askep atresia bilier

32
BUKU DIGITAL KEPERAWATAN 2014 KUMPULAN ASUHAN KEPERAWATAN (Askep Atresia Bilier) WWW . ISTANAKEPERAWATAN . BLOGSPOT . COM

Upload: adhoen-baladewa-haqiqi

Post on 11-Apr-2016

594 views

Category:

Documents


158 download

DESCRIPTION

asuhan keperawatan

TRANSCRIPT

Page 1: Askep Atresia Bilier

BUKU DIGITAL KEPERAWATAN

2014

KUMPULAN

ASUHAN

KEPERAWATAN

(Askep Atresia

Bilier)

W W W . I S T A N A K E P E R A W A T A N . B L O G S P O T . C O M

Page 2: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 2

KUTIPAN PASAL 72 :

Sanksi Pelanggaran Undang-Undang Hak Cipta

(Undang-Undang No. 19 Tahun 2002)

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara

masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp.

1.000.000,00 (satu juta rupiah) atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh)

tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar

rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau

menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta

atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.

500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

Page 3: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan rahmatNYA

penulis telah berhasil menyusun revisi kedua ebook Ratusan Askep untuk

mahasiswa keperawatan. Buku berbasis digital ini atau yang biasa disebut dengan

ebook, merupakan inovasi terbaru untuk para mahasiswa keperawatan dalam

menghadapi era teknologi dan informasi yang semakin berkembang. Dengan adanya

buku berbasis digital, mahasiswa bisa membawa ataupun menyimpan ebook ini

dengan fleksibel dan praktis. Pada penulisan ebook ini, penulis berusaha

menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dengan

mudah dicerna dan diambil intisari dari materi pelajaran sesuai dengan kebutuhan

mahasiswa dan dosen pengajar. Ebook ini juga diharapkan dapat digunakan oleh

mahasiswa kesehatan lainnya karena penulis berusaha melengkapi materi sesuai

dengan kebutuhan materi pembelajaran yang disempurnakan.

Penulis menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang

maksimal, mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang maksimal,

mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki, ebook ini masih banyak

kekurangan dan kelemahannya baik dari segi bahasa, pengolahan maupun dalam

penyusunan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik yang sifatnya

membangun demi tercapai suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam

bidang keperawatan.

Surabaya, Agustus 2014

Penulis

Page 4: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 4

Definisi Atresia bilier

Atresia bilier (biliary atresia) adalah suatu penghambatan di dalam pipa/saluran-

saluran yang membawa cairan empedu (bile) dari liver menuju ke kantung empedu

(gallbladder). Ini merupakan kondisi congenital, yang berarti terjadi saat kelahiran

(Lavanilate.2010.Askep Atresia Bilier).

Proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan kerusakan progresif pada

duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan aliran empedu. Jadi, atresia

bilier adalah tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan traktus

bilier ekstrahepatik yang menyebabkan inflamasi. Akibatnya di dalam hati dan darah

terjadi penumpukan garam empedu dan peningkatan degenerasi edema hepatic dan

bilirubin direk (Dr. Parlin.1991.Atresia Bilier. Jakarta: Ilmu Kesehatan Anak FK UI).

Kementerian Kesehatan melaporkan bahwa Penyakit Atresia Bilier terjadi pada 1

banding 10 ribu hingga 15 ribu bayi lahir hidup. Dengan angka kelahiran hidup di

Indonesia 4,5 juta pertahun, dari jumlah tersebut diprediksi bayi yang menderita penyakit

tersebut mencapai 300-450 bayi setiap tahunnya. Rasio atresia bilier pada anak

perempuan dan anak laki-laki adalah 1,4 : 1 (Wartapedia.2010).

Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir. Gejala

penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup. Gejala-gejala

seperti Ikterus, Jaundice Urin gelap Tinja berwarna pucat, Penurunan berat badan dan ini

berkembang ketika tingkat ikterus meningkat.

Pasien dengan atresia bilier dapat dibagi menjadi 2 grup, yakni :

1. Perinatal form ( Isolated Biliary Atresia)

65 ± 90 % Bentuk ini ditemukan pada neonatal dan bayi berusia 2-8 minggu.

Inflmasi atau peradangan yang progresiv pada saluran empedu extrahepatik timbul

setelah lahir. Bentuk ini tidak muncul bersama kelainan congenital lainnya.

2. Fetal Embrionic form

10 ± 35 % Bentuk ini ditandai dengan cholestatis yang muncul amat cepat,

dalam 2 minggu kehidupan pertama. Pada bentuk ini, saluran empedu tidak

terbentuk pada saat lahir dan biasanya disertai dengan kelainan congenital lainnya

seperti situs inversus, polysplenia,malrotasi, dan lain-lain.

Page 5: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 5

gambar 1.2 atresia bilier ekstrahepatik (wikipedia.2006)

Atresia biliary merupakan obliterasi atau hipoplasi satu komponen atau lebih dari

duktus biliaris akibat terhentinya perkembangan janin, menyebabkan ikterus persisten

dan kerusakan hati yang bervariasi dari statis empedu sampai sirosis biliaris, dengan

splenomegali bila berlanjut menjadi hipertensi porta (Kamus Kedokteran Dorland 2002:

206).

Atresia bilier atau atresia biliaris ekstrahepatik merupakan proses inflamasi

progresif yang menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik

sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran tersebut (Donna L. Wong 2008:

1028).

Klasifikasi Atresia bilier

Kasai mengajukan klasifikasi atresia bilier sebagai berikut :

gambar 1.3 tipe atresia bilier

I. Atresia (sebagian atau total) duktus bilier komunis, segmen proksimal paten.

II. IIa. Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus bilier komunis, duktus sistikus,

dan kandung empedu semuanyanormal).

IIb. Obliterasi duktus bilier komunis, duktus hepatikus komunis, duktus sistikus.

Kandung empedu normal.

III. Semua sistem duktus bilier ekstrahepatik mengalami obliterasi, sampai ke hilus.

Page 6: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 6

Tipe I dan II merupakan jenis atresia bilier yang dapat dioperasi (correctable),

sedangkan tipe III adalah bentuk yang tidak dapat dioperasi (non-correctable).

Sayangnya dari semua kasus atresia bilier, hanya 10% yang tergolong tipe I dan II

Etiologi

Etiologi atresia bilier masih belum diketahui dengan pasti. Sebagian ahli

menyatakan bahwa faktor genetik ikut berperan, yang dikaitkan dengan adanya kelainan

kromosom trisomi17, 18 dan 21; serta terdapatnya anomali organ pada 30% kasus atresia

bilier. Namun, sebagian besar penulis berpendapat bahwa atresia bilier adalah akibat

proses inflamasi yang merusak duktus bilier, bisa karena infeksi atau iskemi

Beberapa anak, terutama mereka dengan bentuk janin atresia bilier, seringkali

memiliki cacat lahir lainnya di jantung, limpa, atau usus.

Sebuah fakta penting adalah bahwa atresia bilier bukan merupakan penyakit

keturunan. Kasus dari atresia bilier pernah terjadi pada bayi kembar identik, dimana

hanya 1 anak yang menderita penyakit tersebut. Atresia bilier kemungkinan besar

disebabkan oleh sebuah peristiwa yang terjadi selama hidup janin atau sekitar saat

kelahiran. Kemungkinan yang "memicu" dapat mencakup satu atau kombinasi dari

faktor-faktor predisposisi berikut:

infeksi virus atau bakteri

masalah dengan sistem kekebalan tubuh

komponen yang abnormal empedu

kesalahan dalam pengembangan saluran hati dan empedu

hepatocelluler dysfunction

Manifestasi Klinis

Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka lahir. Gejala

penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama setelah hidup. Gejala-gejala

termasuk:

Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang sangat

tinggi (pigmen empedu) dalam aliran darah.

Jaundice disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada bayi

baru lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10 hari dari

Page 7: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 7

kehidupan. Seorang bayi dengan atresia bilier biasanya tampak normal saat

lahir, tapi ikterus berkembang pada dua atau tiga minggu setelah lahir

Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk pemecahan

dari hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian disaring oleh ginjal dan

dibuang dalam urin.

Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan bilirubin yang

masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut dapat menjadi

bengkak akibat pembesaran hati.

Penurunan berat badan, berkembang ketika tingkat ikterus meningkat

degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, ikterus, dan

hepatomegali, Saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan lemak yang

larut dalam air sehingga menyebabkan kondisi malnutrisi, defisiensi lemak

larut dalam air serta gagal tumbuh

Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:

Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh dan malnutrisi.

Gatal-gatal

Rewel

splenomegali menunjukkan sirosis yang progresif dengan hipertensi portal /

Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut

darah dari lambung, usus dan limpa ke hati).

Patofisiologi

Atresia bilier terjadi karena proses inflamasi berkepanjangan yang menyebabkan

kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik sehingga menyebabkan hambatan

aliran empedu, dan tidak adanya atau kecilnya lumen pada sebagian atau keseluruhan

traktus bilier ekstrahepatik juga menyebabkan obstruksi aliran empedu

Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia

terkonjugasi yang disertai bilirubinuria. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total

maupun parsial. Obstruksi total dapat disertai tinja yang alkoholik. Penyebab tersering

obstruksi bilier ekstrahepatik adalah : sumbatan batu empedu pada ujung bawah ductus

koledokus, karsinoma kaput pancreas, karsinoma ampula vateri, striktura pasca

peradangan atau operasi.

Page 8: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 8

Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran

normal empedu dari hati ke kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan dan

menyebabkan cairan empedu balik ke hati ini akan menyebabkan peradangan, edema,

degenerasi hati. Dan apabila asam empedu tertumpuk dapat merusak hati. Bahkan hati

menjadi fibrosis dan cirrhosis. Kemudian terjadi pembesaran hati yang menekan vena

portal sehingga mengalami hipertensi portal yang akan mengakibatkan gagal hati.

Jika cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit, akan menyebabkan rasa

gatal. Bilirubin yang tertahan dalam hati juga akan dikeluarkan ke dalam aliran darah,

yang dapat mewarnai kulit dan bagian putih mata sehingga berwarna kuning

Degerasi secara gradual pada hati menyebabkan joundice, ikterik dan

hepatomegaly.

Karena tidak ada aliran empedu dari hati ke dalam usus, lemak dan vitamin larut

lemak tidak dapat diabsorbsi, kekurangan vitamin larut lemak yaitu vitamin A, D,E,K

dan gagal tumbuh.

Vitamin A, D, E, K larut dalam lemak sehingga memerlukan lemak agar dapat

diserap oleh tubuh. Kelebihan vitamin-vitamin tersebut akan disimpan dalam hati dan

lemak didalam tubuh, kemudian digunakan saat diperlukan. Tetapi mengkonsumsi

berlebihan vitamin yang larut dalam lemak dapat membuat anda keracunan sehingga

menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, dan masalah hati dan jantung.

1. Vitamin A

Vitamin A terdapat dalam makanan berwarna kuning-oranye, berdaun hijau

gelap dan dalam bentuk retinol pada makanan yang berasal dari hewan. Wortel,

mangga, labu, pepaya, bayam, brokoli, selada air, kuning telur, susu dan hati adalah

makanan yang kaya vitamin A.

Vitamin A berperan dalam pertumbuhan dan pemeliharaan tulang dan jaringan

epitel, meningkatkan kekebalan, dan memerangi radikal bebas (antioksidan).

Kekurangan vitamin A adalah penyebab utama kebutaan pada anak-anak di banyak

negara berkembang.

2. Vitamin D

Ikan berlemak seperti sarden, mackerel, tuna, telur, makanan yang diperkaya

seperti margarin dan sereal adalah sumber vitamin D. Vitamin ini sangat penting

untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tulang karena mengontrol penyerapan kalsium

dan fosfor yang penting untuk metabolisme tulang. Kekurangan vitamin D pada anak-

anak akan menyebabkan penyakit rakhitis, dan pada orang dewasa menyebabkan

Page 9: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 9

osteomalasia, kondisi di mana tulang menjadi lemah dan lunak. Vitamin D dapat

diproduksi tubuh saat kulit menerima ultraviolet dari sinar matahari. Kekurangan

vitamin D dapat terjadi pada mereka yang memiliki diet rendah vitamin D atau jarang

terkena sinar matahari. Dosis besar vitamin dapat menyebabkan kelebihan kalsium,

terutama pada anak-anak, yang mengganggu pembentukan tulang. Namun, hal

tersebut sangat jarang terjadi. Tidak ada rekomendasi mengenai diet vitamin D untuk

orang dewasa yang hidup normal dan cukup terpapar sinar matahari.

3. Vitamin E

Vitamin E hadir dalam minyak wijen, kacang kedelai, beras, jagung dan biji

bunga matahari, kuning telur, kacang-kacangan dan sayuran. Vitamin ini adalah

antioksidan penting yang mencegah penuaan dini sel-sel, merangsang sistem

kekebalan tubuh, mengurangi risiko katarak, melindungi dari penyakit jantung,

mencegah penyakit kanker dan menjaga kesehatan kulit. Kekurangan vitamin E pada

manusia jarang terjadi, kecuali pada bayi prematur dan mereka yang memiliki

masalah pencernaan.

4. Vitamin K

Selada, kubis, kembang kol, bayam, kangkung, susu, dan sayuran berdaun

hijau tua adalah sumber terbaik vitamin ini. Vitamin K terlibat dalam pembekuan

darah dan kekurangannya dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan kesulitan

dalam penyembuhan. Kekurangan vitamin ini jarang terjadi, kecuali pada bayi baru

lahir dan mereka yang memiliki masalah penyerapan atau metabolisme vitamin,

seperti penderita penyakit hati kronis.

Pemeriksaan Diagnostik

Belum ada satu pun pemeriksaan penunjang yang dapat sepenuhnya diandalkan

untuk membedakan antara kolestasis intrahepatik dan ekstrahepatik. Secara garis besar,

pemeriksaan dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu pemeriksaan :

1) Laboratorium rutin dan khusus untuk menentukan etiologi dan mengetahui

fungsi hati (darah,urin, tinja)

2) Pencitraan, untuk menentukan patensi saluran empedu dan menilai parenkim

hati

3) Biopsi hati, terutama bila pemeriksaan lain belum dapat menunjang diagnosis

atresia bilier.

Page 10: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 10

1) Pemeriksaan laboratorium

a) Pemeriksaan rutin

Pada setiap kasus kolestasis harus dilakukan pemeriksaan kadar komponen

bilirubin untuk membedakannya dari hiperbilirubinemia fisiologis. Selain itu

dilakukan pemeriksaan darah tepi lengkap, uji fungsi hati, dan gamma-GT. Kadar

bilirubin direk < 4 mg/dl tidak sesuaidengan obstruksi total. Peningkatan kadar

SGOT/SGPT > 10 kali dengan pcningkatan gamma-GT < 5 kali, lebih mengarah

ke suatu kelainan hepatoseluler. Sebaliknya, peningkatan SGOT < 5kali dengan

peningkatan gamma-GT > 5 kali, lebih mengarah ke kolestasis ekstrahepatik.

Menurut Fitzgerald, kadar gamma-GT yang rendah tidak menyingkirkan

kemungkinan atresia bilier. Kombinasi peningkatan gamma-GT, bilirubin serum

total atau bilirubin direk, dan alkalifosfatase mempunyai spesifisitas 92,9%

dalam menentukan atresia bilier.

- Pemeriksaan urine : pemeriksaan urobilinogen penting artinya pada pasien yang

mengalami ikterus. Tetapi urobilin dalam urine negatif. Hal ini menunjukkan

adanya bendungan saluran empedu total.

- Pemeriksaan feces : warna tinja pucat karena yang memberi warna pada tinja /

stercobilin dalam tinja berkurang karena adanya sumbatan.

- Fungsi hati : bilirubin, aminotranferase dan faktor pembekuan : protombin time,

partial thromboplastin time.

b) Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan aspirasi duodenum (DAT) merupakan upaya diagnostik yang

cukup sensitif, tetapi penulis lain menyatakan bahwa pemeriksaan ini tidak lebih

baik dari pemeriksaan visualisasi tinja. Pawlawska menyatakan bahwa karena

kadar bilirubin dalam empedu hanya10%, sedangkan kadar asam empedu di

dalam empedu adalah 60%, maka tidak adanya asam empedu di dalam cairan

duodenum dapat menentukan adanya atresia bilier.

2) Pencitraan

a) Pemeriksaan ultrasonografi

Theoni mengemukakan bahwa akurasi diagnostic USG 77% dan dapat

ditingkatkan bilapemeriksaan dilakukan dalam 3 fase, yaitu pada keadaan puasa,

saat minum dan sesudah minum.Bila pada saat atau sesudah minum kandung

empedu berkontraksi, maka atresia bilier kemungkinan besar (90%) dapat

disingkirkan. Dilatasi abnormal duktus bilier, tidak ditemukannya kandung

Page 11: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 11

empedu, dan meningkatnya ekogenitas hati, sangat mendukung diagnosisatresia

bilier. Namun demikian, adanya kandung empedu tidak menyingkirkan

kemungkinan atresia bilier, yaitu atresia bilier tipe I / distal.

b) Sintigrafi hati

Pemeriksaan sintigrafi sistem hepatobilier dengan isotop Technetium 99m

mempunyai akurasi diagnostik sebesar 98,4%. Sebelum pemeriksaan dilakukan,

kepada pasien diberikan fenobarbital 5 mg/kgBB/hari per oral, dibagi dalam 2

dosis selama 5 hari. Pada kolestasisintrahepatik pengambilan isotop oleh

hepatosit berlangsung lambat tetapi ekskresinya ke usus normal, sedangkan pada

atresia bilier proses pengambilan isotop normal tetapi ekskresinya keusus lambat

atau tidak terjadi sama sekali. Di lain pihak, pada kolestasis intrahepatik yang

beratjuga tidak akan ditemukan ekskresi isotop ke duodenum. Untuk

meningkatkan sensitivitas danspesifisitas pemeriksaan sintigrafi, dilakukan

penghitungan indeks hepatik (penyebaran isotop dihati dan jantung), pada menit

ke-10. Indeks hepatik > 5 dapat menyingkirkan kemungkinanatresia bilier,

sedangkan indeks hepatik < 4,3 merupakan petunjuk kuat adanya atresia

bilier.Teknik sintigrafi dapat digabung dengan pemeriksaan DAT, dengan akurasi

diagnosis sebesar 98,4%. Torrisi mengemukakan bahwa dalam mendetcksi atresia

bilier, yang terbaik adalahmenggabungkan basil pemeriksaan USG dan sintigrafi.

c) Liver Scan

Scan pada liver dengan menggunakan metode HIDA (Hepatobiliary

Iminodeacetic Acid). Hida melakukan pemotretan pada jalur dari empedu dalam

tubuh, sehingga dapat menunjukan bilamana ada blokade pada aliran empedu.

d) Pemeriksaan kolangiografi

Pemeriksaan ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreaticography).

Merupakan upaya diagnostik dini yang berguna untuk membedakan antara atresia

bilier dengan kolestasisintrahepatik. Bila diagnosis atresia bilier masih

meragukan, dapat dilakukan pemeriksaan kolangiografi durante operasionam.

Sampai saat ini pemeriksaan kolangiografi dianggap sebagai baku emas

untuk membedakan kolestasis intrahepatik dengan atresia bilier.

3) Biopsi hati

Gambaran histopatologik hati adalah alat diagnostik yang paling dapat

diandalkan. Ditangan seorang ahli patologi yang berpengalaman, akurasi

diagnostiknya mencapai 95%,sehingga dapat membantu pengambilan keputusan

Page 12: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 12

untuk melakukan laparatomi eksplorasi, danbahkan berperan untuk penentuan operasi

Kasai. Keberhasilan aliran empedu pasca operasi Kasai di 6 tukan oleh diameter

duktus bilier yang paten di daerah hilus hati. Bila diameter duktus100 200 u atau 150

400 u maka aliran empedu dapat terjadi. Desmet dan Ohya menganjurkan agar

dilakukan frozen section pada saat laparatomi eksplorasi, untuk menentukan apakah

portoenterostomi dapat dikerjakan. Gambaran histopatologik hati yang mengarah ke

atresia bilier mengharuskan intervensi bedah secara dini. Yang menjadi pertanyaan

adalah waktu yang paling optimal untuk melakukan biopsi hati. Harus disadari,

terjadinya proliferasi duktuler (gambaran histopatologik yang menyokong diagnosis

atresia bilier tetapi tidak patognomonik) memerlukan waktu. Oleh karena itu tidak

dianjurkan untuk melakukan biopsi pada usia < 6 minggu

Penatalaksanaan

1. Terapi medikamentosa

1) Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati terutama asam empedu

(asamlitokolat), dengan memberikan :

Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, per oral.

Fenobarbital akan merangsang enzimglukuronil transferase (untuk mengubah

bilirubin indirek menjadi bilirubin direk); enzimsitokrom P-450 (untuk

oksigenisasi toksin), enzim Na+ K+ ATPase (menginduksi

aliranempedu). Kolestiramin 1 gram/kgBB/hari dibagi 6 dosis atau sesuai

jadwal pemberian susu. Kolestiraminmemotong siklus enterohepatik asam

empedu sekunder

2) Melindungi hati dari zat toksik, dengan memberikan : Asam ursodeoksikolat, 310

mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis, per oral. Asam ursodeoksikolatmempunyai daya ikat

kompetitif terhadap asam litokolat yang hepatotoksik.

2. Terapi nutrisi

Terapi yang bertujuan untuk memungkinkan anak tumbuh dan berkembang

seoptimal mungkin, yaitu :

1) Pemberian makanan yang mengandung medium chain triglycerides (MCT)

untuk mengatasi malabsorpsi lemak dan mempercepat metabolisme.

Disamping itu, metabolisme yang dipercepat akan secara efisien segera

dikonversi menjadi energy untuk secepatnya dipakai oleh organ dan otot,

Page 13: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 13

ketimbang digunakan sebagai lemak dalam tubuh. Makanan yang mengandung

MCT antara lain seperti lemak mentega, minyak kelapa, dan lainnya.

2) Penatalaksanaan defisiensi vitamin yang larut dalam lemak. Seperti vitamin A,

D, E, K

3. Terapi bedah

a. Kasai Prosedur

Prosedur yang terbaik adalah mengganti saluran empedu yang mengalirkan

empedu keusus. Tetapi prosedur ini hanya mungkin dilakukan pada 5-10% penderita.

Untuk melompati atresia bilier dan langsung menghubungkan hati dengan usus halus,

dilakukan pembedahan yang disebut prosedur Kasai. Biasanya pembedahan ini hanya

merupakan pengobatan sementara dan pada akhirnya perlu dilakukan pencangkokan

hati.

b. Pencangkokan atau Transplantasi Hati

Transplantasi hati memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk atresia

bilier dan kemampuan hidup setelah operasi meningkat secara dramatis dalam

beberapa tahun terakhir. Karena hati adalah organ satu-satunya yang bisa bergenerasi

secara alami tanpa perlu obat dan fungsinya akan kembali normal dalam waktu 2

bulan. Anak-anak dengan atresia bilier sekarang dapat hidup hingga dewasa, beberapa

bahkan telah mempunyai anak. Kemajuan dalam operasi transplantasi telah juga

meningkatkan kemungkianan untuk dilakukannya transplantasi pada anak-anak

dengan atresia bilier. Di masa lalu, hanya hati dari anak kecil yang dapat digunakan

untuk transplatasi karena ukuran hati harus cocok. Baru-baru ini, telah dikembangkan

untuk menggunakan bagian dari hati orang dewasa, yang disebut"reduced size" atau

"split liver" transplantasi, untuk transplantasi pada anak dengan atresia bilier.

Page 14: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 14

Berdasarkan treatment yang diberikan :

a. Palliative treatment

Dilakukan home care untuk meningkatkan drainase empedu dengan mempertahankan

fungsi hati dan mencegah komplikasi kegagalan hati.

b. Supportive treatment

- Managing the bleeding dengan pemberian vitamin K yang berperan dalam

pembekuan darah dan apabila kekurangan vitamin K dapat menyebabkan

perdarahan berlebihan dan kesulitan dalam penyembuhan. Ini bisa ditemukan

pada selada, kubis, kol, bayam, kangkung, susu, dan sayuran berdaun hijau tua

adalah sumber terbaik vitamin ini.

- Nutrisi support, terapi ini diberikan karena klien dengan atresia bilier

mengalami obstruksi aliran dari hati ke dalam usus sehingga menyebabkan

lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi. Oleh karena itu diberikan

makanan yang mengandung medium chain triglycerides (MCT) seperti minyak

kelapa.

- Perlindungan kulit bayi secara teratur akibat dari akumulasi toksik yang

menyebar ke dalam darah dan kulit yang mengakibatkan gatal (pruiritis) pada

kulit.

- Pemberian health edukasi dan emosional support, keluarga juga turut membantu

dalam memberikan stimulasi perkembangan dan pertumbuhan klien.

Komplikasi

1. Kolangitis:

komunikasi langsung dari saluran empedu intrahepatic ke usus, dengan aliran

empedu yang tidak baik, dapat menyebabkan ascending cholangitis. Hal ini terjadi

terutamadalam minggu-minggu pertama atau bulan setelah prosedur Kasai sebanyak

30-60% kasus.Infeksi ini bisa berat dan kadang-kadang fulminan. Ada tanda-tanda

sepsis (demam, hipotermia,status hemodinamik terganggu), ikterus yang berulang,

feses acholic dan mungkin timbul sakitperut. Diagnosis dapat dipastikan dengan

kultur darah dan / atau biopsi hati.

2. Hipertensi portal:

Portal hipertensi terjadi setidaknya pada dua pertiga dari anak-anak setelah

portoenterostomy. Hal paling umum yang terjadi adalah varises esofagus.

3. Hepatopulmonary syndrome dan hipertensi pulmonal:

Page 15: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 15

Seperti pada pasien dengan penyebab lain secara spontan (sirosis atau

prehepatic hipertensi portal) atau diperoleh (bedah) portosystemic shunts, shunts pada

arterivenosus pulmo mungkin terjadi. Biasanya, hal inimenyebabkan hipoksia,

sianosis, dan dyspneu. Diagnosis dapat ditegakan dengan scintigraphyparu. Selain itu,

hipertensi pulmonal dapat terjadi pada anak-anak dengan sirosis yang menjadi

penyebab kelesuan dan bahkan kematian mendadak. Diagnosis dalam kasus ini dapat

ditegakan oleh echocardiography. Transplantasi liver dapat membalikan shunts, dan

dapat membalikkan hipertensi pulmonal ke tahap semula.

4. Keganasan:

Hepatocarcinomas, hepatoblastomas, dan cholangiocarcinomas dapat timbul

padapasien dengan atresia bilier yang telah mengalami sirosis. Skrining untuk

keganasan harusdilakukan secara teratur dalam tindak lanjut pasien dengan operasi

Kasai yang berhasil.

Hasil setelah gagal operasi Kasai

Sirosis bilier bersifat progresif jika operasi Kasai gagal untuk memulihkan

aliran empedu,dan pada keadaan ini harus dilakukan transplantasi hati. Hal ini

biasanya dilakukan di tahun kedua kehidupan, namun dapat dilakukan lebih awal (dari

6 bulan hidup) untuk mengurangi kerusakan dari hati. Atresia bilier mewakili lebih

dari setengah dari indikasi untuk transplantasi hati di masa kanak-kanak. Hal ini juga

mungkin diperlukan dalam kasus-kasus dimana pada awalnya sukses setelah operasi

Kasai tetapi timbul ikterus yang rekuren (kegagalan sekunder operasi Kasai), atau

untuk berbagai komplikasi dari sirosis (hepatopulmonary sindrom).

Prognosis

Keberhasilan portoenterostomi ditentukan oleh usia anak saat dioperasi,

gambaran histologik porta hepatis, kejadian penyulit kolangitis, dan pengalaman ahli

bedahnya sendiri. Bila operasi dilakukan pada usia < 8 minggu maka angka

keberhasilannya 71,86%, sedangkan bila operasi dilakukan pada usia > 8 minggu

maka angka keberhasilannya hanya 34,43%. Sedangkan bila operasi tidak dilakukan,

maka angka keberhasilan hidup 3 tahun hanya 10% dan meninggal rata-rata pada usia

12 bulan. Anak termuda yang mengalami operasi Kasai berusia 76 jam. Jadi, faktor-

faktor yang mempengaruhi kegagalan operasi adalah usia saat dilakukan operasi > 60

hari, adanya gambaran sirosis pada sediaan histologik hati, tidak adanya duktus bilier

Page 16: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 16

ekstrahepatik yang paten, dan bila terjadi penyulit hipertensi portal. (Dewi,

Kristiana.2010.Atresia bilier)

Page 17: Askep Atresia Bilier

Perinatal form ( Isolated Biliary Atresia): - infeksi virus /bakteri - masalah dg sistem kekebalan tubuh - komponen yg abnormal empedu

Fetal Embrionic form : -kelainan kongenital

saluran empedu tidak terbentuk

Inflmasi yg progresiv

kerusakan progresif pada duktus bilier ekstrahepatik

obstruksi aliran dari hati ke

dalam usus

Atresia bilier

cairan asam empedu balik ke hati

Proses peradangan sel hati

Bilirubin yg tertahan dlm hati

Gangguan suplay darah

pd sel hepar

Kerusakan sel parenkim, sel hati, dan duktus empedu ekstrahepatik

Gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak, protein

Glikoginesis ↓ Glukoneogenesis ↓

Glikogen dalam hepar ↓

Glukosa dalam darah ↓

kelemahan

MK : Intoleransi aktivitas

dikeluarkan ke dalam aliran darah

O

b

s

t

r

u

k

s

i

Kerusakan sel

ekskresi

Bilirubin direk

meningkat

Regurgitasi pada

duktulii empedu

intrahepatik

Retensi bilirubin

mewarnai kulit dan bagian putih mata sehingga berwarna kuning

ikterik MK : Kerusakan Integritas kulit

Pembesaran hepar

(Hepatomegali)

Perut terasa penuh

Menekan

diafragma

Mual muntah

MK : kekurangan volume cairan

lemak dan vitamin

larut lemak tidak

dapat diabsorbsi

kekurangan vitamin larut

lemak (A, D, E dan K)

MK : nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

MK : Gangguan pertumbuhan

mal absorbsi usus

tersebar ke dalam darah dan kulit

Pruiritis (gatal) pd kulit

Distensi abdomen

MK : Gangguan eliminasi fekal (diare)

MK : Hipertermy

MK : Pola nafas tidak efektif

WOC ATRESIA BILIER

Page 18: Askep Atresia Bilier

ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:

An. M (laki-laki, 2 bulan 4 hari) dibawa ke Rumah Sakit dengan keluhan 1 bulan

pasca kelahiran sedikit demi sedikit kulit tampak berwarna kuning, tinja berwarna pucat,

air kencing berwarna gelap, demam, perut membesar dan selalu rewel. Dari hasil

pemeriksaan diketahui adanya hipertensi vena porta, peningkatan kadar bilirubin dan

hasil Rontgen didapatkan adanya pembesaran hati.

Pengkajian Anak

Anamnesa

a. Data Demografi klien :

1) Nama : An. M 6) Agama : Islam

2) Usia : 2 bulan 4 hari 7) Tanggal MRS :

11 Oktober 2010

3) Jenis Kelamin : Laki-laki 8) Jam MRS : 16.00 WIB

4) Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia 9) Diagnosa : Atresia bilier

5) Alamat : Kradian Kadipuro, Banjarsari

b. Identitas Penanggung Jawab :

1) Nama : Tn. D

2) Umur : 40 tahun

3) Jenis kelamin : Laki-laki

4) Pendidikan/ pekerjaan : SLTA/ wiraswasta

5) Hubungan dg klien : ayah klien

c. Keluhan Utama: ayah klien mengatakan anak M mengalami demam (38,4 °C)

d. Riwayat Penyakit Sekarang: Demam selama 4 hari, rewel, perut klien buncit

dan keras, kulit tampak kuning, kencing klien berwarna gelap, dan feses pucat.

e. Riwayat Penyakit sebelumnya : -

f. Riwayat Tumbuh Kembang anak :

- Imunisasi : Hepatitis B-1 diberikan waktu 12 jam setelah lahir, BCG

diberikan saat lahir, Polio oral diberikan bersamaan dengan DTP

- Status Gizi : Kekurangan gizi akibat gangguan penyerapan makanan terutama

vitamin larut lemak (A,D,E,K)

- Tahap perkembangan anak menurut teori psikososial :

Page 19: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 19

Klien An. M mencari kebutuhan dasarnya seperti kehangatan, makanan

dan minuman serta kenyamanan dari orang tua sendiri.

- Tahap kepribadian anak menurut teori psikoseksual :

Klien An M. menujukkan karakter awal kepribadiannya dengan

mengenali siapa yang mengasuhnya. Klien menyukai saat digendong dan

diayun-ayun Perilaku kegiatan motorik sederhana terkoordinasi, dengan

menggerakkan jari tangan, menggenggam ibu jari ibu yang berhubungan

emosi dengan orang tua, saudara (sibling), dan orang lain.

g. Riwayat Kesehatan Keluarga:

- Komposisi keluarga : Keluarga berperan aktif terutama ibu klien An. M dalam

merawat klien.

- Lingkungan rumah dan komunitas : Lingkungan sekitar rumah berada di area

perindustrian kimia.

- Kultur dan kepercayaan : -

- Perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan : -

- Persepsi keluarga tentang penyakit anak : cobaan Tuhan

Pemeriksaan Fisik

a. B1 (breath) : RR meningkat >40x/menit, Suhu (38,4 °C), penggunaan otot

bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, napas pendek.

b. B2 (blood) : TD meningkat 100/150 mmhg, HR meningkat 103x/ menit

(tachicardi).

c. B3(brain) : gelisah (rewel), gangguan mental, gangguan kesadaran

sampai koma

d. B4 (bladder) : Perubahan warna urin dan feses

-Urine : warna gelap, pekat

-Feses : warna dempul, steatorea, diare

e. B5 (bowel) : anoreksia, mual muntah, tidak toleran terhadap lemak dan

makanan pembentuk gas, regurgitasi berulang, penurunan

berat badan BB/TB (5,1 Kg/ 62 cm), dehidrasi, distensi

abdomen, hepatomegali.

f. B6 (bone) : letargi atau kelemahan, otot tegang atau kaku bila kuadran

kanan atas ditekan, ikterik,

kulit berkeringat dan gatal (pruritus), kecenderungan

Page 20: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 20

perdarahan (kekurangan vitamin K), oedem perifer, jaundice,

kerusakan kulit.

Keterangan tambahan :

Anak dengan Atresia Billiary ekstrahepatik, setelah usia 6 tahun terjadi

gangguan neuromuskuler seperti tidak ada reflek-

reflek tendo dalam, kelemahan memandang ke atas, ketidakmampuan berjalan akibat

parosis kedua tungkai bawah serta kehilangan rasa getar.

Apabila kolestasis kronis berat terjadi akibat Atresia Billiary ekstrahepatik,

maka akan tampak gambaran wajah yang disebut Watson Syndrome-Alagine

( Displasia Anterio B Hepatis) yaitu perkembangan tulang dahi yang menonjol,

hipertelorisme,

kemiringanokuler, anti mongoloid, tulang hidung yang datar serta dagu yang runcing.

Penderita juga mengalami sterosis arteri pulmonar serta cacat-cacat pada

lengkungan bagian depan vertebra.

Pemeriksaan Penunjang

a)Laboratorium

- Bilirubin direk dalam serum meninggi. Normalnya (0,3 – 1,9 mg/dl)

- Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim hati akibat

bendungan empedu yang luas. Normalnya (1,7 – 7,1 mg/dl)

- Tidak ada urobilinogen dalam urin.

- Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase alkalifosfatase (5-

20 kali lipat nilai normal) serta traksi-traksi lipid (kolesterol fosfolipid

trigliserol).

b)Pemeriksaan Diagnostik

- USG yaitu untuk mengetahui kelainan kongenital penyebab kolestasis ekstra

hepatik (dapat berupa dilatasi kristik saluran empedu).

- Memasukkan pipa lambung sampa duodenum lalu cairan duodenum diaspirasi.

Jika tidak ditemukan cairan empedu, dapat berarti atresia empedu terjadi.

- Sintigrafi Radio Kolop Hepatobilier untuk mengetahui kemampuan hati

memproduksi empedu dan mengekskresikan ke saluran empedu sampai

tercurah ke duodenum. Jika tidak ditemukan empedu di duodenum, maka

dapat berarti terjadi katresia intrahepatik.

Page 21: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 21

- Biopsi hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan dan noduler.

Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75 % penderita tidak ditemukan

lumen yang jelas.

Analisis Data

No Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS: pasien menangis,

rewel

DO:

Suhu tubuh meningkat

(38°C)

Takikardi (103x/menit)

RR meningkat

>24x/menit

Inflamasi yg progresiv

kerusakan progresif pada

duktus bilier ekstrahepatik

Mekanisme tubuh untuk

meningkatkan suhu tubuh

Hypertermi

Hypertermi

2 DS : pasien terlihat

sesak.

DO :

RR= 35x/menit

Penggunaan otot bantu

pernapasan

Napas pendek

cairan asam empedu balik

ke hati

Peradangan sel hati

Hepatomegali (pembesaran

hepar)

distensi abdomen

menekan diafragma

peningkatan Komplain paru

Kebutuhan oksigen

meningkat

Frekuensi napas meningkat

Pola napas tidak efektif

Page 22: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 22

3. DS: Tidak mau makan,

rewel, mual/muntah.

Do:

Berat badan turun (6 kg

menjadi 5,1 kg)

,muntah, konjungtiva

anemis.

Obstruksi aliran dari hati ke

dalam usus

gangguan penyerapan lemak

dan vitamin larut lemak (A,

D, E, dan K)

Nutrisi kurang dari

kebutuhan

Gangguan pemenuhan

Nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

4. Ds:-

Do:

Anak tampak tidak

nyaman dengan posisi

tidunya

Terdapat pruritus di

daerah pantat &

punggung anak

Albumin 3,27 g/dL

(N:3,8-5,4)

cairan asam empedu balik

ke hati

itching dan akumulasi dari

toksik

tersebar ke dalam darah dan

kulit

Pruiritis (gatal) pd kulit

Kerusakan integritas

kulit

5. Ds:-

Do:

Feses cair,

frekuensiBAB

meningkat (lebihdari 3 x

sehari), bunyi bising

usus meningkat.

obstruksi aliran dari hati ke

dalam usus

lemak dan vitamin larut

lemak tidak dapat

diabsorbsi

Mal absorbsi usus

Diare

Gangguan

eliminasiBAB

6. DS : -

DO : Penurunan turgor

kulit

Frekuensi nadi

meningkat > 100x/menit

Pembesaran hepar

Distensi abdomen

Perut terasa penuh

Mual muntah

Kekurangan volume

cairan

Page 23: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 23

Produksi keringat

meningkat

Input = 700 ml/hr

Output = 1000 ml/hr

cairan banyak yang keluar

7 DS: Orang tua sering

menanyakan keadaan

anaknya

DO: Orang tua tampak

gelisah dan bingung

Kurang sumber informasi

ansietas

Ansietas

Diagnosa Keperawatan

1) Hypertermi berhubungan dengan inflamasi akibat kerusakan progresif pada

duktusbilier ekstrahepatik

2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan distensi abdomen

3) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai dengan berat badan turun dan

konjungtiva anemis.

4) Gangguan eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan mal absorbsi

usus,ditandai dengan feses cair, frekuensi BAB meningkat (lebih dari 3 xsehari),

bunyi bising usus meningkat.

5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu

dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.

6) Kekurangan volume cairan b.d dengan mual dan muntah

7) Ansietas berhubungan dengan minimnya informasi tentang penyakit akibat kurang

pengetahuan

Intervensi Keperawatan

1. Hypertermi b.d inflamasi akibat kerusakan progresif pada duktusbilier ekstrahepatik

Tujuan : suhu akan kembali normal dalam waktu 1x 24 jam

Kriteria hasil :- suhu normal 36,50 – 37,5

0C

- Nadi dan pernapasan dalam rentan normal (N= < 160 x / menit ,

RR= 30-40 x/menit)

Intervensi Rasional

Page 24: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 24

Mandiri:

1. Berikan kompres air biasa pada

aksila, kening, leher dan lipatan

paha.

2. Pantau suhu minimal setiap 2 jam

sekali, sesuai kebutuhan

3. Berikan pasien pakaian tipis

4. Manipulasi lingkungan seperti

penggunaan AC/ kipas angin

Kolaborasi:

5. Berikan obat anti piretik sesuai

kebutuhan

1. Dapat membantu mengurangi demam.

2. Mengetahui kemungkinan adanya

kenaikan suhu secara mendadak

3. Membantu mengurangi panas di tubuh

4. Memberikan rasa nyaman dengan

mengurangi keadaan panas akibat

suhu pengaruh lingkungan

5. Digunakan untuk mengurangi demam

dengan aksi sentralnya pada

hipotalamus.

2. Pola nafas tidak efektif b.d peningkatan distensi abdomen

Tujuan : Menunjukkan pola nafas yang efektif

Kriteria Hasil :

- RR= 30-40 napas/ menit

- Kedalaman inspirasi dan kedalaman bernafas

- Tidak ada penggunaan otot bantu nafas

Intervensi Rasional

Mandiri:

1. Kaji distensi abdomen

2. Kaji RR, kedalaman, dan kerja

pernafasan.

3. Waspadakan klien agar leher tidak

1. dengan mengukur lilitan atau

lingkar abdomen

2. Untuk mengetahui adanya

gangguan pernafasan pada pasien

3. Menghindari penekanan pada

jalan nafas untuk meminimalkan

Page 25: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 25

tertekuk/posisikan semi ekstensi

atau eksensi pada saat beristirahat

Kolaborasi:

4. Persiapkan operasi bila diperlukan.

penyempitan jalan nafas

4. Operasi diperlukan untuk

memperbaiki kondisi pasien

3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia dan gangguan penyerapan lemak, ditandai dengan berat badan turun dan

konjungtiva anemis.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan polanutrisi adekuat.

Kriteria hasil :

i. BB pasien stabil ⅟ 2 (n+9)kg= ½ (2+9)kg= 5,5 kg

ii. Konjungtiva tidak anemis

Intervensi Rasional

Mandiri:

1. Kaji distensi abdomen

2. Pantau masukan nutrisi dan

frekuensi muntah

3. Timbang BB setiap hari.

4. Berikan makanan /minuman

sedikit tapi sering.

5. Berikan kebersihan oral sebelum

makan

Kolaborasi:

6. Konsul dengan ahli diet sesuai

indikasi.

7. Berikan diet rendah lemak, tinggi

serat dan batasi makanan penghasil

1. Distensi abdomen merupakan tanda

non verbal gangguan pencernaan.

2. Mengidentifikasi kekurangan /

kebutuhan nutrisi dengan

mengetahui intake dan output

klien.

3. Mengawasi keefektifan rencana

diet

4. Untuk menurunkan rangsang

mual/muntah.

5. Mulut yang bersih meningkatkan

nafsu makan.

6. Berguna dalam

memenuhikebutuhan nutrisi

individudengan diet yang paling

Page 26: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 26

gas.

8. Berikan makanan yang

mengandung medium chain

triglycerides (MCT) sesuai

indikasi.

9. Monitor laboratorium; albumin,

protein sesuai program.

10. Berikan vitamin-vitaminyang larut

dalaam lemak (A, D, E dan K)

tepat.

7. Memenuhi kebutuhan nutrisidan

meminimalkan rangsang pada

kantung empedu.

8. Meningkatkan pencernaan dan

absorbsi lemak serta vitamin yang

larut dalam lemak.

9. Memberi informasi tentang

keefektifan terapi.

10. Vitamin-vitamin tersebut

terganggu penyerapannya.

4. Gangguan eliminasi BAB (diare) berhubungan dengan mal absorbsi

usus,ditandai dengan feses cair, frekuensi BAB meningkat (lebih dari 3 xsehari),

bunyi bising usus meningkat.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan fungsi usus mendekati normal

Kriteria hasil:

iii. Feses lembek

iv. Frekuensi BAB 1-2 x sehari

v. Penurunan frekuensi bising usus

Intervensi Rasional

Mandiri:

1. Catat frekuensi, karakteristik dan

jumlah feses.

2. Auskultasi bunyi bising usus.

3. Awasi masukan dan haluaran

dengan perhatian khusus pada

makanan/cairan.

4. Batasi masukan lemak sesuai

indikasi.

1. Mengidentifikasi derajat gangguan

dan kemungkinan bantuan yang

diperlukan.

2. Bunyi usus secara umum meningkat

pada diare.

3. Dapat mengidentifikasi dehidrasi,

kehilangan berlebihan atau alat dalam

mengidentifikasi defisiensi diet.

4. Diet rendah lemak menurunkan resiko

Page 27: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 27

5. Dorong masukan cairan 2500-3000

ml/hari.

Kolaborasi:

6. Berikan obat diare sesuai indikasi.

7. Konsultasi dengan ahli gizi untuk

memberikan diet seimbang dengan

tinggi serat.

feses cair.

5. Membantu mempertahankan status

hidrasi pada diare.

6. Obat diare menurunkan mobilitas

usus.

7. Serat menahan enzim pencernaan

danmengabsorbsi air dan alirannya

sepanjang traktus intestinal.

5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam empedu

dalam jaringan, ditandai dengan adanya pruritis.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan

diharapkan integritas kulit baik

Kriteria hasil:

i. tidak ada pruritus/lecet

ii. jaringan/ kulit utuh bebas eskortasi

Intervensi Rasional

Mandiri:

1. Gunakan air mandi biasa atau

pemberian lotion/ cream, hindari

sabun alkali. Berikan minyak

kalamin sesuai indikasi.

2. Berikan massage pada waktu tidur.

3. Pertahankan sprei kering dan bebas

lipatan

4. Gunting kuku jari, berikan sarung

tangan bila diindikasikan.

Kolaborasi:

5. Berikan obat sesuai indikasi

(antihistamin).

1. Mencegah kulit kering berlebihan,

memberikan penghilang rasa gatal,

Sekaligus menghindari infeksi.

2. Bermanfaat dalam meningkatkan

tidur dan menurunkan integritas

kulit.

3. Kelembaban meningkatkan pruritus

dan meningkatkanresiko kerusakan

kulit.

4. Mencegah pasien dari cidera

tambahan pada kulit, khususnya bila

tidur.

Page 28: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 28

6. Berikan obat resin kholestiramin

(questian).

7. Pantau pemeriksaan laboratorium

sesuai indikasi. (bilirubin direk dan

indirek)

5. Antihistamin dapat mengurangi

gatal.

6. Berfungsi untuk mengurangi pruritus

dan hiperbilirubinemia.

7. Bilirubin direk dikonjugasi oleh

enzim hepar glukoronitin direk yang

dikonjugasi dan tampak dalam

bentuk bebas dalam darah atau

terikat pada albumin.

6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan muntah

Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan intake dan ouput

cairan menjadi seimbang.

Kriteria hasil :

Tanda-tanda vital stabil.

Turgor kulit membaik.

Pengisian kapiler nadi perifer kuat.

Haluaran urine individu sesuai.

Intervensi Rasional

1. Berikan cairan IV ( biasanya

glukosa ) elektrolit.

2. Awasi nilai laboraturium, contoh

Hb/Ht, nat, albumin.

3. Kaji tanda-tanda vital, nadi perifer,

pengisian kapiler, turgor kulit.

4. Awasi intake dan output,

bandingkan dengan BB . misal

muntah.

1. memberikan terapi cairan dan

penggantian elektrolit

2. menunjukkan hidrasi dan

mengidentifikasikan retensi natrium/

kadar protei yang dapat menimbulkan

pembentukan edema.

3. indikator volume sirkulasi/ perfusi.

4. memberikan informasi tentang

kebutuhan penggantian cairan / efek

terapi.

Page 29: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 29

7. Ansietas berhubungan dengan minimnya informasi tentang penyakit akibat kurangnya

pengetahuan

Tujuan : meningkatkan pemahaman orang tua tentang perawatan pada anak yang sakit

Kriteria hasil :

vi. Menyatakan pemahaman proses penyakit dan pengobatan.

vii. Berpartisipasi dalam pengobatan.

Intervensi Rasional

1. Jelaskan tentang pengobatan yang

diberikan, dosis, reaksi obat dan

tujuannya

2. Jelaskan pentingnya stimulasi pada

anak, pendengaran, visual,

sentuhan

3. Jelaskan pentingnya monitor

adanya muntah, mual, dan diare.

1. mengidentifikasi area kekurangan

dan pengetahuan/ salah informasi

dan memberikan kesempatan

untuk memberikan informasi

tambahan sesuai keperluan.

2. Stimulasi dapat meningkatkan

kekebalan tubuh klien

3. membantu perawat dalam

melakukan pengkajian

selanjutnya terhadap output klien.

Page 30: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 30

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad A.K. 1995. Kamus Lengkap Kedokteran. Surabaya : Citas Media Pers

Almatsier, Sunita. 2006. Penuntun Diet . Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Anderson, Silvia. 1996. Patofisiologi : Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta : EGC

Anna Pujiadi. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia

Baradero, Mary. 2009. Klien Gangguan Endokrin: Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Behrman, Kliegman & Arvin. 2001. Ilmu Penyakit Anak. Jakarta : EGC

Benson & Martin, L. 2000. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Betz, C.L. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Brashers, Valentina L. 2008. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen ed.2.

Jakarta: EGC

Brenda, Brace, dkk. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Bruce, Wingerd. 1994. The Human Body Concept of Anatomy and Physiology. Orlando

Florida : Harcourt Bruce College Publisher

Caplan, L.R. 2000. Neurovascular Disorders : Text Book of Clinical Neurology. Chicago :

Saudes

Charles, Noback. 1996. The Human Nervous System : Structure and Function. Ed. Ke 5.

Philadelphia : Lippincott William-Wilkins

Churry, Edward. 1995. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler. Jakarta : EGC

Page 31: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 31

Djuanda, dkk. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta : EGC

Dona, Whalley & Wong. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC

Dorland. 1994. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC

Elaine, Marieb. 2001. Human Anatomy and Physiology. San Fransisco: Wesley Longman

Evelen, C. 1994. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia

Gibson, John. 2003. Fisiologi & Anatomi Modern untuk Perawat. Jakarta: EGC

Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Hedman, T.H. 2012. NANDA 2012-2014. Oxford : Willey Blackwell

Henderson & Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC

Hudak & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis Pendidikan Holistik. Jakarta : EGC

John, Gibson. 1995. Anatomi dan Fisiologi Modern untuk Perawat. Jakarta : EGC

Kazier, B. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis. Jakarta : EGC

Listiono, Djoko. 1998. Stroke Hemoragik Ilmu Bedah Saraf. Jakarta : Gramedia

Lynda juall, 2007. Diagnosis keperawatan ed.10. Jakarta : EGC

Mardjono. 2008. Neurologis Klinis Dasar. Jakarta : Dian Rakyat

Maryunani, Anik. 2008. Buku Saku Diabetes Pada Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media.

Page 32: Askep Atresia Bilier

Utama Corporation www.istanakeperawatan.blogspot.com

Page 32

Misnadiarly. 2006. Diabetes Mellitus: Gangren, Ulcer, Infeksi. Mengenal Gejala,

Menanggulangi dan Mencegah Komplikasi. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Neal, Michael J. 2006. Farmakoligi Medis. Jakarta: Erlangga

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta : EGC

Nurachmah, Elly. 2001. Nutrisi Dalam Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Pearce, Evelyn C. 2009. Anatomi Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Gramedia

Ratna, Mardiati. 1997. Buku Kuliah Susunan Saraf Otak. Jakarta : Sagung Seto

RA, Nabyl. 2009. Cara Mudah Mencegah dan Mengobati Diabetes Melitus. Yogyakarta:

Aulia Publishing.

Rasjidi, Imam. 2007. Panduan Penatalaksaan Kanker Ginekologi. Jakarta : EGC

Samantri, Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Obstetri. Jakarta : EGC

Saraswati, Sylvia. 2009. Diet Sehat. Jogjakarta: A+Plus Books.

Soegondo,dkk. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Suyono, Slamet. 2002. Pedoman Diet Diabetes Melitus. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia.

Syaifuddin. 2002. Struktur dan Komponen Tubuh Manusia. Jakarta : EGC

Wilson, M.N. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta : EGC