cerebral palsy (sgd 8).doc
Post on 25-Dec-2015
46 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ASUHAN KEPERAWATAN DAN HE PADA ANAK DENGAN
CEREBRAL PALSY
Oleh : SGD VIII
1. Ni Kadek Ayu Juliantini (1302105012)
2. Luh Anggariasih (1302105023)
3. Gusti Ayu Putu Diah Andini (1302105045)
4. Putu Diah Adnya Dewi (1302105046)
5. Ida Ayu Made Sinta Dewi (1302105053)
6. Ni Putu Asvi Widariestini (1302105068)
7. I Ketut Dian Lanang Triana (1302105074)
8. Ni Putu Messy Juliantini (1302105075)
9. Kadek Adriyanti Lesmana Dewi (1302105077)
10. Dyah Pridami Maheswari (1302105083)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
Askep dan HE Pada Anak dengan Cerebral Palsy
1. Buatlah WOC Cerebral Palsy pada anak
Jawab :
Cerebral palsy adalah terminology yang digunakan untuk mendeskripsikan
kelompok penyakit kronik yang mengenai pusat pengendalian pergerakan dengan
manifestasi klinis yang tampak pada beberapa tahun pertama kehidupan dan secara
umum tidak akan bertambah memburuk pada usia selanjutnya. Istilah manifestasi klinis
yang tampak pada beberapa tahun pertama kehidupan dan secara umum tidak akan
bertambah memburuk pada usia selanjutnya. Istilah cerebral ditunjukan pada kedua
belahan otak, atau hemisphere, dan palsi mendeskrispsikan bermacam penyakit yang
mengenai pusat pengendalian pergerakan tubuh. Jadi, penyakit tersebut tidak
disebabkan oleh masalah pada otot atau jaringan saraf tepi, melainkan, terjadi
perkembangan yang salah atau kerusakan pada area motoric otak yang akan
mengganggu kemampuan otak untuk mengontrol pergerakan dan postur secara adekuat.
(Darto Saharso,2006)
Cerebral palsy bukan merupakan satu penyakit dengan satu penyebab. Cerebral
palsy merupakan group penyakit dengan masalah pengaturan gerakan, tetapi dapat
mempunyai penyebab yang berbeda. Cerebral palsy dapatan juga dapat merupakan
hasil dari kerusakan otak pada bulan-bulan pertama atau tahun-tahun pertama
kehidupan yang merupakan sisa dari infeksi otak, misalnya meningitis bakteri atau
encephalitis virus atau merupakan hasil dari trauma kepala yang sering akibat
kecelakaan lalu lintas, jatuh atau penganiayaan anak. Cerebral palsy kongenital, pada
satu sisi lainnya, tampak pada saat dilahirkan. Pada banyak kasus, penyebab cerebral
palsy kongenital serin tidak diketahui. Diperkirakan akibat malformasi kongenital,
kelahiran premature serta kekurangan oksigen berat pada otak selama proses
persalinan.
Pada gangguan cerebral palsy ini dapat diberikan health education berupa terapi
musik dimana hubungannya dengan cerebral palsy adalah dapat meningkatkan
kemampuan belajar, mampu memperbaiki kebiasaan bicara dan kebiasaan makan.
Pada awal program, delapan belas anak-anak ( dengan rata-rata umur 2 tahun) tidak
mampu berjalan maupun berbicara karena kurangnya koordinasi motorik atau
tertundanya perkembangan. Setelah dilakukan terapi music ini, 75% persen anak –anak
menanggapi program tersebut secara positif, dengan manfaat –manfaat yang mencakup
rentang perhatian yang membaik, berkurangnya hipersensitivitas, berkurangnya sikap
menarik diri, koordinasi yang lebih baik selama makan, pernapasan yang lebih teratur,
dan sikap tubuh yang lebih mantap. (Don G. Campbell. 2001)
2. Sebutkan kemungkinan temuan pada saat pengkajian
Jawab :
Melakukan pengkajian keluhan utama klien :
Kekakuan ekstremitas, kesukaran dalam makan, perkembangan terlambat,
perkembangan pergerakan kurang, postur tubuh yang abnormal, konstipasi, intake yang
kurang.
Melakukan pengkajian dengan 11 pola gordon:
a. Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
Kemungkinan mengalami gangguan pada motoriknya
Kemungkinan mengalami kelambatan perkembangan (gangguan
menangkap suara tinggi, gangguan bicara, anak sering berliur, terjadi
gerakan dengan sendirinya pada bibir dan lidah, keterbelakangan mental)
b. Nutrisi/ metabolic
Kemungkinan anak mengalami kesulitan makan dan menghisap
Kemungkinan mengalami masalah dalam menelan
c. Pola eliminasi
Kemungkinan anak mengalami gangguan BAB
Kemungkinan mengalami konstipasi
Kemungkinan ditemukan memiliki masalah control kandung kemih
(Inkontinentia Urin)
d. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan/minum
Mandi
Toileting
Berpakaian
Mobilisasi di tempat tidur
Berpindah
Ambulasi ROM
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total.
e. Pola tidur dan istirahat
Kemungkinan terdapat gangguan pola tidur dan istirahat
f. Pola kognitif-perseptual
Kemungkinan memiliki masalah pada penglihatan
Kemungkinan memiliki masalah pada pendengaran
g. Pola persepsi diri/konsep diri
h. Pola seksual dan reproduksi
Kemungkinan ditemukan adanya gangguan seksual atau gangguan pada
alat reproduksinya
i. Pola peran-hubungan
Kemungkinan anak mengalami gangguan bicara sehingga dapat
mengganggu peran serta hubungannya dengan orang lain
j. Pola manajemen koping stress
Mengkaji manajemen koping klien terhadap penyakitnya dan cara klien
mencari solusi dari penyakitnya.
k. Pola keyakinan-nilai
Mengkaji kemungkinan persepsi klien mengenai penyakit yang dialaminya
dilihat dari sudut pandang nilai dan kepercayaannya.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan khusus neuroradiologik untuk mencari kemungkinan penyebab
cerebral palsy perlu dilakukan, salah satu pemeriksaan adalah CT scan kepala, yang
merupakan pemeriksaan imaging untuk mengetahui struktur jaringan otak. CT scan
dapat menjabarkan area otak yang kurang berkembang atau kelainan lainnya. Dengan
informasi dari CT scan, dapat menentukan prognosis penderita cerebral palsy. MRI
kepala merupakan teknik imaging yang canggih, menghasilkan gambar yang lebih baik
dalam hal struktur atau area abnormal dengan lokasi dekat dengan tulang dibanding
dengan CT scan kepala (Level A, Class I-III evidence)
(www.aan.com/profesionals/practice/index.cfm)
Pemeriksaan ketiga yang dapat menggambarkan masalah dalam jaringan otak
adalah USG kepala. USG dapat digunakan pada bayi sebelum tulang kepala mengeras
dan UUB tertutup. Walaupaun hasilnya kurang akurat dibanding CT scan dan MRI,
teknik tersebut dapat mendeteksi struktur otak, lebih murah dan tidak membutuhkan
periode pemeriksaan yan lama.
3. Sebutkan dan jelaskan penatalaksanaan keperawatan
Jawab :
PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN CEREBRAL PALSY
No Diagnosa
Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Ketidakseimban
gan nutrisi :
kurang dari
kebutuhan
tubuh yang
berhubungan
dengan
ketidakmampua
n untuk menelan
makanan yang
ditandai dengan
tonus otot
menurun dan
kelemahan otot
untuk menelan.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan selama ..x24
jam diharapkan kondisi
pasien membaik dengan
kriteria hasil sebagai
berikut.
NOC Label 1:
Nutritional Status
- Pasien dapat memenuhi
pemasukan nutrisi yang
adekuat.
- Keadaan tonus otot
pasien membaik dan
terjadi pengurangan
kelemahan otot.
NOC Label 2:
Appetite
- Nafsu makan pasien
meningkat.
- Pasien merasa puas
dengan makanannya.
NOC Label 3:
Self Care: Eating
- Pasien mampu menelan
makanan.
NIC Label 1:
Nutrition
Management
- Kaji riwayat alergi
makanan.
- Beri pilihan
makanan kepada
pasien.
- Beri tahu pasien
dan atau keluarga
untuk mematuhi
jadwal makan.
- Kolaborasi dengan
dokter, ahli diet/ahli
gizi mengenai
asupan nutrisi yang
tepat untuk pasien.
NIC Label 2:
Nutritional
Monitoring
- Pantau perilaku
pasien ketika
makan.
- Pantau
pertumbuhan dan
perkembangan
Rasional NIC 1:
- Agar dapat
memberikan
asupan makanan
yang tepat pada
pasien. Jika
terdapat alergi,
maka dapat terjadi
penurunan nafsu
makan pada
pasien.
- Agar pasien dapat
memilih makanan
yang disukai
sehingga nafsu
makan meningkat.
- Agar
keseimbangan
nutrisi dapat
tercapai maka
pasien harus
mengikuti jadwal
makan.
- Agar asupan
nutrisi pasien
terpenuhi dengan
sempurna.
- Pasien mampu mencerna
makanan.
NOC Label 4:
Knowledge: Disease
Process
- Pasien dan atau
keluarga mengetahui
proses terjadinya
penyakit, manajemen
penanganan penyakit
(cerebral palsy).
tubuh pasien.
- Beri suatu kondisi
lingkungan yang
nyaman saat pasien
makan.
NIC Label 3:
Self Care
Assistance :
Feeding
- Pantau kemampuan
pasien untuk
menelan makanan.
- Beri makanan
sesuai keinginan
pasien.
- Beri tahu posisi
tubuh yang baik saat
makan.
NIC Label 4:
Teaching: Disease
Process
- Kaji pengetahuan
pasien dan atau
kelurga tentang
kondisi yang dialami
oleh pasien.
- Beri tahu pasien dan
atau keluarga
proses terjadinya
penyakit, tanda dan
gejala, dan
manajemen
penanganan
penyakit yang di
Dengan
berkolaborasi juga
dapat mengatasi
masalah
kelemahan otot
yang di alami
pasien.
Rasional NIC2:
- Agar dapat
mencegah
kemungkinan
perilaku-perilaku
buruk yang
dilakukan pasien
ketika makan.
- Agar pertumbuhan
dan
perkembangan
pasien semakin
mendekat ke arah
normal.
- Agar pasien
merasa lebih
nyaman dan lebih
meningkatkan
nafsu makan
ketika kondisi
lingkungan
kondusif.
Rasional NIC 3:
- Agar dapat
alami pasien. memberikan rasa
nyaman saat
pasien makan
dengan tidak
adanya kesulitan
menelan
makanan.
- Agar
meningkatkan
nafsu makan
pasien dengan
syarat makanan
yang diinginkan
pasien masih
sesuai dengan
kebutuhan nutrisi
pasien.
- Agar pasien
mencerna
makanan dengan
benar melalui
posisi makan yang
baik contohnya
makan dalam
posisi duduk.
Rasional NIC 4:
- Agar dapat
mengetahui tingkat
pemahaman
pasien dan
keluarga terhadap
kondisi yang di
alami.
- Agar pasien dan
keluarga
mengetahui
manajemen
penanganan
penyakit dan dapat
melakukan
perawatan mandiri.
No Diagnosa
Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
2. Hambatan
Mobilitas Fisik
berhubungan
dengan
Intoleran
aktivitas
ditandai dengan
keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan
motorik kasar,
keterbatasan
kemampuan
melakukan
keterampilan
motorik halus,
ketidakstabilan
postur,
pergerakan
tidak
terkoordinasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama
…..x24 jam, diharapkan
kondisi klien membaik
dengan kriteria hasil :
NOC Label 1:
Mobility
Klien mampu
meningkatkan
koordinasi untuk
mencegah perilaku jatuh
Klien mampu bergerak
dengan mudah dalam
melakukan aktivitas
sehari-hari
Klien mampu melakukan
gerakan otot ringan
NOC Label 2 :
Coordinated Movement
Klien mampu
meningkatkan
kestabilan gerakan
Klien mampu
mengurangi ketegangan
otot-otot pergerakan.
NIC Label 1:
Activity Therapy
Bantu klien
mengeksplore
aktivitas yang
biasa dilakukan
atau aktivitas
favorit klien
Instruksikan klien
atau keluarga
untuk melakukan
aktivitas yang
telah dianjurkan
Bantu pasien
membuat jadwal
aktivitas rutin
harian yang
dapat dilakukan
Berikan klien
aktivitas motorik
untuk
meredakan
ketegangan otot
Kolaborasi
dengan ahli
terapi atau
fisioterapi dalam
merencanakan
dan memonitor
program aktivitas
yang dapat
dilakukan oleh
- Dengan mengeksplore
aktivitas yang biasa
dilakukan, walaupun
hanya sedikit dimana
dapat meningkatkan
sirkulasi darah dan
relaksasi otot-otot
karena kurangnya
pergerakan akibat
hambatan aktifitas.
- Keteraturan
melakukan latihan ini
sangat membantu
menstabilkan
pergerakan yang tidak
dapat terkontrol.
Selain itu, peran
keluarga disini sangat
penting bagi
perkembangan
pasien. Disamping
sebagai support dari
keluarga oleh pasien,
keluarga juga
mengethui dan bisa
mengajarkan latihan-
latihan yang
diinstrusikan oleh
tenaga medis.
- Dengan membuat
jadwalharian rutin,
pasien akan lebih
klien. teratur dan tertata pola
latihan pergerakan
yang dilakukan.
- Dengan latihan
peregangan, otot-otot
yang semula kaku dan
tidak pernah
digerakkan akan
menjadi lebih rileks
dan sirkulasi darah ke
bagian tubuh yang
kaku akan lebih
membaik.
- Dalam melakukan
pergerakan-
pergerakan, tentunya
ini merupakan ranah
dari fisioterapi dimana
tidak sembarang
gerak yang akan
diajarkan kepada
pasien yang
mengalami hambatan
mobilitas fisik.
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Keperawatan
3. Hambatan komunikasi
verbal berhubungan
dengan perubahan
system saraf pusat yang
ditandai dengan
kesulitan
mempertahankan pola
komunikasi yang biasa,
ketidakmampuan
menggunakan ekspresi
tubuh, bicara dengan
kesulitan
Setelah dilakukan
asuhan
keperawatan
selama … jam,
diharapkan
kondisi klien
membaik dengan
kriteria hasil :
NOC Label :
Communication,
Impaired Verbal
Communication
- Mampu
merespon dan
mengekspresika
n perkataan,
tulisan serta
pesan non
verbal.
- Mampu
menggunakan
bahasa tulisan
- Mampu
menggunakan
bahasa verbal
- Mampu
menggunakan
bahasa non
verbal.
Communication
Expressive
- Mampu
mengekspresika
NIC Label :
Communication
Enahancement :
Speech Deficit
- Dampingi dan
bantu keluarga
untuk
memahami apa
yang klien
bicarakan
dengan tepat
- Gunakan
bahasa yang
mudah dan
kalimat yang
singkat saat
berkomunikasi
dengan klien.
- Gunakan
bahasa tubuh
dengan tepat.
- Dorong klien
untuk
mengulang kata-
kata dengan
tepat.
Communication
Enahancement :
Visual Deficit
- Identifikasi
penempatan diri
saat memasuki
jarak pandang
- Agar klien
mampu
berkomunikasi
secara non
verbal maupun
verbal
- Agar perawat
dapat mengerti
apa yang
dirasakan pasien
dengan
pengulangan
bahasa dan
menggunakan
kalimat yang
mudah dipahami
- Dampingan dari
keluarga agar
dapat mengerti
apa yang
diinginkan klien.
- Agar mengetahui
peningkatan
dalam
penyampaian
bahasa atau
kalimat baik
secara verbal
maupun non
verbal
n pengertian
dari pesan
verbal maupun
non verbal.
- Mampu
menggunakan
bahasa non
verbal
- Mampu
menerima
pesan langsung
dengan tepat
klien.
- Terima reaksi
yang
diekspresikan
klien.
No Diagnosa
Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
4
4.
Resiko Jatuh yang
berhubungan
dengan gangguan
keseimbangan dan
gangguan mobilitas
fisik,
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama ... 24 jam,
diharapkan kondisi
klien membaik
dengan kriteria hasil :
NOC Label 1:
Falls, Risk-for
Keseimbangan
normal
Pencegahan
perilaku jatuh
dengan baik
Penurunan
peristiwa jatuh
Tingkat kelelahan
menurun
Mobilitas normal
Status nutrisi
normal
Perawatan diri :
toilet dengan baik
Fungsi sensori
normal
Fungsi sensori:
pendengaran
NIC Label 1:
Identifikasi tindakan
dan faktor-faktor yang
mempengaruhi resiko
untuk jatuh
Tinjau riwayat jatuh
dengan pasien dan
keluarga
Identifikasi
karakteristik dari
lingkungan bahwa
peningkatan
kemungkinan untuk
jatuh (lantai yang licin
dan tangga terbuka)
Pantau gaya
berjalan,
keseimbangan dan
tingkat keletihan
dengan ambulan
Tanyakan pasien
untuk persepsi dari
keseimbangan, yang
sesuai
Menganjurkan
perubahan dari gaya
berjalan pada pasien
Sediakan alat-alat
bantu (misalnya
tongkat dan alat
bantu berjalan) untuk
gaya berjalan yang
NIC Label 1:
Agar dapat
penyebab atau
resiko untuk jatuh
Untuk mengetahui
apakah ada
riwayat jatuh dari
keluarga dan
pasien
Agar dapat
mengurangi
kemungkinan
untuk jatuh
Agar pasien
terhindar dari
resiko untuk jatuh
Untuk mengetahui
seberapa
keseimbangan dari
pasien
Agar pasien dapat
berjalan dengan
baik
Agar dapat
mengurangi resiko
jatuh
Agar dapat
mengurangi resiko
normal
Fungsi sensori:
penglihatan normal
NOC Label 2:
Fall Prevention
Behavior
Menggunakan
pegangan tangan
yang diperlukan
dengan baik
Menyediakan
bantuan dengan
mobilitas dengan
baik
Memberikan
pencahayaan yang
cukup
Menggunakan
tindakan
pencegahan ketika
mengambil obat
yang
meningkatkan
resiko untuk jatuh
dengan baik
stabil
Anjurkan pasien
menggunakan
tongkat dan alat
bantu berjalan, yang
sesuai
Didik anggota
keluarga tentang
faktor risiko yang
berkontribusi
terhadap jatuh dan
bagaimana mereka
dapat menurunkan
risiko tersebut
jatuh
Agar dapat
memberikan
pendidikan pada
anggota keluarga
pasien tentang
faktor-faktor yang
menyebabkan
resiko jatuh untuk
menurunkan resiko
jatuh
NoDiagnosa
Keperawatan
Kriteria Hasil Intervensi Rasional
5.
Resiko
keterlambatan
perkembangan
berhubungan
dengan infeksi,
kerusakan otak
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama ... 24 jam,
diharapkan kondisi
klien membaik
dengan kriteria hasil :
NOC Label 1:
Family functioning
keluarga mampu
memberikan
dukungan kepada
pasien
keluarga mampu
memberikan
perawatan yang
baik dan benar
untuk pasien
NOC Label 2:
Knowledge :parenti
ng
Keluarga mampu
melakukan
pengawasan
kesehatan yang
benar.
Kebutuhan nutrisi
NIC Label 1: family
support
- Kaji mekanisme
koping yang dimiliki
oleh pasien.
- Beritahu keluarga
untuk memberikan
dukungan spiritual
pada pasien.
- Beritahu keluarga
agar memberikan
perawatan yang baik
pada pasien
NIC Label 2: Health
education
- Beritahu keluarga
dan pasien gaya
hidup baik
- Beritahu pasien dan
keluarga faktor –
faktor yang dapat
meningkatkan
perilaku hidup sehat.
- Beritahu keluarga
asupan gizi yang
sesuai dengan
pasien.
NIC Label 1:
- Agar keluarga bisa
menerima keadaan
pasien dengan
koping keluarga
yang adaptif.
- Agar bisa
memberikan
dukungan kepada
pasien dengan cara
spiritual.
- Agar pasien
memdapatkan
perawatan yang
baik dan benar dari
keluarga.
NIC Label 2:
- Memberitau
keluarga cara gaya
hidup yang sehat.
- Agar bisa
mengetahui faktor-
faktor yang dapat
meningkatkan
perilaku hidup
sehat untuk pasien
pasien terpenuhi
NOC Label 3:
Personal health
status
- Pergerakan otot
dan cara berbicara
pasien membaik
dan terjadi
peningkatan fungsi
saraf.
- Pasien mampu
menghidarkan diri
dari infeksi dan
terjadi
pengurangan
resistensi infeksi
NIC Label 3:
Neurologic monitoring
- Pantau pergerakan
otot dan cara
berjalan
- Pantau respon
komunikasi secara
verbal
- Pantau cara
pengobatan yang
dilakukan
maupun keluarga.
- Agar asupan gizi
pada pasien sesuai
dengan kebutuhan
gizinya.
NIC Label 3:
- Untuk mengetahui
bagaimana
perkembangan
pasien
- Untuk mengetahui
bagaimana
perkembangan
komunikasi pada
pasien
- Agar mengetahui
pengobatan yang
diberikan sudah
tepat atau tidak.
PENATALAKSANAAN MEDIS CEREBRAL PALSY
Terapi fisik
Program terapi fisik selalu dimulai pada tahun pertama kehidupan, segera setelah
diagnostik ditegakkan. Program terapi fisik menggunakan gerakan spesifik
mempunyai dua tujuan utama yaitu mencegah kelemahan atau kemunduran
fungsi otot yang apabila berlanjut akan menyebabkan pengerutan otot (disuse
atrofi) dan yang kedua adalah menghindari kontraktur, dimana otot akan menjadi
kaku yang pada akhirnya akan menimbulkan posisi tubuh abnormal. Contohnya
adalah orang tua membantu anak untuk membangun aktivitas harian rutin, dan
memaksimalkan kemampuan anak untuk berkomunikasi.
Terapi medikamentosa
Untuk CP (Cerebral Palsy) yang disertai kejang, maka dapat diberikan obat anti
kejang contohnya laminal dan dilantin. Obat untuk mengatasi spastisitas adalah
diazepam, baclofen, dantrolene. Obat-obat anti kolergenik contohnya adalah
trihexypenidyl, benztropine, procyclidine hydrochloride. Obat untuk koreo-atetosis
contohnya artan.
Terapi bedah
Pembedahan direkomendasikan jika terjadi kontraktur berat dan menyebabkan
pergerakan berat. Dokter bedah akan mengukur panjang otot dan tendon,
menentukan dengan tepat otot mana yang bermasalah. Menentukan otot yang
bermasalah merupakan hal yang sulit, berjalan dengan cara berjalan yang benar,
membutuhkan lebih dari 30 otot utama yang bekerja secara tepat pada waktu
yang tepat dan dengan kekuatan yang tepat. Masalah pada satu otot dapat
menyebabkan cara berjalan abnormal. Lebih jauh lagi, penyesuaian tubuh
terhadap otot yang bermasalah dapat tidak tepat. Alat baru yang dapat
memungkinkan dokter untuk melakukan analisis gait. Analisis gait merupakan
kamera yang merekam saat penderita berjalan, komputer akan menganalisis tiap
bagian gait penderita. Dengan menggunakan data tersebut, dokter akan lebih
baik dalam melakukan upaya intervensi dan mengoreksi masalah yang
sesungguhnya. Mereka juga menggunakan analisis gait untuk memeriksa hasil
operasi. (Gage et al, 1991)
4. Jelaskan kebijakan pemerintah terhadap anak dengan Cerebral Palsy
Jawab :
Dewasa ini, anak dengan cerebral palsy harus mendapat pengakuan
sebagaimana layaknya anak seperti biasanya. Cerebral palsy menyebabkan anak
dapat mengalami gangguan fungsi otak, gangguan gerak, bicara, pendengaran ,
penglihatan, kecerdasan, sosial, emosi dan kerusakan otak. Bagi anak dengan cerebral
palsy, pendidikan kecakapan hidup sangatlah penting, tanpa memiliki skill dan
kemampuan, mereka tidak dapat berbuat apa-apa dalam kehidupan bermasyarakatnya.
Pemerinntah Indonesia juga membuat program wajib belajar 12 tahun yang senaantiasa
sangat membantu dalam sector pendidikan, salah satunya dengan pengadaan sector
pendidikan vokasional yang diharapkan nantinya mampu membantu keberhasilan dalam
sector pendidikan.
Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan sesuai dengan UU no 20 tahun 2003
tentang pendidikan vokasional yang secara umum ditujukan pada anak-anak
berkebutuhan, salah satunya yakni ditujukan pada anak dengan cerebral palsy. Seperti
yang diketahui bahwa saat ini proses tumbuh kembang anak sangat bergantung pada
proses kehidupan anak yang senantiasa berkembang setiap saat. Tidak hanya proses
formal dalam pendidikan pada umumnya, pendidikan vokasional pun sangat
mempengaruhi tercetaknya anak yang dapat mencerdaskan bangsa. Undang-undang
no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional ditekankan pada pasal 36 ayat 1
yang menyatakan bahwa pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada
standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pada
kebijakan yang dikeluarkan lainnya yakni PP no 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan pada pasal 13 ayat 1 yang menyatakan bahwa kurikulum untuk SMPLB dan
SMALB dapat memasukan pendidikan kecakapan hidup yang terdiri dari kecakapan
pribadi, sosial, akademis dan vokasional. Pelatihan keterampilan vokasional bagi anak
cerebral palsy merupakan modal yang paling mendasar dalam meniti kehidupan
selanjutnnya setelah mereka lulus/ menyelesaikan sekolah ditingkat SMALB. Dengan
begitu anak dengan cerebral palsy akan mendapat posisi yang setara dengan anak-
anak lainnya di tengah kehidupan bermasyarakat. (Heny P, 2008)
DAFTAR PUSTAKA
Saharso,darto.2006.Cerebral Palsy Diagnosis dan Tatalaksana.Surabaya:OpenUrika
Multimedia and Presentations Devision
Gage jr. Gait analysis in cerebral palsy. Oxford; MacKeith press, 1991
Dapus : Eisenberg A. Heidi E. dkk. 1997. Bayi Pada Tahun Pertama: Apa Yang Hadapi Bulan
per Bulan. Jakarta: Arcan
Heny Purwandarii,2008. Kebijakan pemerintah dalam pelaksanaan deteksi dini Tumbuh
kembang. Medical Education. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret : Surakarta.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak (IKA) FKUI. 2007. Buku kuliah ilmu kesehatan anak 2.
Jakarta : Infomedika Jakarta.
Ropper A H, Brown R H. 2005. Adams and victor’s principles of neurology, 18th edition.
McGraw-Hill. USA.
Rudolph C D, Rudolph A M, Hostetter M K, Lister G, Siegel N J. 2003. Rudolph's pediatrics,
21st Edition. McGraw-Hill, USA.
NANDA International. 2013.Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC
Moorhead S, Jonson M, Mass ML et al. 2008. Nursing Outcome Classfication. USA :Mosby
Elsevier.
Doctherman JMC, Bulecheck GN. 2008. Nursing Intervention Classification. USA : Mosby
Elsevier
Don G. Campbell. 2001. Efek Mozart. Jakarta
top related