asuhan keperawatan asma

32
LAPORAN MAKALAH KELOMPOK II “Asuhan Keperawatan Anak dengan Asma” Anggota Kelompok : 1. Arde Sandri N. : 12031006 8. Wulan Khairini : 12031053 2. Dola Ulti Sari : 12031009 9. Wella herliyanti : 12031050 3. Enggi Inglian Dani : 12031014 10. Yulia Nelfiza : 12031055 4. Esti Lestari : 12031015 11. Uci Verdina : 12031046 5. Afrila Bella sari : 12031001 12. Ibnu Agus S. : 12031020

Upload: dola

Post on 15-Feb-2016

75 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan asma

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Asma

LAPORAN MAKALAH

KELOMPOK II

“Asuhan Keperawatan Anak dengan Asma”

Anggota Kelompok :

1. Arde Sandri N. : 12031006 8. Wulan Khairini : 12031053

2. Dola Ulti Sari : 12031009 9. Wella herliyanti : 12031050

3. Enggi Inglian Dani : 12031014 10. Yulia Nelfiza : 12031055

4. Esti Lestari : 12031015 11. Uci Verdina : 12031046

5. Afrila Bella sari : 12031001 12. Ibnu Agus S. : 12031020

6. Ferina Oetami M. : 12031018 13. M. Dzulfikar : 12031032

7. Lia Racmita Sari : 12031025 14. Trisna : 10031045

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

STIKes HANG TUAH PEKANBARU

2014

Page 2: Asuhan Keperawatan Asma

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun Laporan Makalah yang

berjudul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Asma” tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan laporan makalah ini, kami banyak mendapat tantangan dan hambatan

akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh sebab itu, kami

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing Ns. Riau Roslita,

S.Kep dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini, semoga bantuannya

mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk

penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk

penyempurnaan laporan selanjutnya.

Akhir kata semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Pekanbaru, 27 Desember 2014

Penyusun

(Kelompok II)

Page 3: Asuhan Keperawatan Asma

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................1

DAFTAR ISI.......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 Tujuan .....................................................................................................................4

1.3 Manfaat....................................................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Asma......................................................................................................5

2.2 Etiologi Asma..........................................................................................................5

2.3 Klasifikasi Asma......................................................................................................6

2.4 Manifestasi Klinis Asma.........................................................................................7

2.5 Komplikasi Asma....................................................................................................7

2.6 Patofisiologi Asma..................................................................................................7

2.7 Evaluasi Diagnostik Asma.......................................................................................8

2.8 Penatalaksanaan Asma............................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Asuhan Keperawatan Asma.....................................................................................12

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan .............................................................................................................21

4.2 Saran........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Asuhan Keperawatan Asma

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma ialah suatu proses obstruksi pernapasan yang reversible, yang ditandai oleh periode

eksaserbasi dan remisi, terjadi spasme bronchial yang mengakibatkan obstruksi jalan napas.

Kondisi ini umumnya muncul sebelum usia 5 tahun, dan sebelum usia remaja, lebih sering pada

anak laki-laki disbanding perempuan.

Asma masih 2,1%, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 5,2%. Hasil survey

asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta< Bandung,

Semarang< Yogyakarta, Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6-

12 tahun) berkisar 3,7%-6,4%, sedangkan pada anak SMP si Jakarta Pusat sebesar 5,8% tahun

1995 dan tahun 2001 di Jakarta Timur sebesar 8,6%. Berdasarkan gembaran tersebut di atas,

terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian

secara serius.Pengamatan di 5 propinsi di Indonesia (Sumatra Utara, Jawa tengah, Jawa Timur,

Kalimantan Barat dan Sulawesi Selatan) yang silaksanakan oleh subdit Penyakit Kronik dan

Degeneratif Lain pada bulan April tahun 2007, menunjukkan bahwa pada umumnya upaya

pengendalian asma belum terlaksana dengan baik dan masih sangat minimnya ketersediaan

peralatan dan pengetahuan tentang penyakit asma juga sangat kurang.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami konsep Asma

2. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan Asma

1.3 Manfaat

Dengan adanya makalah ini. Diharapkan dapat memberikan manfaat, yakni:

1. Untuk penulis dan pembaca

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama pendidikan dan

informasi atau wawasan mengenai asuhan keperawatan Asma.

2. Untuk pihak lain

Sebagai sumber data dan acuan dalam melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya.

Page 5: Asuhan Keperawatan Asma

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Asma

Asma adalah gangguan inflamasi kronis pada jalan napas tempat banyak sel (sel mast, eosinofil,

dan limfosit T) memegang peranan. Pada anak yang rentan, inflamasi menyebabkan episode

mengi kambuhan, sesak napas, dadak sesak, dan batuk, terutama pada malam hari atau pagi hari.

(Wong, 2008)

Asma ialah suatu proses obstruksi pernapasan yang reversible, yang ditandai oleh periode

eksaserbasi dan remisi, terjadi spasme bronchial yang mengakibatkan obstruksi jalan napas.

(Kathleen, 2007)

2.2 Etiologi Asma

Penelitian tentang anak yang menderita asma menunjukkan bahwa alergi memengaruhi

persistensi dan keparahan penyakit. Akan tetapi pada bayi, terdapat hubungan yang kuat antara

infeksi virus dan asma. Allergen tidak begitu berperan menyebabkan asma karena terjadinya

sensitivitas alergi memerlukan waktu. Terdapat juga factor predisposisi genetic utnuk terjadinya

respons alergi terhadap allergen yang banyak terdapat di udara (National Asthma Education and

Prevention Program, 1997). Selain allergen, zat dan kondisi lain juga dapat mencetus episode

asma (Kotak 23-14). Meskipun alergen berperan penting untuk terjadinya asma, pada beberapa

kasus tidak ada proses alergi yang dapat dideteksi. Teori-teori lain seperti (1) defek dasar pada

reseptor adrenergic β terhadap leukosit dan (2) peningkatan aktivitas kolinergik telah

dimunculkan. Akan tetapi, sebagian besar ahli menyetujui bahwa asma melibatkan factor-faktor

biokimia, imunologik, infeksius, endokrin, dan psikologik.

Pemicu yang Mencetuskan dan/atau Memperburuk Eksaserbasi Asma.

Alergen

Diluar rumah pohon, semak-semak, rumput-rumputan, jamur, serbuk sari, polusi udara, spora.

Didalam rmah : debu dan/atau tungau debu, jamur, antigen kecoa.

Iritan : asap tembakau, asap kayu, bau, semprotan

Pajanan pada zat kimia

Latihan fisik

Page 6: Asuhan Keperawatan Asma

Udara dingin

Perubahan cuaca dan suhu

Perubahan lingkungan : pindah ke rumah baru, ememulai sekolah baru, dll

Flu dan infeksi

Hewan : kucing, anjing, pengerat, kuda

Obat : aspirin, obat-obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID), antibiotic, penyekat data.

Emosi yang kuat : takut, marah, tertawa, menangis

Kondisi : refluks gastroesofagus, fistula trakeosofagus

Aditif makanan : pengawat sulfit

Makanan : kacang, produk susu

Factor-faktor endokrin : menstruasi, kehamilan, penyakit tiroid.

(Wong, 2008)

2.3 Klasifikasi Asma

Klasifikasi keparahan asma pada anak berusia 5 tahun atau lebih : gambaran klinis.

Langkah 4 : Asma Persisten Berat

Gejala kontinu

Eksaserbasi sering

Gejala lebih sering di malam hari

Aktivitas fisik terbatas

Aliran ekspirasi puncak (peak explatory flow, PEF) atau volume ekspirasi kuat dalam 1 detik

(FEV) ≤ 60% dari nilai yang sudah diperkirakan.

Variabilitas PEF > 30%

Langkah 3 : Asma Persisten Sedang

Gejala setiap hari

Penggunaan inhalasi agonis β2 kerja singkat

Ekaserbasi memengaruhi aktivitas

Eksaserbasi ≥ 2 kali seminggu

Eksaserbasi dapat berlangsung berhari-hari

Gejala di malam hari > 1 kali seminggu

PEF/FEV, > 60% sampai < 80% dari nilai yang sudah diperkirakan

Page 7: Asuhan Keperawatan Asma

Variabilitas PEF> 30%

Langkah 2 : Asma Persisten Ringan

Gejala >2 kali seminggu, namun < 1 kali sehari

Eksaserbasi dapat memengaruhi aktivitas

Gejala di malam hari >2 kali sebulan

PEF/FEV, ≥ 80% dari nilai yang sudah diperkirakan

Varibilitas PEF 20% sampai 30%

Langkah 1 : Asma Intermiten Ringan

Gejala ≤ 2 kali seminggu

Eksaserbasi singkat (dari beberapa jam sampai beberapa minggu); intensitas dapat bervariasi

Gejala dimalam hari ≤ 2 kali sebulan

PEF asimtomatik dan normal diantara eksaserbasi

PEF atau FEV ≥ 80% dari nilai yang sudah diperkirakan

Varibilitas PEF < 20%

(Wong, 2008)

2.4 Manifestasi Klinis Asma

Manifestasi klinis Asma

BATUK

Batuk kering, paroksismal, iritatif, dan nonproduktif.

Kemudian menghasilkan sputum yang berbusa, jernih, dan kental.

TANDA-TANDA TERKAIT PERNAPASAN

Sesak napas

Fase ekspirasi memeanjang

Mengi dapat terdengar

Tulang zigomatik memerah dan telinga merah

Bibir berwarna gelap

Dapat berkembang menjadi sianosis pada dasar kuku dan/atau sianosis sirkumoral

Gelisah

Ketakutan

Berkeringat semakin banhyak sejalan dengan berkembangnya serangan asma.

Page 8: Asuhan Keperawatan Asma

Anak yang sudah besar dapat duduk tegak dengan bahu dibungkukkan, tangan berada diatas

meja atau kursi, dan lengan menahan.

Berbicara dengan frase yang singkat, terpatah-patah dan terengah-engah.

DADA

Hiperesonansi pada perkusi

Bunyi napas kasar dank eras

Mengi diseluruh bidang paru

Ekspirasi memanjang

Ronki kasar

Mengi pada saat inspirai dan ekspirasi nada meninggi

PADA EPISODE BERULANG

Dada barrel

Bahu meninggi

Penggunaan otot-otot pernapasan aksesoris

Tampilan wajah: tulang zigomatik mendatar, lingkaran di sekeliling mata, hidung mengecil, gigi

atas menonjol.

(Wong, 2008)

2.5 Komplikasi Asma

Komplikasi potensial yang terjadi termasuk pneumotoraks, gagal jantung, infeksi pernapasan,

gangguan emosional, dan bahkan kematian. Pada kasus yang sama, kondisi anak dapat membaik

pada usia remaja, atau berkembang menjadi emfisema pada masa dewasa. (Kathleen,2007)

2.6 Patofisiologi Asma

Terdapat persetujuan umum bahwa inflamasi berperan dalam peningkatan reaktivitas jalan

napas. Mekanisme yang menyebabkan inflamasi jalan nafas cukup beragam, dan peran setiap

mekanisme tersebut bervariasi dari satu anak ke anak lain serta selama perjalanan penyakit. Akan

tetapi, pengetahuan mengenai pentingnya inflamasi telah membuat penggunaan agens anti-

inflamasi sebagai komponen ini dalam terapi asma yang terbaru. Komponene penting asma

lainnya adalah bronkospasme dan obstruksi. Mekanisme yang menyebabkan gejala obstruktif.

Page 9: Asuhan Keperawatan Asma

Konstriksi bronkus merupakan reaksi normal terhadap stimulasi asing, namun pada anak

yang menderita asma biasanya sangat parah hingga menyebabkan penyempitan dn ppemendekan

jalan nafas, yang secara signifikan meningkatkan reistensi jalan napas tehadap aliran udara.

Secara normal, bronkus berdilatasidan memanjang selama ekspirasi. Oleh karena itu, kesulitan

bernapas lebih berat terjadi selama fase ekspirasi.peningkatan tahanan dalam jalan napas

menyebabkan ekspirasi yang dipaksakan melewati lumen sempit. Volume udara yang terjebak

dalam paru meningkatkan pada saat jalan napas secara fungsional menutup di titik antara alveoli

dan bronkus lobules. Gas yang terjebak ini mendorong individu untuk bernapas pada volume

paru yang semakin tiongg. Akibatnya, orang yang menderita asma harusberjuang untuk

menginspirasi jumlah udara yang cukup. Upaya keras untuk bernapas ini akan menyebabkan

keletihan, penurunan efektivitas pernapasan, dan peningkatan konsumsi oksigen. Inspirasi yang

terjadi ketika volume paru lebih tinggi akan menginflasi alveoli secara berl;ebihan dan

menurunkan efektivitas batuk. Jika obstruksi semakin parah, terjadi penurunan ventilasi alveolus

disertai retensi karbon diokside, hipoksemia, asidosis pernapasan, dan akhirnya, gagal napas.

(Wong, 2008)

2.7 Evaluasi Diagnostik Asma

Anak yang menderita asma dapat mengalami gejala-gejala yang berawal dari episode akut napas

pendek, mengi, dan batuk dilanjutkan dengan periode tenang sampai ke pola gejala kronis yang

relative kontinu dengan tingkat keparahan yang berfluktuasi. Serangan asma dapat terjadi

bertahap atau tiba-tiba dan dapat didahului dengan ISPA. Usia anak sering menjadi factor

signifikan, karena serangan pertama pada kebanyakkan kasus terjadi pada usia antara 3 dan 8

tahun. Pada masa bayi serangan biasanya terjadi setelah infeksi pernapasan. Sebagian anak

dapat mengalami gatal prodromal di bagian depan leher atau di punggung bagian atas tepat

sebelum serangan.

Diagnosis ditentukan terutama berdasarkan manifestasi klinis, riwayat, pemeriksaan fisik,

dan uji laboratorium. Pemeriksaan radiografik biasanya digunakan untuk mengesampingkan

adanya penyakit lain dan untuk mengevaluasi adanya penyakit lain yang menyertai. Umumnya,

batuk kronis pada keadaan tanpa infeksi atau mengi yang menyebar selama fase ekspirasi

pernapasan sudah cukup menetapkan diagnosis.

1. Uji fungsi paru

Page 10: Asuhan Keperawatan Asma

Uji fungsi paru merupakan metode diagnostic yang objektif dan dapat diulang untuk

mengevaluasi keberadaan dan derajat penyakit paru, serta respons terhadap terapi.

Spirometri umumnya dapat dilakukan secara reliable pada anak berusia 5 atau 6 tahun dan

mencakup penggunaan spirometer mekanis tradisional dan sederhana yang sering dilakukan

di klinik, tempat praktik dokter, dan rumah atau versi yang sudah terkomputerisasi.

Pengukuran penting lainnya adalah laju aliran ekspirasi pernapasan puncak (peak ekpiratory

flow rate, PEFR), yang mengukur aliran udara maksimal yang dapat diekshalasi sekuatnya

dalam 1 detik. PEFR diukur dalam satuan liter per menit menggunakan peak expiratory flow

meter (PEFM). Tiga zona pengukuran biasanya digunakan untuk membaca hasil PEFR.

Sistem zona dengan lampu lalu lintas sehingga mudah digunakan dan dilihat. Setiap anak

perlu membuat nilai terbaik individu. Nilai terbaik individu dapat dibentuk selama periode 2

sampai 3 minggu yairu pada saat anak melakukan PEFR selama sedikitnya dua kali sehari.

Setelah nilai terbaik individu diperoleh, PEFR anak dapat dibandingkan dengan nilai terbaik

tersebut.

2. Uji kulit

Berguna untuk mengidentifikasi allergen spesifik, dan hasil yang diperoleh dengan teknik

fungsi akan lebih baik daripada yang diambil dengan uji intrakutan dengan gejala dan

pengukuran yang sesuai antibody immunoglobulin E (IgE).

3. Uji provokatif

Pajanan langsung membrane mukosa dengan antigen yang dicurigai dalam peningkatan

konsentrasi, membantu identifikasi allergen yang terinhalasi.

4. Uji radioalergosorben (RAST)

Membantu mengidentifikasi antigen terhadap berbagai makanan dan sering digunakan untuk

menentukan terapi yang tepat.

(Wong, 2008)

2.8 Penatalaksanaan Asma

Tujuan umum dari penatalaksanaan asma adalah mencegah disabilitas dan meminimalkan

morbiditas fisik dan psikologis-untuk membantu anak hidup senormal dan sebahagia mungkin.

Hal ini mencangkup memfasilitasi penyesuaian sosial anak dalam keluarga, sekolah, dan

komunitas, serta partisipasi normal dalam aktivitas rekreasi dan olah raga. Untuk mencapai

Page 11: Asuhan Keperawatan Asma

tujuan ini, berbagai upayah diarahkan pada pengenalan episode akut secara dini, mengunjungi

pemberi layanan kesehatan secara teratur dan menginplementasikan iiritas dan factor alergi dari

lingkungan anak, mengajarkan pada orang tua tentang sifat jangka panjang dari penyakit dan

bagaimana penatalaksanaan eksaserbasi penyakit, serta membantu anakmenghadapi penyakit

tersebut secara konstruktif. Kepatuhan terhadap program pengobatan merupakan hal yang

penting untuk keberhasilan pengobatan.

1. Pengendalian allergen

Tujuan utama terapi nonfakrmakologik adalah pencegahan dan pengurangan pajanan anak

terhadap allergen dan iritan yang ada di udara. Tungau debu rumah dan komponen-

komponen lain debu dalam rumah merupakan agens yang paling diidentifikasi pada anak

yang alergik inhalan. Metode yang paling penting untuk menghilangkan tungau debu adalah

menjaga kelembaban di dalam rumah tetap dibawah 50%, kadar kelembapan yang

menyebabkan tungau debu tidak dapat hidup. Kecoa, binatang rumah tangga lainnya, juga

diidentifikasi sebagai allergen penting diberbagai tempat. Membasmi kecoa, membersihkan

lantai dan lemari dapur dapat cermat, menyingkirkan makanan setelah dimakan, dan

membuang sampah ke luar rumah dimalam hari merupakan tindakan-tindakan penting untuk

mengusir kecoa. Allergen spesifik diidentifikasi dengan uji kulit, dan beberapa tindakan

dilakukan untuk menghilangkan atau menghindari allergen tersebut. Sering kali,

menghilangkan factor lingkungan (mis; menjahui anjing atau kucing dari rumah anak yang

sensitive terhadap bulu binatang) akan menurunkan frekuensi episode asma. Factor-faktor

nonspesifik yang dapat mencetus episode asma tersebut, seperti suhu ekstrim, terkadang

dapat dikendalikan dengan pelembab atau AC.

2. Terapi obat

Tujuan utama terapi farmakologik adalah mencegah dan mengndalikan gejala asma,

mengurangi frekuensi dan keparahan eksaserbasi asma, dan menghilangkan obstruksi aliran

udara. Pendekatan yang bijaksana dianjurkan berdasarkan keparahan asma yang dialami

anak. Karena inflamasi dianggap sebagai gambaran dini dan persisten dari asma, terapi

diarahkan sebagai gambaran dini dan persisten dari asma, terapi diarahkan pada supresi

inflamasi jangka panjang. Pengobatan digolongkan menjadi dua kategori umum: pengobatan

pengendalian jangka panjang (obat pencegah) utnuk mencapai dan mempertahankan

Page 12: Asuhan Keperawatan Asma

pengendalian inflamasi dan pengobatan asma segera (penyelamatan medis) utnuk mengatasi

gejala dan eksaserbasi.

3. Modifler leukotrien

Leukotrien adalah mediator inflamasi yang menyebabkan peningkatan hiperesponsivitas

jalan nafas. Modifier leukotrien (seperti zafirlukast, zileuton, dan natrium montelukast)

menyekat efek inflamasi dan bronkospasme. Obat-obat ini diberikan secara oral dalam

kombinasi dengan agonis-β dan steroid untuk memberikan pengendalian jangka panjang dan

pencegahan gejala pada asma persisten ringan. (Fost dan Spahn, 1998).

4. Latihan fisik

Bronkospasme akibat latihan fisik (exercise-induced bronchospasm [EIB]) adalah obnstruksi

jalan nafas akut reversible, yang biasanya sembuh sendiri, terjadi selama atau setelah

aktivitas berat, mencapai puncaknya 5 sampai 10 menit setelah aktivitas berhenti, dan

biasanya berhenti 20 sampai 30 menit kemudian. Pasien yang menderita EIB mengalami

batuk, sesak napas, nyeri dada atau dada sesak, mengi, dan masalah ketahanan selama

latihan fisik, namun untuk memastikan diagnosis ini diperlukan pengujian latihan fisik di

laboratorium. Gangguan ini jarang terjadi pada aktivitas yang memerlukan ledakan energy

singkat (mis; baseball, lari cepat, sebnam, ski) dan lebih banyak terjadi pada aktivitas yang

memerlukan ketahanan fisik (mis; sepak bola, basket, lari jarak jauh). Berenag dapat

ditoleransi dengan baik oleh anak yang menderita EIB, karena mereka menghirup udara

bersaturasi penuh dengan kelmbapan dan karena jenis pernapasan yang diperlukan dalam

berenang. Ekshalasi di dalam air bermanfaat karena memperpanjang setiap eksiprasi dan

mingkatkan tekanan akhir ekpsirasi dalam cabang-cabang saluran pernapasan (biasanya

pernapasan mulut).

Anak penderita asma sering tidak dilibatkan dalam latihan fisik oleh orang tua, guru,

dan praktisi, bahkan mereka sendiri pun tidak mau terlibat, karena enggan untuk memicu

serangan. Hal ini dapat menghambat interaksi dengan teman sebaya dan kesehatan fisik

yang serius. Latihan fisik bermanfaat bagi anak-anak penderita asma, dan sebagian besar

anak dapat berpartisifasi dalam aktivitas disekolah dan olahraga dengan kesulitan minimal,

agar asma tetap dapat dikendalikan. Partisipasi bharus dievaluasi berdasarkan toleransi

terhadap durasi dan intensitas upaya masing-masing anak. Pengobatan profilakstik yang

Page 13: Asuhan Keperawatan Asma

tepat dengan agens adrenergic-β atau natrium kromolin sebelum latihan fisik biasanya

memungkinkan anak berpartisifasi penuh dalam latihan fisik yang berat.

5. Fisioterapi dada

Fisioterapi dada mencakup latihan bernapas dan latihan fisik. Terapi ini membantu relaksasi

fisik dan mental, memperbaiki postur, memperkuat otot-otot pernapasan, dan membentuk

pola napas yang lebih efisien. Untuk anak yang termotivasi, latihan bernapas cegah inflasi

berlebihan dan meningkatkan keefektifan batuk. Akan tetapi, fisioterapi dada tidak

dianjurkan selama eksaserbasi asma akut tanpa konplikasi (National Astthma Education and

Prevention Program, 1997).

6. Hiposensitisasi

Peran hiposensitisasi pada asma masa kanak-kanak masih menjadi kontroversi. Sebelumnya,

imunoterapi telah digunakan untuk alergi musiman dan jika hanya satu zat yang

menyebabkan alergi. Hiposensitisasi tidak dianjurkan utnuk allergen yang dapat

dihilangkan, seperti makanan, obat, dan bulu binatang. Terapi injeksi biasanya dibatasi

untuk allergen yang signifikan secara klinis. Dosis awal allergen berdasarkan ukuran reaksi

kulit, diinjeksikan secara subkutan. Jumlahnya ditingkatkan setiap minggu sampai toleransi

maksimal diperoleh, yaitu setelah dosis rumatan diberikan dengan interval 4 minggu.

Pemberian dapat memanjang sampai interval 5 atau 6 minggu selama berakhirnya alergi

musiman. Pengobatan yang berhasil dilanjutkan selama minimal 3 tahun, kemudian

dihentikan. Jika tidak ada gejala, imunitas yang didapat dikatakan kembali pulih; jika gejala

kambuh, pengobatan dilakukan kembali. (Wong, 2008)

Page 14: Asuhan Keperawatan Asma

BAB III

PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Respirasi

- Napas pendek

- Mengi ekspirasi yang memanjang

- Retraksi dada

- Takipnea

- Batuk kering dan kering (tanda paling umum)

- Ronki

- Pernapasan cuping hidung

b. Kardiovaskular

- Takikardia

c. Neurologis

- Gelisah

- Cemas

- Sulit tidur

d. Muskuloskeletal

- Tidak mampu beraktivitas

e. Integument

Page 15: Asuhan Keperawatan Asma

- Sianosis

- Pucat

f. Psikososial

- Tidak patuh dengan pengobatan

2. Diagnosa

1) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan konstriksi bronkus.

2) Kelelahan yang berhubungan dengan hipoksia.

3) Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan gangguan gastrointestinal.

4) Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan melalui saluran pernapasan.

5) Ketidakmampuan yang berhubungan dengan kendali diri.

6) Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan dirumah.

3. Intervensi

1) Gangguan pertukaran gas yang berhubungan engan konstriksi bronkus.

Criteria hasil: anak akan mempertahankan hidrasi yang adekuat yangditandai dengan turgor kulit yang baik dan haluaran urin 1

sampai 2 ml/kg/jam.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL

Dorong anak untuk batuk dan latihan napas dalam, setiap 2 jam.

Instruksikan napas dalam, 3-4 kali, selanjutnya batuk pada posisi

duduk.

Bila perlu, lakukan pengisapan lender guna mengeluarkan lender dari

jalan napas.

Batuk membantu membersihkan mucus dari paru, dan napas dalam

akan meningkatkan oksigenisasi. Duduk dengan posisi tegak lurus akan

memudahkan batuk.

Pengisapan lender membantu untuk mengeluarkan secret, karena anak

tidak dapat mengeluarkannya sendiri.

Page 16: Asuhan Keperawatan Asma

Jika anak mengalami kongesti paru yang berat atau pneumonia, lakukan

fisioterapi dada 3 atau 4 kali sehari.

Kaji frekuensi pernapasan anak dan auskultasi bunyi napas.

Posisikan anak fowler tinggi atau duduk, dengan dada dibusungkan.

Beri obat-obatan bronkodilator, seperti albuterol, dan obat-obatan

steroid, missal metilprednisolon (Solu-Medrol).

Beri oksigen yang telah dilembabkan, sesuai petunjuk.

Pantau peak flow rate.

Singkirkan allergen potensial dari kamar anak.

Fisioterapi dada-merupakan kombinasi postural drainase, perkusi dada

dan vibrasi, serta latihan batuk dan napas dalam- membantu

menghilangkan dan mengeluarkan secret, pengembangan jaringan paru

kembali, dan meningkatkan efisiensi penggunaan obat pernapasan.

Data ini akan member informasi tentang perubahan pernapasan sebelum

dan sesudah terapi.

Posisi ini akan meningkatkan ekspansi dada.

Bronkodilator akan merelaksasikan otot polos bronchial; steroid akan

mengurangi peradangan.

Oksigenisasi yang dilembabkan akan meningkatkan oksigenisasi dan

membantu untuk menghilangkan secret.

Peak flow rate mengindikasikan tingkat gangguan fungsi paru.

Allergen dapat memicu timbulnya serangan asma.

2) Kelelahan yang berhubungan dengan hipoksia.

Criteria hasil : anak akan menunjukkan pengurangan kegelisahan dan kelelahan yang ditandai oleh penurunan agitasi, periode

tidur tidak terganggu, tidak ada tanda gawat napas, dan peningkatan kemampuan melakukan aktivitas.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL

Kaji tanda-tanda hipoksia atau hiperkapnia, termasuk gelisah, agitasi,

sianosis, peningkatan frekuensi jantung, dan peningkatan frekuensi

pernapasan.

Posiskan anak telentang dengan kepala tempat tidur ditingikan 450

.deteksi dini pengobatan yang tepat terhadap hipoksia dan hiperkapnia,

akan mencegah kegelisahan serta kelelahan yang berlebihan.

Membaringkan anak pada posisi tersebut akan meningkatkan

kemampuan paru mengembang dan meningkatkan oksigenisasi, dengan

demikian akan mengurangi kegelisahan.

Page 17: Asuhan Keperawatan Asma

Beri istirahat yang adekuat dan waktu yang tenang. Kelompokkan

intervensi dengan tepat.

Istirahat yang cukup dan menciptakan waktu tenang dapat mengurangi

tingkat aktivitas anak, yang akan mengurangi usaha bernapas dan

kelelahan.

3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan gangguan gastrointestinal.

Criteria hasil : gangguan pada sistem gastrointestinal anak akan berkurang, yang ditandai dengan berkurangnya mual dan

muntah, serta asupan nutrisi meningkat (menghabiskan porsi makanan sedikit 80% pada setiap kali makan).

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL

Beri anak makan dengan porsi sedikit, tetapi sering (5 atau 6 porsi per

hari) dengan jenis makanan yang disukai.

Beri makanan rendah lemak, dan lunak, dunakna warna sebagai

petunjuk; makanan berwarna putih-seperti roti panggang, kentang, dan

pudding yang terbuat dari susu rendah lemak- cenderung dilunakkan.

Hindari makanan yang dapat menyebabkan respons alergi, seperti telur,

terigu, dan cokelat.

Makan sedikit, tetapi sering akan mengurangi energy untuk mengunyah

dan tidak menyebabkan lambung terisi berlebihan sehingga dapat

menurunkan ekspansi paru. Member makanan yang disukai pada anak

akan membantu asupan makanan yang adekuat.

Makanan yang pedas dan tinggi lemak menyebabkan gangguan

pencernaan dan tidak mudah dicerna.

Kelompok makanan ini dapat memicu serangan alergi pada seorang

anak yang sensitive terhadap makanan tersebut.

4) Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan kehilangan cairan melalui saluran pernapasan.

Criteria hasil : anak akan mempertahankan hidrasi yang adekuat yang ditandai dengan turgor kulit yang baik dan haluaran urin

1 sampai 2 ml/kg/jam.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL

Kaji turgor kulit anak dan pantau haluaran urine setiap 4 jam. Pengkajian dan pemantauan terhadap hal tersebut membantu untuk

Page 18: Asuhan Keperawatan Asma

Anjurkan anak minum 90-240 ml gelas cairan per hari, bergantung pada

usia anak.

menentukan tingkat hidrasi dan kebutuhan penambahan cairan.

Anak mebutuhkan cukup cairan untuk mempertahankan hidarasi dan

keseimbangan asam basa, serta mencegah syok.

5) Ketidakpatuhan yang berhubungan dengan kehilangan kendali diri.

Criteria hasil : anak akan mengikuti terapi medis dan asupan keperawatan, yang ditandai dengan mematuhi seluruh

pengobatan, dan berpartisipasi dalam terapi rutinitas.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL

Bila mungkin, izinkan anak berpartisipasi dalam keputusan yang

berkenaan dengan tindakan rutin, seperti pada kegiatan fisioterapi dada,

dan makan.

Jelaskan pada anak tentang semua prosedur, seperti pemeriksaan

leboratorium dan fisioterapi dada,d an alas an pengobatan itu. Jelaskan

bahwa pemeriksaan laboratorium memungkinkan dokter dan perawat

mengevaluasi efektivitas pengobatan, serta fisioterapi dada yang dapat

membantu menghilangkan secret, dengan cara batuk efektif sehingga

dapat memungkinkan bernapas dan batuk dengan mudah.

Dengan mengajarkan pada anak bagaimana memantau tindakan

rutinitas yang sangat sederhana, akan meningkatkan perasaan kendali

diri, dan meningkatkan kepatuhan terhadap seluruh tindakan

pengobatan yang diberikan.

Penjelasan akan membantu mengurangi perasaan takut dan kehilangan

kendali.

6) Deficit pengetahuan yang berhubungan dengan perawatan dirumah.

Criteria hasil : anak dan orang tua akan mengekspresikan pemahamannya tentang asuhan keperawatan dirumah.

TINDAKAN/INTERVENSI RASIONAL

Jelaskan fisiologis penyakit kepada anak dan orang tuanya. Pemahaman tentang penyakit memabantu anak dan orang tua mematuhi

Page 19: Asuhan Keperawatan Asma

Berdasarkan riwayat anak, ajarkan tentang factor yang dapat

meningkatkan serangan asma, seperti allergen, infeksi, aktivitas,

perubahan cuaca, dan stress.

Ajarkan anak dan orang tua tentang tanda dan infeksi pernapasan,

termasuk demam, gangguan pernapasan, mengi, serta takipnea.

Ajarkan anak dan orang tua tentang pentingnya mematuhi semua

tindakan pengobatan, dan tentang kemungkinan efek sampingnya.

Ajarkan anak bagaimana menghirup obat-obat inhalasi dengan inhaler

dosis terukur, alat spacer, atau keduanya, jika diperlukan.

Jelaskan orang tua dan anak untuk menghindari antihistamin selama

serangan.

Ajarkan pentingnya mempertahankan tingkat aktivitas yang tepat sesuai

dengan kondisi anak.

Ajarkan orang tua, dan jika perlu, bagaimana memantau peak flow rate,

dan laporkan pada dokter adanya penurunan.

program pengobatan.

Pembelajaran seperti ini dapat mengurangi jumlah serangan dimasa

datang.

Deteksi dini dan terapi pernapasan, dapat mencegah atau mengurangi

kesukaran pernapasan karena serangan asma.

Mematuhi program pengobatan akan menjamin kadar obat dalam darah

tetap stabil dan dapat mengendalikan serangan asma yang berlebihan.

Alat ini meningkatkan pemberian obat dosisi penuh; anak usia sekolah

yang tidak dapat menggunakan inhalasi dengan dosis terukur dapat

menggunakan alat spacer dengan inhaler untuk menjamin dosis yang

tepat.

Antihistamin menyebabkan sekresi menjadi kental dan sulit dikeluarkan

sehingga dapat meningkatkan batuk.

Mempertahankan kebugaran fisik penting untuk perkembangan normal

anak. Anak perlu melakukan tingkat aktivitas seperti biasanya, kecuali

anak mengalami serangan asma akut.

Penurunan pada peak flow rate mengindikasikan perlunya perubahan

obat dan dosisnya.

4. Evaluasi

Selama perawatan di rumah sakit, catatan berikut telah dibuat:

a. Keadaan anak dan temuan pengkajian yang dilakukan saat masuk rumah sakit,

b. Perubahan status anak

Page 20: Asuhan Keperawatan Asma

c. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic yang relevan

d. Asupan dan haluaran cairan

e. Status pertumbuhan dan perkembangan

f. Asupan nutrisi

g. Respons anak terhadap terapi

h. Reaksi anak dan orang tua terhadap penyakit dan hospitalisasi

i. Pedoman penyuluhan pasien dan keluarga

j. Pedoman perencanaan pemulangan.

Page 21: Asuhan Keperawatan Asma

BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Asma ialah suatu proses obstruksi pernapasan yang reversible, yang ditandai oleh periode

eksaserbasi dan remisi, terjadi spasme bronchial yang mengakibatkan obstruksi jalan napas.

Salah satu penyebab utama terjadinya penyakit kronis pada anak, kondisi ini umumnya muncul

sebelum usia 5 tahun, dan sebelum usia remaja, lebih sering pada anak laki-laki disbanding

perempuan. Walaupun serangan asma umumnya disebabkan oleh factor instrinsik (seperti

aktivitas atau alergi bulu binatang, serbuk, asap rokok, atau debu), factor-faktor intrinsic, seperti

penyakit, stes, atau kelelahan juga merupakan factor pemicu serangan. Inflamasi dan edema

menyertai spasme bronchial. Sel mukosa memproduksi secret kental yang sulit dikeluarkan.

Pengobatan biasanya berupa pemberian obat steroid dan bronkodilator, peningkatan

asupan cairan, penanganan pernapasan (seperti latihan batuk dan nafas dalam, dan perlunya

dilakukan fisioterapi dada untuk mengatasi kongesti paru yang berat atau jika terjadi

pneumonia), dan pengobatan nebulizer. Jika terjadi infeksi, pengobatannya berupa antibiotika.

Komplikasi potensial yang terjadi termasuk pneumotoraks, gagal jantung, infeksi pernapasan,

gangguan emosional, dan bahkan kematian. Pada kasus yang sama, kondisi anak dapat membaik

pada usia remaja, atau berkembang menjadi emfisema pada masa dewasa.

3.2 Saran

Diharapkan dengan adanya makalah ini bisa menambah wawasan pembaca terutama perawat dan

orang tua untuk lebih mengerti cara merawat anak dengan Asma.

Page 22: Asuhan Keperawatan Asma

DAFTAR PUSTAKA

Meadow, Roy & Simon Newell. 2005. Pedriatika. Jakarta: Erlangga.

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.

Speer, Kathleen Morgan. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan Pediatrik dengan Clinical

Pathway. Jakarta: EGC.

Suriadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI.

Wong, Donna. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.