referat uveitis anterior

40
BAB I PENDAHULUAN Uvea adalah organ yang terdiri dari beberapa kompartemen mata yang berperan besar dalam vaskularisasi bola mata. Terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada traktus uvealis. 1 Peradangan dapat mengenai satu atau ketiga bagian secara bersamaan, yaitu peradangan pada iris, korpus siliaris, dan koroid yang dapat disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasma, atau proses autoimun. Berdasarkan bagian uvea yang terkena peradangan, uveitis dibagi menjadi uveitis anterior dan uveitis posterior. Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan badan siliar. Peradangan pada uvea anterior dapat mengenai hanya pada iris yang disebut iritis atau mengenai badan siliar yang disebut siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut iridosiklitis. Bila peradangan mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis. 1,2 Uveitis anterior merupakan jenis uveitis yang paling sering ditemukan. Umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia, dan penglihatan kabur, mata merah tanpa sekret purulen dan pupil kecil atau irreguler. Berdasarkan epidemiologi, sekitar 75% peradangan intraokular yang paling sering terjadi adalah uveitis anterior, dengan jumlah kasus sekitar 12 kasus per 100.000 populasi setiap tahunnya. 1,2,3 1

Upload: shinta-arumadina

Post on 22-Dec-2015

31 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

mata

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Uveitis Anterior

BAB I

PENDAHULUAN

Uvea adalah organ yang terdiri dari beberapa kompartemen mata yang berperan besar

dalam vaskularisasi bola mata. Terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Uveitis adalah

peradangan atau inflamasi yang terjadi pada traktus uvealis.1 Peradangan dapat mengenai satu

atau ketiga bagian secara bersamaan, yaitu peradangan pada iris, korpus siliaris, dan koroid

yang dapat disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasma, atau proses autoimun. Berdasarkan

bagian uvea yang terkena peradangan, uveitis dibagi menjadi uveitis anterior dan uveitis

posterior. Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan badan siliar. Peradangan pada uvea

anterior dapat mengenai hanya pada iris yang disebut iritis atau mengenai badan siliar yang

disebut siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut iridosiklitis. Bila

peradangan mengenai lapisan koroid disebut uveitis posterior atau koroiditis.1,2

Uveitis anterior merupakan jenis uveitis yang paling sering ditemukan. Umumnya

unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia pertengahan. Ditandai adanya riwayat

sakit, fotofobia, dan penglihatan kabur, mata merah tanpa sekret purulen dan pupil kecil atau

irreguler. Berdasarkan epidemiologi, sekitar 75% peradangan intraokular yang paling sering

terjadi adalah uveitis anterior, dengan jumlah kasus sekitar 12 kasus per 100.000 populasi

setiap tahunnya. 1,2,3

Uveitis merupakan salah satu penyebab kebutaan. Morbiditas akibat uveitis terjadi

karena terbentuknya sinekia posterior sehingga menimbulkan peningkatan tekanan

intraokuler dan gangguan pada nervus optikus. Selain itu, dapat timbul katarak akibat

penggunaan steroid. Oleh karena itu, diperlukan penanganan uveitis yang meliputi anamnesis

yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan oftalmologis yang menyeluruh, pemeriksaan

penunjang, serta penanganan yang tepat. Manajemen uveitis anterior adalah bertujuan untuk

mencegah kerusakan stuktur dan fungsi mata seperti sinekia anterior, sinekia posterior,

kerusakan pembuluh darah iris, katarak, glaukoma, ulkus kornea, dan kekeruhan badan kaca.

Prognosis pasien uveitis anterior adalah baik bila penatalaksanaan dilakukan dengan tepat.2

1

Page 2: Referat Uveitis Anterior

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI UVEA

Uvea terdiri dari iris, badan siliar (corpus siliaria), dan koroid. Bagian ini adalah lapisan

vaskular pada bagian tengah mata serta dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini juga

ikut memasok darah ke retina. Iris dan badan siliar disebut uvea anterior, sedangkan koroid

disebut uvea posterior. Uvea merupakan lembaran yang tersusun oleh pembuluh - pembuluh

darah, serabut saraf, jaringan ikat, otot dan pupil yang merupakan bagian iris yang berlubang.

Gambar 1. Anatomi Uvea

Vaskularisasi uvea berasal dari arteri siliaris anterior dan posterior yang berasal dari

arteri oftalmika. Vaskularisasi iris dan badan siliaris berasal dari sirkulus arteri mayoris iris

yang terletak di badan siliaris yang merupakan anastomosis arteri siliaris anterior dan arteri

siliaris posterior longus. Vaskularisasi koroid berasal dari arteri siliaris posterior longus dan

brevis. Pendarahan uvea bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior

longus yang masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik

dan 7 buah arteri siliar anterior yang terdapat dua pada setiap otot superior, medial inferior,

satu pada otot rektus lateral. Uvea posterior mendapat pendarahan dari 15-20 buah arteri siliar

posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optik. 2,3,4

2

Page 3: Referat Uveitis Anterior

Gambar 2. Vaskularisasi Uvea

2.1.1 Iris

Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke anterior dan merupakan diafragma yang

membagi bola mata menjadi 2 segmen, yaitu segmen anterior dan segmen posterior, di

tengah-tengahnya berlubang yang disebut pupil. Iris membagi bilik mata menjadi bilik

mata depan (camera oculi anterior) dan bilik mata posterior (camera oculi posterior). Iris

mempunyai kemampuan mengatur secara otomotis masuknya sinar ke dalam bola mata.

Secara histologis iris terdiri dari stroma yang jarang diantaranya terdapat lekukan-

lekukan di permukaan anterior yang berjalan radier yang dinamakan kripta. Di dalam

stroma terdapat sel-sel pigmen yang bercabang, terdapat banyak pembuluh darah dan

saraf.

Di permukaan anterior ditutup oleh endotel kecuali pada kripta, dimana pembuluh

darah dalam stroma, dapat berhubungan langsung dengan cairan di camera oculi anterior,

yang memungkinkan percepatan terjadinya pengaliran nutrisi ke camera oculi anterior

dan sebaliknya. Di bagian posterior dilapisi dengan 2 lapisan epitel, yang merupakan

lanjutan dari epitel pigmen retina, warna iris tergantung sel-sel pigmen yang bercabang

yang terdapat di dalam stroma yang banyaknya dapat berubah-ubah, sedangkan epitel

pigmen jumlahnya tetap.

Di dalam iris terdapat otot sfingter pupil (M. Sphincter pupillae), yang berjalan

sirkuler, letaknya di dalam stroma dekat pupil dan dipersarafi oleh saraf parasimpatis, N.

III. Selain itu juga terdapat otot dilatator pupil (M. Dilatator pupillae), yang berjalan

radier dari akar iris ke pupil, letaknya di bagian posterior stroma dan diurus oleh saraf

3

Page 4: Referat Uveitis Anterior

simpatis. Pembuluh darah di sekeliling pupil disebut sirkulus minor dan yang berada

dekat badan siliar disebut sirkulus mayor. Pasokan darah ke iris adalah dari sirkulus

mayor iris.

2.1.2 Badan Siliar

Badan siliar merupakan bagian uvea yang terletak di antara iris dan koroid. Badan

siliar mengandung banyak pembuluh darah dan vena. Badan siliar dimulai dari pangkal

iris ke belakang sampai koroid. Badan siliar (Corpus Ciliaris) berbentuk segitiga, terdiri

dari 2 bagian yaitu pars korona, merupakan bagian anterior yang bergerigi, panjangnya

kira-kira 2 mm serta pars plana, merupakan bagian posterior tidak bergerigi, panjangnya

kira-kira 4 mm. Badan siliar berfungsi sebagai pembentuk aquous humor. Badan siliar

merupakan bagian terlemah dari mata. Trauma, peradangan, neoplasma di daerah ini

merupakan keadaan yang gawat.

Pada bagian pars korona diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel

iris. Bagian yang menonjol (processus ciliaris) berwarna putih oleh karena tidak

mengandung pigmen, sedangkan di lekukannya berwarna hitam, karena mengandung

pigmen. Di dalam badan siliar terdapat 3 macam otot siliar yang berjalan radier, sirkuler,

dan longitudinal. Dari processus ciliaris keluar serat-serat Zonula Zinii yang merupakan

penggantung lensa. Fungsi otot siliar untuk akomodasi. Kontraksi atau relaksasi otot-otot

ini mengakibatkan kontraksi dan relaksasi dari kapsula lentis, sehingga lensa menjadi

lebih atau kurang cembung yang berguna pada penglihatan dekat atau jauh. Badan siliar

banyak mengandung pembuluh darah dimana pembuluh darah baliknya mengalirkan

darah ke V. Vortikosa. Pada bagian pars plana, terdiri dari satu lapisan tipis jaringan otot

dengan pembuluh darah diliputi epitel.

2.1.1 Koroid

Koroid merupakan bagian paling belakang dari jaringan uvea dan merupakan

lapisan antara retina dan sklera, terbentang dari ora serata sampai ke papil saraf optik.

Koroid bagian posterior melekat erat ke tepi-tepi nervus optikus. Di bagian anterior,

koroid bersambung dengan korpus siliaris. Koroid adalah jaringan vascular yang terdiri

atas anyaman pembuluh darah, kaya pembuluh darah dan berfungsi untuk memberi nutrisi

kepada retina bagian luar.

4

Page 5: Referat Uveitis Anterior

Lapisan koroid terdiri dari:

1. Suprakoroid, mengandung sel-sel pigmen jaringan elastis dan kolagen.

2. Lapisan vaskular, mengandung pembuluh darah besar dan sedang dengan sel-sel

pigmen yang terdapat dalam stroma di sekitar pembuluh darah.

3. Khoriokapiler, terdiri dari pembuluh-pembuluh kapiler yang teratur.

4. Membran brunch (lamina vitrea), merupakan pelindung yang teratur yang

menyuplai makanan melalui bagian dasar retina.

5. Lapisan epitel

Retina tidak menempati (overlapping) seluruh koroid, tetapi berhenti beberapa millimeter

sebelum badan siliar. Bagian koroid yang tidak terselubungi retina disebut pars plana.

Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid yaitu pembuluh darah besar,

sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh darah di koroid, semakin lebar lumennya.

Bagian dalam pembuluh darah koroid dikenal sebagai khoriokapilaris. Darah dari

pembuluh darah koroid dialirkan melalui empat vena vorteks, satu di masing-masing

kuadran posterior. Vaskularisasi koroid berasal dari arteri siliaris posterior longus dan

brevis.2,3,4

2.2 UVEITIS ANTERIOR

2.2.1 Definisi

Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan badan siliar. Peradangan pada uvea

anterior dapat mengenai hanya pada iris yang disebut iritis atau mengenai badan siliar

yang disebut siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut iridosiklitis

atau uveitis anterior.1,2

2.2.2 Epidemiologi

Uveitis merupakan penyebab 10-15% kebutaan di Negara berkembang. Di Amerika

Serikat, uveitis dilaporkan bertanggung jawab sebagai penyebab 30.000 kasus baru

kebutaan setiap tahunnya dengan prevalensi 2,8% sampai 10% dari semua kasus

kebutaan. Di dunia diperkirakan terdapat 15 kasus baru uveitis per 100.000 populasi per

tahun, atau 38.000 kasus baru per tahun.5

Uveitis lebih sering terjadi pada usia 20-50 tahun dan 2 kali lebih banyak

menyerang wanita daripada pria. Setelah usia 70 tahun, angka kejadian uveitis mulai

5

Page 6: Referat Uveitis Anterior

berkurang. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait. Pada

penderita berusia tua umumnya uveitis diakibatkan oleh toksoplasmosis, herpes zoster,

dan afakia. Bentuk uveitis pada laki-laki umumnya oftalmia simpatika akibat tingginya

angka trauma tembus dan uveitis nongranulomatosa anterior akut. Sedangkan pada wanita

umumnya berupa uveitis anterior kronik idiopatik dan toksoplasmosis.5,6

Uveitis anterior dilaporkan 4 kali lebih sering terjadi dibandingkan uveitis posterior.

Sekitar 75% dari seluruh kasus merupakan uveitis anterior. Uveitis anterior lebih sering

terjadi unilateral, yaitu sekitar 90% - 95% dari seluruh kasus. Lebih dari 40% kasus

uveitis anterior terjadi berulang (recurrent). Insidensi dan prevalensi uveitis anterior lebih

rendah pada anak dan paling sering terjadi pada usia lebih dari 65 tahun.6

Uveitis nongranulomatosa (77,7%) lebih sering terjadi dibandingkan uveitis

granulomatosa (22,3%). Uveitis noninfeksi (83,1%) lebih sering terjadi dibandingkan

uveitis karena infeksi (16,9%).7

2.2.3 Etiologi

Uveitis dapat terjadi karena beberapa etiologi, antara lain:1,8

1) Eksogen

a) Trauma

b) Operasi intraokuler

2) Endogen

a) Infeksi

- Bakteri : Tuberkulosa, Sifilis, Leptospirosis, Brucellosis

- Virus : Herpes simpleks, Herpes zoster, CMV,

Adenovirus

- Jamur   : Kandidiasis

- Parasit    : Toksoplasma, Toksokara

b) Autoimun

- Artritis reumatoid juvenilis

- Ankylosing spondilitis

- Sarkoidosis

- Psoriasis

- Sindrom Reiter

6

Page 7: Referat Uveitis Anterior

- Sindrom Behcet

- Kolitis ulserativa

- Chron’s Disease

- Uveitis terinduksi lensa

c) Neoplasma              

Sindrom Masquerade : Limfoma, leukemia, retinoblastoma,

melanoma maligna

d) Immunodefisiensi : AIDS

3) Idiopatik

4) Lain-lain : iridosiklitis heterokromik Fuch

2.2.4 Klafisikasi

Menurut perjalanan penyakitnya uveitis anterior dibedakan dalam uveitis anterior

akut dan uveitis anterior kronik.9,10

1) Uveitis Anterior Akut

Merupakan uveitis anterior yang berlangsung selama <6 minggu, onsetnya cepat

dan bersifat simptomatik. Beberapa keadaan yang dapat menjadi penyebab uveitis

anterior akut diantaranya adalah:

a) Trauma

Merupakan penyebab paling sering pada uveitis anterior. Terdapat riwayat

trauma pada pasien seperti trauma langsung pada mata, luka bakar pada

mata, benda asing, atau abrasi kornea. Pada pemeriksaan bisa didapatkan

gangguan visus, tekanan intra okular yang meningkat, serta ditemukan

darah pada bilik mata depan.

b) Idiopatik

Pada penderita uveitis anterior yang disebabkan idiopatik, tidak ditemukan

kelainan sistemik maupun riwayat trauma. Diagnosis didapatkan dengan

menyingkirkan kemungkinan etiologi lain berdasarkan anamnesis dan

pemeriksaan fisik.

c) HLA-B27 Associated Uveitis

7

Page 8: Referat Uveitis Anterior

HLA-B27 adalah genotip spesifik pada kromosom 6. Mekanisme pencetus

uveitis anterior pada pasien tersebut belum diketahui. Berdasarkan

penelitian didapatkan hubungan antara uveitis anterior dengan ankylosing

spondylitis, Sindrom Reiter, inflammatory bowel syndrome, serta psoriatic

arthritis.

d) Sindrom Behcet

Merupakan penyebab yang jarang ditemukan pada uveitis anterior. Pada

penyakit ini ditemukan trias gejala-gejala yaitu uveitis anterior akut serta

ulkus pada mulut dan genital. Bisa disertai artritis, ruam-ruam kulit,

flebitis, serta kelainan neurologi. Disebabkan oleh autoimun.

e) Lens-Associated Anterior Uveitis

- Fakogenik/Uveitis terinduksi lensa

Hal ini terjadi contohnya pada katarak hipermatur, dimana terjadi

kebocoran kapsula lentis sehingga materi lensa meresap ke dalam

kamera okuli anterior maupun posterior. Kemudian timbul reaksi

peradangan yang ditandai pengumpulan sel plasma, fagosit

mononuclear, dan sedikit sel polimorfonuklear.

- Endoftalmitis fako-anafilaktik

Merupakan bentuk uveitis terinduksi lensa yang lebih berat, timbul

setelah operasi ekstraksi lensa ekstrakapsular. Hal ini diakibatkan

pasien mengalami sensitisasi terhadap materi lensanya sendiri.

- Glaukoma fakolitik

Kebocoran pada lensa yang mengakibatkan keluarnya materi lensa

berupa protein misalnya pada katarak hipermatur, bisa menyebabkan

peradangan pada kamera okuli anterior serta glaukoma akut.

f) Sindrom Masquerade

Merupakan kondisi yang mengancam kehidupan, yaitu pada limfoma,

leukemia, retinoblastoma, dan melanoma maligna pada koroid yang

menjadi pencetus uveitis anterior. Pada retinal detachment dan benda

asing intraocular juga bisa menyebabkan peradangan kamera okuli

anterior.

2) Uveitis Anterior Kronik9

8

Page 9: Referat Uveitis Anterior

Merupakan uveitis anterior yang berlangsung selama >6 minggu bahkan sampai

berbulan-bulan atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat

asimptomatik. Pada kebanyakan kasus penyebabnya tidak diketahui. Beberapa

keadaan yang dapat menjadi penyebab uveitis anterior kronik diantaranya adalah:

a) Juvenile Rheumatoid Arthritis

Sekitar 20% anak dengan Juvenile Rheumatoid Arthritis menunjukkan

adanya iridosiklitis. Lebih banyak mengenai anak perempuan

dibandingkan laki-laki (4:1). Umur rata-rata terdeteksi uveitis adalah 5,5

tahun. Pada kebanyakan kasus onset tidak begitu terlihat, baru ditemukan

bila anak tersebut terlihat mempunyai warna yang berbeda, ukuran atau

bentuk pupil yang berbeda, atau timbul strabismus pada kedua matanya.

Uveitis dapat mendahului artritis 3-10 tahun. Lutut adalah sendi yang

paling sering terkena.

b) Anterior Uveitis Associated with Primary Posterior Uveitis

Beberapa penyakit sistemik seperti sarkoidosis, toxoplasmosis,

tuberkulosis, herpes zoster, cytomegalovirus, dan AIDS kemungkinan bisa

menyebabkan peradangan pada kamera okuli anterior, baik secara primer

ataupun sekunder akibat peradangan pada bagian posterior. Kelainan pada

retina seperti retinal detachment juga bisa menyebabkan peradangan

bagian anterior.

c) Iridosiklitis Heterokrom Fuch

Penyakit ini mencakup sekitar 2% dari semua kasus uveitis anterior.

Penyakit ini biasanya asimptomatis, kronis, dan tidak diketahui

penyebabnya. Secara patologik, iris dan badan siliar menunjukkan atrofi

sedang, terjadi depigmentasi dari stroma iris yang menyebabkan

heterokromia pada mata. Terjadi unilateral, namun dapat terjadi bilateral,

dan iris berlainan warnanya.11

Berdasarkan patologi dapat dibedakan 2 jenis uveitis anterior yaitu uveitis anterior

non-granulomatosa dan granulomatosa.

Uveitis non-granulomatosa merupakan bentuk uveitis yang umum terjadi. Terutama

timbul di bagian anterior traktor uvealis, yatu iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi

peradangan, dengan terlibatnya infiltrat sel-sel limfosit dan sel plasma dengan jumlah cukup

9

Page 10: Referat Uveitis Anterior

banyak dan sedikit sel mononuklear. Pada kasus yang berat terdapat bekuan fibrin besar atau

hipopion di kamera okuli anterior.

Uveitis granulomatosa yaitu adanya invasi mikroba aktif ke jaringan oleh bakteri.

Dapat mengenai uvea bagian anterior maupun posterior. Infiltrat dominan sel limfosit, adanya

agregasi makrofag dan sel-sel raksasa multinukleus.10,12

Granulomatosa Non-granulomatosa

Sarkoidosis Human Leukocyte Antigen-B27-associated

(ankylosing spondylitis, sindrom Reiter,

inflammatory bowel disease, artritis

psoriasis)

Sifilis Juvenile rheumatoid arthritis

Tuberkulosis Iridosiklitis Heterokrom Fuch

Herpes simplex Sindrom Masquerade

Leptospirosis Sindrom UGH

Brusellosis Trauma

Fakoanafilaktik Kawasaki’s disease

Idiopatik Drug-induced (rifabutin, cidofovir)

Sindrom Posner-Schlossman

Tabel 1. Perbedaan penyebab uveitis anterior granulomatosa dan non-granulomatosa

10

Page 11: Referat Uveitis Anterior

2.2.5 Patogenesis

Peradangan uvea biasanya unilateral, namun bisa terdapat bilateral. Dapat

disebabkan oleh efek langsung suatu infeksi, proses autoimun, atau merupakan fenomena

alergi. Uveitis yang berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi

hipersensitivitas terhadap antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam

(antigen endogen). Antigen dari luar berasal dari mikroba yang infeksius. Sehubungan

dengan hal ini, peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu setelah

munculnya mekanisme hipersensitivitas.

Peradangan iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous Barrier

sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin, dan sel-sel radang dalam humor aqueous.

Pada pemeriksaan biomikroskop (slit lamp) hal ini tampak sebagai flare, yaitu partikel-

partikel kecil dengan gerak Brown (efek tyndall). Pada proses peradangan yang lebih

akut, dapat dijumpai penumpukan sel-sel radang berupa pus dalam kamera okuli anterior

yang disebut hipopion, ataupun migrasi eritrosit ke dalam kamera okuli anterior, dikenal

dengan hifema. Apabila proses radang berlangsung lama (kronis) dan berulang, maka sel-

sel radang dapat melekat pada endotel kornea, disebut sebagai keratic precipitate (KP).

Ada 2 jenis keratic precipitate, yaitu :

1. Mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-pigmen yang

difagosit, biasanya dijumpai pada jenis granulomatosa.

2. Punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma, terdapat

pada jenis non-granulomatosa.

Gambar 2. Keratic Precipitate11

Page 12: Referat Uveitis Anterior

Gambar 3. Mutton Fat KP

Apabila tidak mendapatkan terapi yang adekuat, proses peradangan akan berjalan

terus dan menimbulkan berbagai komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas dapat

menimbulkan perlekatan antara iris dengn kapsul lensa bagian anterior yang disebut

sinekia posterior ataupun dengan endotel kornea yang disebut sinekia anterior. Dapat pula

terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil, yang disebut sekuliso pupil, atau seluruh pupil

tertutup oleh sel-sel radang, disebut oklusio pupil. Perlekatan-perlekatan tersebut,

ditambah dengan tertutupnya trabekular oleh sel-sel radang, akan menghambat aquous

humor dari bilik mata belakang ke bilik mata depan sehingga aquous humor tertumpuk di

bilik mata belakang dan akan mendorong iris ke depan yang disebut iris bombe.

Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin meningkat dan akhirnya terjadi

glaukoma sekunder. Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan metabolisme lensa yang

menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak komplikata. Apabila peradangan

menyebar luas, dapat timbul endoftalmitis (peradangan supuratif berat dalam rongga mata

dan struktur di dalamnya dengan abses di dalam badan kaca) ataupun panoftalmitis

(peradangan seluruh bola mata termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata

merupakan rongga abses). Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya

tidak segera ditangani, dapat pula terjadi symphatetic ophtalmia pada mata sebelahnya

yang semula sehat. Komplikasi ini sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi

akibat trauma tembus, terutama yang mengenai badan siliar.1

12

Page 13: Referat Uveitis Anterior

2.2.6 Manifestasi Klinis

Gejala akut dari uveitis anterior adalah mata merah, fotofobia, nyeri, penurunan

tajam penglihatan dan hiperlakrimasi. Pada beberapa kasus dapat disertai peningkatan

tekanan intraokular. Sedangkan pada keadaan kronis gejala uveitis anterior yang

ditemukan dapat minimal sekali, meskipun proses radang yang hebat sedang terjadi. Pada

keadaan kronis atau berulang, gejala bisa asimptomatik tanpa tanda-tanda peradangan.1,9

1) Uveitis Anterior Non-Granulomatosa

Pada bentuk non-granulomatosa, onsetnya khas akut, dengan rasa sakit,

injeksi, fotofobia dan penglihatan kabur. Terdapat kemerahan sirkumkorneal atau

injeksi siliar yang disebabkan oleh dilatasi pembuluh pembuluh darah limbus.

Deposit putih halus (keratic presipitate/ KP) pada permukaan posterior kornea

dapat dilihat dengan slit-lamp atau dengan kaca pembesar. KP adalah deposit seluler

pada endotel kornea. Karakteristik dan distribusi KP dapat memberikan petunjuk

bagi jenis uveitis. KP umumnya terbentuk di daerah pertengahan dan inferior dari

kornea.

Terdapat 4 jenis KP yang diketahui, yaitu small KP, medium KP, large KP

dan fresh KP. Small KP merupakan tanda khas pada herpes zoster dan Fuch’s

uveitis syndrome. Medium KP terlihat pada kebanyakan jenis uveitis anterior akut

maupun kronis. Large KP biasanya jenis mutton fat biasanya terdapat pada uveitis

anterior tipe granulomatosa. Fresh KP atau KP baru terlihat berwarna putih dan

melingkar. Seiring bertambahnya waktu, akan berubah menjadi lebih pucat dan

berpigmen. Pupil mengecil dan mungkin terdapat kumpulan fibrin dengan sel di

kamera anterior. Jika terdapat sinekia posterior, bentuk pupil menjadi tidak teratur.

2) Uveitis Anterior Granulomatosa

Pada bentuk granulomatosa, biasanya onsetnya tidak terlihat. Penglihatan

berangsur kabur dan mata tersebut memerah secara difus di daerah sirkumkorneal.

Sakitnya minimal dan fotofobianya tidak seberat bentuk non-granulomatosa. Pupil

sering mengecil dan tidak teratur karena terbentuknya sinekia posterior. KP mutton

fat besar-besar dapat terlihat dengan slit-lamp di permukaan posterior kornea.

Tampak kemerahan (flare), terdapat sel-sel di kamera okuli anterior, dan nodul yang

terdiri atas kelompok sel-sel limfosit dan sel epiteloid di tepian iris (nodul Koeppe).

13

Page 14: Referat Uveitis Anterior

Nodul-nodul ini sepadan dengan KP mutton fat. Nodul serupa di seluruh stroma iris

disebut nodul Busacca.

Non-Granulomatosa Granulomatosa

Onset Akut Tersembunyi

Sakit Nyata Tidak ada/ringan

Fotofobia Nyata Ringan

Penglihatan kabur Sedang Nyata

Merah sirkumkorneal Nyata Ringan

Keratik presipitat Putih halus Kelabu besar

“Mutton fat”

Pupil Kecil dan tidak teratur Kecil dan tidak teratur

Sinekia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang

Lokasi Uvea anterior Uvea anterior, posterior

Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadang

Perjalanan penyakit Akut Menahun

Kekambuhan Sering Kadang-kadang

Tabel 2. Perbedaan Klinis Uveitis Non-Granulomatosa dan Granulomatosa

Secara klinis, uveitis anterior dibagi menjadi 3 derajat, yaitu ringan, sedang, dan

berat.14

Page 15: Referat Uveitis Anterior

Ringan Sedang Berat

Keluhan ringan-sedang

VA 20/20 to 20/30

Superficial circumcorneal flush

KP (-)

0 - +1 sel dan flare

TIO berkurang < 4 mmHg

Keluhan sedang-berat

VA from 20/30 to 20/100

Deep circumcorneal flush

KP (+) tersebar

+1 - +3 sel dan flareMiosis Sinekia posterior ringan Edema iris ringan

TIO berkurang 3-6 mm Hg

Keluhan sedang-berat

VA < 20/100

Deep circumcorneal flush

KP (+) padat

+3 - +4 sel dan flarePupil terfiksirSinekia posterior Boggy iris (tidak ada kripta)

Peningkatan TIO

Tabel 3. Pembagian Uveitis Anterior Secara Klinis

2.2.7 Diagnosis

Diagnosis uveitis anterior dapat ditegakkan dengan melakukan anamnesis,

pemeriksaan oftalmologi dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pemeriksaan yang tepat

dan menyeluruh dapat membantu menemukan etiologi pada pasien tersebut.

1) Anamnesis

Anamnesis dilakukan dengan menanyakan identitas pasien seperti usia, jenis

kelamin, serta ras untuk mencari faktor risiko pada penyakit ini, kemudian

ditanyakan riwayat penyakit yang sekarang diderita, mulai dari keluhan utama,

keluhan tambahan, onset, durasi, serta progresifitas penyakit. Keluhan yang

dirasakan pasien biasanya antara lain:

- Nyeri dangkal (dull pain), yang muncul dan sering menjadi lebih terasa ketika

mata disentuh pada kelopak mata. Nyeri tersebut dapat beralih ke daerah

pelipis atau daerah periorbital. Nyeri tersebut sering timbul dan menghilang

segera setelah muncul.

- Fotofobia atau fotosensitif terhadap cahaya, terutama cahaya matahari yang

dapat menambah rasa tidak nyaman pasien.

- Kemerahan tanpa sekret mukopurulen.

15

Page 16: Referat Uveitis Anterior

- Pandangan kabur (blurring).

- Hiperlakrimasi.

- Umumnya unilateral.

Selain itu, ditanyakan mengenai riwayat penyakit dahulu pada pasien, misalnya

apakah pernah menderita iritis atau penyakit mata lainnya, kemudian riwayat

penyakit sistemik yang mungkin pernah diderita oleh pasien untuk mengetahui

apakah ada etiologi penyakit sistemik pada pasien. Ditanyakan pula mengenai

riwayat trauma serta riwayat pengobatan sebelumnya.

2) Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik secara general harus meliputi tanda-tanda kelainan

sistemik seperti deformitas sendi pada artritis, lesi oral pada Sindrom Behcet,

ruam kulit pada psoriasis, serta deteksi tanda-tanda kelainan respirasi, vaskular,

dan neurologis.

3) Pemeriksaan Oftalmologi

a) Visus : visus biasanya normal atau dapat sedikit menurun.

b) Tekanan intraokular (TIO) pada mata yang meradang lebih rendah daripada

mata yang sehat. Hal ini secara sekunder disebabkan oleh penurunan produksi

aqueous humor akibat radang pada korpus siliaris. Akan tetapi TIO juga dapat

meningkat akibat perubahan aliran keluar (outflow) aqueous humor.

c) Konjungtiva : terlihat injeksi siliar atau dapat pula (pada kasus yang jarang)

injeksi pada seluruh konjungtiva.

d) Kornea : KP (+), udema stroma kornea.

e) Camera Oculi Anterior (COA) : terdapat sel, flare, dan/atau hipopion.

Hipopion ditemukan sebagian besar sehubungan dengan penyakit terkait

HLA-B27, Sindrom Behcet, atau penyakit infeksi terkait iritis.

Ditemukannya sel-sel pada aqueous humor merupakan tanda dari proses

inflamasi yang aktif. Pengeluaran chemotactic factors menyebabkan infiltrasi

sel ke dalam camera oculi anterior. Jumlah sel yang ditemukan pada

pemeriksaan slit-lamp dibagi menjadi beberapa grade.

16

Page 17: Referat Uveitis Anterior

Aqueous flare adalah akibat keluarnya protein dari pembuluh darah iris

menuju aqueous humor karena peningkatan permeabilitas vascular pada

proses inflamasi. Melalui hasil pemeriksaan slit-lamp, pemeriksaan sel

dan flare diklasifikasikan menjadi grade 0 sampai +4.

Sel Flare

0 : tidak ditemukan sel 0 : tidak ditemukan flare

+1 : 5-10 sel/lapang pandang +1 : faint flare

(sulit dideteksi)

+2 : 10-20 sel/lapang pandang +2 : moderate flare

(iris dan lensa terlihat bersih)

+3 : 20-50 sel/lapang pandang +3 : marked flare

(iris dan lensa terlihat keruh)

+4 : > 50 sel/lapang pandang +4 : intense flare

(terbentuk fibrin pada aqueous

humor)

Tabel 4. Perbedaan Grade pada Sel dan Flare

f) Iris : pemeriksaan iris dilihat apakah terdapat nodul iris yang biasa ditemukan

pada tipe granulomatosa (nodul Koeppe/nodul Bussaca). Dapat ditemukan

sinekia posterior, sinekia anterior, atau pupillary block. Pada inflamasi yang

berat, dapat terjadi pelebaran pada pembuluh darah di stroma iris maupun

pembuluh darah pada sudut bilik mata. Hal ini harus dibedakan dengan

rubeosis atau neovaskularisasi yang jarang terjadi pada uveitis.

Atrofi iris, yang biasa terjadi pada iridosiklitis heterokrom Fuch, bisa

diidentifikasi dengan retroiluminasi.

g) Lensa : deposit pigmen dan fibrin pada permukaan kapsul anterior lensa

merupakan tanda sinekia posterior. Selain itu dilihat apakah ada kekeruhan

pada kapsul posterior lensa, yaitu pada Posterior Subcapsular Cataract yang

merupakan komplikasi dari uveitis anterior.

h) Korpus vitreous anterior : bisa terdapat sel-sel pada bagian anterior korpus

vitreous atau terdapat kekeruhan yang besar “snowball opacities” pada

sarcoidosis atau intermediate uveitis.

17

Page 18: Referat Uveitis Anterior

Gambar 4. Sel dan Flare

4) Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium mendalam umumnya tidak diperlukan untuk uveitis

anterior, apalagi bila jenisnya non-granulomatosa atau menunjukkan respon

terhadap pengobatan non spesifik. Akan tetapi pada keadaan dimana uveitis

anterior tetap tidak responsif terhadap pengobatan maka diperlukan usaha untuk

menemukan diagnosis etiologiknya.9

- Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan darah lengkap dengan hitung jenis leukosit dapat

mengidentifikasi penyebab infeksi pada uveitis anterior baik dari bakteri

atau virus. Selain itu, pemeriksaan darah lengkap dapat mendeteksi

keganasan leukosit seperti leukemia atau limfoma.

- Angiotensin Converting Enzyme (ACE)

Karena ACE dihasilkan oleh berbagai sel termasuk sel granulomatosa,

kadar ACE serum mencerminkan jumlah total jaringan granulomatosa

dalam tubuh. Peningkatan kadar ACE ditemukan pada kasus sarcoidosis.

Meskipun pengujian ACE bukanlah spesifik untuk penyakit sarcoidosis,

namun hasil tersebut dapat mengarahkan kepada diagnosis sarkoidosis

pada pasien dengan uveitis anterior.

- Antinuclear Antibody (ANA)

18

Page 19: Referat Uveitis Anterior

Pada penyakit autoimun, sel plasma menghasilkan antibodi yang ditujukan

terhadap jaringan tubuh. Hasil pengujian ANA sering positif pada lupus

eritematosus sistemik (SLE) dan juvenile rheumatoid arthritis. Namun,

ANA mungkin negatif pada pasien JRA yang tidak terdapat uveitis

anterior.

- Human Leukocyte Antigen – B27 (HLA-B27)

Seringkali positif pada pasien dengan ankylosing spondylitis, sindrom

Reiter, inflammatory bowel disease (seperti Crohn’s disease atau kolitis

ulserativa), psoriatic arthritis, dan sindrom Behcet.

- Purified Protein Derivative (PPD) skin test

Pemeriksaan ini dilakukan pada penderita uveitis anterior yang dicurigai

menderita tuberculosis berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan riwayat

penyakit keluarga.

- Veneral Disease Research Laboratory (VDRL) dan Rapid Plasma Reagin

(RPR)

Merupakan tes serologis nonspesifik untuk sifilis, yang berhubungan

dengan uveitis anterior granulomatosa. Pemeriksaan fluorescent

treponemal antibody absorption (FTA-ABS) dan microhemagglutination

assay untuk antibody Treponema pallidum (MHA-TP) dilakukan untuk

memastikan diagnosis sifilis. Karena pada suatu penelitian didapatkan tes

VDRL hanya positif pada 68% kasus sedangkan pada FTA-ABS seluruh

kasus dinyatakan positif.

- Serum antibody herpes simplex virus/herpes zoster virus

Pemeriksaan tersebut cukup membantu pada pasien uveitis anterior dengan

infeksi HSV atau HZV karena dapat dinyatakan positif pada pasien yang

terinfeksi.

5) Pemeriksaan Radiologi

Apabila terdapat gejala yang merupakan indikasi diagnosis penyakit juvenile

rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, tuberkulosis, atau sarkoidosis,

pemeriksaan rontgen perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis pasti.

Pada juvenile rheumatoid arthritis, rontgen lutut lebih diutamakan. Pada

ankylosing spondylitis, dilakukan rontgen pada bagian persendian sacroiliaca.

Pada tuberkulosis dan sarkoidosis diperlukan rontgen thoraks.

19

Page 20: Referat Uveitis Anterior

Penyakit yang dicurigai berdasarkan anamnesis dan PF

Hasil Laboratorium Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan Lain

Ankylosing spondylitis ↑ ESR, (+)HLA-B27 Sacroiliac x-rays

Inflammatory bowel disease (+)HLA-B27

Reiter’s syndrome ↑ ESR, (+)HLA-B27 Joint x-raysCultures; conjunctival, urethral, prostate

Psoriatic arthritis (+)HLA-B27

Herpes Diagnosed clinically

Behcet’s disease(+)HLA-B27

Behcet’s skin puncture test

Juvenile rheumatoid arthritis

↑ ESR, (+)ANA,(-)Rheumatoid factor Joint x-rays

Sarcoidosis↑ Angiotensin converting enzyme (ACE) Chest x-ray

Syphilis(+)RPR or VDRL; FTA-ABS or MHA- TP

Tuberculosis Chest x-ray

Purifiedprotein derivative(PPD) skin test

Tabel 5. Beberapa Etiologi Uveitis Anterior dengan Pemeriksaan Penunjangnya

Dalam usaha penegakan diagnosis etiologis dari uveitis diperlukan bantuan atau

konsultasi dengan bagian lain seperti ahli radiologi dalam pemeriksaan foto

rontgen, ahli penyakit anak atau penyakit dalam pada kasus atritis reumatoid, ahli

penyakit THT pada ksus uveitis akibat infeksi sinus paranasal, ahli penyakit gigi

dan mulut pada kasus uveitis dengan fokus infeksi dirongga mulut, dan lain-lain.

2.2.8 Diagnosis Banding

Berikut adalah beberapa diagnosis banding dari uveitis anterior:9,13

20

Page 21: Referat Uveitis Anterior

1. Konjungtivitis

Pada konjungtivitis penglihatan tidak kabur, respon pupil normal, terdapat

injeksi konjungtiva, gatal, terdapat sekret purulen atau mukopurulen dan

umumnya tidak ada rasa sakit, fotofobia atau injeksi siliaris.

2. Keratitis atau keratokonjungtivitis

Pada keratitis atau keratokonjungtivitis, visus turun, terdapat rasa sakit,

fotofobia, dan injeksi siliar. Beberapa penyebab keratitis seperti herpes simpleks

dan herpes zoster dapat menyertai uveitis anterior sebenarnya.

3. Glaukoma akut

Pada glaukoma akut terdapat nyeri hebat, visus turun, injeksi siliar, pupil semi-

dilatasi dan tidak bereaksi terhadap sinar, kornea suram, serta tekanan

intraokular meningkat.

2.2.9 Penatalaksanaan

Tujuan utama dari pengobatan uveitis adalah untuk mengembalikan atau

mempebaiki fungsi penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan fungsi penglihatan

tidak dapat lagi dipulihkan seperti semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk

mencegah memburuknya penyakit dan terjadinya komplikasi yang tidak diharapkan.

Tujuan terapi uveitis anterior adalah memperbaiki ketajaman visual, meredakan rasa

sakit pada mata, menghilangkan peradangan dan mengidentifikasi sumber peradangan,

mencegah terbentuknya sinekia, dan mengatur tekanan intraokular.

Pengobatan uveitis anterior adalah nonspesifik, biasanya melibatkan terapi topikal

dengan kortikosteroid dan siklopegik.9,13

1. Kortikosteroid

Tujuan penggunaan kortikosteroid adalah untuk mengurangi peradangan dengan

mengurangi produksi eksudat, menstabilkan membran sel, menghambat

pelepasan lisozim oleh granulosit, dan menekan peredaran limfosit.

Efek terapeutik kortikosteroid pada mata dipengaruhi oleh sifat kornea sebagai

sawar terhadap penetrasi obat topikal dalam mata, sehingga daya tembus obat

topikal akan tergantung pada konsentrasi dan frekuensi pemberian, jenis

kortikosteroid, jenis larutan yang dipakai, dan bentuk larutan.

21

Page 22: Referat Uveitis Anterior

Makin tinggi konsentrasi dan makin sering frekuensi, makin tinggi efek anti-

inflamasinya. Peradangan pada kornea bagian dalam dan uveitis diberikan

preparat dexamethason, betamethason, dan prednisolon karena penetrasi

intraokular baik. Kortikosteroid tetes mata dapat dalam bentuk solutio dan

suspensi. Keuntungan suspensi adalah penetrasi intraokular lebih baik

dibandingkan solutio, kekurangannya perlu dikocok sebelum dipakai. Beberapa

kortikosteroid topikal yang tersedia adalah prednisolone acetate 0,125% dan

1%, prednisolone sodium phosphate 0,125%, 0,5%, dan 1%, dexamethasone

alkohol 0,1%, dexamethasone sodium phosphate 0,1%, dan medrysone 1%.

2. Siklopegik dan Midriatikum

Semua agen siklopegik merupakan antagonis kolinergik yang bekerja dengan

memblok neurotransmitter di bagian reseptor sfingter pupil dan otot siliaris.

Siklopegik bertujuan dalam pengobatan uveitis anterior diantaranya untuk:

- Untuk menghilangkan rasa sakit dengan melumpuhkan iris

- Untuk mencegah adhesi iris pada kapsul lensa anterior (posterior

synechia), yang dapat menyebabkan iris bombe dan TIO tinggi

- Untuk menstabilkan blood aqueous barrier dan membantu mencegah

kebocoran protein (flare).

Agen siklopegik yang digunakan dalam mengobati uveitis anterior diantaranya:

- Atropin, 0,5%, 1%, 2%

- Homatropin, 2%, 5%

- Skopolamin, 0,25%

- Cyclopentolate, 0,5%, 1%, 2%.

3. Oral Steroid dan NSAID

Prednison oral dapat digunakan dalam kasus-kasus uveitis anterior di mana pada

pemberian steroid topikal hanya menghasilkan sedikit respon.

Sebagai inhibitor prostaglandin, NSAID (terutama aspirin dan ibuprofen) dapat

mengurangi peradangan. Yang digunakan adalah prednison dengan dosis awal

12 mg/kgBB/hari yang diturunkan dosisnya selang satu hari. Dosis diturunkan

20% dari dosis awal selama 2 minggu pengobatan.

22

Page 23: Referat Uveitis Anterior

Berdasarkan pembagian uveitis anterior secara klinis, yaitu uveitis anterior ringan,

sedang, dan berat, berikut adalah penanganan dari masing-masing derajat keparahan.

Uveitis Ringan1. Cyclopentolate, 1% atau homatropine, 5% 2. Prednisolone, 1%3. Oral aspirin atau ibuprofen, 2 tablet4. Beta bloker jika TIO meningkat5. Re-evaluasi 4-7 hari

Uveitis Sedang1. Homatropine, 5% atau scopolamine, 0.25% 2. Prednisolone, 1% 3. Oral aspirin atau ibuprofen, 2 tablet4. Beta bloker jika TIO meningkat5. Kacamata gelap6. Anjuran agar pasien berhati-hati7. Re-evaluasi 2-4 hari

Uveitis Berat1. Atropine, 1% atau homatropine, 5% 2. Prednisolone, 1%3. Oral aspirin atau ibuprofen, 2 tablet4. Beta bloker jika TIO meningkat5. Kacamata gelap6. Anjuran agar pasien berhati-hati7. Re-evaluasi 1-2 hari

Tabel 6. Terapi Uveitis Anterior Berdasarkan Derajatnya

2.2.10 Komplikasi

Berikut ini adalah beberapa komplikasi dari uveitis anterior:13

1. Katarak

Posterior subcapsular cataract (PSC) sebagai komplikasi dihubungkan

akibat uveitis anterior kronik. PSC juga diakibatkan oleh pemakaian

steroid topical yang terlalu lama, yaitu salah satu terapi uveitis anterior.

Sinekia posterior dapat menyebabkan nekrosis selular di sekitarnya dan

menyebabkan kekeruhan lensa. Mekanisme kekeruhan belum sepenuhnya

diketahui, kemungkinan berhubungan dengan produksi dari sel-sel radang

seperti enzim lisosom.

2. Glaukoma

Uveitis anterior dapat menimbulkan sinekia anterior perifer yang

menghalangi aqueous humor keluar di sudut iridokornea (sudut kamera 23

Page 24: Referat Uveitis Anterior

anterior) sehingga dapat menimbulkan glaukoma. Sinekia posterior dapat

menimbulkan glaukoma dengan berkumpulnya aqueous humor di

belakang iris, sehingga menonjolkan iris ke depan

3. Edema kistoid makular dan degenerasi makula dapat timbul pada uveitis

anterior yang berkepanjangan. Manifestasi klinis yang terjadi adalah

hilangnya refleks fovea, macula terlihat menebal dengan refleks cahaya

redup.

2.2.11 Prognosis

Kebanyakan kasus uveitis berespon baik dengan pengobatan. Uveitis umumnya

berulang, penting bagi pasien untuk melakukan pemeriksaan berkala dan cepat

mewaspadai bila terjadi keluhan pada matanya. Tetapi bergantung dimana letak eksudat

dan dapat menyebabkan atrofi. Apabila mengenai daerah macula dapat menyebabkan

gangguan penglihatan yang serius.

BAB III

KESIMPULAN

24

Page 25: Referat Uveitis Anterior

Uveitis anterior adalah peradangan iris dan bagian depan badan siliar, kadang-kadang

menyertai peradangan bagian belakang bola mata, kornea, dan sklera. Peradangan pada uvea

dapat mengenai hanya pada iris yang disebut iritis atau mengenai badan siliar yang disebut

siklitis. Biasanya iritis akan disertai dengan siklitis yang disebut iridosiklitis atau uveitis

anterior.

Uveitis anterior terbagi atas granulomatosa dan non-granulomatosa, dan bentuk yang

umum terjadi adalah uveitis non-granulomatosa. Etiologi uveitis anterior terbagi atas faktor

eksogen, endogen, imunodefisiensi, dan idiopatik. Diagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesis, pemeriksaan oftalmologi, dan pemeriksaan laboratorium.

Tatalaksana utama adalah untuk mengembalikan atau memperbaiki fungsi penglihatan

mata. Komplikasi uveitis anterior yang tersering adalah glaukoma dan katarak.

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P. Traktus Uvealis dan Sklera. Dalam: Oftalmologi

25

Page 26: Referat Uveitis Anterior

Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya Medika, 2000. p.155-160.

2. Prof. dr.H.Sidarta Ilyas, SpM. Mata merah dengan penglihatan normal. Ilmu Penyaakit

Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. 2010. p.121-37, 140, 143-6.

3. Prof. dr. Suharjo, SU, SpM(K), dr. Siti Sundari SpM, MKes, dr. Muhammad. Bayu

Sasongko. Kelainan palpebra, konjungtiva, kornea, skllera dan sistem lakrimal. Ilmu

Kesehatan Mata. 1. 2007. p.34-40, 44-5

4. Kanski J. Uveitis. In: Clinical Ophthalmology. Third Edition. London: Butterworth

Heinemann, 1994. p.151-155.

5. Ophthalmology. Uveitis Anterior. V.111; No.3; 3/04; p.491

6. American Journal of Ophthalmology. Uveitis. V.144; No.3; 9/07; p.424

7. Journal of the American Optometric Association. Uveitis Anterior. V.64; 6/93; p.386

8. The College of Optometrists. Clinical Management Guidelines. Uveitis (Anterior, Acute,

and Recurrent). p.1-3.

9. American Optometric Association. Description and Classification of Anterior Uveitis. In:

Care of the Patient with Anterior Uveitis. 2004. p.3-6.

10. Garg, SJ. Uveitis Anterior. In: Color Atlas and Synopsis of Clinical Ophthalmology.

Philadelphia, 2001. p.35-39

11. Kimura SJ, Hogan MJ, Thygeson P. Fuchs’ syndrome of heterochromic cyclitis. Arch

Ophthalmol 1955; 53: 179-86.

12. George R. Non Granulomatous Anterior Uveitis, 2005. http://www.emedicine.com

13. Rao NA, Forster DJ, Augsburger JJ. Textbook of Ophthalmology. The Uvea. Uveitis and

Intraocular Neoplasms. Vol.2. New York, London.

26