urgensi izin isteri secara lisan dan tertulis dalam...

73
URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM POLIGAMI (Analisis Putusan Pengandilan Agama Rangkasbitung Perkara No. 0390/pdt.G/2013/PA.Rks ) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh : JAJANG 1110044100060 K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 /2015

Upload: duonglien

Post on 01-Jul-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM

POLIGAMI

(Analisis Putusan Pengandilan Agama Rangkasbitung Perkara No.

0390/pdt.G/2013/PA.Rks )

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

JAJANG

1110044100060

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI AKHWAL SYAKHSIYYAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 /2015

Page 2: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

i

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan Skripsi ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata I (satu) di Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan (plagiarisme) dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 April 2015

JAJANG

Page 3: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

ii

URGENSI IZIN ISTRI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM

PLIGAMI

(Analisis Putusan Pengandilan Agama Rangkasbitung Perkara No.

0390/pdt.G/2013/PA.Rks)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi

Salah Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

Jajang

NIM. 1110044100060

Di Bawah Bimbingan:

Dr. H. M. Nurul Irfan, M. Ag

NIP. 197308022003121001

K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1436 H/2015

Page 4: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

PENGESAHAN UJIAN PANITIA SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Urgensi Izin Isteri Secara Lisan Dan Tertulis Dalam Poligami

(Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Rangkasbitung Perkara No.

0390/pdt.G/2013/PA.Rks)” telah diajukan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan

Hukum Konsentrasi Hukum Keluarga Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

pada tanggal 07 April 2015.

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana syariah (S.Sy)

pada Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah.

Jakarta 07 April 2015

Mengesahkan

Dekan,

Dr. Asep Saepudin Jahar, M.A

NIP. 196912161996031001

PANITIA UJIAN MUNAQASYAH

1. Ketua Prodi : Kamarusdiana, S.Ag., MH. (...........................)

NIP. 197202241998031001

2. Sekretaris Prodi : Sri Hidayati, S.Ag., M.Ag (...........................)

NIP. 197102151997032002

3. Pembimbing : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag (...........................)

NIP. 197308022003121001

4. Penguji I : (...........................)

NIP.

5. Penguji II : Kamarusdiana, S.Ag., MH. (...........................)

NIP. 197202241998031001

Page 5: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

iv

ABSTRAK

Jajag. NIM 1110044100060. Urgensi Izin Istri Secara Lisan dan Tertuis Dalam

Poligami (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Rangkasbitung Perkara Nomor:

0390/Pdt.G/2013/PA.Rks.). Skripsi, Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah, Konsentrasi

Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 1436 H/2014 M.

Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan Urgensi Izin

Istri Secara Lisan dan Tertuis Dalam Poligami (Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama

Rangkasbitung Perkara Nomor: 0390/Pdt.G/2013/PA.Rks.) Pada penelitian ini penulis

memilih objek penelitian di Pengadilan Agam Rangkasbitung. Penulis ingin mengetahui hal-

hal yang menyebabkan dikabulkannya izin poligami. Selain itu juga, penulis ingin

mengidentifikasi pertimbangan hukum hakim yang memberikan izin poligami kepada suami

padahal istri mendapat keturunan dan tidak terdapat cacat badan atau penyakit yang tidak

dapat disembuhkan.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang menekankan kualitas

sesuai dengan pemahaman deskriptif. Penelitian ini berupa analisis terhadap kasus yang

berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan dan tertuis dalam poligami, yang terjadi di

Pengadilan Agama Rangkasbitung. Kriteria data yang didapatkan berupa data primer dan

sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, studi pustaka, dan

studi dokumenter.

Hasil penelitian menunjukan bahwa urgensi izin istri secara lisan dan tertuis dalam

poligami, dikarenakan hakim berpegang pada hadits nabi : “nahnu nahkumu bi adz-dzohahir”

artinya kami menghukumi dengan yang nampak jelas. Maka keadilan seseorang dalam

berpoligami secara formal harus dibuktikan minimal dengan surat pernyataan kesanggupan

berbuat adil, sehingga apabila di kemudian ia berlaku tidak adil bisa dituntut oleh isteri-

isterinya.

Kata Kunci : Urgensi Izin Istri Secara Lisan dan Tertuis Dalam Poligami

(Studi Analisis Putusan Pengadilan Agama Rangkasbitung

Perkara Nomor: 0390/Pdt.G/2013/PA.Rks.)

Pembimbing : Dr. H. M. Nurul Irfan, M.Ag

Daftar Pustaka : 1991-2012.

Page 6: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala

yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan kepada penulis, sehingga berkat

pertolongan-Nya dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis

haturkan kepada Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabat dan umat-Nya.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda H. Rusdi dan ibunda

Hj. Wasti, beserta kakak-kakak penulis dan adik-adik, yang tidak pernah berhenti

memberikan motifasi, bimbingan, kasih sayang dan doa. Semoga Allah

subhanahu wa ta’ala melimpahkan rahmat dan kasih sayang kepada mereka.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam meraih gelar

sarjana Syari’ah (S.Sy) pada Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam penyusunan

skripsi ini, penulis tidak akan dapat menyelesaikanya jika tanpa dukungan,

bantuan dan saran dari berbagai pihak, terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya penulis sampaikan dengan tulus kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Kamarusdiana, S.Ag, MH Ketua Program Studi Hukum

Keluarga dan Ibu Sri Hidayati, S.Ag, M.Ag Sekretaris Program Studi

Hukum Keluarga Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Page 7: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

vi

3. Bapak Dr. H. M. Nurul Irfan., M.Ag., Dosen Pembimbing skripsi yang

tidak pernah lelah membimbing, mengarahkan dan memotifasi dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. H. Yayan Sopyan, SH., M.Ag., sebagai dosen Pembimbing

Akademik yang mengarahkan penulis sejak awal hingga akhir

perkuliahan.

5. Ibu Yanti dan ibu Aini, terima kasih atas bantuan administrasi

pengurusan skripsi dari awal hingga akhir.

6. Dosen-dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah membimbing penulis dari awal masuk hingga bisa

menyelesaikan skripsi ini dan staf-staf karyawan yang membantu

proses administrasi penulis

7. Seluruh staf Pengadilan Agama Rangkasbitung, dan Panitera Muda

Hukum Mas’ud, S.Ag., serta Hakim Pengadilan Agama Rangkasbitung

bapak Agus Faisal Yusuf., yang merelakan waktunya untuk penulis.

8. Pegawai Perpustakaan Utama dan Perpustakan Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan kemudahan

dalam mengumpulkan refrensi kepada penulis.

9. Seluruh keluarga besar IMALA yang selalu memberikan support, Do’a

dan motifasi khususnya kang Ajuba, kang Dudek, Jaenuri dan lainya

yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

10. Seluruh keluarga Ibu Kos Ita, temen-temen kos Saepul Yahya, Karma,

dan Umar yang memberikan semangat tiada lelah.

Page 8: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

vii

11. Teman-teman keluarga Besar Peradilan Agama anggkatan 2010 kelas

A dan B yang menjadi temen seperjuangan. Khusus kepada Ibrahim

dan Anas Maulana Ibrohim, serta temen-temen yang tidak bisa

disebutin semua namanya. Terima kasih atas pinjaman buku dan

motifasinya. Kenangan indah yang tidak akan terlupakan bersama

kalian semuanya.

Tidak ada yang dapat penulis berikan atas balas jasa dan dukunganya,

hanya do’a semoga Allah SWT. memberikan ganjaran yang berlipat ganda kepada

semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Ciputat, 07 April 2015

JAJANG

Page 9: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

viii

Daftar Isi

LEMBAR PERNYATAAN................................................................. i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI................................................. iii

ABSTRAK............................................................................................ iv

KATA PENGANTAR.......................................................................... v

DAFTAR ISI......................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN........................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah.......................................... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................. 7

D. Review Study Terdahulu......................................... 8

E. Kerangka Teori........................................................ 9

F. Metodologi Penelitian.............................................. 11

G. Sistematika Penulisan.............................................. 13

BAB II TEORI HUKUM DALAM POLIGAMI …………….. 15

A. Teori Keadilan……………………………………. 15

B. Teori Kepastian Hukum………………………….. 19

C. Teori Maslahat…………………………………… 22

BAB II I POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM....................... 25

A. Pengertian Poligami dan Sejarah Poligami............... 25

B. Dasar Hukum dan Syarat Poligami........................... 31

C. Poligami dalam Hukum Positif di Indinesia.............. 35

a. Menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974.. 35

b. Menurut kompilasi Hukum Islam (KHI)................ 37

Page 10: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

ix

c. Menurut PP Nomor 9 Tahun 1975....................... 40

D. Hikmah Poligami....................................................... 42

BAB IV PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA

RANGKASBITUNG TERHADAP IZIN POLIGAMI..... 44

A. Potret Pengadilan Agama Rangkasbitung…………… 44

B. Deskripsi Putusan Pengadian Agama Rangkasbitung.. 46

C. Landasan Yuridis Putusan Pengadilan Agama dan

Penetapan Pengadilan Agama ................................... 49

D. Analisis Penulis……………………………………. 53

BAB V PENUTUP....................................................................... 57

A. Kesimpulan................................................................ 57

B. Saran-Saran................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan kebutuhan hidup seluruh umat manusia, sejak

zaman dahulu hingga kini. Karena perkawinan merupakan masalah yang aktual

untuk dibicarakan di dalam maupun di luar percaturan hukum. Dari perkawinan

akan timbul hubungan hukum antara suami-istri dan kemudian dengan lahirnya

anak-anak, menimbulkan hubungan hukum antara orang tua dan anak-anak

mereka. Dari perkawinan mereka memiliki harta kekayaan dan timbulkan

hubungan hukum antara mereka dengan harta kekayaan tersebut.1

Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan

umat manusia. Dengan adanya perkawinan rumah tangga dapat ditegakkan dan

dibina sesuai dengan norma agama dan tata kehidupan masyarakat. Dalam rumah

tangga berkumpul dua insan yang berlainan jenis (suami isteri), mereka saling

berhubungan agar mendapat keturunan sebagai penerus generasi.Insan-insan yang

berada dalam rumah tangga itulah yang disebut keluarga. Keluarga merupakan

unit terkecil dari suatu bangsa, keluarga yang dicita-citakan dalam ikatan

perkawinan yang sah adalah keluarga yang sejahtera dan bahagia yang selalu

mendapat ridha dari Allah SWT.2

Untuk membentuk keluarga yang sejahtera dan bahagia sebagaimana

tersebut di atas, maka diperlukan perkawinan. Kuat lemahnya perkawinan yang di

1 Martiman Prodjohamidjojo, Hukum Perkawinan Indonesia, (Jakarta: Indonesia Legal

Center Publishing. 2011). Cet ke-3 h.1 2 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Perdana

Media Group, 2008). Cet ke-2 h. 1

Page 12: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

2

tegakkan dan dibina oleh suami isteri tersebut sangat tergantung pada kehendak

dan niat suami isteri yang melaksanakan perkawinan tersebut. Perkawinan yang

dibangun dengan cinta yang semu (tidak lahir batin), maka perkawinan yang

demikian itu biasanya tidak berumur lama dan berakhir dengan suatu perceraian.

Apabila perkawinan sudah berakhir dengan suatu perceraian maka yang

menanggung akibatnya adalah seluruh keluarga yang biasanya sangat

memperihatinkan.3 Suatu keluarga hanya terbentuk melalui perkawinan yang sah.

Tanpa perkawinan yang sah tiada keluarga. Karena itu Perkawinanlah yang

membedakan manusia dengan hewan di dalam memenuhi seksual instingnya.

Tujuan perkawinan menurut Islam untuk membentuk suatu keluarga

bahagia dan harmonis, suatu keuarga yang hidup tenang, rukun dan damai serta

diliputi oleh rasa kasih sayang untuk mendapatkan keturunan yang sah yang akan

melanjutkan cita-cita orang tuanya.4

Di dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 pasal 3 ayat 1 tentang

perkawinan dikatakan. Pada azasnya dalam suatu perkawinan seorang pria hanya

boleh mempunyai seorang isteri. Seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang

suami.5

Poligami atau perkawinan lebih dari satu orang merupakan suatu hal yang

sangat ditakuti oleh setiap kaum wanita. Pelaksanaan poligami atau kawin lebih

dari satu orang tanpa dibatasi oleh peraturan yang membatasinya secara ketat,

maka akan menimbulkan hal-hal yang bersifat negatif dalam menegakkan rumah

3 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Perdana

Media Group, 2008). Cet ke-2 h. 1-2 4 Masjfuk Zuhdi, Studi islam jilid III muamalah. (Jakarrta: Pt rajaGrapindo persada,

1993). Cet ke-2 ha.16 5 Undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan

Page 13: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

3

tangganya. Biasanya hubungan dengan istri muda (madunya istri tua) menjadi

tegang, sementara itu anak-anak yang berlainan ibu itu menjurus kepada

pertentangan yang membahayakan kelangsungan hidupnya, hal ini biasanya

terjadi kalau ayah telah meninggal dunia. Agar hal yang bersifat negatif itu tidak

terjadi dalam rumah tangga orang-orang yang kawin lebih dari satu orang, maka

undang-undang perkawinan ini membatasi secara ketat pelaksanaan perkawinan

yang demikian itu, dengan mengantisifasi lebih awal membatasi kawin lebih dari

satu orang itu dengan alasan-alasan dan syarat-syarat tertetu. Undang. Undang

perkawinan memberikan suatu harapan bahwa perkawinan yang dilaksanakan itu

betul-betul membawa manfaat kepadamereka yang melaksanakanya.6

Pandangan Islam terhadap poligami lebih banyak resiko atau madharat

daripada manfaatnya, karena manusia itu menurut fitrahnya mempunyai watak

cemburu, iri hati, dan suka mengeluh. Watak-watak tersebut akan mudah timbul

dengan kadar tinggi, jika hidup dalam kehidupan keluarga yang poligamis.

Dengan demikian poligami itu bisa menjadi sumber konflik dalam kehidupan

keluarga, baik konflik antara suami dengan istri-istri dan anak-anak dari istrinya,

maupun konflik antara istri beserta anak-anaknya. Karena itu hukum asal dalam

perkawinan menurut hukum Islam adalah monogami, sebab dengan monogami

akan mudah menetralisasi sifat atau watak cemburu, iri hati dan suka mengeluh

dalam kehidupan keluarga yang monogamis.

Berbeda dengan kehidupan keluarga yang poligamis, orang akan mudah

peka dan terangsang perasaan timbulnya perasaan cemburu, iri hati atau dengki,

6 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta : Perdana

Media Group, 2008). Cet ke 2 hal 10

Page 14: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

4

dan suka mengeluh dalam kadar tinggi sehingga bisa mengganggu ketenangan

keluarga dan dapat pula membahayakan keutuhan keluarga. Karena itu poligami

hanya diperbolehkan, bila dalam keadaan darurat, misalnya isteri ternyata mandul

sebab menurut Islam, anak itu merupakan salah satu dari tiga human investment

yang sangat berguna bagi manusia setelah ia meninggal dunia, yakni bahwa

amalnya tidak tertutup berkah adanya keturunan yang shaleh yang selalu berdo‟a

untuknya. Maka dalam keadaan istri mandul dan suami tidak mandul berdasarkan

keterangan medis hasil laboratoris, suami diizinkan berpoligami dengan syarat ia

benar-benar mampu mencukupi nafkah untuk semua keluarga dan harus bersikap

adil dalam pemberian nafkah lahir dan giliran waktu tinggalnya.7

Dalam pasal 4 Undang-Undang perkawinan dinyatakan: seorang suami

yang akan beristeri lebih dari satu orang apabila:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajibanya sebagai seorang istri

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat

disembuhkan

c. Istri tidak dapat melahirkan keturunan

Dengan adanya bunyi pasal-pasal yang membolehkan untuk berpoligami

kendatipun dengan alasan-alasan tertentu, jelaslah bahwa asas yang dianut oleh

undang-undang perkawinan adalah asas monogami. Poligami hanya ditempatkan

pada setatus hukum darurat saja atau dalam keadaan yang luar biasa. Di samping

itu lembaga poligami tidak semata-mata sebagai kewenangan penuh suami tetapi

atas dasar izin dari hakim pengadilan.

7 Abdul Rahman Ghojali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Perdana Media Group, 2012). Cet

ke-5 hal 131

Page 15: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

5

Adapun syarat lain yang harus dipenuhi oleh seorang suami yang ingin

melakukan poligami ialah seperti yang termuat dalam pasal 5 ayat 1 undang-

undang perkawinan iyalah :

a. Adanya persetujuan dari istri/istri-istri

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup

istri-itri dan anak-anak mereka

c. Adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri dan

anak-anak mereka

Untuk membedakan persyaratan yang ada dalam pasal 4 dan 5 adalah,

pada pasal 4 disebut dengan persyaratan alternatif yang artinya salah satu harus

ada untuk dapat mengajukan permohonan poligami. Sedangkan pasal 5 adalah

persyaratan kumulatif di mana seluruhnya harus dapat dipenuhi suami yang akan

melakukan poligami.8

Dari penjelasan-penjelasan di atas berbeda dengan alasan pemohon

terhadap izin poligami dan bertentangan dengan undang-undang nomor 1 tahun

1974 pasal 4 tentang perkawinan, yang dijadikan alasan pemohon poligami adalah

antara lain:

a. Pemohon merasa sanggup untuk berbuat adil terhadap istri-irtri

pemohon

b. Pemohon ingin membantu sebuah keluarga/calon istri ke-2 dari segi

ekonomi

8 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia,

(Jakarta : Perdana media, 2004). Cet ke 2 hal 162-164

Page 16: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

6

c. Pemohon sangat kawatir apabila antara pemohon dengan calon istri

pemohon tidak segera melangsungkan pernikahan akan terjadi hal-hal

yang bertentangan dengan ketentuan hukum Islam.

Dalam hal ini tidak ada penjelasan atau alasan yang signifikan dengan

pasal 4 ayat 2 undang-undang tetang perkawinan yang seharusnya salah satu harus

ada untuk dapat mengajukan permohonan poligami. Memang isteri telah

memberikan pernyataan rela terhadap suami yang akan melangsungkan

pernikahan dengan istri ke dua dan pernyataan suami menjamin akan berlaku adil

dengan melihat penghasilan lebih yang dimilikinya. Kemudian pembuktian yang

hanya berdasarkan kesaksian kepada para saksi saja, padahal pernikahan tersebut

(pemohon dan termohon) telah hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dan

dikaruniai dua orang anak, maka seyogyanya hakim tidak terlalu mudah

memberikan izin poligami kepada pemohon karena mungkin saja mendapat

tekanan dari suami supaya istri tersebut memberikan izin kepadanya.

Untuk menjawab hal tersebut penulis menuangkan dalam sebuah skripsi

yang berjudul “ URGENSI IZIN ISTRI SECARA LISAN DAN TERTULIS

DALAM POLIGAMI” (Analisis putusan Pengandilan Agama

Rangkasbitung Perkara No. 0390/pdt.G/2013/PA.Rks )

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Pembatasan masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini tidak meluas dan menimbulkan

interpretasi yang berbeda dari tujuan penulisan skripsi, maka penulis membatasi

Page 17: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

7

masalah dalam skripsi ini pada persoalan poligami dalam penetapan perkara No.

0390/pdt.G/2013/PA.Rks.

2. Perumusan Masalah

Menurut peraturan perundang-undangan, apabila seorang suami ingin

melakukan poligami harus mendapatkan putusan izin dari pengadilan. Namun

pada kenyataanya banyak yang melakukan poligami tidak mendapat izin dari

Pengandilan Agama. Untuk memudahkan penulis dalam penulisan skripsi ini,

maka rincian rumusan masalah skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Apa urgensi izin isteri dalam poligami ?

2. Mengapa Hakim Agama Rangkasbitung mengabulkan permohonan

poligami ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:

a. Untuk mengetahui bagaimana tata cara proses penetapan izin poligami

yang dilakukan oleh majlis hakim di Pengadilan Agama Rangkasbitung.

b. Untuk mengetahui pula sejauhmana peranan pembuktian dalam penetapan

izin poligami

c. Untuk mengetahui seperti apa pertimbangan hukum yang digunakan

hakim dalam menetapkan izin poligami

2. Manfaat Penelitian

a. Memberikan gambaran proses berjalannya sidang permohonan dari awal

diajukan pleh para pihak sampai pada tahap putusan

Page 18: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

8

b. Memberikan pengetahuan secara mendalam mengenai pertimbangan

majlis hakim pada putusan penetapan permohonan izin poligami karena

suami mampu berlaku adil

c. Menambah khazanah keilmuan yang secara spesifik membahas tentang

proses berjalannya suatu perkara perceraian di pengadilan agama dengan

harapan akan menunjang kemampuan mahasiswa mengenai hukum formil

dan pengetahuan beracara di lingkungan peradilan agama

D. Studi Review Terdahulu

Beberapa penelitian yang penulis temukan yang membahas tentang kajian

yang terkait dengan penelitian ini antara lain adalah:

1. Ratri Rahayu, izin poligami bagi PNS. Skripsi ini menjelaskan tentang izin

poligami bagi PNS, dalam skripsi yang penulis bahas menitik beratkan pada

ketentuan berpoligami yakni harus ada izin dari pejabat yang berwenang dan

tidak tertera untuk melakukan sebuah uji materil. Namun pada kenyataanya

dalam masyarakat di luar sana masih ada seorang pegawai negeri sipil yang

tidak sesuai dengan PP tersebut namun mengajukan uji materil. Studi terhadap

putusan Mahkamah Agung, Fakultas Syariah dan Hukum 2012.

2. Aihmad Nafi‟i, skripsi ini menjelaskan tentang konsep adil dalam izin

poligami. Skripsi ini fokus kepada dasar hukum dan pertimbangan-

pertimbangan yang digunakan hakim Pengadilan Agama Bekasi dalam

mengabulkan permohonan izin piligami. Analisin yurisprudensi putusan

pengadilan agama bekasi perkara nomor 205/pdt.G/2008 PA. Bks fakultas

syariah dan hukum. 2011

Page 19: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

9

3. Ahmad Sufiyan, Skripsi ini menjelaskan tentang adil sebagai syarat

permohonan poligami. Skripsi ini fokus kepada pemahaman Hakim Pengadilan

Agama Jakarta Timur tentang adil dalam poligami dam membahas mengenai

mampu berlaku adil yang menjadi salah satu syarat izin poligami dalam pasal 5

ayat 1 poin c undang-undang No. 1 tahun 1974 tetntang perkawinan. Studi atas

persepsi Hakim Pengadilan Agama Jakarta timur fakultas syariah dan 2011

E. Kerangka Teori

Kata-kata poligami terdiri dari kata “poli” dan “gami”. Secara etimilogi,

poli artinya “banyak”, gami artinya “istri”. Jadi, poligami itu artinya beristri

banyak. Secara terminologi, poligami yaitu “seorang laki-laki mempunyai lebih

dari satu istri”. Atau, “seorang laki-laki beristri lebih dari seorang, tapi dibatasi

paling banyak empat orang” 9

Poligami adalah sistem yang cukup dominan sebelum datangnya Islam,

kemudian datanglah Islam dengan membolehkan poligami ketika poligami itu

merupakan sistem yang sangat kuat di dalam kehidupan masyarakat Arab, yang

merupakan konsekuensi dari tabiat biologis dan realita sosial mereka. Islam yang

lurus tidak melarang poligami tetapi juga tidak membiarkan bebas tanpa aturan,

akan tetapi Islam mengaturnya dengan syarat-syarat imaniah yang jelas

disebutkan dalam hukum-hukum al-Qur‟an.10

Allah SWT membolehkan

berpoligami sampai 4 orang istri dengan syarat berlaku adil kepada mereka. Yaitu

adil dalam arti melayani istri, seperti urusan nafkah, tempat tinggal, giliran dan

9 Abdul Rahman Ghojali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Perdana Media Group, 2012). Cet

ke-5 hal 129 10

Kamal Hilmi farhat, Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi, (Jakarta :

Darul haq, 2007). Cet ke 1 hal 20

Page 20: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

10

segala hal yang bersifat lahiriah. Hal ini sesuai dengan firman Allah surah an-Nisa

ayat 3 :

”Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan

yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain)

yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan

dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu

miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”

Ada beberapa alasan dan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang suami

yang berniat untuk melakukan poligami, sebagaimana dijelaskan dalam pasal 4

dan 5 UU perkawinan. Alasan yang diperbolehkan seorang suami melakukan

poligami adalah istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri, istri

mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan istri tidak

dapat melahirkan keturunan. Adapun syarat yang harus dipenuhi adalah

persetujuan dari istri atau istri-istri, kalau ada harus diucapkan di muka majelis

hakim, kemampuan dari material suami yang bermaksud untuk melakukan

poligami dan jaminan berlaku adil terhadap istri-istrinya apabila ia sudah

menikah.11

Apabila perkawinan poligami itu tidak dilaksanakan sebagaimana

ketentuan undang-undang perkawinan, maka perkawinan poligami itu harus

dinyatakan tidak sah, dinyatakan batal demi hukum dan dianggap tidak terjadi.

Bahkan pelakunya harus dikenakan sanksi yang diatur dalam pasal 44 dan 45

undang-undang perkawinan. Poligami bagi sebagian masyakatat kita khususnya

11

Yayan sopyan, Islam Negara : Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, (Jakarta PT. Wahana Semesta Intermedia. 2012). Cet ke II hal 111-112

Page 21: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

11

bagi perempuan merupakan hal yang ditakuti. Adanya pembatasan poligami

bertujuan untuk menghindari ekses negatif dalam menegakkan rumah tangga.

Percekcokan rumah tangga kerap terjadi dalam keluarga yang melakukan

poligami. Pertengkaran antara suami istri, intri tua dan istri muda, anak dan bapak,

dan anak dari istri tua dan istri muda bukan hal yang baru, bahkan membahayakan

dan mengancam kelangsungan hidup. Pembatasan poligami dalam undang-

undang ini merupakan langkah antisipasi terhadap perpecahan rumah tangga.12

F. Metode Penelitian

Dalam menyusun penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan

beberapa metode, yaitu:

1. Pendekata masalah

Pendekatan masalah di sini adalah pendekatan kualitatif yaitu dengan

menggunakan analisa isi dengan cara menguraikan dan mendeskripsikan isi dari

putusan yang penulis dapatkan, kemudian menghubungkan dengan masalah yang

diajukan sehingga dapat menemukan kesimpulan yang objektif, logis, konsisten

dan sistematis sesuai dengan tujuan yang dikehendaki dalam penulisan skripsi ini.

2. Data Penelitian

Data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder, yaitu:

a. Data Primer, yaitu data yang bersifat utama dan penting yang

memungkinkan untuk mendapatkan sejumlah informasi berkaitan

dengan penelitian, yaitu:

12

Yayan sopyan, Islam Negara : Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, (Jakarta PT. Wahana Semesta Intermedia. 2012). Cet ke II hal. 112

Page 22: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

12

1) Salinan putusan atau berkas perkara poligami Pengadilan

Agama rangkasbitung Nomor Perkara

0390/pdt.G/2013/PA.Rks.

2) Informasi dari hakim dan atau panitera yang menangani

perkara poligami perkara Pengadilan Agama Rangkasbitung

perkara nomor 0390/pdt.G/2013/PA.Rks.

Kemudian data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan

menghubungkan dengan masalah yang dikaji.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan cara mengadakan studi

pustaka atas dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang

diajukan. Dokumen yang dimaksud adalah Al-Quran, Al-Hadis, Undang-

undang, Kompilasi Hukum Islam dan Peraturan-peraturan lainnya, buku-

buku karangan ilmiah serta buku-buku lainnya yang berkaitan dengan

masalah ini.

3. Metode pengumpulan data

Interview/wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan untuk

menjawab semua penelitian. Data yang diperoleh dari wawancara ini akan

disinerjikan dengan data-data yang diperoleh dari studi dokumentasi

Page 23: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

13

4. Teknik pengolahan data

Data yang telah terkumpul akan diolah, dianalisis dan diinterpretasikan

untuk dapat menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dengan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Seleksi data: setelah memperoleh data dan bahan-bahan penelitian baik

melalui obsevasi, studi dokumentasi maupun waawancara, lalu diperiksa

kembali satu persatu agar tidak terjadi kekeliruan

b. Klasifikasi data: setelah data dan bahan diperiksa lalu diklasifikasikan dalam

bentuk dan jenis tertentu, kemudian diambil kesimpulan.

5. Analisis data

Teknis analisis yang digunakan adalah content analiysist dan analisis

wacana. Dalam hal ini, setiap data akan dianalisis dari beberapa sudut pandang.

Data yang dianalisis merupakan data yang bersumber dari sumber data, baik yang

didapat melalui wawancara, observasi ataupun studi dokumenter.

6. Pedonam Penulisan Skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada “buku pedoman penulisan

skripsi tahun 2012” yang diterbitkan oleh fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta

G. Sistematika Penulisan

Sistematika yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah BAB

perbab, di mana antara BAB yang satu dengan BAB yang yang lainnya

mempunyai keterkaitan. Sistematika yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

Page 24: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

14

BAB I merupakan bab pendahuluan dalam membuka penulisan skripsi ini, dengan

uraian bahasan meliputi : latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan dan

manfaat penelitian, studi review terdahulu, kerangka teori, metode dan teknik

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II bab ini berkenaan dengan teori hukum dalam poligami meliputi teori

keadilan, teori kepastian hukum dan teori maslahat.

BAB III bab ini menjelaskan tentang pengertian poligami dan sejarah poligami,

dasar hukum dan sejarah, poligami dalam hukum positif di Indonesia, undang-

undang Nomor 1 tahun 1974, Kompilasi Hukum Islam (KHI), meurut PP nomor 9

tahun 1975 dan hikmah poligami.

BAB IV bab ini menjelaskan putusan Hakim Pengadilan Agama Rangkasbitung

terhadap izin poligami meliputi potret Pengadilan Agama Rangkasbitung,

deskripsi putusan Pengadilan Agama Rangkasbitung, landasan yuridis Putusan

Pengadilan Agama dan penetapan Pengadilan Agama dan analisis penulis.

BAB V bab ini adalah penutup yang merupakan kesimpulan dari keseluruhan bab

terdahulu yang mana didalamnya juga dikemukakan saran-saran sebagai jalan

pemikiran penulis dalam rangka membantu mengemukakan jalan keluar dari

permasalahan yang ditemukan dalam penulisan skripsi.

Page 25: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

15

BAB II

TEORI HUKUM DALAM POLIGAMI

A. Teori Keadilan

Berbicara tentang keadilan pastinya tidak ada pendefinisian yang dapat

dikatakan sama, konsep keadilan selalu diartikan dengan berbagai definisi dan

selalu dilatarbelakangi dari sisi orang yang mendefinisikan. Keadilan telah

menjadi pokok pembicaraan serius sejak awal munculnya filsafat Yunani.

Pembicaraan keadilan memiliki cakupan yang luas, mulai dari yang bersifat etik,

filosofis, hukum, sampai pada keadilan sosial.

Kata “keadilan” dalam bahasa Inggris adalah “justice” yang berasal dari

bahasa latin “justitia”. Kata “justice” memiliki tiga macam makna yang berbeda

yaitu; (1) secara atributif berarti suatu kualitas yang adil atau fair (sinonimnya

justness), (2) sebagai tindakan berarti tindakan menjalankan hukum atau tindakan

yang menentukan hak dan ganjaran atau hukuman (sinonimnya judicature), dan

(3) orang, yaitu pejabat publik yang berhak menentukan persyaratan sebelum

suatu perkara di bawa ke pengadilan (sinonimnya judge, jurist, magistrate).13

Perdebatan tentang keadilan telah melahirkan berbagai aliran teori yang

berbeda.14

Disini penulis akan menguraikan salah satu teori keadilan yang berasal

dari pemikiran John Rawls. John Rawls merupakan salah satu filsuf berpengaruh

yang mendobrak kebuntuan filsafat politik di paruh kedua abad ke-20. Dalam

13

http://www.bartleby.com/61/83/PO398300.html . 14

Berbagai macam permasalahan keadilan dan kaitannya dengan hukum yang

berkembang dari berbagai aliran pemikiran dapat dibaca pada buku W. Friedmann, Teori dan

Filasafat Hukum; diterjemahkan oleh Muhamad Arifin, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994.

Page 26: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

16

teorinya, Rawls menjelaskan ada dua langkah penting yang harus diperhatikan

demi terciptanya keadilan yang ia sebut fairness. Pertama, ditekankan pentingnya

posisi asali. Posisi asali ini tidak dianggap sebagai kondisi historis, apalagi

sebagai kondisi primitif kebudayaan. Diantara bentuk esensial dari situasi ini

adalah bahwa tak seorangpun tahu tempatnya, posisi atau status sosialnya dalam

masyarakat, tidak ada pula yang tahu kekayaannya, kecerdasannya, kekuatannya,

dan semacamnya dalam distribusi aset serta kekuatan alam. Rawls

mengasumsikan bahwa pihak-pihak dalam posisi asali tidak mengetahui konsepsi

tentang kebaikan atau kecenderungan psikologis. Posisi asali menjadi kondisi

awal dimana rasionalitas, kebebasan (freedom) dan kesamaan hak (equality)

merupakan prinsip-prinsip pokok yang diandaikan dianut dan sekaligus menjadi

sikap dasar dari semua pihak yang terkait dalam proses pemilihan prinsip-prinsip

keadilan.

Kedua, adanya konstitusi, undang-undang, atau sistem aturan yang sesuai

dengan prinsip keadilan yang disepakati. John Rawls percaya bahwa keadilan

yang berbasiskan peraturan tetaplah penting karena pada dasarnya ia memberikan

suatu jaminan minimum bahwa setiap orang dalam kasus yang sama harus

diperlakukan secara sama, dengan kata lain keadilan formal menuntut kesamaan

minimum bagi segenap masyarakat. Oleh karena itu maka eksistensi suatu

masyarakat sangat tergantung pada pengaturan formal melalui hukum serta

lembaga-lembaga pendukungnya. Namun Rawls menambahkan, walaupun

diperlukan, keadilan formal tidak bisa sepenuhnya mendorong terciptanya suatu

masyarakat yang tertata secara baik (well ordered society). Menurutnya keadilan

Page 27: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

17

formal cenderung dipaksakan secara sepihak oleh penguasa. Oleh karena itu,

betapapun pentingnya keadilan formal, Rawls tidak ingin berhenti pada taraf ini.

Ia menyeberangi formalisme ini dengan merumuskan sebuah teori keadilan yang

lebih memberi tempat kepada kepentingan semua pihak yang terjangkau kebijakan

publik tertentu. Untuk itu Rawls percaya bahwa sebuah teori keadilan yang baik

adalah teori keadilan yang bersifat kontrak yang menjamin kepentingan semua

pihak secara fair.15

Adapun keadilan dalam ajaran Islam merupakan ajaran sentral dalam

Islam dan bersifat universal. Sifat universal itu dapat dilihat dari keberadaan

manusia di mana pun dan kapan pun yang selalu mendambakan hadirnya

keadilan. Dalam diri manusia, terdapat potensi ruhaniah yang membisikkan

perasaan keadilan sebagai sesuatu yang benar dan harus ditegakkan.

Penyimpangan terhadap keadilan menodai esensi kemanusiaan. Karena itu, Islam

yang bermisi utama rahmatan li al-alamin, pembawa rahmat bagi seluruh alam,

menempatkan keadilan sebagai sesuatu yang asasi.

Dari segi bahasa, menurut Muhammad Isma„il Ibrahim dalam

Noordjannah Djohantini dkk16

. keadilan berarti berdiri lurus (istiqam),

menyamakan (taswiyyah), netral (hiyad), insaf, tebusan (fida), pertengahan

(wasth), dan seimbang atau sebanding (mitsal). Dalam hal ini terdapat dua bentuk

keseimbangan, dalam bahasa Arab, dibedakan antara al-„adlu yang berarti

15

John Rawls, A Theory of Justice, London: Oxford University press, 1973, yang sudah

diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Uzair Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan,

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006, h. 17 16

Noordjannah Djohantini dkk, Memecah Kebisuan: Agama Mendengar Suara Perempuan Korban Kekerasan Demi Keadilan (Respon Muhammadiyah), (Jakarta: Komnas Perempuan, 2009), h. 28.

Page 28: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

18

keseimbangan abstrak dan al-„idlu yang berarti keseimbangan konkret dalam

wujud benda. Misalnya, al-„idlu menunjuk pada keseimbangan pikulan antara

bagian depan dan belakang, seda ngkan al-„adlu menunjuk pada keseimbangan

abstrak, tidak konkret, yang muncul karena adanya persamaan manusia.

Al-Qur‟an sebagai kitab suci umat Islam menunjukkan praktik penegakan

keadilan, menghargai dan mengangkat derajat orang-orang yang berbuat adil,

serta melarang dan mencela tindak ketidakadilan. Al-Qur‟an juga menempatkan

keadilan sebagai asas yang harus dipegang oleh setiap manusia dalam seluruh

aktivitas kehidupannya. Adil merupakan kebajikan yang paling dekat dengan

takwa karena keadilan merupakan refleksi dari ketakwaan. Hal ini dapat dilihat

dalam firman Allah surat Al-Maidah ayat 8:

Artinya: . Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-

orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan

adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong

kamu untuk Berlaku tidak adil Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada

takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ma‟idah: 8).

Keadilan adalah hak yang sangat asasi dan merupakan prinsip yang harus

ditegakkan di muka bumi ini. Pelaksanaan ajaran Islam yang benar akan

mewujudkan rasa keadilan. Sebaliknya, penyelewengan dari ajaran Islam akan

membuahkan kerusakan atau penindasan. Penegakan keadilan.

Page 29: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

19

B. Teori Kepastian Hukum

Menurut Kelsen, hukum adalah sebuah sistem norma, norma adalah

pernyataan yang menekankan aspek seharusnya atau das sollen, dengan

menyertakan beberapa peraturan tentang apa yang harus dilakukan. Norma-norma

adalah produk dan aksi manusia yang deliberatif. Undang-undang yang berisi

aturan-aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu bertingkah laku

dalam masyarakat, aturan-aturan itu menjadi batasan dalam membebani atau

melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan dan pelaksanaan aturan

tersebut menimbulkan kepastian hukum.17

Kepastian hukum yang biasanya di pertentangkan dengan keadilan,

sesungguhnya mengandung unsur keadilan itu sendiri. Untuk menghukum suatu

perbuatan pihak yang berkuasa menghukum, sebelumnya harus memastikan

kepada objek hukumanya terlebih dahulubahwa perbuatan dapat dihukum. Tanpa

adanya pemberitahuan atau kepastian semacam itu, akan terbuka ruang bagi

timbulnya kesewenang-wenangan pihak yang berkuasa menghukum. Bukankah

tidak mungkin dalam hal tersebut terjadi perbedaan nilai antara penegak hukum

dan obyek hukumnya, tidak adanya kepastian akan membuat tindakan penegak

hukum kehilangan legitimasinya sehingga system hukumtidak akan berjalan.

Namun demikian, lingkup kepastian hukum sebenarnya tidak cukup sampai di

situ. Ketentuan-ketentuan pidana yang kemudian dianggap berlaku pun pada

dasarnya masih bersifat abstrak sedang bagaimana ketentuan tersebut diterapkan

akan sangat bergantung pada bagaimana penilaian hakim.

17

Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Kencana. 2008). H.158

Page 30: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

20

Aturan yang masih berbentuk abstrak itu, pada prakteknya masih harus di

terjemahkan oleh hakimke dalam suatu aturan yang konkkrituntuk menjawab

pertanyaanapakah dalam kasus bersangkutan pihak yang akan dihukum benar-

benar melakukan perbuatan itu, hal ini terjadi karena dalam menilai suatu

perbuatan berdasarkan aturan yang sudah ada sekalipun, terbuka adanya

perbedaan tafsir antara penegak hokum dan pihak yang akan dihukum.

Dengan demikian, kepastian hokum bukan saja penting karena terkait

pengaturan dalam bentuk abstrak (sebelumnya harus ada kepastian aturan

tertentu), tapi penting juga terkait penerapannya dalam suatu perkara konkrit

(dalam penerapan aturan itu harus ada kepastian perlakuan yang sama). Sehingga

meskipun hakim pada dasarnya bebas untuk memutuskan dan menilai apakah

suatu perkara konkrit memenuhi atau tidak unsur-unsur suatu aturan, namun

dirinya juga terikat bahwa penilaianya harus berlaku umum. Atau dengan kata

lain, untuk suatu kasus serupa yang harus diberlakukan pula ketentuan yang

serupa serta untuk suatu kasus yang berbeda maka hakim harus berbeda pula

penilaiannya.

Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan dari hukum,

terutama norma hukum tertulis. Hukum tanpa nilai kepastian akan kehilangan

makna karena tidak dapat lagi digunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap

orang. Kepastian sendiri disebut sebagai salah satu tujuan dari hukum, apabila

dilihat secara historis perbincangan mengenai kepastian hukum merupakan

Page 31: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

21

perbincangan yang telah muncul semenjak adanya gagasan pemisahan kekuasaan

dari Montesquieu.18

Keteraturan masyarakat berkaitan erat dengan kepastian dalam hukum

karena keteraturan merupakan inti dari kepastian itu sendiri. Keteraturan

menyebabkan orang dapat hidup secara berkepastian sehingga dapat melakukan

kegiatan-kegiatanyang diperlukan dalam kehidupan masyarakat guna memahami

secara jelas mengenai kepastian hukum itu sendir.

Menurut Gustav Radbruch ada 4 (empat) hal mendasar yang berhubungan

dengan makna kepastian hukum, yaitu:19

Pertana, bahwa hukum itu positif, artinya hokum positif itu adalah

perundang-undangan. Kedua, bahwa hukum itu didasarkan pada fakta artinya

didasarkan pada kenyataan. Ketiga, bahwa fakta harus dirumuskan dengan cara

yang jelas sehingga menghindari kekeliruan dalam pemaknaan, di samping mudah

dilaksanakan. Keempat, hukum positif tidak boleh diubah.

Dari uraian-uraian mengenai kepastian hukum di atas, maka kepastian

dapat mengandung beberapa arti, yakni adanya kejelasan, tidak menimbulkan

multitafsir dan dapat dilaksanakan. Hukum harus berlaku tegas di dalam

masyarakat, mengandung keterbukaan sehingga siapapun dapat memahami makna

atau suatu ketentuan hukum dan hukum yang satu dengan yang lain tidak boleh

kontradiktif sehingga tidak menjadi sumber keraguan.

18

www. Ngobrolinhukum.com/2013/02/05/memahami-kepastian-dalam-hukum/. Diakses

pada tanggal 08-04-2015. Jam. 13.39

19

www.Ngobrolinhukum.com/2013/02/05/memahami-kepastian-dalam-hukum/. Diakses

pada tanggal 08-04-2015. Jam. 13.39

Page 32: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

22

C. Teori Maslahat

Islam sebagai agama universal memiliki sumber-sumber yang tidak lekang

oleh zaman dan tidak surut oleh waktu, hukum-hukum Islam senantiasa di up to

date di segala tempat dan masa. Kekekalan hukum islam tercermin dari sifat-sifat

hukumnyayang elastis dan fleksibel dalam menerima perubahan zaman. Dalam

hal ini bukan berarti hukum Islam mengikuti perkembangan zaman dalam makna

negatif namun perubahan zaman akan selalu dicounter oleh hokum Islam selama

perubahan tersebut bukan berkaitan drngan hal-hal yang prinsip maka Islam dapat

menerimanya20

Maslahat adalah satu term yang populer dalam kajian mengenai hukum

Islam. Hal tersebut disebabkan maslahat merupakan tujuan syara‟(maqashid as-

syari‟ah) dari ditetapkannya hukum Islam. Maslahat di siniberarti jalb al-

manfa‟ah wa daf‟ almafsadah (menarik kemanfaatan dan menolak kemudaratan).

Meski demikian, keberadaan maslahat sebagai bagian tak terpisahkan dalam

hukum Islam tetap menghadirkan banyak polemik dan perbedaan pendapat di

kalangan ulama, baik sejak Ushul Fiqh masih beradapada masa sahabat, masa

Imam madzhab, maupun pada masa ulama kontemporer saat ini.

Perbedaan penentuan pola, kriteria, dan prioritas maslahat tidak jarang justru

melahirkan sebuah mafsadat berupa pertikaian antara sesama kaum muslim.

Perang Jamal, pada masa khalifah Ali RA, yang telah mengorbankan beribu-ribu

putra terbaik Islam misalnya, hanyalah bermula dari perbedaan pandangan di

dalam menentukan skala prioritas maslahat, apakah harus mencari para pelaku

20

AM Bambang Prawiro, Majelis Ukhuwah Penulis Bersyariah dari

http://majelispenulis.blogspot.com

Page 33: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

23

kerusuhan dan pembunuhan terhadap khalifah Utsman RA, ataukah harus

ditertibkan dahulu negara dengan membai‟at seluruh rakyat baru kemudian

melacak para perusuh.

Perdebatan semacam ini akan berujung pada perdebatan peran akal dan

wahyu. Oleh karena itu, perlu dikemukakan bahwa sejauh mengenai hubungan

maslahat dengan nash syara, para fuqaha sendiri terbagi menjadi tiga golongan:

Pertama, golongan yang hanya berpegang pada nash saja dan mengambil

zahir nash serta tidak melihat pada suatu kemaslahatan yang tersirat dalam nash

itu. Demikianlah kehadiran golongan Zahiriyah, golongan yang menolak qiyas.

Mereka mengatakan “tak ada kemaslahatan melainkan yang didatangkan syara.

Kedua, golongan yang berusaha mencari maslahat dari nash untuk

mengetahui illat-illat nash, maksud dan tujuan-tujuannya. Golongan ini

mengqiyaskan segala yang terdapat padanya maslahat kepada nash yang

mengandung maslahat itu. Hanya saja mereka tidak menghargai mashlahat

terkecuali ada syahid (persaksian). Jadi maslahat yang mereka i'tibarkan hanyalah

maslahat yang disaksikan oleh suatu nash atau dalil. Hal inilah yang mereka

jadikan illat qiyas.

Ketiga, golongan yang menetapkan setiap mashlahat yang masuk kedalam

jenis maslahat yang ditetapkan oleh syara.Walaupun tidak disaksikan oleh sesuatu

dalil tertentu namun maslahat itu diambil dan dipegangi sebagai suatu dalil yang

berdiri sendiri dan mereka namakan mashlahat mursalah

Maslahat Menurut al-Ghazali adalah menarik kemanfaatan atau menolak

madharat, (sesuatu yang menimbulkan kerugian) namun, tidaklah demikian yang

Page 34: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

24

dikehendaki karena sebab mencapai kemanfaatan dan menafikan kemadharatan

adalah merupakan tujuan atau maksud dari makhluk, adapun kebaikan atau

kemaslahatan makhluk terletak pada tercapainya tujuan mereka, akan tetapi yang

dimaksudkan dengan maslahat adalah menjaga atau memelihara tujuan syara,

adapun tujuan syara yang berhubungan dengan makhluk ada lima, yakni:

pemeliharaan atas mereka (makhluk) terhadap agama mereka, jiwa mereka, akal

mereka, nasab atau keturunan mereka, dan harta mereka, maka setiap sesuatu

yang mengandung atau mencakup pemeliharaan atas lima pokok dasar tersebut

adalah maslahat dan setiap sesuatu yang menafikan lima pokok dasar tersebut

adalah mafsadat, sedangkan jika menolaknya (sesuatu yang menafikan lima pokok

dasar) adalah maslahat. Semua yang mengandung pemeliharaan tujuan syara yang

lima ini, merupakan maslahat dan semua yang mengabaikan tujuan ini merupakan

mafsadat. Sedangkan menolak yang mengabaikannya itu justru merupakan

maslahat.21

.

.

21

Al-Ghazâli, Abu Hamid Muhammad, al-Mustashfa, (Beirut: Mu‟assasah ar-Risalah,

1997).Juz I, h. 416

Page 35: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

25

BAB III

POLIGAMI DALAM HUKUM ISLAM

A. Pengertian Poligami dan Sejarah Poligami

Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan serang

wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.22

Oleh karena itu,

perkawinan dalam ajaran agama Islam mempunyai nilai ibadah, sehingga dalam

pasal 2 Kompilasi Hukum Islam menegaskan bahwa perkawinan adalah akad

yang sangat kuat (mitsqan ghalidhan) untuk mentaati perintah Allah, dan

melaksanakannya adalah ibadah.

Dalam diskursus fiqih Islam, perkawinan termasuk dalam kategori

mu‟amalah, yakni aturan yang berhubungan dengan kemasyarakatan. Kaidah

yang secara umum dipakai dalam masalah mu‟amalah adalah “al-ashl fi al-

mu‟amalah al-ibadah”, namun dalam masalah-masalah yang terkait dengan detil

pengaturan perkawinan berlaku kaidah yang lex-spesialis, yakni “al-ashl fi al-

abdla at-tahrim”, mengingat dimensi ibadahnya begitu kuat dan disertai dengan

aturan-aturan normatif yang relatif cinci23

Sedangkan Poligami ialah ikatan perkawinan dalam hal mana suami

mengawini lebih dari satu istri dalam waktu yang sama. Laki-laki yang melakukan

bentuk perkawinan seperti itu dikatakan bersifat poligami. Selain poligami,

dikenal juga poliandri. Jika dalam poligami, suami yang memiliki beberapa istri,

22

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan 23

Asrorun Ni‟am Sholeh, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga (Jakarta :

Graha Paramuda. 2008) Cet Ke- 2 h. 187

Page 36: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

26

dalam poliandri sebaliknya, justru istri yang mempunyai beberapa suami dalam

waktu yang sama. Akan tetapi, dibandingkan poligami, bentuk poliandri tidak

banyak dipraktekkan. Praktik poliandri hanya dijumpai pada beberapa suku

tertentu, seperti suku Tuda dan suku-suku di Tibet.24

Poligami berasal dari bahasa Yunani. Kata ini merupakan penggalan dari

dua kata yakni “poli” atau”polus” yang artinya banyak dan kata “gamein” atau

“gamos” yang artinya kawin atau perkawinan. Jika digabungkan akan berarti

suatu perkawinan yang banyak.25

Secara etimilogi, poli artinya “banyak”, dan

gami artinya “istri”. Jadi poligami itu artinya beristri banyak. Secara terminologi,

poligami yaitu “seorang laki-laki mempunyai lebih dari satu istri”. Atau “seorang

laki-laki beristri lebih dari seorang, tapi dibatasi paling banyak empat orang”.26

Dalam bahasa Arab poligami disebut Ta‟adduduz zaujaat, sedangkan dalam

bahasa Indonesia disebut madu.27

Poligami merupakan salah satu persoalan dalam perkawinan yang paling

banyak dibicarakan sekaligus kontroversial. Satu sisi poligami ditolak dengan

24

Siti Muhdah Mulia, Islam Menggugat Poligami (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

2004) h. 43 25

Yayan sopyan, Islam - Negara : Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, (Jakarta PT. Wahana Semesta Intermedia. 2012). Cet ke-2 h. 139 26

Abdul Rahman Ghojali, Fikih Munakahat, (Jakarta: Perdana Media Group, 2012). Cet

ke-5. 129

27 Islah Gusmain, Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami, (Yogyakarta : Pustaka Warna,

2007) Cet Ke -1 h. 29

Page 37: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

27

berbagai macam argumentasi baik yang bersifat normatif, psikologis bahkan

selalu dikaitkan dengan ketidakadilan gender.28

Poligami dalam kehidupan orang-orang barat adalah realita yang tidak

punya aturan, bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa semua itu terjadi di hadapan

penglihatan dan pemberlakuan undang-undang. Praktik gonta ganti teman kencan

ala Barat ini adalah suatu yang sah dalam undang-undang mereka akan tetapi

tidak dinamakan poligami, dan semua itu tanpa didasari moral, hati dan jiwa

mereka sedikit pun tidak tergerak dan tanpa rasa kemanusiaan. Semua itu hanya

semata demi melampiaskan nafsu syahwat dan egoisme.29

Poligami merupakan salah satu “amunisi” yang biasa dipakai oleh para

orientalis dan pembenci Islam untuk menggayang agama ini dan pemeluknya.

Sampai-sampai, orang-orang seperti Salman Rushdi atau Pat Robertson

menyatakan bahwa Nabi Muhammad saw kurang lebih adalah seorang “sex-

maniac.” Memang jika di bidang aqidah Allah swt menguji keislaman manusia

dengan peristiwa isra‟ miraj maka di bidang syariat Allah menguji hambanya

antara lain lewat ajaran poligami.30

Sebelum Islam datang, di Jazirah masyarakat Arab sudah mempraktikkan

poligami tanpa adanya batasan. Dalam beberapa sumber sejarah dapat ditemukan

28

Amiur Nuruddin dan Azhar Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 1/1974 sampai KHI (Jakarta: Perdana Media

Group. 2006) Cet Ke-3 h. 155

29 Karam Hilmi Farhat, Poligami Dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi, (Jakarta

: Darul Haq, 2007) Cet ke- h. 85 30

Nurbowo, Apiko JM, Indahnya Poligami, pengalaman Sakinah Puspo Wardono,

(Jakarta : Khaairul Bayan. 2003) Cet ke-1 h. 16

Page 38: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

28

bahwa banyak laki-laki khususnya para pemimpin suku memiliki puluhan istri,

bahkan tidak sedikit kepada suku yang mempunyai ratusan istri.

Memang tradisi Arab pada masa itu, seperti yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari melalui Siti Aisyah, pada masa jahiliyah Arab dikenal empat macam

pernikahan. Pertama, pernikahan sebagaimana berlaku kini memulai dengan

pinangan kepada orang tua atau wali, membayar mahar, dan menikah. Kedua,

adalah seorang suami yang memerintahkan kepada isrinya apabila telah suci dari

haid untuk menikah (berhubungan seks) dengan seseorang. Bila ia hamil, ia

kembali untuk digauli suaminya, ini dilakukan guna untuk mendapatkan

keturunan yang baik. Ketiga, sekelompok lelaki kurang dari sepuluh orang,

kesemuanya menggauli seorang wanita dan bila ia hamil kemudian ia melahirkan

ia memanggil seluruh anggota kelompok tersebut kemudian ia menunjukkan salah

seorang yang dikehendakinya untuk dinisbahkan kepadanya nama anak itu dan

yang bersangkutan tidak boleh mengelak. Keempat, hubungan seks yang

dilakukan oleh wanita tuna susila, yang memasang bendera atau tanda di pintu-

pintu kediaman mereka dan bercampur dengan siapa pun yang suka kepadanya.31

Dengan demikian, setelah Islam datang yang dibawa oleh Nabi

Muhammad saw. Islam melarang cara pernikahan terebut kecuali cara yang

pertama, dalam hal kaitanya dengan poligami Islam hanya membatasi dengan

empat isrti dengan syarat berlaku adil.

31

Nurbowo, Apiko JM, Indahnya Poligami, pengalaman Sakinah Puspo Wardono,

(Jakarta : Khaairul Bayan. 2003) Cet ke-1 h. 19

Page 39: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

29

Sejarah poligami

Poligami sudah berlaku sejak jauh sebelum datangnya Islam. Orang-orang

Eropa yang sekarang kita sebut Rusia, Yugoslavia, Cekoslovakia, Jerman, Belgia,

Belanda, Denmark, Swedia dan Inggris semuanya adalah bangsa-bangsa yang

berpoligami. Arab, mereka juga berpoligami, karena itu tidak benar apabila ada

tuduhan bahwa islamlah yang melahirkan aturan tentang poligami sebab nyatanya

aturan poligami yang berlaku sekarang ini juga hidup dan berkembang di negri-

negeri yang tidak menganut Islam seperti Afrika, India, Cina dan Jepang. Tidak

lah benar kalau poligami hanya terdapat di negri-negri Islam.32

Maka tidak benar jika agama Islamlah yang pertama kali membawa sistem

poligami. Karena, sebenarnya pada saat ini, sistem poligami tetap tersebar di

beberapa Negara atau bangsa yang tidak memeluk agama Islam, seperti Afrika,

Cina dan Jepang. Jadi tidak benar jika poligami hanya ada dalam peradaban Islam.

Dalam agama Nasrani pada mulanya tidak mengharamkan poligami,

karena tidak ada satu pun ayat dalam kitab Injil yang secara tugas melarang

poligami. Berbeda dengan orang-orang Kristen di Eropa mereka hanya

menjalankan monogami yang tidak lain karena kebanyakan Kristen pada mulanya

seperti orang-orang Yunani dan Romawi yang pada saat itu sudah melarang

poligami, kemudian setelah mereka memeluk agama Kristen mereka tetap

berpegang pada kebiasaan agama nenek moyang mereka yang telah melarang

poligami pada waktu sebelumnya. Dengan demikian peraturan tentang monogami

adalah peaturan lama yang sudah berlaku sejak mereka menganut agama berhala.

32

Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta :

Pustaka Alkatsar. 2007) Cet Ke-1 h. 117

Page 40: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

30

Di mana gereja hanya meneruskan larangan akan poligami dan menganggapnya

sebagai peraturan dari agama, padahal lembaran-lembara dari kitab Injil sendiri

tidak menyebutkan larangan melakukan poligami.33

Kalau kita mengkaji sejarah poligami maka akan terbuka bahwa masalah

poligami itu sudah sejak lama sebelum Islam datang. Bahkan poligami itu

merupakan warisan dari orang-orang Yahudi dan Nasrani, sampai pada masa

Martin Luther, seorang penganjur besar protestan, tidak nampak adanya larangan

poligami. Tujuan tersebut bisa dijawab dengan beberapa bukti sejarah bahwa

poligami suah berjalan lama sebelum Islam datang, sebagai berikut Westernak

berkata: “poligami dengan sepengetahuan Gereja itu berjalan sampai abad ke 17

M”. pada tahun 1650 M Majelis Tinggi Prancis mengeluarkan surat edaran

tentang diperbolehkannya seorang laki-laki mengumpulkan dua orang istri. Surat

edaran itu dikeluarkan karena kurangnya kaum laki-laki akibat perang 30 tahun

terus menerus. Agama Yahudi memperbolehkan poligami yang tidak terbatas.

Kenyataannya Nabi Yakub, Nabi Daud, dan Nabi Sulaiman mempunyai banyak

istri, serta Nabi Ibrahim juga mempunyai dua orang istri yaitu Hajar dan Sarah.34

Penduduk asli Australia, amerikla, Cina, Jerman dan Silia. Terkenal

sebagai bangsa yang melakukan poligami sebelum datangnya agama Masehi.

Poligami yang mereka lakukan tanpa adanya batas dan tanpa adanya syarat-syarat

keadilan terhaap beberapa istrinya. Ahli pikir Inggris Harbert Sebenser dalam

bukunya „ilmu menjelaskan bahwa sebelum Islam datang, wania diperjual belikan

atau digadaikan bahkan dipinjamkan”. Hal terbut dilakukan sesuai dengan

33

Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan, (Jakarta :

Pustaka Alkatsar. 2007) Cet Ke-1 h. 56 34

Gadis Arivia, Menggalang Perubahan Perlunya Persfektif Jender, YJP, Jakarta, 2004

Page 41: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

31

peraturan khusus yang dikeluarkan oleh gereja dan berjalan sampai pertengahan

abad 11 M.35

Dengan ini jelas bahwa poligami sudah menjadi kebudayaan pada masa

sebelum Islam datang. Melihat kenyataan yang jelas-jelas merendahkan martabat

kaum wanita itu, maka Islam melalui Nabi Muhammad saw sebagai Rasulnya,

membenai dan mengadakan penataan terhadap adat istiadat yang benar-benar

tidak mendatangkan kemaslahatan dan menruskan adat kebiasaan yang

menjunjung tinggi martabat manusia, dalam hal ini termasuk masalah poligami

yang tidak terbatas Islam membolehkan poligami dengan syarat adil, hal ini demi

menjaga hak dan martabat wanita.36

Dengan demikian jelaslah bahwa praktik poligami di masa Islam sangatlah

berbeda dengan praktik poligami sebelumnya. Perbedaan itu menonjol pada dua

hal. Pertama, pada bilangan itri, dari yang tidak terbatas hingga hanya terbatas

sampai empat saja. Kedua, pada syarat poligami yaitu harus mampu berlaku adil.

B. Dasar Hukum dan Syarat Poligami

Allah SWT membolehkan poligami sampai 4 (empat) orang istri dengan

syarat berlaku adil kepada mereka. Adapun adil dalam melayani istri, seperti

urusan nafkah, tempat tinggal, pakaian, giliran dan segala hal yang bersifat

lahiriah. Jika tidak bisa berlaku adil maka cukup satu orang istri saja

35

Gadis Arivia, Menggalang Perubahan Perlunya Persfektif Jender, YJP, Jakarta, 2004

h. 57 36

Musdah Mulia, Muslimah Reformis, (Jakarta : Mian, 2004)

Page 42: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

32

(monogami).37

Hal ini berdasarkan firman Allah SWT dalam QS. An-Nisa ayat 3

yang berbunyi;

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-

wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu

takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-

budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak

berbuat aniaya.”

Menurut Jumhur ulama, yang diuraikan oleh Ali al-Shabuni, ayat tersebut

mengisyaratkan untuk kebolehan (ibadah), bukan wajib. Hal serupa juga ditemui

dalam ayat yang menyatakan tentang makan dan minum, seperti kuluu

wasyrabuu.38

Sementara Wahbah al-Zuhaily berpendapat, poligami terkait dengan syarat

dan kondisi tertentu, sebab umum dan khusus. Sebab umum adalah ketika jumlah

laki-laki lebih sedikit daripada jumlah permpuan, dan ini beraspek sosial spiritual

atau kesempatan bagi perempuan untuk menikah dan menghindarkanya dari

penyimpangan, penyakit berbahaya seperti aids atau untuk kepentingan dakwah

dan sebagainya. Sementara sebab khusus adalah istri mandul atau sakit, suami

membenci istrinya, sementara perceraian makruh, syahwat lelaki besar daripada

perempuan.39

37

Abd. Rahman Ghajali, Fiqih Munakahat, (Jakarta : Prenada Media. 2003), Cet. Ke-1 h.

129-130 38

Ali al-Shabuni, Tafsir Ayat al-Ahkam Minal Qur‟an, juz 1, h. 194 39

Wahbah al-Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, h. 162-167

Page 43: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

33

Syarat Poligami

Syariat Islam memperbolehkan poligami dengan batasan sampai empat

orang dan mewajibkan berlaku adil kepada mereka, baik dalam urusan pangan,

pakaian, tempat tinggal, serta lainya yang bersifat kebendaan tanpa membedakan

antara istri yang kaya dengan istri yang miskin, yang berasal dari keturunan tinggi

dengan yang rendah dari golongan bawah. Bila suami khawatir berbuat zalim dan

tidak mampu memenuhi hak-hak mereka, maka ia diharamkan berpoligami. Bila

yang sanggup dipenuhinya hanya tiga maka baginya haram menika dengan empat

orang. Jika ia sanggup memenuhi hak dua orang istri maka haram baginya

menikahi tiga orang. Begitu juga kalau ia khawatir berbuat zalim dengan

mengawini dua orang perempuan, maka haram baginya melakukan poligami.40

Sebagaimana firman Allah SWT.

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-

wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu

takut tidak akan dapat Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-

budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak

berbuat aniaya.”

Dalam sebuah hadis Nabi saw. Juga disebutkan:

“Dari Abu Hurairah r.a sesungguhnya nabi saw bersabda, “barang siapa yang

mempunyai dua orang istri lalu memberatkan kepada salah satunya, maka ia

akan datang hari kiamat nanti dengan punggung miring.” (HR Abu Daud,

Tirmizi, Nasa‟i dan Hiban)”

40

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:

PT. RajaGrapindo Persada, 2009), h. 361-362

Page 44: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

34

Keadilan yang diwajibkan oleh Allah dalam ayat di atas, tidaklah

bertentangan dengan firman Allah SWT. Dalam surah An-Nisa: 129 :

“dan kamu sekali-kali tidak akan dapat Berlaku adil di antara isteri-isteri(mu),

walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu

terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain

terkatung-katung. dan jika kamu Mengadakan perbaikan dan memelihara diri

(dari kecurangan), Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang.”

Ayat tersebut seolah-olah bertentangan dalam masalah berlaku adil, pada

ayat 3 surat An-nisa, diwajibkan berlaku adil sedangkan ayat 129 meniadakan

berlaku adil. Pada hakikatnya, kedua ayat tersebut tidaklah bertentangan karena

yang dituntut di sini adalah adil dalam masalah lahiriah bukan kemampuan

manusia. Berlaku adil yang ditiadakan dalam ayat di atas adalah adil dalam

masalah cinta dan kasih sayang.

Abu Bakar bin Araby mengatakan bahwa memang benar apabila keadilan

dalam cinta itu berada di luar kesanggupan manusia. Sebab, cinta itu adanya

dalam genggaman Allah Swt. Yang mampu membolak baliknya menurut

kehendakNya. Begitu juga dengan bersetubuh, terkadang ia bergairah dengan istri

yang satu tetapi tidak begiu dengan itri yang lainya.41

Dalam Undang-undang nomor 1 tahun 1974 Bab 1 pasal 4 dijelaskan

pengadilan dapat memberikan izin kepada seseorang yang ingin melakukan

poligami apabila terpenuhinya alsan-alasan sebagai berikut, yaitu;

41

Tihami dan sohari sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta:

PT. RajaGrapindo Persada, 2009), h. 363

Page 45: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

35

1. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang istri

2. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

3. Istri tidak dapat melahirkan keturunan

Atas dasar ketentuan di atas, tentu sedikit berbeda dengan ketentuan

poligami yang berlaku dalam Islam, di mana, Islam hanya mensyaratkan adil

sebagai syarat untuk melakukan poligami.

Keadilan yang diwajibkan atas seorang suami adalah bersikap seimbang di

antara para istrinya sesuai dengan kemampuanya yaitu dalam hal bermalam atau

memberi makan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain. Bukan dalam masalah

cinta dan kasih sayang yang memang berada dalam kemampuan manusia.

Bersikap adil sebagai syrat utama dalam poligami tidak mudah, karena

dalam perkawinan poligami terdapat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh

suami kepada istrinya yang lebih dari satu tersebut. Hal ini tidak akan mudah

terpenuhi apabila suami tidak memiliki sifat dan sikap yang cukup layak untuk

melakukan poligami.

C. Poligami Dalam Hukum Positif di Indonesia

a. Menurut Undang-undang Nomor 1 tahun 1974

Dalam Undang-unang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan aturan

tentang kebolehan beristri lebih dari seorang terdapat dalam pasal 3, 4 dan 5 yang

berisikan alasan serta syarat beristri lebih dari sorang (poligami). Pasal 3 ayat 2

menerangkan bahwa pengadilan dapat memberikan izin kepada seorang suami

untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-pihak yang

bersangkutan. Ayat ini jelas sekali bahwa undang-undang perkawinan telah

Page 46: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

36

melibatkan Peradilan Agama sebagai instansi yang cukup penting untuk

mengabsahkan kebolehan poligami untuk seseorang.42

Kemudian dalam pasal 4 ayat 1 disebutkan bahwa apabila seorang suami

yang akan melakukan poligami, maka ia wajib mengajukan permohonan kepada

pengadilan di daerah tempat tinggalnya. Selanjutnya dalam ayat 2 disebutkan

alasan-alasan pengadilan mengizinkan seorang suami berpoligami, apabila: (1)

istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri (2) istri mendapat cacat

badan atau penyakit yang tidak dapa disembuhkan dan (3) istri tidak dapat

melahirkan keturunan.

Alasan di atas bernuansa fisik kecuali alasan yang ketiga. Alasan yang

ketiga terkesan suami tidak memperoleh kepuasan yang maksimal artinnya istri

tidak mendaptkan keturunan, maka alternatifnya adalah poligami. Dalam pasal 5

undang-undang No. 1 tahun 1974 memberikan sejumlah persyaratan bagi

seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang.43

Di antaranya adalah: (a)

adanya perjanjian dari istri atau istri-istri (b) adanya kepastian bahwa suami

mampu menjamin keperluan-keperluan hidup istri-istri dan anak-anak mereka

dan (c) adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap istri-istri dan

anak-anak mereka. Namun, apabila istri atau istrinya tidak mungkin dimintai

dalam perjanjianya, tidak dapat menjadi pihak dalam perjanjian, tidak ada kabar

dari istrinya selama sekurang-kurangnya dua tahun dan sebab-sebab lain yang

42

Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.

156 43

Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam di Indoneia, (Jakarta: PT. sinar Grafika, 2006), Cet

Ke-1 h. 47

Page 47: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

37

perlu mendapat penilaian dari pengadilan, maka suami tidak memerlukan

persetujuan dari istri atau istri-istrinya.44

Pada pasal 5 dan 2 di atas adalah persyaratan tentang poligami. Perlu kita

ketahui bahwa pasal 4 adalah persyaratan alternatif, artinya salah satu harus ada

untuk dapat mengajukan permohonan poligami. Sedangkan pasal 5 adalah

persyaratan kumulatif di mana seluruhnya harus dapat dipenuhi suami yang akan

melakukan poligami.

b. Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)

KHI lahir dari keinginan untuk menyatukan hukum Islam yang tersebar di

seluruh nusantara. Tujuan utamanya adalah selain mempositifkan syari‟at Islam

dalam bidang keperdataan (ahwalusyakhsiyah), juga ingin mengkodifikasi dan

menyamakan kitab fiqih yang akan dipakai di pengadilan. Karena pada saat itu

terjadi keberagaman putusan pengadilan terhadap perkara yang serupa. Dengan

tujuan tersebut maka timbullah keinginan penyeragaman dan kebonafitan hukum

untuk umat Islam.45

Kompilasi hukum Islam hadir pada tata hukum Nasional Indonesia melalui

instrumen hukum dalam bentuk isntruksi presiden (inpres) No. 1 tahun 1991

tanggal 2 juli 1991. Terpilihnya instrumen inpres ini menimbulkan dua

pandangan. Pandangan pertama melihat inpres tersebut mempunyai kemampuan

mandiri untuk berlaku efektif di samping isntrumen lainnya, dan karenanya

memiliki daya atur tersendiri dalam sistem hukum Nasional, sedangkan

44

Pasal 5 ayat 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan 45

Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam Dalam Peradilan Agama, (Jakarta: Logos

Wacana Ilmu. 1999) Cet kKe-2 h. 1-2

Page 48: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

38

pandangan lain melihat bahwa inpres yang dimaksud dalam tata hukum Indonesia

tidak terlihat dalam tata urutan peraturan perundangan nasional.

Materi pokok poligami dalam kompilasi hukum Islam terdapat dalam buku

I tentang perkawinan bab IX pasal 55-59 yang menerangkan cakupan untuk

beristri lebih dari seorang.

Secara umum ketentuan-ketentuan yang diatur KHI dalam bidang hukum

perkawinan pada intinya merupaka penegasan ulang tentang hal-hal yang telah

diatur dalam undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan PP No. 9 tahun 1975.46

Mengenai perihal poligami hal itu bisa dilihat pasal 57, 58 dan 59. Namun esensi

yang dibangun KHI mengenai poligami terdapat pada pasal 55 lebih

mengedepankan nilai keadilan suami bagi para istri. Berikut poligami dalam KHI

tersebut:

Pasal 55 menerangkan bahwa beristri lebih dari seorang pada satu waktu

bersamaan terbatas hanya sampai empat orang istri dengan syarat utama dari

seorang suami harus mempu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya.

Dan apabila syarat utama yang disebut tidak mungkin dipenuhi, suami dilarang

beristri lebih dari seorang.

Pasal 56 bahwa suami yang hendak beristri lebih dari satu orang harus

mendapat izin dari pengadilan Agama dengan melakukan menurut tatacara

sebagaimana diatur dalam Bab VIII peraturan pemerintah No 9 tahun 1975.

Berikut juga menerangkan perkawinan yang dilakukan dengan istri kdua, ketiga,

46

Yahya Harahap, Informasi Materil Kompilasi Hukum Islam: Mempositifkan Abstraksi

Hukum Islam, Dalam Brbagai Pandangan Terhadap Kompilasi Hukum Islam, (Jakarta: 1991), h.

81

Page 49: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

39

atau keempat tanpa izin dari pengadilan agama, tidak mempunyai kekuatan

hukum tetap.

Dalam pasal 57 pengadilan agama hanya memberikan izin kepada seorang

suami yang akan beritri lebih dari satu orang apabila:

a. Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri

b. Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan

c. Istri tidak dapat melairkan keturunan

Pasal 58 menerangkan bahwa untuk memperoleh izin pengadilan agama,

harus pula dipenuhi syarat-syarat yang ditentukan pada pasal 5 Undang-undang

No. 1 Tahun 1974 yaitu:

a. Adanya persetujuan istri

b. Adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan hidup istri-

istri dan anak-anak mereka.

Kemudian mengatur mengenai persetujuan istri atau istri-istri dapat

diberikan secara tertulis atau dengan lisan, tetapi sekalipun telah ada persetujuan

tertulis, persetujuan ini dipertegas dengan persetujuan lisan istri pada sidang

pengadilan agama dan perstujuan dimaksud tidak diperlukan bagi suami apabila

istri atau itri-istrinya tidak mungkin dimintai persetujuanya dan tidak dapat

menjadi pihak dalam perjanjian atau apabila istri tidak ada kabar dari istri atau

istri-istrinya sekurang-kurangnya 2 tahun atau karena sebab lain yang perlu

mendapat penilaian hakim.

Pasal 59 menerangkan dalam hal istri tidak mau memberikan persetujuan,

dan permohonan izin untuk beristri lebih dari satu orang berdasarkan atas salah

Page 50: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

40

satu alas an yang diatur, pengadilan agama dapat menetapkan tentang pemberian

izin setelah memeriksa dan mendengar istri yang bersangkutan di persidangan

pengadilan agama dan terhadap penetapan ini istri atau suami dapat mengajukan

banding atau kasasi.

Permasalahan keadilan berpoligami dalam KHI merupakan concern KHI

sendiri melihat permasalahn hukum Islam dalam pandangan fiqh yang ada.

Manusia memang terbatas mengenai keadilan, akan tetapi tetap bias dinilai

dengan pola berfikir positif dan realistis dalam kasus poligami.

Hakim yang dipercaya sebagai orang yang dianggap penengah dalam

masalah apapun tak luput dari kekurangan mengenai keadilan. Keadilan seorang

hanya bisa dinilai oleh orang lain selain dirinya, maka timbul siapa orang

dipercaya dalam hal ini. Jawaban yang kongkrit adalah hakim itu sendirilah yang

disepakati publik menilai keadilan seseorang karena mempunyai keahlian yang

telah dipelajari secara khusus mengenai masalah-masalah apapun.

Penjabaran tersebut dimaksudkan untuk membawa ketentuan-ketentuan

undang-undang No 1 tahun 1974 ke dalam ruang lingkup yang bernafas dan

bernilai syari‟at Islam. Ketentuan pokok yang bersifat umum dalam undang-

undang no 1 tahun 1974 dijabarkan dan dirumuskan menjadi ketentuan yang

bersifat khusus dan sebagai aturan hukum Islam yang diberlakukan khusus bagi

mereka yang beragama Islam.

c. Menurut PP Nomor 9 Tahun 1975

Dalam penjelasan PP No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. 1

Tahun 1974 menerangkan dalam pasal 40, 41, 42, 43 dan pasal 44. Dalam pasal

Page 51: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

41

40 berbicara mengenai “apabila sorang suami bermaksud untuk beristri lebih

dari seorang maka ia wajib mengajukan permohonan scara tertulis kepada

pengadilan” dan pada pasal 41 pengadilan kemudian memeriksa mengenai:

a. Ada atau tidaknya alasan yang memungkinkan seseorang suami kawin lagi

b. Ada atau tidaknya persetujuan dari istri, baik persetujuan lisan maupun

tertulis, apabila persetujuan itu merupakan persetujuan lisan, persetujuan

itu harus diucapkan di depan sidang pengadilan.

c. Ada atau tidaknya kemampuan suami untuk menjamin keperluan hidup

istri-istri dan anak-anak.

d. Ada atau tidak adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil terhadap

istri-istri dan anak-anak ,mereka dengan persyaratan atau janji dari suami

yang dibuat dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu.

Pasal 42 menerangkan dalam melakukan pemeriksaan mengenai hal-hal

pada pasal 40 dan 41, pengadilan harus memanggil dan mendengar istri yang

bersangkutan dan pemeriksaan pengadilan untuk itu dilakukan oleh hakim

selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah diterimanya surat permohonan

beserta lampiran-lamiranya.

Pasal 43 menerangkan apabila pengadilan berpendapat bahwa cukup

alasan bagi pemohon untuk beristri lebih dari seorang maka pengadilan

memberikan putusannya yang berupa izin untuk beristri lebih dari seorang dan

pasal 44 menerangkan bahwa pegawai pencatat nikah dilarang untuk melakukan

pencatatan perkawinan seorang suami yang akan beristri lebih dari seorang

sebelum adanya izin pengadilan seperti yang dimaksud dalam pasal 43.

Page 52: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

42

Undang-undang poligami di atas membolehkan untuk beristri lebih dari

satu orang dengan ketentuan jumlah istri dalam waktu yang bersamaan. Akan

tetapi terbatas hanya sampai empat orang. Adapun syarat yang harus dipenuhi di

antaranya suami mampu berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya dalam

hal nafkah dan keadilan. Apabila suami tidak bisa memanuhi, maka suami

dilarang beristri lebih dari satu. Di samping itu suami harus terlebih dahulu

mendapat izin dari pengadilan agama. Jika tanpa izin pengadilan agama maka

perkawinan tersebut tidak mempunyai kekuatan hukum.

D. Hikmah Poligami

Setiap ayat yang diturunkan oleh Allah SWT, pasti terdapat hikmah yang

dapat diambil oleh manusia, demikian juga ketika Allah menurunkan ayat tentang

poligami. Hikmah dari poligami di antaranya:

1. Umat manusia sering kali mengalami krisis yang menyebabkan surplusnya

kaum wanita, seperti yang biasa terjadi pasca reformasi, wabah atau

bencana alam. Banyak kaum wanita yang akan hidup tanpa suami dan itu

akan menghasilkan resiko semakin berkurangnya angka kelahiran, dan itu

tidak mustahil. Jika dalam kondisi seperti ini poligami tidak dibolehkan

sebagaimana yang dilakukan Islam, maka kemesuman, pergaulan bebas,

penyelewengan dan pelacuran akan tersebar di masyarakat dan semakin

meningkatkan jumlah anak-anak haram.47

2. Kesanggupan seorang laki-laki untuk berketurunan lebih kuat daripada

perempuan. Laki-laki sanggup melaksanakan tugas biologisnya sejak ia

47

Karam Hilmi Farhat, Poligami Dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahdi, (Jakarta:

Darul Haq, 2007), h. 67

Page 53: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

43

baligh sampai akhir usianya. Sedang kaum perempuan tidak mampu

melaksanakanya di waktu sedang haid, nifas, hamil dan waktu menyusui.

Kesanggupan perempuan untuk berketurunan terbatas sampai usia antara

40 sampai 50 tahun, sedang kaum laki-laki sanggup sampai usia 60 tahun

lebih.48

Apabila perempuan dalam keadaan seperti tersebut di atas tidak dapat

melaksanakan sebagai fungsinya sebagai seorang istri lalu apa yang harus

dilakukan oleh seorang suami, apakah ia harus menyalurkannya kepada istrinya

yang halal untuk menjaga kehormatanya ataukah ia harus mencari penyaluran

seperti yang dilakukan oleh binatang tanpa perkawinan yang sah. Padahal Islam

secara tegas melarang pelacuran.

Dengan keterangan-keterangan di atas poliami yang dipebolehkan

dalam Islam bukanlah untuk memenuhi nafsu seks belaka bagi kalangan kaum

laki-laki tetapi mempunyai maksud dan tujuan untuk kemalahatan umat Islam

seluruhnya.

48

Hartono Ahmad Jaiz, Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perslingkuhan, (Jakarta :

Pustaka Alkatsar. 2007) Cet Ke-1 h.123

Page 54: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

44

BAB IV

PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA RANGKABITUNG

TERHADAP IZIN POLIGAMI

A. Potret Pengadilan Agama Rangkasbitung

Pengadilan Agama Rangkasbitung dibentuk berdasarkan Staatsblad 1882

Nomor 152 tentang Pembentukan Pengadilan Agama di Jawa dan Madura tanggal

19 Januari dengan nama Raad Agama atau Penghulu Landraad.49

Dasar Hukum dan Pembentukan Pengadilan Agama Rangkasbitung

Pengadilan Agama Rangkasbitung terletak di wilayah Kabupaten Lebak,

berdiri sekitar + 48 tahun lalu. Dengan menempati gedung yang disewa di

kampung sawah Rangkasbitung, Pengadilan Agama Rangkasbitung secara

operasional menjalankan tugasnya.

Pada tahun 1976 lokasi kantor pindah ke Jl. Raya Leuwidamar No. 40

dengan status tanah hibah atau pelepasan hak dari K. Moh. Ujer seluas 640 M2.

Gedung Pengadilan Agama Rangkasbitung dibangun di atas tanah seluas 640 M2

luas bangunan + 350 M2.

Pada tahun 1983 dilakukan rehabilitasi atau perluasan bangunan 100 M2

dengan biaya Rp. 12.405.000,00. pada tahun anggaran 2007 Pengadilan Agama

Rangkasbitung telah membeli tanah untuk gedung kantor selaus 5.000 M2 yang

terletak di jalan Sudirman, Narimbang Rangkasbitung, yang anggarannya

dititipkan pada PTA Banten, dan saat ini Kantor Pengadilan Agama

49

Pengadilan Agama Rangkasbitung, Artikel diakses pada 06 mei 2014 dari http://pa-

rangkasbitung.net/index.php/profil/sejarah.

Page 55: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

45

Rangkasbitung telah berpindah lokasi yaitu di Jalan Jendral Sudirman KM 3

Narimbang Mulya, Rangkasbitung - Lebak Banten, sejak bulan November Tahun

2011.

Pengadilan Agama Rangkasbitung mempunyai wilayah hukum sebanyak

kurang lebih 23 kecamatan yang terbagi menjadi 104 kelurahan. Peranan

Pengadilan Agama Rangkasbitung pada awal keberadaannya dapat dianggap

tidak optimal. Apresiasi masyarakat terhadap kewenangan yang dimiliki

Pengadilan Agama ini sangat minim. Perkara-perkara yang ditangani oleh

Pengadilan Agama Rangkasbitung setiap tahunnya tidak lebih dari 150 perkara

atau rata-rata perbulan hanya sekitar 15 atau kurang, padahal jika dilihat segi

kuantitas penduduk mencapai 1 (satu) juta lebih penduduk, Namun setap tahunnya

perkara yang diterima semakin meningkat, pada Tahun 2011 Pengadilan Agama

Rangkasbitung menerima sejumlah kurang lebih 502 perkara. Jenis perkara

yang diajukan oleh pihak pencari keadilan lebih cenderung perkara yang

erat kaitannya dengan perceraian. Perkara lainnya seperti gugatan waris,

atau permohonan lainnya sangat jarang diterima Pengadilan Agama.

Dasar hukum pembentukan Pengadilan Agama Rangkasbitung secara

tertulis tidak diketahui hanya disebutkan bahwa kompetensi relatif Pengadilan

Agama di Jawa dan Madura antara lain dalam pasa 1 Staatblaad 1882 No. 152 Jo.

Staatblaad 1937 No. 116, 610, bahwa di tempat-tempat yang ada Pengadilan

Negeri ada sebuah Pengadilan Agama, yang daerah hukumnya sama dengan

daerah hukum Pengadilan Negeri.

Page 56: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

46

Nama Pengadilan Agama digunakan sebagaimana istilah yang ditentukan

oleh pemerintah dengan beberapa kali perubahan seperti Raad Agama atau

Penghulu Landraad sampai dibakukannya nama Pengadilan Agama. Sedangkan

nama “Rangkasbitung” diambil dari nama ibukota kabupaten lebak yang semula

pada masa Kesultanan Banten tahun 1813 disebut wilayah Banten Kidul dengan

ibukota Cilangkahan.50

B. Deskripsi Putusan Pengadilan Agama Rangkasbitung

Pengaturan poligami di Indonesia telah diatur oleh pemerintah dalam

rangka melindungi warga negara khususnya perempuan dari ketidakadilan melalui

Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan pasal 3, 4 dan 5. Sejak

diundangkanya telah diatur beberapa syarat yang harus dipenuhi seorang laki-laki

yang hendak berpoligami harus seizin istri pertama. Meskipun kalimat ini tidak

tercantum secara eksplisit, akan tetapi banyak sumber agama Islam yang

mengarah ke sana.

Mengenai kasus yang dijadikan obyek penelitian, penulis meneliti satu

putusan poligami di Pengadilan Agama Rangkasbitung. Berikut deskripsi putusan

izin poligami dengan nomor perkara: 0390/pdt.G/2013/PA.Rks, yang penulis

kemukakan sebagai berikut:

1. Duduk Perkara

Satibi bin Mohamad Yunus, umur 36 tahun, agama Islam, pekerjaan

Wiraswasta, berstatus menikah dengan Eka Agustiana binti Endang Jaelani Kawi,

umur 34 tahun, agama Islam, pekerjaan mengurus rumah tangga, berstatus

50

Pengadilan Agama Rangkasbitung, Artikel diakses pada 06 mei 2014 dari http://pa-

rangkasbitung.net/index.php/profil/sejarah

Page 57: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

47

menikah dengan Satibi bin Mohamad Yunus, dengan kutipan akta nikah Nomor

39/34/II/2004 tanggal 09 Februari 2004 yang diterbitkan oleh kantor Urusan

Agama Rangkasbitung. Bahwa setelah menikah pemohon dan termohon

mengambil tempat di kediaman pemohon di Kampung Empang Muara Ciujung

Barat dan selanjutnya tinggal di alamat tersebut di atas sebagai tempat kediaman

bersama terakhir dan selama pernikahan tersebut pemohon dengan termohon telah

hidup rukun sebagaimana layaknya suami istri dan dikaruniai dua orang anak

yang bernama: Siti Fatihatul Mutia Kawi, perempuan lahir tanggal 4 Februari

2005 dan Muhammad Zaidan Mauludin, laki-laki lahir tanggal 16 Maret 2008.

Pada suatu saat Satibi bin Mohamad Yunus berkenalan dengan perempuan yang

bermana Ai Nuraeni binti Afif, umur 23 tahun, agama Islam, pekerjaan

wiraswasta tempat kediaman di Kampung kadulimus RT. 002 RW. 005 Desa

Kadulimus Kecamatan Banjar Kabupaten Pandeglang, sebagai “calon istri kedua

pemohon”, yang akan dilangsungkan dan dicatatkan di hadapan pegawai pencatat

nikah kantor urusan agama Banjar Pandeglang, dengan status perawan dan tidak

terikat pertunangan dengan laki-laki lain. Mereka sepakat untuk membina

hubungan mereka ke jenjang pernikahan meskipun tahu bahwa Satibi bin

Mohamad Yunus telah mempunyai istri dan anak, dan calon istri kedua juga

menyatakan tidak akan menganggu gugat harta benda yang sudah ada selama ini,

melainkan tetap utuh sebagai harta bersama antara pemohon dengan termohon.

Tersebutkan bahwa Satibi bin Mohamad Yunus serta Ai Nuraeni binti Afif

sebagai calon istri kedua pemohon. Pemohon meminta izin kepada Pengadilan

Page 58: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

48

Agama untuk menikah kedua kali dengan cara poligami dengan alasan pemohon

bahwa yang dijadikan alasan pemohon poligami adalah:

d. Pemohon merasa sanggup untuk berbuat adil terhadap istri-irti

pemohon

e. Pemohon ingin membantu sebuah keluarga/calon istri ke-2 dari segi

ekonomi

f. Pemohon sangat kawatir apabila antara pemohon dengan calon istri

pemohon tidak segera melangsungkan pernikahan akan terjadi hal-hal

yang bertentangan dengan ketentuan hukum Islam.

2. Pertimbangan

Pertimbangan-pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Rangkasbitung

dalam perkara poligami yakni, mengabulkan permohonan pemohon dan

menetapkan memberi izin kepada pemohon untuk menikah lagi (poligami) dengan

seorang perempuan bernama Ai Nuraeni binti Afif. Didasari atas pertimbangan

pemohon merasa sanggup berlaku adil terhadap istri-istrinya dan mendapat

persetujuan dari istri pertamanya. Dan pemohon telah menyatakan kesediaan atas

tanggung jawab dalam membina rumah tangganya di masa yang akan datang.

Pertimbangan selanjutnya yaitu Majlis Hakim menimbang keterangan

saksi-saksi yaitu dari tetangga pemohon dan termohon yang sekaligus guru agama

pemohon dan termohon menyatakan sesuai sebagaimana pemohon nyatakan.

Setahu saksi, pemohon adalah orang yang bertanggung jawab dan perhatian

terhadap termohon dan anak-anaknya karena sampai sekarang pemohon masih

lancar memberi nafkah dan juga telah membuatkan rumah untuk termohon dan

Page 59: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

49

anak-anaknya. Kemudian saksi ke dua dan ke tiga sebagai kakak ipar dan kakak

kandung dari termohon dan tetangga dekat pemohon juga menyatakan sesuai

sebagaimana saksi pertama pemohon uraikan. Pertimbangan poligami sendiri

dikuatkan dengan jawaban lisan yang pada pokoknya disimpulkan bahwa

termohon membenarkan dalil-dalil pemohon serta tidak keberatan atau memberi

izin kepada pemohon untuk menikah lagi dengan perempuan yang bernama Ai

Nuraeni binti Afif demi membahagiakan kehidupan pemohon, serta untuk

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan pemohon tetap dengan

permohonanya, setelah Majelis Hakim mendengar pernyataan saksi agar lebih

baik jika pemohon diizinkan, Majelis Hakim juga melihat tidak adanya larangan

secara syar‟i maupun peraturan perudang-undangan, maka Majlis Hakim

mengabulkan permohonan tersebut.

Dalam pertimbangan ini, Hakim mengambil istinbat bahwa pemohom,

termohon, calon isteri, dan bukti-bukti telah nyambung semua, artinya apabila

salah satu dari bukti di atas tidak ada dalam persidangan maka besar kemungkinan

permohonan izin poligami tidak akan dikabulkan karena untuk keyakinan Hakim

antara pemohon, termohon, calon isteri, dan bukti-bukti harus nyambung semua.51

C. Landasan Yuridis Putusan Izin Poligami dan Penetapan Pengadilan

Agama Rangkasbitung

Izin berpoligami itu tidak akan diberikan melainkan dengan pertimbangan-

pertimbangan yang sangat matang melalui prosedur undang-undang yang berlaku.

Proses pertimbangan izin tersebut merupakan langkah Hakim Pengadilan Agama

51

Wawancara pribadi dengan Agus Faisal Yusuf. Rangkasbitung, 9 Juni 2014

Page 60: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

50

dalan rangka menjalankan sistem perundang-undangan yang formal dan juga

sebagai upaya memperlihatkan eksistensi absolut Hakim sebagai penengah atau

pemberi solusi hukum.

Adapun persyaratan perkawinan yang dalam hukum Islam yaitu beragama

Islam, baligh (bagi laki-laki yang ditandai dengan keluarnya air mani dan bagi

perempuan ditandai dengan keluarnya haidh), berakal, (dewasa pikiran) dan

seksual, tidak terdapat halangan perkawinan atau perwalian. Syarat yang paling

penting dalam perkawinan adalah adanya mahar (mas kawin).52

Lain halnya dengan persyaratan perkawinan yang dimaksud dalam hukum

positif yaitu harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku baik

memenuhi persyaratan materil dan persyaratan formil. Permohonan izin poligami

melakukan poligami dalam ilmu hukum tersebut dengan istilah voluntaire

jurisdiktie yaitu suatu perkara yang berisi tuntutan hak dan tidak mengandung

sengketa.53

Hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim dalam pemberian izin poligami

di Pengadilan Agama Rangkasbitung dalam menjatuhkan putusan tersebut yaitu:

a. Untuk bisa mengajukan izin poligami, pemohon telah menyerahkan alat-alat

bukti berupa:

1. Asli dan Foto copy Kutipan Akta Nikah pemohon dengan termohon

nomor 39/34/II/2004 tanggal 09 Februari 2004 yang diterbitkan oleh

Kantor Urusan Agama Rangkasbitung (bukti P. 1) ;

52

Kamarusdiana dan Jaenal Aripin, Perbandingan Hukum Perdata. (Jakarta: UIN Jakarta

Press, 2007), Cet Ke-1 h. 6 53

Soedikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h. 4

Page 61: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

51

2. Surat pernyataan tidak keberatan untuk dimadu (model A.3) tanggal 15

Agustus 2013 (bukti P.2) ;

3. Surat pernyataan berlaku adil (model A.4) tertanggal 28 Agustus 2013

(bukti P. 3) ;

4. Surat keterangan beda nama yang dilakukan oleh kepala kelurahan Maura

Ciujung Barat tanggal 28 Agustus 2013 Nomor : 148.4/72-Kel/VIII/2013

– (bukti P. 4) ;

5. Surat keterangan usaha pemohon, yang dikeluarkan oleh Kepala

Keluraham Maura Ciujung Barat tanggal 28 Agustus 2013 Nomor :

148.4/73-Kel/VIII/2013 – (bukti P. 5) ;

6. Surat keterangan laba usaha/penghasilan setiap bulan pemohon; (bukti P.

6)

b. Pertimbangan Majlis Hakim merujuk pada ketentuan undang-undang Nomor

1 tahun 1974, undang-undang ini merupakan bentuk hasil usaha dalam mengatur

permasalahan perkawinan atau sejenisnya dalam kerangka hukum baku, yang bisa

menjadi pedoman atau acuan menyelesesaikan permasalahan perkawinan. Dalam

undang-undang ini poligami diatur dalam pasal 3 ayat (2), pasal 4 ayat (1) dan (2),

dan pasal 5 ayat (1) dan (2)

c. Pertimbangan Majelis Hakim merujuk pada peraturan pemerintah Nomor 9

tahun 1975, peraturan pemerintah ini adalah penjelasan atau lebih tepatnya

pelaksanaan undang-undang Nomor 1 tahun 1974 berikut ketentuan pidana jikalau

terjadi pelanggaran dalam pelaksanaannya.

Page 62: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

52

d. Pertimbangan Majelis Hakim merujuk pada Kompilasi Hukum Islam (KHI),

KHI lahir dari gejolak para ulama yang tersebar diseluruh Nusantara. Tujuan

utamanya adalah selain mempositifkan syari‟at Islam dalam bidang keperdataan,

juga mengkodifikasikan dan menyeragamkan kitab fiqih yang digunakan di

Pengadilan Agama

e. Al-Qur‟an surat an-Nisa‟ (4) ayat 3 sering dijadikan dalil oleh sebagian umat

Islam dalam melakukan poligami. Hal ini juga telah diakui oleh Pengadilan

Agama Rangkasbitung sehingga Majelis Hakim Pengadilan Agama dalam setiap

pemberian izin poligami mengambil sandaran hukum pada ketentuan ayat di atas.

Penetapan perkara izin poligami dalam perkara perdata umumnya

mengandung amar penetapan tunggal, yaitu penetapan yang berupa pengabulan

atau penolakan permohonan pemohon untuk melakukan perubahan hukum.

1. Mengabulkan atau menolak permohonan pemohon untuk menikah lagi

2. Mengabulkan atau menolak permohonan izin poligami yang diajukan oleh

pemohon.

Selanjutnya terhadap putusan poligami di atas dengan Nomor

0390/pdt.G/2013/PA.Rks, mutlak dikabulkan melalui pertimbangan-pertimbangan

yang panjang, karena semua prosedur yang harus dijalankan pemohon sudah

terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari hasil penetapan Majelis Hakim dalam putusan

yang berbunyi:

1. Mengabulkan permohonan pemohon

2. Memberi izin kepada pemohon (Satibi bin Muhamad Yunus) untuk menikah

lagi (poligami) dengan calon isteri kedua bernama Ai Nur Aeni binti Afif

Page 63: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

53

3. Menghukum pemohon untuk berlaku adil kepada isteri-isteri dan anak-

anaknya

4. Membebankan biaya perkara sebesar Rp. 191.000,- (seratus sembilan puluh

satu rupiah)

D. Analisis Penulis

Poligami dalam Islam merupakan praktik yang diperbolehkan (mubah,

tidak dilarang namun tidak dianjurkan). Islam memperbolehkan seorang pria

beristri hingga empat orang istri dengan syarat suami harus dapat berbuat adil

terhadap seluruh istrinya, hal ini sebagaimana tertulis dalam Al-Qur‟an pada

surat An-nisa ayat 3.

dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan

yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain)

yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan

dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu

miliki. yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Menurut penulis, kasus permohonan izin poligami di mana suami meminta

izin poligami karena pemohon sangat khawatir apabila antara pemohon dengan

calon istri pemohon tidak segera melangsungkan pernikahan akan terjadi hal-hal

yang bertentangan dengan ketentuan hukum Islam dan ingin membantu sebuah

keluarga atau calon istri ke dua dari segi ekonomi.

Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka suami ingin

poligami dan isteripun memberikan izinya. Dalam hal ini sepertinya isteri

mendapat tekanan untuk memberikan izin poligami karena isteri pertama sudah

Page 64: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

54

mempunyai keturunan dua orang anak dan isteripun tidak cacat badan atau

penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Putusan hakim agama Rangkasbitung tentang putusan sesuai masalah pada

keadilan, adapun keadilan dalam ajaran Islam merupakan ajaran sentral dalam

Islam dan bersifat universal. Sifat universal itu dapat dilihat dari keberadaan

manusia di mana pun dan kapan pun yang selalu mendambakan hadirnya

keadilan. Dalam diri manusia, terdapat potensi ruhaniah yang membisikkan

perasaan keadilan sebagai sesuatu yang benar dan harus ditegakkan.

Penyimpangan terhadap keadilan menodai esensi kemanusiaan. Karena itu, Islam

yang bermisi utama rahmatan li al-alamin, pembawa rahmat bagi seluruh alam,

menempatkan keadilan sebagai sesuatu yang asasi.

Walaupun secara hakekat tidak ada yang bisa menilai atau menentukan

dalam berpoligami apalagi dalam al-Qur‟an di tegaskan bahwa akan sangat sulit

untuk berbuat adil meskipun kita sangat ingin melakukanya sehingga dalam Islam

lebih ditekankan untuk beristeri satu orang saja (monogami) supaya keadilan lebih

terjamin dan terwujud. Namun, saya melihat hakim dalam memutus perkara izin

poligami perpengang pada hadis nabi “nahnu nakhumu bi adz-dzohahir” artinya

kami menghukumi dengan yang Nampak jelas. Maka keadilan dalam berpoligami

secara formal sudah terpenuhi dengan adanya bukti surat pernyataan kesanggupan

berbuat adil.

Padalah syarat alteratif dalam poligami adalah isteri tidak dapat

menjalankan kewajiban sebagai seorang isteri, isteri mendapat cacat badan atau

penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan isteri tidak dapat melahirkan

Page 65: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

55

keturunan, nyatanya itu semua tidak terpenuhi. Tetapi hakim melihat kepada

kemaslahatan rumah tangga dengan isteri pertama supaya tidak jadi perceraian

karena perceraian merupakan perbuatan mubah yang sangat dibenci Allah.

Putusan hakim tentang permohonan sudah memenuhi unsur kepastian

hokum sehubungan dengan putusan untuk memberikan izin pada suami untuk

menikah lagi (poligami) pada setatus perkawinan dengan isteri ke dua terjadi

kepastian hukum berdasarkan alasan termohon dalam jawabanya secara tegas

mengaku dan membenarkan dalil pemohon shinggan dalil pemohon harus

dinyatakan terbukti karena pengakuan yang bulat dan murni tanpa disertai dengan

klausula menurut hukum mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna,

mengingat dan menentukan merupakan persangkaan undang-undang yang tidak

dapat dibuktikan lebih lanjut dengan bukti yang lainya.

Bahwa alasan dukabulkan poligami sudah memenuhi unsur kemaslahatan

atau kemanfaatan atau menolak madharat, (sesuatu yang menimbulkan kerugian)

namun, tidaklah demikian yang dikehendaki karena sebab mencapai kemanfaatan

dan menafikan kemadharatan adalah merupakan tujuan atau maksud dari

makhluk, adapun kebaikan atau kemaslahatan makhluk terletak pada tercapainya

tujuan mereka, akan tetapi yang dimaksudkan dengan maslahat adalah menjaga

atau memelihara tujuan syara. Walaupun syarat alternati dalam izin poligami tidak

terpenuhi sesuai undang-undang Nomor 1 tahun 1974 pada pasal 4 ayat 2 yakni,

isteri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai seorang isteri, isteri mendapat

cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan isteri tidak dapat

melahirkan keturunan. Tetapi hakim melihat kepada faktor keadilan yang sudah di

Page 66: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

56

buktikan dengan surat-surat pernyataan yang salah satunya adalah surat

pernyataan berlaku adil terhadap isteri-isteri dan anak-anaknya.

Jikalau melihat sifat hukum dari penetapan tersebut, dapat dikategorikan

penetapan tersebut berupa penetapan konstitutif yang berarti menciptakan

keadaan hukum baru bagi pemohon yaitu adanya izin kepada pemohon untuk

menikah lagi dengan cara poligami dengan perempuan yang tercantum dalam

surat pemohon. Meskipun, pemohon masih terikat dalam perkawinan yang sah

dengan isteri terdahulunya.

Akan tetapi penulis juga tidak gegabah dalam menganalisa suatu putusan

berdasarkan fisiknya saja, hal lain perlu dilihat dengan melihat dari asas yang

berlaku dalam hukum perdata yang harus dijunjung tinggi oleh perundang-

undangan dan beberapa pernyataan pertimbangan Majelis Hakim.

Page 67: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

57

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian pada bab-bab sebelumnya, penulis mengemukakan beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Urgensi izin isteri dalam poligami adalah memberikan izin kepada

pemohon untuk menikah lagi dengan calon isteri ke dua dengan alasan

bahwa termohon dalam jawabanya secara lisan di muka persidangan

mengemukakan bahwa termohon membenarkan seluruh dalil-dalil yang

dikemukakan oleh pemohon dan termohon tidak keberatan apabila

pemohon bermaksud hendak beristeri lagi (poligami).

2. Hakim Agama Rangkasbitung sudah mengabulkan permohonan poligami

karena sudah memenuhi syarat alternatif dan kumulatif sesuai aturan

perundang-undangan yang berlaku, yaitu berdasarkan pasal 4 undang-

undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan yang lebih ditekankan

pada adanya izin dari isteri pertama dan adanya kekawatiran suami berbuat

zina. Dan adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin keperluan

hidup isteri-isteri dan anak-anaknya yang dibuktikan dengan keterangan

penghasilan baik melalui surat maupun saksi-saksi.

B. Saran-saran

1. Dalam masalah poligami sebaiknyan suami lebih mempertimbangkan

masalah perasaan dan kepentingan isteri dan anak-anaknya meskipun isteri

rela dimadu.

Page 68: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

58

2. Perlu disosialisasikan kepada mayarakat bahwa poligami tidak dapat

dilakukan tanpa mendapat izin dari isteri dan pengadilan setempat.

Poligami harus dilakukan sesuai dengan ketentuan Undang-undang

Perkawinan Nomor 1 tahun 1974 pasal 4 ayat 2

3. Untuk Majelis Hakim Pengadilan Agama agar lebih teliti dan berhati-hati

dalam memutuskan suatu perkara, khususnya poligami sehingga poligami

yang dimaksud tidak merusak norma-norma perkawinan yang sudah ada.

Page 69: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

59

DAFTAR PUSTAKA

Abu Hamid Muhammad, Al-Ghazali, Al-Mustashfa, Beirut: Mu‟assasah ar-

Risalah, 1997.Juz I

Ali, Zainudin. Hukum Perdata Islam di Indoneia, Jakarta: PT. Sinar Grafika,

2006, Cet Ke-1

Al-Shabui, Ali. Tafsir Ayat al-Ahkam Minal Qur‟an, juz 1.

Arifin, jaenal dan Kamarusdiana. Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: UIN

Jakarta Press, 2007. Cet Ke-1

Arivia, Gadis. Menggalang Perubahan Perlunya Persfektif Jender. YJP. Jakarta.

2004.

Berbagai macam permasalahan keadilan dan kaitannya dengan hukum yang

berkembang dari berbagai aliran pemikiran dapat dibaca pada buku W.

Friedmann, Teori dan Filasafat Hukum; diterjemahkan oleh Muhamad

Arifin, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1994.

Bisri, Cik Hasan. Kompilasi Hukum Islam Dalam Peradilan Agama, Jakarta:

Logos Wacana Ilmu. 1999) Cet- Ke-2

Djalil, Basiq. Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media

Group. 2006.

Farhat, Kamal Hilmi. Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi,

Jakarta: Darul Haq, 2007.

Ghojali, Abdul Rahman. Fikih Munakahat. Jakarta: Perdana Media Group, 2012.

Cet. ke-5.

Gusmain, Islah. Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami. Yogyakarta : Pustaka

Warna, 2007. Cet. Ke -1.

Harahap, Yahya. Informasi Materil Kompilasi Hukum Islam: Mempositifkan

Abstraksi Hukum Islam, Dalam Brbagai Pandangan Terhadap Kompilasi

Hukum Islam, Jakarta: 1991.

http://www.bartleby.com/61/83/PO398300.html.

Jaiz, Hartono Ahmad. Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan.

Jakarta : Pustaka Alkatsar, 2007. Cet. Ke-1.

Page 70: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

60

Laporan tahunan Pengadilan Agama Rangaksbitung 2013.

Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta :

Perdana Media Group, 2008.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan

Agama. Jakarta: Prenada Media Group. 2005.

Mertokusumo, Soedikno. Hukum Acara Perdata Indonesia.

Mulia, Siti Muhdah. Isalam Menggugat Poligami. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 2004.

Nurbowo, Apiko JM. Indahnya Poligami, pengalaman Sakinah Puspo Wardono.

Jakarta : Khaairul Bayan, 2003. Cet. ke-1.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia,

Jakarta: Perdana Media, 2004.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia:

Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 1/1974

sampai KHI. Jakarta: Perdana Media Group, 2006. Cet. Ke-3.

Pasal 5 ayat 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

Pengadilan Agama Rangkasbitung, Artikel diakses pada 06 mei 2014 dari

http://pa-rangkasbitung.net/index.php/profil/sejarah.

Prawiro, Bambang AM. Majelis Ukhuwah Penulis Bersyariah dari

http://majelispenulis.blogspot.com

Prodjohamidjojo, Matriman. Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Indonesia

Legal Center Publishing. 2011. Cet ke-3

Sholeh, Asrorun Ni‟am. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga.

Jakarta : Graha Paramuda. 2008. Cet. Ke-2.

Sopyan, Yayan. Islam - Negara: Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam

Hukum Nasional. Jakarta: PT. Wahana Semesta Intermedia, 2012. Cet-2

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap.

Jakarta: PT. RajaGrapindo Persada, 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Wawancara Pribadi Dengan Agus Faisal Yusuf. Rangukasbitung, 9 Juni 2014

Page 71: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

61

www. Ngobrolinhukum.com/2013/02/05/memahami-kepastian-dalam-hukum/. Di

akses pada tanggal 08-04-2015. Jam. 13.39

Zuhdi, Masjfuk. Studi Islam Jilid III: Muamalah. Jakarrta: Pt. Raja Grapindo

Persada, 1993.

Page 72: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zainudin. Hukum Perdata Islam di Indoneia, Jakarta: PT. Sinar Grafika, 2006, Cet Ke-1

Al-Shabui, Ali. Tafsir Ayat al-Ahkam Minal Qur’an, juz 1.

Arifin, jaenal dan Kamarusdiana. Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: UIN Jakarta Press,

2007. Cet Ke-1

Arivia, Gadis. Menggalang Perubahan Perlunya Persfektif Jender. YJP. Jakarta. 2004.

Bisri, Cik Hasan. Kompilasi Hukum Islam Dalam Peradilan Agama, Jakarta: Logos Wacana

Ilmu. 1999) Cet- Ke-2

Djalil, Basiq. Peradilan Agama di Indonesia, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2006.

Farhat, Kamal Hilmi. Poligami dalam Pandangan Islam, Nasrani dan Yahudi, Jakarta: Darul

Haq, 2007.

Ghojali, Abdul Rahman. Fikih Munakahat. Jakarta: Perdana Media Group, 2012. Cet. ke-5.

Gusmain, Islah. Mengapa Nabi Muhammad Berpoligami. Yogyakarta : Pustaka Warna, 2007.

Cet. Ke -1.

Harahap, Yahya. Informasi Materil Kompilasi Hukum Islam: Mempositifkan Abstraksi Hukum

Islam, Dalam Brbagai Pandangan Terhadap Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: 1991.

Jaiz, Hartono Ahmad. Wanita Antara Jodoh, Poligami dan Perselingkuhan. Jakarta :

Pustaka Alkatsar, 2007. Cet. Ke-1.

Laporan tahunan Pengadilan Agama Rangaksbitung 2013.

Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta : Perdana Media

Group, 2008.

Manan, Abdul. Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama. Jakarta:

Prenada Media Group. 2005.

Page 73: URGENSI IZIN ISTERI SECARA LISAN DAN TERTULIS DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30335/1/JAJANG-FSH.pdf · berkenaan dengan urgensi izin istri secara lisan

Mertokusumo, Soedikno. Hukum Acara Perdata Indonesia.

Mulia, Siti Muhdah. Isalam Menggugat Poligami. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Nurbowo, Apiko JM. Indahnya Poligami, pengalaman Sakinah Puspo Wardono. Jakarta :

Khaairul Bayan, 2003. Cet. ke-1.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia, Jakarta:

Perdana Media, 2004.

Nuruddin, Amiur dan Azhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis

Perkembangan Hukum Islam dari Fikih UU No 1/1974 sampai KHI. Jakarta: Perdana

Media Group, 2006. Cet. Ke-3.

Pasal 5 ayat 2 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

Pengadilan Agama Rangkasbitung, Artikel diakses pada 06 mei 2014 dari http://pa-

rangkasbitung.net/index.php/profil/sejarah.

Prodjohamidjojo, Matriman. Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Indonesia Legal Center

Publishing. 2011. Cet ke-3

Sholeh, Asrorun Ni’am. Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga. Jakarta : Graha

Paramuda. 2008). Cet. Ke- 2.

Sopyan, Yayan. Islam - Negara: Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional. Jakarta: PT. Wahana Semesta Intermedia, 2012.

Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta: PT.

RajaGrapindo Persada, 2009.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Wawancara pribadi dengan Agus Faisal Yusuf. Rangukasbitung, 9 Juni 2014

Zuhdi, Masjfuk. Studi Islam Jilid III: Muamalah. Jakarrta: Pt. Raja Grapindo Persada, 1993.