asuhan keperawatan pada klien osteoporosis.docx

39
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS ANATOMI TULANG (muskuloskeletal ) Sistem skeletal adalah sistem yang terdiri dari tulang (rangka) dan struktur yang membangun hubungan (sendi) di antara tulang-tulang tersebut. Secara umum fungsi dari sistem skeletal adalah: 1. Menyediakan bentuk untuk menopang tubuh, 2. Sebagai alat gerak pasif, 3. Melindungi organ-organ internal dari trauma mekanik, 4. Menyimpan dan melindungi sumsum tulang selaku sel hemopoietic (red bone marrow), 5. Menyediakan tempat untuk menyimpan kelebihan kalsium, dan 6. Menyimpan lemak (yellow bone marrow).

Upload: ququ-ayoeba

Post on 14-Jul-2016

36 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS

ANATOMI TULANG (muskuloskeletal )Sistem skeletal adalah sistem yang terdiri dari tulang (rangka) dan struktur yang membangun

hubungan (sendi) di antara tulang-tulang tersebut. Secara umum fungsi dari sistem skeletal

adalah:

1.      Menyediakan bentuk untuk menopang tubuh,

2.      Sebagai alat gerak pasif,

3.      Melindungi organ-organ internal dari trauma mekanik,

4.      Menyimpan dan melindungi sumsum tulang selaku sel hemopoietic (red bone marrow),

5.      Menyediakan tempat untuk menyimpan kelebihan kalsium, dan

6.      Menyimpan lemak (yellow bone marrow).

Pada manusia, rangka dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu rangka aksial

(membentuk sumbu tubuh, meliputi tengkorak, kolumna vertebra, dan toraks) dan rangka

apendikular (meliputi ekstremitas superior dan inferior).

Berdasarkan bentuknya dan ukurannya, tulang dapat dibagi menjadi beberapa penggolongan:

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

1. Tulang panjang, yaitu tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai, dan kaki

(kecuali tulang-tulang pergelangan tangan dan kaki). Badan tulang ini disebut diafisis,

sedangkan ujungnya disebut epifisis.

2. Tulang pendek, yaitu tulang-tulang pergelangan tangan dan kaki.

3. Tulang pipih, yaitu tulang iga, bahu, pinggul, dan kranial.

4. Tulang tidak beraturan, yaitu tulang vertebra dan tulang wajah

5. Tulang sesamoid, antara lain tulang patella dan tulang yang terdapat di metakarpal 1-2

dan metatarsal 1.

Anatomi tulang panggul

Tulang – tulang panggul terdiri dari os koksa, os sakrum, dan os koksigis. Os koksa dapat

dibagi menjadi os ilium, os iskium, dan os pubis. Tulang – tulang ini satu dengan lainnya

berhubungan. Di depan terdapat hubungan antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis.

Dibelakang terdapat artikulasio sakro- iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os

ilium.Dibawah terdapat artikulasio sakro-koksigea yang menghubungkan os sakrum (tl

panggul)dan os koksigis(tl.tungging).

Pada wanita, di luar kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan pergeseran sedikit,

tetapi pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar,misalnya

ujung koksigis dapat bergerak kebelakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat

dilakukan bila ujung os koksigis menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran

kepala janin dengan cunam ujung os koksigis itu dapat ditekan ke belakang. Secara fungsional,

panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis minor:

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

  Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak diatas linea terminalis, disebut juga dengan false

pelvis. Bagian yang terletak dibawah linea terminalis disebut pelvis minor atau true pelvis. Pada

ruang yang dibentuk oleh pelvis mayor terdapat organ –organ abdominal selain itu pelvis mayor

merupakan tempat perlekatan otot – otot dan ligamen ke dinding tubuh.

  pelvis minor terdapat bagian dari kolon, rektum, kandung kemih, dan pada wanita terdapat uterus

dan ovarium. Pada ruang pelvis juga kita temui diafragma pelvis yang dibentuk oleh muskulus

levator ani dan muskulus koksigeus.

PEMBAHASAN OSTEOPOROSIS

A.    DEFINISI

osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan berkurangnya massa tulang dan

adanya perubahan mikroarsitektur jaringan tulang. Osteoporosis bukan hanya berkurangnya

kepadatan tulang tetapi juga penurunan kekuatan tulang. Pada osteoporosis kerusakan tulang

lebih cepat daripada perbaikan yang dilakukan oleh tubuh. Osteoporosis sering disebut juga

dengan keropos tulang. Tulang-tulang yang sering mengalami fraktur/patah yaitu : tulang ruas

tulang belakang, tulang pinggul, tungkai dan pergelangan lengan bawah. (WHO)

Osteoporosis merupakan penyakit metabolisme tulang yang ditandaipengurangan massa

tulang, kemunduran mikroarsitektur tulang dan fragilitastulang yang meningkat, sehingga resiko

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

fraktur menjadi lebih besar. Insidenosteoporosis meningkat sejalan dengan meningkatnya

populasi usia lanjut (Adam,2002; Kaniawati, 2003; Hammett, 2004; Sennang, 2006).

Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang ditandai dengan berkurangnya massa

tulang, sehingga tulang menjadi rapuh dan resiko terjadinya patah tulang meningkat. Dalam

keadaan Fisiologis/normal, tulang kita juga mengalami pengeroposan yang diikuti dengan

pembentukan sel-sel tulang baru di bagian tulang yang keropos, sedangkan pada penyakit tulang

osteoporosis, pengeroposan tulang terjadi berlebihan dan tidak diikuti proses pembentukan yang

cukup sehingga tulang jadi lebih tipis dan rapuh. (artikel kesehatan)

Osteoporosis adalah penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa

tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang

dapat akhirnya menimbulkan kerapuhan tulang. (Wikipedia)

Osteoporosis pada tulang belakang dapat menyebabkan

masalah serius bagi perempuan. Sebuah fraktur di daerah

ini terjadi dari hari-hari kegiatan seperti naik tangga,

mengangkat benda, atau membungkuk ke depan

Miring bahu

Kurva di bagian belakang

Tinggi badan

Nyeri punggung

Postur membungkuk

Perut buncit

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

Osteoporosis dapat terjadi pada setiap tulang Anda, tetapi yang paling umum di pergelangan

tangan, pinggul, dan tulang belakang, juga disebut tulang belakang Anda. Vertebra penting

karena tulang menopang tubuh Anda untuk berdiri dan duduk tegak.

GAMBARAN BENTUK TULANG NORMAL DAN ABNORMAL

B.     KLASIFIKASI

1.      Osteoporosis primer

Osteoporosis primer sering menyerang wanita paska menopause dan juga pada pria usia

lanjut dengan penyebab yang belum diketahui.

Osteoporosis postmenopause merupakan osteoporosis tipe I pada wanita usia 51-65

tahun. Secara patogenesis terjadi ketidakseimbangan prosesremodeling tulang antara resorpsi

yang meningkat dengan cepat dan formasitulang berjalan relatif lebih lambat. (Lindsay, 2001;

Djokomoeljanto 2003; Raisz,2005; Adnan, 2008)

2.      Osteoporosis sekunder

osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan :

  Cushing's disease

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

  Hyperthyroidism

  Hyperparathyroidism

  Hypogonadism

  Kelainan hepar

  Kegagalan ginjal kronis

  Kurang gerak

  Kebiasaan minum alcohol

  Pemakai obat-obatan/corticosteroid

  Kelebihan kafein

  Merokok

3.      Osteoporosis anak

Osteoporosis pada anak disebut juvenile idiopathic osteoporosis.

C.     ETIOLOGI

a)      Osteoporosis postmenopausal terjadi karena kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita),

yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita. Biasanya gejala

timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi bisa mulai muncul lebih cepat

ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita

osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita

penyakit ini daripada wanita kulit hitam.

b)      Osteoporosis senilis terjadi karena kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan

ketidakseimbangan di antara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.

Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi

pada usia di atas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita seringkali menderita

osteoporosis senilis dan postmenopausal.

Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder, yang

disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan.Penyakit ini bisa disebabkan oleh

gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-

obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, anti-kejang dan hormon tiroid yang berlebihan).

Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok bisa memperburuk keadaan ini.

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

c)      Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui.

Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang

normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya

tulang.

D.    FAKTOR RESIKO

Menurut WHO, Faktor resiko yang memudahkan Osteoporosis:

a)      Asupan zat gizi yang tidak seimbang khususnya kurang kalsium dan vitamin D

b)      Proses penuaan

c)      Faktor keturunan

Menurut artikel kesehatan, factor resiko osteoporosis,yaitu:

a)      Wanita. Resiko osteoporosis pada wanita lebih tinggi daripada pria karena, umumnya massa

tulangnya lebih kecil dan proses menopause pada Wanita.

b)      Usia. Resiko osteoporosis meningkat 1-2 kali setiap bertambah usia 10 tahun

c)      Kebiasaan merokok dan konsumsi minuman beralkohol

d)     Ras Asia dan Kaukasia beresiko tinggi untuk mengalami osteoporosis daripada ras Afrika.

e)      Genetik. Riwayat osteoporosis atau patah tulang di usia lebih dari;50 tahun pada keluarga juga

merupakan faktor resiko osteoporosis.

f)       Penyakit kronis seperti diabetes, penyakit hati, ginjal,dapat meningkatkan resiko osteoporosis.

g)      Asupan kalsium dan vitamin D yang kurang adalah faktor resiko penting dalam osteoporosis

h)      Penggunaan obat-obatan seperti steroid, obat anti kejang (Phenobarbital dan; Phenytoin),

antasida yang mengandung aluminium, metotreksat, siklosporin A merupakan faktor resiko

osteoporosis karena menyebabkan pengeluaran kalsium dari tulang dalam jumlah banyak.

E.     MENIFESTASI KLINIS

Adapun gejala-gejala dari osteoporosis (WHO),yaitu:

a)      Sakit punggung (semakin parah jika telah terjadi patah tulang)

b)      Nyeri tulang (atau biasa orang awam kenal dengan sensasi ngilu)

c)      Fraktur

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

Fraktur umumnya terjadi ketika penyakit ini sudah dalam tahap lanjut, di mana penipisan tulang

yang parah dan kerusakan sudah terjadi.

d)     Tinggi berkurang (akibat pembungkukan tulang), Postur bungkuk (kifosis)

e)      Sakit leher (semakin parah jika terjadi patah tulang belakang)

Gejala-gejala osteoporosis menurut para tim medis lain,yaitu:

a)      Nyeri tulang akut.. Nyeri terutama terasa pada tulang belakang, nyeri dapat dengan atau tanpa

fraktur yang nyata dan nyeri timbul mendadak.

b)      Nyeri berkurang pada saat beristirahat di tempat tidur

c)      Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah bila melakukan aktivitas

d)     Deformitas tulang. Dapat terjadi fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis

angular yang menyebabkan medulla spinalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis.

e)      Gambaran klinis sebelum patah tulang, klien (terutama wanita tua) biasanya datang dengan nyeri

tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah

tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung

akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada pergelangan tangan setelah jatuh.

f)       Kecenderungan penurunan tinggi badan

g)      Postur tubuh kelihatan memendek

F.      PATOFISIOLIGI

Osteoforosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara factor genetic dan

factor lingkungan.

Factor genetic meliputi:

- usia jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh, tidak pernah melahirkan.

Factor lingkungan meliputi:

- merokok, Alcohol, Kopi, Defisiensi vitamin dan gizi, Gaya hidup, Mobilitas, anoreksia nervosa

dan pemakaian obat-obatan.

Kedua factor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah

ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak tercapainya masa tulang yang

maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat yang selanjutnya menimbulkan penyerapan

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan massa tulang

total yang disebut osteoporosis.

Di samping penuaan dan menopause, penipisan tulang diakibatkan oleh pemberian

steroid sehingga mengakibatkan penurunan pembentukan tulang (bone formation) dan

peningkatan resorpsi tulang (bone resorption). Steroid menghambat sintesis kolagen tulang oleh

osteoblast yang telah ada, dan mencegah transformasi sel-sel prekursor menjadi osteoblast yang

dapat berfungsi dengan baik. Di samping itu, steroid juga sangat mereduksi sintesis protein.

Gambaran histomorfometrik menunjukkan penurunan tingkat aposisi mineral, dan penipisan

dinding tulang, yang diduga karena umur osteoblast yang semakin pendek. Efek steroid terhadap

osteoblast juga melalui gangguan atas respons osteoblast terhadap hormon paratiroid,

prostaglandin, sitokin, faktor pertumbuhan, dan 1,25-dihydrozy vitamin D. Sintesis dan aktivitas

faktor-faktor parakrin lokal mungkin juga terganggu. Dibandingkan proses penuaan, penipisan

tulang dalam osteoporosis akibat steroid lebih luas, karena permukaan-permukaan yang

mengalami resorpsi dan hambatan formasi tulang juga lebih luas.

Berbeda dengan efek steroid atas pembentukan tulang, penelitian mengenai gangguan

resorpsi tulang masih terbatas. Diduga, pengaruh steroid terhadap resorpsi tulang berlangsung

melalui hormon paratiroid. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa setelah

pengangkatan kelenjar paratiroid, respons osteoklastik terhadap steroid sepenuhnya hilang,

sehingga disimpulkan bahwa resorpsi tulang terutama dikendalikan oleh hormon paratiroid.

Namun, kebanyakan penelitian pada manusia tidak menemukan peningkatan kadar hormon

paratiroid setelah pemberian terapi steroid. Penelitian lain menemukan peningkatan fragmen-

fragmen hormon paratiroid, tetapi kadar hormon yang utuh tidak terpengaruh.

Efek steroid terhadap absorpsi kalsium dalam usus tidak sama di setiap segmen-segmen

usus tidak sama. Absorpsi di duodenum lebih kecil, tetapi absorpsi di kolon meningkat. Di

samping penurunan absorpsi kalsium, steroid dapat meningkatkan ekskresi kalsium dalam urine.

Pada pasien dengan pemberian steroid jangka panjang, hiperkalsiuria kemungkinan besar akibat

mobilisasi kalsium di tulang-tulang dan penurunan reabsorpsi kalsium di tubuli renal. Steroid

mungkin mengganggu metabolisme vitamin D, walaupun dugaan ini belum didasari bukti kuat.

Kadar 1,25 dihydroxyvitamin D dalam serum menurun akibat pemberian steroid, tetapi

perubahan dari 25-hydroxyvitamin D menjadi 1,25 dihydroxyvitamin D tidak mengalami

perubahan.

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

Steroid eksogen akan menghambat sekresi gonadotropin dari hipofisis, sehingga fungsi

gonad terganggu. Akibatnya, produksi estrogen dan testosteron menurun. Steroid menghambat

sekresi LH, dan menurunkan produksi estrogen yang difasilitasi oleh FSH. Efek steroid yang lain

adalah menurunkan sekresi hormon seks adrenal. Defisiensi estrogen dan pemakaian steroid

saling memperkuat efek terhadap laju penipisan tulang. Ketika bone thinning terjadi, bagian

trabekular lebih dulu terpengaruh dibandingkan bagian kortikal. Dengan demikian fraktur lebih

sering terjadi di tulang-tulang pipih.

Hiperkalsiuria dan bone thinning terjaadi dalam 6 bulan sampai 12 bulan seterlah

pemakaian steroid eksogen. Setelah itu, laju penipisan tulang melambat hingga 2 sampai 3 kali

dibandingkan keadaan normal. Risiko osteoporosis akibat steroid juga meningkat ketika dosis

yang diberikan lebih tinggi. Belum jelas, apakah risiko timbul akibat pemberian dosis steroid

yang lebih tinggi (prednison > 7,5 mg/d) dalam jangka waktu pendek (< 6 bulan), atau dosis

yang rendah (prednison < 7,5 mg/d) tetapi dalam waktu lebih lama (> 6 bulan). Yang jelas, risiko

osteoporosis meningkat dengan dosis kumulatif steroid lebih tinggi. Secara umum, dosis yang

rendah lebih aman dibandingkan dosis tinggi, namun tidak jelas berapa dosis yang benar-benar

aman. Laju penipisan tulang bisa meningkat hanya dengan pemberian 5-10 mg prednison setiap

hari dan juga dengan steroid melalui inhalasi. Pemberian steroid dalam dosis berapapun perlu

disertai dengan penilaian risiko osteoporosis dan pemantauan secara terus-menerus untuk

mencegah fraktur.

Secara skematis, patofisiologi osteoporosis akibat pemberian steroid dapat digambarkan

sebagai 2 proses utama. Proses yang pertama adalah penurunan pembentukan tulang dan

kenaikan resorpsi tulang. Terapi steroid secara kronik menurunkan umur osteoblast dan

meningkatkan apoptosis. Pemberian steroid juga meningkatkan maturasi dan kegiatan osteoclast

dan mengakibatkan antiapoptotik secara langsung. Dengan menurunkan absorpsi kalsium dari

usus dan meningkatkan ekskresi kalsium urine, steroid mengakibatkan resoprsi tulang dan

hiperparatiroidisme sekunder. Steroid menghambat produksi hormon steroid seksual dan sekresi

dari adrenal, ovarium dan testis yang juga mengakibatkan resorpsi tulang. 

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

G.    PATHWAY NURSING

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

H.    KOMPLIKASI

Osteoporosis mengakibatkan tulang secara progresif menjadi panas, rapuh dan mudah

patah. Osteoporosis sering mengakibatkan fraktur. Bisa terjadi fraktur kompresi vertebra

torakalis dan lumbalis, fraktur daerah kolum femoris dan daerah trokhanter, dan fraktur colles

pada pergelangan tangan.

I.       PENATALAKSAAN

a)      Diet kaya kalsium dan vitamin D yang mencukupi sepanjang hidup, dengan peningkatan asupan

kalsium pada permulaan umur pertengahan dapat melindungi terhadap demineralisasi tulang

b)      Pada menopause dapat diberikan terapi pengganti hormone dengan estrogen dan progesterone

untuk memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang diakibatkan.

c)      Medical treatment, oabt-obatan dapat diresepkan untuk menangani osteoporosis termasuk

kalsitonin, natrium fluoride, dan natrium etridonat

d)     Pemasangan penyangga tulang belakang (spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung

J.       PEMERIKSAAN PENUNJANG

  Pemeriksaan laboratorium (misalnya : kalsium serum, fosfat serum, fosfatase alkali, eksresi

kalsium urine,eksresi hidroksi prolin urine, LED).

Pemeriksaan ini untuk menilai kecepatan bone turnover.

Penilaian bone turnover rate dilakukan dengan membandingkan aktivitas formasi tulang

dengan aktivitas resorpsi tulang. Apabila aktivitas pembentukan/formasi tulang lebih kecil

dibandingkan dengan aktivitas resorpsi tulang maka pasien ini memiliki risiko tinggi terhadap

osteoporosis. Evaluasi biokimia ini dilakukan  melalui pemeriksaan darah dan urine pagi hari.

1)      Petanda untuk menilai aktivitas pembentukan tulang (bone formation)

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

  Osteocalcin yaitu protein yang dihasilkan oleh osteoblas dyang berfungsi membantu proses

mineralisasi tulang.

  Alkali fosfatase tulang yaitu enzim yang dihasilkan osteoblas yang berfungsi sebagai katalisator

proses mineralisasi tulang.

2)      Petanda untuk menilai aktivitas resorpsi tulang (bone resorption)

  Deoxypyridinolin/ β-Crosslink yaitu protein penguat mekanik tulang yang dilepaskan ke dalam

peredaran darah dan dikeluarkan melalui urin jika terjadi proses resorpsi/ penyerapan tulang.

  CTx (C-Telopeptide) yaitu hasil pemecahan protein kolagen tipe 1 yang spesifik untuk tulang.

Selain itu, pemeriksaan kadar CTx dan deoxypyridinolin dapat digunakan untuk

menilai/pemantauan keberhasilan terapi (sebelum pemeriksaan densitas mineral tulang

berikutnya).

  Radiologi

Pemeriksaan radiologi vertebra torakalis dan lumbalis AP dan lateral dilakukan untuk

mencari adanya fraktur. Nilai diagnostik pemeriksaan radiologi biasa untuk mendeteksi

osteoporosis secara dini kurang memuaskan karena pemeriksaan ini baru dapat mendeteksi

osteoporosis setelah terjadi penurunan densitas massa tulang lebih dari 30%.

  Pemeriksaan bone densitometri (DEXA)

Pemeriksaan densitometri tulang dilakukan menggunakan alat DEXA. Biasanya

digunakan untuk mengukur densitas massa tulang pada daerah lumbal, femur proksimal, lengan

bawah distal dan seluruh tubuh.  Secara rutin, untuk diagnosis osteoporosis cukup diperiksa

densitometri pada vertebra lumbal dan pangkal paha (femur proksimal). Bila terdapat

keterbatasan biaya, dapat dipertimbangkan pemeriksaan hanya pada 1 daerah, yaitu pada daerah

lumbal untuk wanita yang berumur kurang dari 60 tahun, atau daerah pangkal paha (femur

proksimal) pada wanita yang berumur lebih dari 60 tahun dan pada pria.

Alat pemeriksaan Densitometri

mendiagnosis osteoporosis, digunakan

T-score. T score yang kurang dari 1 SD

dibawah nilai rata-rata BMD normal

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

memiliki risiko fraktur dua kali lipat. Untuk osteoporosis sekunder, nilai Z-score < [-] 2 sangat

penting dalam penegakkan diagnosis.

ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS

A.    PENGKAJIAN

a)      Anamnesis

  Riwayat kesehatan. Anamnesis memegang peranan penting pada evaluasi klien osteoporosis.

Kadang keluhan utama (missal fraktur kolum femoris pada osteoporosis). Factor lain yang perlu

diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi

lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, kurang asupan

kalasium, fosfat dan vitamin D. obat-obatan yang diminum dalam jangka panjang, alkohol dan

merokok merupakan factor risiko osteoporosis. Penyakit lain yang juga harus ditanyakan adalah

ppenyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin dan insufisiensi pancreas. Riwayat haid , usia

menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi, serta riwayat keluarga yang menderita

osteoporosis juga perlu dipertanyakan.

  Pengkajian psikososial. Perlu mengkaji konsep diri pasien terutama citra diri khususnya pada klien

dengan kifosis berat. Klien mungkin membatasi interaksi social karena perubahan yang tampak

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

atau keterbatasan fisik, misalnya tidak mampu duduk dikursi dan lain-lain. Perubahan seksual

dapat terjadi karena harga diri rendah atau tidak nyaman selama posisi interkoitus. Osteoporosis

menyebabkan fraktur berulang sehingga perawat perlu mengkaji perasaan cemas dan takut pada

pasien.

  Pola aktivitas sehari-hari. Pola aktivitas dan latihan biasanya berhubungan dengan olahraga,

pengisian waktu luang dan rekreasi, berpakaian, mandi, makan dan toilet. Beberapa perubahan

yang terjadi sehubungan dengan dengan menurunnya gerak dan persendian adalah agility,

stamina menurun, koordinasi menurun, dan dexterity (kemampuan memanipulasi ketrampilan

motorik halus) menurun.

Adapun data subyektif dan obyektif yang bisa didapatkan dari klien dengan osteoporosis adalah :

  Data subyektif :

-          Klien mengeluh nyeri tulang belakang

-          Klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun

-          Klien mengatakan membatasi pergaulannya karena perubahan yang tampak dan keterbatasan

gerak

-          Klien mengatakan stamina badannya terasa menurun

-          Klien mengeluh bengkak pada pergelangan tangannya setelah jatuh

-          Klien mengatakan kurang mengerti tentang proses penyakitnya

-          Klien mengatakan buang air besar susah dan keras

  Data obyektif ;

-          tulang belakang bungkuk

-          terdapat penurunan tinggi badan

-          klien tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace)

-          terdapat fraktur traumatic pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular.

-          klien tampak gelisah

-          klien tampak meringis

a)      Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik menggunakan metode 6 B(Breathing, blood, brain, bladder,

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

bowel dan bone) untuk mengkaji apakah di temukan ketidaksimetrisan rongga dada, apakah

pasien pusing, berkeringat dingin dan gelisah. Apakah juga ditemukan nyeri punggung yang

disertai pembatasan gerak dan apakah ada penurunan tinggi badan, perubahan gaya berjalan,

serta adakah deformitas tulang

b)     Pemeriksaan diagnostic

-          Radiology

-          CT scan

-          Pemeriksaan laboratorium

B.     DIAGNOSA

1.       Nyeri akut yang berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur vertebra ditandai dengan

klien mengeluh nyeri tulang belakang, mengeluh bengkak pada pergelangan tangan, terdapat

fraktur traumatic pada vertebra, klien tampak meringis.

2.       Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan disfungsi sekunder akibat perubahan

skeletal (kifosis) , nyeri sekunder, atau fraktur baru ditandai dengan klien mengeluh kemampuan

gerak cepat menurun, klien mengatakan badan terasa lemas, stamina menurun, dan terdapat

penurunan tinggi badan.

3.       Risiko cedera yang berhubungan dengan dampak sekunder perubahan skeletal dan

ketidakseimbangan tubuh ditandai dengan klien mengeluh kemampuan gerak cepat menurun,

tulang belakang terlihat bungkuk.

4.       Kurang perawatan diri yang berhubungan dengan keletihan atau gangguan gerak ditandai

dengan klien mengeluh nyeri pada tulang belakang, kemampuan gerak cepat menurun, klien

mengatakan badan terasa lemas dan stamina menurun serta terdapat fraktur traumatic pada

vertebra dan menyebabkan kifosis angular.

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

5.       Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta

psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi ditandai dengan klien mengatakan

membatasi pergaulan dan tampak menggunakan penyangga tulang belakang (spinal brace).

6.       Gangguan eleminasi alvi yang berhubungan dengan kompresi saraf pencernaan ileus paralitik

ditandai dengan klien mengatakan buang air besar susah dan keras.

7.       Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi yang berhubungan

dengan kurang informasi, salah persepsi ditandai dengan klien mengatakan kurang ,mengerti

tentang penyakitnya, klien tampak gelisah.

C.    INTERVENSI

Diagnose Tujuan dan

criteria hasil

Intervensi Rasional

1. Nyeri akut yang

berhubungan

dengan dampak

sekunder dari

fraktur vertebra

ditandai dengan

klien mengeluh

nyeri tulang

belakang,

mengeluh bengkak

Setelah diberikan

tindakan

keperawatan

diharapkan nyeri

berkurang dengan

criteria hasil:

- klien dapat

mengekspresikan

perasaan

nyerinya,

• Evaluasi keluhan

nyeri/ketidaknyamanan,

perhatikan lokasi dan

karakteristik termasuk

intensitas (skala 1-10).

Perhatikan petunjuk

nyeri nonverbal

(perubahan pada tanda

vital dan

emosi/prilaku).

Mempengaruhi

pilihan/pengawasan

keefektifan

intervensi.

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

pada pergelangan

tangan, terdapat

fraktur traumatic

pada vertebra, klien

tampak meringis

- klien dapat

tenang dan

istirahat,

- klien dapat

mandiri dalam

penanganan dan

perawatannya

secara sederhana.

• Ajarkan klien tentang

alternative lain untuk

mengatasi dan

mengurangi rasa

nyerinya

• Dorong menggunakan

teknik manajemen

stress contoh relaksasi

progresif, latihan nafasa

dalam, imajinasi

visualisasi, sentuhan

teraupetik.

• Kolaborasi dalam

pemberian obat sesuai

indikasi.

alternative lain

untuk mengatasi

nyeri misalnya

kompres hangat,

mengatur posisi

untuk mencegah

kesalahan posisi

pada

tulang/jaringan

yang cedera.

Memfokuskan

kembali perhatian,

meningkatkan rasa

control dan dapat

meningkatkan

kemampuan koping

dalam manajemen

nyeri yang

mungkin menetap

untuk periode lebih

lama.

diberikan untuk

menurunkan nyeri

D.    EVALUASI

Hasil yang diharapkan meliputi :

  Nyeri berkurang

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

  Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik

  Tidak terjadi cedera

  Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri

  Status psikologis yang seimbang

  Menunjukkan pengosongan usus yang normal

  Terpeneuhinya kebutuhan pengetahuan dan informasi

Tinjauan Kasus

Ny D (58 thn) datang ke RS dengan keluhan nyeri panggul sejak 1 bulan terakhir, namun saat ini

nyeri mulai berkurang. Setelah dilakukan anamnesa oleh perawat ternyata Ny D sejak muda

tidak suka minum susu. Hasil rontgen menunjukkan adanya kerapuhan tulang. Ny D kemudian

menjalani pemeriksaan kalsium total, alkali fosfatase tulang. Dokter kemudian memberikan

terapi kalsium dan vitamin D.

Proses keperawatan

1.      Pengkajian

a)      Anamnesis

a.      Identitas Pasien

Nama : Ny.D

Umur : 58 Tahun.

Agama : Islam.

Suku Bangsa : Jawa Indonesia.

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

b.      Riwayat kesehatan

1.      Keluhan utama.

Nyeri panggul

2.      Riwayat penyakit sekarang.

Nyeri berkurang setelah diberikan perawatan.

3.      Riwayat penyakit dahulu : -

4.      Riwayat penyakit keluarga : -

5.      Riwayat psikososial : -

b)     Pemeriksaan fisik (HEAD TO TOE)

1)      Keadaan umum : ComposMentis (CM)

2)      Kesadaran : -

3)      Vital Sign:

a.       RR : - x/Menit.

b.      Nadi: - x/Menit.

c.       Suhu: - C.

d.      TD: - mmHg.

4)      BB/TB : BB- Kg,TB - cm

5)      Kepala :

a.       Mata : -

b.      Telinga :-

c.       Hidung :-

d.      Mulut :-

e.       Tenggorokan : -

6)      Leher :-

7)      Dada/Thorax :

a.       Simetris :-

b.      Retraksi dada :-

c.       Ketinggalan gerak:-

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

8)      Paru-paru :-

a.       Suara dasar :-

b.      Suara tambahan :-

c.       Suara nafas :-

d.      Bunyi nafas :-

e.       Respirasi spontan :-

9)      Jantung :

a.       Bunyi jantung 1-2 murni :-

b.      Bunyi jantung tambahan :-

c.       Batas jantung kanan ;-

10)  Abdomen :

a.       Bentuk :

b.      Bising usus :-

c.       Peristaltik :-

d.      Nyeri Tekan :-

11)  Genitalia :-

12)  Extremitas :-

Kanan

Kiri

Gerak - -

Tonus - -

Trofi - -

Reflek fisiologis - -

Reflek patologis - -

Meningeal sign - -

ANALIA DATA

NOSYMP

TOM

ETIOL

OGI

MASA

LAH

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

1

2.

DS:

        Klien

mengel

uh

nyeri

panggu

l

DO:

        TD -

mmHg,

N -

x/m,

        BB: -

Ds:

       

mengel

uh

kemam

puan

gerak

cepat

menuru

n

DO :

        BB -

kg,

        TB -

cm

Beberap

a tulang

belakan

g hancur

Terbent

uk

lengkun

gan

abnorm

al

ketegan

gan otot

Nyeri

akut

Kepedat

an

tulang

Nyeri

tulang

Nyeri

akut

C

edera

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

Pengero

posan

tulang

belakan

g

Kolaps

Cedera

ringan

2.      Diagnose

  Nyeri akut yang berhubungan dengan adanya lekungan yang abnormal

  Risiko cedera yang berhubungan dengan adanya kolaps akibat pengeroposan tulang belakang.

3.      Intervensi

Diagnose Tujuan dan criteria

hasil

Intervensi Rasional

Nyeri akut

yang b/d

adanya

lekungan

yang

abnormal

Setelah diberikan

tindakan keperawatan

diharapkan nyeri

berkurang dengan

criteria hasil:

- klien dapat

mengekspresikan

perasaan nyerinya,

• Evaluasi keluhan

nyeri/ketidaknyamanan,

perhatikan lokasi dan

karakteristik termasuk

intensitas (skala 1-10).

Perhatikan petunjuk

nyeri nonverbal

(perubahan pada tanda

Mempengaruhi

pilihan/pengawasan

keefektifan intervensi.

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

- klien dapat tenang

dan istirahat,

- klien dapat mandiri

dalam penanganan

dan perawatannya

secara sederhana.

vital dan

emosi/prilaku).

• Ajarkan klien tentang

alternative lain untuk

mengatasi dan

mengurangi rasa

nyerinya

• Dorong menggunakan

teknik manajemen

stress contoh relaksasi

progresif, latihan nafasa

dalam, imajinasi

visualisasi, sentuhan

teraupetik.

• Kolaborasi dalam

pemberian obat sesuai

indikasi.

alternative lain untuk

mengatasi nyeri

misalnya kompres

hangat, mengatur

posisi untuk

mencegah kesalahan

posisi pada

tulang/jaringan yang

cedera.

Memfokuskan

kembali perhatian,

meningkatkan rasa

control dan dapat

meningkatkan

kemampuan koping

dalam manajemen

nyeri yang mungkin

menetap untuk

periode lebih lama.

diberikan untuk

menurunkan nyeri

4.      Evaluasi

Hasil yang diharapkan meliputi :

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

  Nyeri berkurang

  Terpenuhinya kebutuhan mobilitas fisik

  Tidak terjadi cedera

  Terpenuhinya kebutuhan perawatan diri

  Status psikologis yang seimbang

  Menunjukkan pengosongan usus yang normal

  Terpeneuhinya kebutuhan pengetahuan dan informasi

DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8

Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC,

2002.

Gibson, John, 2003, Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat, EGC, Jakarta

Adib, M, pengetahuan praktis ragam penyakit memetikan yang paling sering menyerang kita,

Jogjakarta: bukubiru, 2011

http://www.klikdokter.com/osteoporosis/read/2010/07/05/114/osteoporosis-pada-wanitaDiposkan oleh Dwi Hardiyanti di 19.05 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Cari Blog Ini

My MottoSlow But Sure...!!!

Add sayaWhie OLphin

Buat Lencana Anda

Mengenai Saya

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN OSTEOPOROSIS.docx

Dwi Hardiyanti Lihat profil lengkapku

Total Pengunjung

15,064

Share It

TranslatePowered by

Translate

Arsip Blog ►   2013 (2)

▼   2012 (23)o ►   September (5)o ▼   Juni (16)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN TN. IK DENGAN PNEUMONIA...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KATARAK

SIRKULASI PULMONAL ASUHAN KEPERAWATAN

ELEPHANTIASIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

OSTEOPOROSIS ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES

MELITUS Jantung sebagai pemompa REGULASI TEKANAN DARAH Asuhan Keperawatan Oftalmia Neonatorum Asuhan Keperawatan Gagal Jantung Asuhan Keperawatan Tentamen Suicide Asuhan Keperawatan Halusinasi Asuhan Keperawatan Meningitis Asuhan keperawatan Alzheimer Asuhan Keperawatan PPOM Asuhan Keperawatan CA PARU

o ►   Mei (2)

Template Simple. Gambar template oleh sbayram. Diberdayakan oleh Blogger