asuhan keperawatan klien dengan snh
TRANSCRIPT
Asuhan Keperawatan Klien dengan SNH
Asuhan Keperawatan
Klien Dengan SNH
Disusun Oleh :
1. Ahmad Dzulfikar (10.840)
2. Ahmad Ali Ridlo (10.847)
3. Ahmad Yasin (10.849)
4. Anita Puspitaningtias (10.851)
5. Dhio Galih Ario Pradana (10.862)
6. Maria Sri Dwitasari (10.881)
7. Meilia Anggraini (10.884)
8. Sulastriani (10.910)
9. Veronika Landa (10.917)
10. Warsito (10.918)
Prodi D III Keperawatan
AKKES Asih Husada
Semarang
2011
Daftar Isi
Halaman Judul 1Daftar Isi 2BAB I Pendahuluan 3
A. Latar Belakang 3B. Tujuan Umum 3C. Tujuan Khusus 3
BAB II Isi 4
A. Pengertian 4B. Klasifikasi Stroke 4C. Etiologi 4D. Patofisiologi 5E. Pathway 6F. Faktor Resiko 7G. Tanda dan Gejala 7H. Pemeriksaan Penunjang 8I. Penatalaksanaan Medis 9J. Kasus 10K. Analisa Data 10L. Diagnose Keperawatan 11M. Intervensi 12N. Implementasi 14O. Evaluasi 14
BAB III Penutup 16
A. Kesimpulan 16B. Saran 16
Daftar Pustaka 17
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Cerebrovaskular accident atau stroke merupakan gangguan neurology yang
disebabkan oleh adanya gangguan pada peredaran darah di otak (Black, 1997)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan
oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-
blogspot 2008)
Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24 jam, atau
berakhir dengan maut, tanpa ditemukannya penyebab selain daripada gangguan vascular
Berdasarkan etiologinya, stroke dibedakan menjadi :
1. Stroke perdarahan atau strok hemoragik
2. Strok iskemik atau stroke non hemoragik
Stroke non hemoragik atau yang disebut juga strok iskemik didefinisikan, secara
patologis, sebagai kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat
B. Tujuan Umum
1. Agar mahasiswa lebih memahami Asuhan Keperawatan klien dengan SNH
C. Tujuan Khusus
1. Agar mahasiswa mampu mempelajari tentang Asuhan Keperawatan penyakit SNH, sehingga
dapat menerapkannya dengan baik ketika nanti menangani pasien dengan masalah tersebut.
BAB II ISI
A. Pengertian
1. Menurut WHO 1989 :
Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak
yang terkena.
2. Menurut Smeltzer C. Suzanne, 2002 dalam ekspresiku-blogspot, 1997 :
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit
serebrovaskuler selama beberapa tahun.
B. Klasifikasi Stroke
1. stroke hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas,
namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab
yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol.
2. stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah otak.
Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau angun tidur. Tidak terjadi perdarahan,
kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh karena hipoksia jaringan otak.
C. Etiologi
1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak)
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain)
3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak)
(Smeltzer C. Suzanne, 2002)
D. Patofisiologi
1. Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus atau
embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding
pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi
berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi
infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri
serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia
yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak
dapat ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya
konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh
akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak
sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada
daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis
jaringan otak.
E. Pathway
F. Faktor Resiko
1. Hipertensi
2. Penyakit kardiovaskuler
3. Kolesterol tinggi
4. Obesitas
5. Peningkatan hematokrit
6. Diabetes Melitus
7. Kontrasepasi oral
8. Penyalahgunaan obat
9. Konsumsi alkohol
(Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
G. Tanda dan Gejala
Gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung
pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokalisasinya.
Gejala utama gangguan peredaran darah otak iskemik akibat trombosis serebri ialah
timbulnya defisit neurologik secara mendadak/subakut, didahului gejala prodromal, terjadi
pada waktu istirahat atau bangun pagi dan kesadaran biasanya tak menurun. Biasanya terjadi
pada usia lebih dari 50 tahun. Pada pungsi lumbal, liquor serebrospinalis jernih, tekanan
normal, dan eritrosit kurang dari 500. Pemeriksaan CT Scan dapat dilihat adanya daerah
hipodens yang menunjukkan infark/iskmik dan edema.
Gangguan peredaran darah otak akibat emboli serebri didapatkan pada usia lebih
muda, mendadak dan pada waktu aktif. Sumber emboli berasal dari berbagai tempat yakni
kelainan jantung atau ateroma yang terlepas. Kesadaran dapat menurun bila embolus cukup
besar. Likuor serebrospinalis adalah normal.
Pendarahan otak dilayani oleh 2 sistem yaitu sistem karotis dan sistem
vertebrobasilar. Gangguan pada sistem karotis menyebabkan :
1. Gangguan penglihatan
2. Gangguan bicara, disfasia atau afasia
3. Gangguan motorik, hemiplegi/hemiparese kontralateral
4. Ganguan sensorik
Gangguan pada sistem vertebrobasilar menyebabkan :
1. Ganguan penglihatan, pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus oksipital
2. Gangguan nervi kranialais bila mengenai batang otak
3. Gangguan motorik
4. Ganggguan koordinasi
5. Drop attack
6. Gangguan sensorik
7. Gangguan kesadaran
Bila lesi di kortikal, akan terjadi gejala klinik seperti; afasia, gangguan sensorik
kortikal, muka dan lengan lebih lumpuh atau tungkai lebih lumpuh., eye deviation,
hemipareses yang disertai kejang.
Bila lesi di subkortikal, akan timbul tanda seperti; muka, lengan dan tungkai sama
berat lumpuhnya, distonic posture, gangguan sensoris nyeri dan raba pada muka lengan dan
tungkai (tampak pada lesi di talamus). Bila disertai hemiplegi, lesi pada kapsula interna. 3
Bila lesi di batang otak, gambaran klinis berupa: hemiplegi alternans, tanda-tanda
serebelar, nistagmus, gangguan pendengaran, gangguan sensoris, disartri, gangguan menelan,
deviasi lidah.
Bila topis di medulla spinalis, akan timbul gejala seperti; gangguan sensoris dan
keringat sesuai tinggi lesi, gangguan miksi dan defekasi.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. CT Scan
2. Angiografi serebral
3. Pungsi Lumbal
4. MRI
5. EEG
6. Ultrasonografi Dopler
7. Sinar X Tengkorak
(DoengesE, Marilynn,2000)
I. Penatalaksanaan Medis
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan boleh dimulai
mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu diberikan ogsigen
sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
7. Kandung kemih yang penuh dikosongkan, bila perlu lakukan kateterisasi
8. Pemberian cairan intravena berupa kristaloid atau koloid dan hindari penggunaan glukosa
murni atau cairan hipotonik
9. Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat meningkatkan
TIK
10. Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran menurun atau ada
gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
11. Penatalaksanaan spesifik berupa:
Stroke non hemoragik: asetosal, neuroprotektor, trombolisis, antikoagulan, obat hemoragik
Stroke hemoragik: mengobati penyebabnya, neuroprotektor, tindakan pembedahan,
menurunkan TIK yang tinggi
J. Kasus
Tn. M usia 64 tahun, dirawat dengan stroke non hemoragik. Pasien mengatakan tiba-
tiba lemah, bicara pelo, kelemahan di kedua tangan dan kaki. Makan dengan sendok tidak
bisa, pasien batuk-batuk. Pasien tidak bisa melakukan perawatan personal hygiene. Dari
pemeriksaan, keadaan umum pasien tampak terbaring lemah, bicara pelo, lidah tertarik
kearah kiri, TD 190/140 mmHg, nadi 104 x/menit, suhu 37 °C.
K. Analisa Data
Data Fokus Etiologi Problem
DO : TD : 190/140 mmhg
Nadi : 104 x/ mnt
T : 37°C
DS : Pasien Mengatakan
tiba-tiba lemah
Aliran darah
sekunder akibat
hipertensi
Gangguan perfusi jaringan
otak
DO : Lidah pasien tertarik
kearah kiri
DS : Pasien Mengatakan tidak
bisa makan menggunakan
sendok
Penurunan asupan
oral
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
DO : TD : 190/140 mmhg
Nadi : 104 x/ mnt
T : 37°C
DS : Pasien mengatakan
L. tidak bisa melakukan
M. perawatan personal
hygiene
Kelemahan otot
sekunder akibat SNH
Gangguan defisit perawatan
diri
DO : Pasien tampak
berbaring lemah,
bicara pelo
DS : Pasien mengatakan
tiba-tiba lemah
Kelemahan otot
sekunder
Gangguan mobilisasi fisik
L. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan otak berhubungan dengan aliran darah sekunder akibat hipertensi
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh akibat penurunan asupan oral
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan otot sekunder akibat SNH
4. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan otot-otot sekunder
N. Intervensi
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
Dx I :
Gangguan perfusi jaringan
otak berhubungan dengan
aliran darah sekunder
akibat hipertensi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam,
tekanan darah menurun dan
pasien mengatakan badan lebih
segar
1. Pantau TTV
2. Pertahankan posisi tirah
baring pada posisi kepala
tempat tidur 15-30°
3. Pertahankan lingkungan
yang nyaman
4. Kolaborasi dengan tim
medis lain
Dx II :
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh akibat penurunan
asupan oral
O. Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam
kebutuhan nutrisi terpenuhi :
P. - Makan 1 porsi habis
1. Kaji faktor penyeba yang
mempengaruhi kemampuan
makan
2. Hitung kebutuhan nutrisi
perhari
3. Catat intake makanan
4. Beri latihan menelan
5. Beri makan via NGT
6. Kolaborasi dengan ahli gizi
Dx III :
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan
kelemahan otot sekunder
akibat SNH
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam,
kebutuhan personal
hygiene terpenuhi
1. Pantau tingkat kemampuan klien
dalam merawat diri
2. Berikan bantuan terhadap
kebutuhan yang benar-benar
diperlukan saja
3. Libatkan keluarga dalam
membantu klien
4. Motivasi klien untuk melakukan
personal hygiene sesuai
kemampuan
5. Pasang DC jika perlu, konsultasi
dengan ahli fisioterapi
Dx IV :
Gangguan mobilisasi fisik
berhubungan dengan
kelemahan otot-otot
sekunder
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 3x24 jam,
pasien dapat melakukan
aktivitasnya secara
mandiri dan pasien
mengatakanbadannya
tidak lemah lagi
1. Pantau tingkat kemampua
mobilisasi klien
a. Pantau kekuatan otot
b. Rubah posisi tiap 2 jam
c. Lakukan ROM pasif
Q. Implementasi
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Dx I :
Gangguan perfusi jaringan otak
berhubungan dengan aliran
darah sekunder akibat
hipertensi
1. Memantau TTV
2. Mempertahankan posisi tirah
baring pada posisi kepala
tempat tidur 15-30°
3. Mempertahankan lingkungan
yang nyaman
4. mengkolaborasikan dengan tim
medis lain
S : Pasien mengatakan sudah
tidak
tampak lemah
O : TD : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x/mnt
Suhu : 36 °C
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Dx II :
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
akibat penurunan asupan oral
1. Mengkaji faktor penyeba yang
mempengaruhi kemampuan
makan
2. Menghitung kebutuhan nutrisi
perhari
3. Mencatat intake makanan
4. Memberi latihan menelan
5. Memberi makan via NGT
6. Mengkolaborasi kandengan
ahli gizi
S : Pasien mengatakan sudah
tidak
lemas
O : Makan dihabiskan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
Dx III :
Defisit perawatan diri
berhubungan dengan
kelemahan otot sekunder akibat
SNH
1. Memantau tingkat kemampuan
klien dalam merawat diri
2. Memberikan bantuan terhadap
kebutuhan yang benar-benar
diperlukan saja
3. Melibatkan keluarga dalam
membantu klien
4. Memotivasi klien untuk
melakukan personal hygiene
sesuai kemampuan
5. Memasang DC jika perlu,
konsultasi dengan ahli
S : Pasien mengatakan belum
bisa
melakukan perawatan
personal
hygiene sendiri
O : -
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
fisioterapi
Dx IV :
Gangguan mobilisasi fisik
berhubungan dengan
kelemahan otot-otot sekunder
1. Memantau tingkat kemampua
mobilisasi klien
2. Memantau kekuatan otot
3. Merubah posisi tiap 2 jam
4. Melakukan ROM pasif
S : Pasien mengatakan belum
bisa
melakukan aktivitasnya
secara
mandiri
O : Pasien masih berbaring
lemah
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Penutup