urgensi belajar menurut al-quran (kajian tafsir q.s al

67
URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL-Alaq/96: 1-5) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) Oleh : RIDWANULLAH 107011000959 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M

Upload: others

Post on 20-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN

(Kajian Tafsir Q.S aL-Alaq/96: 1-5)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

RIDWANULLAH

107011000959

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M

Page 2: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL
Page 3: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL
Page 4: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL
Page 5: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL
Page 6: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

i

ABSTRAK

Ridwanullah (NIM: 107011000959): Urgensi Belajar Menurut Al-Quran

(Kajian Tafsir Q.S aL-Alaq/96 : 1-5). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui urgensi belajar menurut aL-

Quran surat aL-Alaq ayat 1-5.

Skripsi ini dilakukan melalui pendekatan library research dengan cara

mencari, mengumpulkan, membaca dan menganalisis buku-buku yang ada

relevansinya dengan masalah penelitian. Kemudian diolah sesuai dengan

kemampuan penulis. Dalam menganalisis data yang terkumpul, penulis

menggunakan metode content analisis (analisis isi) dengan cara menafsirkan Q.S

aL-Alaq/96:1-5 dengan memaparkan urgensi belajar yang terkandung dalam ayat

tersebut serta menjelaskan makna yang terdapat di dalamnya dan menjelaskan isi

kandungannya.

Dari hasil penelitian penulis, dapat disimpulkan bahwa surat aL-Alaq ayat

1-5 adalah ayat pertama Allah dari aL-Quran dan ia berupa rahmat Allah yang

terbesar untuk manusia. Dalam ayat-ayat permulaan ini Allah menyuruh Nabi

Muhammad SAW. Agar membaca dan memperhatikan ayat bukti kebesaran

Allah, tetapi bacaan, perhatian itu harus dilandasi dengan Allah yang telah

menciptakan manusia dari sekepal darah (alaq), kemudian Allah memuliakan

manusia dengan Ilmunya (Qalam), agar manusia mengenal kemurahan Allah

SWT, yang mengajarkan segala kepandaian ilmu yang dicapai oleh manusia

dengan perantaraan kalam, mengajarkan kepada manusia segala apa yang tidak

diketahuinya.

Islam mengajarkan juga memerintahkan umatnya untuk senantiasa

membaca, baik itu membaca alam, membaca Al-qur’an, membaca sekitar,

membaca yang bersifat kontekstual maupun bukan. Selama mengandung “Bismi

robbik”, dengan nama TuhanMu. Agar kita senantiasa menjadi manusia yang

senantiasa berfikir, bersyukur, juga berTuhan.

Kemudian Islam mengehendaki pengetahuan yang benar-benar dapat

membantu mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia. Yaitu

pengetahuan terkait urusan duniawi dan ukhrowi, yang dapat menjamin

kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat.

Page 7: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puja dan puji bagi Allah SWT atas semesta kekuasaanya yang

begitu luar biasa, serta atas segala bentuk dan rupa-rupa anugrah yang

ditebarkannya sepanjang waktu untuk kita semua. Shalawat serta salam semoga

senantiasa tercurah atas Nabi Muhammad SAW, utusannya yang terbaik

disepanjang sejarah peradaban umat manusia. Semoga dengan cahaya kepribadian

sejatinya yang menerangi seluruh peradaban manusia, senantiasa pula menerangi

segala aktivitas dan langkah kita dalam mengarungi lautan kehidupan yang

semakin penuh dengan tantangan.

Alhamdulillahirrabbil„aalamiin, penulis mengucapkan rasa syukur

kepada Allah SWT atas segala rahmat dan pertolongan-Nya, sehingga skripsi ini

dapat diselesaikan. Karena tanpa rahmat pertolongan-Nya tidaklah mungkin

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN

(Kajian Tafsir Q.S aL-Alaq/96: 1-5)”

Penulis gunakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan yang ditempuh di

Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Dengan penuh kesadaran dan kerendahan

hati, penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan bila tanpa bantuan serta

dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Sudah

sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan bantuan serta dukungannya, sehingga penulisan skripsi ini dapat

diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Nurlena Rifai, MA, Ph. D, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, yang

telah memberikan kemudahan bagi mahasiswanya dalam menyelesaikan studi

Page 8: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

iii

di Fakultas ini.

2. Bapak Dr. Abdul Majid Khan, M. Ag, Ketua Jurusan PAI, yang juga selalu

memberikan kemudahan dalam setiap kebijakan yang beliau berikan selama

penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

3. Ibu Marhamah Shaleh, MA, selaku Sekretaris Jurusan yang memberikan

kemudahan selama penulis menjadi mahasiswa di jurusan PAI.

4. Dra. Elo Al Bugis, MA, dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan

Agama Islam, yang memberikan dukungan dan bimbingan kepada penulis.

5. Dra Elo Al Bugis, MA, dosen Pembimbing skripsi, yang tidak pernah

menutup pintu keluasan waktunya untuk membimbing dan memberikan

semangat dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK),

terutama untuk Jurusan Pendidikan Agama Islam, yang telah memberikan

motivasi dan kontribusi, selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Pimpinan dan seluruh Staff Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FITK,

yang turut memberikan pelayanan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Kedua orang tua penulis yaitu, Ibunda (Elih Malihah) dan Ayahanda (Arsudin)

tercinta, kakak dan adik-adikku yang tercinta, beserta seluruh keluarga besar

yang selalu setia memberikan dukungan kepada penulis baik secara moril dan

materil, serta kasih sayang yang besar sehingga penulis dapat menyelesaikan

studi ini dengan baik dan lancar.

9. Istri tercinta (Asmulyati, S.Pd.) dan Anak tercinta (Muhammad Adnan Fairuz)

yang selalu setia memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis

10. Kawan-kawan seperjuangan Pendidikan Agama Islam angkatan 2007

khususnya seluruh anggota kelas C yang selalu memberi dukungan kepada

Page 9: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

iv

penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

11. Kawan-kawan seperjuangan; Saepul Bahri (Aep), Abdul Azis (Aconk),

Ahmad Fauzi, Azis Hasan, Ardi Barikli, Muhammad Rahman, Ujang

Wahyudin, Mahmudah, Marlina, Saeful Milah dan banyak lagi kawan-kawan

yang tidak bisa penulis sebutkan, terimakasih selalu memberi dukungan

kepada penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Dan kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan dukungan

kepada penulis baik secara moral maupun material, penulis ucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya.

Akhirnya, hanya Allah SWT jualah penulis menghambakan diri dan

memohon pertolongan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi kita

semua khususnya bagi penulis dan pembaca umunya. Apabila ada yang benar

dalam penulisan ini adalah semata-mata datangnya dari Allah SWT dan

apabila didalamnya terdapat suatu kesalahan, maka itu kekhilafan diri penulis

sebagai seorang hamba Allah yang dhaif, mudah-mudahan maksud dan tujuan

penulis dapat tercapai dengan apa yang penulis harapkan dan cita-citakan.

Amin.

Jakarta, Juli 2014

Ridwanullah

Page 10: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

v

DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI

LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH

ABSTRAK .......................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

BAB: I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 4

C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 4

D. Perumusan Masalah .................................................................................. 4

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian ........................................................ 5

BAB: II KAJIAN TEORI

A. Pengertian Belajar ..................................................................................... 6

B. Teori Belajar Menurut Para Ahli............................................................... 11

C. Karakteristik Prestasi Belajar .................................................................... 14

D. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ............................................ 15

E. Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar ......................................... 16

F. Hasil Penelitian Yang Relevan ................................................................. 19

BAB: III METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian ....................................................................................... 21

B. Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 21

C. Metode Analisis Data ................................................................................ 22

D. Prosedur Penelitian.................................................................................... 23

BAB: IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif ................................................... 25

Page 11: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

vi

1. Sekilas tentang Q.S aL-Alaq/ 96: 1-5 ................................................. 25

2. Teks Ayat dan Terjemah Q.S aL-Alaq/ 96: 1-5 .................................. 25

3. Mufradat (Penjelasan Kata) Q.S aL-Alaq/ 96: 1-5.............................. 26

4. Munasabat Q.S aL-Alaq/96: 1-5 ......................................................... 26

5. Asbabun Nujul Q.S aL-Alaq/96: 1-5 .................................................. 27

B. Pembahasan Hasil Penelitian. ................................................................... 32

1. Tafsir Q.S aL-Alaq/ 96: 1-5 ................................................................ 32

2. Kandungan Q.S aL-Alaq/ 96: 1-5 ....................................................... 40

3. Urgensi Belajar menurut Q.S aL-Alaq/ 96: 1-5 .................................. 44

BAB: V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................... 50

B. Implikasi ................................................................................................... 51

C. Saran .......................................................................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan yang cepat dari lingkungan yang cepat harus diimbangi

oleh perkembangan yang cepat pula dari individu warganya. Untuk itu setiap

individu manusia dituntut untuk belajar. Individu warga masyarakat yang

banyak belajar akan mempercepat perkembangan masyarakatnya,

perkembangan masyarakat yang cepat menuntut warga masyarakat belajar

lebih banyak lebih intensif .

“Sejalan dengan itu, Al-qur’an menjelaskan tentang pentingnya

tanggung jawab intelektual dalam melakukan berbagai kegiatan. Dalam kaitan

ini, Al-qur’an menganjurkan manusia untuk belajar dalam arti seluas-luasnya

hingga akhir hayat, mengharuskan seseorang agar berkeja dengan dukungan

ilmu pengetahuan, keahlian dan keterampilan yang dimiliki”.1

“Paradigma Islam melihat masalah pendidikan sebagaimana di jumpai

dalam Al-qur’an ini tampak belum sepenuhnya dipahami dan di praktekkan

oleh ummat Islam di Indonesia. buktinya mayoritas ummat Islam di Indonesia

masih amat terbelakang dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi,

kebudayaan, peradaban dan lain sebagainya.”2

1 M.Quraish Shihab, Membumikan Al-qur’an, (Bandung: Mizan, 2007), h. l 4.

2 M.Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah Vol 15 (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 4

Page 13: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

2

Hal ini merupakan kondisi yang memperlihatkan masih ada kesenjangan

atau jurang yang amat dalam antara umat Islam dengan ajaran al-qur’an dan

as-sunnah yang seharusnya diamalkan.“Kesenjangan ini boleh jadi karena

umat Islam belum banyak memahami tentang kandungan ajaran Al- qur’an

dan As-sunnah itu, dan secara khusus belum banyak ulama yang memberikan

fokus perhatian terhadap kajian pendidikan dari persepektif Al-Qur’an”.3

Ayat-ayat tentang pendidikan banyak terdapat di dalam Al-qur’an

meskipun masih bersifat umum sehingga tidak mudah untuk diaplikasikan

dalam kehidupan. Oleh karena itu ayat-ayat tentang pendidikan itu perlu di

kaji secara seksama agar dapat ditangkap petunjuknya dan dapat diterapkan di

tengah masyarakat untuk membimbing kita kejalan yang benar. Seperti halnya

yang terdapat pada surat Al-Alaq ayat 1-5 disamping sebagai ayat pertama

juga sebagai penobatan Muhammad SAW sebagai Rasulullah atau utusan

Allah kepada seluruh umat manusia untuk menyampaikan risalah-Nya.

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan (1), Dia

telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan

Tuhanmulah yang Maha Pemurah (3), Yang mengajar (manusia) dengan

perantaran kalam (4), Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya (5)”(Q.S Al-Alaq/96:1-5)4

Surat Al-Alaq ayat 1-5, menerangkan bahwa Allah menciptakan manusia

dari benda yang hina dan memuliakannya dengan mengajar membaca, menulis

dan memberinya pengetahuan. Dengan kata lain, bahwa manusia mulia di

hadapan Allah swt. apabila memiliki pengetahuan, dan pengetahuan bisa

3 Ibid, h. 4

4 Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: Depag RI, 1998), h. 1079

Page 14: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

3

dimiliki dengan jalan belajar. Allah menyuruh manusia untuk belajar dan

berfikir. Iqra yang berarti bacalah adalah sebagai simbol pentingnya

pendidikan bagi umat Islam karena pendidikan merupakan masalah hidup

yang mewarnai kehidupan manusia dan mengharuskan untuk mencarinya yang

tidak terbatas pada usia, tempat, jarak, waktu dan keadaan.

“Betapa pentingnya ilmu pengetahuan bagi manusia, sebab ilmu adalah

makanan jiwa dan akal, dengan ilmu bertambahlah pengertian dan

kemampuannya untuk menanggapi dan mengetahui sesuatu”.5

Ayat tersebut dengan jelas memberi informasi dan sekaligus perintah

bahwa manusia harus selalu belajar, agar mengetahui yang semula tidak di

ketahuinya. Mahmud syaltout dalam bukunya “min taujihat al-Islam” yang di

terjemahkan oleh H. Bustami A. Gani mengungkapkan bahwa “Islam telah

menyatakan perang terhadap kebodohan. Menurutnya disini Islam menaruh

perhatian sepenuhnya untuk memberi petunjuk kepada jalan yang dapat

membersihkan masyarakat dari kebodohan dan membersihkanya dari

penyakit. Maka Islam telah memeranginya sampai disarang manapun ia

berada dan dalam bentuk bagai mana pun”.6

Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan (belajar) memegang

peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat tersebut,

oleh karena itu pendidikan merupakan usaha melestarikan, dan mengalihkan

serta mentranfortasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspeknya dan

jenisnya kepada generasi penerus. Demikian pula halnya dengan peranan

pendidikan dikalangan umat Islam, merupakan salah satu bentuk manifestasi

dari cita-cita hidup Islam untuk melestarikan, mengalihkan dan menanamkan

(internalisasi) dan mentransformasikan nilai-nilai Islam tersebut kepada

pribadi generasi penerusnya sehingga nilai-nilai cultural-religius yang dicita-

5 Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan, Terj. Ibrahlm Hasan, (Jakarta:

Bulan Bintang, 1979), h. 107 6 Mahmud syaltout, Min taujihat al-Islam, terjemah h. Bustami A. Gani, ( tuntunan islam)

(Jakarta: Bulan Bintang, 1973) h. 81.

Page 15: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

4

citakan tetap berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu-

kewaktu.

Manusia itu diberi kemuliaan dengan akal yang dapat digunakan untuk

berpikir, mencari tahu, sebagaimana Allah SWT telah mengajarkan pada

Adam nama-nama benda sehingga malaikat pun mengakui tentang kemuliaan

dan kepintaran Adam, sebagai manusia yang pertama kali diciptakan oleh

Allah SWT.

Menurut pandangan Islam kewajiban menuntut ilmu tidak kalah

pentingnya dengan berjihad, dalam arti pendidikan dan pengajaran serta

keimanan harus seimbang. Karena seorang mukmin yang sempurna adalah

mampu mengamalkan ilmunya dengan dasar takwa kepada Allah SWT.

Melihat betapa pentingnya Pendidikan melalui proses belajar bagi

kehidupan manusia, maka penulis berminat untuk menganalisis terhadap

konsep belajar menurut kajian Al-Quran Surat Al-Alaq ayat 1-5. Berkenaan

dengan hal tersebut, penulis memilih judul “Urgensi Belajar Menurut Al-

Qur’an (Study Tafsir Q.S Al-Alaq/ 96: 1-5)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, penulis dapat

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Urgensi belajar belajar menurut Q.S al-Alaq/ 96: 1-5

2. Proses penciptaan manusia menurut Q.S al-Alaq/ 96: 1-5

3. Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Q.S al-Alaq/ 96: 1-5

4. Penafsiran para ulama Q.S al-Alaq/ 96: 1-5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penulis membatasi

masalah sebagai berikut:

1. Urgensi belajar menurut Q.S al-Alaq/ 96: 1-5

2. Penafsiran para ulama tentang Q.S al-Alaq/ 96: 1-5

D. Perumusan Masalah

Page 16: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

5

Adapun rumusan masalah dari pembahasan ini adalah:

1. Bagaimana urgensi belajar dalam Q.S al-Alaq/ 96: 1-5 ?

2. Bagaimana penafsiran para ulama tentang Q.S al-Alaq/ 96: 1-5 ?

E. Tujuan dan Manfaat Hasil Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Untuk mengetahui urgensi belajar dalam Q.S al-Alaq/ 96: 1-5

b. Untuk mengetahui bagaimana penafsiran para ulama tentang Q.S al-

Alaq/ 96: 1-5

2. Manfaat penelitian :

a. Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang urgensi

belajar menurut Q.S al-Alaq/ 96: 1-5

b. Bagi penulis agar menambah wawasan tentang urgensi belajar menurut

Q.S al-Alaq/ 96: 1-5, sebagai modal dasar dalam menghadapi

perkembangan zaman modern sekarang ini.

c. Hasil penelitian ini merupakan langkah awal dan dapat dikembangkan

oleh peneliti selanjutnya.

Page 17: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

6

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Pengertian Belajar

Istilah belajar sudah akrab dengan kehidupan kita sehari-hari.

Dimasyarakat, kita menjumpai penggunaan istilah belajar, seperti belajar

membaca, belajar bernyanyi, belajar berbicara, belajar matematika dan lain-

lain. Masih banyak penggunaan istilah belajar, bahkan termasuk kegiatan

belajar yang sifatnya lebih umum dan tidak mudah diamati, seperti belajar

hidup mandiri, belajar menghargai waktu, belajar berumah tangga, belajar

bermasyarakat dan sebagainya.

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai barbagai macam

kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar juga sebagai karakteristik yang

membedakan manusia dengan makhluk lain, merupakan aktivitas yang selalu

dilakukan sepanjang hayat manusia.

“Belajar juga merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk

mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatiahan atau

pengalamaan-pengalaman”1. Dari itu perlu adanya pemahaman yang jelas

tentang devinisi belajar.

“Bilamana pengertian belajar ditunjukan untuk penguasaan bahan

pelajaran semata, akan memberikan makna yang terlalu sempit dan bersifat

1 Baharuddin , Pendidikan & Psikologi Perkembangan, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

2010) h. 162.

Page 18: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

7

intelektualitas. Para ahli berpendapat bahwa belajar bukan sekedar penguasaan

bahan akan tetapi terjadinya perubahan tingkah laku sehingga terbentuk suatu

kepribadian yang baik”.2

“Timbulnya perbedaan definisi belajar demikian disebabkan oleh adanya

perbedaan sudut pandang dan disiplin ilmu para pakar pendidikan”.3

Hal ini dapat dikemukakan beberapa definisi belajar menurut para pakar

pendidikan sebagai berikut :

1. Menurut Lyle E. Bourne, JR; Bruce R. Ekstrand: Belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif tetap yang diakibatkan oleh

pengalaman dan latihan.

2. Clifford T. Morgan: Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif

tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu.

3. Dr. Musthofa Fahmi : Belajar adalah ungkapan yang menunjuk aktivitas

yang menghasilkan perubahan-perubahan tingkah laku atau pengalaman.

4. Goilford : Belajar adalah perubahan tingkah laku yang dihasilkan dari

rangsangan.4

Selain itu, “belajar juga diartikan sebagai suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dengan

lingkungannya”.5

Sedangkan belajar menurut Salman A.M dalam bukunya “Interaksi

motivasi belajar” mengatakan bahwa “Secara umum belajar dapat diartikan

sebagai kegiata psikofisik menuju perkembangan pribadi yang utuh,

sedangkan secara sfesifik belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan

2

Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Pres,

2002), h. 21. 3

Oemar Hamalik, Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar , (Bandung: Tarsito, 1982), h.

23. 4 Slameto,. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta),

h. 2. 5 Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,

1994), h. 21.

Page 19: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

8

materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju

terbentuknya kepribadian yang utuh”.6

Berdasarkan definisi-definisi di atas, apa yang di kemukakan oleh para

ahli itu berbeda-beda pendiriannya dan berlain-lain titik tolaknya. Dengan

demikian, penulis dapat menyimpulkan belajar adalah perubahan tingkah laku

yang relatif tetap yang terjadi karena latihan dan pengalaman. Dengan kata

lain yang lebih rinci belajar adalah suatu aktivitas atau usaha yang disengaja,

aktivitas tersebut menghasilkan perubahan,

Pendapat lain yaitu menurut Ngalim Puranto dalam bukunya “Psikologi

Pendidikan” bahwa “belajar adalah suatu proses pengenalan diri terhadap

sesuatu yang baru dilihat, didengar atau pun dibaca yang dijadikan sebagai

pengalaman sehingga terjadi perubahan dan sifatnya menetap”.7

Bila direnungkan dengan seksama tentang histori kehadiran agama Islam

dan bahkan kehadiran pertama manusia di muka bumi, akan ditemukan

kegiatan pertama dan utama menyertai kehadirannya yaitu belajar.

Kehadiran seseorang dengan posisi hidup baru selalu berusaha untuk

mencari dan menambah pengalaman ditempatnya yang baru guna memahami

dan menguasai situasi dan kondisi alam lingkungannya untuk segera dapat

beradaptasi dan hidup seimbang untuk mendapatkan pengalaman ini

diperlukan kegiatan belajar.

Setiap kehidupan manusia selalu memerlukan belajar, karena hal ini

ditentukan oleh gerak dinamika pembangunan serta perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi serta alam semesta dan gerak pembangunan dalam

berbagai bidang, maka belajar juga mutlak diperlukan.

Banyak ayat-ayat Al-Qur'an yang menjelaskan tentang hakekat belajar.

Diantara ayat-ayat tersebut adalah:

6 Salaman, A. M, Interaksi dan Motivasi Belajar, (Jakata: CV. Rajawali, 1986) cet. ke-1. h. 23

7 Ngalim Puranto, Psikologi Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosda Karya), h. 84.

Page 20: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

9

1. Firman Allah Q.S Al-taubat : 122

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya

(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di

antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan

mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya

apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat

menjaga dirinya” 8

2. Firman Allah Q.S Al-Isra : 12

“Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu Kami

hapuskan tanda malam dan Kami jadikan tanda siang itu terang, agar

kamu mencari kurnia dari Tuhanmu, dan supaya kamu mengetahui

bilangan tahun-tahun dan perhitungan. Dan segala sesuatu telah Kami

terangkan dengan jelas”9.

Berdasarkan Firman-firman Allah di atas, jelas sekali kedudukan dan

posisi belajar dalam kehidupan manusia yang harus dijadikan perhatian yang

8 Depag RI, Al-Qur’an dan terjemahnya (Jakarta: Depag RI, 1998), h. 301-302

9 Ibid, h. 426.

Page 21: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

10

serius, sehingga bisa dijadikan sebagai suatu kebutuhan dalam kehidupan,

bukan hanya sekedar sebagai kewajiban semata.

Di dalam masyarakat Islam sekurang-kurangnya terdapat tiga sistilah

belajar yang digunakan untuk konsep pendidikan, yaitu 1). tarbiyah (ترتيه), 2).

ta’lim (تعليم ), dan 3).ta’dib (تأدية).

1. Tarbiyah: menurut para pendukungnya, tarbiyah berakar pada tiga kata,

yaitu: pertama raba yarbu ( رتا,يرتو ) yang berarti bertambah dan tumbuh,

kedua rabiya yarba ( رتي,يرتى ) yang berarti tumbuh berkembang, ketiga,

kata, rabba yarubbu (رب, يرب) yang berarti memperbaiki, menguasai,

memimpin, menjaga, dan memelihara

Penggunaan istilah tarbiyah untuk menandai konsep pendidikan dalam

Islam, meskipun telah berlaku umum, teryata masih merupakan masalah

khilafiah (kontroversial). Diantara ulama pendidikan Muslim kontemporer

ada yang cenderung menggunakan istilah ta‟lim atau ta‟dib sebagai

gantinya.10

2. Ta‟lim; adalah proses pembelajaran secara terus-menerus sejak manusia

lahir melalui pengembangan fungsi-fungsi pendengaran, pengelihatan, dan

hati11

.

3. Ta‟dib; istilah Ta‟dib untuk menandai konsep pendidikan dalam Islam

ditawarkan oleh Al-Attas. Istilah ini berasal dari kata adab dan, pada

pendapatnya, berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa

pengetahuan dan wujud berfungsi teratur secara hirarkis sesuai berbagai

tingkatan dan derajat tingkatannya serta tentang tempat seseorang yang

tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kapasitas dan

ppotensi jasmani, intelektual, maupun rohani seseorang. Dengan

pengertian ini, kata adab mencakup pengertian „ilm dan „amal.12

Ketiga istilah belajar tersebut mempunyai makna yang saling berkaitan

antara satu dengan yang lainnya, karena ketiga istilah ini sama-sama

10

Noer Aly, Ilmu Pendidikan Islam (Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 3 11

Ibid, h. 7 12

Ibid, h. 9

Page 22: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

11

digunakan dalam konsep pendidikan. dan proses belajar itu sendiri merupakan

bagian dari pendidikan.

Oleh karena itu, dalam sub bab selanjutnya penulis akan mengemukakan

teori-teori pendidikan menurut para ahli.

B. Teori Belajar Menurut Para Ahli.

1. William stern

Berpendapat bahwa pendidikan dan belajar bertumpu pada teori

konvergensi bahwa bagaimana kuatnya pendidikan hasil sintesis dari dua teori

sebelumnya yang dikenal dengan teori konvergensi.berpengaruh pada faktor

internal dan eksternal. Yang termasuk internal adalah : bawaan sejak lahir,

berupa bakat, talenta, kecerdasan intelektual, emosional dan spritual. Adapun

eksternal adalah lingkungan dan masyarakat.13

2. Benyamin S. Bloom

Gagasan pemikiran pendidikan juga belajar Benyamin S.Bloom adalah

tentang pentingnya belajar tuntas, yaitu belajar yang berorientasi pada

tercapainya materi pendidikan yang selanjutnya dapat membentuk watak dan

karakter anak didik. Tujuan pendidikan diarahkan pada tercapainya ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik yang hingga kini masih jadi acuan dalam

menetapkan indikator keberhasilan belajar juga pendidikan.14

3. Syekh Zarnuji

Dala kitab Ta‟limul muta‟allim Ia berpendapat tentang konsep

pendidikan dalam belajar :

13

Ibid, h. 25 14

Ibid, h. 25

Page 23: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

12

,

,

Seseorang yang menuntut ilmu harus bertujuan mengharap rida Allah,

mencari kebahagiaan di akhirat, menghilangkan kebodohan baik dari dirinya

sendiri maupun dari orang lain, menghidupkan agama, dan melestarikan

Islam. Karena Islam itu dapat lestari, kalau pemeluknya berilmu. Zuhud dan

taqwa tidak sah tanpa disertai ilmu. Syekh Burhanuddin menukil perkataan

ulama sebuah syair: “orang alim yang durhaka bahayanya besar, tetapi

orang bodoh yang tekun beribadah justru lebih besar bahayanya

dibandingkan orang alim tadi. Keduanya adalah penyebab fitnah di kalangan

umat, dan tidak layak dijadikan panutan”.15

Lebih jelas Syekh Zarnuji mengemukakan tentang tujuan pendidikan

adalah : Seseorang boleh memperoleh ilmu dengan tujuan untuk memperoleh

kedudukan, kalau kedudukan tersebut digunakan untuk amar makruf nahi

munkar, untuk melaksanakan kebenaran dan untuk menegakkan agama Allah.

Bukan mencari keuntungan untuk dirinya sendiri, dan tidak pula karena

memperturutkan nafsu. Seharusnyalah bagi pembelajar untuk

merenungkannya, supaya ilmu yang dia cari dengan susah payah tidak

menjadi sia-sia. Oleh karena itu, bagi pembelajaran janganlah mencari ilmu

untuk memperoleh keuntungan dunia yang hina, sedikit dan tidak kekal.

Seperti kata sebuah syair: Dunia ini lebih sedikit dari yang sedikit, orang yang

terpesona padanya adalah orang yang paling hina. Dunia dan isinya adalah

sihir yang dapat menipu orang tuli dan buta. Mereka adalah orang-orang

bingung yang tak tentu arah, karena jauh dari petunjuk.16

4. Imam Nawawi Al-Bantani

Nawawi termasuk dalam aliran Konservatif Religius dan Rasional

Religius. Karena ia dalam menggambarkan ide-ide dasar pendidikan,

disamping kecenderungan nuansa agamisnya kuat, juga agama dikemas

dengan rasional, khusunya menghargai potensi akal aktif dan kebebasan

15

Syekh Jarnuzi, Talimul Muta’alim, (Jakarta : Pustaka Amani :2001) Hal 5 16

Ibid, h., 5

Page 24: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

13

berkehendak. Di satu sisi penafsirkan realitas dunia berpangkal pada ajaran

agama, tetapi juga dipahaminya secara rasional, seperti keteraturan, tetap dan

keterulangan, dan punya ukuran-ukuran yang pasti. Bahkan paling baik

pembuktian kebenaran tauhid menurutnya adalah melalui pemikiran rasional

terhadap keteraturan dan kerahasiaan alam bukan dengan jalan doktrin. Dari

sini akhirnya kalbu merasakan adanya sesuatu yang melampaui semua yang

ada yakni Pencipta yang tidak diciptakan, Yang Maha Mengatur, yang tidak

diatur, dan Maha Sempurna yang tidak ada kurang-Nya. Di satu sisi

memperoleh ilmu, dijadikan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan

keagamaan yakni ridha Allah dan kebahagiaan akhirat. Tetapi ilmu juga harus

dijadikan untuk memajukan peradaban dengan menghilangkan kebodohan dari

manusia. Bahkan pemikiran keagamaan harus dikembangkan atas dasar iman

dan ilmu. Etika pendidik dan peserta didik disamping kapabilitas

keagamaannya harus dipenuhi, juga kapabilitas keilmuan dan profesionalitas.

Mengenai tujuan pendidikan, disamping kecenderungannya menjadikan

tujuan-tujuan keagamaan sebagai tujuan yang berada di dalamnya juga ilmu

untuk peradaban. Demikian juga dalam hal klasifikasi ilmu. Ilmu-ilmu yang

wajib personal dan komunal diarahkan kepada ilmu-ilmu keagamaan,

sedangkan ilmu-ilmu yang lainnya kurang mendapat tekanan. Dari pandangan

Nawawi tersebut tentu terdapat dampak positif edukatif dan negatif edukatif.

Dampak edukatif positifnya ialah rasa tanggung jawab yang sangat kuat pada

pemikiran pendidikannya, dan mengukuhkan rasa tanggung jawab moral itu.

Penghargaannya terhadap persoalan pendidikan Islam sangat tinggi, bahkan

menilainya sebagai wujud tanggang jawab keagamaan yang sangat luhur.

Tugas mengajar dan belajar tidak sekedar sebagai tugas-tugas profesi dan

kemanusiaan tetapi lebih jauh dari itu yakni sebagai tugas agama. Tanggung

jawab keagamaan sebagai titik sentral dalam pendidikan Islam dan didampingi

tanggung jawab kemanusiaan.17

17

Rofiudin , Sejarah Hidup Syekh Nawawi, (Tangerang : Pustaka cipta, 1992), hal 5

Page 25: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

14

Berdasarkan pandangan tersebut, dapat diketahui, bahwa yang dimaksud

dengan asas belajar adalah sejumlah ilmu yang secara fungsional sangat

dibutuhkan untuk membangun konsep pendidikan, termasuk pula dalam

melaksanakannnya.

Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan sebagai sebuah ilmu sangat

membutuhkan dukungan dari ilmu-ilmu lain, seperti ilmu sejarah, psikologi

manajemen, sosiologi, antropologi, teologi dan sebagainya.

C. Karakteristik Prestasi Belajar

Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya prestasi belajar, beliau

mengatakan bahwa karakteristik prestasi belajar adalah “adanya tiga

perubahan yaitu: satu, perubahan intensional yaitu perubahan yang dalam

proses belajar berkat pengalaman atau praktek yang dilakukan dengan sadar

bukan karena kebetulan, dua, perubahan fositif-aktif, fositif artinya sesuai

dengan harapan, dan aktif adalah tidak terjadi dengan sendirinya seperti

karena proses kematangan, tiga, perubahan efektif-fungsional, efektif artinya

perubahan tersebut membawa pengaruh, makna dan manfa‟at tertentu bagi

siswa, sedangkan fungsional adalah perubahan yang relatif menetap dan setiap

saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksikan dan

dimanfaatkan.18

Berdasarkan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya dalam belajar itu terdapat adanya perubahan-perubahan tingkah laku

dengan sadar bukan karena kebetulan semata. Karena manusia adalah

makhluk yang termulia di alam jagat raya ini, karena menusia adalah makhluk

yang berfikir dengan adanya akal.

Sebagai mana yang dikemukakan oleh M. Quraish Shihab dalam

bukunya Membumikan Al-quran bahwa prinsip yang menjadi asas belajar

berupa pandangan tentang manusia mengandung arti kepercayaan bahwa

18

Muhibbin syah. M. Ed, Psikologi belajar, ( Jakarta: PT. Logos wacana Ilmu, 1999), cet.

Ke-1, h. 106

Page 26: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

15

manusia adalah sebagai makhluk yang termulia dialam jagat raya. Ia adalah

sebagai makhluk yang berfikir, mempunyai tiga dimensi, yaitu badan, akal,

ruh, sebagai makhluk yang dapat menerima warisan yang bersumber dari alam

lingkungan, memiliki motovasi dan kebutuhan, memiliki perbedaan antara

satu dan lainnya, serta mempunyai keluwesan sifat dan dapat berubah.19

D. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Kegiatan belajar yang dilakukan seseorang tidak berarti tidak ada

hambatan, namun terdapat banyak faktor yang dapat menjadi problem untuk

melakukan kegiatan tersebut.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

1. Faktor yang ada pada diri siswa yang disebut faktor individu, seperti

motif, kematangan, kondisi, jasmani, keadaan alat indra, sikap, minat

kapasitas belajar.

2. Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial (eksternal)

seperti keluarga, sekolah dan masyarakat.20

Dari paparan tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak meliputi faktor internal

dan faktor eksternal. Adapun faktor internal adalah faktor yang berasal dari

dalam diri individu sendiri seperti motif, kematangan, kondisi Jasmani,

kedalam antara, sikap, minat, kapasitas belajar. Dan faktor eksternal adalah

faktor yang berasal dari luar individu seperti keluarga, sekolah dan

masyarakat.

E. Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar :

Dalam belajar tidaklah selalu berhasil, tetapi sering kali hal-hal yang

mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya menjadi gangguan yang

19

M. Quraish Shihab , Membumikan Al-Qur’an, (Bandung : Mizan, 1992), h. 45 20

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1992), h. 106

Page 27: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

16

menghambat kemajuan belajar. Kegagalan atau kesulitan belajar biasanya ada

hal atau faktor yang menyebabkannya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar adalah :

1. Faktor Internal

Faktor internal faktor internal adalah faktor yang bersumber dari

dalam diri individu itu sendiri, yang dapat dibedakan atas beberapa faktor

yaitu intelegensi, minat, bakat, dan kepribadian.

a. Faktor Intelegensi

Intlegensi ini dapat mempengaruhi kesulitan belajar seorang anak.

Keberhasilan belajar serang anak ditentukan dari tinggi rendahnya

tingkat kecerdasan yang dimilikinya, dimana seorang anak yang

memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi cendrung akan lebih berhasil

dalam belajarnya dibandingkan dengan anak yang intelegensinya

rendah.

b. Faktor Minat

Faktor minat dalam belajar sangat penting. Hasil belajar akan lebih

optimal bila disertai dengan minat. Dengan adanya minat mendorong

kearah keberhasilan, anak yang berminat terhadap suatu pelajaran akan

lebih mudah untuk mempelajarinya dan sebaliknya anak yang kurang

berminat akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.

c. Faktor Bakat

Bakat ini dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika bakat ini

kurang mendapatkan perhatian. Hal ini sesuai dengan pendapat yang

menjelaskan bahwa: bakat setiap orang berbeda-beda, orang tua

kadang-kadang tidak memperhatikan faktor bakat ini. Anak sering

diarahkan sesuai dengan kemauan orang tuanya, akibatnya bagi anak

merupakan sesuatu beban, tekanan dan nilai-nilai yang ditetapkan oleh

anak buruk serta tidak ada kemauan lagi untuk belajar.21

d. Faktor Kepribadian

21

Ibid, h. 324

Page 28: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

17

Faktor kepribadian dapat menyebabkan kesulitan belajar, jika tidak

memperhatikan fase-fase perkembangan (kepribadian) seseorang. Hal

ini sebagaimana pendapat menjelaskan bahwa: fase perkembangan

kepribadian seseorang tidak selalu sama fase pembentuk kepribadian

ada beberapa fase yang harus dilalui. Seorang anak yang belum

mencapai suatu fase tertentu akan mengalami kesulitan dalam berbagai

hal termasuk dalam hal belajar.22

Dari pendapat tersebut, menunjukkan bahwa tidak semua fase-fase

perkembangan (keperibadian) ini akan berjalan dengan begitu saja tanpa

menimbulkan masalah, malah ada fase tertentu yang menimbulkan berbagai

persoalan termasuk dalam hal kesulitan dalam belajar.

2. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah merupakan faktor yang datang dari luar diri

individu. Faktor eksternal ini dapat di bedakan menjadi tiga faktor yaitu

a. Faktor Keluarga

Peranan orang tua (keluarga) sebagai tempat yang utama dan pertama

didalam pembinaan dan pengembangan potensi anak-anaknya. Namun

tidak semua orang tua mampu melaksanakanya dengan penuh tanggung

jawab.

Beberapa hal yang dapat menimbulkan persoalan yang bersumber dari

keluarga adalah seperti:

1) sikap orang tua yag mengucilkan anaknya, tidak mepercayai, tidak

adil dan tidak mau menerime anaknya secara wajar,

2) broken home, perceraian, percekcokan,

3) Didikan yang otoriter, terlalu lemah dan memanjakannya,

4) Orang tua tidak mengetahui kemampuan anaknya, sifat

kepribadian, minat, bakat, dan sebagainya

Ada beberapa aspek yang dapat menimbulkan masalah kesulitan

belajar seorang anak yaitu:

22

Ibid, h. 235

Page 29: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

18

1) Didikan orang tua yang keliru,

2) Suasana rumah yang kurang aman dan kurang harmonis,

3) Keadaan ekonomi orang tua yang lemah.23

b. Faktor Lingkungan Sekolah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal setelah keluarga dapat

menjadi masalah pada umumnya, dan khususnya masalah kesulitan

belajar pada siswa.

Hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan bahwa lingkungan

sekolah dapat menjadikan faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar

seperti:

1). Cara penyajian pelajaran kurang baik.

2). Hubungan guru dan murid kurang harmonis.

3). Hubungan antara burid dengan murid itu sendiri tidak baik

4). Bahan pelajaran yang disajikan tidak dimengerti siswa, dan

5). Alat-alat pelajaran yang tersedia kurang memadai.24

c. Faktor Lingkungan Masyarakat

Faktor lingkungan masyarakat sangat berperan di dalam

pembentukan kepribadian anak, termasuk pula kemampuan atau

pengetahuannya. Dimana lingkungan masyarakat yang memiliki

kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, seperti: suka minum-minum

minuman keras, penjudi dan sebagainya, dapat menghambat

pembentukam kepribadiaan dan kemampuan, termasuk pula dalam

proses belajar mengajar seorang anak.25

Dari ketiga faktor eksternal ini dapat disimpilkan bahwa faktor yang

paling berpengaruh adalah faktor linkungan masyarakat diantara kedua factor

lainnya, karena anak lebih banyak menghabisakn waktunya di lingkungan

masyarakat dari pada di rumah dan disekolah, sehingga pengaruhnya lebih

besar. tapi bukan berarti kedua faktor yang lainnya tidak berpengaruh.

23

Ibid, h. 235 24

Ibid, h. 201 25

Ibid, h. 236

Page 30: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

19

F. Hasil Penelitian Yang Relevan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa buah karya yang

berisi dan berkaitan dengan pembahasan urgensi belajar, diantaranya yaitu:

1. Dalam suatu skripsi saudara Siti Masádah dengan nomor induk 3198135

menulis tentang "konsepsi al Quran Surat aL-Ghasiyah ayat 17-20

kaitannya dengan Urgensi Ilmu pengetahuan Alam bagi Pendidikan Islam"

yang memaparkan bahwa ilmu pengetahuan alam sangat diperlukan dalam

mencapai tujuan pendidikan Islam, untuk membentuk insan kamil yang

selain taat beribadah kepada Allah SWT, juga mempunyai kemampuan

yang maksimal dalam melaksanakan tugasnya sebagai khalifah Allah

SWT dimuka bumi. Karena mempelajari ilmu pengetahuan alam

mempunyai manfaat yaitu: dengan akal sehatnya manusia akan berfikir

bahwa semua yang diamati pasti ada yang mencipta, juga manusia

diharapkan dapat mengkaji, memilih, dan mengekspresikan yang ada di

sekitarnya untuk lebih meningkatkan kualitas hidup dan keyakinan pada

Allah SWT.26

2. Dalam bentuk skripsi, saudara Fatihatun Ni'mah Hasan membahas "Nilai-

Nilai Keimanan Dalam Surat aL-Mukminun Ayat 1-5 dan Implikasinya

Dalam Pendidikan Islam" yang memaparkan bahwa ada hubungan nilai-

nilai keimanan dengan pendidikan, sebab pendidikan merupakan sarana

untuk membentuk nilai-nilai keimanan melalui aktualisasi serta fungsi dari

nilai-nilai Islam tersebut ketika ada perubahan masyarakat modern dengan

kekuatan Ilmu pengetahuan dan teknologi.27

Dari dua skripsi di atas, dapat ditarik persamaan dan perbedaan. Adapun

persamaan penelitian yaitu sama-sama meneliti tentang pendidikan khususnya

pendidikan Islam. Sedangkan perbedaannya yaitu peneliti pertama lebih fokus

terhadap perlunya ilmu pengetahuan dalam mencapai tujuan pendidikan Islam,

26

Siti Mas'adah, Konsepsi Al-Quran Surat al-Ghosiyah 17-20 Kaitannya Dengan

Urgensi Ilmu Pengetahuan Alam, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN WS

Semarang). 27

Fatihun Ni‟mah Hasan, Nilai-Nilai keimanan Dalam Surat al-Mukminun 1-5 dan

Implikasinya Dalam Pendidikan Islam, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN WS

Semarang)

Page 31: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

20

sedangkan peneliti kedua lebih fokus terhadap hubungan nilai-nilai keimanan

dengan pendidikan. Adapun penulis sendiri lebih fokus terhadap pentingnya

belajar dalam pendidikan islam.

Page 32: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

21

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dalam waktu beberapa bulan, dengan

pengaturan waktu sebagai berikut : bulan desember 2013 sampai dengan bulan

juli 2014 digunakan untuk mengumpulkan data mengenai sumber - sumber

tertulis yang diperoleh dari teks book yang ada di perpustakaan, serta sumber

lain yang mendukung penelitian, terutama yang berkaitan dengan urgensi

balajar menurut Q.S aL-Alaq/96: 1-5

B. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis menggunakan

pendekatan penelitian kualitatif, dengan pendekatan yang digunakan dalam

penulisan skripsi ini adalah “menggunakan metode berfikir deduktif, artinya

menganalisis data yang bersifat umum menuju kepada peristiwa yang

khusus”.1

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan pendekatan

kepustakaan (library reseach). Untuk mendapatkan data-data penelitian,

penulis mengumpulkan bahan kepustakaan, dengan cara membaca, menelaah

buku-buku, surat kabar, majalah, dan bahan-bahan informasi lainnya terutama

yang berkaitan dengan urgensi belajar menurut Q.S al-Alaq/:1-5 dan beberapa

sumber diantaranya sebagai berikut:

1 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), h. 36.

Page 33: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

22

Secara sederhana upaya yang dilakukan dalam pengumpulan data yang

ada dalam buku diklasifikasikan menjadi dua yaitu, buku-buku yang

merupakan sumber primer dan buku-buku yang merupakan sumber sekunder.

1. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber pokok yang diperoleh dari aL-Qur’an surat

al-Alaq ayat 1-5. Hadits dan Kitab-kitab yang berkaitan dengan Urgensi

belajar seperti kitab tafsir aL-Misbah (M. Quraish Shihab), tafsir Jalalain

(Jalaluddin Al-Mahalli dan Jalaluddin As-Suyuti) dan tafsir Nurul Quran

(Allamah Kamal Faqih Imani)

2. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber penunjang dan pembanding data yang

dianggap relevan, seperti tafsir Ayat-ayat pendidikan (DR. Abuddin Nata,

MA.), Membumikan Al-Quran (M. Quraish Shihab)

C. Metode Analisis Data

Adapun dalam menganalisis data, penulis menggunakan metode sebagai

berikut:

1. Metode Tafsir Tahlily

Metode Tafsir Tahlily (analisis) adalah suatu metode tafsir yang

bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat aL-Qur’an dari seluruh

aspeknya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh menurut aL-Farmawy

sebagai berikut :

Mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun

didalam mushaf, penafsiran melalui uraiannya dengan

mengemukakan arti kosa kata diikuti dengan penjelasan mengenai

arti global ayat. Juga mengemukakan munasabah (korelasi) ayat-

ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu

sama lain. Begitu juga penafsir membahas mengenai sebab aL-

Nuzul (latar belakang turunnya ayat) dan dalil-dalil yang berasal

dari Rasul, atau sahabat atau para tabi’in, yang kadang-kadang

bercampur baur dengan pendapat para penafsir itu sendiri dan

diwarnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula

bercampur dengan pembahasan dan lainnya yang dipandang dapat

membantu memahami, nash aL-Qur’an tersebut.2

2 Abd. Al-Hayy al-Farmawy, Metode Tafsir Maudhu'y Suatu Pengantar, Terj. Surya A.

Jarman, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), h. 12.

Page 34: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

23

2. Metode Kontekstual

Metode kontekstual adalah keterhubungan antara yang sentral dan

yang perifier. Studi secara kontekstual “adalah mendukung nash aL-Qur'an

dan hadits sebagai sentral, dan terapan masa lampau, kini dan mendatang

sebagai perifiernya”.3

Adapun cara penyajiannya bersifat deskriptif analitik. Penyajian

deskriptif adalah menjelaskan tentang pengertian, maksud, tujuan, materi,

dari sumber-sumber yang berkaitan sebagai penunjang, dan pembanding

terhadap judul yang akan di teliti.

D. Prosedur Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penulisan

deskriptif analitik, metode yang dilakukan adalah :

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelusuri,

menelaah dan mengkritisi buku-buku atau tulisan lain yang menjadi

rujukan utama serta buku-buku dan tulisan lain yang mendukung

pendalaman dan ketajaman analisis.

2. Teknik Pengolahan Data

Setelah data-data terkumpul lengkap, berikutnya yang penulis lakukan

adalah membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi

data-data yang relevan yang mendukung pokok bahasan, untuk selanjutnya

penulis analisis, simpulkan dalam satu pembahasan yang utuh.

3. Analisis Data

Selanjutnya dalam menganalisis data yang telah terkumpul, penulis

menggunakan teknik deskriptif analitik, yaitu teknik analisa data yang

menggunakan, menafsirkan serta mengklasifikasikan dengan

membandingkan fenomena-fenomena pada masalah yang diteliti melalui

3 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1990),

h. 47.

Page 35: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

24

langkah mengumpulkan data, menganalisa data dan menginterpretasi data

dengan metode berfikir: “Deduktif merupakan teknik berfikir yang

berangkat dari pengetahuan yang sifatnya umum, lalu menyimpulkan

sebagai hal yang sifatnya khusus”.

4. Teknik Penulisan

Teknik penulisan ini berpedoman pada Pedoman Penulisan skripsi

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta Tahun 2013.

Page 36: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

25

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Hasil Analisis Kritis Deskriptif

1. Sekilas Tentang Q. S aL-Alaq/ 96: 1-5

“Surah ini disepakati turun di Mekkah sebelum Nabi Muhammad

SAW. hijrah. Hampir semua ulama sepakat bahwa wahyu aL-Quran

pertama yang diterima Nabi Muhammad SAW. adalah lima ayat pertama

surah ini. Nama yang popular pada masa sahabat Nabi SAW. adalah

Surah Iqra Bismi Rabbika”.1

“Mulai dari permulaan ayat sampai pada firman-Nya: “Ma lam

ya‟lam” adalah ayat-ayat yang pertama kali diturunkan. Diturunkan di

Gua Hira. Demikianlah menurut hadits yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari.”2

2. Teks Ayat dan Terjemah Q. S aL-Alaq/ 96: 1-5

. . .

. .

1 M. Quraish Shihab, AL-Lubab; Makna, Tujuan, dan Pelajaraan dari Surah-Surah Al-

Quran, (Ciputat: Lentera Hati, 2012), Cet. ke-1, h., 687 2 Bahrun Abu Bakar, Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nujul, jilid 2, Terj. dari Tafsir

Jalalain oleh Imam Jalaludin As-Suyuti dan Imam Jalaludin AL-Mahalli, (Bandung: Sinar Baru

Algensindo, 2009), cet. ke-6, h., 1354

Page 37: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

26

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah

Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan

kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS.

Al-„Alaq: 1-5)3

3. Mufradat (Penjelasan Kata) Q.S. aL-Alaq/ 96: 1-5

a. ( زأاق ) bacalah maksudnya mulailah membaca

b. ( باسن ربك) dengan menyebut nama Tuhanmu

c. ( قخل ) Yang telah menciptakan semua makhluk

d. ( الانسان ) jenis manusia

e. ( علق ) bentuk jama dari „alaqoh artinya segumpal darah yang kental

f. ( الاكزم ) maha pemurah

g. ( الذي علن ) yang mengajar manusia menulis

h. ( لقلنباا ) dengan pena ; orang pertama yang menulis dengan qalam

adalah Nabi Idris a.s.

i. ( ها لن يعلن ) apa yang tidak diketahuinya yaitu sebelum Dia

mengajarkan kepadanya hidayah, menulis, dan berkreasi serta hal-hal

lainnya.4

4. Munasabat Q. S al-Alaq/ 96: 1-5

Surat al-„Alaq yang terdiri dari 19 ayat ini tergolong surat yang di

turunkan di Makkah (Makkiyah). Hubunganya dengan surat sebelumnya

(yaitu surat at-Tin) adalah bahwa pada surat sebelumnya itu dibicarakan

tentang penciptaan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, sedangkan

dalam surat al-„Alaq ini di bicarakan tentang penciptaaan manusia dari al-

„Alaq (segumpal darah) hingga nasibnya di akhirat nanti. Dengan

3 Depag RI, Al-Qur‟an dan terjemahnya (Jakarta: Depag RI, 1998), h. 1079.

4 Abubakar, loc. Cit

Page 38: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

27

demikian surat al-„Alaq ini tidak ubahnya seperti al-syarah wa al-bayan

(penjelasan dan keterangan) terhadap keterangan terdahulu.5

5. Asbabun Nujul Q. S aL-Alaq/ 96: 1-5

Setelah menginjak usia empat puluh tahun, Muhammad SAW, lebih

banyak mengerjakan tahannuts dari pada waktu-waktu sebelumnya. Pada

bulan Ramadhan diperbanyaknya perbekalan lebih banyak dari biasanya,

karena akan bertahannuts lebih lama dari pada waktu-waktu sebelumnya.

Dalam melakukan tahannuts kadang-kadang beliau bermimpi, mimpi yang

benar (arru‟ yaa ashshaadiqah). Pada malam 17 Ramadhan, bertepatan

dengan 6 Agustus tahun 610 Massehi, diwaktu Nabi Muhammad SAW.

sedang bertahannuts di Gua Hira, datanglah malaikat Jibril a.s. membawa

tulisan dan menyuruh Muhammad SAW. untuk membaca katanya:

“Bacalah”. Dengan terperanjat Muhammad SAW. menjawab: “Aku tidak

dapat membaca”. Beliau lalu direngkuh beberapa kali oleh malaikat Jibril

a.s. hingga nafasnya sesak, lalu dilepaskannya seraya disuruhnya membaca

sekali lagi: “bacalah”. Tetapi Muhammad SAW. masih tetap menjawab:

“Aku tidak dapat membaca”. Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali,

dan akhirnya Muhammad SAW. berkata: “apa yang kubaca”, kata jibril :

Inilah wahyu yang pertama diturunkan oleh Allah SWT. kepada

Muhammad SAW. dan inilah pula saat penobatan beliau sebagai

Rasulullah, atau utusan Allah kepada seluruh umat manusia, untuk

menyampaikan risalah-Nya.6

Pada saat menerima pengangkatan menjadi rasul ini, umur beliau

mencapai 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut tahun bulan (Qamariyah) atau

39 tahun 3 bulan 8 hari menurut tahun matahari (Syamsiah).

Setelah menerima wahyu itu beliau terus pulang kerumah dalam

keadaan gemetar, sehingga minta diselimuti oleh istrinya, Siti Khadijah.

5 Abudin Nata, Tafsir Ayat-ayt Pendidikan(Tafsir Al-ayat Al-Tarbawi), (Jakarta : PT

RajaGrafindo Persada, 2010) Cet. ke-4, h. 39 6 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 1992), hal 449

Page 39: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

28

Istri yang patuh dan setia itu segera menyelimutinya. Setelah agak cemas

redanya, maka diceritakannya kepada istrinya segala yang terjadi atas

dirinya dengan perasaan cemas dan khawatir. Tetapi istri yang bijaksana

itu sekalipun tidak memperhatikan kekhawatiran dan kecemasan hatinya

bahkan dengan khidmad ia menatap mata suaminya, seraya berkata:

“berbahagialah hai anak pamanku, tatapkanlah hatimu, demi tuhan yang

jiwa Khadijah di dalam tangannya, saya harap engkaulah yang akan

menjadi Nabi bagi umat kita ini. Allah tidak akan mengecewakan engkau;

bukankah engkau yang senantiasa berkata benar selalu menumbuhkan tali

silaturrahim, bukankah engkau yang senantiasa menolong anak yatim,

memuliakan tetamu dan menolong setiap orang yang ditimpa kemalangan

dan kesengsaraan?” demikianlah Siti Khadijah menentramkan hati

suaminya.7

Karena terlampau lelah setelah mengalami peristiwa besar yang baru

saja terjadi itu, maka beliaupun tertidur. Sementara itu Siti Khadijah pergi

kerumah anak pamannya waraqah bin naufal, seorang yang tidak

menyembah berhala, telah lama memeluk agama nasrani dan dapat

menulis dengan bahasa ibrani, telah mempelajari dan menyalin ke bahasa

Arab isi kitab Injil dan Taurat, usianya sudah lanjut dan matanya sudah

buta, lalu diceritakannya oleh Siti Khadijah, apa yang terjadi atas diri

suaminya. Setelah didengarkannya cerita Khadijah itu lalu ia berkata:

“Quddus, Quddus, demi tuhan yang jiwa waraqah di dalam tangannya, jika

engkau membenarkan aku, ya Khadijah, sesungguhnya telah datang

kepadanya (Muhammad) namus akrab (petunjuk Yang Maha Benar),

sebagai pernah datang kepada Nabi Musa a.s.: ia sesungguhnya akan

menjadi Nabi bagi umat kita ini. Dan katakanlah kepadanya hendaklah ia

tetap tenang”. Siti Khadijah kembali ke rumahnya, lalu diceritakannya apa

yang dikatakan oleh Waraqah Bin Nauf, kepada Rasulullah dengan kata-

kata yang lemah lembut yang dapat menghilangkan kecemasan dan

kekhawatiran Rasulullah.

7 Ibid,

Page 40: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

29

Di dalam kitab-kitab tarikh diriwayatkan, bahwa setelah badan Nabi

Muhammad SAW. kelihatan telah segar kembali dan telah seperti sedia

kala, suaranya sudah berangsur tenang, maka Khadijah mengajak Nabi

segera pergi menemui waraqah bin Nauf di rumahnya, dengan maksud

hendak bertanya lebih lanjut secara langsung kepadanya tentang peristiwa

yang telah menimpa diri Nabi yang terjadi di gua hira itu.

Sesampainya Nabi bersama Khadijah di rumah Waraqah bin Nauf,

lalu Nabi menceritakan apa-apa yang baru dialaminya. Kemudian waraqah

berkata: “quddus, quddus! Hai (Muhammad) anak saudaraku, itu adalah

rahasia yang paling besar yang diturunkan Allah kepada Nabi Musa A.S.

wahai kiranya aku dapat menjadi muda dan kuat, semoga aku masih hidup,

dapat melihat, ketika engkau dikeluarkan (diusir) kaummu”.

“Nabi setelah mendengarkan perkataan Waraqah yang sedemikian

itu, lalu beliau bertanya: “Apakah mereka (kaumku) akan mengusir aku?”

waraqah menjawab : “Ya, semua orang yang datang membawa seperti apa

yang engkau bawa ini, aku akan menolong engkau dengan sekuat-kuat

tenagaku”.

“Dengan keteragan waraqah itu, Nabipun merasa mendapat

keterangan dan penjelasan yang jelas tentang peristiwa yang baru

dialaminya itu. Juga Khadijah memang teguh akan keterangan-keterangan

warakah itu, dan memang itulah yang dinanti-nantikan selama ini, berita

gembira tentang keangkatan suaminya menjadi Rasul.”8

Hal ini sebagaimana hadits sebagai berikut:

8 Ibid, h. 342

Page 41: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

30

Imam Ahmad berkata Abdurrazaq bercerita kepada kami, Ma‟mar

bercerita kepada kami dari Az-zuri, dari urwah, dari Aisyah, ia berkata:

wahyu yang pertama kali turun kepada Rasulullah SAW ialah mimpi baik.

Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh Beliau, seperti jelasnya cuaca pagi.

Kemudian hati beliau tertarik hendak mengasingkan diri ke gua Hira, dan

disitu beliau beribadah selama beberapa malam, maka beliau membawa

perbekalan secukupnya. Setelah perbekalan habis, beliau kembali kepada

khadijah untuk mengambil perbekalan lagi secukupnya. Kemudian beliau

kembali lagi ke gua hira, hingga suatu ketika dating kepadanya Al-

Page 42: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

31

Haqq(kebenaran atau wahyu), yaitu sewaktu beliau masih berada di gua

hira. Tiba-tiba malaikat dating kepadanya dan berkata”bacalah”

Rasulullah SAW menjawab, “aku tidak pandai membaca”. Aku ditarik dan

dipeluknya hingga aku kelelahan. Kemudian aku dilepaskannya dan

disuruh lagi untuk membaca, “bacalah” Rasulullah SAW menjawab, “aku

tidak pandai membaca” lalu beliau ditarik dan dipeluknya lagi hingga

beliau kelelahan. Kemudian dilepaskannya dan disuruh lagi untuk

membaca. “bacalah” rasul menjawab “aku tidak pandai membaca” rasul

ditarik dan dipeluknya lagi untuk ketiga kalinya, kemudian dilepaskannya

seraya berkata “bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang

menciptakan...sampai ayat dia mengajarka manusia apa yang tidak

diketahuinya”. Kemudian Rasul pulang dalam keadaan menggigil, sampai

masuk kerumah khadijah hingga hilang rasa takutnya. Beliau berkata

“wahai khadijah apa yang terjadi pada diriku”? beliau kemudian

menceritakan semua kejadianyang baru dialaminya seraya berkata

“sesungguhnya aku cemas atas diriku” khadijah lalu berkata “tidak usah

takut demi Allah Tuhan tidak akan membinasakanmu. Engkau selalu

menyambung persaudaraan, membantu orang yang sengsara, berusaha

mencari barang keperluan yang belu ada, memuliakan tamu, dan

menolong orang yang kesusahan karena menegakan kebenaran. Khadijah

kemudian pergi bersama beliau menemui waraqah bin naufal bin asad bin

abdul uzza bin qushay, yaitu anak paman khadijah, atau saudara ayahnya.

Ia telah memeluk agama nasrani pada masa jahiliyyah. Ia pandai menulis

buku dalam bahasa arab dari kitab injil semampunya. Usianya telah

lanjut dan matanya telah buta. Khadijah lalu berkata “wahai anak

pamanku tolong dengarkanlah kabar anak saudaramu (Muhammad) ini”

lalu waraqah bertanya “wahai anak saudaraku apa yang telah terjadi atas

dirimu” Rasul lalu menceritakan semua peristiwa yang telah

dialaminya.lalu waraqah berkata “inilah Namus (Malaikat) yang pernah

diutus kepada nabi musa. Semoga saja aku membelamu semoga saja aku

masih hidup ketika engkau di usir oleh kaummu” lalu Rasul bertanya

“apakah mereka akan mengusirku” waraqah menjawab “ya, betul, belum

pernah seorang pun diberi wahyu seperti engkau yang tidak dimusuhi

orang, apabila aku masih mendapati hari itu maka aku akan menolongmu

sekuat tenaga”. Tidak lama kemudian waraqah meninggal dunia dan

wahyu pun terputus untuk sementara waktu hingga esok harinya Rasul

sering bersedih. Setipa kali beliau berada dipuncak gunung tersebut. Saat

itu juga jibril muncul, lalu berkata “Hai Muhammad, sungguh engkau

benar-benar utusan Allah.” Beliau pun merasa tenanglalu beliau pun

pulang. Namun apabila wahyu lama tidak turun kepada beliau, keesokan

harinya beliau melakukan hal yang serupa. Apbila beliau telah berada di

puncak gunung, maka jibril datang dengan mengatakan hal yang serupa.9

9 ATC Mumtaz Arabia, Derajat Hadits-Hadits dalam Ibnu Katsir/ tahqiq, Muhammad

Nashiruddin Al bani, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), cet. ke-1, h., 738

Page 43: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

32

Berkenaan dengan turunya surat al-Alaq ini, sumber lain

menyebutkan mengenai adanya ayat dari surat tersebut yang tidak

diturunkan sekali gus di gua hira, yaitu ayat 17 sampai dengan 19. dalam

kaitan ini al-Naisabury menjelaskan bahwa ayat 17sampai dengan 19.

Surat al-„Alaq diturunkan berkenaan dengan kasus abu jahal. Menurut

informasi yang berasal dari Abu Mansur al-Baghdadi yang di terima Abu

Abdullah bin yazid al-Huzy, yang diterima dari abu sa‟id al-Asyadz, yang

di terima dari abu khalid Abd al- Aziz bin hind dari ibn Abbas, yang

menceritakan ketika Rasulallah SAW sedang melaksanakan sholat

datanglah Abu Jahal dan berkata: Bukankah aku telah melarangmu

melakukan perbuatan ini? Menghadapi permasalahan tersebut Rasulullah

Saw berpaling meninggalkan Abu Jahal, kemudian Abu Jahal berkata lagi:

Demi Allah sesungguhnya engkau niscaya akan tahu bahwa dengan shalat

tersebut engkau termasuk orang yang paling banyak memohon dari pada

saya. Dalam keadaan demikian maka turunlah ayat 17 sampai dengan 19

tersebut.10

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Tafsir Q.S Al-Alaq/ 96: 1-5

a. Ayat Pertama (اقزأ باسن ربك الذي خلق)

“Menurut Tafsir Jalalain اقزأ (Bacalah) maksudnya mulailah

membaca باسن ربك الذي خلق (dengan menyebut nama Tuhan yang

menciptakan) semua makhluk.”11

Pendapat lain seperti yang dikemukakan oleh Allamah Kamal

Faqih Imani dalam kitab Tafsir Nurul Quran bahwa ayat pertama

Surah aL-Alaq menyapa Rasulullah dengan mengatakan, “Bacalah

(nyatakanlah) dengan nama Tuhanmu yang menciptakan.” Sebagian

10

Abi al-Hasan „Ali bin Ahmad al-Wahdy al-Naisabury, Asbab al-Nuzul, (Beirut: Dar al-

Fikr, 1311H,/1991 M), h. 303 11

Abubakar, loc. cit

Page 44: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

33

mufasir berpendapat bahwa objek yang dituju untuk dibaca tidak

disebutkan dalam kalimat ini, tetapi pada dasarnya berarti: “bacalah

aL-Quran dengan menyebut namaTuhanmu”. Itulah sebabnya mengapa

mereka menganggap ayat ini sebagai hujah, bawa “bismillah..” adalah

frase yang harus digabungkan dalam surah-surah aL-Quran.12

Hal pertama yang menarik untuk di catat disini ialah pada

penekanan ayat terhadap masalah ketuhanan bahwa Rabb berarti

“Tuhan Pembaharu”, Zat yang menguasai, memelihara dan

menyayangi. Selanjutnya untuk menegakkan ketuhanan (rubbubiyyah),

ayat ini secara empatik menunjuk pada “penciptaan dan eksistensi

alam semesta”, sebab, sebaik-baiknya alas an bagi rubbubiyyah-Nya

adalah sifat kreatif-Nya. Zat yang menjalankan dan memelihara alam

semesta adalah penciptanya. Dan sesungguhnya pernyataan ini

merupakan sebuah jawaban kepada kaum musyrik Arab yang telah

mengakui kekuatan kreatif Allah, tetapi tetap juga mengasumsikan

ketuhanan dan sarana dunia ini kepada berhala-berhala dan tuhan-

tuhan mereka sendiri. Disamping itu rubbubiyah Allah dan

perlengkapan-Nya di dunia ini merupakan bukti terbaik guna

membuktikan wujud-Nya.13

Selanjutnya M. Quraish Shihab dalam kitab Tafsir aL-Misbah

mengemukakan bahwa kata ( أاقز ) terambil dari kata أقز qara‟a yang

pada mulanya berarti menghimpun. Apabila anda merangkai huruf atau

kata kemudian anda mengucapkan rangkaian tersebut maka annda

telah menghimpunnya yakni membacanya. Dengan demikian, realisasi

perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis

sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehinnga terdengar

oleh orang lain.14

12

Rahadian, Terjamah Tafsir Nurul Quran: Sebuah Tafsir Sederhan Menuju Cahaya aL-

Quran, jilid XX, (Jakarta: Al-Huda, 2006), cet. 1, h., 181 13

ibid,. h,. 182 14

Shihab, op. cit.,454

Page 45: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

34

Lebih jauh Qurish Shihab menuturkan bahwa pada ayat pertama

ini tidak menyebutkan objek bacaan, dan jibril as. tidak juga membaca

satu teks tertulis, dan karena itu dalam satu riwayat dinyatakan bahwa

nabi saw. Bertanya: (ها اقزا) ma aqra ? apa yang harus saya baca.?.

namun demikian beraneka ragam pendapat ahli tafsir yang

mengemukakan tentang objek bacaan yang dimaksud. Ada yang

berpendapat bahwa itu wahyu-wahyu aL-Quran sehingga perintah itu

dalam arti bacalah wahyu-wahyu al-Quran ketika dia turun nanti. Ada

juga yang berpendapat objeknya adalah ismi Rabbika sambil menilai

huruf ba yang menyertai kata ismi adalah sisipan sehingga ia berarti

bacalah nama Tuhanmu atau berzikirlah. Tapi jika demikian, mengapa

nabi saw. Menjawab “saya tidak dapat membaca”. Seandainya yang

dimaksud adalah perintah berzikir tentu beliau tidak menjawab

demikian karena jauh sebelum dating wahyu beliau telah senantiasa

melakukannya.15

Dalam kitab tafsir aL-Misbah, M. Quraish Shihab

mengemukakan pendapat Muhammad Abduh bahwasannya memahami

perintah membaca disini bukan sebagai beban tugas yang harus

dilaksanakan (amr taklifi) sehingga membutuhkan objek, tetapi ia

adalah amr takwini yang mewujudkan kemampuan membaca secara

actual kepada diri pribadi Nabi Muhammad saw. Pendapat ini

dihadang oleh kenyataan bahwa setelah turunnya perintah ini pun Nabi

Muhammad masih tetap dinamai aL-Quran sebagai seorang ummy

(tdak pandai membaca dan menulis), disisi lain jawaban nabi kepada

jibril ketika itu tidak mendukung pemahaman tersebut.16

Kata (رب) seakar dengan kata ( ةتزبي ) tarbiyah/pendidikan. Kata

ini memiliki arti yang berbeda-beda namun pada akhirnya arti-arti itu

mengacu kepada pengembangan, peningkatan, ketinggian serta

15

Shihab, loc. cit 16

Shihab, loc. cit

Page 46: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

35

perbaikan. Kata rabb maupun tarbiyah berasal dari kata ( يزبو -ربا )

raba-yarbu yang dri segi pengertian kebahasaan adalah kelebihan.

Dataran tinggi dinamai ( ربوة ) rabwah, sejenis roti yang dicampur

dengan air sehingga membengkak dan membesar disebut ( الزبو ) ar-

rabw. dan kata rabb apabila berdiri sendiri maka yang dimaksud

adalah Tuhan. yang tentunya antara lain karena Dialah yang

melakukan pendidikan yang pada hakikatnya adalah pengembangan,

peningkatan, serta perbaikan makhluk ciptaannya.17

Kata (خلق) kholaqo dari segi pengertian kebahasaan memiliki

sekian banyak arti., antara lain: menciptakan dari tiada, menciptakan

tanpa satu contoh terlebih dahulu,. Mengukur, memperhalus, mengatur

membuat dan sebagainya. Kata ini biasanya memberikan tekanan

tentang kehebatan dan kebesaran Allah dalam ciptaannya. Berbeda

dengan kata (جعل) mengandung penekanan terhadap manfaat yang

harus atau dapat diperoleh dari sesuatu yang dijadikan itu. Objek

kholaqo pada ayat ini tidak disebutkan sehingga objeknya pun

sebagaimana iqra bersifat umum, dan dengan demikian Allah adalah

pencipta semua makhluk.18

b. Ayat Kedua ( خلق الإنسان هن علق )

Dalam Tafsir Jalalain pengertian خلق الانسان “Dia telah

menciptakan manusia” (jenis manusia) dari Alaq. dan Lafadz Alaq

bentuk jama dari kata Alaqoh, artinya segumpal darah yang kental.19

Kata (الانسان) menurut tafsir aL-Misbah terambil dari akar kata

nis-y (نسي) uns/senang, jinak. dan harmonis. Atau dari kata (انس)

yang berarti lupa. Ada juga yang berpendapat dari kata (نوس) nus,

17

Shihab, op. cit., h., 457 18

Shihab, op. cit., h. 458 19

Abubakar, loc. cit

Page 47: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

36

yakni gerak atau dinamika. Kata Insan menggambarkan manusia

dengan berbagai keragaman sifatnya. Kata ini berbeda dengan kata

basyar yang juga diterjemahkan dengan manusia, tetapi (بشز)

maknanya lebih banyak mengacu kepada manusia dari segi fisik serta

nalurinyayang tidak berbeda antara seorang manusia dengan manusia

lain. Manusia adalah makhluk pertama yang disebut Allah dalam al-

Quran melalui wahyu pertama. Bukan saja karena ia diciptakan dalam

bentuk yang sebaik-baiknya atau karena segala sesuatu dalam raya ini

diciptakan dan ditundukan Allah demi kepentingannya, tetapi karena

kitab suci al-Quran ditujukan kepada manusia guna menjadi pelita

kehidupannya. Salah satu cara yang ditempuh oleh al-Quran untuk

mengantar manusia menghayati petunjuk-petunjuk Allah adalah

memperkenalkan jati dirinya, antara lain dengan menguraikan proses

kejadiannya.20

Kata علق „alaq dalam kamus-kamus besar bahasa Arab

digunakan dalam arti segumpal darah, juga dalam arti cacing yang

terdapat di dalam air bila diminum oleh binatang maka ia tersangkut

dikerongkongannya. Bisa juga kata „Alaq dipahami sebagai berbicara

tentang sifat manusia sebagai makhluk social yang tidak dapat hidup

sendiri tetapi selalu bergantung kepada selainnya.21

Tafsir Nurul Quran menjelaskan bahwa istilah علق semula

berarti “menempel pada sesuatu”. Karena itu, darah yang menggumpal

atau seekor lintah yang menempeli tubuh untuk menyedot darah,

disebut Alaq. Sejak benih kehidupan berubah menjadi sejenis

gumpalan yang membeku yang secara sekilas sangat tidak berharga,

selama masa proses kehidupan, hingga ia menjadi janin. Gumpalan

darah itu sesunggunya merupakan sumber pokok dari penciptaan

manusia. Disini menjadi jelas mengenai kekuasaan Allah. Dia lah Zat

20

Shihab, op. cit., h. 459 21

Shihab, loc. cit

Page 48: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

37

yang mampu menciptakan makhluk mulia yang sebelumnya hanyalah

segumpal darah yang tampak tidak berharga dan rendah.22

c. Ayat Ketiga ( اقرأ وربك الأكرم )

Tafsir Jalalian menjelaskan bahwa lafadz اقزأ (bacalah) lafadz

ayat ini mengukuhkan makna lafadz pertama yang sama. dan lafadz

artinya tiada (dan Tuhanmulah yang paling pemurah) وربك الاكزم

seorang pun yang dapat menandingi kemurahan-Nya. Lafadz ayat ini

sebagai hal dari dhamir yang terkandung di dalam lafadz iqra.23

Dalam Tafsir Nurul Quran bahwa kata اقزأ pada ayat ketiga ini

artinya bacalah (umumkanlah), dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah.

Dalam peristiwa manapun, sebenarnya ayat ini merupakan satu

jawaban atas pernyataan Nabi saw. Yang merespon Jibril dengan

mengatakan “Aku tidak bisa membaca”; dan ini artinya: “engkau dapat

membaca ialah karena kemurahan dan kasih sayang yang besar dari

Tuhanmu”.24

Sedangkan menurut Tafsir aL-Misbah bahwa Perintah membaca

yang kedua ini dimaksudkan agar beliau lebih banyak membaca,

menelaah, memerhatikan alam raya, serta membaca kitab yang tertulis

dan tidak tertulis dengan rangka mempersiapkan diri terjun ke

masyarakat. Kata الاكزم bisa diterjemahkan dengan yang maha paling

pemurah. Kata ini terambil dari kata كزم (kroma) yang antara lain

berarti: memberikan,dengan mudah dan tanpa pamrih, bernilai tinggi,

terhormat, mulia, setia, dan sifat kebangsawanan.

Kata الاكزم yang berbentuk superlatif adalah satu-satunya ayat

di dalam al-Quran yang menyifati Tuhan dalm bentuk tersebut. Ini

mengandung pengertian bahwa Dia dapat menganugrahkan puncak

22

Rahadian, op. cit., h,. 182 23

Abubakar, loc. cit 24

Rahadian, op. cit., h,. 183

Page 49: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

38

dari segala yang terpuji bagi setiap hamba-Nya, terutama dalam

kaitannya dengan perintah membaca. Dari sini, kita tidak wajar

memahami perintah membaca yang kedua ini hanya terbatas tujuannya

untuk menolak alas an Nabi “saya tidak dapat membaca”, tidak pula

sekedar untuk menanamkan rasa percaya diri, atau berfungsi pengganti

“mengulang-ulangi bacaan”, tetapi jauh lebih dalam dan lebih luas,

seluas pengertian kata akram yang berbentuk superlative dan seluas

kata Karam yang menyifati Allah swt. Sebagai makhluk, kita tidak

dapat menjangkau betapa besar karam Allah swt. Karena keterbatasan

kita di hadapannya. Namun demikian sebagiab darinya dapat

diungkapkan sebagai berikut:

“bacalah wahai Nabi meuhammad, Tuhanmu akan

menganugrahkan dengan sifat kemurahannya pengetahuan tentang apa

yang tidak engkau ketahui. Baca dan ulangi bacaan tersebut walaupun

objek bacaannya sama, niscaya Tuhanmu akan memberikan pandangan

serta pengertian baru yang tadinya engkau belum peroleh pada bacaan

pertama dalam objek tersebut.” Bacalah dan ulangi bacaan, Tuhanmu

akan memberikan manfaat kepadamu, manfaat yang banyak tidak

terhingga kerena Dia Akram, memiliki segaala macam kesempurnaan.”

Disini kita daapat melihat perbedaan antara perintah membaca

pada ayat pertama dan perintah paada ayat ketiga, yakni yang pertama

menjelaskan syarat yang harus dipenuhi dari seseorang ketika

membaca (dalam segala pengertian), yaitu membaca demi karena

Allah, sedangkan perintah yang keduamenggambarkan manfaat yang

diperoleh dari bacaan bahkan pengulangan bacaan tersebut.

Dalam ayat ketiga ini, Allah menjanjikan bahwa pada saat

seseorang membaca dengan ikhlas karena Allah, Allah akan

menganugrahkan kepadanya ilmu pengetahuan, pemahaman-

pemahaman, wawasan-wawasan baru walaupun yang dibacanya itu-itu

juga. Apa yang dijanjikan ini terbukti sangat jelas. Kegiatan

“membaca” ayat al-Quran menimbulkan penafsiran-penafsiran baru

Page 50: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

39

atau pengembangan dari pendapat-pendapat yang telah ada. Demikian

juga kegiatan membaca alam raya ini telah menimbulkan penemuan-

penemuan baru yang membuka rahasia-rahasia alam, walaupun objek

bacaannya itu-itu juga. Ayat al-Quran yang dibaca oleh generasi

terdahulu dan alam raya yang mereka huni, adalah sama tidak berbeda,

namun pemahaman mereka serta penemuan rahasianya terus

berkembang 25

d. Ayat Keempat dan Kelima: لن. علن الإنسان ها لن يعلنالذي علن بالق

Tafsir Jalalain memberikan pengertian bahwa kata با القلن

(dengan qalam) artinya dengan pena. dan orang pertama yang

menulis dengan qalam atau pena adalah Nabi Idris.

artinya yaitu sebelum (apa yang tidak diketahuinya) ها لن يعلن

Allah mengajarkan hidayah, menulis, dan berkreasi serta hal-hal

lainnya.26

Tafsir Nurul Quran meberikan pemahaman bahwa ayat ini pun

merupakan jawaban atas pernyataan Nabi saw yang berkata, “saya

tidak bisa membaca.” Di sini ayat menjawab bahwa Tuhan yang sama

yang telah yang telah mengajari manusia dengan pena dan

mengajarinya dari hal-hal yang tidak ia ketahui sebelumnya, dan yang

mampu mengajari seorang hamba (seperti dirinya) yang tidak

mengetahui bagaimana cara membaca.

Ayat ke empat ini bisa di pandang dalam dua cara. Pertama

Allah mengajarkan tulisan dan kitab kepada manusia dan Dia lah yang

mampu melakukan isyarat ini; menetapkan sumber semua sains,

pengetahuan dan peradaban seorang hamba. Kedua melalui cara dan

sarana pengajaran itu manusia di ajari seluruh bidang sains dan

pengetahuan.27

25

Shihab, op. cit., h. 462 26

Abubakar, op. cit., h., 1355 27

Rahadian, op. cit., h,. 184

Page 51: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

40

Dan menurut Tafsir aL-Misbah Kata القلن terambil dari kata kerja

.yang berarti memotong ujung sesuatu قلن

Kata qalam disini dapat berarti hasil dari pnggunaan ayat

tersebut, yakni tulisan. Ini karena bahasa sering kali menggunakan kata

yang berarti “alat” atau penyebab untuk menunjuk akibat atau hasil

dari penyebab atau penggunaan alat tersebut.

Dari uraian diatas kita dapat menyatakan bahwa kedua ayat

diatas menjelaskan dua cara yang ditempuh Allah dalam mengajar

manusia. Pertama melalui pena (tulisan) yang harus dibaca oleh

manusia dan yang kedua melalui pengajaran secara langsung tanpa

alat. Cara yang kedua ini dikenal dengan istilah ilmu ladunniy.28

2. Kandungan Q. S aL-Alaq/ 96: 1-5

a. Ayat Pertama ( الذي خلق اقزأ باسن ربك )

Ayat pertama ini mengandung pesan ontologis tentang sumber

ilmu pengetahuan. Pada ayat tersebut Allah SWT menyuruh Nabi

Muhamad SAW agar membaca. Sedangkan yang di baca itu obyeknya

macam-macam. Yaitu ada yang berupa Ayat-ayat Allah yang tertulis

sebagaimana surat Al-„Alaq itu sendiri, dan dapat pula ayat-ayat Allah

yang tidak tertulis seperti yang terdapat pada alam jagat raya dengan

segala hukum kausalitas yang ada didalamnya, dan pada diri manusia.

Berbagai ayat tersebut jika di baca dalam arti ditelaah, diobservasi,

diidetifikasi, dikatagorisasi, dibandingkan, dianalisa dan disimpulkan

dapat menghasilkan ilmu pengetahuan.29

Membaca ayat-ayat Allah yang berada dalam Al-Qur‟an dapat

menghasilkan ilmu agama islam seperti Fiqih, Tauhid, Akhlak, dan

sebagainya. Sedangkan membaca ayat-ayat Allah yang ada dalam diri

manusia dari segi fisiknya menghasilkan sains seperti ilmu kedokteran

28

Shihab, op. cit., h. 464 29

Shihab, op. cit., 467

Page 52: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

41

dan ilmu tentang raga, dan dari segi tingkah lakunya menghasilkan

ilmu ekonomi, ilmu politik, sosiologi, antropologi, dan lain

sebagainya, dan dari segi kejiwaannya menghasilkan ilmu jiwa.

Dengan demikian karena obyek ontologi seluruh ilmu tersebut adalah

ayat-ayat Allah, maka sesungguhnya ilmu itu pada hakikatnya milik

Allah, dan harus diabadikan untuk Allah. Manusia hanya menemukan

dan memanfaatkan ilmu-ilmu tersebut. Pemanfaatan ilmu-ilmu

tersebut harus di tunjukan untuk mengenal, mendekatkan diri dan

beribadah kepada Allah SWT. Dengan demikian ayat petama surat Al-

„Alaq ini terkait erat dengan obyek, sasaran dan tujuan pendidikan.30

b. Ayat Kedua ( خلق الإنسان هن علق )

Kekuasaan Allah itu telah diperlihatkan ketika memberikan

kemampuan membaca kepada Nabi Muhammad SAW, sekalipun ia

belum pernah belajar membaca. Dengan demikian ayat ini memberikan

informasi tentang pentingnya memahami asal usul dan proses kejadian

manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya. Penjelasan

tentang asal-usul dan proses kejadian manusia ini lebih lanjut

dijelaskan dalam ayat yang berbunyi:

Q.S. Al-mu‟minun, 23: 12-14

“Dan Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dari suatu

saripati (berasal) dari tanah. Kemudian kami jadikan saripati itu air

mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian

air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu

kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan

30

Ibid,

Page 53: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

42

tulang belulang, lalu tulang belulang itu kami bungkus dengan daging.

Kemudian kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka

Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (QS. Al-Mu‟minuun:

12-14)31

Proses kejadian manusia sebagaimana dikemukakan dalam ayat-

ayat tersebut telah terbukti sejalan dengan apa yang di jelaskan

berdasarkan analisis ilmu pengetahuan. Namun yang terpenting

bukanlah ditemukannya kesesuaian antara ajaran Al-qur‟an dengan

ilmu pengetahuan, tetapi yang terpenting adalah agar timbul kesadaran

pada manusia, bahwa dirinya adalah makhluk yang diciptakan Allah

SWT dan selanjutnya ia harus mempertanggung jawabkan

perbuatannya kelak di akhirat. Kesadaran ini selanjutnya diharapkan

dapat menimbulkan sikap merasa sama dengan manusia yang lainnya

(egaliter), rendah hati, bertanggung jawab, beribadah, beramal salih.

Selanjutnya kalimat Kholaqan akhar (manusia berbentuk lain)

yang terdapat pada ayat tersebut di atas menujukan disamping manusia

memiliki unsur fisik sebagimana dimiliki makhluk lainnya, namun ia

juga memiliki potensi lain. Menurut H.M. Quraish Shihab, bahwa

potensi lain itu adalah adanya unsur Ilahiyah (ruh ilahiyah ) yang di

hembuskan tuhan pada saat bayi berusia empat bulan dalam

kandungan. Panduan unsur fisik-jasmaniah dengan nusur psikis

rohaniah inilah yang selanjutnya membentuk manusia. Dari sini pula

selanjutnya manusia di anugrahi potensi jasmaniah panca indra,

pendengaran, penciuman, dan peradaban;dan potensi ruhaniah berupa

dorongan, naluri, dan kecenderungan seperti kecenderungan beragama,

bermasyarakat, memiliki harta, penghargaan, kedudukan, pengetahuan

dan teman hidup lawan jenis.32

Pemahaman yang komprhehensip tentang manusia ini disepakati

oleh para ahli didik sebagai hal yang amat penting dalam rangka

31

Hasbi Ashidiqi dkk, Op. Cit, cet ke 4 32

Shihab, Op. Cit, h., 455

Page 54: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

43

merumuskan berbagai kebijakan yang berkaitan dengan rumusan

tujuan pendidikan, materi pendidikan, dan metode pendidikan.33

c. Ayat Ketiga ( ك الأكزماقزأ ورب )

Menurut Al-Misbah bahwa pengulangan kata iqra pada ayat

tersebut di dasarkan pada alasan bahwa membaca itu tidak akan

membekas dalam jiwa kecuali dengan di ulang-ulang dan

membiasakannya sebagaimana berlaku dalam tradisi. Perintah Tuhan

untuk mengulang membaca berarti pula mengulangi apa yang dibaca.

Dengan cara demikian bacaan tersebut menjadi milik orang yang

membacanya. Dengan demikian ayat ini erat kaitannya dengan metode

pendidikan,sebagaimana halnya di jumpai pada metode pada metode

iqra‟ dalam proses mempelajari membaca Al-Qur‟an. Sedangkan

dihubungkannya kata iqra‟ dengan sifat Tuhan yang Maha Mulia

sebagaimana terlihat pada ayat tersebut diatas ,mengandung arti bahwa

Allah memulyakan kepada siapa saja yang mengharapkan pemberian

anugrah-Nya, sehingga dengan lautan kemulyaan-Nya itu mengalirkan

nikmat berupa kemampuan membaca orang tersebut.

Setelah ayat pertama dan kedua memerintahkan untuk membaca

dengan meningkatkan motivasinya, yakni dengan nama Allah, kini

ayat ketiga memerintahkan membaca dengan menyampaikan dengan

janji Allah atas manfaat membaca itu secara berulang-ulang sehingga

akan mendapat karuniaNya.34

d. Ayat Keempat dan kelima ( الإنسان ها لن يعلن الذي علن بالقلن. علن )

Sedangkan dalam Tafsir Al-misbah ayat tersebut menjelaskan

bahwa Dia-lah Allah yang menjadikan qalam sebagai media yang

digunakan manusia untuk memehami sesuatu, sebagimana mereka

memahaminya melalui ucapan. Lebih lanjut lagi Al-misbah

mengatakan bahwa Al-qalam itu adalah alat yang keras dan tidak

33

Abuddin Nata, Op. Cit. h., 35 34

Shihab, op. cit., h., 457

Page 55: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

44

mengandung unsur kehidupan, dan tidak pula mengandung unsur

pemahaman. Namun digunakannya Al-qalam itu untuk memahami

sesuatu bagi Allah bukaknlah masalah yang sulit. Dan dengan bantuan

Al-qalam ini pula manusia dapat memahami masalah yang sulit. Allah

memiliki kekuasan untuk menjadikan seseorang sebagai pembaca yang

baik, penghubung yang memiliki pengetahuan sehingga ia menjadi

manusia yang sempurna. Pada perkembangan selanjutnya, pengertian

Al-qalam ini tidak terbatas hanya pada alat tulis yang bisa digunakan

oleh masyarakat tradisioanal di pesantren-pesantren. Namun secara

subtansial Al-qalam ini dapat menampung seluruh pengertian yang

berkaitan dengan segala sesuatu sebagai alam penyimpan, merekam,

dan sebagainya.35

3. Urgensi Belajar menurut Q.S Al-Alaq/ 96: 1-5

a. Ayat Pertama (اقزأ باسن ربك الذي خلق)

Ayat pertama ini berisi tentang perintah untuk membaca. Dan

membaca adalah sebagian dari belajar. Dan dengan belajar akan dapat

memiliki ilmu pengetahuan yang akan berguna untuk memecahkan

masalah-masalah yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan.

Sehingga dengan ilmu pengetahuan yang didapatkannya itu manusia

akan dapat mempertahankan kehidupan. Dengan demikian, orang yang

tidak pernah belajar mungkin tidak akan memiliki ilmu pengetahuan

atau mungkin ilmu pengetahuan yang dimilikinya sangat terbatas,

sehingga ia akan kesulitan ketika harus memecahkan persoalan-

persoalan kehidupan yang dihadapinya. Karena itu, kita di perintahkan

oleh Allah untuk merenungkan, mengamati, dan membandingkan

antara orang-orang yang mengetahui dan tidak, sebagaimana firman

Allah berikut:

35

Shihab, op. cit., 464

Page 56: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

45

.

"(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah

orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan

berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan

rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang

mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"

Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima

pelajaran." ( Q.S al-zumar: 9 )36

Allah melarang manusia untuk tidak mengetahui segala sesuatu

yang manusia lakukan. Apapun yang dilakukan manusia harus

mengetahui kenapa mereka melakukannya. Dengan belajar manusia

dapat mengetahui apa yang dilakukan dan memahami tujuan dari

segala perbuatannya. Selain itu, dengan belajar pula manusia akan

memiliki ilmu pengetahuan dan terhindar dari taqlid buta, karena

setiap apa yang kita perbuat akan dimintai pertanggung jawaban oleh

Allah.

Dengan ilmu yang dimiliki manusia dengan proses belajar, maka

Allah akan memberikan derajat yang lebih tinggi kepada hambanya.

Q.S al-Mujadilah ayat 11.

.

"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya

Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan

orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi

ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa

yang kamu kerjakan." (QS. Al-Mujadilah: 11)37

36

Hasbi Ashidiqi, dkk, Op. Cit, cet ke 4 37

Ibid, hal 1324

Page 57: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

46

Ilmu dalam hal ini, bukan hanya pengetahuan tentang agama

saja, tetapi ilmu non agama juga yang relevan dengan perkembangan

zaman. Selain itu, ilmu tersebut juga harus bermanfaat bagi kehidupan

orang banyak dan diri orang yang mentut ilmu.

Adapun Firman Allah SWT. Tentang keutamaan menuntut ilmu

dan mengamalkannya adalah:

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu'min itu pergi semuanya

(ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di

antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan

mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada

kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu

dapat menjaga dirinya” (QS. Attaubah, 122).38

b. Ayat Kedua ( خلق الإنسان من علق )

Dalam Surat Al-„Alaq ayat kedua ini berisi penjelasan tentang

asal-usul kejadian manusia. Penjelaasa tentang asal-usul kejadian

manusia Allah ungkapkan pada surat yang lain, yaitu pada Q.S aL-

Mu‟minun ayat 12-14.

Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu

saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air

mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian

air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu

Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami

jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus

38

Ibid, hal 3544

Page 58: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

47

dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk)

lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik. (Q.S aL-

Mu‟minun: 12-14)39

Penjelasan ini sangat membantu dalam rangka merumuskan

tujuan, materi dan metode pendidikan. Berdasarkan ayat tersebut

tujuan pendidikan Islam harus diarahkan agar manusia memiliki

kesadaran dan tanggung jawab sebagai makhluk yang harus beribadah

kepada Allah, dan mempertanggungjawabkan perbuatannya di akhirat

kelak. Untuk itu manusia harus dididik dengan mengunakan kurikulum

yang komprehensip, yaitu kurikulum yang tidak hanya memuat materi

pendidikan agama, melainkan juga pendidikan umum, karena

pendidikan agama dan pendidikan umum itu sama-sama dibutuhkan

oleh manusia. Selanjutnya karena manusia sebagai makhluk yang

dimuliakan Allah dan memiliki berbagai kecenderungan, maka metode

pendidikan harus didasarkan pada sifat-sifat kemanusiaanya, dan

menggunakan berbagai cara yang sesuai dengan kecenderungannya.

Ayat ini juga berisi penjelasan tentang kekuasaan Allah, yaitu

bahwasanya Ia berkuasa untuk menciptakan manusia, serta

memberikan nikmat dan karunia berupa memberikan kemampuan

membaca kapada Nabi Muhammad SAW, sungguhpun sebelum itu

Nabi Muhammad belum pernah belajar membaca. Selain itu berisi pula

penjelasan tentang sifat Allah yang Maha Melihat terhadap segala

perbuatan yang dilakukan manusia serta berkuasa untuk memberikan

balasan yang setimpal. Uraian tentang kekuasaan Allah ini amat

membantu dalam merumuskan tujuan pendidikan, yaitu agar manusia

senantiasa menyadari dirinya sebagai ciptaan Allah yang harus patuh

dan tunduk kepada-Nya.

c. Ayat Ketiga ( اقزأ وربك الأكزم )

Ayat yang ketiga ini merupakan perintah membaca untuk yang

kedua kalinya. Penjelasan ini erat kaitannya dengan perintah untuk

39

Hasbi Ashidiqi dkk, lok . Cit, cet ke 4

Page 59: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

48

mengembangakn ilmu pengetahuan secara konprehensip atau secara

menyeluruh. Membaca ayat Allah yang tersurat dalam Al-Qur‟an dapat

menghasilkan ilmu agama; dan membaca ayat-ayat Allah yang tersirat

di jagat raya menghasilkan ilmu alam ( natural science ); sedangkan

membaca ayat Allah yang tersirat dalam diri manusia dan lingkungan

sosial. Dengan cara demikian akan terjadi integrasi antara ilmu agama

dan ilmu umum, dan keduanya diarahkan untuk mengabdi kepada

Allah SWT. Penjelasan tersebut pada akhirnya terkait dengan metode

dan kurikulum pendidikan.

d. Ayat Keempat dan kelima ( الإنسان ها لن يعلن الذي علن بالقلن. علن )

Dan dua ayat terakir ini berisi penjelasan tentang perlunya alat

dalam melakukan kegiatan, seperti halnya qalam yang diperlukan bagi

upaya pengembangan dan pemeliharaan ilmu pengetahuan. Qalam

dalam ayat ini tidak terbatas hanya pada arti sebagai alat tulis yang

banyak digunakan kalangan para santri di lembaga-lembaga

pendidikan tradisional, melainkan juga mencakup berbagai peralatan

yang dapat menyimpan berbagai informasi, mengakses dan

menyalurkan secara cepat, tepat, dan akurat, seperti halnya komputer,

internet, faxmile, micro film, vidio compact disc (VCD) dan lain

sebagainya.

Ayat ini juga berisi tentang sumber ilmu pengetahuan

bahwasannya apapun disiplinnya sumber ilmu pengetahuan adalah

Allah swt. Dan ayat ini juga menjelaskan tentang cara memperoleh

pengetahuan itu sendiri. Yakni ada dua cara untuk memperoleh

pengetahuan. Pertama, dengan upaya menusia sendiri menggunakan

potensi-potensi yang dianugrahkan Allah swt dengan cara belajar . Dan

yang kedua tanpa usaha manusia seperti yang di peroleh melalui ilham,

intuisi, dan wahyu Ilahi. Yang kedua ini semata-mata karena Allah

swt. Bagi siapa saja yang dikenendakinya. Sebagaiman Allah jelaskan

dalam Q.S al-Baqarah: 31

Page 60: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

49

Dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)

seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu

berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu

mamang benar orang-orang yang benar. (Q.S aL-Baqarah: 31)40

40

Ibid

Page 61: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

50

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Islam memerintahkan agar kita belajar membaca dan menulis serta

mempelajari ilmu pengetahuan demi meningkatkan derajat kita sebagai

makhluk Allah yang maha mulia, kita dianjurkan untuk sanggup

mengembangbiakkan ilmu pengetahuan yang telah Allah limpahkan

kepada kita.

2. Islam mengajarkan juga memerintahkan umatnya untuk senantiasa

membaca, baik itu membaca alam, membaca Al-qur’an, membaca sekitar,

membaca yang bersifat kontekstual maupun bukan. Selama mengandung

“Bismirobbik”, dengan nama TuhanMu. Agar kita senantiasa menjadi

manusia yang senantiasa berfikir, bersyukur, juga berTuhan.

3. Membaca yang merupakan perintah Allah yang pertama adalah kunci

keberhasilan hidup duniawi dan ukhrowi. Selama itu dilakukan demi

karena Allah, yakni demi kebaikan dan kesejahteraan makhluk. Bacaan

yang dimaksud tidak terbatas hanya pada ayat-ayat al-Quran, tetapi segala

sesuatu yang dapat dibaca.

4. Pada hakikatnya segala macam konsep belajar yang diterapkan oleh para

pemikir islam maupun barat adalah semakin berkembangnya ilmu

pengetahuan sehingga pendidikan itu bersifat fleksibel tidak monoton dan

Page 62: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

51

tidak terpaku pada satu sisi konsep saja. Oleh karenanya sangatlah urgen

mempelajari teori para pemikir pendidikan islam maupun barat.

5. Ada tiga unsur pokok dalam proses belajar mengajar yaitu:

1. Yang menerima pelajaran (murid).

2. Yang memberi pelajaran (guru).

3. Bahan pelajaran yang diterima.

6. Islam mengehendaki pengetahuan yang benar-benar dapat membantu

mencapai kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia. Yaitu

pengetahuan terkait urusan duniawi dan ukhrowi, yang dapat menjamin

kemakmuran dan kesejahteraan hidup manusia di dunia dan di akhirat.

Pengetahuan duniawi adalah berbagai pengetahuan yang berhubungan

dengan urusan kehidupan manusia di dunia ini. Baik pengetahuan moderen

maupun pengetahuan klasik. Atau lumrahnya disebut dengan pengetahuan

umum. Sedangkan pengetahuan ukhrowi adalah berbagai pengetahuan

yang mendukung terciptanya kemakmuran dan kesejahteraan hidup

manusia kelak di akhirat. Pengetahuan ini meliputi berbagai pengetahuan

tentang perbaikan pola perilaku manusia, yang meliputi pola interaksi

manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan

Tuhan. Atau biasa disebut dengan pengetahuan agama.

B. Implikasi

1. Membaca ayat Allah yang tersurat dalam Al-Qur’an dapat menghasilkan

ilmu agama

2. Membaca ayat-ayat Allah yang tersirat di jagat raya menghasilkan ilmu

alam ( natural science )

3. Membaca ayat Allah yang tersirat dalam diri manusia dan lingkungan

sosial.

C. Saran

Karena pentingnya belajar bagi keberlangsungan umat manusia, maka

pada kesempatan ini penulis sarankan:

Page 63: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

52

1. Bagi sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah dalam melaksanakan

kegiatan pendidikan, hendaknya dalam memberikan motivasi belajar

kepada peserta didik menyertakan konsep kajian surat Al-alaq, sehingga

dalam pembelajarannya tidak hanya bertumpu pada konsep ajaran atau

aliran pendidikan barat menjadi pedoman pendidikan di Indonesia

sampai dengan detik ini.

2. Bagi praktisi pendidikan hendaknya berpikiran dan berprilaku seperti

kerangka konsep pendidikan Islam sejalan dengan perkembangan dunia

pendidikan, agar pendidikan di Indonesia dapat berdaya saing dengan

negara-negara lain dengan tidak mengorbankan apa-apa yang telah Allah

ajarkan kepada umat manusia.

3. Bagi penulis berikutnya, supaya menyempurnakan kembali hasil

penelitian yang penulis lakukan, karena masih banyak nilai-nilai

pendidikan yang belum terungkap dalam tulisan ini, oleh karenanya, bagi

penulis supaya melengkapi berikut aplikasinya dalam dunia pendidikan

secara nyata.

Page 64: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

DAFTAR PUSTAKA

A. M, Salman. Interaksi dan Motivasi Belajar, Jakata: CV. Rajawali, 1986, cet.

ke-1

Abi al-Hasan ‘Ali bin Ahmad al-Wahdy al-Naisabury, Asbab al-Nuzul, Beirut:

Dar al- Fikr, 1311H,/1991 M

Abu Bakar, Bahrun. Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nujul, jilid 2, Terj. dari

Tafsir Jalalain oleh Imam Jalaludin As-Suyuti dan Imam Jalaludin AL-

Mahalli Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009, cet. Ke-6

Al-Farmawy, Abd. Al-Hayy. Metode Tafsir Maudhu'y Suatu Pengantar, Terj.

Surya A. Jarman, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996

Aly, Noer. Ilmu Pendidikan Islam, Ciputat: Logos Wacana Ilmu, 1999

ATC Mumtaz Arabia, Derajat Hadits-Hadits dalam Ibnu Katsir/ tahqiq,

Muhammad Nashiruddin Al bani, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), cet. 1.,

h., 738

Baharuddin. Pendidikan & Psikologi Perkembangan, Jogjakarta: Ar-Ruzz

Media, 2010

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 1998

Djamarah. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif , Jakarta: Rineka

Cipta, 1994

Fahmi, Asma Hasan. Sejarah dan Filsafat Pendidikan, Terj. Ibrahlm Hasan,

Jakarta: Bulan Bintang, 1979

Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1991

Hamalik, Oemar. Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar , Bandung: Tarsito,

1982

Zarnuji, Syekh. Talimul Muta’alim, Jakarta: Pustaka Amani, 2001

Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasin,

1990

Page 65: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL

Nata, Abudin. Tafsir Ayat-ayt Pendidikan(Tafsir Al-ayat Al-Tarbawi), Jakarta :

PT RajaGrafindo Persada, 2010 Cet. ke-4

Nata, Abuddin. Pemikiran Pendidikan Islam & Barat, Jakarta: Rajawali Pers,

2012

Puranto, Ngalim. Psikologi Pendidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya

Rahadian. Terjamah Tafsir Nurul Quran: Sebuah Tafsir Sederhan Menuju Cahaya

aL-Quran, jilid XX, Jakarta: Al-Huda, 2006

Rofiudin. Sejarah Hidup Syekh Nawawi, Tangerang : Pustaka cipta, 1992

Shihab, M. Quraish. AL-Lubab; Makna, Tujuan, dan Pelajaraan dari Surah-

Surah Al-Quran, Ciputat: Lentera Hati, 2012, Cet. 1

Shihab, M. Quraish. Membumikan Al-qur’an, Bandung: Mizan, 2007

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah Vol 15, Jakarta: Lentera Hati, 2002

Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka

Cipta, 1995

Syah, Muhibbin. Psikologi belajar, Jakarta: PT. Logos wacana Ilmu, 1999, cet.

ke-1

Syaltout, Mahmud. Min taujihat al-Islam, terjemah h. Bustami A. Gani, tuntunan

islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1973

Usman, Basyiruddin. Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat

Pres, 2002

Page 66: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL
Page 67: URGENSI BELAJAR MENURUT AL-QURAN (Kajian Tafsir Q.S aL