asma

46
Irwan,General Assessment.Doc LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA DI RUANG HND ANAK RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : FAUZI RAMDANI NIM 09010067

Upload: lovely99dyah

Post on 06-Aug-2015

37 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN DENGAN ASMA

DI RUANG HND ANAK RSU Dr. SAIFUL ANWARMALANG

Oleh :

FAUZI RAMDANINIM 09010067

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATANUNIVERSITAS MUHAMMADYAH MALANG

2012

Page 2: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATANPADA PASIEN DENGAN ASMA

DI RUANG HND ANAK RSU Dr. SAIFUL ANWARMALANG

Pembimbing Akademik

Pria Wahyu Romadhon G, S.Kep, Ns

Pembimbing Klinik

Irwan Subekti, S.Kep, Ns

Page 3: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN ASMA

A. Konsep dasar

1. Pengertian

a. Asthma Bronkiale

Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang berlebihan

dari trakea dan bronkus terhadap berbagai macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran

nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah

mendapat pengobatan,(Tjen Daniel, 1991).

b. Status Astmatikus

Status Asthmatikus merupakan serangan asthma berat yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan

konvensional dan merupakan keadaan darurat medik ,bila tidak diatasi dengan cepat akan terjadi gagal

pernafasan,(Aryanto Suwondo, karnen B. Baratawidjaja, 1995).

Faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah

a. Anatomi dan fisiologi

Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen

kedalam tubuh. Serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai sisa

dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi

(Lorraine M.wilson,1995).

Secara garis besar saluran pernafasan dibagi menjadi dua zona, zona konduksi yang dimulai dari

hidung, faring, laring,trakea, bronkus, bronkiolus segmentalis dan berakir pada bronkiolus terminalis.

Sedangkan zona respiratoris dimulai dari bronkiolus respiratoris, duktus alveoli dan berakhir pada sakus

alveulus terminalis (N.L.G.Yasmin, 1995 dan Syaifuddin,1997).

Saluran pernafasan mulai dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa yang

bersilia. Ketika udara masuk kerongga hidung, udara tersebut disaring, dihangatkan dan dilembabkan.

Ketiga proses ini merupakan fungsi utama dari mukosa respirasi yang terdiri dari epiotel thorak yang

bertingkat, bersilia dan bersel goblet.Permukaan epitel dilapisi oleh lapisan mukus yang sisekresi sel goblet

dan kelenjar serosa. Partikel-partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut-rambut yang terdapat

dalam lubang hidung. Sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mukus untuk kemudian

dibatukkan atau ditelan. Air untuk kelembapan diberikan oleh lapisan mukus, sedangkan panas yang

disuplai keudara inspirasi berasal dari jaringan dibawahnya yang kaya dengan pembulu darah, sehingga

bila udara mencapai faring hampir bebas debu,bersuhu mendekati suhu tubuh dan kelembapanya mencapai

100%(Lorraine M. Wilson, 1995).

Udara mengalir dari hidung kefaring yang merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan

dan jalan makanan. Faring dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu : nasofaring, orofaring dan laringofaring.

Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa tempat terdapat follikel getah bening yang

dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat dua buah tonsil kiri dan kanan dari tekak, (Syaifuddin,1997).

Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak didepan bagian

faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke trakea di bawahnya (Syaifuddin,1997). Laring

merupakan rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot dan mengandung pita suara.

Diantara pita suara terdapat glotis yang merupakan pemisah saluran pernafasan bagian atas dan bawah.

Pada saat menelan, gerakan laring keatas, penutupan dan fungsi seperti pintu pada aditus laring dari

epiglotis yang berbentuk daun berperan untuk mengarahkan makanan ke esofagus, tapi jika benda asing

Page 4: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

masih bisa melampaui glotis, maka laring mempunyai fungsi batuk yang akan membantu merngeluarkan

benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan bagian bawah, (Larroin M.W, 1995).

Trakea dibentuk 16 sampai dengan 20 cincin tulang rawan, yang berbentuk seperti kuku kuda

dengan panjang kurang lebih 5 inci (9-11 cm), lebar 2,5 cm, dan diantara kartilago satu dengan yang lain

dihubaungkan oleh jaringan fibrosa, sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar(sel

bersilia) yang hanya bergerak keluar. Sel-sel bersilia ini berguna untuk mengeluarkan benda-benda asing

yang masuk bersama udara pernafasan, dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot

polos dan lapisan mukusa, (Syaifuddin,1997).

Bronkus merupakan lanjutan dari trakea ada dua buah yamg terdapat pada ketinggian vertebra

torakalis ke IV dan V. Sedangkan tempat dimana trakea bercabang menjadi bronkus utama kanan dan kiri

disebut karina. Karina memiliki banyak syaraf dan dapat menyebabkan bronkospasme dan batuk yang kuat

jika batuk dirangsang . Bronkus utama kanan lebih pendek , lebih besar dan lebih vertikal dari yang kiri.

Terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai tiga cabang. Bronkus utama kiri lebih panjang,dan lebih kecil, terdiri

dari 9-12 cicin serta mempunyai dua cabang,(Syaifuddin,1997).

Bronkiolus terminalis merupakan saluran udara kecil yang tidak mengandung alveoli (kantung

udara) dan memiliki garis 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang rawan, tapi dikelilingi oleh

otot polos sehingga ukuranya dapat berubah. Seluruh saluran uadara ,mulai dari hidung sampai bronkiolus

terminalis ini disebut saluran penghantar udara atau zona konduksi. Bronkiolus ini mengandung kolumnar

epitellium yang mengandung lebih banyak sel goblet dan otot polos, diantaranya strecch reseptor yang

dilanjutkan oleh nervus vagus,(Lorraine M. Wilson,1995).

Setelah bronkiolus terminalis terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru , yaitu

tempat pertukaran gas. Asinus terdiri dari : Bronkiolus respiratoris, duktus alveolaris dan sakus alveolaris

terminalis yang merupakan struktur akhir dari paru. (Lorraine M.Wilson,1995 ).

Secara garis besar fungsi pernafasan dapat dibagi menjadi dua yaitu pertukaran gas dan

keseimbangan asam basa. Fungsi pertukaran gas ada tiga proses yang terjadi. Pertama ventilasi, merupakan

proses pergerakan keluar masuknya udara melalui cabang-cabang trakeo bronkial sehingga oksigen sampai

pada alveoli dan karbondioksida dibuang. Pergerakan ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan. Udara

akan mengalir dari tekanan yang tianggi ke tekanan yang rendah. Selama inspirasi volume thorak

bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat. Peningkatan volume ini menyebabkan

menurunan tekanan intra pleura dari –4 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfir) menjadi sekita –8mmHg.

Pada saat yang sama tekanan pada intra pulmunal menurun –2 mmHg (relatif terhadap tekanan atmosfir).

Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menyebabkan udara mengalir kedalam paru sampai

tekanan saluran udara sama dengan tekanan atmosfir. Pada ekspirasi tekanan intra pulmunal bisa

meningkat 1-2 mmHg akibat volume torak yang mengecil sehingga udara mengalir keluar paru,(Lorraine

M. Wilson,1995).

Proses kedua adalah difusi yaitu masuknya oksigen dari alveoli ke kapiler melalui membran

alveoli-kapiler. Proses ini terjadi karena gas mengalir dari tempat yang tinggai tekanan parsialnya ketempat

yang lebih rendah tekanan partialnya. Oksigen dalam alveoli mempunyai tekanan partial yang lebih tinggi

dari oksigen yang berada didalam darah. Karbondioksida darah lebih tinggi tekanan partialnya dari pada

karbondioksida dialveoli. Akibatnya karbondioksida mengalir dari darah ke alveoli,(John Gibson,1995).

Proses ketiga adalah perfusi yaitu proses penghantaran oksigen dari kapiler ke jaringan

melalui transpor aliran darah. Oksigen dapat masik ke jaringan melalui dua jalan : pertama secara fisik larut

dalam plasma dan secara kimiawi berikata dengan hemoglobin sebagai oksihemoglobin, sedangkan

karbondioksida ditransportasi dalam darah sebagai bikarbonat, natrium bikarbonat dalam plasma dan

Page 5: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

kalium bikarbonat dalam sel-sel darah merah. Satu gram hemoglobin dapat mengika 1,34 ml oksigen.

Karena konsentrasi hemoglobin rata-rata dalam darah orang dewasa sebesar 15 gram, maka 20,1 ml

oksigen bila darah jenuh total ( Sa O2 = 100% ),bila darah teroksigenasi mencapai jaringan . Oksigen

mengalir dari darah masuk ke cairan jaringan karena tekanan partial oksigen dalam darah lebih besar dari

pada tekanan dalam cairan jaringan. Dari dalam cairan jaringan oksigen mengalir kedalan sel-sel sesuai

kebutuhan masing-masing. Sedangkan karbondioksida yang dihasilkan dalam sel mengalir kedalam cairan

jaringan. Tekanan partial karbondioksida dalam jaringan lebih besar dari pada tekanan dalam darah maka

karbondioksida mengalir dari cairan jaringan kedalam darah (Lorraine M.Wilson, 1995).

Fungsi sebagain pengaturan keseimbangan asam basa : pH darah yang normal berkisar 7,35

– 7,45. Sedangkan manusia dapat hidup dalam rentang pH 7,0 – 7,45. Pada peninggian CO2 baik karena

kegagalan fungsi maupun tambahnya produksi CO2 jaringan yang tidak dikompensasi oleh paru

menyebabkan perubahan pH darah. Asidosis respiratoris adalah keadaan terjadinya retensi CO2 atau CO2

yang diproduksi oleh jaringan lebih banyak dibandingkan yang dibebaskan oleh paru. Sedangkan alkalosis

respiratorius adalah suatu keadaan Pa CO2 turun akibat hiper ventilasi, (Hudak dan Gallo,1997 ).

b. Patofisiologi

Suatu serangan asthma timbul karena seorang yang atopi terpapar dengan alergen yang ada dalam

lingkungan sehari-hari dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ). Faktor atopi itu diturunkan. Alergen yang

masuk kedalam tubuh melalui saluran nafas, kulit, dan lain-lain akan ditangkap makrofag yang bekerja

sebagai antigen presenting cell (APC). Setelah alergen diproses dalan sel APC, alergen tersebut

dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan signal kepada sel B dengan dilepaskanya interleukin 2 ( IL-2

) untuk berpoliferasi menjadi sel plasma dan membentuk imunoglobulin E ( IgE ).

IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalan

sirkulasi. Bila proses ini terjadai pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi

rentan. Bila orang yang sudah rentan itu terpapar kedua kali atau lebih dengan alergen yang sama, alergen

tersebut akan diikat oleh Ig E yang sudah ada dalam permukaan mastoit dan basofil. Ikatan ini akan

menimbulkan influk Ca++ kedalam sel dan perubahan didalam sel yang menurunkan kadar cAMP.

Penurunan pada kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel. Degranulasi sel ini akan menyebabkan

dilepaskanya mediator-mediator kimia yang meliputi : histamin, slow releasing suptance of anaphylaksis

( SRS-A), eosinophilic chomotetik faktor of anaphylacsis (ECF-A) dan lain-lain. Hal ini

akanmenyebabakan timbulnya tiga reaksi utama yaitu : kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang

besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang

berperan dalam terjadinya edema mukosa yang menambah semakin menyempitnya saluran nafas ,

peningkatansekresi kelenjar mukosa dan peningkatan produksi mukus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan

gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi

gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia, hiperkapnea dan asidosis pada tahap yangsangat

lanjut, (Barbara C.L,1996, Karnen B. 1994, William R.S. 1995 )

Berdasarkan etiologinya, asthma dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu asthma intrinsik dan

asthma ektrinsik. Asthma ektrinsik (atopi) ditandai dengan reaksi alergik terhadap pencetus-pencetus

spesifik yang dapat diidentifikasi seperti : tepung sari jamur, debu, bulu binatang, susu telor ikan obat-

obatan serta bahan-bahan alergen yang lain. Sedangkan asthma intrinsik ( non atopi ) ditandai dengan

mekanisme non alergik yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik seperti : Udara dingin, zat

kimia,yang bersifat sebagai iritan seperti : ozon ,eter, nitrogen, perubahan musim dan cuaca, aktifitas fisik

yang berlebih , ketegangan mental serta faktor-faktor intrinsik lain. ( Antoni C, 1997 dan Tjen Daniel, 1991

).

Page 6: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Serangan asthma mendadak secara klinis dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama

ditandai dengan batuk-batuk berkala dan kering. Batuk ini terjadi karena iritasi mukosa yang kental dan

mengumpul. Pada stadium ini terjadi edema dan pembengkakan bronkus. Stadiun kedua ditandai dengan

batuk disertai mukus yang jernih dan berbusa. Klien merasa sesak nafas, berusaha untuk bernafas dalam,

ekspirasi memanjang diikuti bunyi mengi (wheezing ). Klien lebih suka duduk dengan tangan diletakkan

pada pinggir tempat tidur, penberita tampak pucat, gelisah, dan warna kulit sekitar mulai membiru.

Sedangkan stadiun ketiga ditandai hampir tidak terdengarnya suara nafas karena aliran udara kecil, tidak

ada batuk,pernafasan menjadi dangkal dan tidak teratur, irama pernafasan tinggi karena asfiksia, ( Tjen

daniel,1991 ).

c. Penatalaksanaan

Pengobatan asthma secara garis besar dibagi dalam pengobatan non farmakologik dan pengobatan

farmakologik.

1. Penobatan non farmakologik

a) Penyuluhan

Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang penyakit asthma

sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara

benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.

b) Menghindari faktor pencetus

Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada

lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk

pemasukan cairan yang cukup bagi klien.

c) Fisioterapi

Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan

dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

2. Pengobatan farmakologik

a) Agonis beta

Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan

pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent,

metrapel ).

b) Metil Xantin

Golongan metil xantin adalan aminophilin dan teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta

agonis tidak memberikan hasil yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg

empatkali sehari.

c) Kortikosteroid

Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan

kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800

empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping

maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.

d) Kromolin

Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2

kapsul empat kali sehari.

e) Ketotifen

Page 7: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan

secara oral.

f) Iprutropioum bromide (Atroven)

Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.

(Evelin dan joyce L. kee, 1994 ; Karnen baratawijaja, 1994 )

3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus

a) Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam

b) Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul

c) Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5

mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.

d) Terbutalin 0,25 mg/6 jam secara sub kutan.

e) Dexamatason 10-20 mg/6jam secara intra vena.

f) Antibiotik spektrum luas.

(Pedoman penatalaksanaan status asthmatikus UPF paru RSUD Dr Soetomo Surabaya ).

Dampak masalah

a. Pada klien

Penderita asthma harus merubah gaya hidup sehari-hari untuk menghindari faktor pencetus.

Perubahan ini dimulai dari lingkungan hidup sanpai dengan lingkungan kerja. Pada klien dengan serangan

asthma, maka terjadi penurunan nafsu makan, minum sehingga mempengarui status nutrisi klien. Dalam

istirahat klien sangat terganggu sehingga dapat menyebabkan kelelahan. Adanya ketidakseimbangan antara

kebutuhan dan penyediaan oksigen mempengarui toleransi dalam melakukan aktivitas, kelelahan cepat

lelah dan ketidak mampuan memenuhi ADL. Klien dapat tumbuh dan berkembang menjadi rendah diri,

merasa tidak mampu, berkepribadian labil,mudah tersinggung,gelisah dan cemas. Adanya keterbatasan

aktifitas, klien lebih tergantung pada orang lain, terkadang klien tidak dapat berperan sesuai dengan

peranya, (Antony C. 1997 ; Tjen daniel, 1991).

b. Pada keluarga

Melihat kondisi klien dengan gejala asthma dan dirawat dirumah sakit, tentang penyebab, prognosa

penyakit dan keberhasilan dari terapi, akan menimbulkan kecemasan pada keluarga. Perlunya klien

dirawat dirumahsakit menimbulkan respon kehilangan pada keluarga yang ditinggalkan. Peran klien dalam

keluarga sebagai sumber ekonomi akan terganggu karena klien tidak bisa masuk kerja serta perawatan dan

biaya rumah sakit yang tidak sedikit akan menjadi beban bagi keluarga.

B. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerjasama antara perawat

dengan klien, keluarga, atau masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang, optimal didalam memberikan

asuhan keperawatan dugunakan metode proses keperawatan yang meliputi:pengkajian, diagnosa keperawatanm,

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1. Pengkajian

a. Pengumpulan data.

1) Identitas klien.

Pengajian mengenai nama, umur danjenis kelamin perlu di kaji pada penyakit status

asthmatikus. Serangan asthma pada usia dini memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat

status atopi. Sedangkan serangan pada usia dewasa di mingkinkan adanya faktor non atopi. Alamat

menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat mengetahui kemungkinan faktor

Page 8: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

pencetus serangan asthma. Status perkawinan, gangguan emosional yang timbul dalam keluarga atau

lingkungan merupakan faktor pencetus serangan asthma, pekerjaan, serta bangsa perlu juga digaji

untuk mengetahui adanya pemaparan bahan elergen. Hal lain yang perlu dikaji tentang : Tanggal

MRS, Nomor Rekam Medik, dan Diagnosa medis. (Antony C, 1997; M Amin 1993; karnen B 1994).

2) Riwayat penyakit sekarang.

Klien dengan serangan asthma datang mencari pertolongan dengan keluhan, terutama sesak

napas yang hebat dan mendadak kemudian diikuti dengan gejala-gejala lain yaitu : Wheezing,

Penggunaan otot bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan kesadaran, Sianosis serta perubahan tekanan

darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya serangan.

3) Riwayat penyakit dahulu.

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi saluran napas atas, sakit

tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung. Riwayat serangan asthma frekuensi, waktu, alergen-

alergen yang dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang dilakukan untuk

meringankan gejala asthma (Tjen Daniel, 1991)

4) Riwayat kesehatan keluarga.

Pada klien dengan serangan status asthmatikus perlu dikaji tentang riwayat penyakit asthma

atau penyakit alergi yang lain pada anggota keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit asthma

ini lebih ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan, (Hood Alsagaf, 1993)

5) Riwayat spikososial

Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan asthma baik

ganguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar sampai lingkungan kerja. Seorang yang

punya beban hidup yang berat berpotensial terjadi serangan asthma. yatim piatu, ketidak harmonisan

hubungan dengan orang lain sampai ketakutan tidak bisa menjalankan peranan seperti semula,

(Antony Croket, 1997 dan Tjen Daniel, 1991).

6) Pola fungsi kesehatan

a) Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat

Gejala asthma dapat membatasi manusia untuk berprilaku hidup normal sehingga klien

dengan asthma harus merubah gaya hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi

serangan asthma (Antony Crokett ;1997, Tjien Daniel ;1991, Karnen B;1994)

b) Pola nutrisi dan metabolisme

Perlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah, frekuensi, dan kesulitan-

kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Serta pada klien sesak, potensial sekali terjadinya

kekurangan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini karena dipsnea saat makan, laju

metabolisme serta ansietas yang dialami klien, (Hudak dan Gallo;1997)

c) Pola eliminasi

Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna bentuk, kosentrasi,

frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam melaksanakannya.

d) Pola tidur dan istirahat

Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi berapa lama klien tidur

dan istirahat. Serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami klien. Adanya wheezing, sesak

dan ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien, ( Antony C;1997)

e) Pola aktifitas dan latihan

Page 9: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian klien seperti olah raga, bekerja dan aktifitas

lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor pencetus terjadinya asthma yang disebut dengan

Exerase Induced Asthma, (Tjien Daniel;1991)

f) Pola hubungan dan peran

Gejala asthma sangat membatasi gejala klien untuk menjalani kehidupan secara normal.

Klien perlu menyesuaikan kondisinya dengan hubungan dan peran klien baik dilingkungan

rumah tangga, masyarakat ataupun lingkungan kerja, (Antony C, 1997)

g) Pola persepsi dan konsep diri

Perlu dikaji tentang persepsi klien tarhadap penyakitnya. Persepsi yang salah dapt

menghambat respon kooperatif pada diri klien. Cara memandang diri yang salah juga akan

menjadi stresor dalam kehidupan klien. Semakin banyak stresor yang ada pada kehidupan klien

dengan asthma meningkatkan kemungkinan serangan asthma yang berulang.

h) Pola sensori dan kognetif

Kelainan pada pola persepsi dan kognetif akan memepengaruhi konsep diri klien dan

akhirnya mempengaruhi jumlah stresor yang dialami klien sehingga kemungkinan terjadi

serangan asthma yang berulangpun akan semakin tinggi.

i) Pola reproduksi seksual

Reproduksi seksual merupakan kebutuhan dasar manusia, bila kebutuhan ini tidak

terpenuhi akan terjadi masalah dalam kehidupan klien. Masalah ini akan menjadi stressor yang

akan meningkatkan kemungkinan terjadinya serangan asthma.

j) Pola penangulangan stress

Stress dan ketegangan emosional merupakan faktor instrinsik pencetus serangan asthma

maka perlu dikaji penyebab terjadinya stres. Frekuensi dan pengaruh terhadap kehidupan klien

serta cara penanggulangan terhadap stresor, (Tjien Daniel;1991)

k) Pola tata nilai dan kepercayaan

Kedekatan klien pada sesuatu yang ia yakini dunia percayai dapat meningkatkan kekuatan

jiwa klien. Keyakinan klien terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta pendekatan diri pada Nya

merupakan metode penanggulangan stres yang konstruktif

2) Pemeriksaan fisik

a) Status kesehatan umum

Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan

darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan

sianosis batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien (Laura A. T.; 1995, Karnen

B ;19983).

b) Integumen

Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,

kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau

tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.

(Karnen B ;1994, Laura A. Talbot; 1995).

c) Kepala.

Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat trauma, adanya

keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang ataupun hilang kesadaran.(Laura

A.Talbot;1995).

d) Mata.

Page 10: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres yang di rasakan klien.

Serta riwayat penyakit mata lainya (Laura A. Talbot ; 1995)).

e) Hidung

Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung,rinitis alergi dan fungsi olfaktori

(Karnen B.;1994, Laura A. Talbot;1995)

f) Mulut dan laring

Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan mengunyah, dan sakit

pada tenggorok serta sesak atau perubahan suara. (Karnen B.:1994)).

g) Leher

Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesran tiroid serta penggunaan

otot-otot pernafasan (Karnen B.;1994).

h) Thorak

(1) Inspeksi

Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter

anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi

peranfasan.(Karnen B.;1994, Laura A.T.;1995).

(2) Palpasi.

Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus (Laura A.T.;1995).

(3) Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi

datar dan rendah. (Laura A.T.;1995).

(4) Auskultasi.

Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau

lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing. (Karnen B .;1994).

i) Kardiovaskuler.

Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas dan hyperinflasi suara

jantung melemah. Tekanan darah dan nadi yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus,

(Robert P.;1994, Laura A. T.;1995).

j) Abdomen.

Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi karena dapat

merangsang serangan asthma frekwensi pernafasan, serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi

(Hudak dan Gallo;1997, Laura A.T.;1995).

k) Ekstrimitas.

Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi pada extremitas karena

dapat merangsang serangan asthma,(Laura A.T.;1995).

3) Pemeriksaan penunjang.

a) Pemeriksaan spinometri.

Pemeriksaan ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol

golongan adrenergik. Peningkatan FEV atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan

diagnosis asthma, (Karnen B;1998).

b) Tes provokasi brokial.

Dilakukan jika pemeriksaan spinometri internal. Penurunan FEV, sebesar 20% atau lebih

setelah tes provokasi dan denyut jantung 80-90 % dari maksimum di anggap bermakna bila

menimbulkan penurunan PEFR 10 % atau lebih,(Karnen B.;1998).

Page 11: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

c) Pemeriksan tes kulit.

Untuk menunjukan adanya antibodi IgE hipersensitif yang spesifik dalam tubuh, (Karnen

B.;1998).

d) Laboratorium.

(1) Analisa gas darah.

Hanya di lakukan pada serangan asthma berat karena terdapat hipoksemia, hyperkapnea,

dan asidosis respiratorik,(Karnen B.;1998).

(2) Sputum.

Adanya badan kreola adalah karakteristik untuk serangan Asthma yang berat, karena hanya

reaksi yang hebat saja yang menyebabkan transudasi dari adema mukasa, sehingga

terlepaslah sekelompok sel – sel epitel dari perlekatannya. Peawarnaan gram penting untuk

melihat adanya bakteri, diikuti kultur dan uji resistensi terhadap beberapa antibiotik,

(Arjadiono T.;1995).

(3) Sel eosinofil

Pada penderita status asthmatikus sel eosinofil dapat mencapai 1000 – 1500 /mm3 baik

asthma Intrinsik ataupun extrinsik, sedangkan hitung sel eosinofil normal antara

100-200/mm3. Perbaikan fungsi paru disertai penurunan hitung jenis sel eosinofil

menunjukkan pengobatan telah tepat,(Arjadiono T.;1995).

(4) Pemeriksaan darah rutin dan kimia

Jumlah sel leukosit lebih dari 15.000 terjadi karena adanya infeksi. SGOT dan SGPT

meningkat disebabkan karena kerusakkan hati akibat hipoksia atau hiperkapnea,(Arjadiono

T.;1995).

e) Radiologi

Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk menyingkirkan adanya proses patologik diparu

atau komplikasi asthma seperti pneumothorak, pneumomediastinum, atelektosis dan lain – lain,

(Karnen B.;1998).

f) Elektrokardiogram

Perubahan EKG didapat pada 50% penderita Status Asthmatikus, ini karena hipoksemia,

perubahan pH, hipertensi pulmunal dan beban jantung kanan . Sinus takikardi – sering terjadi

pada asthma.

b. Analisa data

Data yang dikumpulkan harus dianalisa untuk menentukan masalah klien. Analisa data merupakan

proses intelektual yang meliputi pengelompokan data, mengidentifikasi kesenjangan dan menentukan pola

dari data yang terkumpul serta membandingkan susunan atau kelompok data dengan standart nilai normal,

menginterprestasikan data dan akhirnya membuat kesimpulan. Hasil dari analisa adalah pernyataan

masalah keperawatan.

2. Diagnosa Keperawatan .

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status kesehatan atau masalah aktual atau

potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintesis data klinis dan

menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien

yang ada pada tanggung jawabnya, (Lismidar ; 1992).

Berikut adalah diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien status astmatikus.

a. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental peningkatan produksi

mukus dan bronkospasme (Lindajual C.;1995).

Page 12: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada dan kelelahan akibat kerja

pernafasan, (Hudak dan Gallo ;1997).

c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi. (Lindajual C;1995).

d. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan sekresi, peningkatan kerja

pernafasan dan proses penyakit,(Susan Martin Tucker;1993).

e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan laju

metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan ansietas, (Hudak dan Gallo;1997).

f. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk tidak efektif dan imobilisasi, (Hudak

dan Gallo;1997).

g. Resiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan retensi CO2 hipoksemia, emosi terfokus pada pernafasan

dan apnea tidur, (Hudak dan Gallo;1997).

h. Resiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi dan

perawatan diri saat pulang,(Susan Martin Tucker;1993).

3. Perencanaan

Setelah pengumpulan data klien, mengorganisasi data dan menetapkan diagnosis keperawatan maka

tahap berikutnya adalah perencanaan . Pada tahap ini perawat membuat rencana perawatan dan menentukan

pendekatan apa yang digunakan untuk memecahkan masalah klien. Ada tiga pase pada tahap perencanaan yaitu

menentukan prioritas, menentukan tujuan dan merencanakan tindakan keperawatan, (Lismidar;1992).

Perencanaan dari diagnosis – diagnosis keperawatan diatas adalah sebagai berikut:

a. Ketidak efektifan jalan nafas yang berhubungan dengan sekresi kental peningkatan produksi mukus

bronkospasme.

1) Tujuan

Jalan nafas menjadi efektif.

2) Kriteria hasil

(a) menentukan posisi yang nyaman sehingga memudahkan peningkatan pertukaran gas.

(b) dapat mendemontrasikan batuk efektif

(c) dapat menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi

(d) tidak ada suara nafas tambahan

3) Rencana tindakan

(a) Kaji warna, kekentalan dan jumlah sputum

(b) Instruksikan klien pada metode yang tepat dalam mengontrol batuk.

(c) Ajarkan klien untuk menurunkan viskositas sekresi

(d) Auskultasi paru sebelum dan sesudah tindakan

(e) Lakukan fisioterapi dada dengan tehnik drainage postural,perkusi dan fibrasi dada.

(f) Dorong dan atau berikan perawatan mulut

4) Rasional

(a) Karakteristik sputrum dapat menunjukkan berat ringannya obstruksi

(b) Batuk yang tidak terkontrol melelahkan dan inefektif serta menimbulkan frustasi

(c) Sekresi kental sulit untuyk dikeluarkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus yang dapat

menimbulkan atelektasis.

(d) Berkurangnya suara tambahan setelah tindakan menunjukan keberhasilan

(e) Fisioterpi dada merupakan strategi untuk mengeluarkan sekret.

(f) Hygiene mulut yang baik meningkatkan rasa sehat dan mencegah bau mulut.

Page 13: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

b. Ketidak efektifan pola nafas yang berhubungan dengan distensi dinding dada, dan kelelahan akibat

peningkatan kerja pernafasan.

1) Tujuan

Klien akan mendemontrasikan pola nafas efektif

2) Kriteria hasil

(a) Frekuensi nafas yang efektif dan perbaikan pertukaran gas pada paru

(b) Menyatakan faktor penyebab dan cara adaptif mengatasi faktor-faktor tersebut

3) Rencana tindakan

(a) Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan

(b) Posisikan klien dada posisi semi fowler

(c) Alihkan perhatian individu dari pemikiran tentang keadaan ansietas dan ajarkan cara bernafas

efektif

(d) Minimalkan distensi gaster

(e) Kaji pernafasan selama tidur

(f) Yakinkan klien dan beri dukungan saat dipsnea

4) Rasional

(a) Takipnea, irama yang tidak teratur dan bernafas dangkal menunjukkan pola nafas yang tidak

efektif

(b) Posisi semi fowler akan menurunkan diafragma sehingga memberikan pengembangan pada organ

paru

(c) Ansietas dapat menyebabkan pola nafas tidak efektif

(d) Distensi gaster dapat menghambat kontraksi diafragma

(e) Adanya apnea tidur menunjukkan pola nafas yang tidak efektif

(f) Rasa ragu–ragu pada klien dapat menghambat komunikasi terapeutik.

c. Ansietas yang berhubungan dengan sulit bernafas dan rasa takut sufokasi.

1) Tujuan

Asietas berkurang atau hilang.

2) Kriteria hasil

(a) Klien mampu menggambarkan ansietas dan pola fikirnya.

(b) Munghubungkan peningkatan psikologi dan kenyaman fisiologis.

(c) Menggunakan mekanisme koping yang efektif dalam menangani ansietas.

3) Rencana tindakan.

(a) Kaji tingkat ansietas yang dialami klien.

(b) Kaji kebiasaan keterampilan koping.

(c) Beri dukungan emosional untuk kenyamanan dan ketentraman hati.

(d) Implementasikan teknik relaksasi.

(e) Jelaskan setiap prosedur tindakan yang akan dilakukan.

(f) Pertahankan periode istirahat yang telah di rencanakan.

4) Rasional.

(a) Mengetahui tinggkat kecemasan untuk memudahkan dalam perencanaan tindakan selanjutnya.

(b) Menilai mekanisme koping yang telah dilakukan serta menawarkan alternatif koping yang bisa di

gunakan.

(c) Dukungan emosional dapat memantapkan hati untuk mencapai tujuan yang sama.

Page 14: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

(d) Relaksasi merupakan salah satu metode menurunkan dan menghilangkan kecemasan

(e) Pemahaman terhadap prosedur akan memotifasi klien untuk lebih kooperatif.

d. Kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2, peningkatan sekresi, peningkatan

pernafasan, dan proses penyakit.

1) Tujuan

Klien akan mempertahankan pertukaran gas dan oksigenasi adekuat.

2) Kreteria hasil

(a) Frekuensi nafas 16 – 20 kali/menit

(b) Frekuensi nadi 60 – 120 kali/menit

(c) Warna kulit normal, tidak ada dipnea dan GDA dalam batas normal

3) Rencana tindakan

(a) Pantauan status pernafasan tiap 4 jam, hasil GDA, pemasukan dan haluaran

(b) Tempatkan klien pada posisi semi fowler

(c) Berikan terapi intravena sesuai anjuran

(d) Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 l/mt selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2

(e) Berikan pengobatan yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda – tanda toksisitas

4) Rasional

(a) Untuk mengidentifikasi indikasi kearah kemajuan atau penyimpangan dari hasil klien

(b) Posisi tegak memungkinkan expansi paru lebih baik

(c) Untuk memungkinkan rehidrasi yang cepat dan dapat mengkaji keadaan vaskular untuk

pemberian obat – obat darurat.

(d) Pemberian oksigen mengurangi beban otot – otot pernafasan

(e) Pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronkus seperti kondisi sebelumnya

(f) Untuk memudahkan bernafas dan mencegah atelektasis

e. Resiko tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan laju

metabolik tinggi, dipsnea saat makan dan ansietas

3) Tujuan

Pemenuhan kebutuhan nutrisi terpenuhi

4) Kriteria hasil

(a) Klien menghabiskan porsi makan di rumah sakit

(b) Tidak terjadi penurunan berat badan

5) Rencana tindakan

(a) Mengidentifikasi faktor yang dapat menimbulkan nafsu makan menurun misalnya muntah

dengan ditemukannya sputum yang banyak ataupun dipsnea.

(b) Anjurkan klien untuk oral hygiene paling sedikit satu jam sebelum makan.

(c) Lakukan pemeriksaan adanya suara perilstaltik usus serta palpasi untuk mengetahui adanya masa

pada saluran cerna

(d) Berikan diit TKTP sesuai dengan ketentuan

(e) Bantu klien istirahat sebelum makan

(f) Timbang berat badan setiap hari

6) Rasional

(a) Merencanakan tindakan yang dipilih berdasarkan penyebab masalah.

Page 15: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

(b) Dengan perawatan mulut yang baik akan meningkatkan nafsu makan.

(c) Mengetahui kondisi usus dan adanya dan konstipasi.

(d) Memenuhi jumlah kalori yang dibutuhkan oleh tubuh.

(e) Kelelahan dapat menurunakn nafsu makan.

(f) Turunya berat badan mengindikasikan kebutuhan nutrisi kurang.

f. Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan retensi sekresi, batuk tidak efektif dan imobilisasi.

1) Tujuan

Klien tidak mengalami infeksi nosokomial

2) Kriteria hasil

Tidak ada tanda – tanda infeksi

3) Rencana tindakan

(a) Monitor tanda – tanda infeksi tiap 4 jam.

(b) Gunakan teknik steril untuk perawatan infus. atau tidakan infasif lainnya.

(c) Pertahankan kewaspadaan umum.

(d) Inspeksi dan catat warna, kekentalan dan jumlah sputum.

(e) Berikan nutrisi yang adekuat

(f) Monitor sel darah putih dan laporkan ketidak normalan

(g) Berikan antibiotik sesuai dengan indikasi

4) Rasional

(a) Adanya rubor, tumor, dolor, kalor menunjukan tanda – tanda infeksi

(b) Teknik steril memutus rantai infeksi nosokomial

(c) Kewaspadaan memberikan persiapan yang cukup bagi perawat untuk melakukan tindakan bila

ada perubahan kondisi klien.

(d) Sputum merupakan media berkembangnya kuman.

(e) Nutrisi yang adekuat memberikan peningkatan daya tahan tubuh.

(f) Sel darh putih yang meningkat menunjukan kemungkinan infeksi.

(g) Tindakan pencegahan terhadap kuman yang masuk tubuh.

g. Resiko tinggi kelelahan yang berhubungan dengan refensi CO2, hypoksemia, emosi yang terfokus pada

pernafasan dan apnea tidur.

1) Tujuan

Klien akan terpenuhi kebutuhan istirahat untuk mempertahankan tingkat enegi saat terbangun

2) Kriteria hasil

(a) Mampu mendiskusikan penyebab keletihan

(a) Klien dapat tidur dan istirahat sesuai dengan kebutuhan tubuh

(b) Klien dapat rilek dan wajahnya cerah.

3) Rencana tindakan

(a) Jelaskan sebab – sebab keletihan individu

(b) Hindari gangguan saat tidur.

(c) Menganalisa bersama – sama tingkat kelelahan dengan menggunakan skala Rhoten (1982).

(d) Indentivikasi aktivitas – aktivitas penting dan sesuaikan antara aktivitas dengan istirahat.

(e) Ajarkan teknik pernafasan yang efektif.

(f) Pertahankan tambahan O2 bila latihan .

(g) Hindarkan penggunaan sedatif dan hipnotif.

4) Rasional

Page 16: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

(a) Diketahuinya faktor–faktor penyebab maka diharapkan bias menghindarinya.

(b) Tidur merupakan upaya memulihkan kondisi yang telah menurun setelah aktivitas.

(c) Skala Rhoten untuk mengetahui tingkat kelelahan yang dialami klien.

(d) Kelelahan terjadi karena ketidak seimbangan antara kebutuhan aktifitas dan kebutuhan istirahat.

(e) Pernafasan efektif membantu terpenuhnya O2 dijaringan.

(f) O2 digunakan untuk pembakaran glukosa menjadi energi.

(a) Sedatif dan hipnotik melemahkan otot–otot khususnya otot pernafasan.

h. Resiko tinggi ketidak patuhan yang berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang kondisi dan

perawatan diri pada saat pulang.

1) Tujuan

Klien mampu mendemontrasikan keinginan untuk mengikuti rencana pengobatan.

2) Kriteria hasil

(a) Klien mampu menyampaikan pengertian tentang kondisi dan perawatan diri pada saat pulang

(b) Menggunakan alat – alat pernafasan yang tepat

3) Rencana tindakan

(a) Bantu mengidentifikasi faktor – faktor pencetus serangan asthma

(b) Ajarkan tindakan untuk mengatasi asthma dan mencegah perawatan di rumah sakit

(c) Anjurkan dan beri alternative untuk menghindari faktor pencetus.

(d) Ajarkan dan biarkan klien mendemontrasikan latihan pernafasan .

(e) Jelaskan dan anjurkan untuk menghindari penyakit infeksi.

(f) Instruksikan klien untuk melaporkan bila ada perubahan karakteristrik sputum, peningkatan suhu,

batuk, kelemahan nafas pendek ataupun peningkatan berat badan atau bengkak pada telapak kaki.

4) Rasional

(a) Diketahuinya faktor pencetus mempermudah cara menghindari serangan asthma .

(b) Tindakan preventif merupakan salah satu upaya yang di lakukan untuk memberikan pelayanan

secara komprehensif.

(c) Salah satu upaya preventif adalah menghindarkan klien dari faktor pencetus.

(d) Klien dengan asthma sewring mengalami kecemasan yang mengakibatkan pola nafas tidak

efektif sehingga perlu dilakukan latihan pernafasan.

(e) Infeksi terutama ISPA menjadi faktor penyebab serangan asthma .

(f) Perubahan yang terjadi menunjukan perlunya penanganan segera agar tidak mengalami

komplikasi.

3. Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat . Seperti tahap – tahap

yang lain dalam proses keperawatan , fase pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :

a. Validasi (pengesahan) rencana keperawatan

a. Menulis/ mendokumentasikan rencana keperawatan

b. Memberikan asuhan keperawatan

c. Melanjutkan pengumpulan data

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan yang merupakan kegiatan sengaja dan

terus menerus yang melibatkan klien perawat dan anggota tim kesehatan lainnya

Page 17: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Tujuan evaluasi adalah :

a. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau tidak

b. Untuk melakukan pengkajian ulang

Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat dibuktikan dengan prilaku klien

a. Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan prilaku sesuai dengan pernyataan tujuan pada waktu atau

tanggal yang telah ditentukan

b. Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan prilaku, tetapi tidak seluruhnya sesuai

dengan pernyataan tujuan yang telah ditentukan

c. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali menunjukkan prilaku yang telah

ditentukan

PATHOFISIOLOGI

Pencetus serangan

(alergen, emosi/stress, obat-obatan, infeksi)

Kontraksi otot polos

Edema mukusa

Hipersekresi

Penyempitan saluran pernapasan (obstruksi)

Hipoventilasi

distribusi ventilasi tak merata dengan sirkulasi darah paru

Gangguan difusi gas di alveoli

Hipoxemia

Hiperkarpia

TANDA DAN GEJALA

Objektif :

Sesak napas yang berat dengan ekspirasi disertai wheesing

Dapat disertai batuk dengan sputum kental, sukar dikeluarkan

Bernapas dengan menggunakan otot-otot tambahan

Sianosis, takikardi, gelisah, pulsus paradoksus

Fase ekspirium memanjang disertai wheesing (di apeks dan hilus)

Subyektif :

Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia

Psikososial :

Klien cemas, takut, dan mudah tersinggung

Kurangnya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnya

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An. ”S” DENGAN ASMA

Page 18: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

DI RUANG HND ANAK RS Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

I. PENGKAJIANA. Identitas KlienNama : An. SUsia : 6th 6blnJenis Kelamin : PerempuanAlamat : Lawang Malang

B. Status Kesehatan Saat Ini1. Keluhan saat MRS :Batuk

2. Keluhan saat Pengkajian : batuk dan sesak nafas

3. Riwayat Penyakit Sekarang :

.

4. Diagnosa Medis :

Asma Serangan Berat Episodik Jarang

C. RIWAYAT KESEHATAN TERDAHULU

1. Penyakit yang pernah dialami :

Orang tua mengatakan bahwa anaknya sudah menderita Asma sejak

2 tahun yang lalu. Dan sudah masuk IGD 5x.

2. Kecelakaan (Bayi/anak: termasuk Kecelakaan Lahir/Persalinan,

Bila pernah: Jenis dan Waktu, siapa Penolong kelahirannya.) :

Nama Mahasiswa : Imam FitriantoNIM : 200801044

Tempat Praktik : R. HND AnakTgl Praktik : 18-06-2012

Tgl.MRS :16 Juni 2012Tgl Pengkajian :18 Juni 2012Sumber informasi :Orang TuaKeluarga yang bisa dihubungi

Ayah : Tn. N Ibu : Ny. N

Pasien datang dengan keluhan batuk sejak hari jumat,

dikarenakan kecapekan habis rekreasi. Untuk menangani keluhan

pasien, orang tua langsung membawanya ke dokter yang biasa

menangani pasien, setelah itu pasien dibawa ke IGD RS Lawang

pada pukul 15.00. di RS lawang pasien diberi terapi nebulizer

sampai 3x tpi tidak membaik kondisi pasien dan langsung

dirujuk ke IGD RSU Dr. Saiful Anwar pada pukul 16.00. Sampai

di IGD pasien langsung diberi terapi nebulizer dan diberi O2

6 lpm dan drip aminopilin.

Setelah ± 3,5 jam di observasi di IGD, pasien langsung MRS di

ruang HND anak.

Page 19: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

3. Operasi (Jenis dan Waktu) :tidak pernah

4. Penyakit kronis/akut :

Kronis: Asma

5. Imunisasi :keluarga mengatakan imunisasi klien lengkap (BCG,

hepatitis B, campak, DPT, polio)

D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

1. Penyakit yang pernah diderita keluarga:

Keluarga mengatakan bahwa keluarga mereka ada yang menderita

penyakit keturunan atau penyakit serupa dengan pasien. Yaitu

ayah pasien pernah menderita asma.

2. Lingkungan rumah dan komunitas:

Pasien tinggal di Lawang dekat kebun the yang jauh dari

polusi. Lingkungan sekitar dan keadaan rumah jauh dari

pabrik, menurut ibu klien, cahaya matahari masuk rumah

melalui pintu dan jendela kaca dari ruang tamu pada pagi dan

siang hari.

3. Perilaku yang mempengaruhi kesehatan:

Apabila anak mengalami sakit ibu dan ayah pasien membawa

pasien ke dokter anak dan langsung sembuh.

4. Persepsi keluarga terhadap penyakit anak:

Keluarga sudah tahu tentang penyakit pasien, apabila sakit

pasien dibawa ke puskesmas terdekat dan dokter yang biasa

memeriksa pasien.

E. POLA NUTRISI-METABOLIK

Item Deskripsidi Rumah di Rumah Sakit

Jenis diet/makanan/ Komposisi menu

Nasi, sayur, buah Diet BSTIK nasi lunak

Frekuensi/pola On demand 3x/hrPorsi/jumlah ± 1 porsi/hari 1/2 porsi/hariPantangan Telur,ayam,daging Telur,ayam,daging

Nafsu makan Cukup Menurun

Pasien lahir pada tanggal 16 Juni 2006 dengan persalinan normal dan tidak ditemukan penyulit saat persalinan. Berat badan saat lahir 3500 gram.

Page 20: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Peningkatan/Penurunan BB 6 bulan terakhir

Menurun, BB = 22kg Menurun, BB = 20kg

Sukar menelan Tidak Tidak

F. POLA ELIMINASI

ItemDeskripsi

di Rumah di Rumah SakitBAB

Frekuensi/polaRutin setiap hari Belum sama sekali sejak

MRSKonsistensi Lembek - Warna/bau Kuning kecoklatan -Kesulitan - -

Upaya mengatasi- KIE keluarga untuk

memperbanyak serat (buah, Sayur)

BAK Frekuensi/pola ± 6 kali/hari ± 500 cc

Konsistensi Cair CairWarna/bau Kuning jernih/bau khas Kuning jernih/bau khasKesulitan - -

Upaya mengatasi

- Karena mengalami keletihan klien

menggunakan pispot

G. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

BB saat ini : 20 kg

BB saat pertama masuk RS : 22 kg

BB lahir : 3500gr

LK : 53cm

TB : 121cm

H. GENOGRAM

Page 21: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

I.Pengkajian perkembangan DDST

Klien berusia 6 tahun 5 bulan, klien telah melewati masa tumbuh

kembang.

J. Tahap perkembangan psikososial (Erickson)

Usia klien 6 tahun 5 bulan memasuki fase tekun dan rendah diri.

K. Tahap perkembangan psikoseksual (Freud)

Pada usia 6 tahun 5 bulan ini, klien memasuki tahap

perkembangan psikoseksual laten. Anak-anak lebih suka melakukan

aktifitas-aktifitas lain yang tidak bersifat seks.

H. PEMERIKSAAN FISIK Keadaaan Umum : lemah Kesadaran : composmentis GCS : 456 Nadi : 108x/i Suhu : 36,7oc RR : 32x/i

1. Kepala:

Simetris, lesi(-), benjolan (-), krepitasi (-), rambut warna

hitam (+), kulit kepala tidak kotor.

2. Mata :

Simetris, konjungtiva anemis (-), iritasi (-), sclera ikterik(-)

3. Hidung:

Bentuk normal, simetris, polip (-), devisiasi septumnasi (-),

lesi (-), warna sama dengan wajah, tidak ada pernapasan cuping

hidung, terpasang NGT, nasal kanul terpasang jika pasien

mngalami sesak.

4. Mulut dan Tenggorokan:

Keterangan :

= laki-laki

= laki-laki meninggal

= perempuan

= pasien

---- = tinggal serumah

Page 22: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Mukosa bibir kering, cyanosis (-).

5. Telinga:

Simetris, tidak terdapat lesi, sejajar sumbu mata, benjolan(-/-)

tidak ada pengeluaran sekret, nyeri tekan (-).

6. Leher:

Pmbesaran vena jugularis (-), tiroid berada ditengah, tidak ada

pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran tiroid.

7. Dada

InspeksiBentuk thorak normal, simetris, tidak ada retraksi

Palpasi Pergerakan dada simetris antara dextra dan sinistra,tak teraba massa, krepitasi (-)

Vocal fremitus Tidak terkajiPerkusi Sonor

Auskultasi Paru

Suara Nafas Deskripsio Bronkial Terdapat ronchio Bronkovesikuler Terdapat ronchio Vesikuler Normal

Suara Ucapan Dextra Sinistrao Bronkoponi/Pectoryloquy/Egophoni Pectoryloquy Pectoryloquy

Suara Tambahan Dextra Sinistrao Rales/Rhonchi/Wheezing/Pleural Friction

Rh (+) di lobus tengah dan atasWeezing (-)

Rh (+) di lobua atas

Wh (-)Batuk dengan sputum/tidak Batuk (+)sputum tdk keluar

Pemeriksaaan JantungInspeksi dan Palpasi Prekordium

Area Aorta-Pulmonum Tidak ada pulsasiArea tricuspid-Ventrikel kanan

Tidak ada pulsasi

Letak Ictus Cordis Ictus cordis tidak terlihat, tapi teraba pulsasi (+)

PerkusiBatas jantung ICS 2 sternalis kiri-kanan

ICS 4 sternalis kiriICS 5 midclavicula kiriICS 3 sternalis kiri

Suara Pekak

AuskultasiBunyi Jantung I (+) tunggalBunyi Jantung II (+) tunggalBunyi Jantung III (-) tidak ada

Page 23: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Bunyi Jantung IV (-) tidak adaKeluhan tidak ada (sulit di evaluasi)

8. Punggung:Tidak terdapat iritasi pada daerah punggung

9. Mamae dan Axila: Tidak ada benjolan/massa dan nyeri

10. Abdomen Inspeksi Ο Lesi (-) Ο Scar (-) Ο Massa (-) Ο Distensi (+)

Ο Asites (-)Auskultasi Peristalstik 20 x/menitPalpasi Ο Pembesaran Hati dan Limpa (-)Perkusi Ο timpaniLain-lain (-)

11. Genetalia

Pengkajian Data/Gejala DeskripsiInspeksi Ο Lesi(-) Ο Scar

Ο Massa Ο Distensi Tidak ada lesi, scar, massa dan distensi

Palpasi Nyeri tekan Ο Ada Ο Tidak Ada

Tidak ada nyeri tekan

Keluhan Ο Ada Ο Tidak Ada Tidak ada keluhanLain-lain

12 Ekstremitas

Atas

Ο Lesi Ο Scar Ο Kontraktur Ο Deformitas Ο Edema Ο Nyeri Ο Clubbing fingerTidak ada lesi, scar, kontraktur, deformitas edema, nyeri dan clubbing fingerTerpasang infus pada tangan kiri

Bawah

Ο Lesi Ο Scar Ο Kontraktur Ο Deformitas Ο Edema Ο Nyeri

Tidak ada lesi, scar, kontraktur, deformitas edema, nyeri dan clubbing finger

Kekuatan Otot

Ο Ekstremitas Atas 4/4 Ο Ekstremitas Bawah 4/4Agak lemah

13. METABOLISME/INTEGUMEN

KulitWarna : Pucat (-), Sianotik (-), Abu-abu (-), Ikterik(-)

Suhu : normal, 36,7oc akral hangat

Turgor : baik, CRT 2 detik

Edema : Tidak ada

Memar : Tidak ada

Page 24: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Kemerahan : Tidak ada

Pruritus : tidak ada

14.NEUROSENSORI 1) Reaksi pupil terhadap cahaya

Saat pupil (kanan dan kiri) diberi cahaya maka pupil mengecil/meiosis (isokor)

2) Reflek-reflek

a. Menghisap (+)

b. Menoleh (+)

c. Menggenggam (+)

d. Kejang (-)

15. DATA PENUNJANG (EKG,EEG,Pemeriksaan Radiologi, Laboratorium, dan lain-lain )

Hasil Lab saat pengkajian

Analisa Gas Darah

PH 7,44PCO2 26,9PO2 65,7Bikarbonat (HCO3) 18,3Kelebihan Basa (BE) -6,2Saturasi O2 98%

H ematologi Hemoglobin 14,60 g/dLEritrosit 5,04 106/mm3

Leukosit 29,48 103/mm3

Hematokrit 41,10%Trombosit 408 103/mm3

MCV 81,50 fLMCH 29,00 g%MCHC 35,50RDW 13,10%PDW 8,1FLP-LCR 14,1%PCT 0,35%Hitung jenis:Neutrofit 89,0Limfosit 6,6Monosit 4,0Eosinofil 0,1Basofil 0,3

Metabolisme karbohidratGula Darah Sewaktu-waktu 117 mg/dL

Faal Ginjal

e. Babinsky (+)

f. Patella (tidak terkaji)

Page 25: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Ureum 27,20Creatinin 0,40ElektrolitNatrium 136Kalsium 4,09Klorida 112

ImunoserologiERP 0,67Rontgen thorax

Jantung normal, tampak infiltrate di lapang paru atas dextra

dan sinistra.

Kesimpulan atelektasis

16. TERAPI 02 nasal canul 2 lpmIVFD D5+NS 0,9% 14tpm/makro; nebulizer P2+forbiven

Injeksi:

Amoxilin

Diit nasi lunak dan susu 3x sehari 200cc

ANALISIS DAN SINTESIS DATA

NO DATA ETIOLOGI PROBLEM1 DS: anak masih batuk,

sesakInfeksi oleh

virus, bakteri Bersihan jalan napas tidak efektif

Malang, 04 Juni 2012

(.................................................)Tanda Tangan/Nama Jelas

Page 26: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

DO: Px batuk produktif RR:32x/i Sesak Rhonchi (+) pada lobus atas dextra dan sinistra paru dekstra serta lobus atas paru sinistra + + -

- -

Sianosis (-) Cuping hidung (-)

atau jamur

Kuman berlebih di bronkus

Proses peradangan

Akumulasi sekret di bronkus

Obstruksi jalan nafas

2 DS:BB anak turunDO:

k/u lemah BB saat ini 20 kg BB pertama MRS 22

kg TB 121cm LILA 17 cm Px tampak kurus Lemak subkutan

tipis Porsi makan ½

Infeksi oleh virus, bakteri

atau jamur

Proses peradangan

Akumulasi sekret di bronkus

Obstruksi jalan nafas

sesak

kebutuhan energi sebagai usaha

bernafas meningkat

kelemahan tubuh

penurunan nafsu makan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

3 DS : klien mengatakan batuk dan sesak berkurang

DO : - Batuk (+)- Sputum (-)- RR : 36x/menit

Obtruksi jalan nafas

Penyempitan jalan nafas

Penurunan volume aliran udara ke

paru

Ketidak efektifan pola nafas

Page 27: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Upaya kompensasi tubuh

(peningkatan kerja pernafasan)

Hiperventilasi

Pola nafas tidak efektif

4 DS : klien mengatakan selalu ditempat tidurDO :- k/u sedang- RR 36x/menit- Klien bedrest- Kebutuhan dasr klien

di bantu oleh orang tua

- Posisi semifowler

Sesak nafas

Upaya kompensasi tubuh(peningkatan kerja pernafasan)

keletihan

Intoleransi aktifitas

5 DS :Klien mengatakan BAB dirumah setiap hari, selama di RS klien belum BAB

DO :- BAB (-)- Auskultasi abdomen

20x/mt- Klien lebih banyak

diam- Klien bermain dengan

orang tua

Hospitalisasi

Dampak hospitalisasi

Bedrset, aktifitas terganggu

Pemenuhan ADL <

Gangguan pola eliminasi

Perubahan pola eliminasi alvi

Daftar prioritas masalah keperawatan:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubunga n dengan

akumulasi secret

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan penurunan nafsu makan

3. Ketidak efektifan pola nafas b/d bronkospasme

4. Intoleransi aktifitas b/d peningkatan kerja pernafasan

5. Gangguan pola eliminasi alvi b/d proses hospitalisasi

INTERVENSIDX.KEP

Bersihan jalan napas tidak efektif

TUJUAN:

Page 28: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Patensi jalan nafas tetap terjaga setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x8 jam

Kriteria hasil : TTV dalam batas normal (RR 20-30 x/i) Tidak terdapat ronchii, stridor, dan sputum Tidak terjadi sumbatan jalan napas Secret dapat keluar Ekspansi dada maksimal dan simetris

Intervensi Rasional

1. Kaji tanda-tanda vital, terutama pernafasan

2. Kaji bersihan jalan nafas : sputum, mulut, stridor, ronchii

3. Atur posisi klien : kepala hiperekstensi

4. Lakukan fibrasi paru dan postural drainage

5. Lakukan nebulizer tiap 4 jam atau bila perlu

6. Evaluasi hasil kegiatan tiap 3 jam atau bila perlu

R/ Pernafasan merupakan karakteristik utama yang terpengaruh oleh adanya sumbatan jalan nafas

R/ Pemantauan kepatenan jalan nafas penting untuk menentukan tindakan yang perlu diambil

R/ Meminimalkan resiko sumbatan jalan nafas oleh lidah dan sputum

R/ Rangsangan fisik dapat meningkatkan mobilitas secret dan merangsang pengeluaran secret lebih banyak

R/ agar sekret menjadi encer sehingga jalan napas bersih

R/ Memastikan tindakan/prosedur yang dilakukan telah mengurangi masalah pada klien

INTERVENSIDX.KEP

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Tujuan:

Page 29: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 6x24jam diharapkan

kebutuhan nutrisi terpenuhi

Kriteria hasil :

BB pasien meningkat

Pasien menghabiskan porsi makan yang disediakan

Px termotifasi dalam beraktifitas

Px tidak lelah

Nutrisi terpenuhi

Intervensi Rasional

1. Hindarkan kegiatan

perawatan yang tidak

perlu pada klien

2. Libatkan keluarga

dalam pelaksanaan

aktifitas klien

3. Hindarkan kelelahan

yang sangat saat makan

dengan porsi kecil

tapi sering

4. Pertahankan nutrisi

dengan mencegah

kekurangan kalium dan

natrium, memberikan

zat besi

5. Sediakan diet yang

seimbang, tinggi zat

nutrisi untuk mencapai

pertumbuhan yang

adekuat.

6. Jangan batasi minum

bila anak sering minta

minum karena kehausan

R/ menghindari kelelahan pada klien

R/ klien diharapkan lebih termotivasi

untuk terus melakukan latihan aktifitas

R/ jika kelelahan dapat diminimalkan

maka masukan akan lebih mudah diterima

dan nutrisi dapat terpenuhi

R/ peningkatan kebutuhan metabolisme

harus dipertahan dengan nutrisi yang

cukup baik.

R/ Mengimbangi kebutuhan metabolisme

yang meningkat.

R/ anak yang mendapat terapi diuretik

akan kehilangan cairan cukup banyak

sehingga secara fisiologis akan merasa

sangat haus.

DX.3

Ketidakefektifan pola nafas b/d bronkospasme

Tujuan

Page 30: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien mengalami

pola nafas efektif dengan criteria hasil

1. Suara nafas paru bersih dan sama pada kedua sisi

2. Suhu tubuh dalam batas normal 36,5-37,50C

3. Frekuensi nafas 12-24x/menit

4. Tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi dan

diaphoresis

INTERVENSI RASIONAL

1. Lakukan peengkajian tiap 4

jam terhadap RR, S, dan

tanda-tanda kefektifan jalan

nafas

2. Lakukan fisioterapi dada

secara terjadwal

3. Berikan oksigen lembab, kaji

keefektifan terapi

4. Berikan posisi semifowler

5. Kolaborasi dengan tim medis

lain dalam pemberian infuse

6. Beri terapi sesuai advis

dokter

1. Evaluasi dan reassessment

terhadap tindakan yang

akan/telah diberikan

2. Mengeluarkan sekresi jalan

nafas, mencegah obstruksi

3. Meningkatkan suplay oksigen

jaringan paru

4. Dapat mengurangi beban kerja

paru untuk mendapatkan udara

5. Meminimalkan fluktuasi pada

beban paru

6. Terapi yang diberikan

diharapkan dapat menurunkan

permeabilitas kapiler

DX 4

Intoleransi aktifitas b/d peningkatan kerja pernafasan

Tujuan

Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam, mobilitas fisik

meningkat dengan criteria hasil :

1. Kekuatan otot meningkat secara bertahap

2. Toleransi terhadap beban kerja paru

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji kekuatan motorik

2. Kaji tanda-tanda

hipoksia/hypercpanea:

kelelahan, agitasi,

peningkatan HR, peningkatan

RR

1. Menentukan

perkembangan/munculnya

kembali tanda yang menghambat

tercapainya tujuan

2. Deteksi dini untuk mencegah

hipoksia dapat mencegah

Page 31: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

3. Hindari seringnya melakukan

intervensi yang tidak penting

yang dapt membuat anak lelah,

berikan istirahat yang cukup

4. Berikan istirahat cukup dan

tidur 8-10 jam tiap malam

5. Anjurkan klien dan keluarga

klien untuk menghabiskan diet

dari RS

keletihan lebih lanjut

3. Istirahat yang cukup dapat

menurunkan stress dan

meningkatkan kenyamanan

4. Istirahat cukup dan tidur

cukup menurunkan kelelahan

dan meningkatkan resistensi

terhadap infeksi

5. Peningkatan energy di

dapatkan dari makanan

IMPLEMENTASITGL,JAM DX.KEP TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF180612 Bersihan jalan

nafas tidak efektif

1. Mengkaji tanda-tanda vital;

terutama pernafasan

2. Mengkaji bersihan jalan

nafas : sputum, mulut,

stridor, ronchii

3. Mengatur posisi klien :

kepala hiperekstensi

4. Melakukan fibrasi paru dan

postural drainage

5. Melakukan nebulizer tiap 4

jam

6. Mengevaluasi hasil kegiatan

tiap 3 jam atau bila perlu

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

1. Menghindarkan kegiatan

perawatan yang tidak perlu

pada klien

2. Melibatkan keluarga dalam

pelaksanaan aktifitas klien

3. Menghindarkan kelelahan

yang sangat saat makan

dengan porsi kecil tapi

sering

4. Mempertahankan nutrisi

Page 32: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

dengan mencegah kekurangan

kalium dan natrium,

memberikan zat besi

5. Menyediakan diet yang

seimbang, tinggi zat

nutrisi untuk mencapai

pertumbuhan yang adekuat.

6. Tidak membatasi minum bila

anak sering minta minum

karena kehausan

Ketidakefektifan

pola nafas b/d

bronkospasame

1. Melakukan pengkajian tiap

tiap 4 jam terhadap RR, S,

dan tanda-tanda keefektifan

jalan nafas

2. Melakukan fisioterapi dada

secara terjadwal

3. Memberikan O2 lembab, kaji

keefektifan terapi

4. Memberikan posisi semifowler

5. Pertahankan kolaborasi dalam

pemberian cairan infuse

6. Memberi terapi sesuai advise

dokter

Intoleransi

aktifitas b/d

peningkatan

kerja pernafasan

1. Mengkaji kekuatan motorik

2. Mengkaji tanda-tanda

hipoksia/hypercapnea:

kelelahan, agitasi,

peningkatan HR, peningkatan

RR

3. Menghindari seringnya

melakukan intervensi yang

tidak penting yang dapat

membuat anak lelah, berikan

istirahat yang cukup

4. Menganjurkan pasien istirahat

Page 33: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

cukup dan tidur 8-10 jam

tiap malam.

5. Menganjurkan klien dan

keluarga klien untuk

menghabiskan diet daari RS

EVALUASI

TGL JAM DX.KEP

CATATAN PARAF

18.06.12

1 S:anak masih batukO:

Px batuk berkurang Rhonky (+) RR:32x/i Sesak Sianosis (-) Cuping hidung (-)

A:bersihan jalan napas tidak efektif teratasi 1/2

P:Lanjutkan intervensi 1,2, 5, 62 S:BB anak menurun

O: k/u lemah Bb saat ini 20 kg TB 121cm LILA 17cm Px tampak kurus Lemak subkutan tipis

A:perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi ½

P:Lanjutkan intervensi 2, 5, 6

3 S: klien mengatakan batuk dan sesak berkurangO:

- Batuk (+)- Sputum (-)- RR 36x/menit

A: ketidakefektifan pola nafas teratasi ½ P: Lanjutkan intervensi

4 S: klien mengatakan selalu ditempat tidurO:

- k/u sedang- RR 36x/menit- Klien bedrest- Kebutuhan dasar klien dibantu oleh orang tua

- Posisi semifowler- Kekuatan otot 4 4

4 4

Page 34: Asma

Irwan,General Assessment.Doc

5 S: klien mengatakan belum BABO:

- BAB (-)- Auskultasi abdomen BU (+), 12x/menit- Klien lebih banyak diam apabila ada

perawat- Klien bermain dengan orang tua

A: perubahan pola eliminasi alvi teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi

Page 35: Asma

Irwan,General Assessment.Doc