atresia biliary.docx
TRANSCRIPT
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM
PENCERNAAN
“ATRESIA BILIARY “
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Pencernaan
oleh
BibianaPindani
Claudia Olivia
Harry Olivia
IinErlita
Maria Gabriela
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BORROMEUS
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena
rahmatNya kami dapat menyelesaikan “Makalah Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Sistem Pencernaan Atresia Biliary“ ini dengan lancar.
Dalam menyelesaikan tugas makalah ini kami tak luput dari bantuan orang lain.
Untuk itu kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
menyelsaikan tugas makalah :
1. Kepada yang terhormat, Ns. Yuanita Ani S.Kep yang telah membimbing kami dalam
membuat makalah ini dengan baik
2. Kepada orang tua kami yang telah memberikan bantuan material sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini
3. Kepada teman-teman kami yang telah mendukung dan membantu kami dalam
membuat tugas makalah ini
4. Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang ikut terlibat
dalam membantu kami menyelesaikan tugas makalah ini
Kami menyadari bahwa tugas ini tidak sempurna oleh karena itu, kami masih
membutuhkan kritik dan saran yang berguna bagi kami.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas perhatiannya.
Hormat kami
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atresia biliaris adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan dari sistem
bilier ekstra hepatik .Karakteristik dari atresia biliarias adalah tidak terdapatnya
sebagian sistem bilier antara duodenum dan hati sehingga terjadi hambatan aliran
empedu dan menyebabkan gangguan fungsi hati tapi tidak menyebabkan Kern icterus
karena hati masih tetap membentuk konjugasi bilirubin dan tidak dapat menembus
blood brain barier.
Atresia bilier adalah penyakit yang berat , tetapi sangat jarang terjadi di
Amerika kurang lebih 1:10000-15000 kelahiran hidup,dan lebih sering pada anak
perempuan dibanding laki-laki. Sering pada bayi –bayi Asia dan Afrika –Amerika
dibanding dengan bayi- bayi Caucasian. Di Asia lebih banyak terjadi pada bayi Cina
dibandingkan dengan bayi Jepang . Penyakit ini merupakan penyebab tranplantasi
liver yang terbanyak di Amerika dan negara Barat lainnya.
Mengingat beratnya penyakit Atresia bilier maka diagnosis dini sangat
diperlukan untuk mendapatkan terapi yang tepat dan cepat.Pemeriksaan ultrasonografi
dan imejing lainnya sangat diperlukan untuk diagnosis.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari Atresia Biliary
2. Mengetahui etiologi dari Atresia Biliary
3. Mengetahui manifestasi klinik dari Atresia Biliary
4. Mengetahui patofisiologi dari Atresia Biliary
5. Mengetahui tes diagnostic dari Atresia Biliary
6. Mengetahui komplikasi dari Atresia Biliary
7. Mengetahui penatalaksanaan dari Atresia Biliary
8. Mengetahui asuhan keperawatan pada Atresia Biliary
BAB II
ATRESIA BILIARY
A. Pengertian
Atresia Biliary adalah merupakan suatu keadaan dimana saluran empedu yang
utuh dengan sumbatan dibagian distalnya atau kelainan yang terjadi dibagian atas porta
hepatic.
Atresia Biliaryadalah suatu defek kongenital yang merupakan hasil dari tidak
adanya / obstruksi satu / lebih saluran empedu pada ekstra hepatik atau intrahepatik
( Suriadi, 2001: 17 )
Atresia Biliary adalah sumbatan saluran empedu mengenai seluruh atau
sebagian dari saluran empedu ekstrahepatik atau intrahepatik. Ekstrahepatik bila
sumbatan terjadi didalam duktus koledokus, dan intrahepatik bila penyumbatan terjadi
antara sel hati dan duktus koledokus. (Ilmu kesehatan anak , 1985 : 542)
Atresia Bilier adalah suatu keadaan dimana saluran empedu tidak terbentuk
atau tidak berkembang secara normal. Atresia bilier merupakan suatu defek congenital
yang merupakan hasil dari tidak adanya atau obstruksi satu atau lebih saluran empedu
pada ekstrahepatik atau intrahepatik.
Fungsi dari system empedu adalah membuang limbah metabolic dari hati dan
mengangkut garam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak di dalam usus
halus. Pada atresia bilier terjadi penyumbatan aliran empedu dari hati kekandung
empedu.Hal ini bias menyebabkan kerusakan hati dan sirosis hati, yang jika tidak
diobati bias berakibat fatal.
B. Klasifikasi
Menurut klasifikasi dari Prancis (Chardot, 2001) terdapat empat macam
variasi Atresia Biliarisyaitu :
1. Atresia tipe 1: Bagian ujung saluran empedu tidak terbentuk. Ditemukan pada
3%kasus.
2. Atresia tipe 2: Saluran empedu pada hati menyempit dan terdapat kista.
Ditemukan pada 6% kasus.
3. Atresia tipe 3: Bagian pangkal saluran empedu tidak terbentuk. Ditemukan pada
19% kasus.
4. Atresia tipe 4: Seluruh saluran empedu tidak terbentuk dan kandung empedu
tidak ada. Ditemukan pada 72% kasus (paling sering).
Gambar 1.Tipe Atresia Biliary
Menurut periode terjadinya, Atresia Biliaris dapat dibagi menjadi :
1. Atresia Biliaris Tipe Fetal
Anak dengan atresia biliaris tipe fetal umumnya sudah
mengalami gejala kuning seluruh tubuh sejak lahir, dan sering pula
disertai dengan kelainan bawaan lainnya (seperti penyakit jantung,
kelainan usus, dan sebagainya).
2. Atresia Biliaris Tipe Perinatal
Anak dengan gangguan ini umumnya lahir normal dan baru
kemudian menjadi kuning (sekitar 2-8 minggu setelah lahir).
C. Etiologi
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran
empedu di dalam maupun diluar hati. Tetapi penyebab terjadinya gangguan
perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui secara pasti tetapi kemungkinan
infeksi virus.
Pada Atresia Biliaris Tipe Fetal sering ditemukan pula kelainan organ dalam
lainnya, diperkirakan faktor mutasi genetik berperan di sini. Secara teori hilangnya
gen atau mutasi faktor-faktor pembelahan sel yang terkait dengan pertumbuhan
jaringan hepatobiliar dapat mengakibatkan tidak terbentuknya sebagian atau seluruh
saluran hepatobiliar, namun hal ini masih diteliti terus.
Berdasarkan penelitian mikroskopis terhadap jaringan hati penderita Atresia
Biliaris Tipe Perinatal, diduga bahwa penyakit ini merupakan suatu proses inflamasi
atau peradangan pada saluran empedu yang menyempit. Umumnya saluran empedu
hanya tersisa sedikit, namun tetap ada. Hal ini menunjukkan saluran empedu yang
tadinya ada namun mengalami kerusakan oleh karena suatu hal. Oleh karena itu,
infeksi atau keracunan zat tertentu pada janin dianggap sebagai faktor yang paling
mungkin berperan terhadap kejadian atresia biliaris. Diduga infeksi virus termasuk di
dalamnya; dengan virus penyebab antara lain Reovirus tipe 3, Rotavirus,
danCytomegalovirus (CMV).
D. Manifestasi Klinik
Gejala biasanya timbul dalam waktu 2 minggu setelah lahir, yaitu berupa :
- Air kemih bayi berwarna gelap
- Tinja berwarna pucat
- Kulit berwarna kuning
- Berat badan tidak bertambah atau penambahan berat badan berlangsung
lambat
- Hati membesar.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
- Gangguan pertumbuhan
- Gatal-gatal
- Rewel
- Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang mengangkut
darah dari lambung, usus dan limpa kehati).
- Distensi abdomen
- Varises esophagus
- Hepetomegali
Jaundice dalam 2 minggu sampai 2 bulan akan timbul gejala berikut :
- Lemah
- Pruritus
- Anoreksia
- Letragi
E. Patofisiologi
Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik menyebabkan obstruksi aliran
normal empedu keluar hati dan ke dalam kantong empedu dan usus. Akhirnya
terbentuk sumbatan dan menyebabkan empedu balik ke hati. Ini akan menyebabkan
peradangan, edema dan degenerasi hati. Bahkan hati menjadi fibrosis dan cirrhosis
dan hipertensi portal sehingga akan mengakibatkan gagal hati.
Degerasi secara gradual pada hati menyebabkan jaundice, ikterik dan
hepatomegaly. Karena tidak ada empedu dalam usus, lemak dan vitamin larut lemak
tidak dapat diabsorbsi, kekurangan vitamin larut lemak dan gagal tumbuh.
Patoflow
F. Komplikasi
Komplikasi yang di timbulkanpadapenyakit atresia bilieradalah:
- Cirrhosis
- Gagalhati
Obstruksi atau tidak adanya saluran empedu ekstrahepatic
Empedu tersumbat dan kembali ke liver
Peradangan, oedema, degenerasi hepatic
Malabsorbs lemak, vitamin
Fibrosis Mal nutrisi
Cirrhosis Hipertensi Portal
Kekurangan Vitamin larut
lemak
Gagal Hati
Gagal Tumbuh
- Gagaltumbuh
- Hipertensi portal
- Varises esophagus
- Asites
- Encephalopathy
G. TesDiagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah, urine, dan feses untuk menilai fungsi hati dengan
peninggian bilirubin.
2. Biopsy Liver
Dengan jarum yang khusus dapat diambil bagian liver yang tipis dan dibawah
mikroskop dapat dinilai obstruksi dari system bilier.
3. USG
Gambaran USG bervariasi tergantung tipe dan derajat beratnya penyakit. Hati
dapat membesar atau normal dengan struktur parenkim yang inhomogen dan
ekogenitas yang tinggi terutama daerah periportal akibat fibrosis.
4. Laparotomi (biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan)
H. Penatalaksanaan
Atresia Biliaris mutlak memerlukan pembedahan. Secara garis besar ada dua
prosedur bedah yang dapat dipilih:
1. Operasi Kasai (hepatoportoenterostomy procedure)
Operasi Kasai diperlukan untuk mengalirkan empedu keluar dari hati,
dengan menyambungkan usus halus langsung dari hati untuk menggantikan
saluran empedu. Untuk mencegah terjadinya komplikasi cirrhosis, prosedur ini
dianjurkan untuk dilakukan sesegera mungkin, diupayakan sebelum anak
berumur 90 hari.
Penelitian dari Serinet dkk (2009) menunjukkan bahwa jumlah anak yang
bertahan hidup dalam 2 tahun, 5 tahun, dan 10 tahun setelah dioperasi Kasai lebih
banyak pada kelompok anak yang dioperasi pada umur kurang dari 30 hari
(66.2%, 58.1%, dan 42.5%) dibandingkan anak yang dioperasi pada umur 76-90
hari (52.4%, 26.4%, dan 19.5%).
Perlu diketahui bahwa Operasi Kasai bukanlah tatalaksana definitif dari
atresia biliaris, namun setidaknya tindakan ini dapat memperbaiki prognosis anak
dan memperlambat perjalanan menuju kerusakan hati.
2. Transplantasi Hati
Transplantasi hendaknya dilakukan sebelum anak berumur 2 tahun.
Bahkan pada anak dengan kerusakan saluran empedu yang berat, mungkin
transplantasi hati dibutuhkan lebih dini. Transplantasi hati ini merupakan
tatalaksana definitif dengan angka keberhasilan cukup tinggi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Fokus
a. Eliminasi
Perubahan warna urin dan feses
Tanda : distensi abdomen, asites
Urine : warna gelap, pekat
Feses : warna dempul, diare / konstipasi dapat terjadi
b. Aktivitas / istirahat
Gejala : letargi atau kelemahan
Tanda : gelisah atau rewel
c. Sirkulasi
Tanda : takikardi, berkeringat, ikterikpada sclera kulitdan membrane
mukosa
d. Makanan / cairan
Tanda : adanya penurunan berat badan
Gejala : anoreksia, tidak mau makan, mual / muntah, tidak toleran
Terhadap lemak dan makanan pembentuk gas, regurgitasi
berulang
e. Nyeri
Tanda : otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan
f. Pernapasan
Tanda : peningkatan frekuensi pernapasan
g. Keamanan
Tanda : ikterik, kulit berkeringat dan gatal( pruritus ), kecenderungan
perdarahan ( kekurangan vitamin K ), oedemperifer, jaundice, kerusakan
kulit
2. PemeriksaanFisik
a. A n a k d e n g a n A t r e s i a B i l l i a r y i n t r a h e p a t i k , setelah
usia 6 tahun terjadi gangguan neuromuskuler seperti tidak
adar e f l e k - r e f l e k t e n d o d a l a m , k e l e m a h a n
m e m a n d a n g k e a t a s , ketidakmampuan berjalan akibat
parosis kedua tungkai bawah serta kehilangan rasa getar.
b. Apab i l a ko l e s t a s i s k ron i s be r a t t e r j ad i ak iba t Atresia
Billiary intra hepatik, maka akan tampak gambaran wajah yangdisebut
Watson Syndrome-Alagine ( Displasia AnterioB Hepatis)
yaitu perkembangan tulang dahi yang menonjol, hipertelorisme,
kemiringan oku l e r , an t i mongo lo id , t u l ang h idung yang
da t a r s e r t a dagu yang runcing. Penderita juga mengalami sterosis
arteri pulmonar serta cacat-cacat pada lengkungan bagian depan vertebra
3. PemeriksaanPenunjang
1. Laboratorium
a. Bilirubin direk dalam serum meninggi.
b. Bilirubin indirek serum meninggi karena kerusakan parenkim
hatiakibat bendungan empedu yang luas.
c. Tidak ada urobilinogen dalam urin.
d. Pada bayi yang sakit berat terdapat peningkatan transaminase
alkalif o s f a t a se (5 -20 ka l i l i pa t n i l a i no rma l ) s e r t a
t r aks i - t r aks i l i p id (kolesterol fosfolipid trigliserol).
2. PemeriksaanDiagnostik
a. U S G y a i t u u n t u k m e n g e t a h u i k e l a i n a n
k o n g e n i t a l p e n y e b a b ko l e s t a s i s ek s t r a hepa t i k
(dapa t be rupa d i l a t a s i k r i s t i k s a lu r an empedu).
b. M e m a s u k k a n p i p a l a m b u n g s a m p a i
d u o d e n u m l a l u c a i r a n duodenum diaspirasi. Jika
tidak ditemukan cairan empedu, dapat berarti atresia empedu
terjadi.
c. Sintigrafi Radio Kolop Hepatobilier untuk mengetahui
kemampuanh a t i m e m p r o d u k s i e m p e d u d a n
m e n g e k s k r e s i k a n k e s a l u r a n e m p e d u s a m p a i
t e r c u r a h k e d u o d e n u m . J i k a t i d a k
d i t e m u k a n empedu d i duodenum, maka dapa t
be r a r t i t e r j ad i ka t r e s i a i n t r a hepatik.
d. Biopsi hati perkutan ditemukan hati berwarna coklat kehijauan
dannoduler. Kandung empedu mengecil karena kolaps. 75 %
penderita tidak ditemukan lumen yang jelas
B. Diagnosa Keparawatan
1. Kurangnya volume cairan berhubungan dengan gangguan absorbsi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbs dan anoreksia
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
1. Kurangnya
volume cairan
b.d gangguan
absorbsi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan pola
a.Kaji distensi
abdomen
Distensi abdomen
merupakan tanda non
verbal
gangguan pencernaan.
nutrisi adekuat
KriteriaHasil :
BB pasien
stabil
Konjungtiva
tidak anemis
b. Pantau masukan
nutrisi
danfrekuensi
muntah
c. Timbang BB setiap
hari
d. Berikan
makanan/minuman
sedikit tapi sering
e. Berikan kebersihan
oral sebelum
makan
Kolaborasi :
f. Konsul dengan ahli
diet sesuai indikasi
g. Berikan diet
rendah
lemak,tinggi serat
dan batasi
makanan penghasil
gas
h. Berikan garam
empedu sesuai
Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan
nutrisi.
Mengawasi keefektifan
rencana diet
Untuk menurunkan
rangsang mual/muntah.
Mulut yang bersih
meningkatkan nafsu
makan
Berguna dalam memenuhi
kebutuhan nutrisi individu
dengan diet yang paling
tepat.
Memenuhi kebutuhan
nutrisi dan meminimalkan
rangsang pada kantung
empedu
Meningkatkan pencernaan
danabsorbsi lemak serta
indikasi.
i. Monitor
laboratorium :
albumin, protein
sesuai program
vitamin yang larut dalam
lemak.
Memberi informasi
tentang keefektifan terapi.
2. Perubahan
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d
gangguan
absorbs dan
anoreksia
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
fungsi usus
mendekati
normal
Kriteriahasil :
Feses lembek
FrekuensiBAB
1-2 x sehari
Penurunan
frekuensi
bising usus
a. Catat
frekuensi,karakteri
stik dan jumlah
feses
b. Auskultasi bunyi
bisingusus.
c. Awasi masukan
dan keluaran
dengan perhatian
khusus pada
makanan/cairan.
d. Batasi masukan
lemak sesuai
indikasi.
e. Dorong masukan
Mengidentifikasi derajat
gangguan dan
kemungkinan bantuan
yang diperlukan.
Bunyi usus secara umum
meningkat pada diare
Dapat mengidentifikasi
dehidrasi,
kehilangan berlebihan
atau alat dalam
mengidentifikasi
defisiensi diet.
Diet rendah
lemak menurunkan resiko
feses cair
Membantu
.
cairan2500-3000
ml/hari.
Kolaborasi :
f. Berikan obat diare
sesuai indikasi.
g. Konsultasi dengan
ahli giz iuntuk
memberikan diet
seimbang dengan
tinggi serat
mempertahankan status
hidrasi pada diare.
Obat diare menurunkan
mobilitas usus.
Serat menahan
enzim pencernaan dan
mengabsorbsi air dan
alirannya sepanjang
traktus intestina
3. Gangguan
integritas kulit
b.d. pruritus
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
diharapkan
integritaskulit
baik
KriteriaHasil :
Tidak ada
pruritus/lecet
Jaringan/kulit
utuh bebas
eskortasi
a. Gunakan air
mandidingin atau
mandi kanji,
hindari sabun
alkali.Berikan
minyak kalamin
sesuai indikasi.
b. Berikan massage
pada waktu tidur
c. Pertahankan seprei
kering dan bebas
lipatan
Mencegah kulit
kering berlebihan,
memberikan penghilang
rasa gatal.
Bermanfaat dalam
meningkatkan tidur dan
menurunkan integritas
kulit
Kelembaban
meningkatkan pruritus
dan meningkatkan resiko
kerusakan kulit.
d. Gunting kuku jari
hingga pendek,
berikan sarung
tangan bila
diindikasikan.
Kolaborasi :
e. Berikan obat
sesuai indikasi
(antihistamin)
f. Berikan obat
resinkholestiramin
(questian).
g. Pantau
pemeriksaan
laboratorium
sesuaiindikasi.
(bilirubin direk
danindirek)
Mencegah pasien dari
cidera tambahan pada
kulit,khususnya bila tidur.
Antihistamin dapat
mengurangi gatal.
Berfungsi untuk
mengurangi pruritus dan
hiperbilirubinemia.
Bilirubin direk
dikonjugasi oleh enzim
hepar glukoronitindirek
yang dikonjugasi dan
tampak dalam bentuk
bebas dalam darah atau
terikat pada albumin
D. Evaluasi
1. Kelebihan volume cairanberhubungandengangangguanabsorbsi
a. Berat badan stabil
b. Konjungtiva tidak anemis
c. Mual/muntah tidak terjadi
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
absorbs dan anoreksia
a. Penurunan frekuensi bising usus.
3. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan pruritus
a. Integritas kulit pasien baik
b. Tidak ada pruritus/lecet pada kulit
c. Jaringan/kulit utuh bebas eksplorasi.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Atresia bilier Suatu defek konginental yang merupakan hasil dari tidak adanya atau
obstruksi satu atau lebih saluran empedu pada ekstrahepatic atau intrahepati. Penyebabnya
belum diketahui secara pasti, tapi keemungkinan karena infeksi virus dalam utrauterine.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/50079117/Atresia-Billiary
http://master-nursing.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-klien-dengan-atresia.html