141940186 teknik pemeriksaan hidung

45
 

Upload: septi-yanti-amalia

Post on 17-Oct-2015

295 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

pemeriksaan hidung tht

TRANSCRIPT

  • Jenis pemeriksaan hidung dan sinus paranasalis terdiri atas:

    1. Pemeriksaan dari luar

    2. Rinoskopi anterior

    3. Rinoskopi posterior

    4. Transluminasi Diapanoscopia

    5. X-foto

    6. Pungsi percobaan

    7. Biopsi

    8. Pemeriksaan laboratorium rutin, bakteriologi, serologi,

    sitologi

  • A. Inspeksi, perhatikan: Kerangka Dorsum nasi:

    lebar (polip)

    Miring (fraktur)

    Saddle nose ( lues)

    Lorgnet nose (abses septum nasi)

    Luka-luka, warna, odem (kulit ujung hidung jadi mengkilat)

    ,ulkus naso-labial.

    Bibir atas: maserasi akibat dari sekresi sinusitis, adenoiditis.

  • B. Palpasi, perhatikan: Dorsum nasi: krepitasi, deformitas (tanda fraktur os nasalis)

    Ala nasi: Sangat sakit pada furunkel vestibulum nasi

    Regio frontalis untuk sinus frontalis:

  • Menekan lantai sinus frontalis, dengan ibujari ke arah medio-superior ,dengan tenaga yang optimal dan simetris (tenaga kiri= kanan)

    Nilai: mempunyai nilai bila ada perbedaan reaksi, sinus yang lebih sakit adalah sinus yang patologis

  • Menekan dinding muka sinus frontalis, dengan ibu jari ke

    arah medial dengan tenaga yang optimal dan simetris , pada

    tempat yang simetris dan tidak boleh pada foramen

    suopraorbitalis sebab disana ada N.supraorbitalis.

    Nilai seperti diatas

    palpasi sinus frontalis

  • Fossa kanina ( untuk sinus maxilaris): Syarat- syarat seperti diatas , tetapi jangan ditekan pada foramen infra-orbitalis sebab ada N. Infra-orbitalis.

    C. Perkusi: Bila palpasi menimbulkan reaksi yang hebat maka dapat

    dilakukan dengan perkusi.

    Syarat buat palpasi juga berlaku buat perkusi.

  • 1. Alat: a. Spekulum hidung hartman

    b. Pinset (angulair)- bayonet (Lucae)

    c. Aplikator

    d. Pipa penghisap

    e. Kaca rinoskopi posterior

  • Gambar alat pemeriksaan hidung

  • 2. Cara pemakaian spekulum Memegang spekulum dengan tangan kiri, posisi spekulum

    horizontal, tangkai lateral, mulutnya medial(masuk dalam

    lubang hidung)

  • Memasukkan spekulum Mulut spekulum dalam keadaan tertutup, masukkan

    spekulum kedalam kavum nasi dan mulut spekulum

    dibuka pelan- pelan

    Mengeluarkan spekulum Mulut spekulum ditutup 90%, baru dikeluarkan. Jika

    ditutup 100%, maka mungkin ada bulu rambut yang

    terjepit dan ikut tercabut.

  • 3. Tahap- tahap pemeriksaan:

    a. Memeriksa Vestibulum Nasi

    b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah

    c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole

    d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas

    e. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )

  • a. Memeriksa Vestibulum Nasi

    Pemeriksaan pendahuluan, yang dilihat :

    Bibir atas : maserasi ( terutama anak anak )

    Pinggir pinggir lubang hidung : kruste, merah

    Posisi septum nasi : dorong ujung hidung ke atas dengan ibu

    jari

    Pemeriksaan dengan spekulum

    Bagian vestibulum sisi lateral dengan mendorong spekulum

    ke lateral, medial dengan mendorong ke medial, superior

    dengan mendorong ke atas, inferior dengan mendorong ke

    bawah

    Yang di lihat : apakah ada sekret, krusta, bisul bisul, raghaden

  • b. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Bawah

    Arahkan cahaya lampu ke kavum nasi sehingga

    sejajar dengan konka inferior, perhatikan :

    warna mukosa dan konka inferior hiperemi, anemi,

    biru

    besarnya lumen kavum nasi

    dasar kavum nasi

    septum deviasi, bentuk krista atau spina

  • c. Memeriksa Fenomena Palatum Mole

    Cahaya lampu di arahkan ke dinding belakang

    nasofaring.

    Normal nasofaring kelihatan sangat terang karena

    cahaya lampu tegak lurus pada dinding belakang

    nasofaring.

    Kemudian penderita disuruh mengucapkan huruf

    iiii.

    Positif jika, pada saat mengucapkan iiii palatum

    mole bergerak keatas, sehingga akan kelihatan

    benda gelap yang bergerak ke atas

  • Benda yang gelap karena cahaya tidak tegak lurus pada palatum mole.

    Selesai mengucapkan huruf iiii palatum mole bergerak kebawah dan tampak benda gelap menghilang ke arah bawah atau dinding belakang yang gelap jadi terang kembali.

    Fenomena palatum mole negatif bila waktu mengucapkan huruf iiii, palatum mole tidak bergerak ke atas, nasofaring tetap terang.

    Fenomena palatum mole negatif pada : paralisa dari palatum mole (post difteri)

    spasme dari palatum mole (abses peritonsil)

    sikatrik ( pasca ATE dengan sluder, arkus anterior ikut terambil)

    tumor dalam nasofaring, misalnya karsinoma nasofaring, abses retrofaring, adenoid

  • d. Memeriksa Kavum Nasi Bagian Atas

    Arahkan cahaya lampu diarahkan ke kavum nasi bagian

    atas ( kepala ditengadahkan )

    Perhatikan :

    kaput dari konka media

    meatus medius: pus, polip

    septum bagian atas: mukosa, posisi (deviasi sampai menekan

    konka media)

    fissura olfaktoria

    e. Memeriksa Septum Nasi ( Seluruhnya )

    Dari posisi tengadah penderita dikembalikan ke

    posisi semula. Dilihat adanya deviasi septum.

  • Menyinari koane dan dinding-dinding nasofaring dengan cahaya yang dipantulkan oleh suatu cermin yang ditempatkan dalam nasofaring.

  • Harus ada tempat yang cukup luas buat

    menempatkan kaca untuk itu lidah di dalam mulut

    dan ditekan ke bawah dengan spatula.

    Harus ada jalan yang lebar antara uvula dan faring

    agar cahaya yang dipantulkan oleh cermin, dapat

    masuk ke dalam nasofaring.

    Untuk keperluan itu penderita harus bernapas dari

    hidung, sehingga palatum mole akan bergerak ke arah

    bawah, untuk memberi jalan kepada udara yang dari

    kavum nasi ke paru-paru dan sebaliknya.

  • Cermin yang kecil

    Spatula penekan lidah

    Lampu spiritus

    Solusio tetrakain (- efedrin) 1%.

  • Penderita yang sangat sensitif, faring diberikan Xylocain 10%, selama 5 menit. Spatula dipegang dengan tangan kiri, cermin dengan tangan kanan.

    Punggung cermin dipanasi dengan lampu spiritus sampai suhunya sedikit diatas 37 derajat C. Temperatur dicek dengan menyentuhkan pada punggung tangan kiri.

  • Mulut dibuka lebar, lidah ditarik kedalam mulut, penderita bernafas lewat hidung.

    Ujung spatula diletakkan paramedian kanan depan uvula, lidah ditekan kebawah.

    Masukkan cermin antara faring dan palatum mole kanan, kemudian cermin disinari.

  • Mirror Examination

    Nasal turbinates

    Sup. Middle &Infer

    Margo

    posterior

    Septum nasi

  • Tahap 1 : Pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koane dan tuba kanan

    Tahap 2 : Pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koane dan tuba kiri

    Tahap 3 : Memeriksa atap nasofaring

    Tahap 4 : Memeriksa kauda konka inferior

  • Rinoskopia posterior untuk melihat koane

    1. Meatus superior

    2. Meatus medius

    3. Meatus inferior

    4. Koana

    5. Konka Superior

    6. Konka medius

    7. Konka inferior

    8. Palatum mole

    9. Uvula

  • Rinoskopia posterior untuk melihat ostium tuba

    1. Lipatan anterior dari ostium tuba

    2. Ostium tuba

    3. Fosa Rosenmuller

    4. Lipatan posterior dari ostium tuba

  • Cermin letaknya para median, maka kelihatan kauda konka media kanan.

    Putar tangkai cermin ke medial sehingga kelihatan margo posterior septum nasi di tengah-tengah cermin.

    Putar tangkai cermin ke kanan sehingga kelihatan konka. Konka yang paling besar ialah kauda dari konka inferior.

    Perhatikan kauda konka superior dan meatus medius. Tangkai cermin diputar terus ke kanan. Kelihatan ostium dan dinding-dinding tuba.

  • Putar tangkai cermin ke medial, hingga tampak margo posterior dari septum nasi.

    Putar terus tangkai cermin ke kiri sehingga tampak berturut-turut konka media kiri dan tuba kiri.

  • Tangkai cermin mulai diputar kembali ke medial sehingga pada cermin kelihatan kembali margo posterior septum nasi.

    Sesudah itu tangkai cermin dimasukkan sedikit dan cermin direndahkan sedikit.

  • Rinoskopia posterior untuk melihat atap nasofaring

    1. Konka medius

    2. Adenoid

    3. Konka superior

    4. Margo posterior septum nasi

  • Tangkai cermin direndahkan, atau cermin dinaikkan. Biasanya kauda konka inferior tak dapat dilihat. Dapat dilihat bila konka inferior hipertrofi, bentuk nya seperti murbei (berdungkul-dungkul), udem.

    Perhatikan:

    Radang : pus pada meatus medius dan meatus superior adenoiditis, ulkus pada dinding-dinding nasofaring (tbc)

    Tumor : poliposis, karsinoma.

  • Adalah pemeriksaan penerawangan sinus maksilaris dan

    sinus frontalis yang dilakukan dikamar gelap, dengan

    memakai lampu bertangkai panjang (Heyman) berkekuatan

    6 volt

    Cara melakukan:

    Sinus Frontalis:

    lampu ditekankan pada lantai sinus frontalis

    lampu ditekankan ke arah media-superior

    cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan

    kiri

    Hasilnya bila sinus normal, maka di dinding depan akan

    kelihatan terang

  • Cara 1:

    mulut dibuka lebar-lebar

    lampu ditekankan pada margo inferior orbita kearah inferior

    cahaya yang memancar ke depan, ditutup dengan tangan kiri

    Hasilnya:

    bila sinus normal, maka Palatum durum homo lateral tampak

    terang.

  • Cara 2:

    mulut dibuka

    kedalam mulut dimasukkan lampu yang

    telah diselubungi tabung gelas

    mulut ditutup rapat-rapat

    cahaya yang memancar dari mulut dan

    bibir atas ditutup dengan tangan kiri

  • Hasilnya:

    pada sinus maksilaris normal, pada daerah dinding depan dibawah orbita terlihat bayangan terang berbentuk seperti bulan sabit.

    Penilaian:

    Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila ada perbedaan antara kiri dan kanan.

    Bila kedua sinus terang, kemungkinannya:

    pada pria -> sinus normal

    pada wanita -> sinus normal/keduanya berisi cairan (karena tulang tipis)

    Bila sama gelap, kemungkinannya:

    pada pria - > sinus normal (karena tulang tebal)

  • PUNGSI PERCOBAAN

    Hanya untuk sinus maksilaris, menggunakan alat pungsi

    yang disebut troicart dan dilakukan melalui meatus inferior.

    Bila keluar nanah atau sekret mukoid, dilanjutkan dengan

    tindakan irigasi sinus.

  • X- FOTO RONTGEN

    Posisi untuk menilai sinus maksilaris yang baik ialah posisi

    water.

    Sinus yang gelap berarti sinus yang patologis. Perhatikan

    apakah batas-batas sinus (tulang) masih utuh atau tidak.

  • BIOPSI

    Pada sinus maksilaris dapat dilakukan:

    1. melalui lubang pungsi pada meatus inferior

    2. memakai cara Caldwell- Luc.

  • Terima Kasih