persepsi dan pengambilan keputusan
Post on 17-Jan-2016
686 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Makalah : Perilaku Keorganisasian
PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2015
Kelompok 3 (Tiga)
1. M. Kardafi 1301102010013
2. M. Fadlal Maula 1301102010091
3. Sayed Bukhari 1301102010065
4. Ulyatul Nazirah 1301102010071
5. Anggie Pratiwi 1301102010020
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Perilaku Keorganisasian tentang “Persepsi dan Pengambilan
Keputusan” dengan baik.
Adapun makalah Perilaku Keorganisasian tentang “Persepsi dan Pengambilan
Keputusan” ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami tidak lupa menyampaikan bayak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadar sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah Perilaku Keorganisasian ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Perilaku
Keorganisasian tentang “Persepsi dan Pengambilan Keputusan” ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap pembaca.
Banda Aceh, Maret 2015
Penyusun,
Kelompok 3 (Tiga)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................. 2
BAB II : PEMBAHASAN ........................................................................................ 3
2.1 Persepsi ........................................................................................................... 3
2.1.1 Pengertian Persepsi .................................................................................. 3
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ...................................................... 3
2.1.3 Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain .............................................. 5
2.1.4 Penerapan Persepsi Dalam Organisasi..................................................... 7
2.2 Pengambilan Keputusan ............................................................................... 9
2.2.1 Devinisi Pengambilan Keputusan ............................................................ 9
2.2.2 Proses Pengambilan Keputusan ............................................................... 10
2.2.3 Meningkatkan Kreativitas Dalam Pengambilan Keputusan .................... 11
2.2.4 Praktek Pengambilan Keputusan Dalam Organisasi ............................... 12
2.2.5 Etika Dalam Pengambilan Keputusan ..................................................... 16
2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis .......... 16
2.2.7 Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan ........................ 18
BAB III : PENUTUP ................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 20
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam memahami perilaku keorganisasian, penting bagi kita untuk
mempelajari persepsi dan pengambilan keputusan individul. Persepsi merupakan
keadaan integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang
ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu
akan ikut aktif berpengaruh dalam proses persepsi. Pengambilan Keputusan
adalah suatu proses untuk menentukan satu pilihan dari beberapa hal untuk
menentukan satu pilihan dari beberapa alternatif sebagai upaya untuk
memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang tentunya memiliki risiko.
Dengan memahami sedikit pengertian di atas mengenai persepsi dan
pengambilan keputusan individual (yang selanjutnya akan dibahas lebih lengkap
pada Bab II), maka kita dapat mengetahui pentingnya memahami kedua hal
tersebut. Setiap individu dalam organisasi tentunya memiliki perbedaan perilaku
pada masing-masing hal tersebut. Untuk itu, perlu mengetahui usaha-usaha apa
saja yang perlu dilakukan agar suatu organisasi dapat membentuk suatu perilaku
organisasi sesuai dengan yang diharapkan.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Persepsi dan Pengambilan Keputusan?
2. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan?
3. Bagaimana aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam sebuah
organisasi?
4. Bagaimana hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan?
2
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini adalah selain untuk
memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah “Perilaku Keorganisasian“. Ada
juga tujuan lain diantaranya yaitu :
a. Pembaca mengetahui pengertian persepsi dan pengambilan keputusan.
b. Pembaca mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dan
pengambilan keputusan.
c. Pembaca mengetahui aplikasi persepsi dan pengambilan keputusan dalam
organisasi.
d. Pembaca mengetahui hubungan persepsi dengan pengambilan keputusan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang melakukan pemilihan,
penerimaan, pengorganisasian, dan penginterpretasian atas informasi yang
diterimanya dari lingkungan. Jadi persepsi merupakan suatu proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya.
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses
yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan
kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan. Namun apa yang
merupakan persepsi seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif.
Karena perilaku orang didasarkan pada persepsi mereka akan realitas, dan bukan
pada realitas itu sendiri, maka persepsi sangat penting pula dipelajari dalam
perilaku organisasi.
2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
1. Pelaku persepsi (Characteristics of the perceiver)
Pelaku persepsi adalah penafsiran seorang individu pada suatu objek yang
dilihatnya akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri,
diantaranya sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan merangsang
individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi mereka. Contoh-
contoh seperti seorang tukang rias akan lebih memperhatikan kesempurnaan
riasan orang daripada seorang tukang masak, seorang yang disibukkan dengan
4
masalah pribadi akan sulit mencurahkan perhatian untuk orang lain, dls,
menunjukkan bahwa kita dipengaruhi oleh kepentingan/minat kita. Sama halnya
dengan ketertarikan kita untuk memperhatikan hal-hal baru, dan persepsi kita
mengenai orang-orang tanpa memperdulikan ciri-ciri mereka yang sebenarnya.
2. Target (Characteristics of the perceived)
Target adalah gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target akan
membentuk cara kita memandangnya. Misalnya saja suatu gambar dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang oleh orang yang berbeda. Selain itu, objek yang
berdekatan akan dipersepsikan secara bersama-sama pula. Contohnya adalah
kecelakaan dua kali dalam arena ice skating dalam seminggu dapat membuat kita
mempersepsikan ice skating sebagai olah raga yang berbahaya. Contoh lainnya
adalah suku atau jenis kelamin yang sama, cenderung dipersepsikan memiliki
karakteristik yang sama atau serupa.
3. Situasi ( Situation Context)
Situasi juga berpengaruh bagi persepsi kita. Misalnya saja, seorang wanita
yang berparas lumayan mungkin tidak akan terlalu ‘terlihat’ oleh laki-laki bila ia
berada di mall, namun jika ia berada dipasar, kemungkinannya sangat besar
bahwa para lelaki akan memandangnya.
Tiap orang mempunyai persepsi sendiri
perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan
kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera
merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang
memberi perhatian
seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja
yaitu yang dianggap penting bagi dirinya.
2.1.3 Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain
Teori Atribusi
Pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku,
mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau
eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh
penyebab-penyebab internal karena sebagai m
keyakinan, maksud, dan motof
Tiap orang mempunyai persepsi sendiri-sendiri karena dipengaruhi oleh
perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan
kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera
merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang
memberi perhatian terhadap stimulasi itu untuk diberi arti. Namun perhatian
seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja
yaitu yang dianggap penting bagi dirinya.
Membuat Penilaian Mengenai Orang Lain
Teori Atribusi
Pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku,
mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau
eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh
penyebab internal karena sebagai manusia mereka mempunyai
keyakinan, maksud, dan motof-motif didalam dirinya. Namun persepsi kita
5
dipengaruhi oleh
perbedaan kemampuan inderanya dalam menangkap stimulasi dan Perbedaan
kemampuan dalam menafsirkan atau memberi arti pada stimulasi tersebut. Indera
merupakan filter masuknya stimulasi dalam kognisinya, dan kemudian orang
terhadap stimulasi itu untuk diberi arti. Namun perhatian
seseorang tidak dapat menyeluruh, melainkan hanya pada aspek tertentu saja
Pada dasarnya mengungkapkan bahwa bila individu mengamati perilaku,
mereka mencoba menentukan apakah itu disebabkan faktor internal atau
eksternal. Misalnya saja persepsi kita terhadap orang akan dipengaruhi oleh
anusia mereka mempunyai
motif didalam dirinya. Namun persepsi kita
6
terhadap benda mati seperti gedung, api, air, dls, akan berbeda karena mereka
adalah benda mati yang memiliki hukum alamnya sendiri (eksternal). Penentuan
apakah perilaku itu merupakan penyebab eksternal atau internal bergantung pada
tiga faktor :
Kekhususan : apakah seorang individu memperlihatkan perilaku yang
berlainan dalam situasi yang berlainan.
Konsensus : yaitu jika setiap orang yang menghadapi situasi serupa bereaksi
dengan cara yang sama.
Konsistensi : apakah seseorang memberikan reaksi yang sama dari waktu ke
waktu.
Salah satu penemuan yang menarik dari teori ini adalah bahwa ada
kekeliruan atau prasangka (bias, sikap berat sebelah) yan menyimpangkan atau
memutar balik atribusi. Bukti mengemukakan bahwa kita cenderung
meremehkan pengaruh factor dari luar dan melebih-lebihkan pengaruh faktor
internal. Misalnya saja, penurunan penjualan seorang salesman akan lebih dinilai
sebagai akibat dari kemalasannya daripada akibat kalah saing dari produk
pesaing.
Bagan Teori Atribusi :
Observasi Interpretasi
Prilaku Individual
Konsistensi
Konsensus
Kekhususan
Eksternal
Internal
Internal
Eksternal
Eksternal
Internal
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Tinggi
Rendah
Hubungan Sebab
7
Jalan Pintas Persepsi
Dalam menilai stimulus atau objek, menggunakan pola tertentu yang
berbeda, menggunakan pola untuk membuat kesimpulan tentan arti dari objek
atau stimulasi disebut jalan pintas persepsi.
Pola tersebut antara lain :
Persepsi Selektif : Menginterpretasikan secara selektif apa yang dilihat
seseorang berdasarkan minat, latar belakang, pengalaman, dan sikap
seseorang.
Efek Halo : Membuat sebuah gambaran umum tentang seorang individu
berdasarkan sebuah karakteristik.
Efek-efek kontras : Evaluasi tentang karakteristik-karakteristik
seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan-perbandingan dengan
orang lain yang baru ditemui, yang mendapat nilai lebih tinggi atau
lebih rendah untuk karakteristik-karakteristik yang sama.
Proyeksi : Menghubungkan karakateristik-karakteristik diri sendiri
dengan individu lain.
Pembentukaan Stereotip : menilai seseorang berdasarkan persepsi
tentang kelompok di mana ia tergabung.
2.1.4 Penerapan Persepsi Dalam Organisasi
Persepsi memiliki banyak konsekuensi bagi organisasi. Didalamnya orang-
orang selalu saling menilai. Berikut ini adalah beberapa penerapannya yang lebih
jelas :
Wawancara karyawan
Bukti menunjukkan bahwa wawancara sering membuat penilaian
perseptual yang tidak akurat. Pewawancara yang berlainan akan melihat
8
hal-hal yang berlainan dalam diri seorang calon yang sama. Jika
wawancara merupakan suatu masukan yang penting dalam keputusan
mempekerjakan, perusahaan harus mengenali bahwa faktor-faktor
perseptual mempengaruhi siapa yang dipekerjakan dan akhirnya
mempengaruhi kualitas dari angkatan kerja suatu organisasi.
Pengharapan kinerja
Bukti menunjukkan bahwa orang akan berupaya untuk mensahihkan
persepsi mereka mengenai realitas, bahkan jika persepsi tersebut keliru.
Pengharapan kita mengenai seseorang/sekelompok orang akan
menentukan perilaku kita.. Misalnay manager memperkirakan orang akan
berkinerja minimal, mereka akan cenderung berperilaku demikian untuk
memenuhi ekspektasi rendah ini.
Evaluasi kinerja
Penilaian kinerja seorang karyawan sangat bergantung pada proses
perseptual. Walaupun penilaian ini bisa objektif, namun banyak yang
dievaluasi secara subjektif. Ukuran subjektif adalah berdasarkan
pertimbangan, yaitu penilai membentuk suatu kesan umum mengenai
karyawan. Semua persepsi dari penilai akan mempengaruhi hasil
penilaian tersebut.
Upaya karyawan
Dalam banyak organisasi, tingkat upaya seorang karyawan dinilai
sangat penting, jadi bukan hanya kinerja saja. Namun penilaian terhadap
upaya ini sering merupakan suatu pertimbangan subjektif yang rawan
terhadap distorsi-distorsi dan prasangka (bias) perseptual.
Kesetiaan karyawan
Pertimbangan lain yang sering dilakukan manager terhadap karyawan
adalah apakah karyawan tersebut setia atau tidak kepada organisasi.
Sayangnya, banyak dari penilaian kesetiaan tersebut bersifat
9
pertimbangan. Misalnya saja individu yang melaporkan tindakan tak etis
dari atasan dapat dilihat sebagai bertindak demi kesetiaan kepada
organisasi ataupun sebagai pengacau.
Pembentukkan Profil
Pembentukkan stereotip dimana satu kelompok individu dipilih
biasanya berdasarkan ras atau etnis untuk penyelidikan intensif, inspeksi
ketat atau investigasi.
2.2 Pengambilan Keputusan
2.2.1 Devinisi Pengambilan Keputusan
Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas.
Hal ini berkaitan dengan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang apa yang
harus dilakukan dan mengenai unsur-unsur perencanaan. Dapat juga dikatakan
bahwa keputusan itu sesungguhnya merupakan hasil proses pemikiran yang
berupa pemilihan satu diantara beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya.
Keputusan itu sendiri merupakan unsur kegiatan yang sangat penting. Jiwa
kepemimpinan seseorang itu dapat diketahui dari kemampuan mengatasi masalah
dan mengambil keputusan yang tepat. Keputusan yang tepat adalah keputusan
yang berbobot dan dapat diterima bawahan. Ini biasanya merupakan
keseimbangan antara disiplin yang harus ditegakkan dan sikap manusiawi
terhadap bawahan. Keputusan yang demikian ini juga dinamakan keputusan yang
mendasarkan diri pada relasi sesama.
Kemudian terdapat definisi menurut para ahli, antara lain :
Menurut George R. Terry :
pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan)
tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada.
10
Menurut Sondang P. Siagian :
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap
hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut
perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat.
Menurut James A. F. Stoner :
pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih
suatu tindakan sebagai cara pemecahan masalah.
Dari definisi pengambilan keputusan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa keputusan itu diambil dengan sengaja, tidak secara kebetulan, dan tidak
boleh sembarangan. Pengambilan keputusan itu sendiri suatu cara yang
digunakan untuk memberikan suatu pendapat yang dapat menyelesaikan suatu
masalah dengan cara / teknik tertentu agar dapat lebih diterima oleh semua pihak.
Masalahnya telebih dahulu harus diketahui dan dirumuskan dengan jelas,
sedangkan pemecahannya harus didasarkan pemilihan alternatif terbaik dari
alternatif yang ada.
2.2.2 Proses Pengambilan Keputusan
Pengambil keputusan yang optimal adalah rasional. Artinya dia membuat
pilihan memaksimalkan nilai yang konsisten dalam batas-batas tertentu. Terdapat
asumsi-asumsi khusus yang mendasari model ini. Asumsi tersebut yaitu :
a) Model Rasional
Enam langkah dalam model pengambilan keputusan rasional diurutkan
sebagai berikut :
Tetapkan masalah
Identifikasikan criteria keputusan
Alokasikan bobot pada criteria
Kembangkan Alternatif
11
Evaluasi alternative
Pilihlah alternatif terbaik
b) Asumsi Model
Model pengambilan keputusan rasional yang baru saja digambarkan
mengandung sejumlah asumsi sebagai berikut :
Kejelasan masalah
Pilihan-pilihan diketahui
Pilihan yang jelas
Pilihan yang konstan
Tidak ada batasan waktu atau biaya
Pelunasan maksimum
2.2.3 Meningkatkan Kreativitas Dalam Pengambilan Keputusan
Kreativitas penting bagi pengambil keputusan, hal ini memungkinkan
pengambil keputusan untuk lebih sepenuhnya menghargai dan memahami
masalah, termasuk melihat masalah-masalah yang tidak dapat dilihat orang lain.
a) Potensial Kreatif
Kebanyakan orang mempunyai potensial kreatif yang dapat mereka
gunakan bila dikonfrontasikan dengan sebuah masalh pengambilan
keputusan. Namun untuk melepaskan potensial tersebut, mereka harus
keluar dari kebiasaan psikologis yang kebanyakan dari kita terlibat di
dalamnya dan belajar begaimana berpikir tentang satu maslah dengan cara
yang berlainan.
b) Model Kreatifitas Tiga Komponen
Model ini mengemukakan bahwa kreativitas individual pada
hakikatnya menuntut keahlian, keterampilan berpikir kreatif, dan motivasi
tugas intrinsic. Semakin tinggi tingkat dari masing-masing ketig kompoen
12
ini semakin tinggi kretivitasnya. Keahlian adalah landasan bagi semua
kerja kretif. Komponen kedua adalah keterampilan berpikir kreatif,
sedangkan komponen terakhir dalah motivasi tugas intrinsik.
2.2.4 Praktek Pengambalian Keputusan Dalam Organisasi
a) Rasionalitas Terbatas
Yaitu para individu mengambil keputusan dengan merancang bangun
model-model yang disederhanakan yang menyuling cirri-ciri hakiki dari
masalah tanpa menangkap semua kerumitannya. Aspek yng menarik dari
rasionalitas terbatas ini adalah bahwa urutan di mana alternatif-alternatif
dipertimbangkan bersifat kritis dalam menentukan alternatif mana yang
dipilih.
b) Intuisi
Pengambilan keputusan intuitif seperti yang digunakan oleh Joe
Garcia baru-baru ini muncul dan disegani. Ada sejumlah cara untuk
mengkonseptualkan intuisi. Pengambilan keputusan secara intuitif
sebagai suatu proses tak sadar yang dicipakan dari dalam pengalaman
yang tersaring.
c) Identifikasi Masalah
Masalah-msalah yang tampak cenderung memiliki probabilitas
terpilih yang lebih tinggi disbanding masalh-masalah yang penting. Kita
dapat menawarkan sekuarang-kurangnya 2 alasan. Pertama, mudah untuk
mengenali masalah-masalah yang tampak. Kedua, perlu diingat bahwa
kita prihatin dengan pengambilan keputusan dalam organisasi.
d) Pengembangan Alternatif
Karena pengambil keputusan jarang mencri suatu pemecahan
optimum, melainkan yang agak memuaskan, kami berharap untuk
menemukan suatu penggunaan minimal atas kreativitas dalam mencari
alternatif-alternatif.
13
e) Membuat Pilihan
Untuk menghinhari informasi yag terlalu sarat, para pengambil
keputusan mengandalkan heuristik atau jalan pintas penilaian dalam
pengambilan keputusan. Terdapat dua macam heuristik yaitu :
Heuristik ketersediaan, kecenderungan bagi orang-orang untuk
mendasarkan penilain pada informasi yang sudah ada di tangan
mereka.
Heuristik representatif, menilai kemungkinan dari suatu kejadian
dengan menarik analogi dan meliha situasi identik di mana
sebenarnya tidak identik.
Peningkatan komitmen, suatu peningkatan komitmen pada suatu
keputusan sebelumnya meskipun ada informasi negatif.
f) Perbedaan karakteristik individu akan mempengaruhi gaya pengambilan
keputusan
Riset terhadap gaya pengambilan keputusan telah mengidentifikasi
empat pendekatan individual yang berbeda terhadap pengambilan
keputusan. Keempat pendekatan ini meliputi Analitis, Konseptual,
Direktil, dan Behavioral. Selain meberikan satu kerangka untul melihat
perbedaan-perbedaan individual, gaya pengambilan keputusan dapat
bermanfaat untuk membantu anda memahami bagaiman dua orang yang
tingkat intelegensinya sama, degan mengakseske informasi yang sama,
dapat berbeda dalam cara-cara mereka melakukan pendekatan dalam
keputusan dan pilihan terakhir yang mereka ambil.
14
Direktif Rasional-toleransi rendah.
Efisien (informasi minimal), dan logis.
Mengambil keputusan dengan cepat,berorientasi jangka
pendek.
Analitik Rasional-toleransi tinggi.
Lebih banyak informasi dan alternatif.
Pengambilan keputusan cermat.
Konseptual Intuitif-toleransi tinggi.
Pandangannya sangat luas dan mempertimbangkan
banyak alternatif.
Orientasi jangka panjang dan mampu menemukan solusi
kreatif
Perilaku Intutif-toleransi rendah.
Pengambil keputusan dapat bekerja baik dengan yang
lain.
Memperhatikan kinerja rekan kerja dan bawahan, resptif
terhadap usulan-usulan, mengedepankan komunikasi,
menghindari konflik, dan mengupayakan penerimaan.
(Catatan) Tiap manajer memiliki lebih dari satu karakteristik, tetapi
memiliki gaya yang dominan, dan yang sebagai
penunjang.
Manajer yang luwes dapat menyesuaikan gayanya dengan
situasi.
15
Dua orang yang intelegensinya sama dan mengakses pada
informasi yang sama, dapat berbeda dalam pendekatan
pengambilan keputusan.
g) Hambatan Organisasional
Orgaisasi sendiri merupakan penghambat bagi para pengambil keputusan.
1. Evaluasi Kinerja, para manajer sangat dipengaruhi dalam
pengambilan keputusan mereka oleh criteria yang mereka gunakan
untuk mengevaluasi.
2. Sistem Imbalan, mempengaruhi pengambil keputusan dengan
mengemukakan terhadap mereka pilihan apa yang lebih disukai
mengenai upah.
3. Pembatasan waktu yang menentukan system, organisasi menentukan
tenggat waktu atas keputusan-keputusan.
4. Perseden Historis, keputusan tidak diambil dalam keadaan vakum.
Keputusan selalu ada dalam konteks. Keputusan yang diambil di masa
lalu adalah hantu yang terus-menerus membayangi pilihan terakhir.
h) Perbedaan Budaya
Model rsional tidak membut pengakuan akan perbedaan budaya. Kita
perlu mengakui bahwa latar belakang budy dari pengambil keputusan
dapat membawa pengaruh yang besar terhadap seleksi masalahnya,
kedalaman analitis, arti penting yang ditempatkan pada logika dan
rasionalitas, atau apakah keputusan organisasional hendaknya diambil
secara otokratis oleh seorang manajer individual atau secara kolektif
dalam kelompok.
16
2.2.5 Etika Dalam Pengambilan Keputusan
Pertimbangan etis merupakan suatu criteria yang penting dalam
pengambilan keputusan organisasioanal. Tiga cara yang berlainan untuk embuat
kerangka keputusan dan memeriksa factor-faktor yang membentuk perilaku
pengambilan keputusan etis. Tiga criteria keputusan etis tersebut yaitu :
1. Kriteria Utilitarian, keputusan diambil semata-mata atas hasil atau
konsekuensi mereka. Pada kriteria ini mendorong efisiensi dan
produktivitas, tetapi dapat mengakibatkan pengabaian hak dari beberapa
individu.
2. Kriteria menekankan pada hak, mempersilahkan individu untuk mengambil
keputusan yang konsisten dengan kebebasan dan keistimewaan mendasar.
Penggunaan hak sebagai kriteria dapat memberikan kebebasan dan
perlindungan kepada individu, tetapi dapat merintangi efisiensi dan
produktivitas.
3. terwakili dan yang kurang berkuasa, tetapi kriterian ini dapat mendorong
kepemilikian yang akan mengurangi pengambilan risiko, inovasi, dan
produktivitas.
2.2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Etis
Tahap perkembangan moral
Yaitu suatu penilaian terhadap kapasitas seseorang untuk menimbang
yang secara moral benar, makin tinggi perkembangan moral seseorang
makin kurang bergantung pada pengaruh-pengaruh luar dan makin
cenderung berperilaku etis.
Lingkungan Organisasional
17
Orang-orang yang kekurangan rasa moral yang kuat akan jauh lebih
kecil kemungkinannya untuk mengambil keputusan yang tidak etis jika
mereka dihambat oleh lingkungan organisasional yang tidak menyukai
perilaku semacam itu, sebaliknya individu yang sangat berbudi dapat
dicemari oleh suatu lingkungan organisasional yang mengijinkan atau
mendorong prakte-praktek tak etis
Tempat Kedudukan Kendali (Locus of Control)
Merupakan karakteristik kepribadian yang mengukur sejauh mana
orang meyakini bahwa mereka bertanggung jawab untuk peristiwa-
peristiwa dalam hidup mereka.
LOC Internal, lebih mengandalkan pada standar internal mereka
sendiri mengenai benar atau salah untuk memandu perilaku
mereka.
LOC Eksternal, lebih kecil kemungkinannya untuk memikul
tanggung jawab atas konsekuensi-konsekuensi dari perilaku
mereka dan lebih besar kemungkinan untuk mengandalkan
pengaruh-pengaruh eksternal.
Tiga Kriteria Keputusan Etis
1. Utiliteranisme : Keputusan dibuat untuk memberikan manfaat yang
terbesar bagi jumlah yang terbesar. Dan ini konsisten dengan tujuan-
tujuan efisiensi, produktifitas dan laba tinggi. Misalnya Outsourcing,
relokasi perusahaan.
2. Hak : Keputusan individu atas dasar hak individu mereka. Misal :
pengungkapan masalah perusahaan terhadap pihak luar.
18
3. Keadilan: Aturan-aturan harus adil dan tidak berat sebelah (missal :
upah sama untuk pekerjaan yang sama).
2.2.7 Hubungan Antara Persepsi dan Pengambilan Keputusan
Pengambilan kuputusan individual baik ditignkat bawah maupun atas
merupakan suatu bagian yang penting dari perilaku organisasi. Tetapi bagaimana
individu dalam organisasi mengambil keputusan dan kualitas dari pilihan mereka
sebagiah besar dipengaruhi oleh persepsi mereka. Pengambilan keputusan terjadi
sebagai suatu reaksi terhadap suatu masalah. Terdapat suatu penyimpangan
antara suatu keadaan dewasa ini dan sesuatu keadaan yang diinginkan, yang
menuntut pertimbangan arah tindakan alternatif. Misalnya, seorang manager
suatu divisi menilai penurunan penjualan sebesar 2% sangat tidak memuaskan,
namun didivisi lain penurunan sebesar itu dianggap memuaskan oelh
managernya.
Perlu diperhatikan bahwa setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi
terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan
ditafsirkan. Misalnya, data mana yang relevan dengan pengambilan keputusan.
Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal tersebut, yang akan
mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan mengenai persepsi dan pengambilan keputusan
individual di atas, maka kita dapat mengetahui pentingnya memahami kedua hal
tersebut. Keduanya saling berhubungan dalam membentuk suatu perilaku
organisasi. Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau
informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan integrated dari
individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu,
pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif berpengaruh
dalam proses persepsi.
Sedangkan pengambilan keputusan adalah suatu proses untuk menentukan
satu pilihan dari beberapa hal untuk menentukan satu pilihan dari beberapa
alternatif sebagai upaya untuk memecahkan suatu masalah yang dihadapi, yang
tentunya memiliki risiko. Setiap keputusan menuntut penafsiran dan evaluasi
terhadap informasi. Karena itu, data yang diterima perlu disaring, diproses, dan
ditafsirkan. Persepsi dari pengambil keputusan akan ikut menentukan hal
tersebut, yang akan mempunyai hubungan yang besar pada hasil akhirnya.
Dalam pengambilan suatu keputusan individu dipengaruhi oleh empat
faktor utama yaitu nilai individu, kepribadian, kecenderungan dalam
pengambilan resiko dan kemungkinan ketidakcocokan. Persepsi merupakan
fungsi penting bagi individu dalam membuat keputusan (decission making)
karena persepsi mejadi landasan bagi individu untuk menyusun identifikasi,
analisa, serta menyimpulkan suatu objek atau subjek yang dipersepsikan.
Dengan membuat persepsi yang benar terhadap suatu informasi akan
memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan dalam proses pengambilan
keputusan. Dengan memperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan tersebut
maka memperbesar kemungkinan tercapainya visi dan misi dari suatu organisasi.
20
DAFTAR PUSTAKA
Anzizhan dan Syafaruddin. Sistem Pengambilan Keputusan Pendidikan. Jakarta:
Grasindo.
Modul 3 kepribadian, emosi, dan keputusan.pdf/ Modul UNPAD
Robbins, Stephen P. Organizational Behaviour. 2013. San Diego : Pearson
http://eprints.undip.ac.id/5787/1/Pengambilan_Keputusan_-_AYUN_SRIATMI.pdf
http://sugenk.staff.gunadarma.ac.id
http://lukmancoroners.blogspot.com/2010/05/persepsi-dan-pembuatan-
keputusan.html, diakses pada Maret 2014
http://www.duniapsikologi.com/persepsi-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-
mempengaruhi/
top related