5. bab i.doc
TRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Iles-iles (Amorphophallus muelleri Blume atau Amorphophallus
oncophyllus) merupakan salah satu jenis tanaman tahunan penghasil karbohidrat
dari suku Araceae (umbi-umbian) yang tumbuh di Indonesia. Jenis ini merupakan
tanaman sumber karbohidrat alternatif yang mengandung glukomanan cukup
tinggi (30-40%) (Sumarwoto, 2005). Tanaman ini mampu tumbuh liar di daerah-
daerah yang memiliki musim kemarau dan musim hujan, mulai dataran rendah
hingga ketinggian tempat 900 m di atas permukaan laut (Team TPC, 2013).
Dibandingkan dengan umbi-umbian lainnya, iles-iles memang belum
begitu dikenal secara luas. Tanaman iles-iles banyak ditemukan sebagai tumbuhan
liar di beberapa daerah di Indonesia. Sebagian besar masyarakat belum banyak
mengenal dan memanfaatkan tanaman ini, bahkan beberapa orang masih
menganggap iles-iles sebagai gulma (Team TPC, 2013). Sejauh ini, umbi iles-iles
biasanya dijual di pasaran apa adanya ataupun telah berbentuk produk olahan
berupa tepung konyaku (tepung jelly). Tepung konyaku sebenarnya merupakan
salah satu jenis karbohidrat yang tergolong glukomannan, atau istilah sehari-hari
disebut juga mannan yang biasanya dihasilkan dari umbi konjac (A. konjac),
tanaman sejenis iles-iles asal Jepang. Di Indonesia, sebenarnya juga banyak
dihasilkan glukomannan yang berasal dari iles-iles kuning (A. muelleri B. atau A.
oncophyllus P.), namun pemasarannya dan pemanfaatannya belum sebesar
glukomannan dari iles-iles konjac yang berasal dari Jepang (Sumarwoto, 2007).
Seiring dengan berkembangnya teknologi polimer, berbagai macam
modifikasi telah diterapkan pada polimer-polimer alam untuk mengubah sifat
serta meningkatkan daya gunanya. Salah satu polimer alam yang jumlahnya
melimpah yaitu pati, yang terbentuk secara alami sebagai cadangan makanan di
dalam akar, biji, dan batang berbagai jenis tumbuhan. Sejumlah besar polimer
hasil modifikasi pati telah disintesis dan dilaporkan. Oleh karena itu, modifikasi
1
2
serupa juga dapat diterapkan pada zat pati dari umbi tanaman iles-iles ini demi
meningkatkan nilai jual dan kegunaannya.
Polimer hasil modifikasi zat pati menghasilkan berbagai produk yang
bermanfaat, salah satunya yaitu berupa hidrogel. Hidrogel adalah suatu material
jaringan tiga dimensi dari polimer hidrofilik yang mampu menyerap ataupun
menyimpan air dalam jumlah besar (Park dan Park, 1996). Kemampuan hidrogel
untuk menyerap air berasal dari gugus fungsi hidrofil yang terikat pada rantai
utama polimer, sedangkan ketahanannya untuk tidak larut dalam air berasal dari
ikatan silang yang membentuk jaringan polimer. Hidrogel telah diaplikasikan
untuk berbagai keperluan, seperti gel penyerap air pada popok, media tanam,
pembenah tanah, pupuk dan obat lepas kontrol, dan sebagainya (Gulrez et al,
2011).
Hidrogel dari berbagai jenis pati telah banyak dilaporkan, misalnya pati
kentang, tapioka, pati jagung, dan pati sagu. Hidrogel dari glukomannan umbi
konjac (A. konjac) juga telah disintesis untuk keperluan obat lepas kontrol (Wen
et al, 2009; Chen, Liu, dan Zhuo, 2005). Oleh karena itu, preparasi hidrogel juga
dapat diterapkan pada pati umbi iles-iles (A. muelleri).
Kandungan glukomannan yang cukup tinggi pada pati umbi iles-iles
diharapkan menghasilkan karakteristik yang khas dan memiliki kelebihan
dibandingkan hidrogel yang dibuat dari zat pati lain. Polimer glukomannan
memiliki sifat atau karakter istimewa yaitu sifat antara selulosa dan
galaktomannan, sehingga mampu mengalami proses mengkristal serta membentuk
struktur serat-serat halus. Karakter istimewa lainnya dari glukomannan antara
lain dapat mengembang di dalam air hingga mencapai 138-200% dengan cepat
(pada pati hanya mengembang 25%). Glukomannan larut dalam air dingin,
membentuk massa yang bersifat kental. Perlakuan pemanasan sampai terbentuk
gel, akan mengakibatkan “mannan" tidak larut kembali di dalam air (Sumarwoto,
2007). Selain itu, glukomannan tidak bisa dicerna dalam tubuh manusia sehingga
diharapkan biodegradasinya lebih kecil dari hidrogel tepung lainnya yang sudah
banyak dilaporkan. Beberapa penelitian sebelumnya telah berhasil mempreparasi
hidrogel dengan melakukan kopolimerisasi cangkok monomer vinil seperti asam
3
akrilat (Soleimani dan Sadeghi, 2012) dan akrilonitril (Taghizadeh dan
Mafakhery, 2001) pada pati. Preparasi hidrogel pada umumnya melibatkan reaksi
kopolimerisasi, pencangkokan atau grafting (Gulrez et al, 2011) dan ikatan silang
(Okay, 2009).
Pencangkokan secara kimia merupakan salah satu metode yang yang
paling populer untuk memodifikasi struktur dan sifat biopolimer. Pencangkokan
monomer vinil ke polisakarida menghasilkan daya tahan terhadap biodegradasi,
stabilitas panas dan kemampuan mengikat ion logam. Dengan modifikasi ini, pati
sebagai satu kopolimer yang terjangkau dan terbarukan, mungkin dapat
dikembangkan sifatnya sebagaimana polimer sintetis berbahan minyak bumi
(Apopei et al, 2012). Beberapa kopolimer cangkok terhadap KGM (konjac
glucomannan) pun telah dilaporkan, misalnya KGM-graft-poli(akrilamid-ko-
sodium xantat) sebagai flokulen atau zat penyerap polutan (Wang et al, 2011) dan
KGM-graft-poli(asam akrilat-ko-trimethilalil amonium klorida) sebagai
superabsorben (Tian et al, 2011). Berbagai monomer vinil, seperti akrilonitril
(Taghizadeh dan Mafakhery, 2001), akrilamida (Okay, 2010; Wang et al, 2011),
dan asam akrilat (Soleimani dan Sadeghi, 2012; Chen et al, 2005), telah
digunakan pada kopolimerisasi cangkok untuk menghasilkan material hidrogel
dengan karakter tertentu.
Asam akrilat sebagai salah satu senyawa bersifat hidrofil dan dapat
membentuk polimer telah banyak diaplikasikan pada hidrogel superabsorben
sebagai monomer yang dicangkok pada zat pati dan membentuk gugus hidrofil
(Teli dan Waghmare, 2009; Chen et al,, 2005) ataupun sebagai poli(asam akrilat)
saja (yang juga merupakan material hidrogel superabsorben). Asam akrilat
memiliki gugus asam karboksilat sehingga pada beberapa preparasinya dilakukan
netralisasi untuk menghilangkan sifat asamnya (Cash, 2008).
Pada polimerisasi cangkok, efisiensi pencangkokan biasanya dinyatakan
dalam persen cangkok (% grafting) atau persen konversi, yang terutama
dipengaruhi oleh konsentrasi komponen reaktan (pati dan monomer) yang terlibat
serta faktor lain yang mempengaruhi kinetika reaksi seperti suhu, konsentrasi dan
jenis inisiator, serta lamanya reaksi (Taghizadeh dan Mafakhery, 2001).
4
Suhu sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi reaksi pencangkokan
telah banyak diteliti pengaruhnya pada beberapa penelitian sebelumnya. Teli dan
Waghmare (2009) menemukan bahwa modifikasi carbohydrate waste dengan
monomer vinil asam akrilat dan akrilamida menghasilkan grafting optimum
sebesar 35% pada suhu 60°C. Tian et al, 2011 juga menyatakan bahwa
superabsorben berbasis KGM-cangkok-poli(asam akrilat-ko-trimetil alil amonium
klorida) yang dipreparasi pada suhu 60°C dan waktu 4 jam menghasilkan absorpsi
air optimum. Oleh karena itu, suhu dan waktu inilah dipergunakan dalam proses
preparasi hidrogel pada penelitian ini.
Baik glukomannan, pati, ataupun asam akrilat dapat larut dalam air
sehingga modifikasi pati dengan asam akrilat pun banyak dilakukan dalam sistem
pelarut air. Pada polimerisasi radikal dalam pelarut air, umumnya digunakan
hidrogen peroksida (H2O2) sebagai inisiator (Stevens, 2007). Namun, inisiator ini
belum banyak digunakan pada modifikasi pati. Selain itu, terdapat juga inisiator
lain berupa anion persulfat (S2O82-) yang juga mulai digunakan pada inisiasi
polimerisasi suhu rendah dalam pelarut air (Teli dan Waghmare, 2009; Stevens,
2007). Kedua inisiator ini memiliki harga yang lebih terjangkau dibandingkan
inisiator logam transisi seperti Ce4+, V3+, dan Co3+ yang lebih banyak digunakan
pada modifikasi pati (Taghizadeh dan Mafakhery, 2001). Konsentrasi inisiator
sangat berpengaruh pada kinetika polimerisasi dan panjang polimer. Namun pada
metode pencangkokan, konsentrasi inisiator sangat mempengaruhi proporsi antara
pencangkokan (kopolimerisasi) dan homopolimerisasi antara sesama monomernya
(Stevens, 2007; Taghizadeh dan Mafakhery, 2001). Oleh karena itu dalam
penelitian ini, digunakan kedua inisiator tersebut dan diuji pula pengaruh
konsentrasinya terhadap persen cangkok dan absorbansi hidrogel.
Berdasarkan beberapa penelitian modifikasi KGM sebelumnya,
konsentrasi monomer yang dicangkokkan jauh lebih besar dibandingkan
konsentrasi KGM. Tian et al (2011) menemukan bahwa rasio massa monomer
asam akrilat dan trimetilalil amonium klorida terhadap KGM sebesar 9:1
menghasilkan absorbansi optimum. Chen et al (2005) juga telah meneliti
pengaruh variasi rasio molar asam akrilat dengan KGM (1:10; 1:15; 1:20; sampai
5
1:40) terhadap SR (Swelling Ratio) hidrogel, dan menunjukkan bahwa rasio 1:40
menghasilkan nilai SR maksimum. Penelitian mengenai preparasi hidrogel dari
pati ataupun KGM sebelumnya banyak mengacu pada pengaruh komposisi dan
konsentrasi material hidrogel terhadap karakter fisiknya seperti kapasitas
absorbansi air dan SR (Swelling Ratio). Pada penelitian ini, selain karakter fisik
berupa kapasitas absorbansi air, juga diteliti pengaruh konsentrasi material
hidrogel terhadap karakter kimia seperti persen grafting dan intensitas gugus
cangkok asam akrilat yang dikarakterisasi dengan spektroskopi inframerah.
Variasi konsentrasi pati yang digunakan juga dipertimbangkan menurut
kelarutannya dalam air.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan mempreparasi dan
mengkarakterisasi hidrogel superabsorben dari tepung (zat pati dan glukomannan)
umbi iles-iles (A. muelleri B.) yang dimodifikasi dengan teknik polimerisasi
cangkok asam akrilat menggunakan inisiator anion persulfat (S2O82-) dan hidrogen
peroksida (H2O2). Setiap komponen akan divariasikan konsentrasinya dan ditinjau
pengaruhnya sehingga menghasilkan hidrogel dengan karakteristik yang sesuai
sebagai superabsorben.
6
1.2 Rumusan Masalah
Merujuk pada latar belakang pembuatan skripsi sebelumnya, maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut.
a. Bagaimana perbedaan dan pengaruh penggunaan jenis inisiator anion
persulfat (S2O82-) dan hidrogen peroksida (H2O2) terhadap karakteristik dan
kapasitas absorbansi hidrogel yang dipreparasi dengan kopolimerisasi
cangkok asam akrilat pada pati umbi iles-iles (A. muelleri B.)?
b. Berapa konsentrasi pati umbi iles-iles (A. muelleri B.), konsentrasi
monomer, dan konsentrasi inisiator yang optimum untuk preparasi
hidrogel dengan kopolimerisasi cangkok asam akrilat pada pati umbi iles-
iles (A. muelleri B.)?
c. Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi pati umbi iles-iles (A. muelleri
B.), variasi konsentrasi monomer, dan variasi konsentrasi inisiator
terhadap karakteristik dan kapasitas aborbansi hidrogel?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini antara lain.
a. Memahami perbedaan dan pengaruh jenis inisiator anion persulfat (S2O82-)
dan hidrogen peroksida (H2O2) terhadap karakteristik hidrogel yang
dipreparasi dengan kopolimerisasi cangkok asam akrilat pada pati umbi
iles-iles (A. muelleri B.).
b. Mengetahui konsentrasi optimum dari pati umbi iles-iles (A. muelleri B.),
monomer, dan inisiator yang diperlukan untuk preparasi hidrogel yang
dipreparasi dengan polimerisasi cangkok asam akrilat pada pati umbi iles-
iles (A. muelleri B.).
c. Memahami pengaruh variasi konsentrasi pati umbi iles-iles (A. muelleri
B.), variasi konsentrasi monomer, dan variasi konsentrasi inisiator
terhadap karakteristik dan kapasitas aborbansi hidrogel.
7
1.4 Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada penelitian ini antara lain sebagai berikut.
a. Zat pati yang digunakan adalah tepung yang diisolasi dari umbi iles-iles
kuning (A. muelleri B.) yang tumbuh di Jember dan diperoleh dari
Koperasi Pusat Penelitian Kopi Kakao Kaliwining, Jember.
b. Inisiator berupa anion persulfat (S2O82-) berasal dari kalium persulfat
(K2S2O8) dan hidrogen peroksida (H2O2).
c. Variabel yang divariasikan adalah konsentrasi zat pati umbi tanaman iles-
iles (A. muelleri B.), konsentrasi asam akrilat, serta konsentrasi inisiator
kalium persulfat (K2S2O8) dan hidrogen peroksida (H2O2).
d. Karakterisasi hidrogel menggunakan spektroskopi IR, nilai kapasitas
absorbansi, dan persen cangkok (% grafting) saja.
d. Reaksi kopolimerisasi cangkok asam akrilat pada zat pati umbi tanaman
iles-iles (A. muelleri B.) dilakukan pada kondisi atmosfer gas nitrogen.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu:
a. Tanaman umbi iles-iles sebagai sumber daya alam lokal dapat menjadi
bahan alternatif pembuatan produk hidrogel yang memiliki karakteristik
istimewa dan nilai jual yang lebih tinggi.
b. Polimerisasi cangkok asam akrilat pada zat pati umbi tanaman iles-iles
(Amorphophallus muelleri Blume) diharapkan dapat digunakan sebagai
metode preparasi hidrogel.