asal kejadian manusia

15
1 ASAL KEJADIAN MANUSIA (Q.S. Ar-Rum: 54, Q.S. At-Tiin: 4-6 Dan Q.S. Al-Mukmin: 67) Makalah Disusun guna memenuhi tugas: Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi II Dosen Pengampu: M. Rodli, M.Pd.I Disusun Oleh: 1. Nada Novalina (2021114014) 2. Rif’ati (2021114015) 3. Khomsatun (2021114020) 4. Eka Fatma Novianti (2021114022) Kelas: B JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PEKALONGAN 2016

Upload: eka-fatma

Post on 16-Apr-2017

128 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

1

ASAL KEJADIAN MANUSIA

(Q.S. Ar-Rum: 54, Q.S. At-Tiin: 4-6 Dan Q.S. Al-Mukmin: 67)

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas:

Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi II

Dosen Pengampu: M. Rodli, M.Pd.I

Disusun Oleh:

1. Nada Novalina (2021114014)

2. Rif’ati (2021114015)

3. Khomsatun (2021114020)

4. Eka Fatma Novianti (2021114022)

Kelas: B

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(STAIN) PEKALONGAN

2016

1

BAB I

PENDAHULUAN

Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Manusia

diciptakan dari setetes air mani yang kemudian menjadi segumpal darah,

segumpal daging, tulang belulang hingga menjadi bentuk yang sempurna,

kemudian Allah meniupkan ruh kepadanya. Setelah itu manusia dilahirkan ke

dunia untuk menjadi dewasa. Manusia diciptakan oleh Allah untuk menyembah

kepada-Nya serta akan kembali kepada-Nya jika tiba waktunya.

Pada makalah ini, akan dijelaskan mengenai asal kejadian manusia sesuai

dengan apa yang terdapat pada Al-Qur’an. Dengan demikian diharapkan kita

sebagai makhluk Allah dapat merenungi, memahami serta menghayati bahwa kita

sebagai manusia hendaknya bersyukur karena Allah sudah menciptakan kita

dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kita juga harus menyadari bahwa Allah

menciptkan manusia agar manusia itu menyembah pada-Nya dan senantiasa taat

pada perintah-Nya.

2

BAB II

PEMBAHASAN

ASAL KEJADIAN MANUSIA

1. Q.S. Ar – Rum ayat 54

a. Ayat dan Artinya

الهذي خلقكم من ضعف ثه جعل من ة ثه جعل من الله ب عد ضعف ق وه

بة يلق ما يشاء وهو العليم القدير ة ضعفا وشي ٥٤ب عد ق وهArtinya :

“Allah-lah yang menciptakan kalian dari keadaan lemah, kemudian

Dia menjadikan (kalian) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat,

kemudian Dia menjadikan (kalian) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan

berubah. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki-Nya. Dan Dia-lah Yang

Maha Mengetahui, lagi Maha kuasa”.

b. Mufrodat Q.S. Ar – Rum ayat 54

Menciptakan Kamu : خلقمك

Keadaan Lemah : ضعف

ة Kuat : قو

Dan Berubah : وشيبة

Yang dikehendakinya1 : يشاء

1 Ahmad Musthafa Al-Maraghiy, Tafsir Al-Maraghiy, Juz XXI (Semarang: CV Toha

Putra, 1974), hlm.119-120.

3

c. Penafsiran Q.S. Ar Rum ayat 54

Tafsir Al-Maraghiy

الهذي خلقكم من ضعف ة ثه جعل من الله ثه جعل من ب عد ضعف ق وه

بة ة ضعفا وشي ب عد ق وهMelalui ayat ini Allah swt. Mengemukakan hujjah-Nya terhadap

orang-orang mus yrik yang ingkar adanya hari berbangkit, Tuhan yang telah

menciptakan kalian dari air mani yang hina, dan pendengaran serta

penglihatan dan hati bagi kalian, kemudian Dia menjadikan kalian kuat dan

mempunyai kemampuan untuk berkreatif sesuadah kalian dalam keadaan

lemah karena masih kecil. Dan sesuadah itu Dia menjadikan kalian lemah

karena tua dan pikun, sesuadah kalian kuat dalam usia muda kalian. Maka,

Tuhan yang telah menjadikan hal-hal tersebut Maha Kuasa untuk

mengembalikan kalian hidup kembali sesudah kalian binasa, dan sesudah

kalian berupa tulang-belulang hancur luluh.

Kesimpulan, sesungguhnya perpindahan manusia dalam fase-fase

kejadiannya selangkah demi selangkah, mulai dari lemah hingga menjadi

kuat, kemudian dari kuat hingga menjadi lemah kembali. Hal ini jelas

menunjukkan akan kekuasaan Yang Maha Pencipta lagi Maha Berbuat

menurut apa yang dikehendaki-Nya, yang tiada sesuatu pun dapat

menghalang-halangi-Nya, baik di bumi maupun di langit. Dan tidaklah sulit

bagi-Nya untuk mengembalikan kalian menjadi hidup kembali.

يلق ما يشاء وهو العليم القدير

Dia menciptakan apa saja yang dikehendaki-Nya yang antara lain

ialah menciptakan manusia dari lemah hingga menjadi kuat, dan dari kuat

hingga menjadi yua (lemah). Dan Dia Maha Mengetahui untuk mengatur

makhluk-Nya, lagi Maha Kuasa atas apa yang dikehendaki-Nya, tiada

4

sesuatu pun yang dapat mencegah apa yang telah dikehendaki-Nya, Maha

Kuasa untuk mematikan makhluk-Nya kemudian menghidupkannya

kembali juka dikehendaki-Nya.2

Tafsir Al-Azhar

“Dialah yang menciptakan kamu dari lemah”. Mulai lahir kedunia

kita manusia masih serba lemah. Lemah sejak dari jasmani sampai kepada

rohani. lemah akal danbudi, lemah ikhtiar dan usaha, bahkan sama sekali

belum dapat berdiri sendiri. Syukurlah dilimpahkan Allah rasa kasih sayang

kedalam hati ibu dan bapak, sehingga dengan rasa kasih ibu dan bapak

itulah terjamin lanjutan hidup kita, sampai kita berangsur dapat tegak

sendiri.

” Kemudian itu dari sesudah lemah Dia jadikan kuat”. Dari sejak

tidur terguling, sampai pada merangkak, sampai berangsur berlaih tegak dan

jatuh dan tegak lagi, sampai dapat berdiri dan tegak lurus dan berjalan dan

sampai pakai pun tumbuh dan kuat berdiri sendiri. Sampai dapat mendirikan

rumah tangga dan memimpin pula anak dan isteri, berusaha mencari rezeki

anugerah Tuhan, hingga kuat menghadapi hidup.

” Kemudian Dia jadikan dari sesudah kuat menjadi lemah dan tua”.

Kelak akan tiba masanya puncak masa kuat, mendatar sebentar kemudian

menurun. Kekuatan dikurangi sedikit demi sedikit. Ingatan yang tadinya

kuat, akhirnya jadi lemah dan pelupa. Badan yang tadinya teguh dan sehat,

berangsural tua. Meskipun penyakit tidak ada, namun masa tua sudah terasa

sebagai rsa sakit yang berlimpit-limpit. Mata mulai kabur, uban mulai

bertabur, gigi mulai gugur, jengot mulai kendur, ingatan mulai mundur.

Bertambah lama hidup, bertambah lemah diri. Sehingga kadang-kadang

kembali sebagai kanak-kanak yang mulai menjejak dunia tadi. Kalau dimasa

kanak-kanak kekuatan baru mulai akan tumbuh, maka setelah tua kekuatan

yang tadinya telah cukup tadi, telah berkurang, menipis dan hilang. Malahan

pelupa! Kadang-kadang lebih buruk lagi, yaitu pikun! Kembali seperti

2Ibid.

5

kanak-kanak.” Dia ciptakan apa yang Dia kehendaki”. Artinya bahwa yang

enentukan demikian ialah Allah sendiri, menurut sunnha-Nya yang telah

Dia tentukan! “Dan Dia adalah Maha Mengetahui, Maha Menentukan.”

d. Asbabun Nuzul Q. S. Ar – Rum ayat 54

Dalam surat Qs. Ar-Rum :54 tidak ada Asbabun Nuzul yang

dijelaskan dalam tafsir-tafsir.

e. Munasabah Q. S. Ar – Rum ayat 54

Munasabah QS. Ar- Rum dengan ayat sebelumnya yaitu ayat 51, 52,

dan 53 adalah bahwa dalam ayat sebelumnya diterangkan tanda kekuasaan

Allah antara lain berupa penurunan hujan yang menghidupkan kembali

tanah yang mati menjadi hidup dan subur. Allah juga telah menurunkan

Rasul- Rasul untuk menghidupkan hati-hati yang mati. Peristiwa itu menjadi

petunjuk bahwa Allah mampu menghidupkan kembali manusia dari

kematiannya dan mampu membalas amal mereka nanti di akhirat. Oleh

karena itu, manusia seharusnya beriman kepada Allah dan berbuat baik.

Dalam ayat berikut Allah menyampaikan masih adanya manusia yang

kafir sekalipun ia telah menyampaikan tanda- tanda kekuasaan-Nya yang

besar itu.3

f. Aspek Tarbawi Q. S. Ar – Rum ayat 54

Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya perpindahan manusia dari

fase-fase kejadiannya selangkah demi selangkah, mulai dari lemah hingga

menjadi kuat, kemudian dari kuat menjadi lemah kembali. Hal ini jelas

menunjukkan akan kekuasaan yang Maha Pencipta Lagi Maha Berbuat

menurut apa yang dikehendaki-Nya, bagi di bumi atau di langit. Dan

tidaklah sulit bagi Allah untuk mengembalikan manusia menjadi hidup

kembali.

3 M. Quraishi Shihab, Tafsir Al- Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Qur’an

(Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 97.

6

2. Q.S. At – Tiin ayat 4 – 6

a. Ayat dan Artinya

ن دنه أسفل ثه رد ﴾٤سان ف أحسن ت قومي﴿لقد خلقنا ال

هم أجر إله الهذين آمنوا وعملوا الصهالات ف ل ﴾۵سافلني ﴿

ر منون ﴿ ﴾٦غي

Artinya:

Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik

–baiknya.4 Kemudian Kami mengembalikannya ke (tingkat) yang serendah

– rendahnya.5 Kecuali orang – orang yang beriman dan mengerjakan yang

saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus – putusnya.6”

b. Mufrodat Q. S. At – Tin ayat 4 – 6

خلقنا : Kami telah menciptakan

Manusia : الإنسان

تقومي : bentuk fisik dan psikis yang sebaik – baiknya

mengalihkan, memalingkan atau mengembalikan : رددانه

yang serendah – rendahnya (tingkat) : أ سفلسافلني

pembenaran : اميان

tidak putus – putusnya.4 : غريممنون

4 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,

(Jakarta: Lentera Hati, 2011), hlm. 435 – 445.

7

c. Asbabun Nuzul Q. S. At- Tiin 4 – 6

Dikemukakan oleh ibnu Jarir dari jalan Al ‘Ufi yang bersumber dari

Ibni Abbas mengenai ayat “TSUMMA RADADNAAHU ASFALA

SAAFILIINA” (At Tiin: 5) ia berkata: Maksudnya ialah mereka sekelompok

orang yang dikembalikan kepada serendah- rendah umur (sampai ke tingkat

pikun seperti bayi) pada zaman Rasulullah SAW. Oleh karena itu Rasulullah

SAW ditanyai mengenai mereka yang telah pikun itu.

Maka Allah menurunkan ayat berikutnya (At Tiin: 6) berkenaan

dengan peristiwa itu yang menegaskan bahwa mereka yang pikun itu selain

orang-orang yang beriman dan beramal shalih, orang-orang yang beriman

dan beramal shalih ini akan mendapat pahala yang tiada putus-putusnyadari

Allah SWT.5

d. Munasabah Q. S. At – Tin ayat 4 – 6

Nama At- Tiin diambil dari kata At- Tiin yang terdapat pada ayat

pertama surat ini yang artinya buah tin.Dalam ayat-ayat yang lalu, Allah

menerangkan tentangt manusia yang agung yaitu Nabi Muhammad SAW.

Dengan berbagai keistimewaannya, seperti keimanan yang kokoh, kesucian

diri dari dosa- dosa, dan kemuliaan namanya. Dalam ayat- ayat berikut,

Allah bersumpah untuk menegaskan bahwa manusiapun telah Allah

ciptakan sebagai makhluk terbaik dan mulia. Oleh karena itu, jangan diubah

menjadi rendah derajatnya dan hina.

e. Tafsir Q. S. At – tin ayat 4 – 6

Tafsir Al - Maraghi

4. Sungguh Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang

sebaik – baiknya.

Allah telah menciptakan manusia dengan bentuk yang paling baik.

Sehingga manusia mempunyai perawakan tegap, bertulang tumit indah,

mampu mencapai maksud yang diinginkannya dengan tangannya,

5 M. Abdul Mujieb AS, Lubabun Nuqul Fi Asbabun Nuzul (Indonesia: Daarul Ihya,

1986), hlm. 655.

8

tidak seperti hewan yang memungut sesuatu dengan mulutnya. Tetapi,

Allah telah mengistimewakan manusia dengan akal, kesanggupan

membedakan serta kesanggupan menerima ilmu dan berbagai pengetahuan

serta membuat gagasan – gagasan, yang menjadikannya mampu menguasai

alam wujud, disamping itu ia pun punya kemampuan dan jangkauan untuk

meraih segalanya.

Akan tetapi manusia lalai atas keistimewaannya. Manusia menyangka

dirinya seperti makhluk yang lain. Mereka melakukan perbuatan yang tidak

dibenarkan oleh akal sehat dan fitrahnya. Lalu membekali dirinya dengan

kenikmatan dunia dan kesenangan hawa nafsu dengan jalan apa saja yang

dapat dilaluinya, berpaling dari memikirkan sesuatu yang bermanfaat untuk

akhiratnya kelak, dan apa yang membuat keridhaan-Nya dan memperoleh

kenikmatan abadi, sebagaimana firman Allah dalam Q.S Asy – Syu’ara 88 –

89.

ال بنون يوم ال ٨٨ينفع مال و

٨٩اال من اتى هللا بقلب سليم

Artinya:

“Pada hari, dimana harta dan anak – anak tidak berguna lagi,

kecuali orang yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih".

5. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang rendah.

Yaitu, karena dia telah menukar perbuatan baik dengan perbuatan

rusak, menerjunkan diri dalam kesesatan , melupakan fitrah sucinya dan

kembali alam kewaniyahnya, menenggelamkan diri dalam jurang perbuatan

buruk dan dosa, kecuali orang – orang yang dipelihara oleh Allah. Orang –

orang ini tetap dalam kesucian fitrahnya yang telah Allah gariskan sejak

dahulunya.

6. Kecuali orang – orang yang beriman dan beramal shalih, maka

bagi mereka pahala yang tiada putus – putusnya.

9

Yaitu, kecuali orang – orang yang hatinya sudah penuh dengan iman,

mengetahui, bahwa alam ini ada pencipta yang mengatur segala urusannya,

telah menetapkan syariat agama untuk jalan kehidupan manusia dan percaya

benar – benar, bahwa perbuatan dosa ada hukumannya dan perbuatan baik

ada pahalanya.

Orang – orang tersebut akan diberi pahala amal shalihnya bila nanti

telah pindah kehidupan yang kedua. Mereka itu adalah pengikut – pengikut

para Nabi dan orang – orang yang diberi petunjuk kepada kebenaran oleh

Allah.

f. Aspek Tarbawi Q.S. At-tiin ayat 4-6

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna yang di ciptakan

oleh Tuhan. Manusia dibekali dengan keistimewaan yang tidak dimiliki

oleh makhluk yang lainnya, keistimewaan fisik, jiwa dan akalnya.

Manusia tercipta dengan cara dua tahap utama yaitu penyempurnaan

fisiknya dan penghembusan ruh ilahi kepadanya. Antara kebutuhan

jasmani dan rohani ini harus seimbang, karena apabila manusia hanya

mementingkan kebutuhan jasmaninya saja maka manusia itu tidak akan

mencapai pada kesempurnaan begitu juga sebaiknya.6

3. Q.S. Al – Mukmin ayat 67

a. Ayat dan Artinya

ثه يرجكم طفل علقة هو الهذي خلقكم من ت راب ثه من نطفة ثه من

لغوا أشدهكم ثه لتكونوا شيوخا ومنكم من ي ت وفه من ثه لت ب

لغوا أجل مس ى ولعلهكم ت عقلون ق بل ولت ب ٦٧م

6 M. Quraish Shihab, Al – Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah – surah Al –

Qur’an, (Tangerang: Lentera Hati, 2012) hlm. 682 – 683.

10

Artinya:

“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, kemudian itu dari

nuthfal, kemudian itu dari ‘alaqah, kemudian itu Dia keluarkan kamu jadi

anak kecil (bayi), kemudian supaya sampailah kedewasaan kamu, kemudian

supaya jadilah kamu orang tua. Maka setengah di antara kamu ada yang

diwafatkan dari sebelumnya dan supaya sampai kamu kepada ajal yang

telah ditentukan dan supaya kamu berfaham.”

b. Mufrodat Q.S Al –Mukmin ayat 67

ثل تبلغواأ شدك: Kemudian (kamu dibiarkan hidup ) supaya kamu

sampai pada masa (dewasa)

ا يوخ ل تكونواش Kemudian (dibiaran kamu hidup lagi) sampai tua :ث

فل ط : Seorang anak

تعق لون Dan supaya kamu memahami (Nya)7 :ولعلمك

c. Penafsiran Q. S. Al – Mukmin ayat 67

Tafsir Al-Azhar

“ Dialahlah yang telah menciptakan kamu dari tanah.” Yaitu bahwa

tubuh jasmani ini, badan kasar ini seluruhnya diambil bahannya dari tanah.

Tidak ada bahan dari lain. Dia masuk ke dalam tubuh manusia melalui

makanannya dan minumannya. Makanan terdiri dari sayur atau buah-buahan

atau kacang-kacangan; semuanya dari tanah. Atau dari daging binatang

ternak, itu pun dibesarkan oleh rumput yang dimakannya dari tanah. Atau

dari daging ikan yang mengisap air ditempat ikan itu berenang. Zat-zat

makanan itu memperkaya darah manusia. Darah itulah yang mengandung

mani atau sperma atau khama.

Mani atau khama itu keluar setelah terjadi persetubuhan di antara

seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Di dalam rahim (peranakan)

7 Imam Jalaludin As – Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain jilid II, (Bandung : Sinar Baru

Argensindo, 2009), hlm. 726.

11

kedua mani yang bertemu itu bercampur dan berpadu jadi satu. Itulah yang

disebutkkan pada lanjutan ayat; “ Kemudian itu dari nuthafal,” yaitu mani

yang telah bergumpal jadi satu empat puluh hari lamanya, yang kian lama

dia kian membeku jadi darah; “ Kemudian itu dari ‘alaqah.” Artinya jadi

darah segumpal, sudah lebih beku dari nuthfal itu. Di dalam Surat al-

mu’minun 23 (orang-orang yang beriman) ada disebutkan bahwa sesudah

masa jadi ‘alaqah dia akan bertambah membeku sehingga menjadi

mudhghah, yaitu daging segumpal. “ Kemudian itu Dia keluarkan kamu jadi

anak kecil (bayi).” Yaitu setelah genap bulannya, ada yang tercepat lebih

sedikit tujuh bulan dan ada yang terbiasa, yaitu Sembilan bulan lebih

beberapa hari.

Masa menjadi anak kecil itu ialah sejak lahir sampai masa dapat turun

dari bendungan ibu dan dapat berjalan sendiri. Sejak kecil disusukan ibu,

dipangku ibu, digendong dan dibuaikan. Diasuh dengan penuh kasih ,

sampai pandai merangkak, tegak dan jatuh, lalu tegak dan jatuh lagi,

kemudian tegak dan tegak dan tidak jatuh lagi.

“Kemudian supaya sampailah kedewasaan kamu.” Masa mulai mata

terbuka menghadapi hidup. Sampai sanggup berjalan sendiri dengan

mempergunakan pertimbangan akal, memilih yang baik menjauhi yang

buruk, mengambil yang manfaat menghindarkan yang mudharat. “

Kemudian supaya jadilah kamu orang tua,” kalau Allah menghendaki umur

panjang. “ Maka setengah di antara kamu ada yang diwafatkan dari

sebelumnya,” yakni sebelum tua, sebelum dapat mengembangkan sayap,

sehingga tidak jarang yang mati muda atau masih dalam sarat menyusu,

dalam bendungan ibu. “ Dan supaya sampai kamu kepada ajal yang telah

ditentukan.” Karena masing-masing orang tidaklah sama ajalnya sama

janjinya dan nasibnya; ada yang mati muda dan ada yang sampai tua. “ Dan

supaya kamu berfaham.” 8

8 Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz XXIV (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), hlm. 169-170.

12

d. Asbabun Nuzul Q. S. Al – Mukmin ayat 67

Dalam surat Qs. Al-Mukmin:67 tidak ada Asbabun Nuzul yang

dijelaskan dalam tafsir-tafsir.

e. Munasabah Q.S. Al – Mukmin ayat 67

Setelah ayat – ayat yang lalu, menguraikan tentang kejadian dan

penciptaan semua langit dan bumi lebih besar dari penciptaan manusia dan

peringatan tentang pergantian diantara malam dengan siang. Selanjutnya

ayat ini dimembahas tentang penciptaan manusia, namun hidupnya yang

kecil itu diatur pertumbuhan dengan indah sekali, sejak dari tanah naik jadi

nutfah, naik jadi ‘alaqah, lahir jadi orang sampai dewasa dan ada yang

sampai tua. Semua itu diuraikan dan sesudah diuraikan diberilah peringatan

kepada manusia supaya jangan dia lupa siapa yang mengatur semuanya.

f. Aspek Tarbawi Q. S. Al – Mukmin ayat 67

Tubuh jasmani ini, badan kasar ini seluruhnya diambil bahannya dari

sari pati tanah, yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan

minumannya. Dzat-dzat makanan itu memperkaya darah manusia. Darah

itulah yang mengandung mani, atau sperma. Mani atau sperma keluar

setelah terjadi persetubuhan antara laki-laki dan perempuan. Di dalam

rahim, keduanya bercampur menjadi satu lalu membeku menjadi mudghah,

dan selanjutnya setelah genap bulannya, Allah mengeluarkannya dari rahim

ibunya. Supaya mengerti dan yakinlah bahwa segalanya semata-mata Allah

yang menentukan, tidak dicampuri oleh tangan sedikitpun. Tidak ada

manusia itu sendiri pada hakikatnya yang berkuasa atas dirinya sendiri.

13

BAB III

PENUTUP

Dalam tafsir QS. Ar-Rum ayat 54 sesungguhnya pepindahan manusia

dari fase-fase kejadianya selangkah demi selangkah, mulai dari lemah hingga

menjadi kuat, kemudian dari kuat menjadi lemah kembali. Hal ini jelas

menunjukkan akan kekuasaan Yang Maha Pencipta Lagi Maha Berbuat

menurut apa yang dikehendakiNya, baik di bumi atau di langit. Dan tidaklah

sulit bagi Allah untuk mengembalikan manusia menjadi hidup kembali. Tapi

tahapan manusia secara umum, karena tidak semua manusia dalam hidupnya

akan meninggal sampai saat tua/pikun. Ada yang masih bayi, remaja, ataupun

usia-usia pertengahan, itu semua tergantung kehendak Allah SWT.

Kemudian dalam tafsir QS. At-tiin ayat 4-6, manusia bukanlah makhluk

yang tercipta dengan sendirinya sebagaimana yang dikemukakan materialism,

tetapi manusia adalah makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Manusia adalah

makhluk yang paling sempurna yang di ciptakan oleh Tuhan. Manusia dibekali

dengan keistimewaan yang tidak dimiliki oleh makhluk yang lainnya,

keistimewaan fisik, jiwa dan akalnya. Manusia tercipta dengan cara dua tahap

utama yaitu penyempurnaan fisiknya dan penghembusan ruh ilahi kepadanya.

Antara kebutuhan jasmani dan rohani ini harus seimbang, karena apabila

manusia hanya mementingkan kebutuhan jasmaninya saja maka manusia itu

tidak akan mencapai pada kesempurnaan begitu juga sebaiknya.

Dalam tafsir QS. Al-mukmin ayat 67 bahwa badan kasar ini seluruhnya

diambil bahannya dari sari pati tanah, yang masuk ke dalam tubuh manusia

melalui makanan dan minumannya. Dzat-dzat makanan itu memperkaya darah

manusia. Darah itulah yang mengandung mani, atau sperma. Mani atau sperma

keluar setelah terjadi persetubuhan antara laki-laki dan perempuan. Di dalam

rahim, keduanya bercampur menjadi satu lalu membeku menjadi mudghah, dan

selanjutnya setelah genap bulannya, Allah mengeluarkannya dari rahim ibunya.

14

DAFTAR PUSTAKA

Al-Maraghiy, Ahmad Musthafa. 1974. Tafsir Al-Maraghiy. Semarang: CV.

Toha Putra.

As-Suyuti, Imam Jalaludin. 2009. Terjemahan Tafsir Jalalain jilid II. Bandung:

Sinar Baru Argensindo.

Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar. Juz XXIV. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Mujieb, M. Abdul. 1986. Lubabun Nuqul Fi Asbabun Nuzul. Mesir: Daarul

Ihya.

Shihab, M. Quraish. 2011. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-

Qur’an. Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, M. Quraish. 2012. Al-Lubab: Makna, Tujuan dan Pelajaran dari Surah-

surah Al-Qur’an. Tangerang: Lentera Hati.