makalah koralogi revisi

Upload: apriyanti-rahayu

Post on 18-Jul-2015

607 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Terumbu karang adalah karang yang terbentuk dari kalsium karbonat koloni

kerang laut yang bernama polip yang bersimbiosis dengan organisme miskroskopis yang bernama zooxanthellae. Terumbu karang bisa dikatakan sebagai hutan tropis ekosistem laut. Ekosistem ini terdapat di laut dangkal yang hangat dan bersih dan merupakan ekosistem yang sangat penting dan memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi (Anonim, 2011). Terumbu karang (coral reef) di Indonesia merupakan yang terkaya di dunia. Diperkirakan dari total luas terumbu karang di dunia yang mencapai 284.300 km2, 18 % (85.200 km2) diantaranya berada di wilayah Indonesia. Hal ini juga berkaitan dengan Indonesia yang sebagai negara maritim terbesar di dunia yang memiliki perairan seluas 93 ribu km2. Terumbu karang Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2.500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2.500 jenis moluska, dan 1.500 jenis udangudangan. Sejauh ini telah tercatat lebih dari 750 jenis karang yang termasuk kedalam 75 marga terdapat di Indonesia. Terumbu karang Indonesia juga termasuk dalam wilayah segitiga karang dunia (coral triangel) yang merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia. Coral Triangle adalah pusat keanekaragaman hayati laut termasuk terumbu karang di wilayah segitiga karang . Kawasan ini meliputi Indonesia, Philipina, Malaysia, Timor Leste, Papua New Guinea dan Kepulauan Salomon. Luas total terumbu karang di segitiga karang ini adalah 75.000 km2 . Terumbu karang merupakan ekosistem yang sangat rentan di dunia. Dalam beberapa dekade terakhir sekitar 35 juta hektar terumbu karang di 93 negara mengalami kerusakan. Jika laju kerusakan terumbu karang tidak menurun, maka diperkirakan pada beberapa dekade ke depan sekitar 70% terumbu karang dunia akan mengalami kehancuran. Kenaikan temperatur air laut sebesar 1 hingga 2C dapat menyebabkan terumbu karang menjadi stres dan menghilangkan organisme miskroskopis yang

1|Morfologi dan Identifikasi Terumbu Karang

bernama zooxanthellae yang merupakan pewarna jaringan dan penyedia nutrientnutrien dasar. Jika zooxanthellae tidak kembali, akibatnya warnanya akan berubah menjadi putih dan jika tingkat ke-stres-annya sangat tinggi maka terumbu karang tersebut akan mati. Hal inilah yang memacu kami untuk lebih jelas menerangkan tentang terumbu karang. Karena tanpa kita sadari, kelestarian terumbu karang sangat penting untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim di dunia dan Indonesia mempunyai peranan penting didalamnya.

1.2

Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui lebih terperinci

tentang morfologi dan identifikasi dari terumbu karang. Selain itu dalam makalah ini kami akan membahas studi pustaka tentang terumbu karang dan karakteristik terumbu karang.

2|Morfologi dan Identifikasi Terumbu Karang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Pengertian Karang Menurut Nybakken (1988), koloni karang adalah kumpulan dari berjuta-juta

polip penghasil bahan kapur (CaCO3) yang memiliki kerangka luar yang disebut koralit. Pada koralit terdapat septum-septum yang berbentuk sekat-sekat yang dijadikan acuan dalam penentuan jenis karang. Karang memiliki polip yang mempunyai mulut yang terletak di bagian atas dan juga berfungsi sebagai dubur, tentakel-tentakel yang digunakan untuk menangkap mangsanya serta untuk membersihkan tubuh. Tubuh polip karang terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis dan endodermis, yang dipisahkan oleh lapisan mesoglea. Dalam lapisan endodermis, hidup simbion alga bersel satu yang disebut zooxanthella, yang dapat menghasilkan zat organik melalui proses fotosintesis yang kemudian sebagian ditranslokasikan ke jaringan karang. Makanan yang masuk dicerna oleh

filamen khusus (mesenteri) dan sisa makanan dikeluarkan melalui mulut. Karang hidup berasosiasi dengan biota lainnya. Dalam kehidupan berasosiasi ini karang berperan sebagai produsen sekaligus sebagai konsumen. Hal tersebut disebabkan karena karang bersimbiosis dengan zooxanthellae yang menghasilkan bahan organik, disamping itu karang kebutuhan hidupnya. juga memakan plankton untuk memenuhi

2.2

Struktur Morfologi Karang Hewan karang atau reef corals (Anthozoa) merupakan penyusun utama terumbu

karang (coral reefs), karena mampu membuat "bangunan" dari pengendapan kalsium karbonat (CaCO3). Tidak semua anggota Kelas Anthozoa (Filum Cnidaria) dapat membentuk terumbu, hanya dari kelompok hermatypic coral (ordo Scleractinia), sedangkan yang tidak membentuk karang disebut ahermatypic coral (misalnya: anemon, soft coral, akar bahar). Kelompok hermatypic coral tersebut hidupnya bersimbiosis dengan alga bersel satu zooxanthellae (Symbiodinium microadriaticum) yang berada pada sel di lapisan endodermis. Hasil samping dari proses fotosintesa

3|Morfologi dan Identifikasi Terumbu Karang

zooxanthellae adalah endapan kalsium karbonat yang menjadi berbagai bentuk dan struktur yang khas tergantung dari jenis inang (host) hewan karang. Semakin maksimal proses fotosintesa zooxanthellae, maka semakin maksimal pula kalsium karbonat yang dapat diendapkan, berarti semakin cepat proses pertumbuhan hewan karang. Karang adalah anggota filum Cnidaria, yang termasuk mempunyai bermacammacam bentuk seperti ubur-ubur dan anemone laut. Karang dan anemone laut adalah anggota dari kelas Anthozoa, perbedaannya adalah karang menghasilkan kerangka luar kalsium karbonat, sedangkan anemone tidak.

Gambar 1. Morfologi Karang

Gambar 2. Struktur Rangka Karang

4|Morfologi dan Identifikasi Terumbu Karang

Bagian-bagian tersebut didefenisikan sebagai berikut : Koralit, merupakan keseluruhan rangka kapur yang terbentuk dari satu polip. Septa, lempeng vertikel yang tersusun secara radial dari tengah tabung, seri septa berbentuk daun dan tajam yang keluar dari dasar dengan pola berbeda pada tiap spesies sehingga menjadi dasar pembagian (klasifikasi) spesies

karang. Dalam satu koralit terdapat beberapa lempeng vertikel septa. Konesteum, suatu lempeng horisontal yang menghubungkan antar koralit. Kosta, bagian septa yang tumbuh hingga mencapai dinding luar dari koralit Kalik, bagian diameter koralit yang diukur dari bagian atas septa yang

berbentuk lekukan mengikuti bentuk bibir koralit Kolumela, struktur yang berada di tengah koralit. Terdapat empat bentuk kolumela yang sering dijumpai yaitu padat, berpori, memanjang dan tanpa kolumela. Pali, bagian dalam sebelah bawah dari septa yang melebar membentuk

tonjolan sekitar kolumela. Membentuk struktur yang disebut paliform. Koralum, merupakan keseluruhan rangka kapur yang dibentuk oleh keseluruhan polip dalam satu individu atau satu koloni. Lempeng dasar, merupakan bagian dasar atau fondasi dari septa yang muncul membentuk struktur yang tegak dan melekat pada dinding. Karang adalah hewan dan bukan tumbuhan. Bagian tubuh yang menjalani kehidupan karang adalah polip. Polip hidup membenamkan diri dalam lubang-lubang mangkuk kapur yang dibentuk oleh dirinya sendiri. Bila polip yang menempati kerangka kapur berjumlah cukup banyak, maka system kehidupannya disebut berkoloni. Sedangkan hanya ada satu individu, maka system kehidupannya disebut soliter, atau menyendiri. Polip karang berbentuk lunak, mempunyai mulut pada bagian atas yang dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi menangkap makanan. Lebih jelasnya lagi polip karang

merupakan hewan sederhana berbentuk tabung dengan bagian-bagian tubuh sebagai berikut: a. Mulut terletak di bagian atas, dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa dari perairan (Suharsono 1996; Timotius 2003) dan sebagai alat pertahanan diri (Timotius, 2003).

5|Morfologi dan Identifikasi Terumbu Karang

b. Tenggorokan pendek, rongga tubuh (coelenteron) merupakan saluran pencernaan. c. Tubuh terdiri atas dua lapisan, ektoderm dan endoderm (gastrodermis), diantara keduanya dibatasi oleh lapisan mesoglea (Timotius, 2003). Lapisan ektoderm mengandung nematokista (nematocyst) dan sel mukus, sedangkan lapisan

endodermisnya mengandung simbion zooxanthellae (Suharsono, 1996). d. Sistem saraf, otot, dan reproduksi masih sederhana namun telah berkembang dan berfungsi dengan baik (Suharsono, 2004).

Gambar 3. Anatomi hewan karang

2.3

Jenis-Jenis Karang Karang berdasarkan kebutuhannya akan cahaya matahari dapat dibedakan

menjadi dua kelompok yaitu Karang hermatipik (hermatypic coral) adalah kelompok karang yang tumbuh terbatas di daerah hangat dengan penyinaran yang cukup karena adanya simbion alga (zooxanthellae), karang tipe ini merupakan pembentuk bangunan kapur atau terumbu karang. Kelompok karang kedua adalah karang ahermatipik (ahermatypic coral) yang tidak membentuk terumbu karang. Karang ahermatipik hidup di tempat yang lebih dalam. Karang hermatipik lebih cepat tumbuh dan lebih cepat membentuk deposit kapur dibanding karang ahermatipik (Suharsono, 2004).

2.4

Perbedaan Jenis-Jenis Karang Ada dua jenis terumbu karang yaitu terumbu karang keras (hard coral) dan

terumbu karang lunak (soft coral). Terumbu karang keras (seperti brain coral dan

6|Morfologi dan Identifikasi Terumbu Karang

elkhorn coral) merupakan karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang.

Gambar 4. Perbedaan Morfologi Karang Keras dan Karang Lunak Pada Gambar terlihat perbedaan yang sangat mendasar antara antara karang keras dan karang lunak yakni rangka tubuhnya. Karang keras memiliki rangka tubuh yang lebih keras dibanding dengan karang lunak. Tidak seperti karang keras, tubuh karang lunak tetapi disokong oleh sejumlah besar-duri-duri yang kokoh, berukuran kecil dan tersusun sedemikian rupa sehingga tubuh lentur dan tidak mudah putus. Duriduri mengandung karbonat kalsium dan disebut spikula (Irwan, 2010).

2.4.1 Karang Keras (Zoantharia) Polip kecil, yang terdapat bagian yang berbentuk piala skeleton, tentakel biasanya 6, tidak memiliki siphonoglyph, otot lemah, hidup berkoloni dan ada pula yang soliter, terdapat dalam air laut yang hangat.

Gambar 5. Karang Keras Sub klas zoantharia dibagi menjadi beberapa ordo yaitu (1) Actinarida (Anemon laut); (2) Madreporiada; (3) Zoanthida; (4) Anthipathida (karang hitam); dan (5) Ceriantharida (Jasin, 1992).

7|Morfologi dan Identifikasi Terumbu Karang

Gambar 6. Beberapa ordo Karang Keras

Karang keras dapat hidup optimal sampai pada kedalaman 40 m dengan suhu berkisar antara 25-300C dan salinitas sekitar 27-40. Substrat yang keras dan bersih diperlukan untuk perlekatan dan pertumbuhan karang. Bentuk nematosit yang dapat dijumpai di beberapa jenis pada klas Anthozoa. Sistem kerja nematosit dibawah pada bagian paling kiri nematosit berada pada kapsul seluler. Dalam sel tersebut terdapat benang yang berpilin yang terbungkus dan memiliki tekanan (Seperti per). Saat mangsa menyentuh tentakel polip, nematosit terpicu. Penutup pada jaringan sel pada operculum tersebut langsung terbuka. Saat operculum terbuka benang-benang yang ada didalamnya langsung keluar. Pada bagian paling kanan benang tersebut kemudian menyebar. Benang tersebut bentuknya seperti jarum yang langsung menyuntikkan racun pada mangsanya. Saat mangsa telah lumpuh polip mengerakkan mangsa kemulutnya kemudian nematosit tersebut kembali kedalam kapsul.

2.4.2

Karang Lunak (Alcyonaria) Sub klas Alcyonaria memiliki ciri-ciri yakni memiliki 8 tentakel bercabang

yang berduri dan memiliki 8 septa tunggal yang sempurna; memiliki satu siphonogluph ventralis, memiliki endoskeleton, dan hidup secara berkoloni. Ada beberapa ordo dari karang ini yakni Stoloniferida, Telestacida, Alcynacida, Coenothecalia, Gorgonacida, dan Pennatulacida

8|Morfologi dan Identifikasi Terumbu Karang

Gambar 7. Ordo Karang Lunak

Karang lunak dapat ditemukan diberbagai habitat karang. Pertumbuhan optimal karang lunak yakni pada kedalaman antara 10-30 meter. Jenis-jenis karang lunak hidup di daerah pasang surut sampai kedalaman 200 m. Umumnya syarat-syarat hidup karang lunak sama dengan karang batu. Hewan ini menyukai perairan yang hangat atau sedang terutama di Indo-Pasifik. Ada beberapa jenis yang dapat hidup sampai kekedalaman 3000 m.

2.5

Perbedaan Karang dan Terumbu Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang mampu mensekresi kalsium

karbonat (CaCO3 atau limestone). Hewan ini termasuk ke dalam filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria. Karang atau coral mencakup karang dari ordo Scleractinia dan sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Satu individu karang atau polip karang memiliki ukuran yang bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih dari 50 cm. Pada umumnya polip karang berukuran kecil, sedangkan polip dengan ukuran besar hanya dijumpai pada karang yang soliter. Terumbu atau reef merupakan endapan masif batu kapur (limestone) terutama kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur (algae berkapur dan moluska), dan dijadikan sebagai tempat hidup hewan karang. Terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang9|Morfologi dan Identifikasi Terumbu Karang

hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat. Karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) hidup berkoloni, dan tiap individu karang yang disebut polip menempati mangkuk kecil yang dinamakan koralit. Tiap mangkuk koralit mempunyai beberapa septa yang tajam dan berbentuk daun yang tumbuh keluar dari dasar koralit, dimana septa ini merupakan dasar penetuan species karang. Tiap polip adalah hewan berkulit ganda, dimana kulit luar yang dinamakan epidermis dipisahkan oleh lapisan jaringan mati (mesoglea) dari kulit dalamnya yang disebut gastrodermis.

2.6

Asosiasi Karang dengan Zooxanthellae Sebagian besar karang dan anemon di perairan tropis (filum Cnidaria)

mengandung sejumlah besar populasi Dinoflagellata yang bersimbiotik dengan Zooxanthellae yang merupakan algae Dinoflagellata yang bersimbiosis pada hewan, terutama invertebrata. Zooxantellae merupakan jenis alga dinoflagelata berwana coklat dan kuning, yang dinyatakan sebagai Symbiodinium microadriaticum. Zooxanthellae ini dapat hidup bebas, tidak selalu terdapat pada polip karang, namun sebagian besar ditemukan bersimbiosis dengan karang, dan ditemukan pada vakuola didalam lapisan gastrodermis (endoderm) karang (Gates et al. 1992; Timotius 2003). Zooxanthellae yang bersimbiosis terutama berasal dari genus Symbiodinium. Keberadaan zooxanthellae pada polip karang dapat mencapai lebih dari 1 juta sel per cm2 permukaan karang (Timotius, 2003).

10 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

Gambar 8. Letak Zoonxantella pada Karang

Zooxanthellae mempunyai klorofil (zat hijau daun) sehingga dapat melakukan fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari. Polip karang merupakan habitat yang sesuai bagi zooxanthellae karena merupakan penyuplai terbesar kebutuhan zat anorganik untuk fotosintesis zooxanthellae. Zooxanthellae menerima kebutuhan nutrien penting seperti amonia, fosfat, dan CO2 dari sisa metabolisme karang (Trench 1979; Mueller-Parker and DElia 1997 dalam Lesser, 2004). Zooxanthellae sendiri menyediakan hasil fotosintesis seperti asam amino, gula, dan oksigen untuk karang. Selain itu, asosiasi dengan zooxanthellae juga akan mempercepat proses kalsifikasi (Timotius, 2003).

11 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

Beberapa jenis zooxanthellae dapat hidup bersama-sama pada satu jenis karang (Rowan dan Knowlton 1995; Rowan et al. 1997 dalam Westmacott et al., 1997). Zooxanthellae ini hidup bersimbiosis dan memberikan warna, energi dari fotosintesis, dan 90% kebutuhan karbon karang (Sebens, 1987). Zooxanthellae menerima nutrisinutrisi penting dan Zooxanthellae juga akan mendapatkan tempat berlindung dari para pemangsa. Jadi, hewan karang dan Zooxanthellae mempunyai hubungan yang saling menguntungkan. Hubungan antara 2 makhluk hidup yang saling menguntungkan ini disebut simbiosis mutualisme.

Gambar 9. Zooxanthellae dalam polip karang (Muzaki, 2011) Hewan karang mempunyai tentakel (tangan-tangan) untuk menangkap plankton sebagai sumber makanannya, Namun, sumber nutrisi utama hewan karang sebenarnya berasal dari proses fotosintesa zooxantellae (hampir 98%). Selain itu, zooxanthellae memberi warna pada hewan karang yang sebenarnya hampir transparan. Sebagai timbal balik, karang menyediakan tempat tinggal dan berlindung bagi sang alga.

2.7

Bentuk-bentuk Koralit Hewan Karang Suatu koralit karang baru dapat terbentuk dari proses budding (percabangan)

dari karang. Selain bentuk koralit yang berbeda-beda, ukuran koralit juga berbedabeda. Perbedaan bentuk dan ukuran tersebut memberi dugaan tentang habitat serta cara menyesuaikan diri terhadap lingkungan, namun faktor dominan yang menyebabkan perbedaan koralit adalah karena jenis hewan karang (polip) yang berbeda-beda. Pembagian bentuk koralit sebagai berikut :

12 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

1. Placoid, masing-masing koralit dipisahkan oleh konesteum

memiliki

dindingnya masing-masing dan

Gambar 10. Placoid 2. Cerioid, apabila dinding koralit saling menyatu dan membentuk permukaan yang datar.

Gambar 11.Cerioid 3. Phaceloid, apabila koralit memanjang membentuk tabung dan juga mempunyai koralit dengan dinding masing-masing

Gambar 12. Phaceloid

13 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

4. Meandroid, apabila koloni mempunyai koralit yang membentuk lembah dan koralit disatukan oleh dinding-dinding yang saling menyatu dan membentuk alur-alur seperti sungai.

Gambar 13. Meandroid 5. Flabello-meandroid, seperti meandroid, membentuk lembah-lembah memanjang, namun koralit tidak memiliki dinding bersama.

Gambar 14. Flabello-meandroid 6. Dendroid, yaitu bentuk pertumbuhan dimana koloni hampir menyerupai pohon yang dijumpai cabang-cabang dan di ujung cabang biasanya dijumpai kalik utama.

] Gambar 15. Dendroid

14 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

7. Hydnophoroid, koralit terbentuk seperti bukit tersebar pada seluruh permukaan sehingga sangat mudah untuk dikenal.

Gambar 16. Hydnophoroid 2.8 Tipe-Tipe Terumbu Berdasarkan fungsinya dalam pembentukan terumbu (hermatype-ahermatype) dan ada/tidaknya alga simbion (symbiotic-asymbiotic), maka karang terbagi menjadi empat kelompok berikut: 1. Hermatypes-symbionts. Kelompok ini terdiri dari anggota karangpembangun terumbu yaitu sebagian besar anggota Scleractinia (karang batu), Octocorallia (karang lunak) dan Hydrocorallia. 2. Hermatypes-asymbionts. Kelompok ini merupakan karang dengan

pertumbuhan lambat yang dapat membentuk kerangka kapur masif tanpa bantuan zooxanthellae, sehingga mereka mampu untuk hidup di dalam perairan yang tidak ada cahaya. Di antara anggotanya adalah Scleractinia asimbiotik dengan genus Tubastrea dan Dendrophyllia, dan hydro-corals jenis Stylaster rosacea. 3. Ahermatypes-symbionts. Anggota kelompok ini antara lain dari genus Heteropsammia dan Diaseris (Scleractinia: Fungiidae) dan Leptoseris (Agaricidae) yang hidup dalam bentuk polip tunggal kecil atau koloni kecil sehingga tidak termasuk dalam pembangun terumbu. Kelompok ini juga terdiri dari Ordo Alcyonacea dan Gorgonacea yang mempunyai alga simbion namun bukan pembangun kerangka kapur masif (matriks terumbu). 4. Ahermatypes-asymbionts. Anggota kelompok ini antara lain terdiri dari genus Dendrophyllia dan Tubastrea (Ordo Scleractinia) yang mempunyai polip yang kecil. Termasuk juga dalam kelompok ini adalah kerabat karang batu dari Ordo

15 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

Antipatharia dan Corallimorpha (Subkelas Hexacorallia) dan Subkelas Octocorallia asimbiotik. Berdasarkan morfologi tipe karang dapat dibedakan sebagai berikut : Tabel 1. Tipe karang berdasarkan morfologi dan contoh gambarnya. No. 1. Tipe Karang Tipe bercabang (branching) Morfologi Memiliki cabang dengan ukuran cabang lebih panjang dibandingkan dengan ketebalan diameter yang dimilikinya koloni padat Memiliki yang keras dan umumnya berbentuk membulat, permukaannya halus dan padat Contoh Gambar

2.

Tipe (massive)

3.

tumbuh kerak Karang merambat dan (ensrusting) menutupi permukaan dasar terumbu, memiliki permukaan kasan dan berlubang kecil Tipe Tipe (tabulate) tumbuh meja Karang menyerupai bentuk meja dengan permukaan lebar dan datar dan ditopang seperti tiang penyangga

4.

16 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

5.

Tipe (follose)

Daun Karang membentuk lembaran-lembaran yang menonjol pada dasar terumbu berukuran kecil dan membentuk lipatanlipatan melingkar

6.

jamur Karang terdiri dari sebuah polip yan (mushroom) berbentuk oval dan seperti jamur, memilki banyak septa seperti punggung bukit yang beralur dari tepi ke pusat Tipe

2.9

Teknik Identifikasi Karang Identifikasi karang dimulai secara bertahap, yakni dari pengenalan bentuk-

bentuk pertumbuhan karang (coral life form) dan tipe-tipe koralit terlebih dahulu, kemudian memasuki tingkat marga, dan terakhir ke tingkat spesies. Identifikasi karang hingga ke tingkat spesies sangat sulit dilakukan. Identifikasi karang tidaklah semudah identifikasi tumbuhan dan ikan dimana terminologi untuk kedua biota tersebut dapat berlaku umum dan kunci determinasi telah dibuatkan secara mapan. Kesulitan yang dihadapi dalam identifikasi karang adalah terminologi yang ada tidak dapat berlaku secara umum untuk semua jenis karang. Hampir tiap suku atau bahkan beberapa marga mempunyai terminologi sendiri-sendiri. Sistematika dan Teknik Identifikasi Karang Teknik identifikasi karang dapat dilakukan dengan empat cara: 1. Teknik visual, yakni pengamatan langsung di alam. Teknik visual ini memperhatikan warna karang hidup, bentuk koloni dan bentuk tentakel yang ada (untuk spesies karang tertentu dimana tentakelnya keluar di siang hari). Cara visual ini lebih mudah untuk spesies karang tertentu, namun tidak dapat diterapkan pada semua spesies karang. Identifikasi karang ke tingkat spesies biasanya membutuhkan alat bantu mikroskop untuk melihat bagian-bagian koralit dari rangka kapurnya.

17 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

2.

Teknik menelaah rangka kapur karang. rangka

Teknik ini memperhatikan

bentuk

kapur karang, pada karang yang telah mati. Untuk dapat

menerapkan teknik ini, kita terlebih dahulu harus memahami bagian-bagian dari rangka kapur karang. Bagian-bagian dari rangka kapur karang yang perlu diperhatikan antara lain ialah bentuk koloni (apakah tergolong masif,

bercabang, lembaran, dll.), bentuk koralit (ceroid, plocoid, meandroid, dll.) dan bagian-bagian koralit lainnya seperti septa, pali, columella dan

coenostium. Alat bantu yang diperlukan antara lain ialah kaca pembesar. 3. Pengamatan pada bentuk pertumbuhan karang. Cara ini sangat mudah dan cepat dipelajari yaitu dengan melihat bentuk pertumbuhan koloni karang. Bagi peneliti muda dan penelitian kondisi terumbu karang, metode ini sudah sering digunakan. Kemudian kemampuan identifikasi karang akan terus meningkat sesuai dengan pengalaman seiring dengan berjalannya waktu dan seringnya melakukan survei karang. 4. Teknik analisa DNA. Teknik ini berskala laboratorium dan masih jarang dilakukan oleh peneliti. Teknik ini diperlukan untuk kasus-kasus tertentu,

dimana kita mengalami kesulitan menentukan spesies dari suatu karang, jika hanya berdasarkan bentuk pertumbuhan koloni dan telaah rangka kapur. Bentuk pertumbuhan koloni karang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan pola adaptasi karang terhadap kondisi lingkungannya. Oleh karena itu dapat saja terjadi bahwa satu jenis karang yang sama, memiliki bentuk pertumbuhan koloni yang berbeda. Untuk membuktikan bahwa mereka masih tergolong satu spesies, diperlukan analisa pada DNA.

2.10

Identifikasi Karang Berdasarkan Genus Berdasarkan survei karang yang pernah dilakukan di beberapa daerah di

Indonesia oleh beberapa ahli karang, ternyata genus karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia antara lain meliputi : 1. Genus Acropora (Familia Acroporidae) Genus Acropora memiliki jumlah jenis (spesies) terbanyak dibandingkan genus lainnya pada karang. Karang jenis ini biasanya tumbuh pada perairan jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak. Bentuk koloni umumnya bercabang dan

18 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan. Karakteristik bentuk genus Acropora antara lain ialah: Koloni biasanya bercabang, jarang sekali menempel ataupun submasif. Koralit dua tipe yaitu koralit axial dan radial. Septa umumnya mempunyai dua lingkaran. Columella tidak ada. Dinding koralit dan coenosteum rapuh. Tentakel umumnya keluar pada malam hari.

Gambar 17. Terumbu Karang Genus Acropora

2. Genus Montipora (Familia Acroporidae) Genus Montipora sering ditemukan mendominasi suatu daerah. Sangat tergantung pada kejernihan suatu perairan. Biasanya berada pada perairan dangkal berkaitan dengan intensitas cahaya yang diperolehnya dengan bentuk koloni berupa lembaran. ini antara lain ialah: Bentuk koloni bervariasi, ada yang submasif, laminar, menempel Karakteristik bentuk rangka kapur genus Montipora

ataupun bercabang. Ukuran koralit umumnya kecil. Septa umumnya memiliki dua lingkaran dengan bagian ujung (gigi)

muncul keluar. Apabila disentuh maka akan terasa tajam. Tidak memiliki columella. Dinding koralit dan coenosteum keropos Tentakel umumnya keluar pada malam hari.

19 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

Gambar 18. Terumbu Karang Genus Montiopora

3. Genus Pocillopora (Familia Pocilloporidae) Karakteristik bentuk rangka kapur genus Pocillopora antara lain ialah: Koloni umumnya berbentuk submasif, bercabang, ataupun bercabang

dengan bentuk pipih. Koralit cekung ke dalam pada verrucae. Koralit mungkin tidak memiliki struktur dalam atau memiliki columella

yang kurang berkembang. Memiliki dua lingkaran septa yang tidak sama. Coenosteum biasanya ditutupi oleh granules (butiran). Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari Genus Pocillopora merupakan satu-satunya genus pada karang yang Hal tersebut menjadi ciri khas yang membedakannya

memiliki verrucae.

dengan genus-genus karang yang lain.

Gambar 19. Terumbu Karang Genus Montiopora

20 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

4. Genus Seriatopora (Familia Pocilloporidae) Karakteristik genus Seriatopora antara lain ialah: halus. Koralit tersusun rapi (neat rows) sepanjang cabang. Koralit sebagian besar tenggelam (immerse) dan struktur internal tidak Ciri khas koloninya berbentuk compact bushes dengan cabang yang

begitu berkembang kecuali columella. Septa umumnya berjumlah satu, namun kadangkala terdiri atas dua

lingkaran, dan telah berkembang dan menyatu hingga ke columella. Coenosteum ditutupi oleh spinules (duri-duri) yang halus. Struktur rangka kapur genus Seriatopora hampir mirip dengan genus tetapi dapat dibedakan, dimana percabangan genus Seriatopora

Stylophora,

lebih halus (kecil) dibandingkan dengan genus Stylophora.

Gambar 20. Terumbu Karang Genus Seriatopora

5. Genus Favia (Familia Faviidae) Karakteristik bentuk rangka kapur genus Favia antara lain ialah: Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped. Koralit sebagian besar monocentric (satu columella dalam satu corallite)

dan plocoid. Memperbanyak koralit melalui pembelahan intratentacular. Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari. Struktur rangka kapur genus Favia mirip dengan genus Favites tapi Tipe koralit

dapat dibedakan dengan perbedaan tipe koralit karang.

Favites tergolong ceroid, sedangkan tipe koralit Favia tergolong plocoid.

21 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

Gambar 21. Terumbu Karang Genus Favia

6. Genus Favites (Familia Faviidae) Beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Favites : koralit. Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped. Koralit berbentuk monocentric dan ceroid, beberapa berbentuk

subplocoid. Pada koloni karang ini, antar dua koralit dibatasi oleh satu dinding

Gambar 22. Terumbu Karang Genus Favites 7. Genus Porites (Familia Poritidae) masif Beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Porites : Bentuk

koloni ada yang flat, masif atau bercabang. Koloni yang masif berbentuk bulat ataupun setengah bulat. Koloni

yang kecil akan terlihat berbentuk seperti helm atau dome-shaped,

dengan diameter dapat mencapai lebih dari 5 m. Koralit berukuran kecil, cekung ke dalam (terbenam) pada badan koloni

dengan lebar Calice kurang dari 2 mm. Tentakel umumnya keluar pada malam hari. Genus Porites ini mirip dengan genus Montipora dan Stylaraea, namun

memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan antara Porites dengan Montipora

22 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

ialah bahwa Porites memiliki bentuk pertumbuhan yang lebih beragam, koralit pada Porites lebih besar, kokoh dan tidak ada elaborate thecal (perpanjangan dinding koralit). Genus Montipora mempunyai dua tipe coenosteum, yaitu reticulum papillae dan tuberculae. Selain itu, Porites memiliki koralit yang umumnya selalu terlihat septanya, sementara Montipora hanya memiliki

perpanjangan gigi septa yang menonjol keluar sehingga terasa runcing dan kasar bila tersentuh.

Gambar 23. Terumbu Karang Genus Porites

8. Genus Goniopora (Familia Poritidae) Bentuk koloni columnar , masif dan encrusting. Koralit tebal tapi berdinding keropos dan calice memiliki septa yang

kokoh dan memiliki columella. Polip genus Goniopora berukuran panjang dan keluar baik pada malam

maupun siang Polip genus Goniopora memiliki 24 tentakel (Johan, 2003).

Gambar 24. Terumbu Karang Genus Porites

23 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

BAB III KESIMPULAN

3.1

Kesimpulan Koloni karang adalah kumpulan dari berjuta-juta polip penghasil bahan kapur

(CaCO3) yang memiliki kerangka luar yang disebut koralit. Pada koralit terdapat septum-septum yang berbentuk sekat-sekat yang dijadikan acuan dalam penentuan jenis karang. Hewan karang atau reef corals (Anthozoa) merupakan penyusun utama terumbu karang (coral reefs), karena mampu membuat "bangunan" dari pengendapan kalsium karbonat (CaCO3). Tidak semua anggota Kelas Anthozoa (Filum Cnidaria) dapat membentuk terumbu, hanya dari kelompok hermatypic coral (ordo Scleractinia), sedangkan yang tidak membentuk karang disebut ahermatypic coral (misalnya: anemon, soft coral, akar bahar). Karang adalah hewan tak bertulang belakang yang mampu mensekresi kalsium karbonat (CaCO3 atau limestone). Hewan ini termasuk ke dalam filum Coelenterata (hewan berongga) atau Cnidaria. Karang atau coral mencakup karang dari ordo Scleractinia dan sub kelas Octocorallia (kelas Anthozoa) maupun kelas Hydrozoa. Sedangkan terumbu atau reef merupakan endapan masif batu kapur (limestone) terutama kalsium karbonat (CaCO3) yang dihasilkan oleh hewan karang dan biota-biota lain yang mensekresi kapur (algae berkapur dan moluska), dan dijadikan sebagai tempat hidup hewan karang. Terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat (CaCO3), yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu (karang hermatipik) dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang menyekresi kalsium karbonat.

24 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Terumbu Karang. id.wikipedia.org/wiki/Terumbu_karang. Diakses pada tanggal 23 Februari 2011 Dedy, 2010. Karang. http://irwandedy.blogspot.com/. Diakses tanggal 5 Maret 2011 Johan, Ofri. 2003. Identifikasi Terumbu Karang. www.terangi.or.id/

publications/pdf/sistematika.pdf. Diakses Tanggal 23 Februari 2011. Muzaki, 2010. Biologi Karang. http://faridmuzaki.blogspot.com/2011/01/biologikarang.html. diakses tanggal 5 Maret 2011 Nybakken, J.W. 1988. Biologi Laut : Suatu Pendekatan Ekologi (alih bahasa dari Marine Biology : An Ecologycal Approach, Oleh : M. Eidman, Koesoebiono, D.G. Bengen, M.Hutomo, dan S. Sukardjo). PT Gramedia. Jakarta.B Suharsono. 2004. Jenis-jenis Karang di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Timotius, S. 2003. Biologi Karang. Makalah Training Course: Karakteristik Biologi Karang. PSK UI; Yayasan Terangi.

25 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g

26 | M o r f o l o g i d a n I d e n t i f i k a s i T e r u m b u K a r a n g