231511530 laporan pendahuluan thypoid revisi

14
1 THYPOID FEVER A. DEFINISI Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis. Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk, kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009). Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman Salmonella Thypi (yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada pencernaan dan gangguan kesadaran (Arief,M.2009). Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang disebabkan oleh salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan melaui kuman, mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii (Azis H.A. 2006). Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. (Nursalam.2005) Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A, B, C. Sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A 2009). Tifoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, tifoid disebut juga paratyphoid fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (Seoparman, 2007). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi. B. ETIOLOGI Salmonella thypi dengan Salmonela yang lain adalah bakteri Gram negative, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk

Upload: odhi-angell

Post on 07-Jul-2016

299 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

1

THYPOID FEVER

A. DEFINISI

Demam tifoid merupakan suatu penyakit infeksi sistemik yang

disebabkan oleh Salmonella thypi yang masih dijumpai secara luas di berbagai

negara berkembang yang terutama terletak di daerah tropis dan subtropis.

Penyakit ini juga merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting

karena penyebarannya berkaitan erat dengan urbanisasi, kepadatan penduduk,

kesehatan lingkungan, sumber air dan sanitasi yang buruk serta standar higiene

industri pengolahan makanan yang masih rendah (Simanjuntak, C.H, 2009).

Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang

disebabkan oleh kuman Salmonella Thypi (yang biasanya mengenai saluran

pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari 7 hari, gangguan pada

pencernaan dan gangguan kesadaran (Arief,M.2009).

Tifoid merupakan penyakit infeksi yang terjadi pada usus halus yang

disebabkan oleh salmonella thypii, penyakit ini dapat ditularkan melaui kuman,

mulut atau minuman yang terkontaminasi oleh kuman salmonella thypii (Azis

H.A. 2006).

Thypoid abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang biasanya

mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu

minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran.

(Nursalam.2005)

Tifoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh

kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A, B, C. Sinonim dari

penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis (Sudoyo, A 2009).

Tifoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, tifoid disebut juga paratyphoid

fever, enteric fever, typhus dan para typhus abdominalis (Seoparman, 2007).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa demam

tifoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh

salmonella type A, B dan C yang dapat menular melalui oral, fecal, makanan

dan minuman yang terkontaminasi.

B. ETIOLOGI

Salmonella thypi dengan

Salmonela yang lain adalah bakteri

Gram negative, mempunyai flagella,

tidak berkapsul, tidak membentuk

Page 2: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

2

spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari

oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope

antigen (K) yang terdiri dari polosakarida. Mempunyai makromolekuler

lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari dinding sel dan

dinamakan endotoksin. Salmonella thypi juga dapat memperoleh plasmid

factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotic.

(Nanda Nic-Noc,2013)

C. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala dari demam thypoid sebagai berikut (Nanda NIC-

NOC. 2013) :

1. Gejala pada anak : Inkubasi anatara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari.

2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama

3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan

menyebabkan shock, Stupor dan koma.

4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertahan selam 2-3 hari

5. Nyeri kepala

6. Nyeri perut

7. Kembung

8. Mual muntah

9. Diare

10. Konstipasi

11. Pusing

12. Nyeri otot

13. Batuk

14. Epistaksis

15. Bradikardi

16. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepid an ujung merah serta tremor)

17. Hepatomegali

18. Splenomegali

19. Meteroismus

20. Gangguan mental berupa samnolen

21. Delirium atau psikosis

22. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda

sebagai penyakit demam akut dengan diseryai syok dan hipotermia.

Page 3: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

3

D. PATOFISIOLOGI

Kuman Salmonella masuk bersama makanan/minuman. Setelah berada

dalam usus halus kemudian mengadakan invasi ke jaringan limfoid usus halus

(terutama Plak Peyer) dan jaringan limfoid mesenterika. Setelah menyebabkan

peradangan dan nekrose setempat, kuman lewat pembuluh limfe masuk ke

aliran darah (terjadi bakteremi primer) menuju ke organ-organ terutama hati

dan limfa. Kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak dalam hati dan

limfa sehingga organ tersebut membesar disertai nyeri pada perabaan.

Pada akhir masa inkubasi (5-9 hari) kuman kembali masuk dalam darah

(bakteremi sekunder) dan menyebar keseluruh tubuh terutama kedalam

kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak berbentuk lonjong di atas Plak

Peyer. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus.

Pada masa bakteremi ini, kuman mengeluarkan endotoksin yang mempunyai

peran membantu proses peradangan lokal dimana kuman ini berkembang.

Demam tifoid disebabkan karena Salmonella Typhosa dan

endotoksinnya merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh lekosit pada

jaringan yang meradang. Zat pirogen ini akan beredar dalam darah dan

mempengaruhi pusat termoregulator di hipotalamus yang menimbulkan gejala

demam. (PPNI Klaten. 2009)

Page 4: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

4

(Nanda Nic-Noc.2013)

E. PATHWAY

Kuman Salmonella typhi yang

masuk ke saluran

gastrointestinal

Lolos dari asam Dimusnahkan oleh asam

lambung

Pembuluh darah limfe Bakteri masuk usus halus

Peredaran darah (bakterimia

promer)

Masuk retikulo endothelial

(RES) terutama hati dan limfa

Berkembang biak di hati dan

limfa

Pembesaran hati

Hepatomegali

Lase plak peyer

Erosi

Nyeri

Perdarahan masif

Komplikasi perforasi dan

perdarahan usus

Masuk kealiran darah

(bakteremia sekunder)

Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh

Empedu Endotoksin

Rongga usus pada

kel. Limfoid halus

Pembesaran limfe

Terjadi kerusakan sel

Merangsang melepas zat

epirogen oleh leukosit

Splenomegali Mempengaruhi pusat

thermoregulator

dihipotalamus

Penurunan / peningkatan

peristaltic usus

Penurunan /

peningkatan mobilitas

usus

Konstipasi / diare Peningkatan asam

lambung

Anoreksia mual muntah

Resiko kekurangan

volume cairan

Hypertermi

Page 5: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

5

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Menurut widodo 2007 Pemeriksaan penunjang pada klien dengan

typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :

1. Pemeriksaan leukosit

Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat

leukopenia dan limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia

tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam typhoid, jumlah

leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal bahkan

kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau

infeksi sekunder. Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak

berguna untuk diagnosa demam typhoid.

2. Pemeriksaan Sgot Dan Sgpt

Sgot Dan Sgpt pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat

kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

3. Biakan darah

Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila

biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam

typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung dari beberapa

faktor :

a. Teknik pemeriksaan Laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang

lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang

digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat

demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

b. Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit

Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu

pertama dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu

kambuh biakan darah dapat positif kembali.

c. Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan

antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia

sehingga biakan darah negatif.

4. Pengobatan dengan obat anti mikroba

Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti mikroba

pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil biakan

mungkin negatif.

5. Uji Widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi

(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat

dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah

Page 6: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

6

divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspensi

salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan dari

uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum klien

yang disangka menderita tifoid. Akibat infeksi oleh salmonella thypi, klien

membuat antibodi atau aglutinin yaitu :

a. Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari

tubuh kuman).

b. Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari

flagel kuman).

c. Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari

simpai kuman)

Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang

ditentukan titernya untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar

klien menderita tifoid.

Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap

kuman Salmonella typhi. Uji widal dikatakan bernilai bila terdapat

kenaikan titer widal 4 kali lipat (pada pemeriksaan ulang 5-7 hari) atau

titer widal O > 1/320, titer H > 1/60 (dalam sekali pemeriksaan) Gall

kultur dengan media carr empedu merupakan diagnosa pasti demam

tifoid bila hasilnya positif, namun demikian, bila hasil kultur negatif

belum menyingkirkan kemungkinan tifoid, karena beberapa alasan,

yaitu pengaruh pemberian antibiotika, sampel yang tidak mencukupi.

Sesuai dengan kemampuan SDM dan tingkat perjalanan penyakit

demam tifoid, maka diagnosis klinis demam tifoid diklasifikasikan atas:

1. Possible Case dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan

gejala demam,gangguan saluran cerna, gangguan pola buang air

besar dan hepato/splenomegali. Sindrom demam tifoid belum

lengkap. Diagnosis ini hanya dibuat pada pelayanan kesehatan

dasar.

2. Probable Case telah didapatkan gejala klinis lengkap atau hampir

lengkap, serta didukung oleh gambaran laboratorium yang

menyokong demam tifoid (titer widal O > 1/160 atau H > 1/160

satu kali pemeriksaan).

3. Definite Case Diagnosis pasti, ditemukan S. Thypi pada

pemeriksaan biakan ataupositif S.Thypi pada pemeriksaan PCR

atau terdapat kenaikan titerWidal 4 kali lipat (pada pemeriksaan

ulang 5-7 hari) atau titer widal O> 1/320, H > 1/640 (pada

pemeriksaan sekali).

Page 7: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

7

G. PENATALAKSANAAN

Prinsip penatalaksanaan demam tifoid masih menganut trilogi

penatalaksanaan yang meliputi : istirahat dan perawatan, diet dan terapi

penunjang (baik simptomatik maupun suportif), serta pemberian antimikroba.

Selain itu diperlukan pula tatalaksana komplikasi demam tifoid yang meliputi

komplikasi intestinal maupun ekstraintestinal.

1. Istirahat dan Perawatan

Bertujuan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.

Tirah baring dengan perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti

makan, minum, mandi, dan BAB/BAK. Posisi pasien diawasi untuk

mencegah dukubitus dan pnemonia orthostatik serta higiene perorangan

tetap perlu diperhatikan dan dijaga.

2. Diet dan Terapi Penunjang

Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat.

a. Memberikan diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala

meteorismus, dan diet bubur saring pada penderita dengan

meteorismus. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi

perdarahan saluran cerna dan perforasi usus. Gizi penderita juga

diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan mempercepat

proses penyembuhan.

b. Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi akibat muntah dan

diare.

c. Primperan (metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual

muntah dengan dosis 3 x 5 ml setiap sebelum makan dan dapat

dihentikan kapan saja penderita sudah tidak mengalami mual lagi.

3. Pemberian Antimikroba

Obat – obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan

tatalaksana tifoid adalah:

Pada demam typhoid, obat pilihan yang digunakan adalah

chloramphenicol dengan dosis 4 x 500 mg per hari dapat diberikan secara

oral maupun intravena, diberikan sampai dengan 7 hari bebas panas.

Chloramphenicol bekerja dengan mengikat unit ribosom dari kuman

salmonella, menghambat pertumbuhannya dengan menghambat sintesis

protein. Chloramphenicol memiliki spectrum gram negative dan positif.

Efek samping penggunaan klorampenikol adalah terjadi agranulositosis.

Sementara kerugian penggunaan klorampenikol adalah angka kekambuhan

yang tinggi (5-7%), penggunaan jangka panjang (14 hari), dan seringkali

menyebabkan timbulnya karier.

Tiamfenikol, dosis dan efektifitasnya pada demam tofoid sama

dengan kloramfenikol yaitu 4 x 500 mg, dan demam rata-rata menurun

Page 8: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

8

pada hari ke-5 sampai ke-6. Komplikasi hematologi seperti kemungkinan

terjadinya anemia aplastik lebih rendah dibandingkan dengan

kloramfenikol.

Ampisillin dan Amoksisilin, kemampuan untuk menurunkan

demam lebih rendah dibandingkan kloramfenikol, dengan dosis 50-150

mg/kgBB selama 2 minggu.

Trimetroprim-sulfamethoxazole, (TMP-SMZ) dapat digunakan

secara oral atau intravena pada dewasa pada dosis 160 mg TMP ditambah

800 mg SMZ dua kali tiap hari pada dewasa.

Sefalosforin Generasi Ketiga, yaitu ceftriaxon dengan dosis 3-4 gram

dalam dekstrosa 100 cc diberikan selama ½ jam perinfus sekali sehari,

diberikan selama 3-5 hari.

Golongan Flurokuinolon (Norfloksasin, siprofloksasin). Secara

relatif obat – obatan golongan ini tidak mahal, dapat ditoleransi dengan

baik, dan lebih efektif dibandingkan obat – obatan lini pertama

sebelumnya (klorampenicol, ampicilin, amoksisilin dan trimethoprim-

sulfamethoxazole). Fluroquinolon memiliki kemampuan untuk menembus

jaringan yang baik, sehingga mampu membunuh S. Thypi yang berada

dalam stadium statis dalam monosit/makrophag dan dapat mencapai level

obat yang lebih tinggi dalam gallblader dibanding dengan obat yang lain.

Obat golongan ini mampu memberikan respon terapeutik yang cepat,

seperti menurunkan keluhan panas dan gejala lain dalam 3 sampai 5 hari.

Penggunaan obat golongan fluriquinolon juga dapat menurunkan

kemungkinan kejadian karier pasca pengobatan.

Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan pada keadaan

tertentu seperti toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, serta syok septik.

Pada wanita hamil, kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester ke-3

karena menyebabkan partus prematur, kematian fetus intrauterin, dan grey

syndrome pada neonatus. Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester

pertama karena memiliki efek teratogenik. Obat yang dianjurkan adalah

ampisilin, amoksisilin, dan ceftriaxon. (Yudhistira.W.2009)

H. PENGKAJIAN

a. Pengumpulan data

1) Identitas klien

Meliputi nama,, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa,

agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register

dan diagnosa medik.

2) Keluhan utama

Page 9: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

9

Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak

turun-turun, nyeri perut, pusing kepala, mual, muntah, anoreksia, diare

serta penurunan kesadaran.

3) Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke

dalam tubuh.

4) Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.

5) Riwayat penyakit keluarga

Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus.

6) Pola-pola fungsi kesehatan

a. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan

muntah saat makan sehingga makan hanya sedikit bahkan tidak

makan sama sekali.

b. Pola eliminasi

Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah

baring lama. Sedangkan eliminasi urine tidak mengalami

gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien

dengan demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang

berakibat keringat banyak keluar dan merasa haus, sehingga dapat

meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

c. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar

tidak terjadi komplikasi maka segala kebutuhan klien dibantu.

d. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan

suhu tubuh.

e. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan pada orang tua terhadap keadaan

penyakitanaknya.

f. Pola sensori dan kognitif

Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan

umumnya tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu

waham pad klien.

g. Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat

di rumah sakit dan klien harus bed rest total.

h. Pola penanggulangan stress

Biasanya orang tua akan nampak cemas.

Page 10: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

10

7) Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38

– 410 C, muka kemerahan.

b. Tingkat kesadaran

Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).

c. Sistem respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam

dengan gambaran seperti bronchitis.

d. Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin

rendah.

e. Sistem integumen

Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut

agak kusam

f. Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas),

mual, muntah, anoreksia, dan konstipasi, nyeri perut, perut terasa

tidak enak, peristaltik usus meningkat.

g. Sistem muskuloskeletal

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.

h. Sistem abdomen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan

konsistensi lunak serta nyeri tekan pada abdomen. Pada perkusi

didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik usus

meningkat.

I. Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella

thypii.

2. Nyeri berhubungan dengan agens cidera biologi.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

mual muntah

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat dan peningkatan suhu tubuh.

5. Konstipasi berhubungan dengan factor fisiologis (perubahan pola makan)

6. Nausea berhubungan dengan rasa makanan/minuman yang tidak enak di

lidah

(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

Page 11: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

11

J. INTERVENSI

1. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi kuman salmonella

thypii.

Defenisi : peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal

Tujuan : thermoregulation

Criteria hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal

b. Nadi dan RR dalam rentang normal

c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi :

a. Observai tanda-tanda vital

b. Anjurkan kompres hangat pada lipatan paha dan aksila

c. Anjurkan banyak minum air putih

d. Berikan antiperetik dan antibiotic

(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

2. Nyeri berhubungan dengan agens cedera biologis

Defenisi : Pengalaman sensori dan emosional yang muncul

akibat kerusakan jaringan yang aktual atau

potensial.

Tujuan :

a. Pain level

b. Pain control

c. Comfort level

Kriteria hasil :

a. Mampu mngontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan

teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan).

b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen

nyeri

c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri tulang berkurang

Intervensi :

1. Pain management

a. Lakukan pengakjian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor prespitasi.

b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non faramakologi

dan interpersonal)

d. Ajarkan tentang teknik non faramakologi

e. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

Page 12: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

12

f. Tingkatkan istirahat

(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake

yang tidak adekuat.

Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolic

Tujuan :

a. Nutritional status

b. nutristional status : food and fluid intake

c. Intake

d. Weight control

Kriteri hasil :

a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi

e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

1. Nutrition Management

a. Kaji adanya alergi makanan

b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien

c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake fe

d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

2. Nutrition Monitoring

a. Monitor adanya penurunan berat badan

b. Monitor lingkungan selama makan

c. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

d. Monitor turgor kulit

e. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht.

(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

4. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan intake yang tidak

adekuat dan peningkatan suhu tubuh.

Defenisi : Beresiko mengalami dehidrasi vaskluar, selular, atau

intraseluler.

Tujuan :

a. Fluid balance

Page 13: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

13

b. Hydration

c. Nutritional status : food and Fluid intake

Criteria hasil :

a. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine

normal, HT normal

b. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal

c. Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membrane

mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Intervensi :

1. Fluid Management

a. Monitor vital sign

b. Monitor masukan makanan/caoran dan hitung intake kalori harian

c. Kolaborasikan pemberian cairan intravena

2. Hypovolemia Management

a. Monitor status cairan termasuk intake dan output cairan

b. Monitor hb dan hematokrit

c. Dorong pasien untuk menambah intake oral

(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

5. Konstipasi berhubungan dengan factor fisiologis (perubahan pola makan)

Defenisi : penurunan pada frekwensi normal defekasi yang disertai oleh

kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses/atau pengeluaran feses yang

kering, keras, dan banyak.

Tujuan :

a. Bowel elimination

b. Hydration

Criteria hasil :

a. Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1 – 3 hari

b. Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi

c. Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi

d. Feses lunak dan berbentuk

Intervensi :

a. Monitor tanda dan gejala konstipasi

b. Monitor bising usus

c. Identifikasi factor penyebab dan kontribuais konstipasi

d. Dukung intake cairan

e. Kolaborasikan pemberian laktasif

f. Anjurkan pasien/keluarga untuk diet tinggi serat.

(Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)

6. Nausea berhubungan dengan rasa makanan/minuman yang tidak enak di lidah

Page 14: 231511530 Laporan Pendahuluan Thypoid Revisi

14

Defenisi : Sensasi seperti gelombang di belakang

tenggorokan, epigastrium, atau abdomen yang

bersifat subyektif yang mengarah pada

keinginan atau desakan untuk muntah.

Tujuan :

a. Nausea

b. Fluid volume, Risk For Dificient

Criteria hasil :

a. Pasien menyatakan penyebab mual dan muntah

b. Pasien mengambil langkah untuk mengatasi episode mual dan muntah

c. Pasien mengingesti gizi yang cukup untuk mempertahankan kesehatan

d. Pasien mengambil langkah untuk meyakinkan nutrisi yang adekuat pada

saat mual

e. Pasien mempertahan berat badan dalam rentang tertentu yang

diharapkan.

Intervensi :

a. Kaji kemampuan makan klien

b. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering

c. Berikan nutrisi dengan diet lunak, tinggi kalori tinggi protein

d. Anjurkan untuk menghindari makanan yang menusuk hidung dan berbau

tidak sedap

e. Berikan obat antiemetic sesuai anjuran

f. Ajarkan teknik relaksasi dan bantu pasien untuk menggunakan teknik

tersebut selama waktu makan.

( Aplikasi Nanda NIC-NOC.2013)