anamnesis penyakit mata
DESCRIPTION
-TRANSCRIPT
Anamnesis Penyakit Mata SISTEM SS
Penyakit Mata
KONJUNGTIVITIS
- Konjungtivitis Bakteri- Konjungtivitis Virus- Konjungtivitis Alergi- Konjungtivitas Jamur- Konjungtivitis Parasit- Konjungtivitis Kimia atau Iritatif- Konjuntivitis Lain lain
Definisi Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu.
Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulenkental.
KONJUNGTIVITIS BAKTERI
A. DefinisiKonjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan olehbakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan matamerah, sekret pada mata dan iritasi mata
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut, akut, subakut dan kronik.
Konjungtivitis bakteri hiperakut disebabkan oleh:- N gonnorhoeae- Neisseria kochii dan- N meningitidis.
Bentuk yang akut biasanya disebabkan oleh:- Streptococcus pneumonia dan- Haemophilus aegyptyus.
Penyebab yang paling sering pada bentukkonjungtivitis bakteri subakut adalah:
- H influenza dan
- Escherichia coli,
sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi pada:
- konjungtivitis sekunder- pada pasien dengan obstruksi duktus
nasolakrimalis
Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada satu mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke oranglain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi.
C. PatofisiologiJaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan padamekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut dapat menyebabkan infeksi klinis.
Perubahan pada flora normal dapatterjadi karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun melalui aliran darah.
Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan salah satu penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta resistensi terhadap antibiotic
Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal dari perdarahan konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata, mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada konjungtiva
D. Gejala KlinisGejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret
pada kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata.
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dandebris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal.
Gejala yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu bangun tidur.
E. Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkinsaja penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang lebih tua.
Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlujuga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obatkemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayatpenggunaan lensa-kontak.
F. Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat mengurangi komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara drastic dan juga komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet.
Luka parut juga dapat mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion
sehingga bulu mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada kornea
G. Penatalaksanaan Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spectrum luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi topical dan sistemik .
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis harus dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtiva .
KONJUNGTIVITIS VIRUS
A. Definisi
Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapatmenimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, danherpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh:
- virus Varicella zoster,- picornavirus- (enterovirus 70, Coxsackie A24),- poxvirus, dan- human immunodeficiency virus-
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak denganbenda-benda yang menyebarkan virus (fomites)dan berada di kolam renang yang terkontaminasi .
C. Patofisiologi
Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada setiap jenis konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya.
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada etiologi.
D. Gejala Klinis
Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai dengan etiologinya.Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh adenovirus biasanya dijumpai:
- demam dan mata seperti kelilipan,
- mata berair berat dan kadang dijumpai pseudomembran.
- Selain itu dijumpai infiltrate subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan.
Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan demam.
Pada konjungtivitis herpetic yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai :
- injeksi unilateral,- iritasi,- sekret mukoid,- nyeri,- fotofobia ringan dan- sering disertai keratitis herpes.
Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala klinis:
- nyeri,- fotofobia,
- sensasi benda asing,- hipersekresi airmata,- kemerahan,- edema palpebra dan- perdarahan subkonjungtiva dan- kadang-kadang dapat terjadi kimosis
E. Diagnosis
Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipetipe menurut penyebabnya.
Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dangejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktorfaktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus.
Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi.
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan waktu dan biaya.
F. Komplikasi
Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, danketerlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit
G. Penatalaksanaan
Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea.
Pasien konjungtivitis juga diberikan instruksihygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi.
KONJUNGTIVITIS ALERGI
A. Definisi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun.
Reaksi hipersensitivitas yang paling seringterlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1.
B. Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivitis papilar raksasa .
Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman dan tumbuh tumbuhan biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput, bulu hewan,dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu.
Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rhinitis alergi musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan riwayat dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada pengguna lensakontakatau mata buatan dari plastic.
C. Gejala Klinis
Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya.
Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-tumbuhankeluhan utama adalah:
- gatal,- kemerahan,
- air mata,- injeksi ringan konjungtiva, dan- sering ditemukan kemosis berat.
Pasien dengan keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan:
- mata sangat gatal dengan kotoran mata yang berserat,
- konjungtiva tampak putih susu dan- banyak papila halus di konjungtiva tarsalis
inferior.
Keratokonjungtivitis atopic:
- Sensasi terbakar,- pengeluaran sekret mukoid,- merah, dan- Fotofobia- Ditemukan jupa tepian palpebra yang
eritematosa dan- konjungtiva tampak putih susu.- Pada kasus yang berat ketajaman
penglihatan menurun, sedangkan
pada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis vernal
D. Diagnosis
Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien serta observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis alergi.
Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah:
- rasa gatalpada mata,- mungkin saja disertai mata berair,- kemerahan dan fotofobia
E. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea dan infeksi sekunder.
F. PenatalaksanaanPenyakit ini dapat diterapi dengan tetesan
vasokonstriktor-antihistamin topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topical jangka pendek untuk meredakan gejala lainnya.
KONJUNGTIVITIS JAMUR
Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi.
Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu.
Penyebabnya :- Candida sp,- Sporothrix schenckii,- Rhinosporidium serberi, dan- Coccidioides immitis walaupun jarang
KONJUNGTIVITIS PARASIT
Konjungtivitis parasit dapat disebabkan oleh infeksi :
- Thelazia californiensis,- Loa loa,- Ascaris lumbricoides,- Trichinella spiralis,- Schistosoma haematobium,- Taenia solium dan- Pthirus pubis walaupun jarang
KONJUNGTIVITIS KIMIA ATAU IRITATIF
Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis.
Substansisubstansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkankonjungtivitis, seperti:
- asam,- alkali,- asap dan angin,
dapat menimbulkan gejalagejala berupa:- nyeri,
- pelebaran pembuluh darah,- fotofobia, dan- blefarospasme.
Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topical jangka panjang seperti:
- dipivefrin,- miotik,- neomycin, dan- obat-obat lain dengan bahan pengawet
yang toksik atau menimbulkan iritasi.
Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan penghentian substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan.
KONJUNGTIVIITIS LAIN
Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit, konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit autoimun seperti:
- penyakit tiroid,- gout dan- karsinoid.
Terapi pada konjungtivitis yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut diarahkan pada pengendalian penyakit utama atau penyebabnya.
Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis herpetiformis ataupun masalah kulit lainnya pada daerah wajah.
Hematoma Subkonjungtiva Kelainan dimana pembuluh darah rapuh (umur, hipertensi, arteriosclerosis, konjungtivitis hemoragik, anemia, pemakaian antikoagulan dan batuk rejan)Dapat juga terjadi akibat trauma langsung atau tidak langsung yang terkadang menutupi perrforasi jaringan bola mata yang terjadi. Contoh Padma fraktura kranii mengakibatkan hematoma kacamata karena berbentuk seperti kacamatan yang bewarna biru pada kedua mata.Gambaran klinisBila karena trauma tumpul perlu dipastikan tidak ada robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sclera
Warna merah dapat berubah menjadi hitam.Pemeriksaan penunjangFunduskopi (apabila kena trauma tumpul)PengobatanBiasanya tidak perlu pengobatan karena akan diserap dengan spontan dalam waktu 1-3 minggu namun bisa diberikan kompres hangat
TRIKIASIS TRIKIASISDefinisi
Trikiasis adalah suatu kelainan
dimana bulu mata mengarah ke dalam bola
mata yang dapat menggosok kornea atau
konjungtiva yang dapat menyebabkan iritasi.
Trikiasis harus dibedakan daripada entropion,
dimana pada entropion terjadi pelipatan
palpebra ke arah dalam. Kemungkinan dimana
terjadinya entropion dan trikiasis bersamaan
dapat terjadi, dan dibutuhkan terapi untuk
keduanya.
Etiologi dan Patofisiologi
Setiap orang dapat terjadi trikiasis,
namun umumnya lebih sering terjadi pada
orang dewasa. Trikiasis dapat disebabkan oleh
infeksi pada mata, peradangan pada palpebra,
kondisi autoimun, dan trauma. Proses penuaan
juga merupakan penyebab umum terjadinya
trikiasis, karena kulit yang kehilangan
elastisitas.
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan
resiko terjadinya trikiasis sebagai berikut
Idiopatik
Blefaritis kronik : Margo palpebra
meradang, menebal, berkrusta,
erythem dengan secret ringan dan
telangiektasis pembuluh darah
Sikatriks : Dapat diakibatkan oleh
luka palpebra oleh trauma.
Epiblepharon, penyakit kongenital
yang terjadi dimana jaringan
longgar di sekitar mata membentuk
lipatan yang abnormal kulit dan
otot pretarsal, menyebabkan bulu
mata mengarah ke dalam.
Trachoma, suatu konjunctivitis
folikular kronik yang berkembang
hingga terbentuknya jaringan parut.
Pada kasus yang berat, trikiasis
dapat terjadi akibat jaringan parut
yang berat.
Penyakit-penyakit lainnya yang
dapat mengenai kulit dan membran
mukosa seperti Steven Johnson
Syndrome dan cicatrical
pemphigoid.
Selain dari penyakit-penyakit
diatas, pentingnya membedakan tipe-tipe
kelainan dari bulu mata yang dapat
menyebabkan trikiasis, dimana
penatalaksanaannya dapat berbeda tergantung
dari penyebabnya. Pembagian trikiasis
berdasarkan kelainan bulu mata yaitu sebagai
berikut:
- Acquired metaplastic
eyelashes. Biasanya disebabkan
peradangan kelopak mata
seperti meibomitis atau trauma
akibat pembedahan, dimana
epitel kelenjar meibom
mengalami perubahan
metaplastik menjadi folikel
rambut. Hal ini menyebabkan
pertumbuhan bulu mata lebih
posterior daripada normal
dimana dapat mengarah ke
belakang.
- Congenital metaplastic
eyelashes. Kelainan kongenital
dimana kelenjar meibom
menjadi multipoten
berkembang menjadi folikel-
folikel rambut. Barisan kedua
dari bulu mata tumbuh dari
permukaan kelenjar meibom.
Bulu mata yang tumbuh
tersebut mengarah secara
vertikel, dan pada anak-anak
dapat ditoleransi dikarenakan
oleh adanya tear film yang
bagus dan sedikit mengurangi
sensasi kornea.
- Misdirected eyelashes12.
Pertumbuhan bulu mata yang
normal, namun akibat dari
sedikit jaringan parut pada
margin kelopak mata
menyebabkan perubahan arah
dari bulu mata ke dalam.
- Marginal entropion.
Pembalikan dari margin
kelopak mata akibat dari proses
parut dari lamela posterior
kelopak mata.
Gambaran Klinik
Pasien dapat mengeluhkan sensasi
benda asing, iritasi pada permukaan bola mata
yang kronik, lesi pada kelopak mata, gatal,
nyeri pada mata, fotofobia, dan mata bengkak.
Abrasi kornea sampai dapat terjadi ulkus
kornea, injeksi konjungtiva, keluarnya cairan
mucus, dan pandangan menjadi kabur dapat
menyertai penyakit ini.
Diagnosis Banding
Trikiasis dapat didiagnosis banding
dengan entropion. Entropion adalah pelipatan
kelopak mata ke arah dalam yang dapat
disebabkan oleh involusi, sikatrik, atau
congenital. Gangguan ini selalu mengenai
kelopak mata bawah dan merupakan akibat
gabungan kelumpuhan otot-otot retractor
kelopak mata , mikrasi ke atas muskulus
orbikularis preseptal, dan melipatnya tarsus ke
atas.
Penatalaksanaan
Jika hanya sedikit bulu mata yang
terlibat, trikiasis dapat diterapi dengan
mechanical epilation, yaitu membuang bulu
mata yang tumbuh ke dalam dengan forcep
pada slit lamp. Karena pertumbuhan kembali
dapat terjadi, epilasi berulang diperlukan
setelah 3-8 minggu.
Electrolysis dapat digunakan untuk
menatalaksana trikiasis. Akan tetapi tingkat
rekurensinya tinggi, selain itu bulu mata
normal yang berdekatan dapat menjadi rusak
dan jaringan parut pada jaringan margin
palpebra dapat menyebabkan trikiasis lebih
lanjut.
Radiosurgery dapat memperbaiki
bulu mata yang abnormal dengan
menggunakan ujung jarum yang dimasukkan
dari ujung silia ke basis silia. Sinyal
radiosurgery dikirimkan kurang lebih selama 1
detik dengan tenaga yang lemah untuk
menghancurkan folikel rambut. Ketika ujung
jarum dipindahkan, maka bulu mata dapat
diangkat dengan mudah.
Trikiasis segmental dapat
diperbaiki dengan cryotherapy. Cryotherapy
hanya membutuhkan anestesia lokal infiltratif.
Folikel dari bulu mata sangat sensitif terhadap
dingin dan dapat dihancurkan pada suhu -20o
C. Area yang terlibat dibekukan kurang lebih
selama 25 detik dan kemudian dibiarkan
mencair. Kemudian dibekukan kembali selama
20 detik (double freeze-thaw technique). Bulu
mata yang abnormal dapat diangkat dengan
forcep.
Penggunaan Argon Laser pada
trikiasis tidak se-efektif seperti menggunakan
cryotherapy, tetapi dapat sangat berguna ketika
hanya sedikit dari bulu mata yang tersebar
membutuhkan ablasi atau ketika stimulasi dari
area peradangan yang lebih besar tidak
dibutuhkan. Beberapa pigmen dibutuhkan pada
dasar bulu mata untuk menyerap energi laser
dan mengablasi bulu mata, menyebabkan
teknik ini sensitif terhadap warna rambut.
Ablasi menggunakan argon laser
membutuhkan sinar dengan lebar 200_m untuk
kelopak mata bawah, dan 250 _m untuk
kelopak mata atas, untuk kedalaman yang sama
dengan electrolysis15.
Komplikasi
Apabila tidak ditangani dengan
segera trikiasis dapat menyebabkan komplikasi
seperti iritasi pada permukaan bola mata yang
kronik, abrasi kornea, terjadi ulkus kornea,
perforasi, sampai terjadinya infeksi bola mata.
Komplikasi lebih lanjut dapat menyebabkan
kebutaan.
Prognosis
Prognosis umumnya baik. Tindak
lanjut perawatan berkala dan perhatian
terhadap komplikasi, kekambuhan, atau
komplikasi kornea dapat meningkatkankan
prognosis jangka panjang.
SINDROMA MATA KERING DEFINISI
Sindroma Mata Kering (SMK) adalah kumpulan gejala akibat gangguan pada air mata dan permukaan okuler yang menyebabkan ketidaknyamanan pada mata, gangguan penglihatan, dan ketidakstabilan TF (Transfer Faktor). SMK biasanya menunjukkan keluhan yang samar-samar dan bila tidak diobati atau dihentikan dapat berlangsung terus-menerus kronis menimbulkan kerusakan yang irreversibel terutama pada permukaan ocular.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia, Kepulauan Riau, menunjukkan prevalensi 27,5% pada penduduk berusia di atas 21 tahun dengan faktor risiko utama umur, rokok, dan pterigium. Di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan, Chaironika (2011) menemukan 76,8% prevalensi SMK pada wanita yang telah menopause.
KLASIFIKASI
Klasifikasi Sindroma Mata Kering Sindroma Mata Kering (SMK) dapat dikategorikan menjadi episodik dan kronik. SMK episodik yaitu mata kering yang dialami akibat lingkungan atau pekerjaan, dan bersifat sementara. SMK kronik yaitu mata kering yang dipicu Universitas Universitas Sumatera Sumatera Utara oleh sesuatu dan bersifat menetap. SMK episodik dapat berlanjut ke mata kering kronik. SMK dapat dikategorikan menjadi aquoeus deficient dan evaporative dry eye. Aqueous tear deficient dry eye adalah kelompok mata kering yang disebabkan karena kurangnya produksi air mata walaupun evaporasinya tetap berjalan normal. Evaporative dry eye adalah kelompok mata kering yang disebabkan karena penguapan berlebihan air mata walaupun tidak terjadi gangguan pada proses produksinya. Banyak sekali etiologi yang dapat mencetuskan kedua hal ini, baik yang bersifat autoimun, obat, maupun lingkungan. Klasifikasi ini cukup membingungkan sebab sindrom mata kering sering merupakan gabungan antara keduanya.
PATOFISIOLOGI
1. Kelainan lapisan aqueousKurangnya produksi lapisan aqueous gangguan interaksi neuro humoral permukaan okuler terinterupsinya impuls saraf sekretmotorik ke kelenjar lakrimal yang berakibat terjadinya inflamasi dan mensupresi sekresi aqueous menyebabkan jejas permukaan okuler gejala tidak nyaman dan iritasi okuler.
2. Kelainan musinGangguan produksi musin mengakibatkan penyebaran air mata yang tidak merata pada permukaan mata. Gangguan disebabkan oleh hilangnya sel goblet konjungtiva.
3. Kelainan lipidKekurangan lapisan lipid pada anatomi air mata menyebabkan evaporasi yang berlebihan.
FAKTOR RESIKO
Berikut ini adalah penjelasan beberapa faktor risiko penyebab SMK:
1. UsiaBerkurangnya androgen seiring pertambahan usia menyebabkan atropi kelenjar lakrimal dan kelenjar Meibom dengan gambaran histopatologi infiltrasi limfosit, fibrosis, dan atropi asinar. Adanya penurunan volume air mata dan kurangnya protein pada air mata orang tua.
2. Jenis kelaminHampir semua penelitian epidemiologi sindrom mata kering menunjukkan prevalensi SMK yang lebih tinggi pada wanita, terutama wanita yang menopause. Hormon seks mempengaruhi sekresi air mata, disfungsi meibom, dan sel goblet konjungtiva.
3. Pengguna lensa kontakSekitar 43-50% pengguna lensa kontak mengalami mata kering. Pemakaian lensa kontak memisahkan PTF menjadi dua bagian sehingga tidak ada musin di pre lens dan tidak ada lapisan lipid di post lens sehingga SMK sering dialami.
4. MerokokPekerja yang merokok lebih banyak mengalami gangguan oftalmikus dibandingkan yang tidak merokok. Asap rokok menyebabkan kerusakan oksidatif pada protein-protein permukaan ocular.
5. Ruangan ber-ACSMK lebih banyak dialami oleh penduduk yang tinggal di tempat yang tinggi karena suhu yang rendah, kelembaban yang rendah, dan angin yang kencang. Oleh karena itu, SMK dapat dipicu pada ruangan yang ber-AC.
GEJALA KLINIS1. Mata terasa2. Mata lelah3. Mata terasa terbakar4. Mata terasa perih5. Mata terasa gatal6. Mata merah7. Mata berair8. Penglihatan kabur sesaat (kembali
dengan berkedip)9. Fotofobia (sensitif terhadap cahaya)10. Seperti ada benda asing (berpasir)
PENATALAKSANAAN1. Pemberian air mata buatan
Diberikan sebanyak 1-2 tetes pada dewasa maupun anak-anak apabila terjadi defisiensi komponen air. Air mata buatan ini berfungsi sebagai pelumas pada permukaan mata.
2. Salep/gelSebagai pelumas jangka panjang,
terutama saat tidur.3. Kacamata pelembab bilik
Apabila penyebabnya lingkungan yang terlalu panas atau dingin. Usahakan memakai kacamata hitam yang menutupi daerah samping mata, sehingga penguapan air mata dapat dihindari.
4. Agen anti inflamasiSiklosporin A topical: diberikan 1 tetes pada setiap mata per 12 jam
5. Topical/sistemik tetrasiklinObatnya: Doxycycline 100 mg, Minoxycline 100 mg
6. Lensa kontakDiberikan pada pasien dengan defisiensi mucus dengan derajat berat
7. Bedah-puctal plug-tarsorrhaphy
MIOPIA A. Pengertian Miopi1. Miopia adalah suatu keadaan mata yang
mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan atau kerusakan refraksi mata sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina ( bintik kuning ) dimana sistem akomodasi berkurang.
2. Miopia adalah suatu keadaan mata yang mempunyai kekuatan pembiasan sinar yang berlebihan sehingga sinar sejajar yang datang dibiaskan di depan retina.
3. Miopia adalah suatu keadaan dimana panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan pembiasan media refraksi terlalu kuat.
4. Miopi adalah keadaan pada mata dimana cahaya/benda yang jauh letaknya jatuh/difokuskan didepan retina/selpaut jala/bintik kuning
B. Etiologi Pertengahan tahun 1900 SM, para dokter ahli mata dan ahli pemeriksa mata (ahli kacamata) percaya bahwa miopia menjadi hereditas utama. Di antara peneliti-
peneliti dan para professional peduli mata, mereka mengatakan bahwa miopia sekarang telah menjadi sebuah kombinasi genetik dan merupakan salah satu faktor lingkungan.
Ada 2 mekanisme dasar yang dipercaya menjadi penyebab myopia yaitu:1. Hilangnya bentuk mata ( juga diketahui
sebagai hilangnya pola mata ), terjadi ketika kualitas gambar dalam retina berkurang.
2. Berkurangnya titik fokus mata, terjadi ketika titik fokus cahaya berada di depan atau di belakang retina
Myopia Terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan pula, semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar kemungkinan mengalami miopi. Ini karena organ mata sedang berkembang dengan cepat pada tahun-tahun awal kehidupan.akibatnya para penderita miopi umumnya merasa bayangan benda yang dilihatnya jatuh tidak tepat pada retina matanya, melainkan didepannya (Curtin, 2002).
C. Jenis-Jenis Miopi1. Menurut bentuk miopi
a. Myopia Axialterjadinya myopia akibat panjang sumbu bola mata (diameter Antero-posterior), dengan kelengkungan kornea dan lensa normal, refraktif power normal dan tipe mata ini lebih besar dari normal.
b. Myopia Kurvaturaterjadinya myopia diakibatkan oleh perubahan dari kelengkungan kornea atau perubahan kelengkungan dari pada lensa seperti yang terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat, dimana ukuran bola mata normal.
c. Perubahan Index RefraksiPerubahan indeks refraksi atau
myopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti yang terjadi pada penderita Diabetes Melitussehingga pembiasan lebih kuat.
2. Menurut derajat myopiaa. Miopia ringan, dimana myopia kecil dari pada 1-3 dioptrib. Miopia sedang, dimana myopia lebih diantara 3-6 dioptric. Myopia berat atau tinggi, dimana myopia lebih besar dari 6 dioptri
3. Menurut perjalanan myopiaa. Myopia stasioner, myopia yang
menetap setelah dewasab. Myopia progresif, myopia yang
bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambahnya panjangnya bola mata
c. Myopia maligna, myopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan
d. Myopia degenertif atau myopia maligna biasanya bila myopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atrofi karioretina.
D. Patofisiologi miopi Terjadinya elongasi sumbu yang berlebihan pada myopia patologi masih belum diketahui. Sama halnya terhadap hubungan antara elongasi dan komplikasi penyakit ini, seperti degenerasi chorioretina, ablasio retina dan glaucoma. Columbre dan rekannya, tentang penilaian perkembangan mata anak ayam yang di dalam pertumbuhan normalnya, tekanan intraokular meluas ke rongga mata dimana sklera berfungsi sebagai penahannya. Jika kekuatan yang berlawanan ini merupakan penentu pertumbuhan ocular post natal pada mata manusia, dan tidak ada bukti yang menentangnya maka dapat pula disimpulkan dua mekanisme patogenesa
terhadap elongasi berlebihan pada myopia.E. Manifestasi Klinik
Penglihatan kabur atau mata berkedip ketika mata mencoba melihat suatu objek dengan jarak jauh ( anak-anak sering tidak dapat membaca tulisan di papan tulis tetapi mereka dapat dengan mudah membaca tulisan dalam sebuah buku. Penglihatan untuk jauh kabur, sedangkan untuk dekat jelas. Jika derajat miopianya terlalu tinggi, sehingga letak pungtum remotum kedua mata terlalu dekat, maka kedua mata selalu harus melihat dalam posisi kovergensi, dan hal ini mungkin menimbulkan keluhan (astenovergen) . Mungkin juga posisi konvergensi itu menetap, sehingga terjadi strabismus konvergen (estropia). Apabila terdapat myopia pada satu mata jauh lebih tinggi dari mata yang lain dapat terjadi ambliopia pada mata yang myopianya lebih tinggi. Mata ambliopia akan bergulir ke temporal yang disebut strabismus divergen (eksotropia). (Illyas,2005). Pasien dengan myopia akan memberikan keluhan sakit kepala, sering disertai dengan juling dan celah kelopak yang sempit. Seseorang penderita myopia mempunyai kebiasaan mengerinyitkan matanya untuk mencegah aberasi sferis atau untuk mendapatkan efek pinhole (lubang kecil). Pasien myopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam atau berkedudukan konvergensi yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi.bila kedudukan mata ini menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005).
Gejala-gejala myopia juga terdiri dari:1. Gejala subjektif :
a. Kabur bila melihat jauhb. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekatc. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tidak sesuai dengan akomodasi )d. Astenovergens
2. Gejala objektif :a. Myopia simpleks :
Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relative lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol.Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang normal atau dapat disertai kresen myopia ( myopic cresent ) yang ringan di sekitar papil saraf optik.
b. Myopia patologik :1) Gambaran pada segmen anterior serupa dengan myopia simpleks.2) Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada:3) Badan kaca : dapat
ditemukan kekeruhan berupa pendarahan atau degenarasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan myopia.
4) Papil saraf optic : terlihat pigmentasi peripapil, kresen myopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen myopia dapat ke seluruh lingkaran papil sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tidak teratur
5) Makula: Berupa pigmentasi di daerah retina, kadang-kadang ditemukan pendarahan subretina pada daerah macula.
6) Retina bagian perifer: Berupa
degenersi kista retina bagian perifer Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid. (Illyas,2005).
F. Pencegahan1. Tidak membaca dalam keadaan gelap2. Tidak menonton TV dalam jarak yang terlalu dekat3. Jangan membaca terlalu dekat
G. Pengobatan1. Penatalaksanaan Nonfarmakologi
a. Kacamata, kontak lensa, dan operasi refraksi adalah beberapa pilihan untuk mengobati gejala-gejala visual pada pada penderita myopia. Dalam ilmu keratotology kontak lensa yang digunakan adalah adalah kontak lensa yang keras atau kaku untuk pemerataan kornea yang berfungsi untuk mengurangi miopia.
b. Latihan pergerakan mata dan teknik relaksasiPara pelaksana dan penganjur terapi alternatif ini sering merekomendasikan latihan pergerakan mata dan teknik relaksasi seperti cara menahan (pencegahan). Akan tetapi, kemanjuran dari latihan ini dibantah oleh para ahli pengetahuan dan para praktisi peduli mata. Pada tahun 2005, dilakukan peninjauan ilmiah pada beberapa subjek. Dari peninjauan tersebut disimpulkan bahwa tidak ada bukti-bukti (fakta) ilmiah yang menyatakan bahwa latihan pergerakan mata adalah pengobatan myopia yang efektif.
c. Terapi dengan menggunakan laser dengan bantuan keratomilesis
(LASIK) atau operasi lasik mata, yang telah populer dan banyak digunakan para ahli bedah untuk mengobati miopia. Dalam prosedurnya dilakukan pergantian ukuran kornea mata dan dirubahnya tingkat miopia dengan menggunakan sebuah laser. Selain lasik digunakan juga terapi lain yaitu Photorefractive Keratotomy (PRK) untuk jangka pendek, tetapi ini menggunakan konsep yang sama yaitu dengan pergantian kembali kornea mata tetapi menggunakan prosedur yang berbeda. Selain itu ada juga pengobatan yang dilakukan tanpa operasi yaitu orthokeratologi dan pemotongan jaringan kornea mata. Orang-orang dengan miopia rendah akan lebih baik bila menggunakan teknik ini. Orthokeratologi menggunakan kontak lensa secara berangsur-angsur dan pergantian sementara lekukan kornea. Pemotongan jaringan kornea mata menggunakan bahan-bahan plastik yang ditanamkan ke dalam kornea mata untuk mengganti kornea yang rusak.
2. Penatalaksanaan Farmakologi Obat yang digunakan untuk penderita miopia adalah obat tetes mata untuk mensterilisasi kotoran yang masuk ke dalam mata. Obat-obat tradisionalpun banyak digunakan ada penderita myopia
Corpus Alienum di Mata DefinisiCorpus alienum adalah benda asing, merupakan salah satu penyebab terjadinya cedera mata, sering mengenai sclera, kornea, dan konjungtiva.
Benda yang masuk ke dalam bola mata
dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu4 :
1) Benda logam, seperti emas, perak,
platina, timah, besi tembaga
2) Benda bukan logam, seperti batu, kaca,
bahan pakaian
3) Benda inert, adalah benda yang terbuat
dari bahan-bahan yang tidak
menimbulkan reaksi jaringan mata, jika
terjadi reaksinya hanya ringan dan tidak
mengganggu fungsi mata. Contoh :
emas, platina, batu, kaca, dan porselin
4) Benda reaktif, terdiri dari benda-benda
yang dapat menimbulkan reaksi
jaringan mata sehingga mengganggu
fungsi mata. Contoh : timah hitam,
seng, nikel, alumunium, tembaga
Beratnya kerusakan pada organ-organ di dalam
bola mata tergantung dari4 :
a. Besarnya corpus alienum,
b. Kecepatan masuknya,
c. Ada atau tidaknya proses infeksi,
d. Jenis bendanya.
Patofisiologi
Benda asing di kornea secara umum masuk
ke kategori trauma mata ringan. Benda asing
dapat bersarang (menetap) di epitel kornea atau
stroma bila benda asing tersebut diproyeksikan
ke arah mata dengan kekuatan yang besar.4
Benda asing dapat merangsang timbulnya
reaksi inflamasi, mengakibatkan dilatasi
pembuluh darah dan kemudian menyebabkan
udem pada kelopak mata, konjungtiva dan
kornea. Sel darah putih juga dilepaskan,
mengakibatkan reaksi pada kamera okuli
anterior dan terdapat infiltrate kornea. Jika
tidak dihilangkan, benda asing dapat
menyebabkan infeksi dan nekrosis jaringan.4
Penyebab
Penyebab cedera mata pada pemukaan mata
adalah4 :
a. Percikan kaca, besi, keramik
b. Partikel yang terbawa angin
c. Ranting pohon
d. Dan sebagainya
Gambaran Klinik
Gejala yang ditimbulkan berupa nyeri,
sensasi benda asing, fotofobia, mata merah dan
mata berair banyak. Dalam pemeriksaan
oftalmologi, ditemukan visus normal atau
menurun, adanya injeksi konjungtiva atau
injeksi silar, terdapat benda asing pada bola
mata, fluorescein (+)3,4.
Tatalaksana
Mengambil corpus alienum tersebut dari
mata
EPISKLERITIS Definisi : Reaksi radang jaringan ikat vaskular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sklera, umumnya satu bola mata
Episkleritis adalah suatu kondisi yang relatif umum yang dapat mempengaruhi pada satu atau kedua mata. Episcleritis terjadi pada perempuan lebih banyak daripada laki-laki dan paling sering terjadi antara usia 40 dan 50 tahun.
Ada dua jenis episkleritis.
Episcleritis simple. Ini adalah jenis yang paling umum dari episkleritis. Peradangan biasanya ringan dan terjadi dengan cepat. Hanya berlangsung selama sekitar tujuh sampai 10 hari dan akan hilang sepenuhnya setelah dua sampai tiga minggu. Pasien dapat mengalami serangan dari kondisi tersebut, biasanya setiap satu sampai tiga bulan. Penyebabnya seringkali tidak diketahui.
Episkleritis nodular. Hal ini sering lebih menyakitkan daripada episkleritis simple dan berlangsung lebih lama. Peradangan biasanya terbatas pada satu bagian mata saja dan mungkin terdapat suatu daerah penonjolan atau benjolan pada permukaan mata. Ini sering berkaitan dengan kondisi kesehatan, seperti rheumatoid arthritis, colitis dan lupus.
Etiologi : umumnya tidak diketahui penyebabnya, tapi radang episklera mungkin disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti, tuberkulosis, Reumatoid artritis, lues, SLE, sifilis, herpes zooster dll
Epidemiologi : umumnya penderita merupakan
perempuan usia pertengahan dengan penyakit bawaan reumatik
Gejala :- mata merah karena pelebaran pembuluh
darah- rasa sakit yang ringan- mengganjal- keluhan silau
Khas : bentuk radang pada episkleritis berupa tonjolan setempat, batas tegas dan warna merah ungu dibawah konjungtiva yang sakit jika ditekan pada episkleritis yang luas, gambaran klinis mirip dengan konjungtivitis. bedanya ada lah pada episkleritis tidak terdapat hiperemi konjungtiva tarsal, tidak ada sekret serta nyeri saat penekanan ringan bola mata
Patogenesis :Degradasi enzim dari serat kolagen dan invasi dari sel-sel radang meliputi sel T dan makrofag pada sklera memegang peranan penting terjadinya skleritis. Inflamasi dari sklera bisa berkembang menjadi iskemia dan nekrosis yang akan menyebabkan penipisan pada sklera dan perforasi dari bola mata.Inflamasi yang mempengaruhi sclera berhubungan eratdengan penyakit imun sistemik dan penyakit kolagen pada vaskular. disregulasi pada penyakit auto imun secara umum merupakan faktor predisposisi dari skleritis. Proses inflamasi bisa disebabkan oleh kompleks imun yang berhubungan dengan kerusakan vaskular (reaksi hipersensitivitas tipe I II dan respon kronik granulomatous (reaksi hipersensitivitas tipe IV). Interaksi tersebut adalah bagian darisistem imun aktif dimana dapat menyebabkan kerusakan sklera akibat deposisi kompleks imun pada pembuluh di episklera dan sklera yang menyebabkan perforasi kapiler dan venula post kapiler dan respon imun sel perantara
Terapi :- pembuluh darah yang melebar akan
mengecil bila diberi fenil efrin 2,5% topical
- pengobatan yang diberikan pada episkleritis adalah vasokonstriktor
- pada keadaan yang berat diberi kortikosteroid tetes mata, sistemik atau salisilat
Komplikasi : penyulit yang dapat timbul adalah terjadinya peradangan yang lebih dalam pada sklera yang disebut sebagai Skleritis
Prognosis :- kadang - kadang merupakan kelainan
berulang yang ringan, episkleritis dapat sembuh sempurna atau bersifat residif yang dapat menyerang tempat yang sama atau berbeda
- dengan pengobatan yang adekuat, episkleritis dapat sembuh dalam 1 minggu, sedangkan episkleritis nodular penyembuhan lebih lama, sampai beberapa minggu