pe nggunaan pendekatan kontekstual untuk …...nggunaan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BINA DIRI BAGI
SISWA CEREBRAL PALSY KELAS II SDLB NEGERI
GUMILIR CILACAP SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
JUMIRAH
NIM. X5211009
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGGUNAAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL UNTUK
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BINA DIRI BAGI SISWA
CEREBRAL PALSY KELAS II SDLB NEGERI GUMILIR CILACAP
SEMESTER II
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh :
JUMIRAH
X5211009
Skripsi
diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Luar Biasa, Jurusan Keguruan
dan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Kecuali kalau Alloh menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang
dan tersembunyi. Dan Kami akan memberi kamu taufik kepada jalan yang mudah
(QS. Al-A’laa:7-8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :
Suamiku
Semangatmu yang tiada henti dalam aliran doa dan pengorbanan. Semua
membuatku tegar dan tabah menghadapi kuatnya hembusan angin.
Orangtuaku
Atas limpahan kasih sayangmu, dalam tetasan keringatmu mengalir setiap ilmuku.
Yuni, Dwi, Muchsin, dan Ahna
Senyummu membuatku semakin terasa ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Jumirah. Penggunaan Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Bina Diri Bagi Siswa Cerebral Palsy Kelas IIi SDLB Negeri
Gumilir Cilacap Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi, Surakarta: FKIP
UNS. Juli 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar bina diri
siswa cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap pada semester II
Tahun pelajaran 2011/2012 melalui pendekatan kontekstual. Penelitian ini
berbentuk penelitian Tindakan Kelas. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus,
dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas II SDLB Negeri Gumilir, Cilacap
berjumlah 4 siswa. Data berupa kemampuan berpakaian siswa dalam bina diri.
Sumber data berasal dari siswa kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap. Teknik
pengumpulan data adalah dengan pengamatan praktek memakai baju. Validitas
data dengan trianggulasi sumber data dan trianggulasi pengumpulan data. Analisis
data menggunakan adalah teknik deskriptif komparatif (untuk data kuantitatif)
yaitu dengan membandingkan hasil antar siklus. Kriteria Ketunatasan Minimal
(KKM) yang harus dicapai siswa adalah 65. Prosedur penelitian adalah model
dalam bentuk spiral yang saling berkaitan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar bina diri berpakaian dari
pratindakan yaitu dengan nilai rata-rata 42,15 ke dari siklus I dengan rata-rata
prestasi belajar 62,4. Selanjutnya siklus I ke siklus II yaitu dengan nilai rata-rata
74,4. Prestasi bina diri berpakaian siswa pada siklus I meningkat walaupun masih
di bawah KKM yaitu 65. Pelaksanaan siklus II menyebabkan prestasi belajar bina
diri siswa menjadi baik dan dapat mencapai KKM yang telah ditetapkan yaitu
nilai rata-rata di atas 65.
Kesimpulan penelitian ini adalah melalui penggunaan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar bina diri bagi siswa cerebral
palsy kelas II di SDLB Negeri Gumilir Cilacap semester II tahun pelajaran
2011/2012.
Kata kunci : pendekatan kontekstual, prestasi belajar bina diri, cerebral palsy.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ...................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................. 1
B. Perumusan Masalah .................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................ 2
D. Manfaat Penelitian ...................................................... 2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ............................................................ 3
1. Anak Cerebral Palsy ............................................. 3
a. Pengertian Cerebral Palsy ................................ 3
b. Klasifikasi Cerebral Palsy ................................ 4
c. Karakteristik Penyerta Anak Cerebral Palsy ... 7
1) Kecerdasan ................................................ 7
2) Kemampun bicara ...................................... 8
3) Kemampuan mendengar ............................ 8
4) Kemampuan taktil dan kinestetik .............. 8
5) Kemampuan persepsi ................................ 8
6) Kemampuan lateralisasi ............................ 8
d. Pendidikan anak cerebral palsy ....................... 9
e. Hambatan CP dalam pembelajaran ................. 9
2. Bina Diri ............................................................... 10
a. Pengertian …................................................... 10
b. Alasan Pentingnya Bina Diri .......................... 11
c. Kemampuan Bina Diri Anak cerebral palsy ... 12
d. Tujuan Bina Diri ............................................. 13
e. Ruang Lingkup Bina Diri ............................... 14
f. Metode dan Pendekatan Bina Diri ................. 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
g. Media Bina Diri .............................................. 17
3. Prestasi Belajar Bina Diri ..................................... 18
a. Pengertian Prestasi Belajar ............................. 18
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Prestasi Belajar ............................................... 19
4. Pendekatan kontekstual ........................................ 20
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual ............... 20
b. Kelebihan Pendekatan Kontekstual ............... 21
c. Penerapan Pendekatan Kontekstual ............... 22
B. Kerangka Berfikir ...................................................... 27
C. Hipotesis .................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu ..................................................... 30
B. Subyek Penelitian ....................................................... 30
C. Data dan Sumber Data ................................................ 31
D. Pengumpulan Data .................................................... 31
E. Uji Validitas Data ................................................ 31
F. Analisis Data ............................................................. 32
G. Indikator Kinerja ........................................................ 32
H. Prosedur Penelitian .................................................... 32
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan ........................................................... 37
B. Deskripsi Hasil Tiap Siklus ............................................... 38
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ................. 57
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Prosedur penelitian ........................................................... 34
2 Nilai rata-rata prestasi belajar bina diri
Siswa cerebral palsy kelas II ................................... 39
3 Data nilai rata-rata prestasi belajar siswa cerebral
palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap siklus I ....... 45
4 Perbandingan prestasi belajar anak cerebral palsy
Kelas II siklus I ........................................................... 46
5 Hasil prestasi belajar bina diri berpakaian antara siklus I
dengan siklus II ........................................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Skema kerangka pemikiran ............................................... 29
2 Skema model penelitian tindakan kelas ....................... 33
3 Histogram data nilai rata-rata prestasi belajar siswa
Cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap ........ 45
4 Histogram hasil prestasi belajar bina diri berpakaian
Antara siklus I dengan siklus II ................................... 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
KATA PENGANTAR
Segala puji yang utama dan terutama hanya bagi Alloh Yang Maha Kuasa,
yang melimpahkan ilmu yang bermanfaat. Atas kehendak-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGGUNAAN PENDEKATAN
KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR
BINA DIRI BAGI SISWA CEREBRAL PALSY KELAS II SDLB NEGERI
GUMILIR CILACAP SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2011/2012”
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar sarjana pada program studi PPKHB Pendidikan Luar Biasa,
jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesainya
skripsi ini tidak terlepas dari bentuan berbagai pihak. Maka dari itu penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret.
2. Ketua Program studi/Jurusan Pendidikan Luar Biasa.
3. Drs. A. Salim Choiri, M. Kes., selaku Pembimbing I, yang selalu
memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. Dewi Sri Rejeki, S.Pd, M.Pd., selakuPembimbing II, yang selalu
memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Kepala SDLB Negeri Gumilir Cilacap, yang telah memberi kesempatan
dan tempat guna pengambilan data dalam penelitian ini.
6. Siswa cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir, Cilacap yang bersedia
untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
7. Wali murid dari siswa cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir,
Cilacap.
8. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak mungkin disebutkan satu per satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh
dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian,
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya
dan pembaca pada umumnya.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan baik bagi anak normal secara
fisik dan mental ataupun bagi manusia yang mengalami kebutuhan khusus.
Kebutuhan mendapatkan pendidikan dan mengembangkan kemampuan salah
satunya adalah bagi anak cerebral palsy.
Sujarwanto (2005:125) menyatakan bahwa : “Anak cerebral palsy merupakan
anak yang mengalami kelainan gerak, sikap ataupun bentuk tubuh, gangguan
koordinasi dan kadang-kadang disertai gangguan sensoris”. Anak cerebral palsy
memiliki kemampuan motorik halus yang cenderung lebih lambat dibandingkan
dengan anak normal. Hal ini menyebabkan anak cerebral palsy mengalami
kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Dalam pendidikan aktivitas
sehari-hari ini sering disebut dengan bina diri. Bina diri ini juga sering disebut
dengan kemampuan merawat diri. Kemampuan merawat diri pada Sekolah Dasar
Luar Biasa (SDLB) meliputi : usaha membersihkan dan merapikan diri,
kebersihan lingkungan dan kesehatan, berbusana, minum dan makan, dan
menghindari bahaya (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:2).
Selama ini pembelajaran bina diri siswa cerebral palsy di SDLB Negeri
Gumilir Cilacap belum menggunakan pendekatan pembelajaran yang bervariasi.
Pendekatan pembelajaran yang digunakan masih sama dari waktu ke waktu.
Siswa cerebral palsy sering merasa bosan, hal ini menjadikan prestasi belajar bina
diri cerebral palsy rendah. Kenyataan ini ditunjukkan dalam nilai bina diri siswa
cerebral palsy kelas II semester I tahun pelajaran 2011/2012 yang rata-rata
dibawah KKM (Kriteria ketuntasan Minimal).
Salah satu pendekatan pembelajaran yang baru-baru ini sedang
dikembangkan adalah pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual
melibatkan siswa secara penuh dalam proses pembelajaran. Siswa bukan sekedar
mendengarkan dan mencatat tetapi proses belajar dengan pengalaman langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran bina diri dapat diterapkan bagi anak
cerebral palsy di SDLB negeri Gumilir Cilacap. Dalam pembelajaran bina diri
dengan pendekatan kontekstual ini anak belajar sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya dan berupaya menanggapinya. Anak akan belajar lebih baik jika di
lingkungan diciptakan alamiah (Munawir Yusuf, 2011:4). Pendekatan kontekstual
ini belum pernah di terapkan dalam pembelajaran bina diri di SDLB Negeri
Cilacap. Oleh karena itu dilakukan penelitian berjudul : “Penggunaan Pendekatan
Kontekstual untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Bina Diri Bagi Siswa Cerebral
Palsy Kelas II di SDLB Negeri Gumilir Cilacap Semester II Tahun Pelajaran
2011/2012.”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang ada, maka
permasalahan yang perlu dipecahkann dalam penelitian ini adalah “Apakah
penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar bina diri
siswa cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap pada semester II
tahun pelajaran 2011/2012 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatan
prestasi belajar bina diri siswa cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir
Cilacap pada semester II Tahun pelajaran 2011/2012 melalui pendekatan
kontekstual
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas dilakukan sebagai upaya refleksi bagi
(penulis) yang bertugas sebagai guru kelas anak cerebral palsy kelas 2 di SDLB
Negeri, Gumilir Cilacap untuk meningkatkan kinerja kami dalam melayani siswa
kelas 2 Cerebral Palsy SDLB Negeri Gumilir Cilacap melalui pembelajaran yang
tepat untuk materi bina diri berpakaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Anak Cerebral Palsy
a. Pengertian Cerebral Palsy
Istilah Cerebral Palsy berasal dari dua kata Cerebral, cerebrum yang
berarti otak dan palsy yang berarti kekakuan. Menurut arti kata, Cerebral
Palsy berarti kekakuan yang disebabkan oleh kelainan pada salah satu
bagian otak. Dengan demikian Cerebral Palsy merupakan suatu cacat yang
disebabkan oleh adanya gangguan yang terdapat di dalam otak dan cacatnya
bersifat kekakuan pada anggota geraknya. Tetapi kenyataanya tidaklah
demikian, anak Cerebral Palsy sering pula dijumpai mengalami kelayuan,
gangguan gerak, gangguan koordinasi, getaran-getaran ritmis dan gangguan
sensoris. A. Salim (1996:).
Cacat Cerebral Palsy disebut juga dengan istilah spatische paralyse
yang berarti kelayuan atau kelumpuhan yang sifatnya kekaku-kakuan.
Cerebral Palsy pada dasarnya adalah suatu masalah koordinasi otot. Otot ini
sebenarnya normal, akan tetapi otot tidak dapat mengirim sinyal-sinyal
penting untuk memerintah otot-otot saat ia memendek atau memanjang dan
saat harus meregang. Hal ini seperti yang dikemukakan Pueschel yang
dikutip Moeljono Abdurahman & Sudjadi (1988:131) yang mengatakan
bahwa : “Cerebral Palsy mencakup keadaan klinis yang ditimbulkan luka
pada otak yang mana satu dari komponen otak adalah komponen motorik
yang terganggu”.
Cerebral Palsy seperti yang dirumuskan oleh The United Cerebral
Palsy Assosiation yang dikutip oleh Moeljono Abdurahman & Sudjadi
(1984:21) adalah : “Sebagai kumpulan keadaan yang terjadi pada masa
kanak-kanak yang ditandai dengan kelumpuhan, kelemahan, tidak adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
koordinasi atau penyimpangan fungsi motor yang disebabkan oleh kelainan
pada pusat kontrol motor di otak”.
Cerebral Palsy menurut pendapat Toha Muslim Sugiarmin (1996:68)
adalah suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang menetap terjadi sejak
lahir dan merintangi perkembangan otak, menunjukkan kelainan dalam
sikap dan gerak motorik disertai kelainan neurologis berupa kelumpuhan
spastik, gangguan pada ganglia basal, cerebellum dan kelainan mental.
Sedangkan menurut Ashman yang dikutip oleh Sujarwanto (2005:119)
mengemukakan bahwa,“Cerebral Palsy is a term used to describe a group of
condition for which the common link is neuro-motor damage which
occurred during the child’s early yers of life”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
Cerebral Palsy merupakan salah satu kelainan tunadaksa yang berat atau
dengan kata lain anak akan mempunyai kelainan-kelainan kompleks seperti
kelainan kecerdasan, kelainan otot motorik (seperti kelainan spastik, rigid
atheotoid, ataksia, tremor dan campuran), kelainan bicara dan organ-organ
bicara, persepsi, taktil dan kinesetik serta lateralisasi yang disebabkan oleh
kelainan pada pusat kontrol motor di otak.
b. Klasifikasi Cerebral Palsy
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut derajat kecacatan,
topografi atau anggota badan yang cacat dan fisiologi atau kelainan
geraknya.
Berdasarkan derajat kecacatan, Cerebral Palsy dapat digolongkan
menjadi tiga kelompok yaitu :
1) Golongan ringan
Cerebral Palsy ringan masih dapat berjalan tanpa menggunakan alat,
berbicara tegas, dan dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan
sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal
lainya karena kecacatanya tidak mengganggu kehidupan sehari-hari
dan pendidikanya.
2) Golongan sedang
Cerebral palsy golongan sedang membutuhkan latihan khusus untuk
berbicara, berjalan dan mengurus dirinya sendiri. Cerebral palsy jenis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ini memerlukan alat-alat khusus seperti brace dan kruk untuk
memperbaiki cacatnya. Setelah mendapatkan latihan khusus,
diharapkan anak-anak ini dapat mengurus dirinya sendiri seperti
berjalan, berkomunikasi sehingga dapat hidup di masyarakat sesuai
kemampuan yang dimilikinya.
3) Golongan berat
Cerebral palsy golongan berat tetap membutuhkan perawatan dalam
berbagai hal seperti ambulasi, bicara dan menolong dirinya sendiri.
Mereka tidak dapat hidup mandiri di tengah-tengah masyarakat.
(Musjafak Assjari, 1995:57)
Dilihat dari topografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang lumpuh,
cerebral palsy dapat digolongan menjadi lima golongan yaitu :
1) Monoplegia yaitu hanya satu anggota gerak yang lumpuh. Misalnya
kaki kanan, kaki kiri, tangan kanan atau tangan kirinya.
2) Hemiplegia yaitu kelumpuhan pada anggota gerak atas dan bawah
pada sisi yang sama. Misalnya tangan kanan dan kaki kanan atau
tangan kiri dan kaki kiri.
3) Diplegia yaitu kelumpuhan pada kedua tangan kanan dan kiri atau
pada kedua kanan dan kiri. Lumpuh pada kedua kaki kanan dan kiri
disebut juga paraplegia.
4) Triplegia yaitu kelumpuhan pada tiga anggota gerak, misalnya tangan
kanan dan kedua kakinya lumpuh atau tangan kiri dan kedua kakinya
lumpuh.
5) Quadriplegia yaitu kelumpuhan pada seluruh anggota gerak baik atas
maupun bawah. Mereka mengalami kecacatan pada kedua tangan dan
kakinya dan biasa disebut tetraplegia. (Musjafak Assjari, 1995:37)
Klasifikasi Cerebral Palsy berdasarkan segi letak kelainan di otak dan
fungsi geraknya (motorik), anak Cerebral palsy dapat dibedakan menjadi :
1) Spastik
Spastik dapat diartikan dengan kaku atau kejang. Cerebral Palsy jenis
ini letak kelainanya di tractus pyramidalis (motor cortex). Penderita
Cerebral Palsy jenis ini terdapat kekakuan pada sebagian atau seluruh
otot-ototnya. Otot-otot di persendian akan menjadi kaku kalau kurang
digerakkan sehingga dapat mengganggu fungsi mobilisasi. Mereka
mengalami kelainan dalam berbicara karena kekakuan pada otot-otot
organ bicara seperti pada lidah, pita suara dan rahang bawah.
2) Dyskenesia
Dyskenesia merupakan bentuk dari Cerebral Palsy yang ditandai
dengan tidak adanya kontrol dan koordinasi gerak. Derajat gangguan
kontrol dan koordinasi gerak tergantung pada berat ringanya kerusakan
di otak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dyskenesia dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu :
a) Athetoid
Cerebral palsy jenis ini kelainanya terletak di basal ganglion. Anak
jenis ini tidak mengalami kekakuan pada ototnya, tetapi terdapat
gerakan-gerakan yang tidak terkontrol dan terjadi sewaktu-waktu.
Gerakan tak terkendali tersebut nampak pada tangan, kaki, mata, bibir
dan kepala sehingga dapat mengganggu aktivitas keseharian anak.
Gerakan tak terkendali itu akan hilang saat anak dalam kondisi tenang
atau tidur.
b) Rigid
Cerebral palsy jenis ini terjadi karena adanya pendarahan di dalam
otak. Gejala yang nampak yaitu adanya kekakuan pada seluruh
anggota gerak, tangan dan kaki sehingga sulit dibengkokkan. Leher
dan punggung mengalami hiperekstensi yaitu ketegangan yang sangat
besar sehingga mereka selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitas keseharian.
c) Hipotonia
Cerebral palsy jenis ini ditandai dengan tidak adanya ketegangan otot
(poor muscle tone). Penderita hipotonia tidak dapat merespon rangsang
yang diberikan.
d) Tremor
Cerebral palsy jenis ini letak kelainanya di substansia nigra. Gejala
yang nampak adalah adanya getaran-getaran ritmis yang terus menerus
pada mata, tangan atau kepala. Getaran yang timbul tersebut dapat
mengganggu aktivitas belajar anak karena mengganggu konsentrasi.
e) Ataksia
Cerebral palsy jenis ataksia letak kelainanya di otak kecil
(cerebellum). Penderita mengalami gangguan keseimbangan sehingga
jalanya seperti orang mabuk. Koordinasi mata dan tangan tidak
berfungsi. Hal ini terlihat saat anak mengambil sesuatu barang sering
terjadi salah perhitungan (Musjafak Assjari, 1995:39).
Menurut Sutjihati Somantri (2006:122) ada beberapa faktor yang dapat
menimbulkan kerusakan di dalam otak pada anak-anak yang kemudian
mengakibatkan cacat cerebral palsy. Hal itu dapat terjadi sebelum anak
dilahirkan, pada saat dilahirhan, maupun setelah dilahirkan.
Adapun sebab-sebab yang timbul sebelum kelahiran:
a. Faktor kongenital ketidaknormalan sel kelamin pria
b. Pendarahan waktu kehamilan
c. Trauma atau infeksi pada waktu kehamilan
d. Kelahiran prematur
e. Keguguran yang sering dialami ibu
f. Usia ibu yang sudah lanjut pada waktu melahirkan anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Sebab-sebab yang timbul pada waktu kelahiran :
a. Penggunaan alat-alat pada waktu proses kelahiran yang sulit, misalnya
tang, tabung, vacum dan lain-lain
b. Penggunaan obat bius pada waktu proses kelahiran
Sebab-sebab yang timbul setelah kelahiran :
a. Penyakit tuberculosis
b. Radang selaput otak
c. Radang otak
d. Keracunan arsen atau karbonmonoksida.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa anak
cerebral palsy dapat diklasifikasikan menurut derajat kecacatan (golongan
ringan, sedang, dan berat), dilihat dari topografi (monoplegia, hemiplegia,
diplegia, triplegia, dan quadriplegia) serta berdasarkan segi letak kelainan
(spastik, athetoid, rigid, hipotonia, tremor, ataxia).
c. Karakteristik Penyerta pada Anak Cerebral Palsy
Letak kelainan cerebral palsy berada di otak, dimana terdapat
kerusakan atau luka. Selain itu, kelainan yang mengalami kerusakan,
misalnya ada kelainan yang hanya meliputi kelainan pada gerak, sedangkan
panca indera tidak berkelainan. Akan tetapi dapat juga terjadi bahwa
kerusakan-kerusakan di dalam pendengaran, perasaan dan sebagainya.
Adapun beberapa karakteristik penyerta penderita Cerebral Palsy adalah :
1) Kecerdasan
Menurut Hopkins (dalam Vida E. Cardwell) yang dikutip A. Salim
(1996:29) diketahui bahwa 72 % anak cerebral palsy mempunyai IQ di
bawah 90 (dengan sekitar 50 % IQ-nya dibawah 70) dan sekitar 29%
anak cerebral palsy yang lain mempunyai IQ diatas 90.
Penelitian Ashman dalam Sujarwanto (2005:125) menyebutkan
bahwa hasil pengukuran inteligensi anak cerebral palsy tidak
menunjukkan kurva normal, semakin tinggi inteligensi semakin sedikit
jumlahnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Kemampuan bicara
Menurut Suharso yang dikutip A. Salim (1996:32), anak cerebral
palsy banyak yang sukar atau tidak dapat bicara, seakan-akan alat
bicaranya tidak dapat dikoordinasikan. Terkadang jelas terlihat bahwa
anak berusaha berbicara tetapi mengalami hambatan. Mulut anak
bentuknya tidak proporsional atau melenceng ke kanan dan ke kiri.
3) Kemampuan mendengar
Menurut Soeharso yang dikutip A. Salim (1996:34) bahwa
kelainan pendengaran umumnya dialami oleh anak cerebral spastik
sehingga terjadi kejang. Hal ini menyebabkan syaraf pendengarannya
kurang berfungsi secara wajar.
4) Kemampuan Taktil dan kinestetik
Anak cerebral palsy kesulitan membedakan kasar dan halus,
adanya gerakan yang tidak disadari, tidak sanggup memberikan tahanan
pada otot-otot anggota gerak, sikap duduk. Berdiri, mengontrol kepala
dan leher juga mengalami kesulitan.
5) Kemampuan persepsi
Anak cerebral palsy kesulitan dalam mengolah rangsangan visual,
auditori dan taktil yang diterima. Mereka juga mengalami kesulitan
dalam konsep bentuk, keseimbangan posisi, ruang, warna, bunyi dan
rasa.
6) Kemampuan Lateralisasi
Anak cerebral palsy mengalami kesulitan menggunakan anggota
tubuh yang dominan, seperti yang dikemukakan oleh Mouritz, Reichert
dan Salmaso yang dikutip oleh A. Salim (1996:36).
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa anak
cerebral palsy mengalami hambatan dalam berbagai bidang. Kemampuan
intelektual anak cerebral palsy yang berada di bawah normal menyebabkan
adanya hambatan kemampuan motorik halus, terhambatnya kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berbicara dan mendengar, kurang berkembangnya kemampuan taktil dan
kinestetik serta mengalami hambatan dalam kemampuan persepsi.
d. Pendidikan Anak Cerebral Palsy
Menurut A. Salim (1996:139) “kelaianan cerebral palsy mengakibatkan
perlunya pelayanan pendidikan yang bersifat khusus, baik pendidikan
akadeemis maupun pendidikan ketrampilan”.
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa anak-anak
cerebral palsy memerlukan pendidikan secara khusus. Anak-anak CP yang
tergolong berat, pelayanan yeng mereka butuhkan adalah perawatan
sepanjang hari, atau pelatihan dalam ADL atau latihan
ketrampilansederhana dan praktis. Selanjutnya bagi anak yang memiliki
kebutuhan pendidikan khusus adalah mereka yang memiliki kadar
kecerdasan sedikit dibawah normal, normal dan diatas normal. Bagi
kelompok CP inipun membutuhkan pelayanan khusus tertentu, berupa
bimbingan khusus dan atau peralatan dan kegiatan tertentu.
e. Hambatan Cerebral Palsy dalam Pembelajaran
Menurut Moh. Amin dalam A. Salim ( 1996: 2) Meskipun secara
lahiriyah anak-anak cerebral palsy mengalami cacat jasmani, mereka juga
memiliki cacat bawaan sebagaimana anak-anak normal. Untuk itu jalan
yang terbaik adalah memberikan kesempatan melalui pendidikan bagi anak
cerebral palsy.
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa hambatan anak
cerebral palsy dalam pendidikan adalah adanya kecacatan secara jasmani
seperti kelainan anggota gerak. Kelaianan semacam ini sudah barang tentu
sangat mengganggu anak cerebral palsy dalam melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari terutama pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Bina Diri
a. Pengertian Bina Diri
Anak tunadaksa sangat membutuhkan pelajaran kemampuan merawat
diri sehingga dapat mengurus dirinya sendiri. Menurut Depdiknas yang
dimuat dalam buku Kurikulum Pendidikan Luar Biasa (2001:1),
menyebutkan “Kemampuan Bina diri merupakan salah satu bidang
pengajaran yang harus diberikan kepada siswa cerebral palsy mengingat
keterbatasan mereka. ”
Dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Program Khusus
Bina Diri dan Bina Gerak (2007:1) Program khusus bina diri dan Bina
Gerak di SDLB-D (Tunadaksa) merupakan upaya pendidikan yang
diberikan secara khusus bagi siswa tunadaksa untuk menumbuhkembangkan
kemampuan motorik serta sikap percaya diri yang mendasari untuk
melakukan aktifitas sehari-hari.
Menurut Mamad Widya diunduh dari internet file.upi.edu/direktori/
FIP/JUR_ PENDIDIKAN LUAR BIASA diunduh tanggal 30 Maret 2012
menyatakan bahwa ditinjau dari arti kata bina berarti membina/proses
penyempurnaan agar lebih baik sebagai individu maupun sebagai makhluk
sosial melalui pendidikan di keluarga, di sekolah, dan di masyarakat agar
terwujud kemandirian dan keterlibatannya dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut penulis, pembelajaran bina diri adalah kegiatan pembelajaran
bagi anak tunadaksa pada umumnya dan cerebral palsy khususnya agar anak
dapat melakukan aktivitas kehidupannya sendiri dan dapat menyesuaikan
diri serta bersosialisasi terhadap lingkungannya. Dalam hal ini anak dapat
diterima oleh orang disekitarnya. Maka dari itu, penulis mengambil
penelitian mengenai pembelajaran bina diri berpakaian.
Bagi siswa normal, mengurus diri diperoleh melalui pengamatan,
sedangkan siswa cerebral palsy pembelajaran bina diri harus terprogram dan
dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Hal ini karena tujuan
utama dari bina diri adalah anak dapat menyesuaikan diri dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hal ini sejalan dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bina Diri
dan Bina Gerak (2007:1) bahwa Bina diri dan bina gerak merupakan
serangkaian kegiatan dan latihan yang dilakukan secara terus menerus
selama 6 tahun.
b. Alasan Pentingnya Bina Diri
Menurut Kurikulum Program khusus bina diri dan bina gerak bagi
tunadaksa (2007:1) program khusus bina diri di SDLB-D (Tunadaksa
ringan) merupakan upaya pendidikan yang diberikan secara khusus bagi
siswa tunadaksa untuk menumbuhkembangkan kemampuan motorik serta
sikap percaya diri yang mendasari untuk melakukan aktifitas sehari-hari.
Program khusus bina diri bukan sebagai mata pelajaran di SDLB-D
Tunadaksa sedang melainkan merupakan serangkaian kegiatan dan latihan
yang dilakukan secara terus menerus selama 6 tahun. Program ini tidak
diberikan menurut jenjang kelas di SDLB – D melainkan merupakan suatu
program pembinaan yang berkesinambungan agar siswa dapat
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin.
Dari alasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pentingnya bina diri
menurut penulis adalah untuk membantu anak cerebral palsy
mengembangkan sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang digunakan
sebagai bekal dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Menurut Arifah Riyanto dalam Mamad Widya (2012:2) diunduh dari
internet file.upi.edu/direktori/FIP/JUR_PENDIDIKAN LUAR BIASA
diunduh tanggal 30 Maret 2012 menyatakan, ditinjau dari sudut sosial
budaya maka pakaian adalah salah satu alat untuk berkomunikasi dengan
manusia lain.
Dengan demikian bahwa jelaslah bahwa pakaian ini bukan saja untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat biologis material, tetapi juga
berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sosial psikologis. Berpakaian
yang cocok atau serasi baik dengan dirinya ataupun keadaan sekelilingnya
dapat memeberikan kepercayaan pada diri sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari pendapat tersebut maka tepatlah bahwa mata pelajaran bina diri
merupakan kegiatan pembelajaran bagi anak cerebral palsy mengingat anak-
anak cerebral palsy ada yang belum atau tidak bisa mandiri dalam hal
berpakaian. Hal tersebut merupakan kebutuhan manusia yang paling
mendasar.
c. Kemampuan Bina Diri Anak Cerebral Palsy
Dalam A. Salim ( 1996:127) adanya “gejala kelainan anak CP,
dampak langsungnya adalah gangguan ADL yang terjdi pada anak CP
terutama diakibatkan oleh adanya gangguan koordinasi,
spastisitas/rigiditas/fleksiditas tonus otot pada anggota gerak tubuh”. Di
samping itu juga dapat diakibatkan oleh adanya gangguan visuomotorik
anak. Misalnya anak yang mengalami kesulitan spastik atau atetoid maka ia
dapat mengalami kesulitan dalam memegang, menggenggam, meraih benda,
kesulitan dalam mengarahkan gerakan kaki pada obyek tertentu. “Obyek
tertentu” yang dimaksud dapat dalam hubungannya dengan aktivitas makan,
penggunaan toilet, berhias, dan sebagainya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan bina diri
anak CP sangat rendah. Anak CP kesulitan dalam aktivitas makan,
penggunaan toilet, berhias, berpakaian dan sebagainya. Kesulitan bina diri
yang dialami anak CP ini disebabkan karena adanya gangguan koordinasi
pada pada anggota gerak tubuh.
Menurut Mamad Widya (2012:12(diunduh dari internet file.upi.edu/
direktori/FIP/JUR_Pendidikan Luar Biasa diunduh tanggal 30 Maret 2012
menyatakan bahwa anak cerebral palsy berbeda dengan anak berkebutuhan
khusus lainnya, mengingat kemampuan geraknya yang terbatas. Mereka
yang cerebral palsy ada yang mampu bermobilisasi dengan bantuan alat
(support aids) dan ada yang mampu bermobilisasi tanpa alat bantu. Bagi
anak anak cerebral palsy ketrampilan bina diri tidak lepas dari bina gerak.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan bina diri
anak cerebral palsy sangat rendah. Hal ini dikarenakan kemampuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
motoriknya yang terbatas. Anak kesulitan melakukan aktivitas hidup sehari-
hari. Terkadang ada beberapa aktivitas anak yang masih perlu bantuan dari
oranglain. Keadaan ini mengakibatkan ketergantungan anak terhadap
oranglain cukup besar. Apabila hal ini tidak dilatih sedini mungkin anak
akan tetap merasa kesulitan melakukan aktivitas hidup sehari hari untuk
memenuhi kebutuhanya, sehingga anak tidak dapat mandiri. Maka dari itu
sangat penting bagi anak cerebral palsy mendapatkan pendidikan bina diri di
sekolah, yang selanjutnya orangtua dapat membimbing anak dalam bina diri
di rumah.
d. Tujuan Bina Diri
Tujuan bina diri yang terdapat pada Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar Program Bina Diri SDLB-SMPLB Direktorat Pembinaan
Sekolah Luar Biasa Dirjen Diknas Menteri Departemen Pendidikan
Nasional Tahun 2007 (2007:1)
Adapun tujuan dari pembelajaran bina diri bagi anak tunadaksa adalah:
1) Agar gerak otot serasi, seimbang, sehat, dan kuat, sehingga mampu
melakukan gerakan sesuai dengan fungsinya.
2) Agar mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan mampu
mengatasi kesulitan dalam kehidupan sehari-hari
3) Agar siswa memiliki pengetahuan, sikap, nilai dan kemampuan
senso-motorik sebagai bekal agar mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan dari bina diri
adalah untuk mengembangkan minat, bakat dan potensi secara optimal yang
akhirnya anak dapat memenuhi kebutuhan hidup dan menjadi warga negara
yang produktif.
Menurut Mamad Widya(2012:4(diunduh dari internet
file.upi.edu/direktori FIP/JUR_Pendidikan Luar Biasa diunduh tanggal 30
Maret 2012 bahwa tujuan bidang kajian bina diri secara umum adalah agar
anak dapat mandiri dengan tidak/kurang bergantung pada oranglain dan
mempunyai rasa tanggungjawab. Sedangkan tujuan khususnya adalah :
1) Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam tatalaksana
pribadi (mengurus diri, menolong diri, merawat diri).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam
berkomunikasi sehingga dapat mengkomunikasikan keberadaan dirinya.
3) Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan ABK dalam hal
sosialisasi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bina diri bertujuan untuk
kemandirian anak cerebral palsy agar anak dapat memenhuhi kebutuhan
hidupnya dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.
e. Ruang Lingkup
Di dalam pedoman Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar,
Dirjen Dikdasmen Departemen Pendidikan Nasional (2007:2) terdapat
ruang lingkup bina diri adalah sebagai berikut :
1) Menolong diri sendiri
a) Kebersihan diri
b) Berpakaian
2) Merawat dan merias diri sendiri
3) Mengurus diri sendiri
4) Berkomunikasi dengan oranglain
a) Komunikasi langsung
b) Komunikasi tidak langsung
5) Bersosialisasi dalam kehidupan di lingkungannya
a) Sosialisasi di rumah
b) Sosialisasi di sekolah
c) Sosialisasi di masyarakat
6) Mengembangkan ketrampilan hidup sehari-hari
7) Menyelamatkan diri dari bahaya
Menurut Mamad Widya diunduh dari internetfile.upi.edu/direktori/
FIP/JUR_Pendidikan Luar Biasa diunduh tanggal 30 Maret 2012 Program
khusus bina diri terdiri dari beberapa aspek pengembangan dimana satu
sama lainnya berhubungan dan ada keterkaitan yaitu :
1) Merawat diri : makan-minum, kebersihan badan, menjaga kesehatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Mengurus diri : berpakaian, berhias diri
3) Menolong diri : menghindar dan mengendalikan diri dari bahaya
4) Berkomunikasi : komunikasi non-verbal, verbal atau tulisan
5) Bersosialisasi : pernyataan diri, pergaulan dengan anggota keluarga,
teman dan anggota masyarakat
6) Penguasaan pekerjaan : pemeliharaan alat, penguasaan ketrampilan,
mencari informasi pekerjaan, mengkomunikasikan hasil pekerjaan
dengan oranglain.
7) Pendidikan seks : membedakan jenis kelamin, menjaga diri dan alat
reproduksi, menjaga diri dari sentuhan lawan jenis.
f. Metode dan Pendekatan
Pelaksanaan bina diri sebaiknya dikaitkan dengan cara pemilihan
metode dalam penyampaian pembelajarannya. Metode yang dianjurkan
dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Program Khusus Bina
Diri dan Bina Gerak (2007:2) untuk pelaksanaan bina diri digunakan
berbagai metode yang relevan yaitu :
1) Permainan
2) Demonstrasi
3) Imitasi
4) Pemberian tugas
5) Observasi tentang respon anak terhadap penggunaan pakaian
Adapun pendekatan metodenya antara lain :
1) Pendekatan multisensoris
2) Pendekatan klasikal ataupun individual
3) Pendekatan bina diri aktif
4) Pendekatan formal
Menurut Mamad Widya diunduh dari internet file.upi.edu/direktori/FIP/
JUR _Pendidikan Luar Biasa diunduh tanggal 30 Maret 2012 strategi
pelaksanaan program Bina Diri didasarkan atas pendekatan-pendekatan: 1) Berorientasi pada kebutuhan anak dan dilaksanakan secara integratif dan
holistik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Lingkungan yang kondusif. Lingkungan harus diciptakan sedemikian
menarik dan menyenangkan, dengan memperhatikan keamanan dan
kenyamanan anak dalam belajar.
3) Menggunakan pembelajaran terpadu. Model pembelajaran terpadu yang
beranjak dari tema yang menarik anak (centre of interest) dimaksudkan
agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas
sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.
4) Mengembangkan ketrampilan hidup.
5) Menggunakan berbagai media dan sumber belajar. Media dan sumber
belajar dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang
sengaja disiapkan.
6) Pembelajaran yang berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan dan
kemampuan anak. Ciri-ciri pembelajaran ini adalah :
a. Anak belajar dengan sebaik-baiknya apabila kebutuhan fisiknya
terpenuhi, serta merasakan aman dan tentram secara psikologis.
b. Siklus belajar anak berulang, dimulai dari membangun kesadaran,
melakukan penjelajahan (eksplorasi), memperoleh penemuan untuk
selanjutnya anak dapat menggunakannya
c. Anak belajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan teman-
teman sebayanya
d. Minat anak dalam keingintahuannya memotivasi belajarnya
e. Perkembangan dan belajar anak harus memperhatikan perbedaan
individual
f. Anak belajar dengan cara dari sederhana ke yang rumit, dan tingkat
yang termudah ke yang sulit.
Dari berbagai pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
dalam setiap pembelajaran hendaknya diperlukan pendekatan-pendekatan
yang relevan dengan keadaan anak. Adapun pendekatan dalam
pembelajaran bina diri harus disesuaikan dengan kebutuhan anak,
lingkungan, pembelajaran yang terpadu, ketrampilan hidup, media dan
sumber belajar, dan perkembangan dan kemampuan anak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
g. Media Bina Diri
Menurut A. Salim (1996:175) anak-anak CP memerlukan latihan
dalam merapikan diri. Anak perlu diberikan contoh bahannya, cara
menggunakan, baru mencoba kemudian anak diminta mencoba sendiri.
Media tersebut adalah:
1. Menyisir rambut alatnya adalah sisir, sikat, minyak rambut, kaca
cermin, handuk dan hiasan rambut.
2. Merias diri bagi remaja putri medianya adalah air hangat, sabun wangi,
handuk kecil, kapas pembersih, bedak, lipstik, pensil alis, dan
sebagainya.
3. Memakai sandal, medianya adalah sandal, pelicin untuk membantu
dalam memakai sandal, dan lain-lain.
Dari beberapa contoh media tersebut dalam penelitian ini penulis
mengambil materi berpakaian. Adapun media yangg digunakan adalah baju
berkancing.
Adapun contoh media-media pembelajaran bina diri yang relevan adalah
sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Prestasi Belajar Bina Diri
a. Pengertian Prestasi belajar
Menurut W.J.S. Poerwodarminto (1986:768) pengertian prestasi
belajar adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan dan
sebagainya)”.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (1983: 30) “prestasi belajar adalah hasil
maksimal yang diperoleh seseorang dalam usahanya, dalam rangka
mengungkapkan diri lewat belajar”. Sedangkan Reni Akbar Hawadi (2011:
89) mengemukakan bahwa “ prestasi belajar menggambarkan penguasaaan
siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan. Untuk mengetahui seberapa
jauh pengalaman belajar yang telah dipahami siswa, dilakukan evaluasi
belajar”.
Sedangkan A. Tabrani Rusyan, Atang Kusdinar, Zainal Arifin (1989:
81) menjelaskan bahwa “Prestasi belajar yang dicapai seorang individu
merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik
dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor eksternal)
individu”.
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar adalah mengenai hasil penilaian atau pengukuran yang
dicapai oleh setiap anak dari proses kegiatan belajar mengajar pada periode
tertentu yang dinyatakan dalam bentuk simbol atau lambang angka. Adapun
prestasi belajar bina diri dapat diartikan dengan hasil yang dapat dicapai
anak dalam mata pelajaran bina diri. Dalam penelitian ini prestasi belajar
bina diri merupakan hasil dari kegiatan anak cerebral palsy berpakaian.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar bergantung pada banyak hal atau faktor. Tidak semua
faktor mempunyai pengaruh yang sama besar. Ada yang peranannya sangat
penting dan ada yang kecil pengaruhnya. Secara umum dapat dikatakan agar
prestasi belajar berhasil baik, faktor-faktor pendukung belajar perlu
ditingkatkan sebaik-baiknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat
diklasifikasikan dengan beberapa macam cara, tetapi klasifikasi itu tidak
terpidah secara mutlak antara satu dengan yang lainnya. Faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi prestasi belajar dikemukakan oleh Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono (1991: 52) sebagai berikut:
1. Faktor internal, meliputi :
a) Faktor jasmaniah (fisiologis), seperti : penglihatan, pendengaran, dan
struktur tubuh.
b) Faktor psikologis, antara lain :
1.1 Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
1.2 Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi
1.3 Faktor kematangan fisik maupun psikis
2. Faktor eksternal, meliputi :
a) Faktor sosial, seperti : lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, dan
kelompok.
b) Faktor budaya, seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi,
kesenian.
c) faktor lingkungan fisik, seperti : fasilitas belajar, fasilitas rumah, iklim
4. Pendekatan Kontekstual
a. Pengertian Pendekatan Kontekstual
Kontekstual berasal dari bahasa latin con=wish dan textun=woven
yang mengikuti konteks atau keadaan, situasi dan kejadian, secara umum
berarti yang relevan, ada hubungan atau berkaitan langsung
(http://www.tutor.com.my.tutor/lada/tourism/edukontekstual.htm)
TEACHNET dalam Johnson yang dikutip Nur Hadi, dkk (2003:12)
mengemukakan: ″Contextual teaching and learning is a conception of
teaching and learning that′s helps teachers relate subject mater concent to
real world situations and motivaties student to make connections between
knowladge and its applications to their lives as family members, citizens,
and workers and edgage in the hard work that learning requires. Contextual
teaching and learning is problem based, used self regulated learning is
situated in multiple contexs, anchors teaching in interdependent learning
groups″.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa pengajaran dan pembelajaran
kontekstual adalah suatu konsepsi tentang belajar dan mengajar yang
membantu guru memotivasi siswa untuk membuat hubungan-hubungan
antara pengetahuan masyarakat dan pekerja serta meminta ketekunan
belajar. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual berbasis masalah,
menggunakan belajar yang diatur sendiri, berlaku dalam berbagai konteks
kehidupan siswa, menggunakan pula kelompok belajar yang bebas.
Menurut Nur Hadi dan kawan-kawan (2003 : 13) pembelajaran
kontekstual adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata
kedala kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan
yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari
konteks yang terbatas sedikit demi sedikit dan dari proses mengkontruksi
sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sebagai
anggota masyarakat.
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan diatas, maka
yang dimaksud pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang
menghubungkan antara materi-materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata sehingga mendorong siswa untuk membuat hubungan antara
pengetahuan yang didapat dengan penerapannya baik dalam kehidupan
keluarga maupun kehidupan masyarakat.
b.Kelebihan Pendekatan Konstekstual Terhadap Pendekatan Tradisional
Menurut Nur Hadi dan kawan-kawan (2003 : 33 - 36) kelebihan
pembelajaran kontekstual jika dibandingkan dengan pembelajaran secara
tradisional adalah sebagai berikut:
1) Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
2) Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok diskusi dan saling
mengoreksi.
3) Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata dan atau masalah yang
disimulasikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Perilaku dibangun atas kesadaran diri.
5) Ketrampilan didasarkan atas dasar pemahaman.
6) Hadiah kepada perilaku baik adalah kepuasan diri.
7) Seseorang tidak melakukan yang jelek karena dia sadar hal itu keliru dan
merugikan.
8) Pengetahuan yang dimiliki manusia dikembangkan oleh manusia itu
sendiri, manusia menciptakan atau membangun pengetahuan dengan cara
membeli arti dan memahami pengalamannya.
9) Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan.
10) Hasil belajar diukur dengan berbagai cara: proses belajar, hasil karya,
penampilan, rekaman , tes dan lain-lain
11) Pembelajaran terjadi diberbagai tempat ,konteks dan setting.
12) Penyesalan adalah hukuman dari perilaku jelek.
13) Perilaku baik berdasarkan motivasi instrinsik.
Dari uraian diatas dapat diketahui kelebihan dari pendekatan
kontekstual dalam pembelajaran. Pada pembelajaran kontekstual sumber
belajar berasal dari siswa, guru hanya sebagai fasilisator. Guru mengaitkan
materi pembelajaran yang diberikan dengan kehidupan nyata yang dimiliki
anak. Hal ini dapat membuat anak cerebral palsy ikut terlibat secara aktif
dalam proses belajar-mengajar. Pembelajaran dengan pendekatan
kontekstual ini membantu guru dalam menyampaikan materi-materi
pembelajaran.
c.Penerapan Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual merupakan suatu konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi
dunia nyata siswa. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini
menempatkan siswa didalam konteks bermakna yang menghubungkan
pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang dipelajari. Pendekatan
kontekstual ini memiliki tujuh komponen utama yaitu konstruktivisme
(contructivism), menemukan (inquiri), bertanya (questioning),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masyarakatbelajar (learning community), permodalan (modeling), refleksi
(reflection), dan penilaian yang sebenarnya (authentic assessment).
(Depdiknas 2002: 10-20).
Adapaun penerapan tujuh komponen tersebut dengan pembelajaran
sebagai berikut:
1) Kontruktivisme (cotructivism)
Kontruktivise merupakan landasan berfikir (filosofi) dalam
pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan yang dibengun oleh manusia
sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas (sempit) secara tiba-tiba mengetahui semuanya.
Dalam kunstruktivisme ini siswa perlu dibiasakan untuk
memecahkan masalah, menentukan sesuatu yang berguna untuk dirinya
dan bergelut dengan ide-ide yang ditanamkannya sehingga pembelajaran
dikemas menjadi proses mengkonstruksikan bukan menerima
pengetahuan. Dalam proses pengetahuan siswa membangun sendiri
pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan
mengajar, sehingga disini siswa menjadi pusat kegiatan belajar.
Tugas guru adalah memfalitasi proses tersebut dengan:
a. Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa.
b. Memberikan kesempatan pada siswa untuk menemukan dan
menerapkan idenya sendiri.
c. Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam
belajar.
Pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui pengalaman. Menurut
Peaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti
kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang
berbeda-beda.Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia
melalui dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yaitu struktur
pengetahuan baru dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ada. Akomodasi yaitu struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi
untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.
Penerapan filosofi pembelajaran kontruktivisme ini menurut Nur
Hadi dan kawan-kawan (2003 : 43) dalam beberapa kesempatan sudah
menerapkannya yaitu ketika guru merancang pembelajaran dalam bentuk
siswa praktek mengerjakan sesuatu berlatih secara fisik, menulis,
mengarang, mendemonstrasikan, menciptakan ide dan sebagainya.
2) Menemukan (inquiry)
Inquiri adalah pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan dari hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi
hasil dari menemukan sendiri, Sehingga harus selalu merancang kegiatan
yang menunjuk pada kegiatan yang menemukan, apapun materi yang
akan diajarkan.
Siklus dalam inquiri adalah sebagai berikut:
(a) Observasi (Observation)
(b)Bertanya (Questioning)
(c) Mengajarkan dugaan (Hipotesis)
(d)Pengumpulan data (Data gethering)
(e) Penyimpulan (conclusion)
3) Bertanya (Questioning)
Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya,
Questioning (bertanya) merupakan strategi utama dalam pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual. Bagi siswa kegiatan bertanya merupakan
kegiatan penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis
inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah
diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum
diketahuinya.
Kegunaan bertanya adalah untuk:
1. Menggali informasi baik administrasi maupun akademis.
2. Mengecek pemahaman siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Membangkitkan respon kepada siswa.
4. Mengetahui sejauh man keingintahuan siswa.
5. Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.
6. Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru.
7. Untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siwa.
8. Untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.
Dalam questioning ini jelas jenis konteks yang dapat digunakan guru
untuk menetapkan teknik bertanya dalam waktu pembelajaran sebagai
berikut:
(a) Bertanya adalah suatu cara untuk masuk dan terlibat dalam hal
sesuatu juga untuk memulai dan mempertahankan interaksi dengan
orang lain.
(b) Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh
siswa untuk mendapat informasi.
(c) Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan oleh siswa untuk
mengklasifikasi atau meyakinkan sesuatu.
(d) Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan oleh siswa untuk
menganalisis dan mengeksplorasi gagasan (Nurhadi;2003:46).
Pada semua aktivitas belajar questioning (bertanya) ini dapat
diterapkan antar siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan
orang lain yang didatangkan dalam pembelanjatan dan lain sebagainya.
4) Masyarakat Belajar (learning community)
Dalam konsep learning ommunity ini menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh dari adanya kerja sama dengan orang lain. Hasil
belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar
siswa yang belum tau dengan siswa yang sudah tahu sehingga dapat
terbentuk masyarakat belajar (learning community).
Masyarakat belajar bisa terjadi apabila terjadi komunikasi dua arah.
Seorang guru yang mengajari siswanya bukan merupakan contoh
masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
informasi yang perlu dipelajari yang datang dari arah siswa sehingga
dalam hal ini yang belajar hanya siswa bukan guru. Dalam masyarakat
belajar antara guru dan siswa saling belajar bersama, bukan hanya salah
satu pihak saja, sehingga siswapun juga dapat menjadi sumber belajar.
5) Permodalan (modelling)
Dalam pembelajaran, ketrampilan atau pengetahuan tertentu ada
model yang bisa untuk ditiru. Sebagian guru memberikan contoh cara
kerja sesuatu, sebelum melaksanakan tugas. Dalam pembelajaran dengan
pendekatan konteksual ini guru bukanlah satu-satunya model, siswa juga
dapat dilibatkan menjadi model.
6) Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau
tentang apa yang sudah kita lakukan dimasa lalu. Refleksi merupakan
respon terhadap kejadian , aktivitas atau pengetahuan yang beru diterima.
Dengan melakukan refleksi siswa kan memperoleh sesuaatu dari apa
yang mereka pelajari. Realisai dari refleksi dapat berupa:
(a) Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya pada hari itu.
(b)Catatan atau jurnal dibuku siswa.
(c) Kesan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu .
(d)Diskusi.
(e) Hasil karya.
7) Penilaian Sebenarnya (authentic assessent)
Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa
memberikan gambaran perkembangan belajar, maka data yang
dikumpulkan harus diperoleh dari kejadian nyata yang dikerjakan oleh
para siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Pembelajaran yang
benar seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu
memperoleh (learning how to learn) sesuatu bukan ditekankan pada
diperolehnya sebanyak mungkin informasi diakhir periode pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan
pendekatan kontekstual meliputi beberapa unsur yang terkandung di
dalamnya yaitu adanya yaitu konstruktivisme, penemuan (inquiry),
masyarakat belajar, contoh yang bisa ditiru, muncul pertanyaan dari siswa,
refleksi, dan penilaian.
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan arahan penalaran untuk sampai hipotesis.
Adapun kerangka berfikir pada penelitian ini sebagai berikut : Telah dikemukakan
bahwa pada hakekatnya anak cerebral palsy memiliki kemampuan motorik yang
rendah. Hal ini mengakibatkan anak cerebral palsy kesulitan dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari. Aktivitas kehidupan sehari-hari bagi anak normal
ataupun anak cerebral palsy sangat penting. Setiap orang pasti ingin mandiri yaitu
dapat melakukan sendiri kegiatan sehari-harinya seperti Menolong diri sendiri,
kebersihan diri, berpakaian, merawat dan merias diri sendiri, mengurus diri
sendiri, berkomunikasi dengan oranglain, komunikasi langsung, komunikasi tidak
langsung, bersosialisasi dalam kehidupan di lingkungannya, sosialisasi di rumah,
sosialisasi di sekolah, sosialisasi di masyarakat, mengembangkan ketrampilan
hidup sehari-hari, menyelamatkan diri dari bahaya
Berpakaian merupakan salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai anak
kelas II tunadaksa dalam mata pelajaran bina diri, begitu pula anak cerebral palsy.
Anak cerebral palsy karena gangguan motoriknya mengakibatkan kesulitan dalam
berpakaian. Apabila kemampuan merawat diri anak cerebral palsy dalam hal ini
berpakaian meningkat, maka prestasi belajar bina dirinyapun meningkat. Maka
dari itu diperlukan suatu pendekatan pembelajaran agar dapat meningkatkan
prestasi belajar bina diri siswa cerebral palsy .
Pendekatan kontekstual adalah suatu pembelajaran yang menghubungkan
antara materi-materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang didapat
dengan penerapannya baik dalam kehidupan keluarga maupun kehidupan
masyarakat. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual ini menempatkan siswa
dalam konteks bermakna yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan
materi yang sedang dipelajari.Tujuh komponen utama dalam pendekatan
kontekstual adalah : kontruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry),
bertanya (quetioning), masyarakat belajar (learning comunity), permodelan
(modelling), refleksi (reflecting), dan penilaian sebenarnya (authentic assesment)
(Depdiknas 2002 : 10). Pendekatan kontekstual sangat tepat untuk meningkatkan
prestasi belajar bina diri anak cerebral palsy Pendekatan ini belum dilakukan
untuk meningkatkan prestasi belajar bina diri anak cerebral palsy. Maka dari itu
penulis menggunakan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan prestasi
belajar bina diri siswa cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap
semester II tahun pelajaran 2011/2012.
Dari uraian pemikiran tersebut diatas maka dapat digambarkan dalam
bentuk kerangka pemikiran sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Hipotesis
Hipotesis tindakan merupakan tafsiran sementara yang masih perlu diuji
kebenarannya secara ilmiah. Hipotesis penelitian tindakan kelas yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Penggunaan Pendekatan kontekstual
dapat Meningkatkan Prestasi Belajar Bina diri Siswa Cerebral Palsy Kelas II
SDLB Negeri Gumilir Cilacap Pada Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012.
Tindakan Pembelajaran bina diri dengan menggunakan pendekatan
kontekstual
Kondisi
Akhir
Prestasi belajar bina diri meningkat
Kondisi
Awal
Pembelajaran Bina diri siswa
kelas II cerebral palsy SDLB
Negeri Gumilir Cilacap
belum menggunakan
pendekatan kontekstual
Prestasi belajar bina diri
siswa cerebral palsy rendah
dan anak kurang
bersemangat mengikuti
pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SDLB Negeri Gumilir, yang beralamatkan di
Jl.Ketapang, Gumilir, Cilacap. Adapun tempat penelitian ini adalah di kelas II
dengan pertimbangan sebagai berikut :
Penelitian mengenai penggunaan pendekatan kontekstual untuk
meninggkatkan kemampuan bina diri siswa cerebral palsy kelas II belum
pernah dilakukan. Peneliti bekerja sebagai guru kelas II siswa cerebral palsy,
sehingga penelitian ini tidak mengganggu aktivitas rutin.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada waktu semester II tahun
pelajaran 2011/2012, antara bulan Februari sampai bulan Juli 2012.
Kegiatan Penelitian Waktu
Jan Feb Mar Apr Mei Ju
ni
Ju
li Agt
1. Persiapan penelitian a. Koordiansi Peneliti dengan Kepala
Sekolah dan teman sejawat
b. Diskusi dengan teman sejawat untuk
mengidentifikasi masalah pembelajaran
dan merancang tindakan
c. Menyusun proposal penelitian d. Menyiapkan perangkat pembelajaran
dan instrumen penelitian
e. Mengadakan simulasi dan pelaksanaan
tindakan
2. Pelaksanaan tindakan a.Siklus I
- Perencanaan
- Pelaksanaan tindakan
- Observasi
- Refleksi
b.Siklus II
- Perencanaan
- Pelaksanaan tindakan
- Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
- Refleksi
3. Analisis Data dan Pelaporan
a. Analisis data (hasil tindakan 2 siklus)
b. Menyusun skripsi
c. Ujian dan revisi d. Penggandaan dan pengumpulan laporan
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa cerebral palsy kelas II SDLB
negeri Gumilir, Cilacap dengan jumlah 4 siswa, yang terdiri dari 2 siswa laki-laki
dan 2 siswa perempuan.
Siswa-siswa tersebut adalah :
NO NIS Nama
Siswa L/P Tempat/ Tgl Lahir
Nama
Orangtua Alamat
1. KSP P Cilacap,01–01-2004 HS Jl.Salya, Clcp
2. FLR P Cilacap,25-06-2001 RM Jl.Blimbing
3. YL L Jakarta,26-12-2001 GT Losari, BMS
4 RA L Cilacap,24-05-2004 CN Jl.Citandui
C. Data dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan berupa nilai kemampuan berpakaian siswa dalam
bina diri. Adapun sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari
pengamatan dan dokumentasi siswa kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap, yang
beralamatkan di Jl. Ketapang no.15 Gumilir, Cilacap.
D. Pengumpulan Data
Berbagai cara pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terus
berkembang, namun demikian pada dasarnya ada empat cara yang mendasar
untuk mengumpulkan informasi yaitu observasi, wawancara, dokumentasi dan
audio visual (Creswell dalam metode penelitian tindakan kelas oleh Rohyati
Wiriaatmadja, 2007:122).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Pengamatan penyerta atau participant observer. Peneliti melakukan
pengamatan praktek memakai baju. Peneliti yang berperan sebagai
pengamat penyerta atau participant observer ikut serta dalam berbagai
kegiatan siswa dan mencatat apa yang terjadi dalam catatan lapangan
sewaktu pembelajaran bina diri siswa cerebral palsy kelas II SDLB
Negeri Gumilir Cilacap dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
2. Dokumentasi yaitu berupa foto dan rekaman yang relevan terutama saat
berlangsungnya pelaksanaan pembelajaran bina diri siswa cerebral palsy
kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap dengan menggunakan
pendekatan kontekstual.
E. Uji Validitas Data
Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian penelitian perlu
diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan
dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik kesimpulan. Teknik
validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik trianggulasi data.
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sarana diluar data itu untuk keperluan pengecekkan atau
perbandingan data itu (Lexy J. Moleong dalam Sawiji Suwandi 2008:178) agar
data yang dikumpulkan dapat dipertanggungjawabkan pemeriksaan keabsahan
data perlu direncanakan sejak awal (Eti Ismawati, 2009:23)
Teknik trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa
trianggulasi sumber data dan trianggulasi pengumpulan data. Disini penulis
mencari data dengan mengobservasi siswa saat praktek memakai baju. Untuk
menguatkan data peneliti mencari pembanding dengan jalan mencari data melalui
pendapat guru mitra dan dokumen yang diperlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Analisa Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif
komparatif (untuk data kuantitatif) yaitu dengan membandingkan hasil antar
siklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil akhir setiap
siklus. Membandingkan prestasi belajar bina diri yangg dicapai siswa cerebral
palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir, Cilacap sebelum menggunakan pendekatan
kontekstual dan setelah menggunakan pendekatan kontekstual.
G. Indikator Kinerja Penelitian
Indikator Kinerja penelitian adalah untuk menentukan ketercapaian tujuan
keberhasilan tindakan yang disusun secara realistik (mempertimbangkan kondisi
sebelum diberikan tindakan dan jumlah siklus tindakan yang akan dilakukan) dan
dapat diukur (jelas cara asesmennya) (Tim skripsi FKIP UNS, 32:2012)
Kriteria atau tingkat pencapaian indikator-indikator materi bina diri ini
apabila prestasi belajar anak lebih dari 65. Adapun penentuan indikator kinerja ini
berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan oleh
peneliti sebagai guru kelas pada saat awal semester I dan telah ditetapkan sebagai
KKM kelas II bagian D SDLB negeri Cilacap sejak awal tahun ajaran 2011/2012.
H. Prosedur Penelitian
Terdapat beberapa model penelitian tindakan kelas. Kurt Lewin dalam
penelitian tindakan kelas dan penulisan karya ilmiah oleh Sarwidji Suwandi,
M.pd. (2008:34) menggambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian
langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap yaitu
perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi
(relecting).
Penelitian tentang penggunaan pendekatan kontekstual untuk
meningkatkan prestasi belajar bina diri siswa cerebral palsy SDLB Negeri Gumilir
Cilacap semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 menggunakan model Kurt Lewin.
Model pelaksanaan penelitian tindakan kelas digambar dalam bentuk spiral yang
saling berkaitan berikut ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 2 Model Penelitian tindakan kelas
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Tiap siklus
dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang ingin dicapai. Untuk melihat
prestasi belajar bina diri dengan kompetensi dasar berpakaian, dilakukan tes
dengan prinsip authentic assesment. Hasil dari tes tersebut sebagai dasar untuk
menentukan tindakan yang tepat dalam rangka meningkatkan prestasi belajar bina
diri.
Perencanaa
n
Aksi
Observasi
Refleksi
Perencanaan
Ulang
Refleksi
Aksi
Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 1 Prosedur Penelitian
Siklus
I
1. Persiapan
a. Identifikasi Masalah
b. Perencanaan
a. Masalah Prestasi Belajar Bina diri
rendah
b. Menyusun RPP mengacu pada SK,
KD Program Khusus Bina diri,
SDLB-SMPLB tahun 2007
c. Menentukan media yang relevan
2. Pelaksanaan
Menerapkan pelaksanaan pendekatan
kontekstual sesuai skenario
perencanaan.
3. Pengamatan Melakukan observasi dengan format
observasi
4. Refleksi
a. Melakukan evaluasi tindakan yang
telah dilakukan
b. Melakukan pertemuan untuk
membahas hasil evaluasi
c. Memperbaiki pelaksanaan
tindakan sesuai hasil evaluasi
untuk digunakan siklus berikutnya
Siklus
II
5. Perencanaan dan
penyempurnaan tindakan
Atas dasar siklus I, dilaksanakan
penyempurnaan perencanaan, baik pada
RPP, penentuan media dan instrumen
penilaian
Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan pendekatan kontekstual
sesuai skenario perencanaan siklus II
Pengamatan Pengumpulan data-data dari tindakan
siklus II
Refleksi Evaluasi tindakan
Kesimpulan
1. Persiapan
a. Identifikasi Masalah
Prestasi belajar bina diri (berpakaian) yang rendah dari siswa cerebral
palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap Semester II tahun 2011/2012.
b. Perencanaan
Tahap perencanaan ini penulis menyusun Silabus dan RPP mengacu
pada SK, KD Program Khusus bina diri, SDLB-SMPLB tahun 2007.
Selanjutnya SK dan KD ditelaah untuk menyusun silabus dan RPP.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Menentukan Media yang Relevan
Pembelajaran Bina diri dengan menggunakan pendekatan kontekstual ini
menggunakan media yang relevan dengan prinsip-prinsip pendekatan
kontekstual.
Media dalam proses mendapatkan pengnalaman belajar bagi siswa.
Kerucut pengalaman (cone of experience) dari Edgar Dale penulis gunakan
dalam pembelajaran ini. Sehingga media yang digunakan dalam pembelajaran
bina diri berpakaian adalah :
a) Pengalaman Langsung
1) Memakai seragam
2) Membawa kemeja dari rumah
3) Merapikan kemeja teman
b) Pengalaman melalui benda tiruan yaitu dengan media :
1) Model kemeja
2) Model bagian-bagian kemeja (kancing, krah , lengan)
c) Pengalaman melalui drama (peragaan) :
1) Drama (peragaan) seolah-olah memakai kemeja
2) Drama (peragaan) seolah-olah memakaikan kemeja temannya.
d) Pengalaman melalui drama adalah teknik penyampaian informasi melalui
peraga, contohnya : siswa mengamati guru melakukan memakai kemeja,
mengancingkan kemeja, merapikan krah dan kemeja, melepas kemeja dan
melipat kemeja.
e) Pengalaman melalui wisata yaitu pengalaman yang diperoleh melalui
kunjungan siswa ke suatu obyek yang akan dipelajari : contohnya siswa
diajak ke toko pakaian, atau ruang bina diri yang berisi beberapa jenis
pakaian.
f) Pengalaman melalui TV dan gambar
1) Gambar kemeja yang diambil dari majalah
2) Melihat TV atau CD tentang bentuk kemeja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Refleksi
Pada tahap ini diadakan pertemuan dari tim penelitian untuk :
1) Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
2) Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evaluasi
3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan
sebagai acuan siklus berikutnya.
Atas dasar siklus I, dilakukan penyempurnaan perencanaan baik RPP,
penentuan media dan instrumen penilaian sebagai suatu perencanaan pada
siklus II. Selanjutnya dilakukan pelaksanaan tindakan pengamatan dan refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Adapun awal anak adalah dapat dilihat dari nilai awal yang diperoleh siswa
cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap. Deskripsi kemampuan awal
yang diperoleh KSP pada setiap indikator pembelajaran bina diri yaitu
memasukkan lengan tangan kanan KSP kesulitan, anak tidak dapat tepat
memasukkan tangan pada lubang lengan yang tepat. KSP sering memanggil guru
untuk meminta bantuan. KSP selalu menyelesaikan memasukkan lengan tangan
dengan bantuan guru begutu juga saat melakukan indikator kedua yaitu
memasukkan lengan tangan kiri. KSP lebih kesulitan memasukkan lengan tagan
kiri. Dalam observasi kemampuan awal terlihat KSP lebih mudah menggerakkan
lengan tangan kanan untuk dimasukan dalam lengan dibandingkan lengan tangn
kiri. Indikator selanjutnya adalah merapikan krah, KSP sangat kesulitan
merapikan krah. Kepalanya di tundukkan agar tangannya mudah mengatur krah
baju, namun gagal. KSP meminta bantuan guru untuk merapikan krah, guru lalu
memegang pergelangan tangan KSP untuk membantu merapikan krah. Saat KSP
mengancingkan baju ujung jari KSP dapat memegang kancing dan lubang
kancing, hanya saja KSP sulit memasukkan kancing baju pada lubangnya. KSP
juga masih kesulitan mempraktekkan melepas baju.
FLR dalam kegiatan akademik hasilnya berada di bawah KSP. Pada saat
praktek memakai baju begitu juga adanya. FLR kesulitan memasukkan lengan
tangan pada lengan baju. Posisi baju FLR juga terbalik karena kesalahan FLR
menarik posisi baju saat akan memasukkan tangan kiri. FLR harus sering
mengulangi praktek memasukkan lengan baju. FLR kesulitan memakai krah. FLR
sering lupa merapikan krahnya. Kegiatan mengancingkan baju lebih sulit lagi
dilakukan FLR. FLR memegang kancing pertama tetapi FLR juga memegang
lubang kancing terakhir. Sehingga posisi baju FLR rusak. Baju FLR sering kusut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan kotor saat selesai pembelajaran karena FLR sering salah melakukan praktek
setiap indikator.
YL dalam aktivitas sehari-hari paling aktif dibanding dengan yang lainnya.
Kelainnannya adalah pada anggota gerak kakinya. Kakinya “pengkor” yaitu
bagian punggung kaki masuk kedalam. Apabila anak berjalan bagian ujung tangan
searah lehernya seperti menarik urat sarafnya. Dirumah, YL masih dipakaikan
baju oleh ibunya. Namun YL dapat memegang baju dengan baik dan mau
berusaha memasukkan tangan pada lengan baju. Hasilnya YL cukup baik hanya
saja masih kesulitan dalam mengancingkan baju.
RA mengalami gangguan motorik pada kakinya. RA selalu memakai kursi
roda saat melakukan aktivitas sehari-hari. Saat memakai baju RA selalu dibantu
ibunya di rumah. Sosialisasi RA cukup baik. RA sering bermain bersama
temannya bahkan dari kelas lain. RA juga sering belajar melatih kekuatan motorik
tangannya dengan berusaha mendorong kursi roda milik temannya, walaupun RA
duduk di kursi roda. Berangkat sekolah RA diantar ibunya menggunakan sepeda.
RA dapat berpegangan tangan sendiri pada perut ibunya. RA juga bisa melakukan
gerakan melambaikan tangan tanda “dada” atau selamat tinggal saat pulang
sekolah sedangkan tangan yang lain berpegangan pada ibunya. Saat pembelajaran
bina diri memakai baju RA masih dibantu oleh guru.
Sebelum pada tahap perencanaan pada siklus I ini penulis mengidentifikasi
hasil prestasi belajar binadiri siswa cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir
Cilacap diambil dari dokumen nilai pada semester II tahun pelajaran 2011 / 2012.
Hasil prestasi bina diri pratindakan siswa cerebral palcy kelas II SDLB
Negeri Gumilir Cilacap tahun pelajaran 2011 / 2012 sebagai berikut :
Tabel 2 : Nilai rata-rata prestasi belajar bina diri pratindakan siswa
cerebral palsy kelas II
NO Nama Siswa Nilai
1. KSP 44,8
2. FLR 40,2
3. YL 41,2
4. RA 42,4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Deskripsi Hasil Tiap Siklus
1. Siklus I
Proses penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus. Dari tiap-
tiap siklus terdiri empat tahap yaitu : (1) perencanaan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) pengamatan dan (4) refleksi.
a. Persiapan dan Perencanaan
Peneliti bekerjasama dengan tim penelitian dan melalui persetujuan dari
kepala sekolah SDLB Negeri Cilacap ditentukan waktu pelaksanaan
tindakan sebagai berikut :
Tabel Rencana Tindakan penelitian
No Hari/ tanggal Keterangan
1. Rabu, 11 april Tindakan dan pengamatan
2. Rabu, 18 April Tindakan dan pengamatan
3. Rabu, 25 April Refleksi
Jadwal diatas sejalan dengan jadwal program khusus Bina diri
khususnya bagi siswa cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap
Semester II tahun pelaksanaan 2011 / 2012.
Selain itu penulis juga mempersiapkan : ( 1 ) Silabus, ( 2 )RPP, ( 3 )
Media yang relefan, ( 4 ) Instrumen penilaian Penilaian untuk bagian ini
dapat dilihat pada keterangan Prosedur Penekanan pada bab III.
b.Pelaksaan tindakan
1) Pertemuan Pertama (Ke-1)
(a) Kegiatan awal
Berdoa bersama sebelum dimulainya pelajaran. Selanjutnya
guru mengabsen siswa. Guru dan siswa merumuskan hari, tanggal,
bulan dan tahun dengan mencocokan dengan kalender. Guru
menuliskan hari, tanggal, bulan dan tahun di papan tulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Siswa bersama-sama melakukan latihan bina gerak untuk
melatih motorik halus. Latihan tersebut antara lain : mengepal dan
membuka telapak tangan sambil menghitung bersama. Guru
menjentikkan jari yaitu dengan jari telunjuk ditemukan dengan ibu
jari, jari tengah dengan ibu jari begitu seterusnya anak mengikutinya.
Bertepuk tangan sambil bernyanyi lagu nasional. Dilanjutnya dengan
menghafal bersama teks Pancasila. Kegiatan ini setiap hari
dilakukan sebelum memulai pembelajaran.
Guru mengajak anak mendiskusikan kembali sedikit pertemuan
yang lalu. Pada akhir pertemuan yang lalu guru telah menjelaskan
tentang baju. Guru menunjukkan baju dihadapan anak-anak. Anak-
anak senang sekali dan tampak bersemangat menjawab nama benda
yang ditunjukkan guru. KSP berkata lantang nama benda tersebut.
“Baju” jawab KSP.
(b) Kegiatan Inti
Guru mengajak siswa menunjukkan ciri-ciri baju. Siswa saling
menjawab bergantian. “Ada krahnya” jawab FLR. “ada lengannya”
tambah RA. “berkancing bu !” seru YL.
“Ya, benar semua.”jawab bu guru.
“Siapa yang sudah bisa memakai baju sendiri ?” Tanya bu Jum.
“Saya!” seru KSP. “Saya juga.” jawab teman yang lain.
“Ya, mari kita praktekkan bersama”. Ajak bu Jum. Lalu bu jum
mengambil baju yang sudah disiapkan.
“Sebelum memakai baju kita membaca doa dulu yuk.
Bismilahirohmanirohkhim. Lalu masukkan tangan kanan pada
lengan kanan, kemudian tangan kiri pada lengan kiri.” Bu Jum
berkata.
Anak-anak memperhatikan penjelasan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Selanjutnya krah dirapikan, samakan bagian bawah kancingkan
satu persatu dari yang paling atas atau dari yang paling
bawah.”tambah bu Jum.
Selanjutnya bu jum menyuruh anak-anak mempraktekkan
memakai baju. Bu Jum berkata : “Sebelumnya berdoa dulu lalu
bersama Bu guru memasukkan tangan kanan pada lengan kanan.
KSP sudah betul tangan kanan masuk pada lengan kanan FLR
terbalik tangan kanan dimasukkan lengan kiri, YL terbalik tangan
kanan masuk pada lengan kiri RA benar tangan kanan masuk pada
lengan baju kanan.” Bu Jum berkata. Selanjutnyan Bu guru memberi
contoh tangan kiri dimasukkan pada lengan baju sebelah kiri anak-
anak menirukan. FLR memasukkan tangan kiri pada lengan baju
sebelah kanan ternyata bu guru melihat posisi krah ada disebelah
bawah. YL menyadari jika bajunya terbalik, dan melepas bajunya
untuk di balik. Tangan kanan dimasukkan pada lengan baju sebelah
kanan lalu mengikuti bu guru tangan kiri dimasukkan pada lengan
baju sebelah kiri.
Anak mulai mengancingkan baju. Kegiatan mengancingkan baju
dimulai dari kancing bagian atas. Anak-anak tampak masih kesulitan
mengancingkan baju. Hanya KSP yang lincah memasukkan anak
kancing pada rumah kancing. Waktu yang dihabiskan KSP juga
relatif singkat. Bahkan KSP sempat membantu RA. Anak-anak yang
lain juga masih kesulitan mengancingkan bajunya. Bu Jum
membantu sedikit dengan menunjukkan mana yang harus di pegang
anak saat mengancing baju. Setelah anak selesai mengancingkan
baju, masing-masing merapikan bajunya.
(c) Kegiatan akhir
Guru mengajak bermain anak dalam bentuk lomba memakai
baju. Setelah guru menghitung sampai hitungan ketiga, anak-anak
mulai memakai bajunya. Anak-anak tampak bersemangat memakai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
baju. Anak-anak berusaha mmemakai baju secepat mungkin agar
dapat memenangkan lomba. Akhirnya KSP dapat memenangkan
lomba memakai baju. Disusul FLR sebagai pemenang kedua.
2) Pertemuan Kedua (Ke-2)
(a) Kegiatan awal
Berdoa bersama sebelum dimulainya pelajaran. Selanjutnya
guru mengabsen siswa. Guru dan siswa merumuskan hari, tanggal,
bulan dan tahun dengan mencocokan dengan kalender. Guru
menuliskan hari, tanggal, bulan dan tahun di papan tulis.
Siswa bersama-sama melakukan latihan bina gerak untuk
melatih motorik halus. Latihan tersebut antara lain : meremas-remas
kertas, bertepuk tangan dan memukulkan kepalan tangan kiri pada
telapak tangan kanan begitu seterusnya. Guru menjentikkan jari yaitu
dengan jari telunjuk ditemukan dengan ibu jari, jari tengah dengan
ibu jari begitu seterusnya anak mengikutinya. Bertepuk tangan
sambil bernyanyi lagu nasional. Dilanjutnya dengan menghafal
bersama teks Pancasila. Kegiatan ini setiap hari dilakukan sebelum
memulai pembelajaran.
Guru mengajak anak mendiskusikan kembali sedikit pertemuan
yang lalu. Pada akhir pertemuan yang lalu guru telah menjelaskan
tentang baju. Guru menunjukkan baju dihadapan anak-anak. Anak-
anak senang sekali dan tampak bersemangat menjawab nama benda
yang ditunjukkan guru. RA berkata lantang nama benda tersebut.
“Baju” jawab RA.
“Coba siapa yang ingat apa ciri-ciri baju?” tanya bu Jum.
“Ada sakunya !” jawab RA.
“Ada lengannya.” Tambah KSP.
“Ada kancing dan krahnya” tambah FLR.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“Ya benar semuanya. Murid bu Jum memang pintar-pintar ya.
Siapa yang sudah belajar memakai baju sendiri di rumah ?” tanya bu
Jum.
Semua siswa menunjukkan jari sambil berkata : “Saya bu guru.”
“Iya bagus.” Jawab bu Jum.
(b) Kegiatan Inti
“Sebelum memakai baju kita membaca doa dulu yuk.
Bismilahirohmanirohkhim. Kita masukkan tangan kanan pada lengan
kanan, kemudian tangan kiri pada lengan kiri.” Bu Jum berkata.
Anak-anak memperhatikan penjelasan guru.
“Selanjutnya krah dirapikan, lihat bagian bawah baju apakah
sudah sama, lalu kancingkan satu persatu dari yang paling atas atau
dari yang paling bawah.”tambah bu Jum.
Selanjutnya bu jum menyuruh anak-anak mempraktekkan
memakai baju. Bu Jum berkata : “Jangan lupa berdoa dulu lalu
bersama Bu guru memasukkan tangan kanan pada lengan kanan.
KSP dapat memasukkan tangan kanan pada lengan kanan. Tetapi YL
terbalik tangan kanan dimasukkan lengan kiri, YL terbalik tangan
kanan masuk pada lengan kiri RA benar tangan kanan masuk pada
lengan baju kanan.” Bu Jum berkata. Selanjutnyan Bu guru memberi
contoh tangan kiri dimasukkan pada lengan baju sebelah kiri anak-
anak menirukan. FLR memasukkan tangan kiri pada lengan baju
sebelah kanan ternyata bu guru melihat posisi krah ada disebelah
bawah. Bu Jum dengan sigap membantu memperbaiki kesallahan
YL. YL senang sekali. Akhirnya letak lengan YL benar pada
tempatnya.
Anak mulai mengancingkan baju. Kegiatan mengancingkan baju
dimulai dari kancing bagian atas. Anak-anak tampak masih kesulitan
mengancingkan baju. Hanya KSP yang lincah memasukkan anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kancing pada rumah kancing. Bu Jum membantu sedikit dengan
menunjukkan mana yang harus di pegang anak saat mengancing
baju. Setelah anak selesai mengancingkan baju, masing-masing
merapikan bajunya. Bu Jum mulai mengecek baju yang sudah
dipakai anak-anak.
Setelah selesai pengecekan kerapihan dan ketepatan memakai
baju selanjutnya anak-anak disuruh berlomba untuk membuka
bajunya. Anak-anak tampak bersemangat berusaha membuka
kancing baju dan melapaskan bajunya. Pada umumnya anak-anak
tidak kesulitan membuka baju.
(c) Kegiatan akhir
Guru mengajak bermain anak dalam bentuk lomba memakai
baju. Setelah guru menghitung sampai hitungan ketiga, anak-anak
mulai memakai bajunya. Anak-anak tampak bersemangat memakai
baju. Anak-anak berusaha mmemakai baju secepat mungkin agar
dapat memenangkan lomba. Akhirnya KSP dapat memenangkan
lomba memakai baju. Disusul FLR sebagai pemenang kedua.
Selanjutnya bu Jum memberi komando untuk melakukan lomba
membuka baju. Anak-anak semakin antusias melakukan melepas
baju. KSP kembali memenangkan lomba melepas baju. KSP sangat
senang dengan mengangkat kedua tangnnya tanda kemenangan.
Hasil prestasi belajar bina diri berpakaian siswa tunadaksa kelas 2 diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 3 Data nilai rata-rata prestasi belajar siswa cerebral palsy
kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap siklus I
No NAMA NILAI AWAL NILAI
AKHIR
1. KSP 44,8 64,8
2. FLR 40,2 61,2
3. YL 41,2 61,2
4. RA 42,4 62,4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan data nilai rata-rata prestasi belajar siswa cerebral palsy kelas II
SDLB Negeri Gumilir Cilacap dapat dibuat grafik sebagai berikut :
Gambar 3 Histogram Data nilai rata-rata prestasi belajar siswa cerebral palsy
kelas II SLB Negeri Gumilir Cilacap siklus I
c. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian ini dilaksanakan pada saat proses pelaksanaan
tindakan untuk mengetahui kinerja guru dalam proses pembelajaran. Hal ini
dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat. Pengamatan dalam penelitian ini
meliputi pengamatan saat anak memasukkan tangan kanan pada lengan baju
kanan, memasukkan tangan kiri pada lengan kiri, merapikan krah baju,
mengancingkan kancing baju dan melepas baju. Menugasi murid secara individual
untuk memperagakan memakai kemeja.
Tabel 4 Data nilai Pengamatan dan keaktifan siswa
No Nama
siswa
Rician tugas Assesmen guru
Mema-
sukkan
lengan
tangan
kanan
Mema-
sukkan
lengan
tangan
kiri
Merapi-
kan krah
Mengan-
cingkan
baju
Mele-
pas
baju
Sudah
bisa
Belum
bisa
1. KSP B B A B B
2. FLR B B B B B
3. YL B B B A B
4. RA B A B B B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penilaian Kemandirian
No Nama Nilai
Keterangan A B C D
1. KSP
2. FLR
3. YL
4. RA
Penilaian Sosial Siswa
No Nama Nilai
Keterangan A B C D
1. KSP
2. FLR
3. YL
4. RA
Keterangan :
A= Amat baik
B = Baik
C = cukup
D = Kurang
d. Refleksi
Dua kali pertemuan pembelajaran kemudian dilakukan pertemuan
dengan teman sejawat. Temuan-temuan tersebut kemudian direkam melalui
lembar observasi sewaktu pembelajaran dan dari hasil prestasi belajar bina
diri (berpakaian) yang diperoleh siswa melalui instrumen penilaian.
Berdasarkan tabel data nilai rata-rata prestasi belajar siswa cerebral
palsy kelas II SDLB negeri Gumilir Cilacap siklus I, terlihat adanya
peningkatan prestasi nilai bina diri berpakaian siswa cerebral palsy kelas II
SDLB Negeri Gumilir Cilacap. Hasil refleksi yang dilakukan penulis
dengan dibantu rekan sejawat menunjukkan bahwa dengan pendekatan
kontekstual dalam kegiatan pembelajaran bina diri berpakaian siswa
cerebral palsy kelas 2 SDLB Negeri Gumilir Cilacap dilihat prestasi rata-
rata menunjukkan peningkatan. Peningkatan tersebut dapat terlihat dengan
adanya peningkatan rata-rata prestasi yang dimiliki masing-masing siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dari tabel data nilai rata-rata siklus I tersebut juga dapat diketahui
bahwa prestasi belajar tunadaksa kelas 2 SDLB Negeri Gumilir Cilacap
sudah mengalami peningkatan walaupun masih perlu adanya perbaikan
lebih lanjut. Adapun peningkatan prestasi belajar pada siklus I ini masih ada
yang dibawah KKM yang ditentukan yaitu minimal 65. Adapun
peningkatan tersebut dapat digambarkan yaitu KSP belum tuntas, FLR
belum tuntas, YL belum tuntas, dan RA belum tuntas.
Melalui refleksi pada siklus I ini dapat ditemukan beberapa kelemahan
dan kelebihan. Kelemahan dan kelebihan tersebut adalah :
a) Ada siswa yang kurang konsentrasi saat mendengarkan penjelasan guru
namun muncul konsentrasi saat praktek sehingga ada kesalahan saat
praktek memakai baju.
b) Penjelasan guru terlalu cepat sehingga ada siswa yang kurang
memahami
c) Ada siswa yang masih kurang termotivasi untuk ikut terlibat secara
aktif dalam pembelajaran
d) Siswa yang sudah bisa mempraktekkan memakai baju mau membantu
teman yang belum bisa memakai baju sehingga dapat meningkatkan
motivasi siswa.
e) Ada perlombaan memakai baju sehingga siswa bersemangat
memenangkan lomba.
Berdasarkan masalah tersebut di atas merupakan faktor penghambat
dalam penelitian ini, sehingga ada beberapa hal yang perlu disempurnakan.
Beberapa hal yang perlu disempurnakan adalah :
a) Memaksimalkan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan prestasi
belajar bina diri siswa cerebral palsy SDLB Negeri Gumilir Cilacap
b) Menggunakan media langsung yang berupa pengalaman langsung siswa
memakai baju dengan cara melihat rekaman pertemuan yang lalu.
c) Guru sedikit mengulang kembali setiap penjelasannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Guru bertanya pada siswa pada setiap akhir penjelasan bahwa apakah
siswa sudah paham atau belum.
2.Siklus II
a. Perencanaan
Rencana tindakan yang telah direvisi dan dimodifikasi berdasarkan
refleksi pada tindakan I dilakukan pada tindakan siklus II. Kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual pada siklus II ini pada
dasarnya sama dengan tindakan pada siklus I hanya saja tindakan pada
siklus II lebih mengalami penyempurnaan berdasarkan tindakan siklus I.
Adapun penyempurnaan tersebut adalah dengan memaksimalkan
penggunaan pendekatan kontekstual.
b.Pelaksanaan Tindakan
1) Pertemuan Pertama
a) Kegiatan awal
Berdoa bersama untuk memulai pembelajaran. Guru mengabsen
siswa satu-per satu. Masing masing siswa menunjukkan jari sambil
menjawab “saya bu guru!”
Guru dan siswa merumuskan hari, tanggal, bulan dan tahun dengan
mencocokan dengan kalender. Guru menuliskan hari, tanggal, bulan
dan tahun di papan tulis. Siswa bersama-sama melakukan latihan bina
gerak untuk melatih motorik halus. Latihan tersebut antara lain :
meremas-remas kertas, bertepuk tangan dan memukulkan kepalan
tangan kiri pada telapak tangan kanan begitu seterusnya. Guru
menjentikkan jari yaitu dengan jari telunjuk ditemukan dengan ibu jari,
jari tengah dengan ibu jari begitu seterusnya anak mengikutinya.
Bertepuk tangan sambil bernyanyi lagu nasional. Dilanjutnya dengan
menghafal bersama teks Pancasila. Kegiatan ini setiap hari dilakukan
sebelum memulai pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Guru mengajak anak mendiskusikan kembali sedikit pertemuan
yang lalu. Pada akhir pertemuan yang lalu guru telah menjelaskan
tentang baju.
“Coba siapa yang tahu bagaimana urutan memakai baju ?” tanya
bu Jum kepada anak-anak.
“Memasukkan lengan kanan pada lengan kanan bu guru !” jawab
KSP.
“Iya benar, terus apa lagi. Coba siapa yang bisa ?” tanya bu Jum.
“Tadi KSP sudah menjawab memasukkan lengan tangan kanan ke
tangan kanan, ayo ingat apa yang dilakukan sebelum memasukkan
lengan tangan ?” tambah bu Jum.
“Membaca doa dulu bu !” seru RA.
“Iya benar sekali, membaca Bismillahirrohmanirrohim.” Bu Jum
berkata sambil mengacungkan ibu jari.
“Setelah membaca doa dan memasukkan lengan tangan pada
lengan baju apalagi selanjutnya ? tanya bu Jum.
“Merapikan krah baju dan mengancingkan baju bu.” Seru FLR.
“Benar sekali FLR”. Jawab bu Jum.
b). Kegiatan Inti
“Ayo anak-anak sekarang kita berlatih memakai baju lagi” Ajak bu
Jum.
“Hore! Saya sudah belajar di rumah bu.” Seru FLR.
“Saya juga diajari kakak bu.” Tambah KSP.
“Wah, anak-anak rajin sekali ya sudah belajar di rumah.” Jawab bu
Jum.
Selanjutnya anak-anak memakai baju bersama-sama. Tampak
anak-anak sudah mulai mahir memasukkan masing-masing tangan pada
lengannya. Anak-anak juga sudah mulai hafal urutan memakai baju.
Sebelum memakai baju anak-anak melafalkan doa dengan lantang.
Anak-anak tampak bersemangat memakai baju. Mereka tidak mau di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bimbing oleh bu Jum saat ada anak yang masing sedikit kesulitan
merapikan krah. Dengan sdikit usaha anak tersebbut akhirnya dapat
merapikan krah sendiri.
RA tampak bersemangat memakai baju, ada salah satu kancing
yang salah masuk lubang kancing sehingga terlihat tinggi sebelah. Bu
Jum menegur RA dan menawarkan bantuan untuk membantu, tetapi
ditolak oleh RA. RA berusaha memperbaiki letak kancing dengan
sekuat tenaga, tetapi masih gagal. Bu Jum lalu mengulurkan tangannya
untuk membantu RA.
“Begini RA cara memperbaikinya, kita buka dulu kancing yang
salah lalu bagian bawah baju kita samakan selanjutnya kita paskan
dengan masing-masing rumah kancing.” Kata bu Jum.
“Terimakasih bu.” RA berkata.
“Ya.”jawab bu Jum.
Akhirnya semua anak sudah siap dengan bajunya, tetapi ketika bu
Jum melihat ke arah YL tenyata krah YL belum rapi. Krahnya tampak
berdiri belum dilipat keluar. Bu Jum mendapat ide untuk mengajak
anak-anak mengoreksi hasil kerja temannya. KSP berseru, “Bu, YL
belum rapi bu.”
“O, iya YL bisa merapikan krah ?” tanya bu Jum.
“Ibu bantu ya?” bu Jum menambah.
“Saya bisa bu, hanya saja tadi saya lupa merapikan krah.” Jawab
YL.
“Ya bagus, silahkan krahnya dirapikan.”bu Jum berkata.
Anak-anak senang sekali karena mereka sudah dapat
menyelesaikan tugas mereka dan berhasil memakai baju.
c) Kegiatan akhir
Bu Jum mengajak anak-anak berlomba memakai baju kembali.
Kali ini perlombaan dimenangkan oleh YL. Selanjutnya anka-anak
mengakhiri kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Pertemuan kedua
a) Kegiatan Awal
Pertemuan kedua ini tetap dilakukan secara klasikal. Setelah guru
mengabsen siswa, guru mengumumkan suatu permainan. Guru
membuat gulungan kertas untuk dibagikan kepada siswa. Setiap siswa
mengambil salah satu gulungan kertas yang sudah diberi angka 1, 2, 3,
4. Siswa yang mendapat gulungan kertas dengan angka 1 merupakan
siswa yang akan maju ke depan kelas dan mempraktekkan memakai
baju pertama kali. Begitu seterusnya untuk gulungan dengan angka 1, 2,
3, dan 4.
b) Kegiatan Inti
KSP giliran yang pertama karena dia mendapat gulungan kertas
angka 1. Bu Jum mengajak siswa lain untuk memperhatika KSP
memakai baju dan ikut menilai. Siswa lain menilai siswa yang maju
kedepan dengan memberikan kritik, saran atau pujian. KSP maju ke
depan kelas. KSP mulai memakai baju, rupanya KSP dapat
menyelesaikan praktek memakai baju dengan baik. Siswa lain bertepuk
tangan dan mengacungkan jari. Selanjutnya siswa yang mendapat
gulungan kertas angka dua yaitu YL. YL memakai baju di hadapan
siswa lain. Selesai memakai baju FLR mengkritik YL. FLR mengatakan
bahwa YL lupa membaca doa sebelum memmakai baju. YL
menyanggah, kalau dia sudah membaca doa tetapi di dalam hati.
Akhirnya bu Jum menengahi, jika anak-anak boleh membaca doa
dengan keras ataupun di dalam hati. Selanjutnya siswa dengan nomor
gulungan ketiga. FLR mendapat giliran ketiga. FLR dapat
menyelesaikan praktek memakai baju. YL mengkritik FLR karena FLR
lupa melipat krah bajunya. FLR tertawa lalu melipat krah bajunya.
Giliran RA yang mendapatkan angka 4 dalam gulungan kertasnya. RA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
memakai baju dengan riang sambil terus tertawa. Akhirnya RA dapat
menyelesaikan memakai baju dengan baik. Anak-anak bertepuk tangan.
c) Kegiatan Akhir
Akhir dari pertemuan ini bu Jum tetap mengadakan perlombaan
memakai baju. Perlombaan pertemuan kali ini dimenangkan oleh RA.
RA senang sekali dan mengangkat kedua tangannya ttinggi-tinggi tanda
kemenangan.
Tabel 5 Hasil Prestasi Belajar Bina diri Berpakaian siklus II
NO Nama Siswa Nilai
Siklus I Siklus II
1. KSP 64,8 75,4
2. FLR 61,2 74,4
3. YL 61,2 73,6
4. RA 62,4 74,2
Rata-rata 62,4 74,4
Berdasarkan data nilai rata-rata prestasi belajar siswa cerebral palsy kelas II
SDLB Negeri Gumilir Cilacap dapat dibuat grafik sebagai berikut :
Gambar 4 Histogram Hasil Prestasi Belajar Bina diri Berpakaian
siklus II
c. Pengamatan
Pengamatan pada siklus kedua ini juga dilaksanakan pada waktu
pelaksanaan tindakan. Pengamatan ini dilakukan oleh penulis dan dari hasil
tes praktek memakai baju. Instrumen penilaian dan instrumen pengamatan
yang digunakan sama seperti yang digunakan pada siklus pertama. Melalui
instrumen-instrumen tersebut diharapkan pembelajaran bina diri berpakaian.
Menugasi murid secara individual untuk memperagakan memakai kemeja.
0
20
40
60
80
KSP FLR YL RA
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 6 Data nilai pengamatan siswa cerebral palsy kelas II SDLB
Negeri Gumilir Cilacap
No Nama
siswa
Rician tugas Assesmen guru
Mema-
sukkan
lengan
tangan
kanan
Mema-
sukkan
lengan
tangan
kiri
Merapi-
kan krah
Mengan-
cingkan
baju
Mele-
pas
baju
Sudah
bisa
Belum
bisa
1. KSP B B A B B
2. FLR B B B B B
3. YL B B B A B
4. RA B A B B B
Penilaian Kemandirian
No Nama Nilai
Keterangan A B C D
1. KSP
2. FLR
3. YL
4. RA
Penilaian Sosial Siswa
No Nama Nilai
Keterangan A B C D
1. KSP
2. FLR
3. YL
4. RA
Keterangan :
A = Amat baik
B = Baik
C = cukup
D = Kurang
d. Refleksi
Refleksi pada siklus kedua ini dilakukan oleh peneliti. Hasil temuan
dari siklus kedua ini adalah : Hasil prestasi belajar bina diri berpakaian
siswa cerebral palsy kelas II dengan menggunakan pendekatan kontekstual
pada siklus kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Tabel 7 Hasil Pretsasi Belajar Bina Diri berpakaian Antara siklus I dengan
siklus II
NO Nama
Siswa
Nilai
Pratindakan
Nilai Nilai
KKM
Keterangan
Ketuntasan Sesudah Tindakan
Siklus I Siklus II
1. KSP 44,8 64,8 75,4 65 Tuntas
2. FLR 40,2 61,2 74,4 65 Tuntas
3. YL 41,2 61,2 73,6 65 Tuntas
4. RA 42,4 62,4 74,2 65 Tuntas
Rata-rata 42,15 62,4 74,4 65 Tuntas
Berdasarkan tabel hasil pretsasi belajar bina diri berpakaian antara siklus I
dengan siklus II dapat dibuat grafik sebagai berikut :
Gambar 5 Histogram Hasil Pretsasi Belajar Bina Diri berpakaian Antara
siklus I dengan siklus II
Berdasarkan tabel dan grafik nilai rata-rata di atas maka, dapat dilihat adanya
peningkatan prestasi nilai bina diri berpakaian siswa cerebral palsy kelas 2 SDLB
Negeri Gumilir Cilacap. Adapun peningkatan prestasi belajar tersebut antara lain
adalah KSP mengalami peningkatan tuntas, FLR tuntas, YL tuntas, dan RA
tuntas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
D. Pembahasan
Anak cerebral palsy memiliki karakteristik khusus yaitu kesulitan pada fungsi
gerakan (secara primer), juga (secara skunder) ada yang mengalami kelainan
penglihatan, pendengaran, bicara dan koordinasi (A. Salim, 1996). Terkadang
anak cerebral palsy seringkali salah perhitungan atau salah ukuran. Akibatnya ia
mengalami kesulitan dalam setiap melakukan kegiatan. Anak cerebral palsy sering
mengalami hambatan dalam melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari (activity of
daily living = ADL). Hal ini akibat dari kelainan yang dialami anak cerebral
palsy. Kegiatan hidup sehari-hari ini termasuk juga dalam berpakaian. Aktivitas
berpakaian sangat penting dalam kehidupan manusia. Karena pakaian adalah
kebutuhan primer bagi manusia. Berpakaian juga merupakan kegiatan dalam
pembelajaran bina diri bagi anak cerebral palsy. Karena kesulitan motorik dari
anak cerebral palsy yang mengakibatkan kesulitan berpakaian ini mengakibatkan
prestasi belajar bina diri anak cerebral palsy rendah.
Penerapan pendekatan kontekstual mendorong guru untuk menghubungkan
antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata. Dan juga mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Menurut Munawir Yusuf, (2011:3)
Maksud dan tujuan CTL atau pembelajaran kontekstual adalah sebagai berikut :
(1) membekali siswa dengan pengetahuan yang lebih bermakna, secara fleksibel
dapat diterapkan dari satu permasalahan ke permasalahan lain dan dari satu
konteks ke konteks lainnya. (2) hasil pembelajaran kontekstual diharapkan dapat
lebih bermakna bagi siswa untuk memecahkan persoalan, berpikir kritis dan
melaksanakan pengamatan serta menarik kesimpulan dalam kehidupan jangka
panjangnya.
Penerapan pendekatan kontekstual yang penulis lakukan dalam penelitian ini
berdasarkan tujuan dari pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual
membekali siswa dengan pengetahuan yang lebih bermakna sehingga siswa dapat
berpikir kritis dalam kehidupan jangka panjangnya. Hal ini menunjukkan bahwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan pembelajaran kontekstual diharapkan dapat menjadikan siswa lebih
meningkat prestasi belajarnya.
Maka dari itu pendekatan kontekstual diperlukan dalam mempelajari bina diri
terutama berpakaian. Melalui pendekatan kontekstual anak dapat melakukan
praktik memakai baju. Dengan hal ini diharapkan anak menyukai pembelajaran
bina diri dan prestasi belajar bina diri anak meningkat.
Penelitian ini selaras dengan teori di atas karena dari hasil prestasi belajar
siswa cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap yaitu rata-rata prestasi
belajar siswa 74,4. Hasil ini telah melebihi KKM yang ditetapkan yaitu 65.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan prestasi belajar bina diri anak cerebral palsy kelas II SDLB Negeri
Gumilir Cilacap. Hal ini terlihat dari hasil prestasi belajar yang meningkat yaitu
hasil dari siklus I pembelajaran menggunakan pendekatan kontekstual nilai rata-
rata anak adalah 62,4. Rata-rata hasil prestasi belajar siswa pada siklus 2 adalah
74,4.
Adapun kelebihan yang dapat ditemukan dari penelitian adalah :
1. Siswa sangat senang dengan penggunaan pendekatan kontekstual sehingga
pembelajaran bina diri menjadi lebih bermakna.
2. Siswa lebih kritis dalam kegiatan belajar mengajar karena interaksi guru
dengan siswa lebih fleksibel. Siswa berkesempatan bertanya jawab dengan
guru dan temannya tentang kegiatan pembelajaran.
Dari beberapa kelebihan tersebut caara memperolehnya adalah penemuan
kelebihan penelitian tersebut berasal dari pengamatan guru dengan guru mitra saat
kegiatan pembelajaran tampak siswa lebih kritis bertanya jawab dengan guru
kelas.
Adapun hambatan penelitian ini adalah :
1. Konsentrasi siswa saat pembelajaran berbeda-beda
2. Penataan meja belajar saat siklus I sangat mengganggu aktivitas siswa
sewaktu praktik memakai baju
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Siswa mulai bosan saat mendengarkan penjelasan guru tentang cara
memakai baju.
Dari beberapa hambatan tersebut peneliti menemukan beberapa cara
mengatasi, yaitu:
1.Guru mengajak siswa berlatih permainan motorik halus sebelum pelajaran
dimulai agar siswa dapat berkonsentrasi sebelum pembelajaran dimulai.
2.Pada siklus II meja dibuat sejajar menghadap guru dan letak meja dipigeser
dari hadapan siswa.
3.Guru memberikan pujian dan hadiah pada anak yang dapat mempraktikkan
memakai baju dengan baik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi
belajar bina diri berpakaian bagi siswa cerebral palsy kelas II di SDLB Negeri
Gumilir Cilacap semester II tahun pelajaran 2011/2012
B. Implikasi
Dari hasil penelitian menunjukkan adanya peninggkatan prestasi belajar
siswa cerebral palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir Cilacap. Penanganan anak
cerebral palsy melalui pendekatan kontekstual yang tepat dan terprogram agar
merekka dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
C. Saran
Keberhasilan penggunaan pendekatan kontekstual dalam kegiatan
pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar Binadiri berpakaian cerebral
palsy kelas II SDLB Negeri Gumilir cilacap dapat dijadikan dasar bagi penulis
untuk memberikan saran kepada :
1.Teman sejawat ( sesama guru )
Pembelajan di kelas hendaknya menggunakan pendekatan kontekstual
yang mengkaitkan antara materi pelajaran dengan situasi dunia nyata siswa,
sehingga dapat mendorong siswa untuk membuat hubungan antar apa yang
didapat dari belajar dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari siswa.
Pembelajan menjadi lebih bermakna, hal ini akan menjauhkan siswa dari
perilaku membuang waktu percuma dalam pembelajaran kontak berarti dengan
lingkungan bisa dirasakan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Siswa
Siswa yang telah mencapai standar ketuntasan dalam pembelajaran,
pendekatan kontekstual tetap sangat dibutuhkan terutama bagi siswa Kelas 2
SDLB Negeri Cilacap karena suatu pembelajaran menjadi bermakna apabila
ada hubungan dengan kehidupan dari keseharian anak.
Bagi siswa yang belum mencapai standar ketuntasan perlu adanya
pemaksimalan penggunaan pendekatan kontekstual, misalnya : dengan media
yang relevan.