asuhan keperawatan esofagitis

16
DAFTAR ISI BAB 1........................................................ 2 PENDAHULUAN.................................................. 2 Latar Belakang..............................................2 BAB 2.......................................................3 TINJAUAN TEORI..............................................3 2.1. Definisi...............................................3 2.2. Etiologi...............................................3 2.3. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis...................3 2.3.1. Patofisiologi......................................3 2.3.2. Manifestasi Klinis.................................4 2.4. Penatalaksanaan dan Pemeriksaan Penunjang..............5 2.4.1. Penatalaksanaan....................................5 2.4.2. Pemeriksaan Penunjang..............................5 BAB 3........................................................ 6 ASUHAN KEPERAWATAN...........................................6 3.2. Diagnosa Keperawatan...................................6 3.3. Intervensi dan Rasional................................6 BAB 4....................................................... 10 KESIMPULAN.................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA.............................................. 11

Upload: rani

Post on 13-Sep-2015

375 views

Category:

Documents


37 download

DESCRIPTION

-

TRANSCRIPT

DAFTAR ISIBAB 12PENDAHULUAN2Latar Belakang2BAB 23TINJAUAN TEORI32.1. Definisi32.2. Etiologi32.3. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis32.3.1. Patofisiologi32.3.2. Manifestasi Klinis42.4. Penatalaksanaan dan Pemeriksaan Penunjang52.4.1. Penatalaksanaan52.4.2. Pemeriksaan Penunjang5BAB 36ASUHAN KEPERAWATAN63.2. Diagnosa Keperawatan63.3. Intervensi dan Rasional6BAB 410KESIMPULAN10DAFTAR PUSTAKA11

BAB 1PENDAHULUAN1.1. Latar BelakangEsofagitis merupakan penyakit yang sering muncul pada pasien dengan penyakit gastroesophageal refluks (PRGE). Refluks esofagitis didefinisikan sebagai inflamasi yang disebabkan oleh kontak antara dinding esophagus dengan refluksat yang mengandung asam lambung dengan atau tanpa cairan yang berasal dari duodenum dan atau dari pancreas (Yan Li, Robert C. G. Martin II, 2007). Esofagitis dapat terjadi sebagai akibat dari refluks yag cukup lama anatar bahan refluksat dengan mukosa esophagus dan terjadinya penurunan resistensi jaringan mukosa esophagus, walaupun waktu kontak antara bahan refluksat dengan esophagus tidak cukup lama ( Aru W. Sudoyo, 2009 ). Pengaruh dari PRGE adalah melemahnya tonus otot sfingter esophageal bawah (LES) dan juga gangguan kontraksi peristaltic dari esophagus. Gangguan gangguan tersebut sering terjadi pada pasien dengan PRGE yang disertai dengan erosi pada dinding esophagus. Prevalensi gangguan peristalstik meningkat sesuai dengan tingkat keparahan PRGE, mempengaruhi 20% pasien dengan nonerosif PRGE dan lebih dari 48% pasien dengan ulseratif esofagitis (X. Zhang dkk, 2005).Di Indonesia penyakit PRGE sering tidak terdiagnosis terdiagnosis oleh dokter bila belum menimbulkan keluhan yang berat, seperti refluks esofagitis (Efiaty AS, Nurbaiti I, 2001).. Pada pasien yang menjalani pemeriksaan endoskopi di RSUP Cipto Mangunkusumo didapatkan sebanyak 22,8% pasien dengan esofagitis yang disebabkan oleh PRGE( Aru W. Sudoyo, 2009 ). Penyakit ini merupakan penyebab lazim gejala saluran cerna bagian atas, yakni heartburn dan regurgitasi. Perkembangan refluks esofagitis menggambarkan ketidakseimbangan antara mekanisme anti refluks esofagus dengan kondisi lambung (Muljadi Hartono.2000)

BAB 2TINJAUAN TEORI2.1. DefinisiEsofagitis adalah suatukeadaan dimana mukosa esofagus mengalami peradangan, dapat terjadi secara akut maupun kronik. (Widaryati Sudiarto, 1994)2.2. EtiologiTerdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya esofagitis seperti makanan, kafein, lemak, coklat, minuman alkohol, obat-obatan, preparat antikolinergik, teofilin, progesteron, preparat antagonis kalsium,diazepam, preparat agonis beta-adrenergis, preparat antagonis alpha-adrenergis, merokok. Etiologi dari kerusakan esophagus bersifat kompleks, mulai dari refluks asam lambung, cairan empedu, cairan pancreas, serta terdapat pengaruh dari faktor eksternal seperti konsumsi alcohol, penggunaan obat NSAID (Norimasa Yoshida, 2007, Yan Li, Robert C. G. Martin II, 2007).2.3. Patofisiologi dan Manifestasi Klinis2.3.1. Patofisiologia.Esofagitis Refluks (Esofagitis Peptik)Inflamasi terjadi pada epitel skuamosa di esofagus distal, disebabkan oleh kontak berulang dan dalam waktu yang cukup lama dengan asam yang mengandung pepsin ataupun asam empedu. Kelainan yang terjadi dapat sangat ringan, sehingga tidak menimbulkan cacat, dapat pula berupa mukosa mudah berdarah, pada kelainan yang lebih berat terlihat adanya lesi erosif, berwarna merah terang. Hal ini menunjukkan esofagitis peptik.b.Esofagitis refluks basaPeradangan terjadi karena adanya enzim proteolitik dari pankreas, garam-garam empedu, atau campuran dari kedua zat tersebut, atau adanya asam hidroklond yang masuk dan kontak dengan mukosa esofagus sehingga terjadi esofagitis basa.c.Esofagitis KandidaPada stadium awal tampak mukosa yang irreguler dan granuler, pada keadaan lebih berat mukosa menjadi edema dan tampak beberapa tukak. Bila infestasi jamur masuk ke lapisan sub mukosa, maka edema akan bertambah parah, tukak yang kecil makin besar dan banyak sampai terlihat gambaran divertikel, sehingga terjadi esofagitis Kandida (Moniliasis).

d.Esofagitis HerpesSeseorang dengan daya tahan tubuh menurun seperti pada penderita yang lama dirawat di RS, pengobatan dengan imunosupresor. Penderita dengan penyakit stadium terminal yang terkena virus herpes zoster dengan lesi pada mukosa mulut dan kulit, mengakibatkan esofagitis herpes, dimana lesi awal yang klasik berupa popula atau vesikel atau tukak yang kecil kurang dari 5 mm dengan mukosa di sekitarnya hiperemis. Dasar tukak berisi eksudat yang berwarna putih kekuningan, jika tukak melebar akan bergabung dengan tukak di dekatnya menjadi tukak yang besar.e.Esofagitis KorosifBasa kuat menyebabkan terjadinya nekrosis mencair. Secara histologik dinding esofagus sampai lapisan otot seolah-olah mencair. Asam kuat yang tertelan akan menyebabkan nekrosis menggumpal secara histologik dinding esofagus sampai lapisan otot seolah-olah menggumpal. Zat organik (lisol, karbol) menyebabkan edema di mukosa atau sub mukosa. Asam kuat menyebabkan kerusakan pada lambung lebih berat dibandingkan dengan kerusakan di esofagus. Sedangkan basa kuat menimbulkan kerusakan di esofagus lebih berat dari pada lambung.f. Esofagitis Karena ObatRL atau kapsul yang ditelan kemudian tertahan di esofagus mengakibatkan timbulnya iritasi dan inflamasi yang disebabkan oleh penyempitan lumen esofagus oleh desakan organ-organ di luar esofagus. Obstruksi oleh karena peradangan, tumor atau akalasia, menelan pil dalam posisi tidaur dapat menyebabkan esofagitis karena obat.2.3.2. Manifestasi KlinisGejala-gejala yang segera timbul adalah adinofagia berat, demam, keracunan dan kemungkinan perforasi esofagus disertai infeksi mediastinum dan kematiana. Esofagitis Peptik (Refluks) Gejala klinik yang nyata misalnya rasa terbakar di dada (heartburn)nyerididaerahuluhati,rasamual,dll.b. Esofagitis refluks basa Gejala klinik berupa pirosis, rasa sakit di retrosternal. Regurgitasi yang terasa sangat pahit, disfagia, adinofagia dan anemia defisiensi besi kadang-kadang terjadi hematemesisberat.c. Esofagitis Kandida Gejala klinis yang sering adalah disfagia, adinofagia. Pada beberapa penderita mengeluh dapat merasakan jalannya makanan yang ditelan dari kerongkongan ke lambung, rasa nyeri retrosternal yang menyebar sampai ke daerah skapula atau terasa disepanjang vertebra torakalis,sinistra.d. Esofagitis Herpes Gejala klinik berupa disfagia, odinofagia, dan rasa sakit retrosternal yang tidak membaik setelah pengobatan dengan nyastin atau anti fungallaine. Esofagitis Korosif Gejala yang sering timbul adalah disfagia / kesulitan menelan,odinofagia dan adanya rasa sakit retrosternal.f. Esofagitis karena obat Gejala yang timbul berupa odinofagia, rasa sakit retrosternal yang terus-menerus, disfagia atau kombinasi dari ketiga gejala ini.2.4. Penatalaksanaan dan Pemeriksaan Penunjang2.4.1. PenatalaksanaanPenatalaksanaan medis dilakukan berdasarkan penyebab esofagitis. Pada pasien dengan trauma kimia pada esofagus,penatalaksanaan pada fase akut dilakukan perawatan umum berupa perbaikan keadaan umum pada pasien dengan menjaga keseimbagan elektrolit, serta jalan nafas. Jika kejadian terjadi sebelum 6 jam dapat diberikan netralisasi dengan menggunakan air susu dengan air jeruk untuk asam kuat. Untuk mencegah pengecilan esofagus dapat dibantu dengan menggunakan selang nasogastrik.Pada pasien dengan esofagus eosinofil dapat diberikan intervensi sebagai berikut (Noel, 2004 )1. Manajemen diet, bertujuan untuk menurunkan stimulus peradangan pada mukosa esofagus.2. Kortikosterouid, mempunyai fungsi untuk menghambat sintesis sitokin yang dipercaya mengaktivasi eosinofil.3. Terapi endoskopik, bertujuan untun mendalitasi lumen esofagus yang menyempit. 4. Penyakit leukotokrin, bertujuan untuk menghambat kontraksi otot polos yang mempersempit lumen esofagus.2.4.2. Pemeriksaan Penunjanga) Pemeriksaan endoskopib) Pengukuran pH intra esofagus selama 24 jam. Dikatakan terjadi refluks apabila pH esofagus didapati kurang dari 4 selama 24 jam pengawasan.c) Manometri esofagus d) Tes Bernstein atau tes infus asam e) Kapsul endoskopi

BAB 3ASUHAN KEPERAWATAN3.1. PengkajianPada pengkajian riwayat kesehatan didapatkan kondisi imunosupresi, mendapat terapi steroid, terapi antibiotik, atau penyakit sistemik seperti hipertensi dan diabetes mellitus. Pada pemeriksaan fisik gastrointestinal didapatkan adanya mual, muntah, nyeri pada retrosternal, nyeri tekan abdomen atas , hematemesis, anoreksia, dan penurunan berat badan. Nyeri pada saat menelan Nyeri substernal Perasaan penuh Ketakutan dan ansietas Penurunan berat badan Nafas busuk dan batuk Suara serak dan batuk3.2. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esofagus, spasme esofagus, peradangan mukosa esofagus, serta refluks asam lambung atau secret empedu keesofagus.2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang adekuat.3. Anxietas berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi informasi, rencanapembedahan.4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan rumah.3.3. Intervensi dan Rasional1. Nyeri berhubungan dengan iritasi mukosa esofagus, spasme esofagus, peradangan mukosa esofagus, serta refluks asam lambung atau secret empedu keesofagus.Tujuan: Dalam wakltu 2x24 jam, skala nyeri berkurang.Kreteria hasil: - Secara subjektif melaprokan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. - - Skala nyeri 0 -1 (0 4 ) Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri pasien tidak gelisah dan tampak rileks.

Intervensi:1. Lakukan pengkajian nyeri secara holistik meliputi durasi, awitan,level nyeri,dll. (rasional: untuk membantu menentukan intervensi keperawatan yang akan ditegakan).2. Jelaskan dan bantu pasien dengan tindakan pereda Nyeri non farmakologi dan noninvasif. (rasional : Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lainnya telah menunjukan keevektivan dengan mengurangi nyeri).3. Istirahatkan pasien pada saat Nyeri muncul. (rasional: Istirahatkan secara fisiologis akan menurunkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolism basal).4. Ajarkan tehknik relaksasi pernapasan dalam pada saat nyeri muncul. (rasional: Meningkatkan intake oksigen sehingga dapat menurunkan nyeri sekunder dan iskemia intestinal).5. Ajarkan tehknik distraksi pada saat nyeri. (rasional: Distraksi (pengalihan perhatian ) dapat menurunkan stimulus internal).6. Lakukan manajemen sentuhan. (rasional: Manajemen sentuhan pada saat nyeri berupa sentuhan dukungan psikologis dapat membantu menurunkan nyeri).

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang adekuat.Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam setelah diberikan asupan nutrisi, kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi.Kreteria hasil: -Pasien dapat mempertahan status nutrisi yang adekuat -Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat -Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Intervensi : 1. Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit, berat badan , derajat penuruana berat badan, integritas mukosa oaral, kemampuan menelan, riwayat mual/ muntah, dan diare. (rasional : Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat). 2. Pantau intake dan output. (rasional: Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan, makanan dan cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari sampai gejala akur berkurang).3. Kolaborasi dengan ahli diet untuk menetapakan komposisi dan jenis diet yang tepat.(rasional: Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energy dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik pasien).4. Kolaborasi untuk pemberian anti muntah. (rasional: Pemberian antiemtik atau anti muntah dimaksudkan untuk menurunkan respons muntah yang bisa memberikan kondisi ketidaknyamanan abdominal yang cenderung memberikan manifestasi anoreksia. )

3. Anxietas berhubungan dengan prognosis penyakit, misinterpretasi informasi, rencanapembedahan.Tujuan: - Secara subjektif melaporkan rasa cemas berkurangKrteteria hasil: - Pasien mampu mengungkapkan perasaannya kepada pasien- Pasien dapat mendemonstrasiskn keterampilan pemecahan masalahnya dan perubahan koping yang digunakan untuk sesuai situasi yang dihadapi.- Pasien dapat mencatat penurunan kecemasan / ketakutan dibawah standar .- Pasien dapat rileks dan tidur / istirahat dengan baik.Intervensi: 1. Monitor respons fisik fisik, seperti ; kelemahan, perubahan tanda vital, dan gerakan yang berulang-ulang. Catat kesesuaian respons verbal dan non verbal selam komunikasi. (rasional: Digunakan dalam mengevaluasi derajat / tingkat kesadaran / konsentrasi khusnya ketika melakukan komunikasi verbal).2. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengungkapkan dan mengekspresikan kecemasannya. (rasional: Memberikan kesempatan untuk berkonsentrasi, kejelasan dari rasa takut, dan menguragi cemas yang berlebihan).3. Catat reaksi dari pasien/ keluarga. Berikan kesempatan untuk mendiskusikan perasaannya, konsentrasinya, dan harapan massa depan. (rasional: Anggota keluarga dengan responsnya pada apa yang terjadi dan kecemasannya dapat disampaikan kepada pasien).4. Anjurkan aktivitas pengalihan perhatian sesuai kemampuan individu. (rasional: Sejumlah aktivitas baik secara sendiri maupun dibantu selama dirawat dapat membuat pasien merasa berkualitas dalam hidupnya.

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi mengenai perawatan rumah dan prosedur pembedahan.Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam masalah teratasiKreteria hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhan informasinya.Intervensi: 1. Beritahu persiapan pembedahan, meliputi : persiapan istirahat dan tidur, persiapan administrasi dan informed consent. (rasional: Istirahat merupakan hal yang penting untuk penyembuhan normal kecemasan tentang pembedahan dapat dengan mudah mengganggu kemampuan untuk istirahat dan tidur. Kondisi penyakit yang membutuhkan tindakan pembedahan mungkin akan menimbulkan rasa nyeri yang hebat sehingga mengganggu istirahat.Pasien sudah menyelesaikan administrasi dan mengetahui secara financial biaya pembedahan. Pasien sudah mendapat penjelasan dan menandatangani informed consent). 2. Beritahu pasien dan keluarga kapan pasien sudah bisa dikunjungi. (rasional: Pasien akan mendapat manfaat bila mengetahui kapan keluarga dan temannya bisa berkunjung setelah pembedahan).

BAB 4KESIMPULANEsofagitis merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa esophagus yang disebabkan oleh refluks dari cairan lambung dan atau duodenum dan pancreas. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pengaruh dari makanan dan minuman serta obat-obatan yang dikonsumsi. Terapi utama pada pasien dengan esofagitis adalah dengan pemberian PPI untuk mengurangi terjadinya peradangan dan diharapkan perbaikan yang cepat dari mukosa esophagus.

DAFTAR PUSTAKAArdiansyah, Muhammad. 2012.Medikal Bedah Untuk Mahasiswa.Jogyakarta : Diva PressBrunner and Sudarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan medikal Bedah. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.Ester Monica. 2001. Keperawatab Medikal Bedah : Pendekatan Sistem Gastrointestinal. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.Jayve M. Black and Esther Matassarin Jacob. 1997. Medical Surgical Nursing : Clinical Management for Continuty of Care, fifth edition. WB. Sounders : CampaniMansjoer Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Media Aesculapius FKUI : Jakarta.Price, Sylvia, dkk. 1994. Patofisiologi Konsep Klinik, Proses-Proses Penyakit. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.Sulaiman, Ali, dkk. 1990. Gastroentorologi Hepatologi. CV. Agung : Jakarta.