uveitis
DESCRIPTION
OphtalmologyTRANSCRIPT
UVEITIS ANTERIOR
OLEH:
PREM NATH MORHAN
RICHE ANGGRESTI
DIYNIE FADHILLA FAHMI
PRESEPTOR : dr. M. Hidayat, Sp.M (K)
Case Report Session
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Fisiologi Uvea
Terdiri atas: Iris Korpus Siliaris Koroid
UVEA Bagian vaskular utama mata
Fungsi Uvea...
Regulasi cahaya ke retina
Imunologi (Koroid)
Produksi aquos humor (korpus siliaris)
Nutrisi
Filtrasi
Definisi
Peradangan pada satu atau semua bagian dari traktus
uvealis.
Traktus Uvealis terdiri dari lapisan vaskuler mata yang berada antara korneosklera
dan neuroepitelium.
Klasifikasi
•Anatomi
Klasifikasi
• Gambaran Klinis
Tipe KeteranganAkut • Onset tiba-tiba
• Durasi ≤ 3 bln
Rekuren • Episode berulang• Periode inaktifasi tanpa
terapi ≥ 3blnKronik Uveitis persisten dengan
relaps < 3 bln setelah terapi dihentikan
Klasifikasi
• Histopatologi
Uveitis Granulomatosa, umumnya mengikuti invasi mikroba ke jaringan oleh organisme penyebab, seperti Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma gondii.
Non-granulomatosa, umumnya tidak ditemukan organisme patogen dan berespon baik terhadap terapi kortikosteroid sehingga diduga merupakan fenomena hipersensivitas.
Klasifikasi
• Asal Peradangan
Eksogen(Trauma, operasi intraokuler, iatrogenik)
Endogen(Fokal infeksi di organ lain, reaksi autoimun yang berkaitan penyakit sistemik)
Epidemiologi
Amerika Serikat; 15 per 100.000 orang/tahun. 75% merupakan
uveitis anterior dengan 50% pasien menderita penyakit sistemik terkait.
Lebih dari 75 % uveitis endogen tidak diketahui etiologinya, namun
37 % diantaranya berhubungan dengan reaksi imunologik terkait
penyakit sistemik.
PatofisiologiUnilateral
Efek langsung infeksi / fenomena alergi
Peradangan Iris / Badan Siliar
Timbul Flare, Hipopion, Koeppe Nodules, Busacca Nodules
Sinekia Anterior / Posterior / Keduanya
Iris Bombe
Glaukoma sekunder
Kasus kronis: penurunan tekanan
bola mata
Gejala Klinis
Nyeri
Fotofobia dan Lakrimasi
Penglihatan kabur
Gejala Subjektif
Gejala Klinis
Injeksi Siliar
Keratik Presipitat
Kelainan Kornea
Gejala Objektif
Gejala Klinis
Kekeruhan dalam bilik mata (Efek Tyndall, Hipopion)
Hiperemi Iris, Pupil mengecil, Nodul Koeppe, Sinekia Iris, dll
Perubahan pada Lensa
Gejala Objektif
Diagnosa Banding
Konjungtivitis
Keratitis / Keratokonjungtivitis
Glaukoma Akut
Neoplasma
Pemeriksaan Penunjang
Flouresence Angiografi
USG
Anterior Chamber Parasentesis
Biopsi Korioretinal
Pengobatan
• Observasi
• Medikamentosa
• Operasi
Medikamentosa..Midriatik / Siklopegik
OAINS
Kortikosteroid
Immunomodulator
Analgetik
Operasi..
Ekstraksi Katarak
Rekonstruksi Pupil
Operasi Glaukoma
Komplikasi
Glaukoma
Katarak
Ablasio Retina
Kerusakan N. Optikus
Atropi Bola Mata
Neovaskularisasi
Edem Kistoid Makulae
Prognosis Prognosis uveitis anterior tergantung dari etiologi atau
gambaran histopatologi. Pada uveitis anterior non granulomatosa, gejala klinis
dapat hilang dalam beberapa hari hingga beberapa minggu dengan pengobatan, namun sering terjadi kekambuhan.
Pada uveitis anterior granulomatosa, inflamasi dapat berlangsung berbulan-bulan hingga tahunan, kadang-kadang terjadi remisi dan eksaserbasi. Pada kasus ini dapat timbul kerusakan permanen walaupun dengan pemberian terapi terbaik.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Seorang pasien perempuan berusia 56 tahun datang ke poliklinik mata RSUP dr. M. Djamil dengan :
Keluhan utama :
Mata kanan merah disertai nyeri sejak 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
AnamnesisRiwayat penyakit sekarang :• Mata merah disertai nyeri dirasakan
sejak ± 5 hari yang lalu. Awalnya pasien mengeluhkan sakit kepala, kemudian mata merah dan nyeri.
• Penglihatan mata kanan kabur sejak ± 4 hari yang lalu. Pandangan seperti berkabut.
• Mata kanan silau (+)
• Mata berair (-)• Sekret (-)• Riwayat trauma pada mata (-)• Riwayat mengkonsumsi obat dalam
waktu lama (-)• Pasien menggunakan kacamata sejak 3
tahun ini, namun tidak mengetahui berapa visus nya. Kacamata tidak berfungsi lagi sejak pasien merasakan keluhan pada mata kanan.
• Pasien berobat ke puskesmas, diberi obat salep mata, namun keluhan tidak berkurang. Kemudian pasien pergi berobat ke dokter bedah dan diberikan obat tetes mata yang tidak diketahui namanya, sesudahnya pasien mengeluh mata menjadi lebih sakit. Lalu pasien berobat ke RS tentara dan diberikan obat Glaucon 4x1, Aspar K 2x1, Timol 0,5%.
Anamnesis
Riwayat penyakit dahulu :• Riwayat Hipertensi (+)• Riwayat Diabetes Melitus (-)• Riwayat Katarak (-)• Riwayat Glaukoma (-)• Riwayat Konjungivitis (+)
Anamnesis
Riwayat penyakit keluarga :• Tidak ada anggota keluarga dengan
penyakit yang sama.• Tidak ada anggota keluarga dengan
penyakit mata lainnya.
Status Ophtalmikus
SO OD OS
Visus tanpa koreksi5/15 5/10
Visus dengan koreksiS +1,00 (5/7) S+0,15 (5/5)
Refleks fundus + menurun +
Silia/supersilia Madarosis (-)
Trikisasis (-)
Madarosis (-)
Trikisasis (-)
Palpebra superiorEdema (-) Edema (-)
Palpebra inferior Edema (-) Edema (-)
Margo palpebra Edema (-) Edema (-)
SO OD OS
Aparat LakrimalisDalam Batas Normal Dalam Batas Normal
Konjungtiva tarsalisHiperemis (-) Hiperemis (-)
Konjungtiva forniksHiperemis (+) Hiperemis (-)
Konjungtiva bulbiInjeksi Konjungtiva (+)
Injeksi Siliar (+)
Injeksi Konjungtiva (-)
Injeksi Siliar (-)
SkleraPutih Putih
KorneaEdema (+)
Kps (+)
Edema (-)
Kamera Okuli AnteriorHipopion ± 2 mm Cukup dalam
SO OD OS
Iris Sinekia Posterior (+) Coklat (+), Rugae (+)
Pupil Semi Midriasis
Diameter 5 mm
Refleks cahaya +/+
Bulat
Diameter 3 mm
Refleks cahaya +/+
Lensa Keruh subskapular
posterior
Bening
posterior
Korpus Vitreus Sedikit Keruh Jernih
SO OD OS
Fundus:
Media Keruh Bening
Papil Optikus Tidak bisa di nilai Bulat, batas tegas, c/d
0,3 – 0,4
Retina Tidak bisa di nilai aa : vv = 2 : 3
Makula Tidak bisa di nilai Refleks fovea (+)
Tekanan Bulbus Okuli N (palpasi) N (palpasi)
Posisi Bulbus Okuli Ortho Ortho
Gerak Bulbus Okuli Bebas Bebas
Diagnosis:• Uveitis Anterior non granulomatosa
OD
Diagnosis Banding:• Konjungtivitis
Pemeriksaan Anjuran:• Pemeriksaan darah• Skin test
Terapi:• SA ed 2x1 OD• Levofloxacin ed tiap jam OD• Postop ed tiap jam OD
Rencana Terapi Lanjutan:• Operasi rekonstruksi pupil
BAB III
DISKUSI
Pasien datang ke RSUP M. Djamil Padang dengan keluhan utama mata kanan merah disertai nyeri sejak ± 5 hari yang lalu.
Keluhan mata merah disertai dengan perih pada mata terutama saat melihat cahaya dan melihat dekat, silau bila terkena cahaya, penglihatan kabur, serta sakit kepala.
Berdasarkan teori, gejala klinis subjektif tersebut sesuai dengan gejala uveitis anterior / iridosiklitis yaitu mata merah disertai nyeri, fotofobia, penglihatan kabur.
Reaksi radang pada uveitis mengakibatkan pelebaran pembuluh darah konjungtiva dan perikorneal, sehingga timbul mata merah / konjungtiva hiperemis.
Fungsi iris dalam mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk kedalam mata terganggu akibat peradangan, sehingga mengakibatkan fotofobia
Pasien juga merasakan perih pada mata terutama saat melihat cahaya dan melihat dekat. Hal ini disebabkan fungsi akomodasi yang terganggu akibat peradangan pada iris dan korpus sillier.
Saat melihat objek dalam jarak dekat, mata akan melakukan akomodasi yaitu terjadinya kontraksi dari otot siliar yang berguna agar zonula zinnii mengendor, sehingga lensa menjadi cembung.
Keluhan mata berair dan bersekret tidak ada pada pasien ini.
Pasien tidak ada riwayat trauma pada mata namun telah menggunakan kacamata sejak 3 tahun belakangan.
Pasien pernah mengalami konjungtivitis saat masih berada di bangku sekolah dasar.
Pasien menderita hipertensi sejak ± 10 tahun ini.
Pada keluarga tidak ditemukan anggota keluarga yang menderita penyakit serupa. Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit pada mata.
Melalui pemeriksaan inspeksi, penyinaran oblik dan slit lamp OD ditemukan tanda khas dari uveitis anterior yaitu:
Konjungtiva ; hiperemis dan injeksi perikorneal.
Kornea ; keruh, keratik presipitat (deposit putih halus) yang merupakan deposit seluler dari sel-sel radang yang melekat pada endotel kornea.
Iris; sinekia posterior. Pupil; pupil unround akibat adanya sinekia
posterior. Lensa; keruh, kemungkinan akibat telah
terjadinya komplikasi berupa katarak.
Laboratorium sangat dibutuhkan untuk mendapatkan sedikit gambaran mengenai penyebab uveitis anterior.
Pemeriksaan darah; differential counteosinofilia (kemungkinan penyebab
parasit atau alergi)VDRLFTAAutoimun marker (ANA, RematoidFactor)Serum ACE level (sarkoidosis)Toxoplasma serologis, dan lainnya.
Pasien diberikan terapi dengan antibiotik topikal yaitu levofloxacin yang merupakan antibiotik golongan kuinolon yang berspektrum luas.
Pasien diberikan antiinflamasi steroid yaitu posop (topikal) bertujuan untuk mengurangi peradangan okular, mengurangi produksi eksudat, menstabilkan membran sel, dan menghambat pelepasan lysozim oleh granulosit.
Pasien juga diberikan midriatikum/siklopegik berupa sulfas atropine ED 2x1 gtt OD, agar otot-otot iris dan badan sillier relaks sehingga dapat mengurangi nyeri, memberi istirahat pada iris yang meradang dan mempercepat penyembuhan. Midriatikum sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya sinekia ataupun melepaskan sinekia yang telah ada.
Prognosis uveitis anterior tergantung dari etiologi atau gambaran histopatologinya.
Pada uveitis anterior non granulomatosa gejala klinis dapat hilang dalam beberapa hari hingga beberapa minggu dengan pengobatan, namun sering terjadi kekambuhan.
Pada uveitis anterior granulomatosa inflamasi dapat berlangsung berbulan-bulan hingga tahunan, kadang terjadi remisi dan eksaserbasi. Dapat menimbulkan kerusakan permanen walaupun dengan pemberian terapi terbaik.
THANK YOU