asuhan keperawatan klien dengan empiema

21
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EMPIEMA DISUSUN OLEH Alisa Wulan Pratiwi Julia Arastantia Nurul Nilwana Sari Siti Mar’atus Solihah Vida Yolanda STIKES PERTAMEDIKA JAKARTA i

Upload: polongjj

Post on 07-Feb-2016

60 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN EMPIEMA

DISUSUN OLEH

Alisa Wulan Pratiwi

Julia Arastantia

Nurul Nilwana Sari

Siti Mar’atus Solihah

Vida Yolanda

STIKES PERTAMEDIKA JAKARTA

TAHUN AJARAN 2013/2014

i

Page 2: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

KATA PENGANTAR

Puji sukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT atas berkat dan rahmat-NYA kami

dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan

Asidosis Metabolik’’ . Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Sistem

Imun dan Hematologi 2.

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan

kami selaku mahasiswa dalam bidang kesehatan agar dapat lebih memahami lagi tentang

berbagai macam penyakit, bagaimana terjadinya serta melakukan perawatan terhadap

penyakit tersebut.

Dalam penyusunan tugas ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan

kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan baik dari

segi tehnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian kami berusaha sebisa

mungkin menyelesaikan tugas ini.

demikian, semoga makalah tulisan ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusun

dan pembaca umumnya. Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang

bersifat membangun.

Jakarta 22 November 2013

Penyusun

ii

Page 3: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL.................................................................................................................................. i

KATA PENGANTAR........................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1

BAB II KONSEP DASAR TEORI......................................................................................................2

A. Pengertian Empiema..............................................................................................................2

B. Etiologi......................................................................................................................................2

C. Patofisiologi..............................................................................................................................3

D. Pathway....................................................................................................................................3

E. Manifestasi Klinik................................................................................................................3

F. Komplikasi............................................................................................................................5

G. Pemeriksaan Diagnostik........................................................................................................5

H. Penatalaksanaan....................................................................................................................5

I. Asuhan Keperawatan.............................................................................................................7

BAB III KESIMPULAN......................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................13

iii

Page 4: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

BAB I

PENDAHULUAN

Empiema merupakan komplikasi yang paling sering dari pneumonia

pneumokokus, yang terjadi sekitar 2 % dari semua kasus. Meskipun telah ada

antibiotik yang potensial, pneumonia bakterial masih menyebabkan morbiditas dan

mortalitas di Amerika. Setiap tahun angka kejadian pneumonia bakterial diperkirakan

sekitar 4 juta dengan rata-rata 20 % membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Karena sebanyak 40 % penderita yang dirawat di rumah sakit dengan pneumonia

bekterial memiliki efusi pleura. Efusi terjadi akibat pneumonia merupakan persentase

yang besar dari efusi pleura. Angka morbiditas dan mortalitas pada penderita

pneumonia yang disertai efusi pleura lebih tinggi daripada penderita yang hanya

menderita pneumonia saja.

Terdapat 91 kematian di rumah sakit di Indonesia, penyebab utamanya adalah

infeksi bakteri parah (49,5%), diare (13,2%), dan kurang gizi (7,7%). Pneumonia

atau empiema sebanyak 29 kematian di rumah sakit pada kelompok kotri dan 39

persen pada kelompok plasebo. Apabila penerimaan di rumah sakit dipertimbangkan

berdasarkan penyebabnya, pneumonia/empiema adalah yang paling utama, baik

secara tunggal atau bersamaan dengan TB, malaria, dan kurang gizi.

Bakteri Staphylococcus aureus dan Salmonela adalah bakteri yang paling sering

ditemukan dari biakan darah.

Meskipun tidak diketahui kapan sebenarnya emfiema dimulai, namun

tampaknya terjadi dalam beberapa tahun antara perubahan patofisiologi awal dan

onset timbulnya gejala. Karena secara klinik tidak mungkin untuk menentukan

apakah pasien menderita bronkitis kronis atau emfiema, dan pasien biasanya

memiliki beberapa keadaan yang ada pada keduanya, kriterianya akan ditampilkan

pada pembahasan mengenai asuhan keperawatan empiema.

1

Page 5: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

BAB II

KONSEP DASAR TEORI

A. Pengertian Empiema

Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di dalam rongga

pleura. Awalnya rongga pleura adalah cairan encer dengan jumlah leukosit

rendah, tetapi sering kali berlanjut menjadi yang kental. Hal ini dapat terjadi

jika abses paru-paru meluas sampai rongga pleura. Empiema juga di

artikan,akumulasi pus diantara paru dan membran yang menyelimutinya

(ruang pleura) yang dapat terjadi bilamana suatu paru terinfeksi. Pus ini berisi

sel sel darah putih yang berperan untuk melawan agen infeksi (sel sel

polimorfonuklear) dan juga berisi protein darah yang berperan dalam

pembekuan (fibrin). ). Ketika pus terkumpul dalam ruang pleura maka terjadi

peningkatan tekanan pada paru sehingga pernapasan menjadi sulit dan

terasa nyeri. Seiring dengan berlanjutnya perjalanan penyakit maka fibrin-

fibrin tersebut akan memisahkan pleura menjadi kantong kantong (lokulasi).

Pembentukan jaringan parut dapat membuat sebagian paru tertarik dan

akhirnya mengakibatkan kerusakan yang permanen. Empiema biasanya

merupakan komplikasi dari infeksi paru (pneumonia) atau kantong kantong

pus yang terlokalisasi (abses) dalam paru. Meskipun empiema sering kali

merupakan dari infeksi pulmonal, tetapi dapat juga terjadi jika pengobatan

yang terlambat.

Jadi empiema adalah suatu keadaan dimana di dalam rongga pleura

terdapat nanah(pus) sebagai akibat dari infeksi bakteri akut, akibat traumatik

dari luar atau akibat komplikasi penyakit paru lain yg tidak terkontrol.

B. Etiologi

Empiema biasanya merupakan penyakit sekunder akibat dari komplikasi

penyakit lain, jadi empiema tidak terjadi dengan sendirinya. Biasanya

empiema merupakan komplikasi dari kondisi medis akibat infeksi paru-paru

seperti pneumonia, abses paru. Selain dari komplikasi penyakit tersebut

2

Page 6: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

empiema juga dapat terjadi karna alat-alat medis yang digunakan dalam

melakukan tes atau dalam operasi dada.

Bakteri yang sering ditemukan pada pasien dengan empiema yaitu :

1. Sebelum antibiotik berkembang, pneumokokus (Streptococus

pneumoniae) dan Streptococus b hemolyticus (Sterptococus pyogenes)

adalah penyebab empiema yang terbesar di bandingkan sekarang.

2. Basil gram negatif seperti Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa,

Proteus speciesdan Klebsiella pneumoniae merupakan grup yang terbesar

dan hampir 30 % dijumpai pada hasil isolasi setelah berkurangnya

kejadian empiema sebagai komplikasi pneumonia pneumokokus.

3. Staphylococcus aureus merupakan organisme penyebab infeksi yang

paling sering menyebabkan empiema pada anak-anak, terutama pada

bayi sekitar 92 % empiema pada anak-anak di bawah 2 tahun.

4. Bakteri gram negatif yang lain Haemophilus influenzae adalah penyebab

empiema pada anak-anak.

C. Patofisiologi

Akibat invasi basil piogenik ke pleura, maka akan timbul peradangan

akut yang diikuti pembentukan eksudat serosa. Dengan banyaknya sel PMN

baik yang hidup maupun yang mati serta meningkatnya kadar protein, maka

cairan menjadi keruh dan kental. Adanya endapan-endapan fibrin akan

membentuk kantong-kantong yang melokalisasi nanah tersebut.Apabila

nanah menembus bronkus, maka timbul fistel bronkopleural yang menembus

dinding thorak dan keluar melalu kulit yang disebut empiema nessensiatis.

Stadium ini masih disebut empiema akut yang lama kelamaan menjadi kronis

D. Pathway

Pathway terlampir

E. Manifestasi Klinik

Empiema dibagi menjadi dua stadium yaitu :

1. Empiema Akut

3

Page 7: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

Terjadi sekunder akibat infeksi tempat lain, bukan primer dari pleura.

Pada permulaan, gejala-gejalanya mirip dengan pneumonia, yaitu panas

tinggi dan nyeri pada dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

adanya tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila stadium ini dibiarkan

sampai beberapa minggu maka akan timbul toksemia, anemia, dan

clubbing finger. Jika nanah tidak segera dikeluarkan akan timbul fistel

bronkopleura. Adanya fistel ditandai dengan batuk yang makin produktif,

bercampur nanah dan darah masif, serta kadang-kadang bisa timbul

sufokasi (mati lemas).

Pada kasus empiema karena pneumotoraks pneumonia, timbulnya cairan

adalah setelah keadaan pneumonianya membaik. Sebaliknya pada

Streptococcus pneumonia, empiema timbul sewaktu masih akut.

Pneumonia karena baksil gram negatif seperti E. coli atau Bakterioids

sering kali menimbulkan empiema.

2. Empiema Kronis

Batas yang tegas antara empiema akut dan kronis sukar ditentukan.

Disebut kronis jika empiema berlangsung selama lebih dari tiga bulan.

Penderita mengeluh badannya terasa lemas, kesehatan makin menurun,

pucat, clubbing fingers, dada datar, dan adanya tanda-tanda cairan pleura.

Bila terjadi fibrotoraks, trakea , dan jantung akan tertarik ke sisi yang sakit.

3. Tanda dan gejala empiema secara umum adalah :

a. Demam

b. Keringat malam

c. Nyeri pleural

d. Dispneu

e. Anoreksia dan penurunan berat badan

f. Auskultasi dada, ditemukan penurunan suara napas

g. Perkusi dada, suara flatness

h. Palpasi , ditemukan penurunan fremitus

4

Page 8: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

F. Komplikasi

Adapun komplikasi secara khusus yang dapat timbul dari empiema adalah

sebagai berikut:

1. Bula yang terbesar terbentuk karena bersatunya alveoli yang pecah

sehingga dapat memperburuk fungsi dari pernapasan.

2. Pneumotoraks yang disebabkan oleh karena pecahnya bula kadang-

kadang dapat berubah menjadi ventil pneumotoraks.

3. Kagagalan pernapasan.

4. Infeksi pleura mengarah ke sepsis, perlu diadakan evaluasi sepsis secara

menyeluruh, misalnya foto dada.

5. Sepsis, yang mana pertama sekali dapat membentuk abses subfrenik

sebelum menyebar ke rongga pleura melalui aliran getah bening

G. Pemeriksaan Diagnostik.

Tes yag dapat digunakan untuk mendiagnosa empiema adalah :

1. Kultur darah untuk mengidentifikasi bakteri apa atau organisme apa yang

menyebaakan infeksi.

2. Protein C-reaktif (CRP) akan meningkat jika terjadi peradangan

3. Jumlah sel darah putih (WBC) akan mengalmi peningkatan dalam kondisi

inflamsi dan infeksi

4. Thoracentesis yaitu aspirsi cairan pleura yang digunakan dalam

pemeriksaan mikroskopik dan pengujian

5. USG toraks

6. CT-scan

7. Rontgen dada

H. Penatalaksanaan

Tujuan utama penatalaksanaan empiema adalah mengembalikan fungsi paru

secepatnya dengan cara membersihkan rongga pleura dengan pemberian

obat yang tepat, cepat dan adekuat serta drainase cairan dan pengembangan

paru.

1. Obat-obatan

5

Page 9: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

Antibiotik dapat mengurangi progresifitas efusi parapneumonia dan

empiema. Biakan kuman hendaknya dilakukan sehingga bisa diberikan

antibiotik yang sesuai. Pemilihan obat harus mempertimbangkan fungsi

hati dan ginjal pasien. Jika hasil kultur negatif, antibiotik yang dipilih harus

dapat melindungi masuknya kuman yang banyak di masyarakat dan

kuman aerob. Sedang empiema yang didapat selama perawatan di rumah

sakit, antibiotik harus berspektrum luas. Antibiotik dapat memberikan hasil

yang baik pada cairan empiema stadium awal ketika pleura parietal dan

visceral masih dapat bergerak bebas, viskositas rendah, jumlah sel darah

putih sedikit dan belum terjadi adesi pleura.

Antibiotik yang sesuai untuk terapi tunggal yaitu golongan betalaktam

dengan penghambat beta laktamase (seperti amoksisilin-klavulanat,

tikarsilin-klavulanat, piperasilin-tazobaktam atau ampisilin-sulbaktam),

golongan quinolon dan imipenem atau meropenem. Obat golongan

sefalosporin perlu ditambah dengan

metronidazol atau klindamisin jika dicurigai terdapat bakteri anaerob.

Antibiotic diberikan selama 2-4 minggu, dapat diperpanjang bila drainase

tidak maksimal. Selama pemberian antibiotik perlu dipantau keadaan klinis

dan laboratorium.

2. Torasentesis

Torasentesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk mendapatkan

spesimen guna keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dispneu.

Untuk menentukan lokasi torasentesis dapat digunakan USG toraks

sebagai guide marker, namun jika tidak ada maka foto toraks dan perkusi

dinding dada dapat pula dijadikan pedoman. Tindakan selanjutnya berupa

asepsis, anestesi daerah tindakan serta penyedotan cairan pleura dengan

menggunakan jarum dan kateter.

3. Fibrinolisis cairan pleura

Selain antibiotik dapat pula diberikan terapi fibrinolisis cairan pleura

dengan injeksi streptokinase 250.000 IU 2 kali sehari atau urokinase

100.000 IU sekali sehari melalui drainase yang sudah terpasang sehingga

diharapkan dapat membatasi terbentuknya lokulasi pleura. Terapi ini

6

Page 10: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

sekarang sudah mulai ditinggalkan karena dapat menimbulkan efek

sistemik seperti panas, lemas dan leukositosis.

4. Pengaliran selang dada / Water Seal Drainage (WSD)

Keputusan kapan kita akan menggunakan WSD berdasarkan pada

karakteristik cairan pleura, dapat juga beredasarkan foto toraks atau CT

scan toraks. Indikasi pemasangan WSD jika terdapat pus, pemeriksaan

gram dan pewarnaan dengan hasil positif, glukosa cairan pleura < 40

mg/dL, LDH > 1000 IU atau pH < 7,1. Efektifitas drainase dinilai dengan

menlihat kurve panas harian selama 5 – 8 hari setelah pemasangan.

5. Tindakan bedah

Pasien dengan empiema fibropurulen atau organisasi memerlukan

intervensi bedah karena viskositas cairan pleura dan lokasi yang multipel

dapat menghalangi pipa drainase. Hal ini penting dilakukan karena

keterlambatan pemasangan drain dapat menimbulkan penebalan pleura,

waktu penyembuhan dan perawatan yang lama. Tindakan bedah yang

dilakukan dalam tatalaksana empiema adalah Video-asisted thoracic

surgery (VATS), dekortikasi dan torakoplasti.

I. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas klien

b. Riwayat kesehatan 1. Keluhan utama : nyeri pada dada pleuritik

2. Riwayat kesehatan sekarang : yaitu panas tinggi dan nyeri pada

dada pleuritik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya

tanda-tanda cairan dalam rongga pleura. Bila stadium ini

dibiarkan sampai beberapa minggu maka akan timbul toksemia,

anemia, dan clubbing finger.

3. Riwayat kesehatan masa lalu : pernah mengalami radang paru-

paru (pneumonia), abses paru dan infeksi darah (sepsis).

7

Page 11: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

4. Riwayat kesehatan keluarga : pernah terinfeksi bakteri

Staphylococcus atau Pneumococcus.

5. Riwayat lingkungan : rumah yang kumuh, kotor, dekat dengan

sampah,

6. Riwayat psikososial : stres psikologik sehingga menurunkan imunitas tubuh

c. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang berhubungan dengan empiema adalah sebagai

berikut

1. Pola aktivitas/istirahat

Data       : Keletihan, ketidakmampuan untuk melakukan

aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas, ketidakmampuan

untuk tidur.

Tanda     : Keletihan, gelisah, insomnia, lemah.

2. Sirkulasi

Data       : Tampak lemah, jantung berdebar-debar.

Tanda     : Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi

jantung, pucat.

3. Pola hygiene

Data       : Penurunan kemampuan dalam aktivitas sehari-hari

Tanda     : Kebersihan buruk, bau badan.

4. Pola nutrisi

Data       : Mual, muntah, nafsu makan buruk, penurunan berat

badan.

Tanda     : Turgor kulit buruk, edema, berkeringat.

5. Rasa nyaman

Data       : Nyeri, sesak.

Tanda     : Gelisah, meringis.

6. Keadaan fisik

Data       : Badan terasa panas, pusing.

Tanda     : Suhu, nadi, nafas, dan tekanan darah meningkat,

hipertermia.

8

Page 12: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

d. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan radiologis

a. Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai gambaran

tumpul di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior

atau lateral.

b. Organ-organ mediastinum terlihat terdorong ke sisi yang

berlawanan dengan efusi.

2. Pemeriksaan Ultrasonografi

a. Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat

pada suatu empiema yang terlokalisir.

b. Pemeriksaan ini juga dapat membantu untuk menentukan

letak empiema yang perlu dilakukan aspirasi atau

pemasangan pipa drain.

3. Pemeriksaan CT scan

a. Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya suatu

penebalan dari pleura.

2. Diagnosa keperawatan

a. Dx 1. Ketidakefektifan pola napas b. d hiperventilasi

Tujuan : klien dapat kembali bernapas dengan normal.

Kriteria hasil :

1. Pasien bernapas dengn normal 12 – 20 kali/menit

2. Kadar GDA tetap normal.

3. Pasien merasa nyaman tanpa adanya pernapasan.

Intervensi dan rasional :

1. Kaji dan catat status setidaknya setiap 4 jam untuk mendeteksi

tanda-tanda awal gangguan. Auskultasi suara napas untuk

mendeteksi suara napas tambahan. Kaji kadar GDA menurut

kebijakan fasilitas untuk memantau status oksigenisasi dan

ventilasi.

2. Bantu pasien untuk berada pada posisi yang nyaman yang

memungkinkan ekspansi dada maksimal untuk memudahkan

bernapas.

9

Page 13: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

3. Berikan oksigen sesuai progam untuk membantu menurunkan

distres pernapasan.

4. Ajarkan teknik relaksasi untuk membantu menurunkan ansietas.

Pengajaran tersebut meliputi pemberian informasi tentang

imajinasi terbimbing, relaksasi otot progresif, latihan bernapas

dan meditasi untuk menurunkan nyeri dan ansietas dan

meningkatkan rasa kontrol diri pasien.

b. Dx 2. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b. d infeksi pada rogga

pleura.

Tujuan : Pasien dapat batuk secara efektif dan jalan napas kembali

bersih.

Kriteria hasil :

1. Pasien dapat batuk efektif.

2. Tidak ada suara napas ynag tidak biasa.

3. Foto sinar-X dada memperlihatkan tidak ketidaknormalan.

4. Kadar gas dalam arteri tetap dalam nilai normal.

Intervensi dan rasional :

1. Kaji status pernapasan sekurangnya setiap 4 jam atau menurut

standar yang ditetapkan untuk mendeteksi tanda awal gejala.

2. Gunakan posisi fowler dan sanggah lengan pasien untuk

membantu bernapas dan ekspansi dada serta ventilasi

lapangan paru basliar.

3. Bantu pasien untuk mengubah posisi, batuk, dan bernapas

dalam setiap 2 – 4 jam untuk membantu mengeluarkan sekresi

dan mempertahankan patensi jalan napas.

4. Isap sekresi sesuai keperluan, untuk menstimulasi batuk dan

membersihkakn jalan napas.

5. Berikan kelembaban yang adekuat untuk mencairkan sekresi.

c. Dx 3. Gangguan pertukaran gas b. d ventilasi – perfusi

Tujuan :

Kriteria hasil :

10

Page 14: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

1. Pasien melakukan aktivitas sehari-hari tanpa mengalami

kelemahan atau keletihan.

2. Pasien mempertahankan ventilasi yang sdekuat.

Intervensi dan rasional :

1. Dorong pasien untuk menyelingi periode istirahat dan aktivitas.

Aktivitas meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan; istirahat

meningkatkan perfusi oksigen jaringan.

2. Berikan posisi yang nyaman ke pasien dengan melakuakan

perubahan posisi tirah baring.

3. Berikan oksigen sesuai progam untuk membantu menurunkan

distres pernapasan.

4. Ajarkan teknik relaksasi untuk membantu menurunkan ansietas.

Pengajaran tersebut meliputi pemberian informasi tentang

imajinasi terbimbing, relaksasi otot progresif, latihan bernapas

dan meditasi untuk menurunkan nyeri dan ansietas dan

meningkatkan rasa kontrol diri pasien.

11

Page 15: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

BAB III

KESIMPULAN

Empiema adalah suatu efusi pleura eksudat yang disebabkan oleh infeksi

langsung pada rongga pleura yang menyebabkan cairan pleura menjadi purulen

atau keruh. Pleura dan rongga pleura dapat menjadi tempat sejumlah gangguan

yang dapat menghambat pengembangan paru atau alveolus atau keduanya. Reaksi

ini dapat disebabkan oleh penekanan pada paru akibat penimbunan udara, cairan,

darah atau nanah dalam rongga pleura. Infeksi oleh organisme-organisme patogen

menyebabkan jaringan ikat pada membran pleura menjadi edema dan menghasilkan

suatu eksudasi cairan yang mengandung protein yang mengisi rongga pleura yang

dinamakan pus atau nanah. Jika efusi mengandung nanah, keadaan ini disebut

empiema.

Sesak napas adalah gejala yang paling utama. Pada empiema gejala lain

yang timbul adalah panas, menggigil, dan penurunan berat badan. Obat golongan

antibiotik yang digunakan dalam penyembuhan empiema adalah Klindamisin dengan

dosis 3x600 mg IV, lalu 4x300 mg oral/hari. Obat injeksi diganti oral jika kondisi klien

tidak panas lagi dan merasa baikan. Atau penggunaan kombinasi obat yang sama

efektifnya dengan Klindamisin adalah Penicilin 12-18 juta unit/hari + metronidazol 2

gram/hari selama 10 hari.

Pemberian asuhan keperawatan empiema difokuskan pada upaya

pencegahan terhadap terjadinya komplikasi yang berlanjut selama proses pemulihan

fisik klien. Penentuan diagnosa harus akurat agar pelaksanaan asuhan keperawatan

dapat diberikan secara maksimal dan mendapatkan hasil yang diharapkan.

Pemberian asuhan keperawatan kepada klien penderita empiema secara umum

bertujuan untuk memperlancar pernapasannya. Oleh karena itu, dibutuhkan

kreativitas dan keahlian dalam pemberian asuhan keperawatan dan kolaborasikan

dengan tim medis lainnya yang bersangkutan

12

Page 16: Asuhan Keperawatan Klien Dengan Empiema

DAFTAR PUSTAKA

13