askep ns marni

41
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peni permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehila protein urinaris yang massif (Donna L.Wong,2009) Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoprot hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2008). Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinur massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/ ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. ( 2002). Pada tahun 1905 Friedrich Muller menggunakan istilah nefrosis untuk membedakan degenerasi lemak tubulus dengan glomerulus. Namun istilah nefrosis sekarang tidak dipakai lagi. Tahun 1913 Munk melaporkan adanya butir-butir li (Lipoid droplets) dalam sedimen urin pasien dengan “nefritis parenkimatosa kr Kelainan ini ditemukan terutama atas dasar adanya lues dan diberikan istilah lipoid. Istilah sindrom nefrotik (SN) kemudian digunakan untuk menggantikan i terdahulu yang menunjukkan suatu keadaan klinikdan laboratorik tanpa menunjukkan satu penyakit yang mendasari. Sampai abad ke-20 morbiditas SN pada anak masih tinggi, yaitu melebihi 50%. Pasien-pasien ini dirawat dalam jangka waktu lama karena edema anasar disertai dengan ulserasi dan infeksi kulit. Dengan ditemukannyaobat-obat sulfonamidedan penisilin pada tahun 1940 dan dipakainyahormone

Upload: agijabank

Post on 10-Jul-2015

300 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein urinaris yang massif (Donna L.Wong,2009) Sindrom Nefrotik merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh injuri glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria, hipoproteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema (Suriadi dan Rita Yuliani, 2008). Sindrom nefrotik (SN) merupakan sekumpulan gejala yang terdiri dari proteinuria massif (lebih dari 50 mg/kgBB/24 jam), hipoalbuminemia (kurang dari 2,5 gram/100 ml) yang disertai atau tidak disertai dengan edema dan hiperkolesterolemia. (Rauf, 2002). Pada tahun 1905 Friedrich Muller menggunakan istilah nefrosis untuk membedakan degenerasi lemak tubulus dengan glomerulus. Namun istilah nefrosis sekarang tidak dipakai lagi. Tahun 1913 Munk melaporkan adanya butir-butir lipoid (Lipoid droplets) dalam sedimen urin pasien dengan nefritis parenkimatosa kronik. Kelainan ini ditemukan terutama atas dasar adanya lues dan diberikan istilah nefrosis lipoid. Istilah sindrom nefrotik (SN) kemudian digunakan untuk menggantikan istilah terdahulu yang menunjukkan suatu keadaan klinik dan laboratorik tanpa menunjukkan satu penyakit yang mendasari. Sampai abad ke-20 morbiditas SN pada anak masih tinggi, yaitu melebihi 50%. Pasien-pasien ini dirawat dalam jangka waktu lama karena edema anasarka disertai dengan ulserasi dan infeksi kulit. Dengan ditemukannya obat-obat sulfonamide dan penisilin pada tahun 1940 dan dipakainya hormone

adrenokortikotropik (ACTH) dan kortikosteroid pada tahun 1950, mortalitas penyakit ini diperkirakan mencapai 67% yang sering disebabkan oleh komplikasi peritonitis dan sepsis dan pada decade berikutnya mortalitas menurun sampai + 40%. Angka kematian menurun lagi mencapai 35% setelah obat penisilin mulai digunakan padatahun1946-1950. Dengan pemakaian ACTH atau kortison pada awal 1950-an untuk mengatasi edema dan mengurangi kerentanan terhadap infeksi, angka kematian menurun mencapai 20%. Schwartz dan kawan-kawan melaporkan angka mortalitas 23% 15 tahun setelah awitan penyakit. Di antara pasien SN yang selamat dari infeksi sebeelum era sulfonamide umumnya kematian pada periode ini disebabkan oleh gagal ginjal kronik (NefrologiAnak:350). Berdasarkan latarbelakang dan judul asuhan keperawatan diatas dapan di identifikasikan masalah keperawatan Nefrotik Syndrom mulai dari pengkajian, riwayat kesehatan, pola fungsional, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboraturium yang berguna untuk menunjang dalam pemberian asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan ditentukan berdasarkan data fokus yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang dirasakan oleh pasien dan keluarga. Dari keluhan yang daopat digunakan untuk menentukan prioritas masalah keperawatan yang muncul, menentukan intervensi, implementasi keperawatan dan mengevaluasi asuha keperawatan yang diberikan.

1.2 Tujuan Adapan tujuan penulisan makalah ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus 1.1.1 Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan keperawatan pada An.M dengan gangguan sistem perkemihan (Nefrotik Syndrom).

1.1.2

Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada An.M dengan gangguan sistem perkemihan (Nefrotik Syndrom). b. Mampu dalam menentukan rumusan diagnosa keperawatan pada An.M dengan gangguan sistem perkemihan (Nefrotik Syndrom). c. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada An.M dengan gangguan sistem perkemihan (Nefrotik Syndrom). d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada An.M dengan gangguan sistem perkemihan (Nefrotik Syndrom) e. Mampu melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada An.M dengan gangguan sistem perkemihan (Nefrorik Syndrom).

1.2 Waktu Asuhan Keperawatan dilaksanakan mulai dari tanggal 28 Desember. 1.3 Tempat Asuhan keperawatan dilaksanakan di Ruang Non Infeksi RSUD Palembang BARI tahun 2010.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PROFIL RSUD PALEMBANG BARI 2.1.1 Selayang Pandang Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI merupakan unsur penunjang pemerintah daerah di bidang pelayanan kesehatan yang merupakan satu satunya rumah sakit umum milik pemerintah kota Palembang. Rumah Sakit Umum Daerah Kecamatan Seberang Ulu, dan berdiri di atas tanah seluas 4,5 H. Bangunan berada lebih kurang 800 meter dari jalan raya jurusan Kertapati. Sejak tahun 2001 dibuat jalan alternatif dari jalan jakabaring menuju RSUD Palembang BARI. Saat ini sedang diupayakan pembangunan jalan langsung menuju RSUD Palembang BARI dari jalan poros Jakabaring. 2.1.2 Visi, Misi dan Motto Visi : Rumah sakit andalan dan terpercaya di Sumatera Selatan. Misi : 1. Melaksanakan pelayanan kesehatan yang bermutu standar perofesi, standar pelayanan dan standar administrasi. 2. Melaksanakan manajemen administrasi yang efektif dan efisien

Motto Anda sembuh, kami puas Anda puas, kami bahagia

2.1.3 Sejarah A. Sejarah berdirinya RSUD Palembang Bari Pada tahun 1985 sampai dengan 1994 RSUD Palembang BARI merupakan gedung poliklinik/ Puskesmas Panca Usaha. Pada tanggal 19 Juni 1995 diresmikan menjadi RSUD Palembang BARI dengan SK Depkes nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997, tanggal 10 Nopember 1997 ditetapkan menjadi Rumah Sakit Umum Daerah kelas C. Kepmenkes RI Nomor; HK.00.06.2.2.4646 tentang Pemberian status Akreditas penuh tingkat lanjut kepada Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI, tanggal 5 Februari 2008 Kepmenkes RI Nomor 241/MENKES/SK/IV/2009 tentang peningkatan kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI menjadi kelas B, tanggal 2 April 2009 Ditetapkan sebagai BLUD-SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan keputusan Walikota Palembang No. 915, B tahun 2008 tentang Penetapan RSUD Palembang BARI sebagai SKPD Palembang yang menerapkan pola pengelolaan keuangan BLUD (PPK-BLUD) secara penuh.

B. Sejarah Pemegang Jabatan Direktur a. Tahun 1986 s/d 1995: dr. Jane Lidya Tita Hela, sebagai kepala poliklinik/ Puskesmas Panca Usaha. b. Tanggal 1 Juli 1995 s/d Juni 2000 : dr. H. Eddy Jakarty Monasir, SpOG, sebagai direktur RSUD Palembang BARI. c. Bulan Juli 2000 s/d November 2000 pelaksana tugas : dr. M. Faisal Soleh, SpPb. d. Tanggal 14 November 2000 s/d sekarang dr. Hj. Indah Puspita, MARS sebagai Direktur RSUD Palembang BARI.

2.1.4 Fasilitas dan Pelayanan a.Fasilitas Instalasi Rawat darurat (IRD) 24 jam Farmasi/ Apotek 24 jam Rawat Jalan/ Poliklinik spesialis Bedah Sentral Central Sterilized Suplay Departement (CSSD) Rehabiliti Medik Radiologi Loboratorium klinik Patologi Anatomi Bank Darah

b. Pelayanan Rawat Jalan 1. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam 2. Poliklinik Spesialis Badah 3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan 4. Poliklinik Spesialis Anak 5. Poliklinik Spesialis Mata 6. Poliklinik Spesialis THT 7. Poliklinik Spesialis Syaraf 8. Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin 9. Poliklinik Spesialis Jiwa 10. Poliklinik Spesialis Rehabilitasi Medik 11. Poliklinik Jantung 12. Poliklinik Gigi 13. Poliklinik Akupuntur 14. Poliklinik Psikologi 15. Poliklinik HIV AIDS 16. Poliklinik Rawat inap - Laki-laki - Perempuan - Non Infeksi - Perawatan bedah - Zaal Anak

- Kebidanan

2.2 Tinjauan Teori 2.2.1 Konsep Dasar Nefrotik Syndrom 1. Definisi Nefrotik Syndrom Nefrotik Syndrom ditandai oleh proteinuria masif, hipoalbuminemia, edema dan hiperlipidemia. ( Mansjoer Arif, dkk. 2008). Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak-anak. Biasanya berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat proteinuria berat ( Mansjoer Arif, dkk. 1999). Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik : proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema (Suryadi, 2001). 2. Etiologi Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh: - Peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria) - Penurunan albumin dalam darah - Edema - Serum cholesterol yang tinggi (hiperlipidemia) Tanda tanda tersebut dijumpai disetiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus (Sukiane, 2002). 3. Klasifikasi Whaley dan Wong (1999 : 1385) membagi tipe-tipe sindrom nefrotik:

1. Sindrom Nefrotik Lesi Minimal ( MCNS : minimal change nephrotic syndrome). Kondisi yang sering menyebabkan sindrom nefrotik pada anak usia sekolah. Anak dengan sindrom nefrotik ini, pada biopsi ginjalnya terlihat hampir normal bila dilihat dengan mikroskop cahaya. 2. Sindrom Nefrotik Sekunder Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler seperti lupus eritematosus sistemik, purpura anafilaktik, glomerulonefritis, infeksi system endokarditis, bakterialis dan neoplasma limfoproliferatif. 3. Sindrom Nefrotik Kongenital Factor herediter sindrom nefrotik disebabkan oleh gen resesif autosomal. Bayi yang terkena sindrom nefrotik, usia gestasinya pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada tahun-yahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialysis. 4. Patofisiologi Kelainan yang terjadi pada sindrom nefrotik yang paling utama adalah proteinuria sedangkan yang lain dianggap sebagai manifestasi sekunder. Kelainan ini disebabkan oleh karena kenaikan permeabilitas dinding kapiler glomerulus yang sebabnya belum diketahui yang terkait dengan hilannya muatan negative gliko protein dalam dinding kapiler. Pada sindrom nefrotik keluarnya protein terdiri atas campuran albumin dan protein yang sebelumnya terjadi filtrasi protein didalam tubulus terlalu banyak akibat dari kebocoran glomerolus dan akhirnya diekskresikan dalam urin. (Husein A Latas, 2002 : 383).

Pada sindrom nefrotik protein hilang lebih dari 2 gram perhari yang terutama terdiri dari albumin yang mengakibatkan hipoalbuminemia, pada umumnya edema muncul bila kadar albumin serum turun dibawah 2,5 gram/dl. Mekanisme edema belum diketahui secara fisiologi tetapi kemungkinan edema terjadi karena penurunan tekanan onkotik/ osmotic intravaskuler yang memungkinkan cairan menembus keruang intertisial, hal ini disebabkan oleh karena hipoalbuminemia. Keluarnya cairan keruang intertisial menyebabkan edema yang diakibatkan pergeseran cairan. (Silvia A Price, 1995: 833). Akibat dari pergeseran cairan ini volume plasma total dan volume darah arteri menurun dibandingkan dengan volume sirkulasi efektif, sehingga mengakibatkan penurunan volume intravaskuler yang mengakibatkan menurunnya tekanan perfusi ginjal. Hal ini mengaktifkan system rennin angiotensin yang akan meningkatkan konstriksi pembuluh darah dan juga akan mengakibatkan rangsangan pada reseptor volume atrium yang akan merangsang peningkatan aldosteron yang merangsang reabsorbsi natrium ditubulus distal dan merangsang pelepasan hormone anti diuretic yang meningkatkan reabsorbsi air dalam duktus kolektifus. Hal ini mengakibatkan peningkatan volume plasma tetapi karena onkotik plasma berkurang natrium dan air yang direabsorbsi akan memperberat edema. (Husein A Latas, 2002: 383). Stimulasi renis angiotensin, aktivasi aldosteron dan anti diuretic hormone akan mengaktifasi terjadinya hipertensi. Pada sindrom nefrotik kadar kolesterol, trigliserid, dan lipoprotein serum meningkat yang disebabkan oleh hipoproteinemia yang merangsang sintesis protein menyeluruh dalam hati, dan terjadinya katabolisme lemak yang menurun karena penurunan kadar lipoprotein lipase plasma. Hal ini dapat menyebabkan arteriosclerosis. (Husein A Latas, 2002: 383). 5. Manifestasi Klinis Gejala utama yang ditemukan adalah :

- Proteinuria > 3,5 g/hari pada dewasa atau 0,05 g/kg BB/hari pada anakanak. - Hipoalbuminemia < 30 g/l. - Edema generalisata. Edema terutama jelas pada kaki, namun dapat ditemukan edema muka, ascxites dan efusi pleura. - Anorexia - Fatique - Nyeri abdomen - Berat badan meningkat - Hiperlipidemia, umumnya ditemukan hiperkolesterolemia. - Hiperkoagualabilitas, yang akan meningkatkan resiko trombosis vena dan arteri.

6. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium 1. Urine Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin.

2. Darah

Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun. Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah). Klorida, fsfat dan magnesium meningkat. 2. Biosi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnosa. 7. Komplikasi - Infeksi (akibat defisiensi respon imun) - Tromboembolisme (terutama vena renal) - Emboli pulmo - Peningkatan terjadinya aterosklerosis - Hypovolemia - Hilangnya protein dalam urin - Dehidrasi 8. Penatalaksanaan Terapeutik - Diet tinggi protein, diet rendah natrium jika edema berat - Pembatasan sodium jika anak hipertensi - Antibiotik untuk mencegah infeksi - Terapi diuretik sesuai program - Terapi albumin jika intake anak dan output urin kurang - Terapi prednison dgn dosis 2 mg/kg/hari sesuai program

2.2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian 1. Lakukan pengkajian fisik, termasuk pengkajian luasnya edema. 2. Kaji riwayat kesehatan, khususnya yang berhubungan dengan adanya peningkatan berat badan dan kegagalan fungsi ginjal. 3. Observasi adanya manifestasi dari Sindrom nefrotik : Kenaikan berat badan, edema, bengkak pada wajah ( khususnya di sekitar mata yang timbul pada saat bangun pagi , berkurang di siang hari ), pembengkakan abdomen (asites), kesulitan nafas ( efusi pleura ), pucat pada kulit, mudah lelah, perubahan pada urin ( peningkatan volum, urin berbusa ). 4. Pengkajian diagnostik meliputi meliputi analisa urin untuk protein, dan sel darah merah, analisa darah untuk serum protein ( total albumin/globulin ratio, kolesterol ) jumlah darah, serum sodium. 5. Riwayat dan Keadaan umum : 5.1 Identitas anak: nama, usia, alamat, telp, tingkat pendidikan, dll. 5.2 Riwayat kesehatan yang lalu: pernahkah sebelumnya anak sakit seperti ini? 5.3 Riwayat kelahiran, tumbuh kembang, penyakit anak yang sering dialami, imunisasi, hospitalisasi sebelumnya, alergi dan pengobatan. 5.4 Pola kebiasaan sehari hari : pola makan dan minum, pola kebersihan, pola istirahat tidur, aktivitas atau bermain, dan pola eliminasi. 5.5 Riwayat penyakit saat ini: 2. Keluhan utama 3. Alasan masuk rumah sakit 4. Faktor pencetus 5. Lamanya sakit 6. Pengkajian sistem 6.1 Pengkajian umum : TTV, BB, TB, lingkar kepala, lingkar dada (terkait dgn edema ). 6.2 Sistem kardiovaskuler : irama dan kualitas nadi, bunyi jantung, ada tidaknya cyanosis, diaphoresis.

6.3 Sistem pernafasan : kaji pola bernafas, adakah wheezing atau ronki, retraksi dada, cuping hidung. 6.4 Sistem persarafan : tingkat kesadaran, tingkah laku ( mood, kemampuan intelektual,proses pikir ), sesuaikah dgn tumbang? Kaji pula fungsi sensori, fungsi pergerakan dan fungsi pupil. 6.5 Sistem gastrointestinal : auskultasi bising usus, palpasi adanya hepatomegali / splenomegali, adakah mual, muntah. Kaji kebiasaan buang air besar. 6.6 Sistem perkemihan : kaji frekuensi buang air kecil, warna dan jumlahnya. 7. Pengkajian keluarga - Anggota keluarga - Pola komunikasi - Pola interaksi - Pendidikan dan pekerjaan - Kebudayaan dan keyakinan - Fungsi keluarga dan hubungan

b.

Diagnosa Keperawatan

1. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun. c. Perencanaan Keperawatan

a) berhubungan dengan hipoalbuminemia.

Kelebihan

volume

cairan

Tujuan : Volume cairan tubuh akan seimbang dengan kriteria hasil penurunan edema, ascites, kadar protein darah meningkat, output urine adekuat 600 700 ml/hari, tekanan darah dan nadi dalam batas normal. Tabel 1.1 Intervensi Rasional 1. Catat intake dan output secara Evaluasi harian keberhasilan terapi akurat dan dasar penentuan tindakan Tekanan darah dan BJ urine dapat 2. Kaji dan catat tekanan darah, menjadi indikator regimen terapi pembesaran abdomen, BJ urine 3. Timbang berat badan tiap hari dalam skala yang sama 4. Berikan cairan secara hati-hati dan diet rendah garam. 5. Diet protein 1-2 gr/kg BB/hari. Pembatasan protein bertujuan untuk meringankan beban kerja hepar dan mencegah bertamabah rusaknya hemdinamik ginjal. b) protein dan penurunan napsu makan. Tujuan : kebutuhan nutrisi akan terpenuhi dengan kriteria hasil napsu makan baik, tidak terjadi hipoprtoeinemia, porsi makan yang dihidangkan dihabiskan, edema dan ascites tidak ada. Perubahan nutrisi kurang dari Mencegah edema bertambah berat Estimasi penurunan edema tubuh

kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder terhadap kehilangan

Tabel 1.2 Intervensi 1. akurat 2. Kaji adanya anoreksia,hipoproteinemia, diare. 3. Pastikan anak mendapat makanan dengan diet yang cukup c) Resiko tinggi infeksi Rasional Monitoring asupan nutrisi bagi Gangguan nuirisi dapat terjadi secara perlahan. Diare sebagai reaksi edema intestinal Mencegah status nutrisi menjadi lebih buruk

Catat intake dan output makanan secara tubuh

berhubungan dengan imunitas tubuh yang menurun. Tujuan: tidak terjadi infeksi dengan kriteria hasil tanda-tanda infeksi tidak ada, tanda vital dalam batas normal, ada perubahan perilaku keluarga dalam melakukan perawatan.

Tabel 1.3 Intervensi 1. Lindungi anak dari orang-orang yang terkena infeksi melalui pembatasan Rasional Meminimalkan masuknya organisme

pengunjung. 2. Tempatkan anak di ruangan non infeksi 3. Cuci 4. Lakukan tindakan invasif secara aseptik tangan sebelum dan tindakan.

Mencegah terjadinya infeksi nosokomial Mencegah terjadinya infeksi nosokomial Membatasi masuknya bakteri ke sesudah dalam tubuh. Deteksi dini adanya infeksi dapat mencegah sepsis.

d.

Evaluasi Evaluasi adalah bagian terakhir dari proses keperawatan. Semua tahap proses

keperawatan (diagnose, tujuan, intervensi) harus dievaluasi. Hasil yang diharapkan pada tahap evaluasi adalah : Klien menunjukkan tanda tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi Klien menunjukkan tanda tanda terpenuhinya kebutuhan cairan Klien tidak menunjukkan tanda tanda terpenuhinya kebutuhan cairan Klien dapat melakukan aktifitas sesuai dengan kondisi fisik dan tingkat Klien akan menunjukkan tanda tanda vital dalam batas normal

perkembangan klien

(Suriadi, dkk. 1999)

BAB III TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN a. Identitas Klien Nama Umur Jenis Kelamin Agama Pendidikan Alamat Tanggal MRS Tanggal Pengkajian No. Med. Record Diagnose Medis : An.M : 14 tahun : Perempuan : Islam : SMP : Jln. Ahmad Bastasi Palembang : 23 Desember 2010 : 25 Desember 2010 : 36.24.38 : Nefrotik Syndrom

Identitas Penanggung Jawab Nama Umur Jenis Kelamin : Tn.A : 46 tahun : Laki-laki

Agama Pendidikan Alamat Hub. Dg klien

: Islam : SMA : Jln. Ahmad Bastasi Palembang : Anak Klien

3.1 RIWAYAT KESEHATAN a. Keluhan Utama. Mengeluh bengkak seluruh tubuh dan gatal pada kulit,mual, muntah, sesak, BAK sedikit. b. c. Riwayat Penyakit Dahulu. Riwayat Penyakit Sekarang Klie sudah pernah dirawat di RS karena penyakit yang serupa Sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit klien mengeluh sembab diseluruh tubuhnya dimulai dari kelopak mata dan di pagi hari kemudian seluruh tubuh gatal dikulit dan bengkak bertambah sejak kurang lebih satu minggu sebelum masuk rumah sakit. d. Riwayat Psikologis Klien Merasa tenang dan menjalin hubungan baik dengan keluarganya. e. Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang diderita klien.

POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI NO Aktivitas 1. Pola Nutrisi a. Makan Frekuensi Jenis masalah b. Minum Frekuensi Jenis masalah Pola Eliminasi a. BAB Frekuensi Konsistensi b BAK Frekuensi Warna Masalah 3. Pola istirahat Masalah 4. Pola aktivitas Masalah Pola hygiene : Mandi Sikat gigi Masalah Tidur siang 1 jam, malam 7 jam Melakukan aktifitas secara mandiri, letih, kram otot, kesemutan. 2x/ hari 2x/hari Sempat tidak bisa BAK Tidur malam 5 jam Susah tidur Melakukan aktivitas dibantu orang lain,letih, kram otot dan kesemutan. Susah beraktivitas 1x/hari 1x/ hari SEBELUM MASUK RS SELAMA MASUK RS

3x sehari Nasi + Lauk + Sayur 4- 6 gelas / hari Air putih Gelas beling 2x sehari Padat 3-5 x sehari Kuning jernih

1x sehari TkTp Tidak nafsu makan 3/hari Air putih Gelas beling

2.

1x sehari padat 1x sehari Kuning Pekat

5.

1.2

PEMERIKSAAN KLINIK : Sedang : Composmentis : 50 kg : 153 cm TD Nadi RR :110/80 :88/menit : 22 x/menit Kepala : Rambut; Hitam, simetris, kebersihan ;terjaga Mata isokor :

Keadaan umum Kesadaran Berat Badan Tinggi Badan Tanda Tanda Vital

Temperatur : 36.5 o C Keadaan khusus 1. 2. Bentuk; simetris, konjungtiva ;tidak anemis,pupil ; 3. Penciuman; baik. 4. 5. kotor, gigi; tidak ada caries. 6. Ekstremitas Atas Terdapat Odema pada tangan dan leher : Telinga Simetris, tidak ada kotoran, pendengaran; baik. Mulut : Bibir; tidak pecah-pecah, tidak ada lesi, lidah; tidak : Hidung : bentuk;

simetris, secret; tidak ada, kebersihan; cukup,

7. Terdapat Odema pada kaki

Ekstremitas Bawah

:

1.3 -

THERAPY

IVFD RL: D5% gtt XV Diet NB 40gr Protein Furesamid 2x1 Metil . P 3x4 Neurodex 1x1

B. ANALISA DATA

Data Subyektif : - Klien mengeluh bagian tubuh nya membengkak mulai dari leher, tangan, tubuh, hingga kaki nya. Obyekif : edema ekstremitas atas dan bawah, muka sembab, ascites,venaabdomen g/dl, protein urine 75 mg/dl (positif) dan

Etiologi Kelainan-kelainan glomerulus Albuminuria Hipoalbuminemia Tekanan onkotik koloid plasma menurun Volume plasma meningkat

Masalah Kelebihan volume cairan tubuh

menonjol, albumin 0,87 Retensi natrium renal meningkat Edema Kelebihan volume cairan

roncii pada paru kiri dan kanan. Subyektif : - klien mengeluh 2 hari SMRS klien tidak mau makan, mual dan Hiperlipidemia Malnutrisi mengeluh perut sakit Obyektif : status gizi 88,9% (gizi kurang), edema, ascites, albumin 0,87 g/dl, klien hanya mau makan satusendok makan. Hipoalbuminemia Sisntesa pritein hepar meningkat Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Subyektif : Klien mengatakan pernah menderita sama. Obyektif : nadi 114 X/menit, suhu 36,5 C,RR 28 x/menit, dan edema,status gizi menurun0

Penyakti autoimun Kelainan glomerulus Imunitas menurun Infeksi meningkat

sakit

yang

Resiko tinggi infeksi

Prioritas Masalah- Kelebihan volume cairan - Gangguan pemenuhan nutrisi

- Resiko tinggi infeksi

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kelebihan volumecairan berhubungan dengan hipoalbuminemia 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder dari katabolisme protein. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas yang menurun D. RENCANA KEPERAWATAN 1. Kelebihan volumecairan berhubungan dengan hipoalbuminemia. Tujuan : kelebihan volume cairan dapat teratsi setelah 3 hari perawatan dengan kriteria edema, ascites, ronki tidak ada, sembab hilang, peningkatan albumin dan tanda vital dalam batas normal. Intervensi Rasional Timbang berat badan setiap Mengawasi status cairan yang baik. Peningkatan berat badan lebih dari 0,5 hari dengan alat yang sama kg/hari diduga ada retensi cairan. Catat pemasukan dan Perlu waktu menentukan fungsi ginjal. Kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.

1.

2.

pengeluaran carian 3.

Monitor nadi dan tekanan Takikardi dan hipertermi dapat terjadi karena kegagalan ginjal untuk mengeluarkana urine. darah

Edem dapat bertambah terutama pada

4.

Observasi perubahan edema

adanya jaringan yang tergantung. Edema periorbita menunjukkan adanya perpindahan cairan. Dapat menunjukkan adanya perpindahan tingkat cairan, akumulasi toksin, ketidak seimbangan elektrolit. paru dan Melebarkan lumen tubular, mengurangi hiperkalemia dan meningkatkan volume urine adekuat.

5.

Observasi kesadaran, jantung bunyi

6.

Kolaboratif : diuretik

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan malnutrisi sekunder dari katabolisme protein. Tujuan : Nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan klien setelah mendapat perawatan 3 hari dengan kriteria edema berkurang atau hilang, albumin dalam batas normal, status gizi baik dna mual tidak ada, porsi makan dihabiskan. Intervensi Rasional 1. Berikan diet rendah garam Mencegah retensi natrium berlebihan dan rusaknya hepar dan hemodinamik ginjal. dan batasi pemberiana protein 1-2 gr/kg BB/hari 2. 3. 4. Kaji Catat adanya intake anoreksia, Sebagai reaksi adanya edema intstinal. dan output Monitoring asupan nutrisi bagi tubuh perut, Memantau fungi peristaltik usus.

muntah, diare makanan secara adekuat. Observasi bising usus 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas yang menurun lingkar

Tujuan: Setelah mendapat perawatan selama 1 minggu tidak terjadi infeksi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda infeksi, tanda vital dalam batas normal, tidak terjadi phlebitis. Intervensi Rasional 1. Cuci tangan sebelum dan Mengurangi resiko terjadi infeksi nosokomial sesudah perawatan 2. 3. Lakukan tindakan dengan teknik aseptic. invasif Mengurangi resiko terjadi infeksi nosokomial Nadi dan suhu yang meningkat indikator adanya infeksi

Observasi tanda- tanda vital

E. IMPLEMENTASI dan EVALUASI Tanggal 25 Desember 2010 1. Diagnosa Keperawatan 1. Jam 09.00 Implementasi Mengobservasi edem : tungkai kanan dan kiri edema, ascites dan edema pada kelopak mata Produksi urine 24 jam 150 cc, kuning pekat 10.00 Tanda vital : N 88X/mnt, T 110/80 mmHg, RR 22 X/mnt Ibu mengatakan kalau bengkaknya belum berkurang Evaluasi Pukuil 14.00 S : Ibu mengatakan bengkak belum menurun O : Edema periorbital, tungkai kanan dan kiri serta ascites, tanda vital N 88 X/mnt, T 110/80 mmHg, RR 22 X/mnt, A : Masalah belum teratasi P : Intervensi masih diteruskan.

2. Diagnosa Keperawatan 2. Jam 11.50 Implementasi Mengobservasi bising usus : meningkat, Evaluasi Pukuil 14.00

asvites, linkgarp erut 57 cm Klien menangis terus kesakitan pada perut, P : saatmakan, dipegang, Q : nyeri sekali saat dipegang, R : seluruh daerah pereut, S : skala 8-9, T : terus menerus 12.00 Tanda vital : N 89X/mnt, T 110/70 mmHg, RR 22 X/mnt

S : ibu menanyakan mengapa perut bertambah sakit O : bising usus 40 x/mnt, distensi, meteorismus, vena abdomen menonjol, tanda vital N 87 X/mnt, T 110/70 mmHg, RR 40 X/mnt, klien masih menangis terus A : masalah belum teratasi P : intervensi Dilanjutkan

3. Diagnosa Keperawatan 3. Jam 10.00 Implementasi Mendekatkan barang-barang yang biasa digunakan dan diperlukan klien, seperti makanan dan minuman. 12.10 Melibatkan keluarga klien dalam pemenuhan aktivitas Evaluasi Pukuil 14.00 S : ibu mengatakan sakit perut berkurang O : Klien tampak tenang dan nafsu makan muali timbul. A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan.

BAB IV PEMBAHASAN Dalam makalah ini akan di bahas keperawatan pada klien dengan Nefrotik Syndrom. Asuhan keperawatan diterapkan secara praktis dengan menggunakan pengamatan secara langsung pada klien An.M di ruangan Perawatan Non Infeksi RSUD Palembang BARI. Asuhan Keperawatan tersebut diterapkan sesuai dengan tahap proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi keperawatan dan evaluasi. 4.1 PENGKAJIAN Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan untuk menyimpulkan data dasar guna menentukan asuhan keperawatan yang akan diberikan. Dalam penyampaian data penulis menggunakan metode observasi dan pemeriksaan fisik. Pengkajian dilakukan pada tanggal 25-28 Desember 2010 di Ruang Perawatan Non Infeksi RSUD Palembang BARI. 4.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN Diagnosa keperawatan menjelaskan suatu pernyataan tentang status kesehatan atau masalah actual dan potensial, perawatan mengguanakan proses keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan pasien yang dipertanggungjawabkan. Diagnosa keperawatan pada klien An.M adalah : 1. Kelebihan volumecairan berhubungan dengan hipoalbuminemia 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubugan dengan malnutrisi sekunder dari katabolisme protein. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas yang menurun

4.3 INTERVENSI KEPERAWATAN Intervensi adalah tahap penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk membantu klien dalam mengatasi masalah kesehatannya sesuai dengan diagnose keperawatan yang telah ditemukan dan diprioritaskan sebelumnya. Adapun intervensi yang dibuat dalam membantu dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien An.M dibuat sesuai Standar Keperawatan. 4.4 IMPLEMANTASI Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana tindakan keperwatan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan klien An.M tidak semua implementasi dilakukan karena keterbatasan waktu yang di miliki penulis. 4.5 EVALUASI Evaluasi merupakan tahap dimana proses penilaian dicapai meliputi pencapaian tujuan dan criteria hasil. Pelaksanaan evaluasi didokumentasikan dalam bentuk catatan perkembangan dengan menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assesment, Planning).

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan pada penderita stroke di RSUD Palembang BARI maka penulis mengambil kesimpulan bahwa proses keperawatan telah dilaksanakan dengan baik mulai dari pengkajian sampai evaluasi maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut : 5.1.1 Pengkajian Pengkajian dilakukan melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik secara langsung agar data yang di dapat adalah data yang valid dan akurat. 5.1.2 Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul sebagai masalah adanya data yang menunjukkan adanya gangguan. Adapun masalah keperawatan yang muncul pada AnM dengan kasus Nefrotik Syndrom adalah sebagai berikut : 1. Kelebihan volumecairan berhubungan dengan hipoalbuminemia 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubugan dengan malnutrisi sekunder dari katabolisme protein. 3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas yang menurun

5.1.3 Perencanaan Pada perencanaan dilakukan berdasarkan sistematis dengan apa yang dilakukan klien. Rencana ini dibuat sesuai dengan keadaan klien. Penulis dapat bekerja sama dengan perawat ruangan dalam rencana keperawatan. 5.1.4 Pelaksanaan

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang telah direncanakan juga perlu dilakukan kerjasama yang baik antara klien dan perawat agar pelaksanaan dapat dilaksanakan secaar berkesinambungan. 5.1.5 Evaluasi Dari hasil evaluasi menunjukkan bahwa intervensi pada klien AnM masih dilanjutkan. B. SARAN 5.2.1 Bagi Mahasiswa Diharapkan dapat meningkatkan lagi perawatan Asuhan Keperawatan di ruangan perawatan Non Infeksi. 5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan akademik memberikan bimbingan, pelatihan kepada mahasiswa terutama dalam praktik pemasangan kateter. 5.2.3 Bagi RSUD Palembang BARI Bimbingan klinik kepada mahasiswa yang diterima hendaknya tetap dipertahankan keefektifannya. Dan bila perlu lebih ditingkatkan lagi karena bentuk bimbingan klinik di RSUD Palembang BARI, khususnya di Ruang Perawatan Non Infeksi telah sesuai dengan tujuan dari praktek klinik lapangan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Palembang sehingga kompetensi praktek dapat tercapai.

DAFTAR PUSTAKA Alimul Hidayat, Aziz. 2005. Kebutuhan Dasar Manusia: Jakarta. EGC Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran: Jakarta. M Doenges, Marilyn. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan: Jakarta http://Askep - Asuhan Keperawatan Nefrotik Syndrom- SNH Blog.com http://downloads.ziddu.com/downloadfiles/8377454/Pathwaysnefrotiksyndrom.doc http://keperawatan-gun.blogspot.com/

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An.M DENGAN DIAGNOSA NEFROTIK SYNDROM DI RUANG NON INFEKSI RSUD PALEMBANG BARI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK I

1. AGUS SARWOKO 2. AVEL LORA 3. APRIANI 4. MARTA YULIANI 5. PUTRI JAYANTI 6. NURAMITA ELAWATI

(PO.71.20.1.08.001) (PO.71.20.1.08.005) (PO.71.20.1.08.045) (PO.71.20.1.08.021) (PO.71.20.1.08.025) (PO.71.20.1.08.087)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG JURUSAN KEPERAWATAN 2010 POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN JL. MERDEKA No.76-78 Palembang telp. (0711) 351081 Judul : Asuhan Keperawatan pada Klien An.M Dengan Diagnosa Nefrotik Syndrom di Ruang Non Infeksi RSUD Palembang BARI Pembimbing :

No .

Tanggal/hari

Materi

Paraf

Ket