perkusi dan fibrasi dada.

(f) Dorong dan atau berikan perawatan mulut

4) Rasional

(a) Karakteristik sputrum dapat menunjukkan berat ringannya

obstruksi

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 14

Page 15: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

(b) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif serta

menimbulkan frustasi

(c) Sekresi kental sulit untuyk dikeluarkan dan dapat menyebabkan

sumbatan mukus yang dapat menimbulkan atelektasis.

(d) Berkurangnya suara tambahan setelah tindakan menunjukan

keberhasilan

(e) Fisioterpi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret.

(f) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan

mencegah bau mulut.

b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding

dada, dan kelelahan akibat peningkatan kerja pernafasan.

1) Tujuan

Klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif

2) Kriteria hasil

(a) Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada

paru

(b) Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor-

faktor tersebut

3) Rencana tindakan

(a) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan

(b) Posisikan klien dada posisi semi fowler

(c) Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan

ansietas dan ajarkan cara bernafas efektif

(d) Minimalkan distensi gaster

(e) Kaji pernafasan selama tidur

(f) Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea

4) Rasional

(a) Takipnea, irama yang tidak teratur dan bernafas dangkal

menunjukkan pola nafas yang tidak efektif

(b) Posisi semi fowler akan menurunkan diafragma sehingga

memberikan pengembangan pada organ paru

(c) Ansietas dapat menyebabkan pola nafas tidak efektif

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 15

Page 16: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

(d) Distensi gaster dapat menghambat kontraksi diafragma

(e) Adanya apnea tidur menunjukkan pola nafas yang tidak efektif

(f) Rasa ragu–ragu pada klien dapat menghambat komunikasi

terapeutik.

c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut

sufokasi.

1) Tujuan

Asietas berkurang atau hilang.

2) Kriteria hasil

(a) Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola fikirnya.

(b) Munghubungkan peningkatan psikologi dan kenyaman

fisiologis.

(c) Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam

menangani ansietas.

3) Rencana tindakan.

(a) Kaji tingkat ansietas yang dialami klien.

(b) Kaji kebiasaan keterampilan koping.

(c) Beri dukungan emosional untuk kenyamanan dan ketentraman

hati.

(d) Implementasikan teknik relaksasi.

(e) Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan.

(f) Pertahankan periode istirahat yang telah di rencanakan.

4) Rasional.

(a) Mengetahui tinggkat kecemasan untuk memudahkan dalam

perencanaan tindakan selanjutnya.

(b) Menilai mekanisme koping yang telah dilakukan serta

menawarkan alternatif koping yang bisa di gunakan.

(c) Dukungan emosional dapat memantapkan hati untuk mencapai

tujuan yang sama.

(d) Relaksasi merupakan salah satu metode menurunkan dan

menghilangkan kecemasan

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 16

Page 17: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

(e) Pemahaman terhadap prosedur akan memotifasi klien untuk

lebih kooperatif.

d. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2,

peningkatan sekresi, peningkatan pernafasan, dan proses penyakit.

1) Tujuan

Klien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi

adekuat.

2) Kreteria hasil

(a) Frekuensi nafas 16 – 20 kali/menit

(b) Frekuensi nadi 60 – 120 kali/menit

(c) Warna kulit normal, tidak ada dipnea dan GDA dalam batas

normal

3) Rencana tindakan

(a) Pantauan status pernafasan tiap 4 jam, hasil GDA, pemasukan

dan haluaran

(b) Tempatkan klien pada posisi semi fowler

(c) Berikan terapi intravena sesuai anjuran

(d) Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 l/mt selanjutnya

sesuaikan dengan hasil PaO2

(e) Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada

tanda – tanda toksisitas

4) Rasional

(a) Untuk mengidentifikasi indikasi kearah kemajuan atau

penyimpangan dari hasil klien

(b) Posisi tegak memungkinkan expansi paru lebih baik

(c) Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji

keadaan vaskular untuk pemberian obat – obat darurat.

(d) Pemberian oksigen mengurangi beban otot – otot pernafasan

(e) Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkus seperti

kondisi sebelumnya

(f) Untuk memudahkan bernafas dan mencegah atelektasis

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 17

Page 18: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh yang berhubungan dengan laju metabolik tinggi, dipsnea saat

makan dan ansietas

3) Tujuan

Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi

4) Kriteria hasil

(a) Klien menghabiskan porsi makan di rumah sakit

(b) Tidak terjadi penurunan berat badan

5) Rencana tindakan

(a) Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan nafsu makan

menurun misalnya muntah dengan ditemukannya sputum yang

banyak ataupun dipsnea.

(b) Anjurkan klien untuk oral hygiene paling sedikit satu jam

sebelum makan.

(c) Lakukan pemeriksaan adanya suara perilstaltik usus serta

palpasi untuk mengetahui adanya masa pada saluran cerna

(d) Berikan diit TKTP sesuai dengan ketentuan

(e) Bantu klien istirahat sebelum makan

(f) Timbang berat badan setiap hari

6) Rasional

(a) Merencanakan tindakan yang dipilih berdasarkan penyebab

masalah.

(b) Dengan perawatan mulut yang baik akan meningkatkan nafsu

makan.

(c) Mengetahui kondisi usus dan adanya dan konstipasi.

(d) Memenuhi jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.

(e) Kelelahan dapat menurunakn nafsu makan.

(f) Turunya berat badan mengindikasikan kebutuhan nutrisi

kurang.

f. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk

tidak efektif dan imobilisasi.

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 18

Page 19: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

1) Tujuan

Klien tidak mengalami infeksi nosokomial

2) Kriteria hasil

Tidak ada tanda – tanda infeksi

3) Rencana tindakan

(a) Monitor tanda – tanda infeksi tiap 4 jam.

(b) Gunakan teknik steril untuk perawatan infus. atau tidakan

infasif lainnya.

(c) Pertahankan kewaspadaan umum.

(d) Inspeksi dan catat warna, kekentalan dan jumlah sputum.

(e) Berikan nutrisi yang adekuat

(f) Monitor sel darah putih dan laporkan ketidak normalan

(g) Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi

4) Rasional

(a) Adanya rubor, tumor, dolor, kalor menunjukan tanda – tanda

infeksi

(b) Teknik steril memutus rantai infeksi nosokomial

(c) Kewaspadaan memberikan persiapan yang cukup bagi perawat

untuk melakukan tindakan bila ada perubahan kondisi klien.

(d) Sputum merupakan media berkembangnya kuman.

(e) Nutrisi yang adekuat memberikan peningkatan daya tahan

tubuh.

(f) Sel darh putih yang meningkat menunjukan kemungkinan

infeksi.

(g) Tindakan pencegahan terhadap kuman yang masuk tubuh.

g. Resiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan refensi CO2,

hypoksemia, emosi yang terfokus pada pernafasan dan apnea tidur.

1) Tujuan

Klien akan terpenuhi kebutuhan istirahat untuk mempertahankan

tingkat enegi saat terbangun

2) Kriteria hasil

(a) Mampu mendiskusikan penyebab keletihan

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 19

Page 20: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

(b) Klien dapat tidur dan istirahat sesuai dengan kebutuhan tubuh

(c) Klien dapat rilek dan wajahnya cerah.

3) Rencana tindakan

(a) Jelaskan sebab – sebab keletihan individu

(b) Hindari gangguan saat tidur.

(c) Menganalisa bersama – sama tingkat kelelahan dengan

menggunakan skala Rhoten (1982).

(d) Indentivikasi aktivitas – aktivitas penting dan sesuaikan antara

aktivitas dengan istirahat.

(e) Ajarkan teknik pernafasan yang efektif.

(f) Pertahankan tambahan O2 bila latihan .

(g) Hindarkan penggunaan sedatif dan hipnotif.

4) Rasional

(a) Diketahuinya faktor–faktor penyebab maka diharapkan bias

menghindarinya.

(b) Tidur merupakan upaya memulihkan kondisi yang telah

menurun setelah aktivitas.

(c) Skala Rhoten untuk mengetahui tingkat kelelahan yang dialami

klien.

(d) Kelelahan terjadi karena ketidak seimbangan antara kebutuhan

aktifitas dan kebutuhan istirahat.

(e) Pernafasan efektif membantu terpenuhnya O2 dijaringan.

(f) O2 digunakan untuk pembakaran glukosa menjadi energi.

(g) Sedatif dan hipnotik melemahkan otot–otot khususnya otot

pernafasan.

h. Resiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan dengan kurangnya

pengetahuan tentang kondisi dan perawatan diri pada saat pulang.

1) Tujuan

Klien mampu mendemontrasikan keinginan untuk mengikuti

rencana pengobatan.

2) Kriteria hasil

(a) Klien mampu menyampaikan pengertian tentang kondisi dan

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 20

Page 21: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

perawatan diri pada saat pulang

(b) Menggunakan alat – alat pernafasan yang tepat

3) Rencana tindakan

(a) Bantu mengidentifikasi faktor – faktor pencetus serangan

asthma

(b) Ajarkan tindakan untuk mengatasi asthma dan mencegah

perawatan di rumah sakit

(c) Anjurkan dan beri alternative untuk menghindari faktor

pencetus.

(d) Ajarkan dan biarkan klien mendemontrasikan latihan

pernafasan .

(e) Jelaskan dan anjurkan untuk menghindari penyakit infeksi.

(f) Instruksikan klien untuk melaporkan bila ada perubahan

karakteristrik sputum, peningkatan suhu, batuk, kelemahan

nafas pendek ataupun peningkatan berat badan atau bengkak

pada telapak kaki.

4) Rasional

(a) Diketahuinya faktor pencetus mempermudah cara menghindari

serangan asthma .

(b) Tindakan preventif merupakan salah satu upaya yang di

lakukan untuk memberikan pelayanan secara komprehensif.

(c) Salah satu upaya preventif adalah menghindarkan klien dari

faktor pencetus.

(d) Klien dengan asthma sewring mengalami kecemasan yang

mengakibatkan pola nafas tidak efektif sehingga perlu

dilakukan latihan pernafasan.

(e) Infeksi terutama ISPA menjadi faktor penyebab serangan

asthma .

(f) Perubahan yang terjadi menunjukan perlunya penanganan

segera agar tidak mengalami komplikasi.

3. Implementasi

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 21

Page 22: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh

perawat . Seperti tahap – tahap yang lain dalam proses keperawatan , fase

pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :

a. Validasi (pengesahan) rencana keperawatan

b. Menulis/ mendokumentasikan rencana keperawatan

c. Memberikan asuhan keperawatan

d. Melanjutkan pengumpulan data

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan

yang merupakan kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan

klien perawat dan anggota tim kesehatan lainnya

Tujuan evaluasi adalah :

a. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau

tidak

b. Untuk melakukan pengkajian ulang

Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan

dengan prilaku klien

a. Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan

pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan

b. Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku,

tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah

ditentukan

c. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama

sekali menunjukkan prilaku yang telah ditentukan

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 22

Page 23: Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Asma Bronkial_2

DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansyoer(1999). Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jilid I. Media

Acsulapius. FKUI. Jakarta.

Heru Sundaru(2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Ketiga.

BalaiPenerbit FKUI. Jakarta.

Hudack&gallo(1997). Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta. EGC.

Doenges, EM(2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

Tucker, SM(1998). Standar Perawatan Pasien. Jakarta. EGC.

TATA MAHYUVI (UNIK ) Page 23