akhlak baik buruk

21
BAB I PENDAHULUAN Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu disebut akhlak1 .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar). Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di dalam diri manusia itu sendiri 1

Upload: raisa-alvina

Post on 27-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: akhlak baik buruk

BAB IPENDAHULUAN

Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka

kebiasaannya itu disebut akhlak1 .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang

mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata

taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya.

Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam bertingkah

laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan

kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati

dalam kenyataan hidup keseharian.

Dengan demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam.

Namun sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang

itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah

memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan baik, yakni pembuatan itu

selalu diulang – ulang dengan kecenderungan hati (sadar).

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,

pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan

tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.

Semua yang telah dilakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang terdapat di

dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan mana

yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna,

mana yang cantik dan mana yang buruk. bahwasanya ilmu akhlak adalah ilmu tentang

kebaikan dan cara mengikutinya, tentang kejahatan dan cara untuk menghindarinya

1

Page 2: akhlak baik buruk

BAB II

PEMBAHASAN

1. TAFSIR AYAT-AYAT TENTANG AKHLAK

a. Surah Al-Maidah, ayat 8

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu

menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah

sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku

tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan

bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu

kerjakan.”

Mufrodat:

FIRMAN Allah SWT bermaksud:

Antara misi utama Islam diutuskan kepada seluruh alam untuk menyebarkan

pesan keadilan dan keseksamaan dalam kehidupan manusia sejagat. pesanj ini yang

mengiringi perutusan nabi dan rasul kepada kaum masing-masing.

2

Page 3: akhlak baik buruk

Justru, Islam menganjurkan umatnya melaksanakan keadilan dalam setiap aspek

kehidupan mereka. Tambahan pula, perintah itu datang seiringan dengan sifat Allah

sendiri yang Maha Adil dan mengharamkan Zat-Nya daripada melakukan kezaliman.

Diriwayatkan dalam hadis yang bermaksud: “Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya

Aku telah mengharamkan sifat kezaliman dalam ZatKu dan Aku juga mengharamkan

sifat itu di kalangan kamu. Oleh itu, jangan kamu zalim menzalimi antara sesama kamu.”

(Hadis riwayat Muslim)

Adil membawa arti meletakkan sesuatu pada tempatnya, bukan seperti difahami

kebanyakan umat Islam kini bahawa adil itu sama rata atau persamaan hak. Dalam al-

Quran, ada banyak ayat suci membicarakan mengenai keadilan supaya dapat dijulang

untuk mendasari setiap ruang hidup manusia sejagat.

Perlu diingat, keadilan yang ditawar-tawarkan Islam tidak terhadap kepada

golongan pemimpin saja tetapi semua lapisan masyarakat Islam terdiri daripada suami

isteri, penjual dan pembeli, sesama Muslim dan antara pemimpin dengan rakyatnya.

Oleh itu, setiap warga Muslim yang melafazkan dua kalimah syahadah

sewajarnya menjulang tinggi perintah Ilahi ini supaya konsep keadilan dapat

direalisasikan dan ditegakkan dalam masyarakat sejagat.

Pada masa sama, Allah memberi amaran kepada umat Islam supaya jangan

terperangkap dengan penyakit hati seperti dengki dan kebencian yang akan

mengakibatkan keruntuhan serta kehancuran bangsa itu sendiri.

3

Page 4: akhlak baik buruk

b. Surah Ali-Imran, ayat 159

Artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap

mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka

menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah

ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.

Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada

Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya.”

Mufrodat:

FIRMAN Allah SWT bermaksud:

Ayat ini diturunkan kepada Rasulullah SAW dengan tujuan membentuk peribadi

sahabat serta pengikutnya yang terdiri daripada pelbagai karakter dan sikap. Dengan

panduan ayat ini diharapkan semua matlumat perjuangan dapat dicapai, membuahkan

hasil membanggakan dalam waktu singkat.

Setelah ayat ini dihayati dan diterapkan oleh Rasulullah, terbukti hanya dalam

tempoh 23 tahun Baginda berhasil membentuk sebuah masyarakat Arab jahiliah sebagai

masyarakat yang makmur penuh berbagai dimensi kecemerlangan dalam segenap aspek

kehidupan.

4

Page 5: akhlak baik buruk

Selaras seruan al-Quran kepada umat Islam supaya menghiaskan diri dengan sifat

lemah lembut, maka dalam masa sama umatnya juga diperintahkan supaya

menghindarkan diri daripada segala bentuk caci maki, prasangka buruk, tidak menerima

pandangan orang lain, apalagi perbuatan yang mengakibatkan fitnah memfitnah antara

sesama umat.

Diujung ayat ini tuhan memberikan sanjungan tinggi, kepada rasulnya diberi dua

gelar RAUF dan RAHIM yang berarti sangat pengasih, penyantun dan penghiba serta

sangat penyayang. Kedua nama RAUF dan RAHIM itu adalah sifat-sifat tuhan, asma

tuhan, termasuk didalam Asma’ul Husna yang 99 banyaknya. Rahmat allah yang telah

digulingkan kepadanya telah beliau laksanakan dengan baik, sehingga talah menjadikan

sikap hidup dan perangainya. Sehingga tuhan sendiri memberinya gelar dengan asma

tuhan, disnilah bertemu apa yang kerap kali dianjurkan oleh ahli-ahli tasawuf yaitu

supaya manusia berusaha membuat dirinya meniru sifat-sifat allah yang patut ditiru.

Maka didalam ayat yang tengah kita tafsirkan ini bertemulah kata-kata tuhan

memuji nabinya dengan halus dan penuh hormat, bahwasanya sikap lemah lembut beliau

terhadap umat setebal itu, tidak lain karena rahmat allah yang menjelma didalam dirinya.

Rahmat allah telah menjadikan sifat Rahim.

Menurut Kamus Dewan, lemah lembut didefinisikan sebagai elok perangai, halus

budi pekerti, baik hati, berwajah ceria dan berlapang dada. Sifat luhur inilah yang

menghiasi peribadi Rasulullah sehingga berjaya menyampaikan kalimah Allah di muka

bumi ini.

5

Page 6: akhlak baik buruk

Wawasan Al-Qur'an Tentang Akhlak dan EtikaA. Pendahuluan

Istilah akhlak dan etika tidak bisa disamakan. Banyak orang yang beranggapan

bahwa etika adalah bagian atau sinonim dari pada akhlak. Jika kita telaah akhlak

lebih luas maknanya dari pada etika. Akhlak lebih bersifat batiniah (melekat di

dalam jiwa manusia) dan mencakup berbagai aspek dimulai dari akhlak terhadap

Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan,

dan benda-benda tak bernyawa). Akhlak menempati posisi yang sangat penting

dalam Islam, sehingga setiap aspeknya selalu berorientasi pada pembentukan

dan pembinaan akhlak yang mulia, yang lazim disebut akhlakul karimah. Kaum

muslim mempunyai suriteladan dalam berakhlakul karimah. Nabi Muhammad

SAW. merupakan orang yang berakhalakul karimah. Sesuai dengan sabda

Rasulullah SAW. yang diriwayatkan oleh ahmad, Baihaqi, dan Malik yang artinya

aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Sedangkan etika hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriah dan dibatasi pada

aspek sopan santun antar sesama manusia. Etika diartikan sebagai watak

kesusilaan atau adat kebiasaan. Jika kita membahas tentang etika biasanya

dikaitkan dengan kata moral. Yang juga diartikan sebagai adat kebiasaan atau

cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan) dan

menghindari hal-hal tindakan yang buruk.

Berdasarkan uraian di atas kami akan menguraikan lebih lanjut tentang wawasan

al-qur’an tentang akhlak dan etika. Semoga dengan adanya pemaparan berikut

dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan kita dan bias dijadikan bahan

referensi pengetahuan agama.

B. Pembahasan

1. Wawasan AL-Qur’an tentang Akhlak.

Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata al-khuluq atau al-khulq, yang

secara etimologis berarti tabiat, budi pekerti, kebiasaan atau adat, keperwiraan,

kesatriaan, kejantanan, agama, dan kemarahan (al-gadlab).

Kata akhlak dalam Al-Qur’an tidak disebutkan dalam bentuk tunggal, tetapi

dalam bentuk jamak yaitu khuluq. Seperti pada Al-qur’an surat Asy-Syu’ara ayat

137 yang berbunyi khuluq al-awwalin yang artinya adat istiadat orang-orang

terdahulu; dan Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4 yang berbunyi wa innaka la’alaa

khuluqi adziimin yang artinya sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di

atas budi pekerti yang agung.

6

Page 7: akhlak baik buruk

Akhlak sebagai kelakuan manusia sangat beragam. Hal ini sesuai dengan firman

Allah SWT. Inna sa’yakum lasyttaa yang artinya sesungguhnya usaha kamu (hai

manusia) pasti amat beragam. (QS. Al-Lail [92] : 4 )

Keanekaragaman akhlak dapat ditinjau dari berbagai sudut, antara lain nilai

kelakuan yang berkaitan dengan baik dan buruk, serta dari objeknya yakni

kepada siapa kelakuan itu ditujukan. Berikut ini adlah uraian mengenai akhlak

ditinjau dari nilai kelakuan baik dan buruk serta sasaran akhlak (dilihat dari segi

objeknya).

a. Baik dan Buruk.

Secara konkrit kita melihat bahwa ada manusia yang berkelakuan baik dan

sebaliknya, ada yang berkelakuan buruk. Ini berarti bahwa manusia memiliki

potensi untuk berbuat baik dan buruk. Di antara ayat Al-Qur’an yang

menguraikan hal ini adalah Al-Qur’an surat Al-Balad ayat 10 yang berbunyi:

Artinya : “Maka kami telah member petunujuk kepadanya (manusia) dua jalan

mendaki (baik dan buruk).” (QS. Al-Balad [90]: 10).

dan Al-Qur’an surat Asy-Syam ayat 7-8 yang berbunyi :

Artinya : ”…dan (demi) jiwa serta penyempurnaan ciptaannya, maka Allah

mengilhami (jiwa manusia) kedurhakaan dan ketakwaan.” (QS. Asy-Syam [91]:

7-8)

Walaupun demikian sejatinya fitrah manusia adalah kecenderungan untuk

berbuat kebaikan. Hal ini terbukti dari persamaan konsep-konsep pokok moral

pada setiap peradaban dan zaman. Kalaupun terjadi perbedaan terletak pada

bentuk, penerapan, atau pengertian yang tidak sempurna terhadap konsep-

konsep moral, yang disebut ma’ruf dalam bahasa Al-Qur’an. Tidak ada

peradaban yang menganggap baik kebohongan, penipuan, atau keangkuhan.

Pun tidak ada manusia yang menilai bahwa penghormatan kepada kedua orang-

tua adalah buruk. Hal ini sesuai denagn Al-Quran surat Al-Isra ayat 23-24 yang

memerintahkan kepada seorang anak agar menghormati kedua orang tuanya,

terlebih jika usia mereka sudah tua uzur, karena boleh jadi mereka akan

melakukan hal-hal yang menjengkelkan). Anak dilarang berkata uf (cis), dan

harus memilih kata-kata yang baik, sambil merendahkan diri kepada keduanya.

Kembali pada persoalan kecenderungan manusia untuk berbuat kebajikan,

sebagian ulama menjadikan Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 286 sebagai bukti

bahwa manusia tidak akan sulit melakukan kebajikan, berbeda halnya dengan

melakukan keburukan. Firman Allah SWT:

Artinya : “Untuk manusia ganjaran bagi perbuatan baik yang dilakukannya dan

sanksi bagi perbuatan (buruk) yang dilakukannya.”

7

Page 8: akhlak baik buruk

Dalam terjemahan di atas terlihat bahwa kalimat "yang dilakukan" terulang dua

kali: yang pertama adalah terjemahan dari kata kasabat dan kedua terjemahan

dan kata iktasabat.

Syaikh Muhammad Abduh dalam tafsir Al-Manar menyatakan kataiktasabat, dan

semua kata yang berpatron demikian, member arti adanya semacam upaya

sungguh-sungguh dari pelakunya, berbeda dengan kasabat yang berarti

dilakukan dengan mudah tanpa pemaksaan. Dalam ayat di atas, perbuatan-

perbuatan manusia yang buruk dinyatakan dengan iktasabat, sedangkan

perbuatan yang baik dengan kasabat. Ini menandakan bahwa fitrah manusia

pada dasarnya cenderung kepada kebaikan, sehingga dapat melakukan

kebaikan dengan mudah. Berbeda halnya dengan keburukan yang harus

dilakukannya dengan susah payah dan keterpaksaan (ini tentu pada saat fitrah

manusia masih berada dalam kesuciannya).

Potensi yang dimiliki manusia untuk melakukan kebaikan dan keburukan, serta

kecenderungannya yang mendasar kepada kebaikan, seharusnya mengantarkan

manusia memperkenankan perintah Allah (agama-Nya) yang dinyatakan-Nya

sesuai dengan fitrah (asal kejadian manusia). Dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat

30 dinyatakan bahwa:

Artinya : “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Al1ah).

Itulah fithrah Allah yang telah menciptakan.” (QS. Ar-Rum [30]: 30)

Di sisi lain, karena kebajikan merupakan pilihan dasar manusia, kelak di hari

kemudian pada saat pertanggungjawaban, sang manusia dihadapkan kepada

dirinya sendiri:

Artinya: “Bacalah kitab amalmu (catatan perbuatanmu); cukuplah engkau sendiri

yang melakukan perhitungan atas dirimu.” (QS Al-Isra' [17]: 14).

b. Sasaran Akhlak.

Sasaran akhlak Islamiyah meliputi:

1) Akhlak terhadap Allah

Titik tolak akhlak terhadap Allah adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada

Tuhan melainkan Allah. Dia memiliki sifat-sifat terpuji; demikian agung sifat itu,

yang jangankan manusia, malaikat pun tidak akan mampu menjangkau hakikat-

Nya. Oleh sebab itu Al-Quran mengajarkan kepada manusia untuk memuji-Nya,

Wa qul al-hamdulillah (Katakanlah"al-hamdulillah"). Dalam Al-Quran surat An-

Naml (27): 93, secara tegas dinyatakan-Nya bahwa,

Artinya: “Dan katakanlah, "Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan

kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan

Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS. AN-Naml [27]: 93)

8

Page 9: akhlak baik buruk

Artinya: “Mahasuci Allah dan segala sifat yang mereka sifatkan kepada-Nya,

kecuali (dari) hamba-hamba Allah yang terpilih.” (QS. Ash-Shaffat [37]: 159-160).

Teramati bahwa semua makhluk kecuali nabi-nabi tertentu selalu menyertakan

pujian mereka kepada Allah dengan menyucikan-Nya dari segala kekurangan.

Artinya: “Dan para malaikat menyucikan sambil memuji Tuhan mereka.” (QS.

Asy-Syura [42]: 5).

Artinya: “Guntur menyucikan (Tuhan) sambil memuji-Nya.” (QS. Ar-Ra'd [13]:

13).

Artinya: “Dan tidak ada sesuatu pun kecuali bertasbih (menyucikan Allah) sambil

memuji-Nya.” (QS. Al-Isra' [17]: 44).

Semua itu menunjukkan bahwa makhluk tidak dapat mengetahui dengan baik

dan benar betapa kesempurnaan dan keterpujian Allah Swt. Itu sebabnya

mereka sebelum memuji-Nya bertasbih terlebih dahulu dalam arti menyucikan-

Nya. Jangan sampai pujian yang mereka ucapkan tidak sesuai dengan

kebesaran-Nya. Bertitik tolak dari uraian mengenai kesempurnaan Allah, tidak

heran kalau Al-Quran memerintahkan manusia untuk berserah diri kepada-Nya,

karena segala yang bersumber dari-Nya adalah baik, benar, indah, dan

sempurna.

Tidak sedikit ayat Al-Quran yang memerintahkan manusia untuk menjadikan

Allah sebagai "wakil". Misalnya firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Muzzammil

ayat 9 yang Artinya: “(Dialah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan

melainkan Dia, maka jadikanlah Allah sebagai wakil pelindung).” (QS. Al-

MUzammil [73]: 9)

2) Akhlak terhadap Sesama Manusia.

Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan

terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya dalam

bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh, menyakiti badan,

atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan juga sampai kepada

menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang di belakangnya, tidak

peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada

yang disakiti hatinya itu.

Yang Artinya: “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada

sedekah yang disertai dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si

penerima).” (QS. Al-Baqarah [2]: 263).

Di sisi lain Al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan

secara wajar. Nabi Muhammad SAW. misalnya dinyatakan sebagai manusia

seperti manusia yang lain, namun dinyatakan pula bahwa beliau adalah Rasul

yang memperoleh wahyu dari Allah. Atas dasar itulah beliau berhak memperoleh

9

Page 10: akhlak baik buruk

penghormatan melebihi manusia 1ain. Karena itu, Al-Quran berpesan kepada

orang-orang Mukmin:

Artinya: “Jangan meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi(saat berdialog),

dan jangan pula mengeraskan suaramu (di hadapannya saat beliau diam)

sebagaimana (kerasnya) suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain...”

(QS. Al-Hujurat [49]: 2).

Artinya: “Janganlah kamu jadikan panggilan (nama) Rasul di antara kamu,

seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain).” (QS. An-Nur

[24]: 63).

Petunjuk ini berlaku kepada setiap orang yang harus dihormati.

Al-Quran juga menekankan perlunya privasi (kekuasaan atau kebebasan

pribadi).

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang

bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin dan memberi salam kepada

penghuninya.” (QS. An-Nur [24]: 27).

Dalam surat lain dijelaskan yang Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,

hendaklah budak-budak lelaki dan wanita yang kamu miliki, dan orang-orang

yang belum balig di antara kamu meminta izin kepada kamu tiga kali (yaitu

waktu) sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)-mu di

tengah hari, dan sesudah shalat isya ...” (QS. An-Nur [24): 58).

Salam yang diucapkan itu wajib dijawab dengan salam yang serupa, bahkan

juga dianjurkan agar dijawab dengan salam yang lebih baik.” (QS. An-Nisa' [4]:

86)

Setiap ucapan haruslah ucapan yang baik, Al-Quran memerintahkan, yang

Artinya: “Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. A1-Baqarah

[2]: 83).

Bahkan lebih tepat jika kita berbicara sesuai dengan keadaan dan kedudukan

mitra bicara, serta harus berisi perkataan yang benar,sebagaimana dijelaskan

dalam Al Qur’an yang Artinya: “Dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-

Ahzab [33]: 70).

Akhlak terhadap sesama manusia juga meliputi akhlak terhadap orang tua, dan

dijelaskan dalam Al Qur’an surat Al Israa’ : 23-24

Artinya: “Dan Tuhanmu menetapkan bahwa janganlah kamu menyembah

melainkan kepadaNya, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak. Jika sampai salah

seorang mereka itu atau keduanya telah tua dalam pemeliharaanmu (berusia

lanjut), maka janganlah engkau katakan kepada keduanya “ah”, dan janganlah

engkau bentak keduanya, dan berkatalah kepada keduanya perkataan yang

mulia. “Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih

10

Page 11: akhlak baik buruk

sayang, dan ucapkanlah, “Hai Tuhanku, kasihanilah keduanya, sebagaimana

mereka telah memeliharaku waktu kecil”. ( QS. Al Isra’: 23-24)

Sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah, kita diharuskan untuk menyembah

hanya kepadaNya. Kita dilarang berbuat yang tidak baik kepada orang tua,

bahkan untuk berkata “ah” saja kita dilarang. Ada pepatah yang mengatakan

Surga ada ditelapak kaki Ibu. Saat orang tua kita sudah berusia lanjut, mereka

membutuhkan kita (sebagai anak) untuk merawat mereka dengan penuh kasih

sayang seperti mereka saat merawat kita dari kecil hingga sekarang. Diwajibkan

bagi kita untuk berdoa kepada Allah SWT dan meminta kepadaNya untuk

kebahagian mereka di dunia maupun di akhirat.

Selain itu akhlak terhadap orang tua juga dijelaskan dalam surat Al Ahqaaf : 15

Artinya: “Dan Kami telah perintahkan manusia untuk berbuat baik kepada ibu-

bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan kepayahan dan melahirkannya

dengan kepayahan (pula). Dia mengandungnya sampai masa menyapihnya tiga

puluh bulan, sehingga apabila anak itu mencapai dewasa dan mencapai usia

empat puluh tahun, dia berkata, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk supaya aku

mensyukuri nikmatMu yang Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ibu

bapakku dan supaya aku dapat mengerjakan amal saleh yang Engkau

meridhainya, dan berilah kebaikan kepadaku (juga) pada keturunanku.

Sesungguhnya aku taubat kepada-Mu dan sesungguhnya aku termasuk orang-

orang yang berserah diri (muslim)”.

Ayat ini juga menyuruh kita untuk berbuat baik kepada orang tua, karena suatu

hari nanti kita pun akan menjadi orang tua yang mana akan memiliki keturunan,

maka hendaknya kita bertaubat dan mensyukuri atas apa yang dianugerahkan

Allah SWT pada kita dan selalu mengerjakan amal sholeh seperti yang telah di

perintahkan Allah SWT. Serta tak lupa juga kita berdoa kepada-Nya, agar kita

dan keturunan-keturunan kita selalu diberi kebaikan oleh Allah.

Pada kenyataannya, fenomena yang terjadi dimasyarakat pada zaman modern

seperti sekarang ini, seringkali orang tua diperlakukan sebagai pembantu bukan

diperlakukan selayaknya sebagai orang tua. Misalnya seorang anak yang sudah

sukses dan berkeluarga biasanya anaknya dititipkan pada orang tuanya untuk

mengasuh dan merawat anaknya dengan alasan mereka sibuk bekerja.

Fenomena lain yang terjadi di masyarakat adalah perilaku anak yang berakhlak

madzmumah, hal ini dapat diatasi dengan cara mengingatkan secara terus –

menerus, mencari sebab mengapa anak tersebut berperilaku yang tidak baik,

kemudian menentukan langkah – langkah yang sesuai dengan

permasalahannya.

11

Page 12: akhlak baik buruk

3) Akhlak terhadap Lingkungan

Yang dimaksud lingkungan di sini adalah segala sesuatu yang berada di sekitar

manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa.

Binatang, tumbuhan, dan benda-benda tak bernyawa semuanya diciptakan oleh

Allah Swt. dan menjadi milik-Nya, serta semuamemiliki ketergantungan kepada-

Nya. Keyakinan ini mengantarkan sang Muslim untuk menyadari bahwa

semuanya adalah "umat" Tuhan yang harus diperlakukan secara wajar dan baik.

Karena itu dalam Al-Quran surat Al-An'am (6): 38 ditegaskan bahwa binatang

melata dan burung-burung pun adalah umat seperti manusia juga, sehingga

semuanya --seperti ditulis Al-Qurthubi (W. 671 H) di dalam tafsirnya-- "Tidak

boleh diperlakukan secara aniaya."

Jangankan dalam masa damai, dalam saat peperangan pun terdapat petunjuk

Al-Quran yang melarang melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap

manusia dan binatang, bahkan mencabut atau menebang pepohonan pun

terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi itu pun harus seizin Allah, dalam arti

harus sejalan dengan tujuan-tujuan penciptaan dan demi kemaslahatan terbesar.

Sebagaimana yang diterangkan dalam Al Qur’an yang Artinya: “Apa saja yang

kamu tebang dari pohon (kurma) atau kamu biarkan tumbuh, berdiri di atas

pokoknya, maka itu semua adalah atas izin Allah ...” (QS. Al-Hasyr [59]: 5).

2. Wawasan Al-Qur’an tentang Etika.

Dalam hal ini kami akan menguraikan etika pergaulan menurut Al-Qur’an. Akhlak

dalam agama tidak dapat disamakan dengan etika, etika dibatasi pada sopan

santun antar sesama manusia, serta berkaitan dengan tingkah laku lahiiriyah

saja. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak bisa lepas dari etika. Sesuai dengan

definisi dari etika itu sendiri yakni berkaitan dengan cara hidup seseorang. Kami

mengambil ayat dari Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 10-13 dalam memaparkan

etika pergaulan ini. Allah SWT. Berfirman yang Artinya: “10.orang-orang beriman

itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan)

antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu

mendapat rahmat.11. Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan

orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan

itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan

merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan

janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran

yang mengandung ejekan. seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang

buruk sesudah imandan Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah

orang-orang yang zalim.12. Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan

12

Page 13: akhlak baik buruk

purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. dan

janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu

sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging

saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan

bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi

Maha Penyayang.13. Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa –

bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya

orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa

diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.

Dalam ayat 10 Allah menggunakan kata bukan اخوة kata . اخوان Dari segi

kandungan makna ternyata terdapat perbedaan arti antara keduanya, meskipun

sama-sama merupakan bentuk jamak dari kata tunggal .اخ Kata اخوة menunjukan arti saudara sekandung[12]. Sedangkan berarti اخوان teman

sejawat. Disini al-Qur’an menganggap persaudaraan dalam satu agama

bagaikan persaudaraan dalam satu nasab, dan Islamlah sebagai orang tuanya.

Pada ayat 10 Allah menegaskan bahwa orang-orang mukmin adalah

bersaudara. Meskipun berbeda bangsa, adat, warna kulit, bahasa, kedudukan,

social-ekonomi, tetapi mereka itu satu ikatan persaudaraan islam. Oleh karennya

sesama orang mukmin harus mempunyai jiwa persaudaraan yang kokoh

sebagaimana diajarkan agamanya yaitu Islam.

Kandungan ayat 11 merupakan konsekuensi logis dari makna yang terkandung

pada ayat 10. Pada ayat 10 orang mukmin itu bersaudara, maka konsekuensinya

orang-orang mukmin tidak boleh saling mengolok-olok. Sebab boleh jadi orang-

orang mukmin yang diperolok-olok itu lebih baik dari oarng yang mengolok-olok.

Demikian juga orang mukminah.

Olok-olok disini dapat berupa ejekan atau perkataan, sindiran dan kelakar yang

bersifat merendahkan diri atau menghinanya. Itu semua dapat menimbulkan

pertengkaran atau perkelahian. Oleh karena itu Allah melarang orang-orang

mukmin saling memperolok-olok yang lain agar terbina persaudaraan, kesatuan,

persatuan dikalangan orang mukmin.

Pada ayat 11 juga orang mukmin dilarang mengolok-olok diri sendiri. Ahli tafsir

menjelaskan mengolok-olok diri sendiri maksudnya mengolok sesama mukmin

karan antara sesama muslim itu satu tubuh. Begitupun di ayat ini Allah melarang

orang mukmin memanggil orang mukmin lain dengan panggilan atau sebutan

yang buruk. Yaitu sebutan yang tidak disukai oleh orang yang dipanggil atau

digelarinya. Seperti memanggil orang beriman dengan panggilan “hai Fasik” atau

13

Page 14: akhlak baik buruk

“hai Kafir”. Dalam ayat ini Allah memperingatkan kepada orang yang berbuat

kesalahan harus segera taubat.

Masih dalam kerangka membina persaudaraan orang-orang mukmin. Dalam

ayat 12 Allah melarang orang-orang yang beriman cepat berperasangka. Sebab

sebagian perasangka itu adalah dosa, karena itu harus di jauhi. Dalam ayat ini

juga Allah melarang oarng mukmin mencari-cari kesalahan orang lain,

menggunjing, menceritakan keburukan orang lain (ghibah).Allah

menggambarkan orang yang begitu bagaikan seseorang yang makan daging

mentah, yang sebenarnya dia sendiri tidak menyukainya.

Al-Qur’an surat Al-Hujarat ayat 13 menegaskan kepada semua manusia bahwa

ia diciptakan Allah dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Menciptakan

manusia secara pluralistic, beraneka bangsa, suku, bahasa, budaya dan warna

kulit. Keanekaragaman dan kemajemukan manusia seperti itu adalah bukan

untuk berpecah belah, saling membanggakan kedudukan, yang satu lebih

terhormat dari yang lainnya akan tetapi supaya saling mengenal, bersilaturahmi,

berkomunikasi, saling member dan menerima. Suatu hal penting bahwa semua

manusia itu sama di hadapan Allah, yang membedakan derajat mereka adalah

ketaqwaannya kepada Allah SWT.

C. Kesimpulan

Dari uraian di atas kami menyimpulkan bahwa :

1. Kedudukan akhlak dijadikan sebagai tolok ukur tingkat keberagamaan

seseorang.

2. Etika pergaulan menurut Al-Qur’an erat kaitannya dengan sikap toleransi. Kita

dianjurkan untuk bertoleransi kepada sesama manusia bahkan dengan orang

berlainan akidah. Akan tetapi toleransi tersebut tidak berlaku jikalau menyangkut

urusan agama.

3. Membina akhlak pada anak dapat dilakukan dengan cara menanamkan akhlak

yang baik pada anak sejak usia dini agar selalu terbiasa dengan akhlak yang

baik.

c. Surah Al-Qalam, ayat 4

Artinya:

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung”

14

Page 15: akhlak baik buruk

Mufrodat:

Budi pekerti adalah sikap hidup, atau karakter atau perangai. Dibawa oleh

latihan atau kesanggupan mengendalikan diri. Mula-mulanya latihan dari sika

sadar akan yang baik adalah baik dan yang buruk adalah buruk. Lalu dibiasakan

berbuat itu , kemudian menjadilah dia adat kebiasaan. Tidak mau lagi

mengerjakan yang buruk, selalu mengerjakan yang baik dan lebih baik.

Dikatakan orang bahwasanya budi pekerti itu adalah gabungan dua sikap.

Yaitu sikap tubuh dan batin, pekerti dalam hidup. Sehingga apa yang di perbuat

tidak ada yang menyinggung undang-undang budi yang halus.

Disini budi jadi isi jiwa atau makna yang terkandung dalam hati lalu

diucapkan dengan bahasa yang terpilih dari sinilah sebabnya maka ilmu sutera

yang halus, baik puisi (nazam), atau prosa (natsar) disebut orang ilmu adab,

menjadi sebagian dari budi juga.

Keteguhan sikap Nabi Muhahammad saw yang tenang dan tentram serta

kesabaran beliau yang amat besar ketika orang menuduhnya orang gila, beliau

tidak marah dan tidak kehilangan akal, itupun termasuk budi yang sangat agung.

Keberhasilan Nabi Muhammad saw dalam melakukan dakwah ialah karena

kesanggupannya.

BAB III

KESIMPULAN

Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila membiasakan sesuatu maka

kebiasaannya itu disebut akhlak1 .Jadi pemahaman akhlak adalah seseorang yang

15

Page 16: akhlak baik buruk

mengeri benar akan kebiasaan perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata – mata

taat kepada Allah dan tunduk kepada-Nya.

Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,

pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan

tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.

Budi pekerti adalah sikap hidup, atau karakter atau perangai. Dibawa oleh latihan

atau kesanggupan mengendalikan diri. Mula-mulanya latihan dari sika sadar akan yang

baik adalah baik dan yang buruk adalah buruk. Lalu dibiasakan berbuat itu , kemudian

menjadilah dia adat kebiasaan. Tidak mau lagi mengerjakan yang buruk, selalu

mengerjakan yang baikdan lebih baik.

16