73899180 laporan praktikum mikrobiologi umum pewarnaan sel bakteri dan jamur dan pewarnaan endospora

Upload: azyzah

Post on 19-Oct-2015

198 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

LABORATORIUM INFO

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM

    PEWARNAAN SEL (BAKTERI DAN JAMUR) DAN PEWARNAAN

    ENDOSPORA

    KELOMPOK I

    Ahmad Soni

    0810910002

    LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

    JURUSAN BIOLOGI

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA

    MALANG

    2010

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena

    selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Selain itu

    bakteri yang hidup akan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut

    disuspensikan. Sedangkan, untuk mengatasi hal tersebut maka

    dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri, sehingga sel dapat

    terlihat jelas dan mudah diamati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel

    bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-

    penelitian mikrobiologi. Prinsip dasar dari pewarnaan ini adalah adanya

    ikatan ion antara komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari

    pewarna yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan

    listrik baik pada komponen seluler maupun pada pewarna. Berdasarkan

    adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa.

    Teknik pewarnaan gram tersebut dapat menghasilkan warna merah dan

    ungu, bakteri gram negatif ditandai dengan pewarnaan merah sedangkan

    yang positif berwarna ungu (Levine, 2000).

    Praktikum persiapan pembuatan apusan dan teknik pewarnaan gram

    sangat penting dilakukan karena untuk pengamatan biakan dari koloni

    mikroba dan biakan jamur dapat dilakukan dengan mudah dan baik.

    Pewarnaan ini bertujuan untuk memberikan warna pada bakteri pada

    akhirnya dapat diidentifikasi dengan mudah. Selain itu, ada endospora yang

    bisa diwarnai. Endospora adalah organisme yang dibentuk dalam kondisi

    yang stres karena kurang nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap

    berlanjut di lingkungan sampai kondisi menjadi baik (Pelczar dan Chan,

    2007).

  • 1.2 Tujuan

    Tujuan dilakukannya praktikum mengenai pewarnaan sel (bakteri

    dan jamur) dan pewarnaan endospora ini antara lain :

    1) Mempelajari teknik pembuatan sediaan apusan (preparat)

    2) Mempelajari proses pewarnaan struktur sel bakteri3) Mempelajari bentuk-bentuk dan struktur sel bakteri4) Memahami pentingnya setiap langkah dalam prosedur pewarnaan dan memahami reaksi kimiawi di dalam prosedur

    tersebut

    5) Mempelajari proses pewarnaan struktur sel jamur (kapang)

    6) Mempelajari bentuk-bentuk dan struktur sel jamur (kapang)

    7) Memahami pentingnya setiap langkah dalam prosedur pewarnaan dan memahami reaksi kimiawi di dalam prosedur

    tersebut

    1.3 Manfaat

    Manfaat yang diperoleh setelah mengikuti praktikum mengenai

    pewarnaan sel bakteri dan pewarnaan endospora ini adalah praktikan

    akan mempunyai keterampilan dan keahlian dalam hal pewarnaan sel

    bakteri dan pewarnaan endospora yang banyak dilakukan dalam

    laboratorium-laboratorium mikrobiologi dengan metode yang

    disesuaikan dengan alat dan biaya yang ada.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Bakteri merupakan organisme prokariot. Umumnya ukuran bakteri

    sangat kecil, bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan

    mikroskop dengan pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel

    bakteri memiliki panjang yang beragam, sel beberapa spesies dapat

    berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel spesies yang lain. Bakteri

    merupakan makhluk hidup dengan ukuran antara 0,1 sampai 0,3 m. Bentuk

    bakteri bermacam macam yaitu elips, bulat, batang dan spiral. Bakteri

    lebih sering diamati dalam olesan terwarnai dengan suatu zat pewarna kimia

    agar mudah diamati atau dilihat dengan jelas dalam hal ukuran, bentuk,

    susunan dan keadaan struktur internal dan butiran. Sel sel individu bakteri

    dapat berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris), atau spiral (heliks)

    (Pelczar & Chan, 2007).

    Pewarnaan bakteri bertujuan untuk memudahkan melihat bakteri

    dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk melihat

    struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan vakuola,

    menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada bakteri dengan

    zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme dengan sekitarnya.

    Teknik pewarnaan warna pada bakteri dapat dibedakan menjadi tiga macam

    yaitu pengecatan sederhana, pengecatan diferensial dan pengecatan

    struktural. Pemberian warna pada bakteri atau jasad- jasad renik lain dengan

    menggunakan larutan tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis, atau olesan,

    yang sudah difiksasi, dinamakan pewarnaan sederhana. Prosedur pewarnaan

    yang menampilkan perbedaan di antara sel-sel mikroba atau bagian-bagian

    sel mikroba disebut teknik pewarnaan diferensial (Pelczar & Chan, 2007).

    Zat warna adalah senyawa kimia berupa garam-garam yang salah satu

    ionnya berwarna. Garam terdiri dari ion bermuatan positif dan ion

    bermuatan negatif. Senyawa-senyawa kimia ini berguna untuk membedakan

    bakteri-bakteri karena reaksinya dengan sel bakeri akan memberikan warna

    berbeda. Perbedaan inilah yang digunakan sebagai dasar pewarnaan bakteri.

  • Sel-sel warna dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu asam dan basa. Jika

    warna terletak pada muatan positif dari zat warna, maka disebut zat warna

    basa. Jika warna terdapat pada ion negatif, maka disebut zat warna asam.

    Contoh zat warna basa adalah methylen blue, safranin, netral red, dan lain-

    lain. Sedangkan anionnya pada umumnya adalah Cl-, SO4-, CH3COO-,

    COOHCOO?. Zat warna asam umumnya mempunyai sifat dapat bersenyawa

    lebih cepat dengan bagian sitoplasma sel sedangkan zat warna basa mudah

    bereaksi dengan bagian-bagian inti sel. Pewarnaan bakteri dipengaruhi oleh

    faktor-faktor seperti : fiksasi, peluntur warna, substrat, intensifikasi

    pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup (Sutedjo, 1991).

    Prinsip dasar dari pewarnaan adalah adanya ikatan ion antara

    komponen selular dari bakteri dengan senyawa aktif dari pewarna yang

    disebut kromogen. Ikatan ion dapat terjadi karena adanya muatan listrik baik

    pada komponen seluler maupun pada pewarna. Terdapat tiga mcam metode

    pewarnaan yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan diferensial dan

    pewarnaan gram. Pewarnaan sederhana menggunakan pewarna tunggal,

    pewarnaan diferensial memakai serangkaian larutan pewarna atau reagen.

    Pewarnaan gram merupakan metode pewarnaan yang paling umum

    digunakan untuk mewarnai sel bakteri (Umsl, 2008).

    Zat pewarna adalah garam yang terdiri atas ion positif dan ion negatif,

    salah satu di antaranya berwarna. Pada zat warna yang bersifat basa, warna

    terdapat pada ion positif (zat pewarna+ Cl-) dan pada pewarna asam, warna

    akan terdapat pada ion negatif (zat pewarna- Na+). Hubungan antara bakteri

    dengan zat pewarna basa yang menonjol disebabkan terutama oleh adanya

    asam nukleat dalam jumlah besar dalam protoplasma sel. Jadi, jika bakteri

    itu diwarnai, muatan negatif dalam asam nukleat bakteri akan bereaksi

    dengan ion positif zat pewarna basa, Kristal violet, safranin dan metilin blue

    adalah beberapa zat pewarna basa yang biasa digunakan. Sebaliknya zat

    pewarna asam ditolak oleh muatan negatif bakteri menyeluruh. Jadi,

    mewarnai bakteri dengan zat pewarna asam akan menghasilkan hanya

    pewarnaan pada daerah latar belakang saja. Karena sel bakteri tak berwarna

    di atas latar belakang yang berwarna (Volk & Wheeler, 1993).

  • Pewarnaan gram ditemukan pada tahun 1884 oleh seorang dokter

    kebangsaan Denmark Christian Gram (membuat zat pewarna khusus)

    pewarna tersebut merupakan pewarna differensial karena dapat membagi

    bakteri menjadi dua kelompok fisiologi, yang akan memudahkan untuk

    identifikasi. Prosedur pertama dari pewarnaan gram ini adalah memberi

    pewarna kristal violet, setelah 1 menit dibilas dan kemudian akan diberikan

    pewarna yodium, setelah satu menit dibilas dan kemudian akan diberi

    laputan alkohol 95% selama 30 detik, kemudian dibilas dan diberi pewarna

    safranin atau bismarck (untuk buta warna merah) selama 1 menit. Zat

    pewarna kristal violet dan yodium akan membentuk senyawa yang

    kompleks. Beberapa bakteri akan melepaskan zat pewarna dengan mudah

    apabila dicuci dan beberapa bakteri yang lain zat pewarna akan bertahan

    walaupun dicuci dengan alkohol 95%. Bakteri gram positif akan terwarna

    ungu (kristal violet) dan bakteri gram negatif akan terwarna merah

    (safranin) (Umsl, 2008).

    Pewarnaan terhadap bakteri yang paling sering dilakukan adalah

    pewarnaan Gram dan ZiehlNelsen. Pewarnaan tersebut untuk mengetahui morfologi, struktur, dan karakteristik bakteri. Pewarnaan Gram dapat

    mengidentifikasi penyakit infeksi. Prosedur pewarnaan Gram dimulai

    dengan pemberian kristal violet, setelah itu ditambahkan larutan iodium

    maka semua bakteri akan berwarna biru. Setelah itu ditambah alkohol.

    Bakteri Gram positif membentuk kompleks Kristal iodine yang berwarna

    biru. Setelah di tambahkan safranin, bakteri Gram positif akan berwarna

    ungu. Contoh bakteri Gram positif adalah Streptococcus, Bacillus,

    Stapilococcus, Clostridia, Corynebacterium dhypteriae, Peptococcus,

    Peptostreptococcus, dll. Sedangkan bakteri Gram negatif akan

    terdekolorisasi oleh alcohol dan pemberian safranin akan memberikan

    warna merah pada bakteri Gram negatif. Contoh bakteri Gram negative

    adalah Neisseria, Klebesiella, Vellonella, Shigella, Salmonella,

    Hemophillus, dll (Cappuccino & Sherman, 1983).

    Proses pewarnaan gram ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi

    atas dua kelompok berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif

  • dan bakteri gram negatif. Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat

    dipertahankan bakteri. Reagen pertama disebut warna dasar, berupa

    pewarna basa, jadi pewarna ini akan mewarnai dengan jelas. Reagen kedua

    disebut bahan pencuci warna (decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna

    dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila komponen dinding sel

    kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila

    komponen dinding sel tidak kuat mengikat warna dasar, maka warna akan

    tercuci. Reagen terakhir adalah warna pembanding, bila warna tidak tercuci

    maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat pada hasil akhir tetap

    warna dasar. Larutan yang biasa dipakai adalah ungu kristal, lartan iodium,

    alkohol dan safranin (Tracy, 2005).

    Teori Salton menjelaskan bahwa ada konsentrasi lipid yang tinggi

    pada dinding sel bakteri Gram negatif. Sehingga jika lipid dilarutkan dalam

    pemberian alcohol, maka poripori akan membesar dan tidak mengikat

    pewarna. Hal ini menyebabkan bakteri menjadi tidak berwarna. Sedangkan

    bakteri Gram positif akan mengalami denaturasi selama pemberian alcohol.

    Hal ini akan mengecilkan poripori sehingga menghasilkan kompleks kristal

    iodium. Bakteri Gram positif memiliki dinding sel yang kuat dan lapisan

    peptidoglikan sebanyak 30 lapisan sehingga permeabilitas dinding selnya

    menjadi berkurang. Sedangkan bakteri Gram negatif hanya memiliki 12

    lapisan peptidoglikan sehingga memiliki permeabilitas dinding sel yang

    lebih besar. Pewarnaan Gram terdiri atas Gram A (violet) (Kristal violet,

    Aalkohol, Ammonium oksalat, Aquades), Gram B (cokelat) (Iodium,

    Kalium iodide, Aquades), Gram C

    (Aseton, Alcohol), Gram D (merah) (Safranin, Alcohol, Aquades).

    Pewarnaan ZN digunakan untuk mengidentifikasi infeksi yang disebabkan

    oleh bakteri tahan asam, conttohnya adalah Micobacteriom tuberculosis,

    Micobacterium leprae, Mycobacterium atypical seperti Mycobacterium

    avium intraseluler / Mycobacterium avium complex yang tumbuh pada 41C

    yang menyerang sistem imun, Mycobacterium marinum dan

    Mycobacterium ulcerans yang tumbuh pada 31C dan menginfeksi kulit,

    Nocardia, Legionella mycdatci, Rhodococcus, Tsukamurella, Gordonia /

  • Gordona, Cryptosporidium, Isospora, Cyclospora, Sarcocytis, dll. Contoh

    bakteri than asam yang tidak cocok pada pewarnaan ZN tetapi cocok pada

    Kinyoun adalah Nycordia, Rhodococcus, Tsukamurella, dan Gordonia.

    Hasil pewarnaan ZN akan mengidentifikasikan : 1. Bakteri tahan asam

    Bakteri tahan asam baru akan terkarakterisasi setelah pewarnaan setelah

    pemberian asam alkohol. Hasilnya berwarna merah. 2. Bakteri tidak tahan

    asam Hasilnya adalah berwarna biru karena dekolorisasi pada pewarnaan

    pertama oleh asamalkohol, jadi perlu diberi pewarnaan kedua berupa

    counter stain. Sifat tahan asam pada bakteri tahan asam disebabkan karena

    dinding selnya terdiri atas peptidoglikan, arabinogalaktan, dan lipid (50%

    nya tersusun atas asam mikolat). Asam mikolat merupakan asam lemak

    ranai panjang yang terdiri atas 3490 karbon. Pewarnaan ZN terdiri dari ZN

    A (merah) (Basic fusion, Alcohol, Fenol, Aquades), ZNB (tidak berwarna)

    (HCl, Etil alcohol), dan ZNC (biru) (Methylen blue, Aquades) (Madigan,

    2003).

    Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri dapat dikategorikan

    sebagai berikut: pewarnaan sederhana, pewarnaan differensial (pewarnaan

    gram dan pewarnaan tahan asam), pewarnaan khusus untuk melihat struktur

    tertentu : pewarnaan flagel, pewarnaan spora, pewarnaan kapsul, pewarnaan

    khusus untuk melihat komponen lain dan bakteri (pewarnaan Neisser

    (granula volutin), pewarnaan yodium (granula glikogen) dan pewarnaan

    negatif (Gozali, 2009)

    Gambar 2.1 Pewarnaan Sederhana (Gozali, 2009)

  • Pewarnaan negatif, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi

    mewarnai latar belakangnya menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini

    mikroorganisme kelihatan transparan (tembus pandang). Teknik ini berguna

    untuk menentukan morfologi dan ukuran sel. Pada pewarnaan ini olesan

    tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras dengan bahan-bahan

    kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar kurang

    sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini

    menggunakan cat nigrosin atau tinta cina (Hadiotomo, 1990)

    Gambar 2.2 Pewarnaan Negatif (Hadiotomo, 1990)

  • Gambar 2.3 Pewarnaan Gram (Jason, 2009).

    Endospora merupakan struktur spesifik yang ditemukan pada beberapa

    jenis bakteri. Struktur endospora sangat bervariasi pada setiap spesies.

    Endospora merupakan struktur yang tahan terhadap keadaan lingkungan

    yang ekstrim misalnya kering, pemanasan dan keadaan asam. Karena

    kandungan air endospora sangat rendah bila dibandingkan dengan sel

    vegetatifnya, maka endospra berbentuk sangat padat dan sangat refraktil bila

    dilihat di bawah mikroskop. Endospora sangat sukar diwarnai dengan

    pewarnaan biasa, sehingga harus menggunakan pewarnaan spesifik. Bakteri

    yang menghasilkan spora pada umumnya tahan terhadap pewarnaan,

    sedangkan bakteri yang tidak memiliki spora dan hanya memiliki sel

    vegetatif tidak tahan terhadap pewarnaan (Partic, 2008).

    Endosopora tidak mudah diwarnai dengan zat pewarna pada umumnya,

    tetapi sekali diwarnai, zat warna tersebut akan sulit hilang. Hal inilah yang

    menjadi dasar dari metode pengecatan spora secara umum. Pada metode

    Schaeffer-Fulton yang banyak dipakai dalam pengecatan endospora,

    endospora diwarnai pertama dengan malachite green dengan proses

    pemanasan. Larutan ini merupakan pewarna yang kuat yang dapat

    berpenetrasi ke dalam endospora. Setelah perlakuan malachite green, biakan

    sel dicuci dengan air lalu ditutup dengan cat safranin. Teknik ini akan

  • menghasilkan warna hijau pada endospora dan warna merah muda pada sel

    vegetatifnya (Fardiaz, 1992).

    Kondisi yang terus memburuk membuat endospora dibebaskan dari

    degenerasi sel vegetatif dan menjadi sel independen yang disebut spora

    yang diakibatkan komposisi lapisan kimia spora bersifat tahan terhadap

    efek-efek merusak, misalnya pemanasan berkelebihan, pembekuan, radiasi,

    pengeringan, dan agent kimia lainnya sehingga diperlukan pewarnaan

    khusus secara mikrobiologi dan ketika kondisi lingkungan kembali normal,

    spora bebas kembali untuk aktif secara metabolik dan sel vegetatif

    berkurang resisten melalui germinasi. Sporogenesis dan germinasi tidak

    dimaksudkan untuk reproduksi tetapi hanya mekanisme yang menjamin

    ketahanan sel dibawah kondisi lingkungan (Suriawiria, 2005).

    Endospora adalah struktur spesifik yang ditemukan pada beberapa

    jenis bakteri. Karena kandungan air endospora sangat rendah bila

    dibandingkan dengan sel vegetatifnya, maka endospora berbentuk sangat

    padat dan sangat refraktil bila dilihat di bawah mikroskop. Endospora sangat

    sukar diwarnai dengan pewarna biasa, sehingga harus digunakan pewarna

    spesifik dan yang biasa digunakan adalah malachite green.

    Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan.

    Disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis cat pewarna untuk

    mewarnai organisme. Kebanyakan bakteri telah bereaksi dengan pewarna-

    pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofil (suka akan basa).

    Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya

    bersifat alkalin (komponen kromofornya bersifat positif). Pewarnaan

    sederhana ini memungkinkan dibedakannya bakteri dengan bermacam-

    macam tipe morfologi (coccus, vibrio, basillus, dsb) dari bahan-bahan

    lainnya yang ada pasa olesan yang diwarnai (Hadiotomo, 1990).

    Bakteri penghasil spora tahan terhadap pewarnaan. Oleh karena itu,

    setelah diwarnai oleh suatu warna, misalnya malachite green, akan mengikat

    kuat senyawa pewarna. Untuk pewarnaan selanjutnya, cat tersebut

    (misalnya safranin) sel spora tidak dapat menerimanya karena sudah terikat

    dengan cat pertama. Akhirnya warna bakteri spora adalah hijau. Bakteri

  • yang tidak berspora cenderung tidak tahan pengecatan karena hanya

    memiliki sel vegetatif. Saat diwarnai oleh malachite, sel vegetatif dapat

    mengikat warna tetapi dapat luntur setelah dilunturkan karena ikatannya

    tidak kuat. Setelah pewarnaan selanjutnya dengan safranin, sel vegetatif

    mudah mengikat warna kembali. Oleh karena itu, hasil pewarnaan akhir

    adalah merah muda dari safranin (Assani, 1994).

  • BAB III

    METODE PRAKTIKUM

    3.1 Waktu dan Tempat

    Praktikum mengenai Pewarnaan Sel (Bakteri dan Jamur) dan

    Pewarnaan Endospora dilaksanakan pada hari Kamis 15 April 2010 pada

    pukul 13.00 16.35 WIB, bertempat di Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan

    Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

    Brawijaya, Malang.

    3.2 Cara Kerja

    3.2.1 Pembuatan Apusan

    Gelas obyek yang akan digunakan di aseptis dahulu dengan alkohol

    70%, kemudian bakteri hasil isolasi diambil menggunakan jarum ose

    sebanyak satu kali pengambilan yang telah di tehnik aseptis dan diletakkan

    di atas kaca obyek yang telah terdapat aquades steril sebanyak satu kali

    yang pengambilannya dengan jarum ose. Kemudian di fiksasi secukupnya

    hingga kering. Preparat apusan siap diwarnai dan diamati.

    3.2.2 Teknik Pewarnaan Gram

    Apusan dicat dan digenangi dengan cat gram A selama 1 menit, cat

    dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya

    dikeringkan. Setelah kering, apusan digenangi dengan cat gram B selama 1

    menit, cat dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya

    dikeringkan. Setelah kering, apusan ditetesi dengan cat gram C selama 30

    detik, cat dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya

    dikeringkan. Setelah kering, apusan digenangi dengan cat gram D selama 1

    menit, sisa cat dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir dan

    selanjutnya dikeringkan. Kemudian preparat siap diamati dibawah

    mikroskop

  • 3.2.3 Konfirmasi Hasil Cat Gram Dengan KOH

    Gelas obyek yang akan digunakan di aseptis dahulu dengan alkohol

    70%, kemudian bakteri yang akan dikonfirmasi diambil sebanyak satu ose

    dan diletakkan pada gelas obyek yang telah terdapat larutan KOH sebanyak

    satu jarum ose. Kemudian campurkan dengan mengaduknya, kemudian

    jarum ose diangkat beberapa sentimeter untuk mengetahui apakah cairan

    berlendir atau tidak.

    3.2.4 Pewarnaan Endospora

    Gelas obyek yang akan digunakan di aseptis dahulu dengan alkohol

    70%, kemudian B. subtilis diambil menggunakan jarum ose sebanyak satu

    kali pengambilan yang telah di tehnik aseptis dan diletakkan di atas kaca

    obyek yang telah terdapat aquades steril sebanyak satu kali pengambilan

    dengan jarum ose. Kemudian di fiksasi secukupnya hingga kering.

    Selanjutnya gelas obyek dipanaskan di atas air mendidih dengan menutup

    preparat dengan kertas saring dan ditetesi dengan malakit hijau selama 10

    menit. Setelah itu dinginkan preparat sebentar, selanjutnya preparat di cuci

    dengan air mengalir dan dikeringanginkan. Kemudian genangi preparat

    dengan pewarna safranin selama 1 menit, di cuci dengan air mengalir.

    Preparat ditiriskan dengan kertas saring dan diamati di bawah mikroskop,

    endospora akan tampak berwarna hijau dan sel vegetatif akan tampak

    berwarna merah.

  • BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Analisa Prosedur

    4.1.1 Pembuatan Apusan

    Gelas obyek yang akan digunakan di aseptis dahulu dengan alkohol

    70% agar tidak terdapat mikroorganisme yang tidak diinginkan saat

    pembuatatn apusan, kemudian bakteri hasil isolasi diambil menggunakan

    jarum ose sebanyak satu kali pengambilan yang telah di tehnik aseptis, agar

    tidak terdapat mikroorganisme yang tidak diinginkan saat pembuatatn

    apusan dan diletakkan di atas kaca obyek yang telah terdapat aquades steril

    sebanyak satu kali pengambilan dengan jarum ose. Kemudian di fiksasi

    secukupnya hingga kering, agar bakteri yang akan digunakan mati namun

    organ dan struktur tidak rusak (Madigan, 2003).

    4.1.2 Teknik Pewarnaan Gram

    Apusan dicat dan digenangi dengan cat gram A selama 1 menit, cat

    dibuang lalu preparat dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya

    dikeringkan, agar pewarna sebelumnya tidak bercampur dengan pewarna

    yang lain yang akan digunakan (Umsl, 2008). Setelah kering, apusan

    digenangi dengan cat gram B selama 1 menit, cat dibuang lalu preparat

    dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dikeringkan. Cat gram B akan

    menguatkan ikatan antara pewarna dengan dinding sel bakteri. Setelah

    kering, apusan ditetesi dengan cat gram C selama 30 detik, cat dibuang lalu

    preparat dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dikeringkan. Cat gram

    C akan melarutkan warna sebelumnya, apabila preparat bakteri merupakan

    gram negative, maka preparat akan berwarna bening. Setelah kering, apusan

    digenangi dengan cat gram D selama 1 menit, sisa cat dibuang lalu preparat

    dicuci dengan air mengalir dan selanjutnya dikeringkan. Kemudian preparat

    siap diamati dibawah mikroskop. Bakteri gram negative akan berwarna

    kemerahan, sedangkan bakteri gram positif akan berwarna ungu.

  • 4.1.3 Konfirmasi Hasil Cat Gram Dengan KOH 3%

    Gelas obyek yang akan digunakan di aseptis dahulu dengan alkohol

    70% agar tidak terdapat mikroorganisme yang tidak diinginkan saat

    perlakuan, kemudian bakteri yang akan dikonfirmasi diambil sebanyak satu

    ose dan diletakkan pada gelas obyek yang telah terdapat larutan KOH

    sebanyak satu jarum ose, konfirmasi dilakukan untuk memastikan bakteri

    tersebut gram negatif atau positif. Kemudian campurkan dengan

    mengaduknya, kemudian jarum ose diangkat beberapa sentimeter untuk

    mengetahui apakah cairan berlendir atau tidak. Jika cairan tersebut berlendir

    maka bakteri tersebut merupakan bakteri gram negatif dan jika cairan

    tersebut tidak berlendir maka bakteri tersebut bakteri gram positif (Umsl,

    2008).

    4.1.4 Pewarnaan Endospora

    Gelas obyek yang akan digunakan di aseptis dahulu dengan alkohol

    70% agar tidak terdapat mikroorganisme yang tidak diinginkan saat

    perlakuan, kemudian B. subtilis diambil menggunakan jarum ose sebanyak

    satu kali pengambilan yang telah di teknik aseptis dan diletakkan di atas

    kaca obyek yang telah terdapat aquades steril sebanyak satu kali

    pengambilan dengan jarum ose. Kemudian di fiksasi secukupnya hingga

    kering, agar bakteri yang akan digunakan mati namun organ dan struktur

    tidak rusak. Selanjutnya apusan bakteri dengan pewarna malakit hijau,

    masuknya pewarna dalam endospora di bantu dengan, gelas obyek

    dipanaskan dengan diletakkan pada ram kawat di atas air mendidih hingga

    timbul uap air dengan menutup preparat dengan kertas saring dan ditetesi

    dengan malakit hijau agar endospora yang berkembang dapat terwarna hijau

    dan agar endospora tidak mati (menjaga agar tetap lembab (tidak

    kekeringan)) selama 10 menit, agar endospora dapat berkembang

    (memudahkan pengamatan). Setelah itu dinginkan preparat sebentar,

    selanjutnya preparat di cuci dengan air mengalir dan dikeringanginkan.

    Kemudian genangi preparat dengan pewarna safranin selama 1 menit, di

    cuci dengan air mengalir agar endospora dapat terwarna dengan baik.

  • Preparat ditiriskan dengan kertas saring dan diamati di bawah mikroskop,

    endospora akan tampak berwarna hijau dan sel vegetatif akan tampak

    berwarna merah (Scienceprofonline, 2008).

    4.3 Data Hasil Pengamatan

    Tabel 1. Data hasil pewarnaan bakteri dan endospora

    No Isolat kel Bentuk Gram Perbesaran Uji KOH 3% Endospora

    B.subtilis

    1 BP 1.3 1 Basil - 1000x Ada Ada

    2 Basil - 1000x Ada Ada

    2 BNP 1.1 3 Basil + 1000x Tidak ada Ada

    4 Basil + 1000x Tidak ada Ada

    3 BNP 3.2. 5 Basil - 1000x Ada Ada

    6 Basil - 1000x Ada Ada

    4 BP 8.1 7 Basil - 1000x Ada Ada

    8 Basil - 1000x Ada Ada

    Tabel 2. Data hasil pewarnaan kapang

    No Isolat Kelompok Spora Sporan

    gium

    Hifa Sporan

    giofor

    1 KNP 6.1 1 Bentuk : Bulat Ada Tidak bersekat,

    cabang, tidak

    rapat

    Ada

    Ujung : Tumpul

    Jenis : Satu

    2 Bentuk : Bulat Ada Tidak bersekat,

    cabang, tidak

    rapat

    Ada

    Ujung : Tumpul

  • Jenis : Satu

    2 KP 5.3 3 Bentuk : Bulat Tidak

    ada

    Tidak bersekat,

    cabang, tidak

    rapat

    Tidak

    ada

    Ujung : Tumpul

    Jenis : Satu

    4 Bentuk : Bulat Tidak

    ada

    Tidak bersekat,

    cabang, tidak

    rapat

    Tidak

    ada

    Ujung : Tumpul

    Jenis : Satu

    3 KP 4.1 5 Bentuk : Lonjong Tidak

    ada

    Bersekat, cabang,

    rapat

    Tidak

    ada

    Ujung : Lancip

    Jenis : Dua : Besar

    dan Kecil

    6 Bentuk : Lonjong Tidak

    ada

    Bersekat, cabang,

    rapat

    Tidak

    ada

    Ujung : Lancip

    Jenis : Dua : Besar

    dan Kecil

    4 KP 5.1. 7 Bentuk : Bulat Ada Tidak bersekat,

    cabang, tidak

    rapat

    Ada

    Ujung : Tumpul

    Jenis : Satu

    8 Bentuk : Bulat Ada Tidak bersekat,

    cabang, tidak

    rapat

    Ada

  • Ujung : Tumpul

    Jenis : Satu

    4.3 Analisa Hasil

    Data hasil pengamatan menunjukkan bahwa isolate BP 1.3, BNP 3.2 dan

    BP 8.1 merupakan bakteri gram negatif dan berbentuk basil jika diamati

    pada mikroskop dengan perbesaran 1000x. Preparat BNP 1.1 merupakan

    bakteri gram positif, namun terdapat bentuk yang berbeda yang dikarenakan

    kurang telitinya praktikan dalam mengamati bentuk bakteri. Pewarnaan

    endospora menggunakan bakteri Bacillus subtilis, dimana bakteri ini

    mempunyai endospora yang ditandai dengan warna hijau.

    Data hasil pengamatan pada pewarnaan kapang menunjukkan bahwa

    terdapat variasi bentuk pada kapang tersebut antara lain bentuk spora yang

    bulat dan lonjong, ujung tumpul dan lancip, terdiri atas satu macam atau dua

    macam spora. Ada yang memiliki sporangium dan ada pula yang tidak

    mempunyai sporangium. Hifa ada yang bersekat dengan cabang yang tidak

    rapat, ada pula hifa yang bersekat dengan cabang rapat. Ada yang memiliki

    sporangiofor dan ada pula yang tidak memiliki sporangiofor.

    Bakteri dan kapang, baik yang tercemar maupun yang tidak tercemar

    pestisida akan mempunyai karakteristik yang sama berdasarkan hasil

    pewarnaan yang telah dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada

    perbedaan morfologi yang berarti antara bakteri dan kapang yang tercemar

    maupun yang tidak tercemar.

    Pada pewarnaan Gram yang dilakukan digunakan gram A, gram B,

    gram C, dan gram D. Gram A merupakan cat yang terdiri dari campuran

    kristal violet 2 gram, etil alkohol 95% 20 ml, ammonium oksalat 0,8 gram,

    aquades 80ml. Kristal violet merupakan bahan kimia dengan rumus kimia

    C18H15N3O3, bukan merupakan bahan kimia berbahaya, dan biasa digunakan

    dalam teknik pewarnaan microscopy Certistain (Merck, 2007). Gram B

    merupakan merupakan cat yang terdiri dari campuran yodium 1 gram,

    kalium yodida 2 gram, akuades 300ml. Gram B merupakan larutan mordan

    yang berfungsi untuk meningkatkan afinitas pengikatan zat warna oleh

  • bakteri sehingga pengikatan zat warna oleh bakteri lebih kuat, memperjelas

    warna dari zat warna tersebut, mempersulit pelarutan zat warna. Pada

    pewarnaan gram , penambahan larutan mordan menyebabkan terbentuknya

    persenyawaan kompleks kristal violet-yodium. Tanpa penambahan larutan

    mordan, zat warna kristal violet akan larut saat penambahan larutan

    pemucat. Gram C merupakan cat yang terdiri dari campuran aseton 50ml

    dan etil alkohol 95%50ml. Gram C merupakan larutan pemucat . larutan

    pemucat berfungsi untuk melarutkan lipida pada membrane bakteri gram

    negative yang akan menyebabkan pori-pori sel membesar sehingga

    meningkatkan daya larut persenyawaan kristal violet-yodium. Gram D

    merupakan cat yang terdiri dari campuran safranin 0, 25 gram , etil alkohol

    95% 10ml, dan akuades 90ml. Safranin pada gram D tidak akan

    menyebabkan perubahan warna pada bakteri positif karena persenyawaan

    kompleks kristal violet-yodium tetap terikat pada dinding sel. Pada bakteri

    gram negatif penambahan safranin akan menyebabkan warna bakteri

    berubah menjadi merah karena warna ungu yang dihasilkan oleh kristal

    violet-yodium telah luntur dengan lisisnya membran sel sehingga safranin

    dapat terikat. Oleh sebab itu, gram D atau zat pewarna kedua berfungsi

    sebagai pembeda terhadap zat warna kristal violet (Lay, 1994).

    Tabel 3. Perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara bakteri Gram

    positif dan bakteri Gram negatif (Filzahazny, 2008)

    No. Perbedaan Bakteri Gram Positif

    (+)

    Bakteri Gram Negarif (-)

    1 Dinding sel Lapian peptidoglikan

    tebal

    Lapian peptidoglikan lebih

    tipis2 Kadar lipid 1-4% (Lebih rendah) 11-22% (Lebih tinggi)3 Resistensi terhadap alkali

    (1% KOH)

    Lebih pekat Larut

    4 Kepekaan terhadap Yodium Lebih peka Kurang peka

    5

    Toksin yang dibentuk Eksotoksin Endotoksin

  • 6 Resistensi terhadap tellurit Lebih tahan Lebih peka

    7 Sifat tahan asam Ada yang tahan asam Tidak ada yang tahan asam

    8 Kepekaan terhadap

    penisilin

    Lebih peka Kurang peka

    9 Kepekaan terhadap

    streptomisin

    Tidak peka Peka

    10 Penghambatan warna Lebih dihambat Kurang dihambat11 Ketahanan terhadap fisik Lebih tahan Kurang tahan12 Kebutuhan nutrien Kompleks Relatif

    Endospora adalah organisme yang dibentuk dalam kondisi yang stres

    karena kurang nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut di

    lingkungan sampai kondisi menjadi baik. Komponen endospora mempunyai

    resistan terhadap agen kimia yang kuat pada spore coat, yang terdiri dari

    cross-linked keratin. Identifikasi dapat dilakukan dengan melihat morfologi,

    lokasi, dan ukuran endospora. Beberapa endospora mempunyai diameter

    lebih besar daripada sel, dimana sel tersebut akan nampak menggembang

    pada letak endosporanya. Letak endospora yang berbeda diantara spesies

    bakteri dapat digunakan untuk identifikasi. Tipe utama diantara terminal,

    subterminal dan sentral. Tipe sentral atau tengah merupakan lokasi dari sel

    vegetatif yang letaknya tepat di tengah. Tipe terminal memiliki pengertian

    letak sel vegetatif diantara ujung dan pinggir dari sel vegetatif. Tipe

    subterminal berarti lokasi endosporanya diantara tengah dan pinggir dari sel

    vegetatif. Endospora dapat berukuran lebih besar ataupunkecil dari sel

    vegetatif yang terdiri dari lapisan protein yang terbuat dari keratin. Spora ini

    memiliki resistensi yang tinggi terhadap pewarnaan, prosedur pewarnaan

    dengan malakit hijau adalah dengan pemanasan. Endospora merupakan

    metode pertahanan hidup yang bukan bertujuan untuk reproduksi.

    Contohnya Bacillus subtilis memiliki endospora yang terletak di

    subterminal (Scienceprofonline, 2008).

  • Komposisi dari Lactophenol Cotton Blue yaitu kristal, cotton blue

    0,075 g berfungsi untuk memberi warna pada sel kapang, asam laktat 20 ml

    yang berfungsi untuk menjernihkan latar belakang dan mempertajam

    struktur kapang, gliserol 40 ml berfungsi menjaga fisiologi sel dan menjaga

    sel terhadap kekeringan, kristal fenol + air panas 70oC untuk membunuh

    jamur, dan air suling 40 ml (Waluyo, 2007).

    Kelebihan dan kekurangan pengecatan gram (Nirwati, 2001):

    Kelebihannya adalah: pengecatan gram penting sebagai pedoman

    awal untuk memutuskan terapi antibiotik, sebelum tersedia bukti definitif

    bakteri penyebab infeksi (kultur dan kepekaan bakteri terhadap antibiotik).

    Hal ini dikarenakan bakteri gram positif dan negatif mempunyai kepekaan

    yang berbeda terhadap berbagai jenis antibiotika. Kadang-kadang morfologi

    bakteri yang telah dicat gram mempunyai makna dignostik. Misalnya pada

    pemeriksaan gram ditemukan gram negatif diplococci intraseluler dari

    spesimen pus (nana), uretral, maka memberikan presumptive diagnosis

    untuk penyakit infeksi gonoro.

    Kekurangannya adalah pengecatan gram memerlukan

    mikroorganisme dalam jumlah banyak yakni lebih dari 104 ml per ml.

    Sampel yang cair dengan jumlah kecil mikroorganisme misalnya cairan

    serebrospinal, memerlukan prosedur sentrifuge dulu untuk

    mengkonsentrasikan mikroorganisme tersebut. Pellet (endapan hasil

    sentrifuge) kemudian dilakukan pengecatan untuk diperiksa secara

    mikroskopis.

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Teknik pembuatan sediaan apusan (preparat) dapat dilakukan dengan

    mensuspesikan biakan bakteri dengan aquades, kemudian difiksasi.

    Pewarnaan terhadap bakteri yang paling sering dilakukan adalah pewarnaan

    Gram dan ZiehlNelsen. Pewarnaan tersebut untuk mengetahui morfologi, struktur, dan karakteristik bakteri. Pewarnaan Gram dapat mengidentifikasi

    penyakit infeksi. Prosedur pewarnaan Gram dimulai dengan pemberian

    kristal violet, setelah itu ditambahkan larutan iodium maka semua bakteri

    akan berwarna biru. Setelah itu ditambah alkohol. Bakteri Gram positif

    membentuk kompleks Kristal iodine yang berwarna biru. Setelah di

    tambahkan safranin, bakteri Gram positif akan berwarna ungu. Endospora

    adalah organisme yang dibentuk dalam kondisi yang stres karena kurang

    nutrisi, yang memiliki kemungkinan untuk tetap berlanjut di lingkungan

    sampai kondisi menjadi baik. Letak endospora yang berbeda diantara

    spesies bakteri dapat digunakan untuk identifikasi, tipe utama diantaranya

    ialah terminal, subterminal dan sentral.

    5.2 Saran

    Diharapkan praktikan teliti dan hati-hati dalam pemurnian sebab

    dikhawatirkan dapat terjadi kontaminasi.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Assani, S. 1994. Mikrobiologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia, Jakarta.

    Cappuccino, J. G. & Natalie. S. 1983. Microbiology A Laboratory Manual.

    Addison-Wesley Publishing Company, New York.

    Fardiaz, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. Gramedia. Jakarta

    Filzahazny., 2008, , http:/wordpress.com/Penganta-tentang-bakteri.htm.

    Diakses pada tanggal 26 April 2010

    Gozali. Amir. 2009. Pewarnaan gram.

    http://www.gozali.blogspot.com/gram/pewarnaan-gram-prinsip.html .

    Diakses pada tanggal 26 April 2010

    Hadiotomo, Ratna Siri., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta :

    Pt Gramedia.

    Jason. 2009. The Gram Stainning. http://astro.temple.edu/~jasoncg/ID/

    microreporting.htm. Diakses pada tanggal 26 April 2010

    Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT Raja Grafindo

    Persada. Jakarta.

    Levine, M. 2000. An Introduction to Laboratory Technique in Bacteriology.

    McMillan Company, New York.

    Madigan, M.T. 2003. Brock Biology of Microorganism. Pearson Education,

    inc. United State of America.

    Merck . 2007. Cresyl Violet Acetate. http://www.merck-

    chemicals.co.id/cresyl-violet-

    acetate/MDA_CHEM105235/p_zyOb.s1LZb0AAAEWZuEfVhTl;si

    d=2XfBHZapUlXHHd9B9-

    vTSj5pCnREAl69HlgSHhO2CnREAkWqXGgJCVGG. diakses

    pada tanggal 26 April 2010

    Nirwati, Hera. 2001. Pembuatan preparat dan pengecatan dalam petunjuk

    praktikum mikrobiologi Fakultas kedokteran Universitas Gadjah

    Mada. Universitas Gadjah Mada press. Yogyakarta.

  • Partic, Li. 2008. Pewarnaan endospora. http://www.dunia-

    mikro.blogspot.com/2008/08/pewarnaan endospora. Diakses pada

    tanggal 26 April 2010

    Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill

    Book Company. New York.

    Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

    Sutedjo, M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.

    Tracy. 2005. Gram Staining. www.tracy.k12.ca.us/thsadvbio/pdfs/gram

    %20stain.pdf. Diakses pada tanggal 26 April 2010

    Umsl. 2008. Staining Bacteria.

    www.umsl.edu/~microbes/pdf/stainingbacteria.pdf. Diakses

    pada tanggal 26 April 2010

    Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta

    Waluyo, L . 2007 . Mikrobiologi Umum . Universitas Muhammadiyah

    Malang Press. Malang.