osteoporosis ns yalinda,s.kep
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
“OSTEOPOROSIS”
OLEH :
KELOMPOK IV
1. ANDIKA AIDIL SAPUTRA2. BARIKA HAYATI3. NANDA MUTIA 4. NOLA DESWITA5. OLVIA JUITA NENDRA6. ADITIO GANTAMA PUTRA7. ZULFAHMI CHAN 8. YULIA SUSANTI
DOSEN :Ns. YALINDA S. Kep
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMDA KABUPATEN PADANG PARIAMAN
2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat Rahmat yang telah Ia
berikan kepada Penulis sehingga Penulis bisa menyelesaikan tugas Makalah ini dengan
baik yang Penulis beri judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan “Gangguan
Muskuloskeletal Osteoporosis”
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan
bimbingan dalam Penulisan sehingga banyak Pengetahuan yang di dapatkan dari
Pembelajaran ini yang sangat bermanfaat untuk Praktek Keperawatan nantinya
Atas perhatian yang Pembaca berikan, Penulis mengucapkan terima kasih
Penulis
Kelompok IV
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
OSTEOPOROSIS
1. Definisi
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Anatomi Fisiologi
5. Manifestasi Klinis
6. Komplikasi
7. Evaluasi Diagnostik
8. Penatalaksanaan
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
4. Pendidikan Kesehatan
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam Keperawatan, banyak ilmu yang harus di kuasai oleh seorang Perawat,
salah satunya adalah tentang Konsep dasar penyakit mulai dari teoritis sampai
bagaimana melakukan Proses Keperawatan
Salah satu penyakit yang harus di kuasai adalah tentang gangguan
Muskuloskeletal yaitu tentang Osteoporosis
Oleh karena itu, sebelum melakukan Asuhan Keperawatan perlu bagi seorang
Perawat untuk menguasai ilmu tentang gangguan Muskuloskeletal. Bagaimana
cara Pencegahan dan pengobatannya agar dalam praktek nantinya, seorang
Perawat mampu memberikan Asuhan Keperawatan dengan baik
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memahami Teori tentang Penyakit osteoporosis dan Penerapan Proses
Keperawatan secara lebih terperinci sehingga bisa menerapkan teori yang
telah di dapatkan dalam pelayanan kesehatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dan teori tentang Penyakit Osteoporosis
b. Mengetahui tentang bagaimana melakukan Asuhan Keperawtan pada
Klien Osteoporosis
c. Mengetahui bagaimana malakukan Pengkajian keperawatan
d. Mengetahui bagaimana menganalisa data dan menegakkan diagnosa
keperawatan
e. Mampu menentukan intervensi yang tepat dan mengimplementasikan
sesuai dengan Prioritas masalah keperawatan yang di temukan
f. Mampu mengevaluasi tindakan Keperawatan yang telah di berikan
C. BATASAN MASALAH
Pembahasan Makalah ini meliputi : pengertian, etiologi, manifestasi,
evaluasi diagnostik, penatalaksanaan, komplikasi dan bagaimana
melakukan proses keperawatan tentang Osteoporosis
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
Sendi berporos/sendi putar
Sendi pelana
Gerakan Sendi :
1. Dapat di bedakan dalam tiga kelompok utama : Anatomi Fisiologi Sendi
Sendi adalah istilah yang di gunakan untuk menunjukkan pertemuan
antara dua atau lebih beberapa tulang dari kerangka
Sendi dapat di klasifikasikan menurut kemungkinan geraknya :
Tidak bergerak, sedikit bergerak, bergerak luas
Terdapat tiga jenis utama sendi yaitu : sendi fibrus, sendi tulang rawan
dan sendi synovial
1. Sendi Fibrous/sinartroses
Adalah sendi yang tidak dapat bergerak/merekat ikat maka tidak
memungkinkan gerakan – gerakan tulang antara tulang pipih tengkorak
2. Sendi tulang rawan/amphiartroses
Adalah sendi dengan gerakan sedikit dan permukaan persendiannya di
pisahkan oleh bahan antara dan hanya mungkin sedikit di gerakkan
3. Sendi sinovial/dirtroses
Adalah persendian yang bergerak bebas dan terdapat banyak ragamnya
Berbagai jenis sendi sinovial :
Sendi putar
Sendi engsel
Sendi kandiloid
1. Gerakan meluncur
Dimana permukaan ceper bergerak bergeseran satu dengan yang lainnya
seperti dalam gerakan antara tulang karpal dan tulang tarsal
2. Gerakan bersudut ( anguler )
Diterangkan sesuai dengan arah gerakan misal : fleksi ; lenturan atau
pelipatan, ekstensi ; pelurusan atau pengguluran, yang terjadi sekitar
sebuah sumbu yang terpasang melintang, adduksi ; gerakan ke arah
medial dan abduksi ; menjauh dari medial bada. Keduanya memutar
sumbu yang memanjang dalam rah posterior (dari depan ke belakang)
3. Gerakan Rotasi
Dimana satu tulang belakang mengitari tulang lain atau di dalam tulang
lain seperti pada sendi putar misalnya rotasi radius mengelilingi ulna.
Sirkumduksi adalah istilah untuk melukiskan kombinasi dari gerakan
rotasi dan gerakan bersudut ( anguler ), berputar dalam lingkaran, misal :
membawa lengan ke depan
Sendi anggota gerak atas :
1. Sendi stenoklavikuler
2. Sendi akromioklavikuler
3. Sendi bahu atau humeroklavikuler
4. Sendi siku
5. Sendi radio ulanaris
6. Sendi radio karpal ( pergelangan tangan )
7. Sendi karpo metacarpal
8. Sendi metakarpo falangeal
9. Sendi intrafalangeal
10. Sendi panggul
Pronasi adalah rotasi dari radius di atas ulna sampai pada telapak tangan
dan menghadap ke belakang. Lawannya adalah supinasi yang di lakukan
oleh otot – otot yang di sebut pronator dan supinator
Otot – otot yang yang mengerakkan siku :
Fleksi bisep
Brakhialis
Otot flexor dari lengan bawah
Pronasi Pronator dan fleksor radialis
Ekstensi Trisep
Ankonius
Supinasi Bisep
Supinator ( Brakhio Radialis )
Ekstensor dari ibu jari
Otot – otot yang menggerakkan pergelangan tangan :
Fleksi Otot – otot panjang yang melewati sebelah depan
pergelangan tangan
Ekstensi semua yang melintasi sebelah belakang sendi
Adduksi fleksor karpal dan ekstensor di sisi ulna dan
pergelangan tangan
Abduksi fleksor karpal dan ekstensor – ekstensor di sebelah
radial
2. Definisi
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang hemosatatis. Kecepatan reabsorpsi
tulang lebih besar dari pada kecepatan pembentukan tulang yang
mengakibatkan penurunan massa tulang total ( nettina ; 512 )
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga massa tulang
menurun. Komponen matriks yaitu mineral dan protein berkurang,
reabsorpsi terjadi lebih cepat dari pada formasi tulang sehingga menjadi tipis
3. Etiologi
a. Kekurangan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama
bertahun – tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan
pertumbuhan osteoporosis
b. Bahan katabolic endogen ( di produksi oleh tubuh ) dan eksogen ( dari
sumber lain ) menyebabkan osteoporosis.
Kortikosteroid yang berlebihan, syndrome chussing, hiperthiroidisme
dan hiperparathiroidisme mengakibatkan kehilangan massa tulang
c. Keadaan medis menyertai ( syndrome maabsorpsi, intoleransi laktosa,
penyalahgunaan alcohol, gagal ginjal, gagal hepar dan gangguan
endokrin )
d. Factor usia
Menghilangnya hormone estrogen pada saat menopause
4. Anatomi dan fisiologi
Susunan kerangka terdiri dari sebagai susunan macam – macam tulang yang
banyaknya kira – kira 206 buah tulang yang satu sam lain saling
berhubungan ( Anatomi Fisiologi, Drs. Syaiful BAC. Hal 19 )
Guna dari kerangka :
a. Menentukan seluruh bagian – bagian badan supaya jangan rapuh
b. Melindungi alat – alat tubuh yang halus seperti otak, jantung dan paru –
paru
c. Tempat melekatnya otot – otot danuntuk pergerakan tubuh dengan
perantara otot
d. Tempat pembuatan sel – sel terutama sel darah merah
e. Memberikan bentuk pada bangunan tubuh
f. Sebagai alat pergerakan
Bagian – bagian tulang :
Foramen ( lubang pada tulang )
Fosa ( lekuk tulang )
Processus ( taju / tonjolan tulang )
Kondilus ( taju bundar )
Tuberkel / tonjolan kecil
Tuberositas ( tonjolan besar )
Trochanter ( tonjolan besar pada tulang paha )
Krista ( tepi tulang usus )
Spina ( tonjolan pada tulang usus )
Kaput ( kepala tulang )
( Drs. Syaiful BAC ; hal 39 )
Rangka tubuh manusia terdiri dari 206 buah tulang :
Tulang panjang ( long bone )
Terdapat pada alat gerak atas dan bawah
Tulang pendek ( short bone )
Terdapat pada jari dan telapak tangan / kaki
Tulang pipih / flat bone
Terdapat pada tenggorokan dan panggul
Tulang tak teratur ( irregular bone )
Terdapat pada vertebra, telinga dan wajah
5. Patofisiologi
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting
untuk absorpsi, kalsium dan untuk mineralisasi tulang normal. Diet
mengandung kalsium dan vitamin D harus mencukupi untuk
mempertahankan remodeling tulang dan fungsi tubuh. Asupan kalsium dan
vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun – tahun mengakibatkan
pengurangan massa tulang dan pertumbuhan osteoporosis. Asupan cairan di
anjurkan peningkatan kalsium pada remaja dan dewasa muda ( usia 11 – 24
tahun ) sampai 1200 minggu untuk memaksimalkan puncak massa tulang.
RDA untuk orang dewasa tetap 800 minggu, tetapi 1000 – 1500 minggu
untuk wanita pasca menopause biasanya di anjurkan. Rata – rata perkiraan
sesungguhnya asupan / hari adalah 300 – 500 minggu.
Lansia menyerap kalsium diet kurang efektif dan mengeksresikan lebih
cepat melalui ginjalnya. Maka wanita pascamenopouse dan lansia
sesungguhnya perlu mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang tidak
terbatas. Sumber vitamin D dan kalsium terbaik adalah susu yang di perkaya
bahan katabolic endogen dan eksogen dapat menyebabkan osteoporosis.
Kortikosteroid berlebihan, syndrome chussing, hiperthiroidisme
menyebabkan kehilangan tulang, derajat osteoporosis berhubungan dengan
durasi terapi kortikosteroid. Ketika terapi di hentikan / masalah metabolisme
telah di atasi, perkembangan osteoporosis akan berhenti, namun restorasi
kehilangan massa tulang biasanya tidak terjadi.
Keadaan medis penyerta ( misalnya : syndrome malabsorpsi intoleransi
laktosa, penyalahgunaan alcohol, gagal ginjal, gagal hepar dan gangguan
endokrin ) mempengaruhi pertumbuhan osteoporosis. Obat – obatan
( misalnya : isonoid, heparin, tetracycline, antasida yang mengandung
alumunium furosemid anti konvulsan, kortikosteroid dan suplemen thyroid )
mempengaruhi penggunaan tubuh dan metabolisme kalsium. Imobilitas
menyumbang perkembangan osteoporosi. Pembentukan tulang di percepat
dengan adanya stress berat dan aktivitas otot. Ketika di imobilisasi dengan
gips paralysis atau inaktivitas umum, tulang akan di absorpsi lebih cepat dari
pembentukannya dan terjadilah osteoporosis
WEB OF CAUSATION
Determinasi tulang Factor lain
Factor genetic - Penurunan massa Ca
Factor mekanik - Peningkatan protein
Factor makanan dan hormone - Penurunan estrogen
- Merokok
- Alkohol
Perubahan proses reabsorpsi Gangguan hepar
Perubahan pembentukan tulang terganggu Penyerapan Ca menurun
Pengurangan massa tulang Gagal ginjal
Proses penipisan tulang maternal, Osteoporosis
Kolon, femoris, vertebra, paha, Tulang berlubang
Bagian proksimal dan bagian distal
( nyeri, fraktur, edema )
Resti infeksi
MK :
- Gangguan rasa nyaman nyeri
- Resiko cedera / fraktur
- Gangguan mobilitas fisik
- Gangguan konsep diri
- Kecemasan
6. Tanda dan Gejala
a. Nyeri dengan adanya fraktur ialah nyeri timbul secara mendadak sakit
hebat dan terlokalisasi pada tulang vertebra. Dengan adanya nyeri klien
akan mengalami gangguan mobilisasi fisik yang mengakibatkan
reansorbsi tulang yang berlebihan
b. Badan akan membungkuk
c. Penurunan tinggi badan
d. Tulang tipis pada foto sinar X
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Sinar X akan menunjukkan perubahan setelah terjadi kerapuhan tulang
30 – 60%
b. Pemeriksaan yang menunjukkan terjadinya densitas tulang meliputi : CT
scan, absorpsimetri dual – foton dan dual energy X – ray absorpsimetri
( DXA ) atau, densitomtry atau di ukur dengan gelombang ultrasonic.
Bone mineral density / broad band ultra sound attenuasion
c. Pemeriksaan laboratorium
Kalsium, serum, fosfat serum, fosfat alkali, eksresi, kalsium, serum,
ekskresi hitroksin frolin urine hematokrit dan LED
d. Biopsi tulang menunjukkan tulang tipis dan keropos
8. Komplikasi
a. Fraktur kompetensi vertebra torakalis dan lumbalis
b. Fraktur daerah femoris dan trochanterr
c. Patah pada tulan coles pada pergelangan tangan
d. Fraktur kompresi ganda vertebra mengakibatkan deformitas akut
9. Factor Resiko
Orang yang memiliki satu atau lebih factor resiko berikut ini dapat sangat
berisiko untuk terkena osteoporosis :
a. Menopause dini
b. Amenorhea ( menstruasi terhenti sebelum menopause )
c. Kurangnya hormone seks pada pria
d. Teraphy steroid
e. Hiperthiroid
f. Penyakit usus
g. Anoreksia Nervosa ( kelainan emosional yang menyebabkan tidak ada
nafsu makan )
h. Penyakit hati dan ginjal
10. Pentalaksanaan
Intervensi terapik
a. Manajemen yang di lakukan terutama adalah manajemen preventif
b. Mencegah jatuh pada lansia untuk mencegah fraktur
c. Latihan menahan beban ( berjalan ) seumur hidup
d. Asupan vitamin D yang adekuat melalui pancaran sinar matahari
suplemen diet untuk mempertahankan penyerapan kalsium
e. Asupan kalsium ( 1 – 15 gr/hari ) dapat menjadi mencegah
Intervensi farmakologi
a. Suplemen Kalsium
b. Penggunaan teraphy penggantian estrogen untuk wanita pasca
menopause yang di pandan lelbih efektif dari suplemen kalsium
c. Agen lainnya seperti 25 hitroksi vitamin D, kasitomin, falurida,
bifosfonat dan diurektiazid juga dapat di gunakan :
Kasitonin selama tersedia dalam bentuk semprot hidup atau atau
inijeksi IM subkutan
Sodium alendronat, bifosfonat, baru – baru ini digunakan untuk
menggunakan densitas tulang dan menurunkan resiko fraktur
11. Pendidikan dan Pemeliharaan Kesehatan Pasien
a. Ajarkan latihan untuk semua pasien dan olah raga yang dianjurkan
adalah olahraga dengan pembebenan yang dilakukan dalam posisi tegak
sehingga kerangka tubuh menunjang berat badan, misalnya jalan
jogging, senam, tenis dan sebgainya, olahraga di anjurkan tidak terlalu
berlebihan
b. Diet seimbang kaya kalsium, protein dan vitamin D, serta cukup paparan
sinar matahari
c. Konsumsi makan kaya magnesium untuk membantu metabolisme
kalaium dan vitamin D3
d. Hindari merokok, alcohol, kafein, juga soft drink yan banyak mengandun
karbonat yang menghambat penyerapan kalsium
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah kegiatan yang menghimpun inforrmasi ( data dari pasien,
keluarga dan lingkungan yang meliputi unsure bio-psiko-sosio-spirual yang
komperhensif meliputi :
a. Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya penyakit osteoporosis ini terjadi pada kien yang mengalami
kekurangan kalsium. Klien yang kurang mengkonsumsi makanan yang
kaya kalsium dan kurang vitamin D, pemberian obat kortikosteroid
jangka panjang serta kebiasaan rokok dan alcohol
b. Riwayat kesehatan sekarang
Nyeri yan timbul secara mendadak, sakitnya hebat dan terlokalisasi pada
daerah pada daerah vertebrae yang terserang, mobilitas berkurang,
menurunnya tinggi, badan membungkuk
c. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit ini di turunkan berdasarkan factor gentic tapi tidak terlalu di
turunkan
Dasar Data Pengkajian
Aktivitas / istirahat
Gejala :
Nyeri timbul secar mendadak, sakit hebat, terlokalisasi pada
tulang vertebra dengan adanya fraktur
Tanda :
Malaise, keterbatasan rentang gerak
Integritas Ego :
Gejala :
Faktor – factor stress akut / kronis, misal : financial,
pekerjaan, ketidakmampuan, keputus asaan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan ). Ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya
ketergantungan pada orang lain )
Makanan dan Cairan :
Gejala :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan / mengkonsumsikan
makanan / cairan adekuat, mual, anoreksia
Tanda :
Penurunan berat badan
Higiene :
Gejala :
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi ketergantungan pada orang lain
Neurosensori :
Gejala :
Kebas / kesemutan
Nyeri / kenyamanan :
Gejala :
Nyeri yang timbul secara mendadak dengan adanya fraktur
Keamanan :
Gejala :
Kesulitan dalam menangani tugas / pemeliharaan rumah
tangga
Interaksi Sosial :
Gejala :
Kerusakan interaksi dengan keluarga / orang lain : perubahan
perhatian, isolasi
Penyuluhan / pembelajaran :
Gejala :
Penggunaan makanan sehat, diet atau suplemen kalsium yang
memadai
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik di lakukan secara head to toe yang di mulai dari :
Bagian kepala
Mata, hidung, telinga, biasanya tidak ada keluhan
Bagian dada
Biasanya mengalami perubahan bentuk seperti simetris
Bagian tulang punggung / vertebrae
Biasanya mengalami perubahan seperti bungkuk atau memendek
Bagian abdomen
Biasanya mengalami perubahan seperti lordosis atau tulang punggung terdorong
ke depan menyerupai punggung orang hamil atau adanya kelainana hepar /
pembesaran hepar
System genitourinaria
Biasanya tidak mengalami gangguan
Jika klien mengalami gangguan ginjal, maka dalam urine klien ekan
mengandung protein
Bagian ekstremitas
Klien mengalami nyeri baik deangan atau tanpa fraktur yang nyata
Data Sosial Ekonomi
Penyakit osteoporosis dapat mengenai siapa saja, baik dari golongan ekonomi
menengah ke atas dan ekonomi menengah ke bawah, bisa saja mengenai siapapun dari
tingkat kehidupan social apapun
Data Psikologis
Klien merasa cemas dengan perubahan bentuk tubuh, merasa putus asa bahkan ada
yanga sampai menarik diri, perubahan citra diri
2. Kemungkinan Diaganosa Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d fraktur dan spasme otot
b. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri pada tulang
c. Resiko cedera fraktur b/d kerapuhan tulang
d. Gangguan konsep diri b/d perjalanan penyakit yang di derita
e. Gangguan rasa aman : cemas b/d perjalanan penyakit yang di derita
f. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program terapi
b/d kesalahan interpretasi informasi
3. Intervensi Keperawatan
a. Gangguan rasa nyaman nyeri b/d agen pencedera : distensi jaringan oleh
akumulasi cairan oleh proses inflemasi, destruksi sendi
Kriteria Hasil : Menunjukkan nyeri hilang atau terkontrol, terlihat rileks,
dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas yang sesuai
dengan kemampuan
Intervensi :
Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas. Catat factor –
factor yang mempercepat dan tanda – tanda rasa sakit non verbal
Rasional :
Membantu dalam menegakkan kebutuhan manajemen nyeri dan
keefektifan program
Biarkan pasien mengambil posisi yang nyaman pada waktu
istirahat atau duduk. Tingkatkan istirahat di tempat tidur sesuai
indikasi
Rasional :
Pada penyakit berat atau eksaserbasi, tirah baring mungkin di
perlukan ( sampai perbaikan obyektif dan subyektif di dapat )
untuk membatasi nyeri atau cedera sendi
Dorong untuk sering mengubah posisi. Bantu pasien untuk
bergerak ditempat tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di
bawah, hindari gerakan yang menyentak
Rasional :
Mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi,
mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi
Anjurkan pasien untuk mandi air hangat. Sediakan washlap untuk
mengompres sendi – sendi yang terasa sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air mandi dan sebagainya
Rasional :
Panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan
rasa sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas
pada panas dapat di hilangkan dan luka dapat di hilangkan dan
luka dermal dapat di sembuhkan
Berikan masase yang lembut
Rasional :
Meningkatkan relaksasi dan mengurangi tegangan otot
Dorong penggunaan teknik manajemen stress misalnya : relaksasi
progresif, sentuhan terapeutik, biofeedback, visualisasi, pedoman
imajinasi dan pengendalian nafas
Rasional :
Meningkatkan relaksasi, memberikan rasa control dan
meningkatkan kemampuan koping
Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi
individu
Rasional :
Memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi dan
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat
b. Gangguan mobilitas fisik b/d nyeri pada tulang
Kriteria hasil :
Mendemonstrasikan teknik/prilaku yang memungkinkan kemampuan
aktivitas
Intervensi :
Evaluasi/lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi atau rasa sakit
pada sendi
Rasional :
Tingkat aktivitas atau latihan tergantung dari perkembangan
resolusi inflamasi
Pertahankan istirahat tirah baring atau duduk jika di perlukan.
Jadwal aktivitas untuk memberikan periode istirahat yang terus
menerus dan tidur malam hari yang tidak terganggu
Rasional :
Istirahat sistemik di anjurkan selama massa eksaserbasi akut dan
seluruh fase penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan
dan mempertahankan kekuatan
Bantu dengan rentang gerak aktif atau pasif, demikian juga
latihan resistif san isometric jika memungkinkan
Rasional :
Mempertahankan atau meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot
dan stamina umum
Ubah posisi sering dengan sejumlah personil yang cukup.
Demonstrasikan atau bantu teknik pemindahan dan penggunaan
bantuan mobilitas misalnya trapeze
Rasional :
Menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan
sirkulasi. Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien
Posisikan dengan bantal, gantung pasir, gulungan pasir, gulungan
trochanter, bebat dan brace
Rasional :
Meningkatkan stabilitas jaringan ( mengurangi resiko cedera )
dan mempertahankan posisi sendi yang di perlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktur
Guna bantal / tipis di bawah leher
Rasional :
Mencegah fleksi leher
Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi,
berdiri, berjalan
Rasional :
Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilitas
Berikan lingkungan yang aman misalnya menaikkan kursi atau
kloset, menggunakan pegangan tangga pada bak, pancuran dan
toilet, penggunaan alat bantu mobilitas atau kursi roda
penyelamat
Rasional :
Menghindari cedera akibat kecelakaan atau cedera akibat
kecelakaan atau jatuh
c. Kurang pengetahuan mengenai proses osteoporosis dan program teraphy
b/d kesalahan interpretasi informasi
Kriteria hasil :
Menunjukkan pemahaman tentang kondisi/prognosis perawatan
Tinjau proses penyakit dan prognosis dan harapan masa depan
Rasional :
Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan
berdasarkan informasi
Bantu pasien dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi
yang realistis, istirahat, perawatan pribadi dan pemberian obat –
obatan, terapi fisik dan manajemen stress
Rasional :
Memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu
menangani proses penyakit kronis kompleks
Instruksikan klien untuk konsumsi suplemen yang memadai
Rasional :
Meminimalkan efek osteoporosis
Dorong untuk mempertahankan posisi tubuh yang benar baik
pada saat istirahat maupun pada waktu melakukan aktivitas
misalnya menjaga agar sendi tetap meregang tidak fleksi,
menggunakan beban untuk periode yang di tentukan
menempatkan tangan dengan dekat pada pusat tubuh selama
menggunakan dan bergeser dari mengangkat benda jika
memungkinkan
Rasional :
Mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup
pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri
Anjurkan mencerna obat – obatan dengan makanan, susu atau
antasida dan pada waktu tidur
Rasional :
Membatasi iritasi gaster pengurangan nyeri akan meningkatkan
tidur dan meningkatkan kadar darah, mengurangi kekakuan pada
pagi hari
Identifikasi efek samping obat – obatan yang merugikan misalnya
tinnitus, lambung tidak toleran, perdarahan gastro intestinal dan
ruam purpurik
Rasional :
Memperpanjang dan memaksimalkan dosis asapirin dapat
mengakibatkan tinnitus. Tinnitus umumnya mengindikasikan
kadar terapeutik darah yang tinggi
Jika terjadi tinnitus, dosis di turunkan menjadi 1 tablet setiap hari
atau tiga hari sampai berhenti
Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi
penggunaan obat – obatan yang di jual bebas tanpa persetujuan
Dokter
Rasional :
Banyak produk mengandung salisilat tersembunyi ( obat pilek,
anti diare ) yang dapat meningkatkan resiko efek samping obat
berbahaya
Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang
mengandung vitamin, protein dan zat besi
Rasional :
Meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan regenerasi
jaringan
Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen terapi
farmakologik
Rasional :
Keuntungan dari terapi obat – obatan tergantung kepada
ketetapan dosis misalnya aspirin harus di berikan secara regular
untuk mendukung kadar terapeutik darah 18 – 25 mg
4. Evalusi
Hasil yang di harapakan :
a. Mendapatkan pengetahuan mengenai osteoporosis dan program
penanganannya
Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan latihan terhadap masa
pulang
Mengkonsumsi kalsium diet dengan jumlah yang mencukupi
Meningkatkan tingkat latihan
Guna terapi hormone yang di resepkan
Menjalani prosedur skrinning sesuai anjuran
Mendapatkan peredaan nyeri
Mengalami redanya nyeri saat beristirahat
Mengalami ketidaknyamanan minimal selama aktivitas kehidupan
sehari – hari
Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada tempat fraktur
b. Menunjukkan pengosongan usus yang normal
Bising usus aktif
Gerakan usus teratur
c. Tidak mengalami fraktur baru
Mempetahankan fraktur yang bagus
Mempertahankan mekanika tubuh yang baik
Mengkonsumsi diet yang seimbang tinggi kalsium dan vitamin D
Rajin menjalankan latihan pembebanan berat badan ( berjalan setiap
hari )
Istirahat dengan berbaring beberapa kali sehari
Berpartisipasi dalam aktivitas di luar rumah
Menciptakan lingkungan rumah yang aman
Menerima bantuan dari supervise sesuai kebutuhan
BAB III
PENUTUP
A. KESI MPULAN
Definisi
Osteoporosis adalah kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total.
Terdapat perubahan pergantian tulang hemosatatis. Kecepatan reabsorpsi tulang
lebih besar dari pada kecepatan pembentukan tulang yang mengakibatkan
penurunan massa tulang total ( nettina ; 512 )
Etiologi
a. Kekurangan kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun
– tahun mengakibatkan pengurangan massa tulang dan pertumbuhan
osteoporosis
b. Bahan katabolic endogen ( di produksi oleh tubuh ) dan eksogen ( dari
sumber lain ) menyebabkan osteoporosis. Kortikosteroid yang berlebihan,
syndrome chussing, hiperthiroidisme dan hiperparathiroidisme
mengakibatkan kehilangan massa tulang
c. Keadaan medis menyertai ( syndrome maabsorpsi, intoleransi laktosa,
penyalahgunaan alcohol, gagal ginjal, gagal hepar dan gangguan endokrin )
d. Factor usia
Menghilangnya hormone estrogen pada saat menopaus
B. SARAN
Dengan adanya makalah ini di harapkan kepada semua Pembaca agar dapat
memanfaatkan makalah ini dengan sebaik – baiknya sehingga dapat menambah
wawasan dalam bidang keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin, 2000. Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. EGC. Jakarta
Doenges, E. Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC. Jakarta
Smeltzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & suddarth. EGC. Jakarta