asuhan keperawatan demensia

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia tidak identik dengan pikun (Dementia) dan perlu diketahui bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan tingkah laku seperti dialami oleh lansia dengan demensia. Sebagian besar orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang diderita oleh lansia. Tapi kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia dan jenis kelamin. Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia sering kali terjadi pada lansia yang telah berumur ± 60 tahun. Demensia dibagi menjadi dua kategori, yaitu : 1) demensia senilis (≥ 60 tahun), 2) demensia prasenilis (≤ 60 tahun). Sekitar 56,8 % lansia mengalami demensia dalam bentuk demensia Alzheimeir (4 % dialami lansia yang telah berusia 75 tahun, 16 % pada usia 85 tahun dan 32% pada usia 90 tahun). Sampai saat ini diperkirakan ± 30 juta penduduk dunia mengalami demensia dengan berbagai sebab.Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda dengan

Upload: marifatul-fardla

Post on 15-Jul-2016

83 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Asuhan keperawatan Demensia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia tidak identik dengan pikun (Dementia) dan perlu diketahui

bahwa pikun bukanlah hal yang normal pada proses penuaan. Lansia dapat

hidup normal tanpa mengalami berbagai gangguan memori dan perubahan

tingkah laku seperti dialami oleh lansia dengan demensia. Sebagian besar

orang mengira bahwa demensia adalah penyakit yang diderita oleh lansia. Tapi

kenyataannya demensia dapat diderita oleh siapa saja dari semua tingkat usia

dan jenis kelamin.

Berdasarkan sejumlah hasil penelitian diperoleh data bahwa demensia

sering kali terjadi pada lansia yang telah berumur ± 60 tahun. Demensia dibagi

menjadi dua kategori, yaitu : 1) demensia senilis (≥ 60 tahun), 2) demensia

prasenilis (≤ 60 tahun). Sekitar 56,8 % lansia mengalami demensia dalam

bentuk demensia Alzheimeir (4 % dialami lansia yang telah berusia 75 tahun,

16 % pada usia 85 tahun dan 32% pada usia 90 tahun). Sampai saat ini

diperkirakan ± 30 juta penduduk dunia mengalami demensia dengan berbagai

sebab.Dengan makin bertambahnya penduduk usia lanjut, bertambah pula

penderita golongan ini yang memerlukan pelayanan kesehatan. Berbeda

dengan segmen populasi lain, populasi lanjut usia dimanapun selalu

menunjukkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi dibanding populasi

lain. Disamping itu, oleh karena aspek disabilitas yang tinggi pada segmen

populasi ini selalu membutuhkan derajat keperawatan yang tinggi.

Berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur

harapan hidup akan memberikan dampak meningkatnya masalah kesehatan

terutama yang berkaitan dengan proses degeneratif. Keadaan ini akan

mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri. Peran

perawat dalam meminimalkan atau mengantisipasi masalah kesehatan pada

lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada lansia baik dalam

Page 2: Asuhan keperawatan Demensia

keadaan sehat maupun sakit pada tingkat individu maupun kelompok. Focus

asuhan keperawatan lansia adalah melalui peningkatan kesehatan, pencegahan

penyakit dan mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana landasan teori tentang demensia

2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan demensia?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui landasan teori tentang demensia.

2. Untuk mengetahui asuhan keperaatan pada pasien dengan demensia.

Page 3: Asuhan keperawatan Demensia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Demensia adalah penurunan menyeluruh dari fungsi mental luhur yang

bersifat progresif dan ireversibel dengan kesadaran yang baik. (Katona, 2012)

2.2 Etiologi

Penyebab dari demensia adalah :

a. Degenerasi neuronnal atau gangguan multifokal

b. Penyakit vaskuler atau keadaan lanjut usia pada orang tua

c. Faktor usia

2.3 Patofisiologi

Beberapa ahli memisahkan demensia yang terjadi sebelum usia 65 tahun

(demensia prasenilis) dan yang terjadi setelah usia 65 tahun (demensia senilis).

Page 4: Asuhan keperawatan Demensia

Perbedaan ini dari asumsi penyebab yang berbeda; degenerasi neuronal yang

jarang pada orang muda dan penyakit vaskuler atau keadaan usia lanjut usia

pada orang tua. Meskipun ekspresi penyakit dapat berbeda pada usia yang

berbeda, kelainan utama pada pasien demensia dari semua usia adalah sama,

dan perbedaan berdasarkan kenyataan.

Sebagian besar penyakit yang menyebabkan demensia adalah degenerasi

neuronal yang luas atau gangguan multifokal. Gejala awal tergantung dimana

proses demensia mulai terjadi, tetapi lokasi danjumlah neuron ynag hilang

yang diperlukan untuk menimbulkan demensia sulit ditetapkan. Bertambahnya

usia mengakibatkanhilangnya neuron dan masa otak secara bertahap, tetapi hal

ini tidak disertai dengan peurunan yang signifikan tanpa adanya penyakit.

Sesungguhnya, massa otak adalah petunjuk yang buruk untuk fungsi

intelektual. Pasien dengan demenasia degeneratif pada dekade ke enam

mempunyai massa otak lebih besar dari pada pasien normal secara intelektual

pada dekade delapan. Akibatnya dokumentsai atrofi yang menyeluruh dengan

pemindahan CT bukan indikasi demensia yang jelas.

Demensia yang terjadi akibat penyakit kortikal (misalnya penyakit

Alheimer atau dari penyakit struktur subkortikal) sperti basal ganglia, talamus,

dan substansi alaba bagian dalam (misalnya penyakit Hungtington atau

multiple sklerosis).demensia kortikal ditandai dengan hilangnya fungsi

kognitif seperti bahasa, persepsi,kalkulasi; sebaliknya, demensia subkortikal

menunjukkan perlambatan kognitif dan proses informasi (“bradiphrenia”),

pendataran afek,dan gangguan motivasi,suasana hati dan bangun. Ingatan

terganggu pada kedua jenis.gambaran demensia subkortikal juga terjadi pada

subkortikal yang mengenai lobus frontalis dan mungkin menunjukkan

proyeksi yang rusak dan dari dan ke lobus frontalis.

Pada penyakit Alzheimer, yang merupakan penyebab demensia paling

sering, demensia akibat hilangnya jaringan kortikal terutama pada lobus

temporalis, parientalis, dan frontalis. Hal ini mnyertai sebagian kasus dengan

bertambahnya jarak antara girus dan pembesaran ventrikel. Tanda histologik

adalah adanya beberapa kekacauan neurofibrinalis dan plak senilis. Plak dan

Page 5: Asuhan keperawatan Demensia

kekacauan ditemukan dalam otak orang tua yang normal tetapi meningkat

jumlahnya pada penyakit Alzheimer, terutama dalam hipokampus dan

temporalis. Terkenanya hippokampal mungkin bertanggung jawab terhadap

gangguan ingatan, yang mungkin sebagian diperantarai oleh berkurangnya

aktivitas kolinergik. Aktivitas neurotransmitter lntermasuk norepinefrin,

serotonin, dopamin, glutamat, somatostatin juga menurun. Perubahan –

perubahan ini disertai dengan berkurangnya aliran darah serebrall dan

menurunnya metabolisme okigen dan glukosa.

2.4 Manifestasi Klinis

Demensia lebih merupakan suatu sindrom, bukan diagnosis, dengan tanda

gejala yang muncul adalah :

a. Menurunnya gangguan memori jangka pendek jangka panjang

b. Menurunnya bahasa (afasia nominal)

c. Menurunnya pemikiran, penilaian

d. Hilangnya kemampuan hidup sehari – hari (misalnya,

mencuci,memakai oakaian, mengatur keuangan)

e. Prilaku yang abnormal (misalnya, menyerang, berjalan-jalan tanpa

tujuan, disinhibisi seksual) juga dapat muncul

f. Apatis, depresi dan ansietas

g. Pola tidur terganggu

h. Mengantuk di siang hari

i. Bingung membedakan siang dan malam

j. Kegelisahan di malam hari

k. Fenomena psikotik, terutama waham kejar (diperburuk dengan sifat

pelupa)

l. Auditorik

m. Halusinasi visual.

2.5 Klasifikasi

a. Demensia kortikal; gejala khas melibatkan memori, bahasa, penyelesaian

masalah, dan pemikiran, dan gejalanya muncul pada :

Page 6: Asuhan keperawatan Demensia

1) Penyakit Alzheimer (Alzheimer’s disease,AD), pada pemeriksaan

makroskopik melalui CT dan MRI didapatkan penyusutan otak,dengan

peningkatanpelebaran sulkus dan pembesaran ventrikel. Sedangkan

pemeriksaan mikroskopik, gambaran utama berupa hilangnya neuron

dan adanya (terutama pada korteks dan hipokampus) plak amiloid dan

kekusutan serat – serat saraf. Dan pemeriksaan secara neurokimia,

terdapat penurunan beberapa neurotransmiter, terutama asetikolin,

noradrenalin, serotonin, dan somatostatin dengan kehilangan badan sel

neuron terkait yang mensekresikan transmiter ini.

2) Demensia Vaskuler (Vascular dementia,VaD)

3) Demensia badan Lewy (demntia with Lewy bodies, DLB)

4) Demnsia frontotemporal

b. Demensia Subkortikal; gejala khas meliputi perlambatan psikomotor dan

disfungsi eksekutif terkait dengan gangguan terhadap jalur frontal,

sedangkan gejala kognitif fokal seperti afasia atau agnosia jarang ada, dan

gejalanya muncul pada :

1) Penyakit Parkinson

2) Penyakit Hungtinton

3) Kelumpuhan supranuklear progesif

2.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan awal meliputi pengobatan setiap penyebab demensia yang

reversibel atau keadaan bingung yangsaling tumpang tindih. Sekitar 10 persen

pasien dengan demensia menderita penyakit sistemik atau neurologik yang

dapat diobati. Sepuluh persen menderita pseudodemensia yang disebabkan

oleh penyakit psikiatrik yang dapat diobati, dan 10 persen yang menderita

penyebab penunjang yang dapat dimodifikasi seperti alkoholisme atau

hipertensi.

Pasien demensia ringan dapat melanjutkan aktivitas di rumah yang relatif

normal tetapi jarang di tempat kerja. Dengan berkembangnya demensia

diperlukan lebih baayk pengawasan. Ketika gangguan menjadi lebih dalam,

pasien membutuhkan banyak bantuan dengan aktivitas kehidupan sehari-hari.

Page 7: Asuhan keperawatan Demensia

Beberapa pasien yang terganggu agak berat dapat dapat hidup sendiri jka

mereka mendapat dukungan dari masyarakat, termasuk kunjungan setiap hari

dari keluarga atau teman, kunjungan teratur oleh perawat

masyarakat,pemberian makanan dan bantuan dari tetangga. Beberapa individu

demensia ringan menjadi terganggu orientasinya dan binggung jika

dipindahkan ke lingkungan yang tidak bisa seperti rumah sakit.

Pada stadium lanjut pansien mungkin dibantu dengan pengobatan untuk

deperesi, kecemasan, gelisah, gejala psikotik yang menyertainya. Atau

insomnia dengan pengobatan psikotropik yang sesuai.aka tetapi, obat

psikotropik yang membuat pasien demensia menjadi lebih bingung,

membutuhkan pengurungan atau penhentian pengobatan. Kebutuhan akan

perawatan dari keluarga untuk pasien demensia adalah tinggi, terutama jika

pasien gelisahpada malam hari dan membutuhkanpengawasan konstan untuk

mencegah berjalan-jalan atau membahayakan diri sendiri. Kenyataan bahwa

individu hidup beberapa tahun dalam keadaan yang menyusahkan. Situasi

sering tidak dapat ditoleransi jika timbul inkontinensia.gangguan tidur dan

kelelahan fisis menambah stresperawatan untuk keluarga pasien demensia

yang tampak tidak berterima kasih,keras kepala, agresif, atautidak dapat

dihalangi. Karena itu, perhatian simpatik pada keluarga pasien demensia,

penting. Halini membantu untuk memperoleh “pengasuh bayi” dengan

memberikan waktu libur yang teratur pada perawat. Jika perawat pasien

demensia dapat melakukan ini tanpa ras bersalah yang tidak semestinya,

liburan tahun ketika pasien tinggal sementara di rumah perawatan adalah tidak

dapat dinilaiharganya.

Akhirnyabeberapa pasien demensia membutuhkan perawatan penuh di

rumah atau rumah sakit. Keluarga sebaiknya di dorong untuk merencanakan

ini dan sebaiknya tidak dinasehati mengenai hasil ini sebagai kegagalan

pribadi. Penatalaksanaan lebih lanjut ditunjukkan untuk martabat dan rasa

nyaman pasien.

Page 8: Asuhan keperawatan Demensia

BAB III

TINJAUAN KASUS

Tn. B usia 79 tahun, tinggal di panti werdha budi luhur sejak 2 tahun yang

lalu, keluarga menitipkan Tn. B di sebabkan karena keluarga sibuk dengan urusan

masing-masing. Tn. B dulunya bekerja di pabrik alumunium, Kondisi fisik Tn. B

saat ini mengalami gangguan memori dan orientasi. Selain itu klien tidak mampu

melakukan perawatan diri secara mandiri melainkan membutuhkan bantuan orang

lain. Tn. B sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit mandi,

berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah.

Sebelumnya klien pernah dibawa berobat ke PKM dan di diagnosa oleh dokter

bahwa Tn. B menderita demensia yang merupakan bagian normal dari preses

penuaan.

Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C, RR: 24

x/menit, N : 75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan

kurang menarik, kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak

tidak lengkap dan tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak

binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang

satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein,

mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga

kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang

baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan

kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak

mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan tongkat, klien tampak berjalan

dengan hati- hati dan kekuatan otot klien 4 ( dapat gerak dan dapat melawan

hambatan yang ringan) dan pemeriksaan lab. Didapatkan hasil Hb : 9 gr/dl,

leukosit : 12000 mm3, trombosit 340.000/mm3, dan pemeriksaan MMSE : Klien

mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal 0-15 berat.

I.  Pengkajian

Nama Panti : Wredha budi luhur

Ruang/ Kamar : Melati

Tanggal Masuk : 18 Oktober 2015

Page 9: Asuhan keperawatan Demensia

Tanggal Pengkajian : 19 Oktober 2015

A.  Identitas Klien

Nama Lansia : Tn. B

Umur : 79 tahun

Jenis kelamin : Laki- laki

Status merital : Menikah

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Melayu

Bahasa yang digunakan : Daerah

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat asal : -

Keluhan utama :

Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan

orientasi.

B.     Alasan masuk

Keluarga klien minitipkan Tn. B di sebabkan karena keluarga sibuk dengan

urusan masing-masing.

C.    Riwayat Kesehatan

1.      Riwayat kesehatan saat ini

Keluarga klien mengatakan bahwa Tn. B mengalami gangguan memori dan

orientasi, dan Tn. B juga sering lupa jalan pulang apa bila sedang berpergian, sulit

mandi, berpakaian, dan toileting, Tn. B juga sering tersinggung dan mudah marah.

Saat pengkajian di dapatkan bahwa TD : 140/80 MmHg, S : 370C, RR: 24

x/menit, N : 75 x/menit. Kuku klien tampak kotor, badan klien bau, penampilan

kurang menarik, kulit kepala kotor dan bau, mulut klien bau, gigi klien tampak

tidak lengkap dan tampak adanya caries pada gigi klien serta klien tampak

binggung. Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien yang masuk kurang

satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak mengandung protein,

mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium untuk menjaga

Page 10: Asuhan keperawatan Demensia

kesehatan klien serta meningkatkan status nutrisi klien, fungsi mengunyah kurang

baik. Jumlah minum klien 1000 cc/hari dengan air mineral. Perawat mengatakan

kekuatan otot klien menurun sehingga klien berjalan dengan lambat, klien tampak

mengalami kaku sendi, klien tampak menggunakan tongkat, klien tampak berjalan

dengan hati- hati

2.      Riwayat kesehatan masa lalu

Keluarnga klien mengatakan dulunya klien pernah bekerja di pabrik

alumunium. Klien tidak pernah di rawat di RS, tidak pernah dioperasi, tidak alergi

obat, makan, dan klien juga tidak mempenyai kebiasaan merokok, alkohol dan

juga obat- obatan.

D.    Kebiasaan sehari-hari

1.    Nutrisi cairan / makanan

Nafsu makan klien menurun, jumlah makan klien 3x sehari, jumlah makan klien

yang masuk kurang satu porsi, klien sering makan makanan yang banyak

mengandung protein, mengandung karbonhidrat, dan yang mengandung kalsium

untuk menjaga kesehatan klien serta meningkat status nutrisi klien. Jumlah minum

klien 1000 cc / hari dengan air mineral.

2.   Eliminasi

Frekuensi BAB 1 x 24 jam, warna feses kuning, bau khas. Frekuensi BAK 2 x 24

jam, volume urine 400cc, warna kuning, bau urine khas.

3.   Aktivitas – latihan

Klien makan, mandi, berpakaian, kerapian, buang air besar, buang air kecil, di

bantu orang/ perawat.

4.   Tidur – istirahat

Klien tampak ada tidur siang kurang lebih 30 menit, tidur malam klien kurang

lebih 5 jam.

E.     Data psikologi

Klien ikhlas menerima keadaanya, walaupun suasana hatinya sedih, klien

tampak sering tersinggung dan mudah marah. Konsep diiri klien tampak menurun

karena faktor usia dan merupakan proses penuaan. Orientasi klien kurang baik

Page 11: Asuhan keperawatan Demensia

karena konsentrasi yang menurun sehingga klien mengalami penurunan daya ingat

dengan nilai 11 (berat) menyebabkan klien sulit melakukan aktifitas dan devisit

keperawatan diri. Memori klien pendek karena klien sering kali lupa jalan pulang

bila sedang berpergian, sulit untuk mandi, berpakaian, dan toileting.

Bahas klien kurang jelas dan bahasa yang digunakan klien kurang

dipahami oleh orang lain. klien mnegalami gangguan memori jangka pendek

dikernakan klien Tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam minggu

terakhir, bahkan klien sering lupa jalan saat perpergian, sulit bandi, berpakaian,

dan toileting.

F.     Data sosial

Hubungan klien dengan keluarga / kerabat kurang baik, hubungan klien dengan

penghuni lain kurang baik, hubungan dengan petugas kurang baik dan adat

istiadat yang dianut klien yaitu melayu. Dikarenakan klien mengalami gangguan

memori dan orentasi sehingga klien kurang berintraksi sosial dengan baik.

G.    Data spritual

klien menganut agama islam, klien tampak sering sholat dan sering berdoa.

H.    Pemeriksaan fisik

1.      Keadaan sakit

klien tampak sakit berat karena klien mengalami gangguan memori dan orientasi.

Selain itu klien tidak mampu melakukan devisit keperawan diri secara mandiri

melainkan membutuhkan bantuan orang.

2.      Tanda- tanda vital

Kesadaran klien komposmentis, klien masih dalam kesadaran penuh. Tekanan

darah 140/80 mmhg, nadi 75 x / menit, suhu 37oC menggunakan axila, RR :

24x/menit, pola pernapasan klien tampak teratur.

3.      Kepala

Bentuk kepala simetris, warna rambut memutih/ beruban, keadaan rambut rontok,

kulit kepala kotor dan bau.

4.      Mata/ penglihatan

Page 12: Asuhan keperawatan Demensia

Ketajaman penglihatan klien kabur, sclera putih dan jernih, ukuran isocor, warna

gelap, reaksi terhadap cahaya miosis. Refleks pupil sama besar, dan bereaksi

terhadap cahaya, konjungtiva anemis, lapang pandang kurang jelas, penglihatan

klien terasa kabur apabila tidak menggunakan kacamata.

5.      Hidung/penciuman

Bentuk simetris, struktur bagian dalam merah muda, fungsi penciuman klien

kurang baik.

6.      Telinga/ pendengaran

Warna kulit luar telinga bagian luar sawo matang, tidak terdapat lesi, kulit telinga

berkurang elastisitasnya. fungsi pendengaran kurang baik, tidak ada nyeri, tidak

menggunakan alat bantu pendengaran.

7.      Mulut/pengecap

Bibir berwarna pucat, simetris, kelembaban baik, mukosa mulut merah muda baik,

gigi kurang bersih, ada caries, gigi tidak lengkap, kaadaan gusi kurang baik, tidak

ada peradangan. Fungsi mengunyah kurang baik, fungsi pengecap tidak begitu

baik, fungsi bicara kurang jelas, bau mulut, refleks menelan juga kurang baik.

8.      Leher

Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening, kelenjar tryroid

dan sub mandibulalis baik, kaku kuduk dan sulit menelan tidak ada.

9.      Dada/pernapasan

I : bentuk dada simetris, kwalitas nafas cepat, klien tidak ada batuk dan tidak

menggunakan alat bantu pernapasan

P : tidak terdapat tonjolan, tactile fremitus seimbang kiri dan kanan

P : perkusi dada resonan

A : suara napas vesiculer

10.  Kardiovaskuler

I : bentuk jantung simetris.

P : Denyut nadi perifer teraba melemah, ictus kordis teraba.

P : Perkusi terdapat bunyi pekak

Page 13: Asuhan keperawatan Demensia

A : Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada bunyi tambahan), biasanya S1

terdengar lebih keras dari pada S2, namun nada S1 lebih rendah sedangkan S2

tinggi. Jarak antara bunyi lub dan dub sekitar 1 detik / kurang.

11.  Abdomen

I : Tidak terdapat lesi, dan perut pasien tidak membuncit.

A : Bising usus normal ( 10 x /menit )

P : Tidak teraba masa.

P : Perkusi terdengar : Tympani

12.  Muskulo skeletal

Kekuatan otot klien 4 dan terdapat kaku sendi, gaya berjalan klien lambat.

4444 4444

4444 4444

Ket : dapat gerak dan dapat melawan hambatan yang ringan.

13.  Keadaan neurologi

Penciuman pada klien terganggu N.1 (olfaktorius), penglihatan klien terganggu

N. II (optikus), refleks menelan klien terganggu N. V (trigeminus), dan pengecap

klien terganggu N. XII (hipoglosus) sedangkan untuk pendengaran klien masih

normal N. VII (koklearis).

14.  Integumen/kulit

Warna kulit telinga luar sawo matang, tekstur keriput, suhu kulit normal/ alamiah,

keadaan kuku klien tampak kotor.

15.  Catatan khusus

Klien tidak mengerti tentang kondisinya, hubungan klien dengan keluarga kurang

baik, orang yang paling dekat dengan klien hanya perawat.

I.       Informasi penunjang

Nama pasien : Tn.B

Diagnosa medik : Demensia

Tgl. Pengkajian : 20 januari 2013

1.         laboratorium

a)        Hb : 9 gr/ dl (P : 13-18 gr dan W : 12-16 gr)

b)        Leukosit : 11000 mm3 (4000 - 11000 / 5000 – 10000 mm3)

Page 14: Asuhan keperawatan Demensia

c)        Trombosit : 340.000/ mm3 (150.000 – 450.000/mm3)

2.      Pemeriksaan Status Mental Mini Exam (MMSE)

Nomor Identifikasi :

Nama Responden : Tn. B

Pendidikan : Wiraswasta

Umur : 79 Tahun

No Tes Nilai

Normal

Hasil

pemeriksaan

ORIENTASI

1. Sekarang (tahun), (musim), (bulan), ( tanggal), hari apa? 5 1

2. Kita berada dimana (Negara, propinsi, kota, rumah sakit, lantai

kamar)

5 1

REGISTRASI

3. Sebutkan 3 buah nama benda (apel, meja, atau koin), setiap benda

1 detik, pasien disuruh mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai

1 untuk setiap nama benda yang benar. Ulangi sampai pasien

dapat menyebutkan dengan benar dan catat jumlah pengulangan

3 1

ATENSI DAN KAKULASI

4. Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 tiap jawaban yang benar. Hentikan

setelah 5 jawaban. Atau disuruh mengeja tebalik kata “WAHYU”

(nilai di berikan huruf yang benar sebelum kesalahan: minsalnya

uyahw – 2 nilai

5 2

MENGINGAT KEMBALI (RECALL)

5. Pasien di suruh menyebutkan kembali 3 benda diatas 3 1

BAHASA

6. Pasien di suruh menyebut nama benda yang di tunjukkan (pensil,

buku)

2 1

7. Pasien di suruh mengulang kata-kata “namun”, “tanpa”, “bila” 1 1

8. Pasien di suruh melakukan perintah “ambil kertas itu dengan

tangan anda, lipatlah menjadi dua dan letaklah dilantai”

3 1

Page 15: Asuhan keperawatan Demensia

9. Pasien di suruh melakukan perintah “pejamkanlah mata anda” 1 1

10. Pasien disuruh menulis dengan spontan 1 1

11. Pasien disuruh menggambarkan bentuk dibawah ini 1 0

TOTAL 30 11

Tanggal : 18 januari 2013

Ket : Klien mengalami demensia berat yaitu 11 dengan rentang normal

0-15 berat.

3.    Obat –obatan

a.    Donezepil : 5 mg 3x/hari

b.    Anti depresi : citalopram 3x 10-20 mg

c.    Galantamine : 3x 3-5 mg

d.   Diet makanan lunak yang kalori penuh serta gizi yang baik

4.    Terapi simtomatik

a.    Latihan kemampun kognitif, dan mengasah pola fikir

b.    Terapi rekreasional dan aktifitas

A.    ANALISA DATA

Nama pasien : Tn. B

Umur : 79 tahun

N

O

DATA PENYEBAB MASALAH

1. DS:

        Petugas panti mengatakan klien sering

tersinggung dan mudah marah

        Perawat mengatakan klien sering lupa

perubahan

fisiologis

(degenerasi neuron

ireversibel)

Perubahan proses

pikir

Page 16: Asuhan keperawatan Demensia

jalan pulang bila berpergian

DO:

        Klien tampak mengalami gangguan

memori dan orientasi

        Klien tampak bingung

        Pemeriksaan MMSE: nilai 11 (berat)

2. DS:

        Petugas panti mengatakan klien sulit

mandi, berpakaian dan toileting

DO:

        Kuku klien tampak kotor

        Badan klien Bau

        Penampilan kurang menarik

        Kulit kepala kotor dan bau

        Mulut klien bau dan Tampak adanya

caries

Menurunya

kemampuan

merawat diri

defisit perawatan

diri

3. DS :

        Petugas panti mengatakan kekuatan

otot klien menurun sehingga klien

berjalan dengan lambat

DO :

        klien tampak sering mengalami kaku

sendi

        klien tampak menggunkan tongkat

        klien tampak berjalan dengan hati-

hati

kesulitan

keseimbangan

dalam beraktifitas

Risiko cidera

Page 17: Asuhan keperawatan Demensia

        kekuatan otot klien

4444 4444

4444 4444

Page 18: Asuhan keperawatan Demensia

2.      DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Perubahan proses pikir berhubungan dengan perubahan fisiologis

(degenerasi neuron ireversibel) ditandai dengan hilang ingatan atau

memori, hilang konsentrsi, tidak mampu menginterpretasikan stimulasi

dan menilai realitas dengan akurat.

b. Kurang perawatan diri berhubungan dengan intoleransi aktivitas,

menurunnya daya tahan dan kekuatan ditandai dengan penurunan

kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari.

c. Resiko terhadap cedera berhubungan dengan kesulitan keseimbangan,

kelemahan, otot tidak terkoordinasi, aktivitas kejang.

Page 19: Asuhan keperawatan Demensia

No

DxTujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Setelah diberikan tindakan

keperawatan diharapkan klien

mampu mengenali perubahan

dalam berpikir dengan KH:

a.     Mampu memperlihatkan

kemampuan kognitif untuk

menjalani konsekuensi

kejadian yang menegangkan

terhadap emosi dan pikiran

tentang diri.

b.     Mampu mengembangkan

strategi untuk mengatasi

anggapan diri yang negative.

c.     Mampu mengenali

tingkah laku dan faktor

penyebab.

a. Kembangkan lingkungan

yang mendukung dan

hubungan klien-perawat

yang terapeutik.

b. Pertahankan lingkungan

yang menyenangkan dan

tenang.

c. Tatap wajah ketika

berbicara dengan klien.

d. Panggil klien dengan

namanya.

e. Gunakan suara yang

agak rendah dan

berbicara dengan

perlahan pada klien.

a. Mengurangi kecemasan

dan emosional.

b. Kebisingan merupakan

sensori berlebihan yang

meningkatkan gangguan

neuron.

c. Menimbulkan perhatian,

terutama pada klien

dengan gangguan

perceptual.

d. Nama adalah bentuk

identitas diri dan

menimbulkan pengenalan

terhadap realita dan

klien.

e. Meningkatkan

pemahaman. Ucapan

tinggi dan keras

menimbulkan stress yg

mencetuskan konfrontasi

dan respon marah.

2 Setelah diberikan tindakan

keperawatan diharapkan klien

dapat merawat dirinya sesuai

dengan kemampuannya

dengan KH :

a.     Mampu melakukan

aktivitas perawatan diri sesuai

dengan tingkat kemampuan.

b.     Mampu mengidentifikasi

dan menggunakan sumber

pribadi/ komunitas yang dapat

memberikan bantuan.

a. Identifikasi kesulitan

dalam berpakaian/

perawatan diri, seperti:

keterbatasan gerak fisik,

apatis/ depresi,

penurunan kognitif

seperti apraksia.

b. Identifikasi kebutuhan

kebersihan diri dan

berikan bantuan sesuai

kebutuhan dengan

perawatan rambut/kuku/

kulit, bersihkan kaca

mata, dan gosok gigi.

c. Perhatikan adanya tanda-

tanda nonverbal yang

a. Memahami penyebab yang

mempengaruhi intervensi.

Masalah dapat

diminimalkan dengan

menyesuaikan atau

memerlukan konsultasi

dari ahli lain.

b. Seiring perkembangan

penyakit, kebutuhan

kebersihan dasar mungkin

dilupakan.

c. Kehilangan sensori dan

penurunan fungsi bahasa

Page 20: Asuhan keperawatan Demensia