uveitis yesi
TRANSCRIPT
UVEITIS
Bola Mata terdiri atas dinding bola mata dan isi bola mata, dimana dinding bola
mata terdiri atas sclera dan kornea sedangkan isi bola mata terdiri atas lensa, uvea, badan
kaca dan retina. Uvea merupakan lapisan dinding kedua dari bola mata setelah sclera dan
tenon. Uvea merupakan jaringan lunak, terdiri dari iris,badan siliar dan koroid.
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan
berbagai penyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami
inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi. Peradangan pada uvea dapat hanya
mengenai bagian depan jaringan uvea atau iris yang disebut iritis. Bila mengenai badan
tengah disebut siklitis. Iritis dengan siklitis disebut iridosiklitis atau disebut juga dengan
uveitis anterior dan merupakan bentuk uveitis tersering. Dan bila mengenai lapisan koroid
disebut uveitis posterior atau koroiditis.
Uveitis umumnya unilateral, biasanya terjadi pada dewasa muda dan usia
pertengahan. Ditandai adanya riwayat sakit, fotofobia,dan penglihatan yang kabur, mata
merah (merah sirkumneal) tanpa tahi mata purulen dan pupil kecil atau
ireguler.Berdasarkan reaksi radang, uveitis anterior dibedakan tipe granulomatosa dan
non granulomatosa. Penyebab uveitis anterior dapat bersifat eksogen dan endogen.
Penyebab uveitis anterior meliputi: infeksi, proses autoimun, yang berhubungan dengan
penyakit sistemik, neoplastik dan idiopatik.
Pola penyebab uveitis anterior terus berkembang sesuai dengan perkembangan
teknik pemeriksaan laboratorium sebagai sarana penunjang diagnostik. Lebih dari 75%
uveitis endogen tidak diketahui penyebabnya, namun 37% kasus di antaranya ternyata
merupakan reaksi imunologik yang berkaitan dengan penyakit sistemik. Penyakit sistemik
yang berhubungan dengan uveitis anterior meliputi: spondilitis ankilosa, sindroma Reiter,
artritis psoriatika, penyakit Crohn, kolitis ulserativa, dan penyakit Whipple. Keterkaitan
antara uveitis anterior dengan spondilitis ankilosa pada pasien dengan predisposisi genetik
HLA-B27 positif pertama kali dilaporkan oleh Brewerton et al.
Insidensi uveitis sekitar 15 per 100.000 orang. Sekitar 75% merupakan uveitis
anterior. Sekitar 50% pasien dengan uveitis menderita penyakit sistemik terkait. Di
Amerika Serikat, uveitis merupakan penyebab kebutaan nomor tiga setelah Retinopati
Diabetik dan Degenerasi Macular. Umur penderita biasanya bervariasi antara usia
prepubertal sampai 50 tahun.
Variasi gejala sering dijumpai, hal ini berhubungan dengan faktor penyebabnya dan
dimana kelainan itu terjadi,biasanya pasien datang mengeluh nyeri ocular, Fotofobia,
penglihatan kabur, dan mata merah. Pada pemeriksaan didapatkan tajam penglihatan
menurun, terdapat injeksi siliar, KP, flare, hipopion, sinekia posterior, tekanan intra okuler
bisa meningkat hingga sampai edema macular.
Definisi
Uveitis adalah inflamasi traktus uvea (iris, korpus siliaris, dan koroid) dengan
berbagai penyebabnya. Struktur yang berdekatan dengan jaringan uvea yang mengalami
inflamasi biasanya juga ikut mengalami inflamasi.
Anatomi uvea
Uvea terdiri dari : iris, badan siliaris (corpus siliaria) dan koroid. Bagian ini adalah
lapisan vascular tengah mata dan dilindungi oleh kornea dan sklera. Bagian ini juga ikut
memasok darah ke retina. Iris dan badan siliaris disebut juga uvea anterior sedangkan
koroid disebut uvea posterior.
Gambar 1. Anatomi mata
Iris adalah lanjutan dari badan siliar ke anterior dan merupakan diafragma yang
membagi bola mata menjadi 2 segmen, yaitu segmen anterior dan segmen posterior, di
tengah-tengahnya berlubang yang disebut pupil. Iris membagi bilik mata depan (camera
oculi anterior) dan bilik mata posterior (camera oculi posterior). Iris mempunyai
kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar ke dalam bola mata.
Secara histologis iris terdiri dari stroma yang jarang diantaranya terdapat lekukan-
lekukan dipermukaan anterior yang berjalan radier yang dinamakan kripa. Didalam stroma
terdapat sel-sel pigmen yang bercabang, banyak pembuluh darah dan saraf.
Dipermukaan anterior ditutup oleh endotel terkecuali pada kripta, dimana
pembuluh darah dalam stroma, dapat berhubungan langsung dengan cairan dicamera oculi
anterior, yang memungkinkan percepatan terjadinya pengaliran nutrisi ke coa dan
sebaliknya. Dibagian posterior dilapisi dengan 2 lapisan epitel, yang merupakan lanjutan
dari epitel pigmen retina, warna iris tergantung dari sel-sel pigmen yang bercabang yang
terdapat di dalam stroma yang banyaknya dapat berubah-ubah, sedangkan epitel pigmen
jumlahnya tetap.
Didalam iris terdapat otot sfingter pupil (M.Sphincter pupillae), yang berjalan
sirkuler, letaknya didalam stroma dekat pupil dan dipersarafi oleh saraf parasimpatis, N III.
Selain itu juga terdapat otot dilatator pupil (M. Dilatator pupillae), yang berjalan radier dari
akar iris ke pupil, letaknya di bagian posterior stroma dan diurus saraf simpatis.
Pasokan darah ke iris adalah dari circulus major iris, kapiler-kapiler iris mempunyai
lapisan endotel yang tidak berlobang. Persarafan iris adalah melalui serat-serat didalam
nervi siliaris.
Badan Siliar (Corpus Ciliaris) berbentuk segitiga, terdiri dari 2 bagian yaitu: pars
korona, yang anterior bergerigi, panjangnya kira-kira 2mm dan pars plana, yang postrior
tidak bergerigi panjangnya kira-kira 4 mm. Badan siliaris berfungsi sebagai pembentuk
humor aquous. Badan siliar merupakan bagian terlemah dari mata. Trauma, peradangan,
neoplasma didaerah ini merupakan keadaan yang gawat.
Gambar 2. Srkulasi Humour Aquous
Pada bagian pars korona diliputi oleh 2 lapisan epitel sebagai kelanjutan dari epitel
iris. Bagian yang menonjol (processus ciliaris) berwarna putih oleh karena tidak
mengandung pigmen, sedangkan di lekukannya berwarna hitam, karena mengandung
pigmen. Didalam badan siliaris terdapat 3 macam otot silier yang berjalan radier, sirkuler
dan longitudinal. Dari processus siliar keluar serat-serat zonula zinii yang merupakn
penggantung lensa. Fungsi otot siliar untuk akomodasi. kontraksi atau relaksasi otot-otot
ini mengakibatkan kontraksi dan relaksasi dari kapsula lentis, sehingga lensa menjadi lebih
atau kurang cembung yang berguna pada penglihatan dekat atau jauh. Badan siliar banyak
mengandung pembuluh darah dimana pembuluh darah baliknya mengalirkan darah
ke V.vortikosa. Pada bagian pars plana, terdiri dari satu lapisan tipis jaringan otot dengan
pembuluh darah diliputi epitel.
Koroid merupakan bagian uvea yang paling luar, terletak antara retina (di sebelah
dalam ) dan sklera (di sebelah luar). Koroid berbentuk mangkuk yang tepi depannya
berada dicincin badan siliar. Koroid adalah jaringan vascular yang terdiri atas anyaman
pembuluh darah. Retina tidak menimpali (overlapping) seluruh koroid, tetapi berhenti
beberapa milimeter sebelum badan siliar. Bagian koroid yang tidak terselubungi retina
disebut pars plana.
Etiologi
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan badan siliar yang dapat berjalan
akut maupun kronis. Penyebab dari iritis tidak dapat diketahui dengan melihat gambaran
klinisnya saja. Iritis dan iridisiklitis dapat merupakan suatu manifestasi klinik reaksi
imunologik terlambat, dini atau sel mediated terhadap jaringan uvea anterior. Penyebab
terjadinya uveítis anterior dibagi menjadi beberapa golongan yaitu autoimun, injeksi,
keganasan, dan lain- lain.
a. Penyebab autoimun
- Artritis
- Rhematoid juvenile
- Spondilitis ankilosa
- Sindrom reiter
- Kolitis ulseratif
- Uveítis terinduksi lensa
- Sarkoidosis
- Penyakit crohn
- psoriasis
b. Penyebab infeksi
- Sipilis
- Tuberkulosis
- Lepra
- Herpes zooster
- Herpes simpleks
- Onkoserkiasis
- Adenovirus
c. Penyebab keganasan
- Sindrom masquerada
- Retinoblastoma
- Leukemia
- Linfoma
- Melanoma maligna
d. Penyebab lainnya berasal dari :
- Iridopati
- Uveítis traumatika
- Ablatio retina
- Gout
- Crisis glaukomatosiklitik
Selain itu menurut Rosenbaum (2007) etiologi dari uveítis anterior digolongkan menurut
agen penyebab infeksi, seperti dalam tabel berikut :
Tabel 1. Etiologi uveitis anterior menurut golongkan agen penyebab infeksi
BACTERIAL/
SPIROCHETALVIRAL FUNGAL PARASITIC
Atypical mycobacteria
Brucellosis
Cat scratch disease
Leprosy
Leptospirosis
Lyme disease
Propionibacterium
Syphilis
Tuberculosis
Whipple's disease
Cytomegalovirus
Epstein-Barr
Herpes simplex
Herpes zoster
Human T cell leukemia virus
Mumps
Rubeola
Vaccinia
HIV-1
West Nile virus
Aspergillosis
Blastomycosis
Candidiasis
Coccidioido-mycosis
Cryptococcosis
Histoplasmosis
Sporotrichosis
Acanthamoeba
Cystercercosis
Onchocerciasis
Pneumocystis carinii
Toxocariasis
Toxoplasmosis
Klasifikasi
Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan traktus uvealis
yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid. Klasifikasi uveitis
dibedakan menjadi empat kelompok utama, yaitu klasifikasi secara anatomis, klinis,
etiologis, dan patologis. Penyakit peradangan traktus uvealis umumnya unilateral, biasanya
terjadi pada oreng dewasa dan usia pertengahan. Pada kebanyakan kasus penyebabnya
tidak diketahui.
1. Klasifikasi Anatomis
a) Uveitis anterior
Merupakan inflamasi yang terjadi terutama pada iris dan korpus siliaris atau
disebut juga dengan iridosiklitis.
b) Uveitis intermediet
Merupakan inflamasi dominan pada pars plana dan retina perifer yang disertai
dengan peradangan vitreous.
c) Uveitis posterior
Merupakan inflamasi yang mengenai retina atau koroid.
d) Panuveitis
Merupakan inflamasi yang mengenai seluruh lapisan uvea.
2. Klasifikasi Klinis
a) Uveitis akut
Uveitis yang berlangsung selama < 6 minggu, onsetnya cepat dan bersifat
simptomatik.
b) Uveitis kronik
Uveitis yang berlangsung selama > 6 minggu bahkan sampai berbulan-bulan
atau bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan bersifat asimtomatik.
3. Klasifikasi Etiologis
a) Uveitis infeksius
Uveitis yang disebabkan oleh infeksi virus, parasit, dan bakteri
b) Uveitis non-infeksius
Uveitis yang disebabkan oleh kelainan imunologi atau autoimun.
4. Klasifikasi patologis
a) Uveitis non-granulomatosa
Infiltrat dominan limfosit pada koroid
b) Uveitis granulomatosa
Infiltrat dominan sel epiteloid dan sel-sel raksasa multinukleus
PATOFISIOLOGI
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh defek langsung suatu
infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya mengikuti suatu trauma
tembus okuli; walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi sebagai reaksi terhadap zat
toksik yang diproduksi mikroba yang menginfeksi jaringan tubuh di luar mata. Uveitis yang
berhubungan dengan mekanisme alergi merupakan reaksi hipersensitifitas terhadap
antigen dari luar (antigen eksogen) atau antigen dari dalam badan (antigen endogen).Dalam
banyak hal antigen luar berasal dari mikroba yang infeksius .Sehubungan dengan hal ini
peradangan uvea terjadi lama setelah proses infeksinya yaitu setelah munculnya
mekanisme hipersensitivitas.
Radang iris dan badan siliar menyebabkan rusaknya Blood Aqueous
Barrrier sehingga terjadi peningkatan protein, fibrin dan sel-sel radang dalam humor akuos
yang tampak pada slitlamp sebagai berkas sinar yang disebuit fler (aqueous flare). Fibrin
dimaksudkan untuk menghambat gerakan kuman, akan tetapi justru mengakibatkan
perlekatan-perlekatan, misalnya perlekatan iris pada permukaan lensa (sinekia posterior).
nmbn
Gambar 3. Uvea
Sel-sel radang yang terdiri dari limfosit, makrofag, sel plasma dapat membentuk
presipitat keratik yaitu sel-sel radang yang menempel pada permukaan endotel kornea.
Akumulasi sel-sel radang dapat pula terjadi pada tepi pupil disebutkoeppe nodules, bila
dipermukaan iris disebut busacca nodules, yang bisa ditemukan juga pada permukaan lensa
dan sudut bilik mata depan. Pada iridosiklitis yang berat sel radang dapat sedemikian
banyak sehingga menimbulkan hipopion.
Otot sfingter pupil mendapat rangsangan karena radang, dan pupil akan miosis dan
dengan adanya timbunan fibrin serta sel-sel radang dapat terjadi seklusio maupun oklusio
pupil, sehingga cairan di dalam kamera okuli posterior tidak dapat mengalir sama sekali
mengakibatkan tekanan dalam dalam camera okuli posterior lebih besar dari tekanan
dalam camera okuli anterior sehingga iris tampak menggelembung kedepan yang disebut
iris bombe (Bombans). 2,8
Gangguan pada humor akuos terjadi akibat hipofungsi badan siliar menyebabkan
tekanan bola mata turun. Adanya eksudat protein, fibrin dan sel-sel radang dapat
berkumpul di sudut camera okuli anterior sehingga terjadi penutupan kanal schlemm
sehingga terjadi glukoma sekunder.Pada fase akut terjadi glaucoma sekunder karena
gumpalan – gumpalan pada sudut bilik depan,sedang pada fase lanjut glaucoma sekunder
terjadi karena adanya seklusio pupil.Naik turunnya bola mata disebutkan pula sebagai
peran asetilkolin dan prostaglandin.
KLASIFIKASI UVEITIS ANTERIOR
Berdasarkan patologi dapat dibedakan 2 jenis uveitis anterior, yaitu granulomatosa
dan non granulomatosa. Pada jenis non granulomatosa umumnya tidak dapat ditemukan
organisme patogen dan karena berespon baik terhadap terapi kortokosteroid diduga
peradangan ini semacam fenomena hipersensitivitas. Uveitis ini timbul terutama dibagian
anterior traktus yakni iris dan korpus siliaris. Terdapat reaksi radang dengan terlihatnya
infiltrasi sel-sel limfosit dan sel plasma dalam jumlah cukup banyak dan sedikit sel
mononuclear. Pada kasus berat dapat terbentuk bekuan fibrin besar atau hipopion didalam
kamera okuli anterior.
Sedangkan pada uveitis granulomatosa umumnya mengikuti invasi mikroba aktif ke
jaringan oleh organisme penyebab (misal Mycobacterium tuberculosis atau Toxoplasma
gondii). Meskipun begitu patogen ini jarang ditemukan dan diagnosis etiologi pasti jarang
ditegakkan. Uveitis granulomatosa dapat mengenai sembarang traktus uvealis namun lebih
sering pada uvea posterior. Terdapat kelompok nodular sel-sel epithelial dan sel-sel
raksasa yang dikelilingi limfosit di daerah yang terkena. Deposit radang pada permukaan
posterior kornea terutama terdiri atas makrofag dan sel epiteloid. Diagnosis etiologi
spesifik dapat ditegakkan secara histologik pada mata yang dikeluarkan dengan
menemukan kista toxoplasma, basil tahan asam tuberculosis, spirocheta pada sifilis,
tampilan granuloma khas pada sarcoidosis atau oftalmia simpatika dan beberapa penyebab
spesifik lainnya.
Perbedaan uveitis granulomatosa dan non granulomatosa
Non granulomatosa Granulomatosa
Onset Akut Tersembunyi
Sakit Nyata Tidak ada atau ringan
Fotofobia Nyata Ringan
Penglihatan kabur Sedang Nyata
Merah
sirkumkorneal
Nyata Ringan
Perisipitat keratik Putih halus Kelabu besar
Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur
(bervariasi)
Synechia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang
Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadang
Tempat Uvea anterior Uvea posterior dan posterior
Perjalanan Akut Menahun
Rekurens Sering Kadang-kadang
Sedangkan berdasarkan waktu uveitis anterior dikatakan akut jika terjadi kurang
dari 6 minggu, jika inflamasi kambuh diikuti dengan serangan inisial disebut rekuren akut
dan dikatakan sebagai kronik jika lebih dari 6 minggu.
Beberapa keadaan yang menyebabkan tanda dan gejala yang berhubungan dengan
uveitis anterior akut, yaitu:
1. Traumatic Anterior Uveitis
Trauma merupakan salah satu penyebab Uveitis Anterior, biasanya terdapat
riwayat truma tumpul mata atau adneksa mata. Luka lain seperti luka bakar pada mata,
benda asing, atau abrasi kornea dapat menyebabkan terjadinya Uveitis Anterior. Visual
aquity dan tekanan intraocular mungkin terpengnaruh, dan mungkin juga terdapat
darah pada anterior chamber. 9
2.Idiopathic Anterior Uveitis
Istilah idiopatik dipergunakan pada Uveitis Anterior dengan etiologi yang tidak
diketahui apakah merupakan kelainan sistemik atau traumatic. Diagnosis ini ditegakan
sesudah menyingkirkan penyebab lain dengan anamnesis dan pemeriksaan.9
3.HLA-B27 Associated Uveitis
HLA-B27 mengacu pada spesifik genotype atau chromosome. Mekanisme
pencetus untuk Uveitis Anterior pada pasien dengan genotype seperti ini tidak
diketahui. Ada hubungan yang kuat dengan ankylosing spondylitis, sindrom
Reiter, Inflamatory bowel disease, psoariasis, arthritis, dan Uveitis Anterior yang
berulang. 9
4.Behcet’s Diseases/syndrome
Sebagian besar menyerang laki-laki dewasa muda dari bangsa mediterania atau
jepang. Terdapat trias penyakit Behcets, yaitu akut Uveitis Anterior dan ulkus pada
mulut dan genital. Penyakit behcet yang menyebabkan Uveitis Anterior akut adalah
sangat langka.
5.Lens Associated Anterior Uveitis
Ada beberapa keadaan yang ditemukan pada peradangan anterior chamberdan
penyebab yang disebabkan oleh keadaan lensa, yaitu : phaco-anaphylactic
andhopthalmitis dan phacogenic (phacotoksik) uveitis; phacolitic glaukoma; dan
UGH syndrome ( Uveitis, Glaukoma dan Hifema).
6.Masquerade syndrome
Merupakan keadaan yang mengancam, seperti lymphoma, leukemia,
retinoblastoma, dan malignant melanoma dari choroid, dapat menimbulkan Uveitis
Anterior.
Beberapa keadaan yang dapat menghasilkan tanda dan gejala yang terdapat pada diagnosis
Uveitis Anterior kronik adalah :
1. Juvenile Rheumatoid Arthritis
Anterior Uveitis terjadi pada penderita JRA yang mengenai beberapa persendian.
Karena kebanyakan dari pasien JRA adalah positif dengan test ANA ( Anti Nuklear
Antibody ), yang merupakan pemeriksaan adjuvant. JRA lebih banyak mengenai anak
perempuan dibanding anak lelaki. Merupakan suatu anjuran pada semua anak yang
menderita JRA untuk diperiksa kemungkinan terdapatnya Uveitis Anterior.
2. Anterior Uveitis Associated with Primary Posterior Uveitis
Penyakit sistemik, seperti sarcoidosis, toksoplamosis, sipilis, tuberculosis, herpes
zoster, cytomegalovirus, dan AIDS mungkin saja terlibat dalam Uveitis Anterior baik
primer ataupun sekunder dari uveitis posterior.
3. Fuch’s Heterochromatic Iridocyclitis
Merupakan suatu penyakit kronik, biasanya asimptomatik, terdapat 2% pasien
Uveitis Anterior.
MANIFESTASI KLINIS
Keluhan subyektif yang menyertai uveitis anterior adalah nyeri , terutama di bulbus
okuli, sakitnya spontan atau pada penekanan di daerah badan siliar, sakit kepala di kening
yang menjalar ke temporal, fotofobia, bervariasi dan dapat demikian hebat pada uveitis
anterior akut, lakrimasi yang terjadi biasanya sebanding dengan derajat fotofobia,
gangguan visus dan bersifat unilateral.
Gambar 4. Uveitis anterior granulomatosa dengan muttan-fat keratic presipitat dan nodul
koeepe dan busacca
Riwayat yang berhubungan dengan uveitis adalah usia, kelamin, suku bangsa
penting untuk di catat karena dapat memberikan petunjuk ke arah diagnosis uveitis
tertentu. Riwayat pribadi tentang penderita, yang utama adalah adanya hewan peliharaan
seperti anjing dan kucing, serta kebiasaan memakan daging atau sayuran yang tidak
dimasak termasuk hamburger mentah. Hubungan seks diluar nikah untuk menduga
kemungkinan terinfeksi oleh STD atau AIDS. Penggunaan obat-obatan untuk penyakit
tertentu atau narkoba (intravenous drug induced), serta kemungkinan tertular penyakit
infeksi menular (seperti Tbc) dan terdapatnya penyakit sistemik yang pernah diderita.
Riwayat tentang mata didapatkan apakah pernah terserang uveitis sebelumnya atau
pernah mengalami trauma tembus mata atau pembedahan.
Gambar 5. Uveitis anterior granulomatosa dengan sejumlah nodul busacca pada
permukaan iris dan beberapa muttan fat keratik presipitat pada aspek inferior.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan visus umumnya normal atau berkurang sedikit.,
konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva dan injeksi siliar, serta kornea keruh karena udem
dan keratik presipitat. Keratik presipitat merupakan kumpulan sel-sel yang menempel
pada endotel kornea, biasanya di bagian bawah. Pada uveitis non granulomatosa, keratik
presipitat berukuran kecil dan sedang berwarna putih. Pada uveitis granulomatosa, keratik
presipitat besar-besar dan lonjong dan dapat menyatu membentuk bangunan yang lebih
besar, sehingga dapat mencapai diameter 1mm. Adanya keratik presipitat dijumpai pada
keratouveitis karena herpes simpleks dan sangat spesifik pada Heterokromik Fuch.
PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi uveitis adalah mencegah komplikasi yang mengancam penglihatan,
menghilangkan keluhan pasien, dan jika mungkin mengobati penyebabnya. Ada empat
kelompok obat yang digunakan dalam terapi uveitis, yaitu midriatikum, steroid, sitotoksik,
dan siklosporin. Sedangkan uveitis akibat infeksi harus diterapi dengan antibakteri atau
antivirus yang sesuai.
a. Kortikosteroid topikal, periokuler, sistemik (oral, subtenon, intravitreal) dan
sikloplegia
b. Pemberian antiinflamasi non steroid
c. Pemberian obat jenis sitotoksik seperti ankylating agent (siklofosfamid,
klorambusil), antimetabolit (azatrioprin, metotrexat) dan sel T supresor
(siklosporin)
d. Terapi operatif untuk evaluasi diagnostik (parasentesis, vitreus tap dan biopsi
korioretinal untuk menyingkirkan neoplasma atau proses infeksi) bila
diperlukan.
e. Terapi untuk memperbaiki dan mengatasi komplikasi seperti katarak,
mengontrol glaukoma dan vitrektomi.
f. Midriatikum berfungsi untuk memberikan kenyamanan pada pasien, mencegah
pembentukan sinekia posterior, dan menghancurkan sinekia. Memberikan
kenyamanan dengan mengurangi spasme muskulus siliaris dan sfingter pupil
dengan menggunakan atropin. Atropin tidak diberikan lebih dari 1-2 minggu.
g. Steroid topikal hanya digunakan pada uveitis anterior dengan pemberian steroid
kuat, seperti dexametason, betametason, dan prednisolon. Komplikasi
pemakaian steroid adalah glaukoma, posterior subcapsular cataract, komplikasi
kornea, dan efek samping sistemik
DIAGNOSIS BANDING
Penting untuk menentukan apakah lesi yang terjadi akibat inflamasi, tumor, proses
vaskuler, atau proses degenerasi. Meksipun flare dan sel di COA merupakan tanda utama
uveitis, tapi bukan merupakan suatu tanda diagnostik pasti uveitis karena proses nekrotik
atau metastasis neoplasma juga dapat menyebabkan proses inflamasi. Debris seluler
vitreus juga dapat terjadi akibat proses degeneratif seperti retinitis pigmentosa atau retinal
detachment. Beberapa kelainan yang sering di kelirukan dengan uveitis antara lain :
a. Konjungtivitis dibedakan dengan adanya sekret dan kemerahan pada
konjungtiva
b. Keratitis di bedakan dengan adanya pewarnaan atau defek pada epitel atau
adanya penebalan atau infiltrat pada stroma
c. Glaukoma akut sudut tertutup ditandai dengan peningkatan tekanan intra
okular, kekeruhan dan edema kornea dan sudut bilik mata depan yang
sempit.
KOMPLIKASI
Komplikasi terpeting yaitu terjadinya peningkatan tekanan intraokuler (TIO) akut
yang terjadi sekunder akibat blok pupil (sinekia posterior), inflamasi, atau penggunaan
kortikosteroid topikal. Katarak juga dapat terjadi akibat pemakaian kortikosteroid.
Penggunaan siklopegik dapan mengganggu akomodasi pada pasien yang berusia diatas 45
tahun. Peningkatan TIO dapat menyebabkan atrofi nervus optikus dan kehilangan
penglihatan permanen. Komplikasi lain meliputi corneal band-shape keratopathy, katarak,
pengerutan permukaan makula, edema diskus optikus dan makula, edema kornea, dan
retinal detachment.
PROGNOSIS
Prognosis uveitis tergantung pada banyak hal diantaranya derajat keparahan,
lokasi, dan penyebab peradangan. Secara umum, peradangan yang berat perlu waktu lebih
lama untuk sembuh serta lebih sering menyebabkan kerusakan intraokular dan kehilangan
penglihatan dibandingkan dengan peradangan ringan atau sedang. Selain itu uveitis
anterior cenderung lebih cepat merespon pengobatan dibandingkan dengan uveitis
intermediet, posterior atau difus. Umumnya kasus uveitis anterior prognosisnya baik bila
di diagnosis lebih awal dan diberi pengobatan yang tepat. Prognosis visual pada iritis
kebanyakan pulih dengan baik tanpa adanya katarak, glaukoma dan uveitis posterior.
Keterlibatan retina, koroid atau nervus optikus cenderung memberi prognosis yang lebih
buruk.
DAFTAR PUSTAKA
Vaughan & Asbury. 2007. Oftalmologi Umum Edisi 17 (hl 150-153). Jakarta : EGC.
Ilyas, H. Sidarta, prof, dr. 2005. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3 (hl 6-10, 172-174, 199).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
“Diagnosis etiologik uveitis anterior” (diakses tanggal 23 Juni 2012)
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/14DiagnosisEtiologik087.pdf/
14DiagnosisEtiologik087.pdf
“Uveitis Anterior” http://yumizone.wordpress.com/2009/02/24/uveitis-anterior/ (di
akses tanggal 23 Juni 2012)
“Iritis dan Uveitis” http://emedicine.medscape.com/article/798323-overview (di akses
tanggal 23 Juni 2012)