eksistensi dan urgensi akhlak dalam kehidupan

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak berkewajiban menunaikan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan meninggalkan akhlak yang buruk. Akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam. Kualitas keberagaman justru ditentukan oleh nilai akhlak. Jika syariat berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah, maka akhlak menekankan pada kualitas dari perbuatan, misalnya beramal dilihat dari keikhlasannya, shalat dilihat dari kekhusuannya, berjuang dilihat dari kesabarannya, haji dari kemabrurannya, ilmu dilihat dari konsistensinya dengan perbuatan, harta dilihat dari aspek mana dari mana dan untuk apa, jabatan dilihat dari ukuran apa yang telah diberikan, bukan apa yang diterima. Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat Islam, maka Islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai dimensi, sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan sebagai aturan. Agama Islam sebagai aturan atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama 1

Upload: oki-maarif

Post on 26-May-2015

9.266 views

Category:

Spiritual


3 download

DESCRIPTION

Tugas Pendidikan Agama Islam Jurusan Arsitektur, Universitas Palangkaraya

TRANSCRIPT

Page 1: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam persoalan Akhlak, manusia sebagai makhluk berakhlak

berkewajiban menunaikan dan menjaga akhlak yang baik serta menjauhi dan

meninggalkan akhlak yang buruk. Akhlak merupakan dimensi nilai dari Syariat

Islam. Kualitas keberagaman justru ditentukan oleh nilai akhlak. Jika syariat

berbicara tentang syarat rukun, sah atau tidak sah, maka akhlak menekankan pada

kualitas dari perbuatan, misalnya beramal dilihat dari keikhlasannya, shalat dilihat

dari kekhusuannya, berjuang dilihat dari kesabarannya, haji dari kemabrurannya,

ilmu dilihat dari konsistensinya dengan perbuatan, harta dilihat dari aspek mana

dari mana dan untuk apa, jabatan dilihat dari ukuran apa yang telah diberikan,

bukan apa yang diterima.

Dengan demikian, dikarenakan akhlak merupakan dimensi nilai dari

Syariat Islam, maka Islam sebagai agama yang bisa dilihat dari berbagai dimensi,

sebagai keyakinan, sebagai ajaran dan sebagai aturan. Agama Islam sebagai

aturan atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata kehidupan manusia.

Sebagai aturan, agama atau sebagai hukum dimaksud untuk mengatur tata

kehidupan manusia. Sebagai aturan, agama berisi perintah dan larangan, ada

perintah keras (wajib) dan larangn keras (haram), ada juga perintah anjuran

(sunat) dan larangan anjuran (makruh).

Apalagi pada zaman sekarang ini, banyak diantara kita kurang

memperhatikan masalah akhlak. Disatu sisi, kita mengutamakan tauhid yang

memang merupakan perkara pokok/inti agama ini, berupaya menelaah dan

mempelajarinya, namun disisi lain dalam masalah akhlak kurang diperhatikan,

sehingga tidak dapat disalahkan bila ada keluhan-keluhan yang terlontar dari

kalangan awam, seperti ungkapan, “wah…udah ngerti agama kok kurang ajar

1

Page 2: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

sama orang tua”, atau ucapan: “dia sih agamanya bagus, tapi sama tetangga tidak

pedulian…..”, dan lain-lain.

Seharusnya, ucapan-ucapan seperti ini atau pun semisal dengan ini

menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak Islam,

bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan Islam mementingkan akhlak.

Yang perlu diingat, bahwa tauhid sebagai sisi pokok/inti, Islam yang memang

seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara

penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat, Tauhid

merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap ALLAH, dan ini merupakan

pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya,

berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang, maka

semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seseorang mywahhid memiliki

akhlak yang buruk berarti lemah tauhidnya.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka pembahasan akan dititikberatkan

pada “Eksistensi dan Urgensi Akhlak dalam Kehidupan Umat Islam”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi dari Akhlak dan apa saja jenis-jenis akhlak itu?

2. Apa Eksistensi akhlak dalam Kehidupan Umat Islam?

3. Apa Urgensi Akhlak dalam Kehidupan Umat Islam?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi Akhlak dan jenis-jenis akhlak

2. Untuk mengetahui Eksistensi akhlak dalam Kehidupan Umat Islam

3. Untuk mengetahui Urgensi Akhlak dalam Kehidupan Umat Islam

2

Page 3: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Akhlak

Kata “Akhlak” berasal dari Bahasa Arab, Jamak dari Khuluq, yang artinya

tabiat, budi pekerti, watak, atau kesopanan. Sinonim kata Akhlak ialah tatakrama,

kesusilaan, sopan santun (Bahasa Indonesia), moral, ethic (Bahasa Inggris), ethos,

ethikos (Bahasa Yunani).

Untuk mengetahui definisi Akhlak menurut istilah, dibawah ini terdapat

beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:

a. Ibnu Maskawaih mendefinisikan, Akhlak adalah sikap jiwa seseorang

yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui

pertimbangan (terlebih dahulu);

b. Prof. DR. Ahmad Amin menjelaskan, sementara orang membuat definisi

Akhlak, bahwa yang disebut Akhlak ialah kehendak yang dibiasakan.

Artinya “bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan

Itu dinamakan Akhlak”.

c. Al-Qurthuby mendefinisikan, Akhlak adalah suatu perbuatan manusia

yang bersumber dari adab kesopanannya yang disebut Akhlak, karena

perbuatan itu termasuk bagian darinya;

d. Muhammad bin Ilaan Ash-Shadieqy mendefinisikan, Akhlak adalah suatu

pembawaan dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan baik,

dengan cara yang mudah (tanpa dorongan dari orang lain);

e. Abu Bakar Jabir Al-Jazairy mendefinisikan, Akhlak adalah bentuk

kejiwaan yang tertanam dalam diri manusia, yang menimbulkan perbuatan

baik dan buruk, terpuji dan tercela dengan cara yang disengaja;

3

Page 4: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

B. Tujuan Akhlak

Akhlak bertujuan hendak menciptakan manusia sebagai makhluk yang

tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk yang lainnya.

Akhlak hendak menjadikan manusia/ orang yang berkelakuan baik, bertindak baik

terhadap manusia, terhadap sesama makhluk, dan terhadap Allah, Tuhan yang

menciptakan kita.

Sedangkan pelajaran akhlak atau ilmu akhlak bertujuan mengetahui

perbedaan-perbedaan perangai manusia yang baik dan buruk, agar manusia dapat

memegang dengan perangai-perangai yang baik dan menjauhkan diri dari

perangai-perangai yang jahat, sehingga terciptalah tata tertib dalam pergaulan

masyarakat dimana tidak ada benci-membenci, curiga-mencurigai antara satu

dengan yang lain, dimana tidak ada perkelahian, persengketaan dan tidak ada

pukul-memukul antara sesama hamba Allah yang hidup di muka bumi ini.

Yang hendak dikendalikan oleh akhlak ialah tindakan lahir manusia, tetapi

karena tindakan lahir itu tidak akan terjadi jika tidak didahului oleh gerak-gerik

bathin, yaitu tindakan hati, maka tindakan bathin dan gerak-gerik hati pun

termasuk lapangan yang diatur oleh akhlak manusia.

Tidak akan terjadi perkelahian kalau tidak didahului oleh tindakan bathin

atau gerak-gerik hati, yaitu benci. Karena hal-hal tersebut diatas, dalam akhlak

setiap orang diwajibkan menguasai hatinya, dan mengontrol hatinya sendiri,

karena anggota bathin adalah sumber dari segala tindakan lahir. Jika setiap orang

dapat menguasai tindakan bathinnya, maka dapatlah ia menjadi orang yang

berakhlak baik. 

Tegasnya baik-buruk itu tergantung kepada tindakan hatinya. Dalam hal ini Nabi

bersabda:

4

Page 5: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

Artinya:

“Ketahuilah dan bahwasannya, didalam tubuh itu ada sepotong daging yang

apabila baik dia, baik pula tubuh seluruhnya, dan apabila rusak dia, rusaklah

tubuh seluruhnya, yaitu dia hati”

Hati ini menunjukkan, bahwa hati itulah yang menguasai segenap tubuh

manusia dan sekalian anggota mengikut pada perintahnya, meskipun anggota itu

sudah terlalu payah. Dalam hal ini dapatlah diibaratkan bahwa jasad it bagaikan

pemerintahan dalam diri kita, sedangkan hati menjadi pusat pemerintahan.

Seseorang yang mempunyai hati keras, meskipun badannya tidak begitu kuat,

lebih diharapkan akan beroleh hasil pekerjaannya daripada seorang yang berbadan

kuat tetapi hatinya lemah.

Untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, perlu sekali tiap-tiap

anggota masyarakatnya berakhlak yang baik. Kita ini sebagai anggota masyarakat

tak dapat memisahkan diri dari masyarakat. Karena itu kita masing-masing pun

mempunyai tugas tertentu dalam masyarakat. Tugas yang harus dilaksanakan

untuk keselamatan masyarakatnya. Tugas yang tak boleh dihindarinya, tiap-tiap

anggota masyarakat bertanggungjawab atas keselamatan masyarakat.

Karena itu Ibnu Rusyd mengungkapkan dalam sya’ir-nya sebagai berikut:

Artinya:

“Bangsa-bangsa itu hanya tegak dan jaya selama ada akhlak-nya, dan kalau

mereka kehilangan akhlak, mereka pun punah-lah”

Betapa pentingnya keberadaan akhlak bagi kehidupan manusia, maka tepat

sekali ungkapan Ibnu Rusyd tersebut diatas. Berkenaan dengan pentingnya akhlak

itu, maka Allah mengurus seorang Rasul untuk menyempurnakan akhlak yang

telah dibawakan oleh Nabi-Nabi terdahulu, sesuai dengan Sabda Nabi SAW:

5

Page 6: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

Artinya:

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak”

Bertolak dari kemuliaan akhlak bagi seseorang dalam hidup di tengah-tengah

masyarakat, maka bagi setiap orang mukmin ingin mencapai derajat sebagai

mukmin yang paling utama, haruslah menyempurnakan akhlaknya, sesuai dengan

tuntunan Islam.

C. Akhlak Ikut Menjaga Kelangsungan Hidup Manusia

Akhlak yang baik dapat menjaga kelangsungan hidup manusia, karena

akhlak yang baik itu antara lain dapat:

a. Menciptakan manusia sebagai makhluk berkelakuan mulia, baik dihadapan

Allah, maupun sesama manusia dan sesama makhluk lainnya;

b. Membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain (melalui perangainya);

c. Menciptakan manusia mencapai kedudukan yang tinggi dan sempurna

menurut fitrah kemanusiaannya;

d. Menjaga kelangsungan hidup manusia, dengan menciptakan masyarakat

yang tentram, sejahtera. Keadaan seperti ini benar-benar dapat terwujud

manakala mereka berakhlak baik.

Betapa pentingnya keberadaan akhlak bagi kehidupan manusia, maka tepat

sekali ungkapan Ibnu Rusyd tersebut, berkenaan dengan pentingnya akhlak itu,

maka Allah mengutus seorang Rasul untuk menyempurnakan akhlak, yang telah

dibawakan oleh Nabi-Nabi terdahulu.

Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul dengan maksud utama untuk

membina dan menyempurnakan akhlak. Tugas Nabi yang telah digariskan itu

dalam sejarah hidupnya cukup menarik simpatik manusia untuk mengikuti dan

melaksanakan ajaran Risalahnya.

6

Page 7: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

Ajaran risalah yang diajarkan Nabi memberikan kejelasan tentang faktor-

faktor keutamaan akhlak, lengkap dengan menjelaskan segala segi kehidupan.

Bila kita memperhatikan segala ajaran yang dibawa oleh junjunan kita Nabi

Muhammad S.A.W., maka kita mengerti bahwa Islam menghendaki manusia

muslim yang sempurna akhlaknya, menghargai kemanusiaan yang melaksanakan

kebajikan sebagai tugas hidupnya.

Adapun akhlak yang menjadikan manusia muslim yang sempurna ialah

tersimpul dalam:

a. Budi pekerti yang dipraktekkan untuk diri sendiri dan untuk keluarga;

b. Budi pekerti yang diwujudkan kea lam kenyataan untuk kemaslahatan dan

kesejahteraan masyarakat pergaulan;

c. Budi pekerti yang diperjuangkan untuk kemakmuran dan kejayaan Negara,

tanah air, dan pemerintahnya. Tiap-tiap muslim harus dapat mewujudkan

kepada masyarakat dengan amal bakti bagi diri sendiri, bagi masyarakat

dan bangsa. Jika semua telah dipenuhi oleh tiap-tiap muslim, maka akan

tercapailah terwujud cita-cita yang selalu diidam-idamkan yaitu

masyarakat yang adil dan makmur yang senantiasa mendapat ridha dari

Allah S.W.T.

D. Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan Umat Islam

1. Eksistensi Akhlak

Islam menempatkan akhlak pada tempat yang sangat strategis, hal ini

terwujud dalam beberapa hal diantaranya;

Rasulullah Saw. diutus kepada umatnya dengan membawa risalah yang

telah diwahyukan Allah swt. melalui Jibril, diantaranya yaitu untuk

menyempurnakan akhlaq. Sebagai mana sabda Rasulullah Saw. dalam salah satu

haditsnya;

7

Page 8: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

“Sesungguhnya Aku diutus untuk menyempurnakan keluhuran akhlak.

(HR. Malik).

Mendefenisikan agama sebagai akhlaq yang baik. Dalam sabda Rasulullah saw.

ketika beliau ditanya tentang makna agama, beliau menjawab;

“bahwa agama adalah akhlak yang baik“.

Timbangan yang paling berat pada hari Kiamat adalah akhlak mulia. Rasulullah

Saw. besabda;

“Timbangan yang berat pada hari perhitungan nanti adalah takwa kepada Allah

dan akhlak mulia“.

Orang-orang mukmin yang bagus keimanannya dan lebih baik diantara

mereka adalah yang paling mulia akhlaknya. Dan masih banyak lagi dalil yang

menunjukkan bahwa Islam menempatkan akhlaq di posisi yang sangat tinggi.

Sebagaimana qudwah kita, Nabi Muhammad Saw. memiliki akhlak yang

baik dan sifat-sifat mulia. Dengan sifat-sifat tersebut, beliau mampu membawa

risalah yang Allah Swt. amanatkan kepadanya dengan membuahkan hasil yang

memuaskan, diantaranya dengan melahirkan generasi-generasi yang tangguh dan

memiliki iman serta ketakwaan kepada Allah Swt. Sehingga, tak jarang beliau

mendapat acungan jempol dari musuh-musuhnya dikarenakan akhlaknya yang

mulia.

Dan setelah kita mengetahui akan pentingnya akhlak mulia dalam Islam,

timbul pula satu pertanyaan, adakah kita mampu membentuk akhlak yang mulia

dalam kepribadian kita sehari-hari ? dan mampukah kita merubah tabiat buruk

seseorang dan membimbingnya untuk berakhlak baik ?.

Ada beberapa hal yang harus diketahui;

8

Page 9: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

Akhlak yang baik secara umum dapat dibentuk didalam diri kita, karena

Allah Swt. memerintahkan kita untuk berakhlak yang mulia dan menjauhi akhlak

yang buruk. Dan jikalau hal ini tidak mungkin ditetapkan kepada manusia pasti

Allah tidak akan mentaklifkan kepada manusia karena Islam tidak memerintahkan

hal-hal yang mustahil kepada umatnya. Dan hal ini berdasakan kemampuan yang

dimiliki setiap individu dan juga ilmu pengetahuan yang dikuasainya. Umumnya

manusia itu telah dianugerahi oleh sebagian akhlak, dan akhlak-akhlak ini bisa

terlihat dalam kehidupan sehari-hari.

Sabda Rasulullah Saw. kepada Abdul Qais;

“Sesungguhnya pada engkau ada dua sifat yang Allah Swt. dan Rasul-Nya

menyukai keduanya yaitu kelembutan dan kesabaran“;

kemudian ia bertanya kepada Rasulullah;

“saya akan berakhlak dengan keduanya, apakah Allah Swt. telah menciptakan

keduanya kepadaku ?”. Rasulullah Saw. bersabda “bahkan kedua-duanya

diciptakan kepada engkau”, maka ia menjawab; “alhamdulillah Allah Swt. telah

menciptakan kedua sifat kepadaku yang mana Allah dan Rasul-Nya menyukai

keduanya“.

Adapun cara-cara dalam membentuk akhlak yang baik :

a. Mengetahui macam-macam akhlak yang baik yang telah ditetapkan dalam

agama Islam dan juga macam-macam akhlak yang buruk yang telah

dilarang oleh Islam. Hal ini sangat penting sekali karena jikalau tidak

diketahui oleh seseorang muslim bagaimana ia bisa membedakan akhlak

yang baik dan akhlak yang tidak baik.

b. Seseorang muslim juga harus mengetahui dan menyadari akan pentingnya

ia berakhlak yang baik karena hal ini berhubungan dengan keimanan dan

ketakwaan kepada Allah Swt. sebagaimana ia juga harus mengetahui akan

bahayanya berakhlak yang buruk.

9

Page 10: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

c. Tidak cukup hanya dengan mengetahuinya saja, tapi juga harus

direalisasikan dalam prilaku sehari-hari sebagai bukti nyata dari keimanan

dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. karena akhlaq yang buruk itu

menunjukkan lemahnya keimanannya kepada sang Khalik, tapi akhlak

yang mulia menunjukkan tingginya iman dan takwa kepada Allah Swt.

d. Memelihara ma’ani-ma’ani aqidah Islam dalam diri karena ia merupakan

kunci keimanan kepada Allah Swt. dan Rasul-Nya yang bisa membuka

jiwa dalam menerima akhlak-akhlak Islami serta merealisasikannya

didalam kehidupan sehari-hari.

Dan masih banyak lagi cara-cara dalam membina dan membentuk akhlak

yang Islami. Sekarang kita telah mengetahui bahwa akhlak merupakan sesuatu

yang terbuka untuk pengembangan, yang memerlukan pendidikan dan latihan

secara kontinyu sehingga menjadi tabiat dan karakter yang melekat

dalamkehidupan sehari-hari yang tentunya kita tetap berqudwah kepada baginda

kita nabi Muhammad Saw. Wallahu A’lam.

2. Urgensi Akhlak

Benarkah akhlak menjadi kunci sukses seseorang dunia akhirat? Apakah

akhlak mempunyai eksistensi dalam Islam? Apakah akhlak menjadi penentu bagi

seseorang untuk masuk syurga? Bukankah cukup hanya dengan Iman, dan banyak

beribadah kita dapat masuk syurga? Apakah benar tujuan dari berbagai ibadah

dalam Islam, seperti puasa, shalat, zakat, dan haji untuk membentuk akhlak

mulia? Apakah tanpa akhlak mulia ibadah kita sia-sia?.

Untuk menjawab semua pertanyaan diatas, perlu kita telusuri dalam Al-

Quran dan Hadits, ternyata banyak hadits dan ayat yang secara langsung maupun

tidak langsung menghubungkan antara ritual/ibadah pembentukkan akhlak mulia,

hal ini dapat kita perhatikan dari berbagai ritual dalam Islam, tenryata semuanya

selalu berhubungan dengan pembentukkan akhlak mulia. Allah mengutus

10

Page 11: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

Rasulullah untuk menyempurnakan akhlak manusia,” sesungguhnya aku diutus

untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak. (H.R. Ahmad).

Hadits tersebut dapat dipahami bahwa Rasulullah diutus untuk

memperbaiki akhlak manusia, mungkin kita akan bertanya, apakah Rasulullah

diutus hanya untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak? Tentu tidak

hanya itu saja, tetapi pada dasarnya syariat yang dibawa para Rasul bermuar pada

pembentukkan akhlak. Apakah manusia tidak mampu memperbaiki akhlaknya

sendiri, sehingga perlu diutus seorang Rasul? Bukankah manusia dibekali akal?

Dengan akalnya manusia dapat menentukan mana yang baik dan mana yang

buruk? Mungkin disatu sisi argument tersebut ada benarnya, tetapi akal manusia

terbatas, kalau akal dapat menentukan baik dan buruk, tentunya Allah tidak perlu

lagi menurunkan kita-kitabnya, tidk perlu mengutus para Nabi untuk menjelaskan

Ayat-ayat-Nya.

Allah sangat peduli kepada manusia, Allah sangat tahu kemampuan

manusia, meskipun diberi akal manusia tetap makhluk yang lemah

pengetahuannya terbatas. Sehingga Allah perlu mengutus Nabi dan Rasul untuk

menjelaskan Kitab-Kitab-Nya dan menunjukkan manusia jalan yang lurus, dan

akhlak yang mulia.

Berbagai ritual diperintahkan Allah melalui para Nabi dan Rasul, ternyata

banyak bermuara pada pembentukkan akhlak, seperti dalam perintah Shalat,” dan

dirikanlah shalat, sesungguhnya Shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar,”

(Q.S. Al-Ankabut:45). Ayat tersebut secara jelas menyatakan, bahwa muara dari

ibadah Shalat adalah terbentuknya pribadi yang terbebas dari sikap keji dan

munkar, pada hakikatnya adalah terbentuknya manusia berakhlak mulia, bahkan

kalau kita telusuri proses ritual Shalat selalu dimulai dengan berbagai persyaratan

tertentu, seperti harus bersih badan, pakaian dan tempat, dengan cara mandi dan

wudhu, intinya Shalat dipersiapkan untuk membentuk sikap manusia selalu

bersih, patuh, tata peraturan, dan melatih seseorang untuk tepat waktu.

11

Page 12: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

Dalam hadits Qudsi Allah berfirman,” sesungguhnya Aku menerima shalat

dari seseorang yang mengerjakannya dengan khusuk karena kebesaran-Ku, dan ia

tidak mengharapkan anugerah dari Shalatnya.

Sebagai hamba-Ku, ia tidak menghabiskan waktu malam karena

bermaksiat kepada-Ku, menghabiskan waktu siangnya untuk berdzikir kepada-

Ku, mengasihi orang miskin, Ibnu Sabili, mengasihi diri, dan menyantuni orang

terkena musibah. Ternyata, Allah menerima shalat seseorang bukan karena

sebagai hamba, tetapi lebih kepada kemuliaan akhlaknya, seperti ikhlas tanpa

pamrih, tidak bekerja karena atasan, menyantuni anak yatim, orang miskin, orang

yang terkena musibah, tidak bermaksiat. Bila akhlak kita belum baik, maka shalat

belum diterima, bahkan ada kemungkinan kita termasuk orang-orang tidak

berakhlak, lebih dari itu, jika kita belum mampu mencegah diri dari perbuatan keji

dan munkar, sebenarnya kita telah gagal dalam ritual shalat, dan kepribadian kita

diragukan.

Selanjutnya, akhlak juga dapat menentukan beriman atau tidaknya

seseorang,” demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah

ia tidak beriman. Para sahabat bertanya, siapakah mereka wahai Rasulullah?

Rasulullah menjawab: orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan

tetangganya (H. R. Muslim). Hadits tersebut secara nyata mengandung arti bahwa

secara meyakinkan orang yang berakhlak buruk kepada tetangganya oleh

Rasulullah dianggap tidak beriman, selama ini mungkin kita menganggap

perbuatan jahat kita kepada orang lain atau tetangga sebagai sesuatu yang biasa,

sesuatu yang tidak akan berpengaruh pada eksistensi keimanan, padahal kalau kita

mengetahui, ternyata berakhlak jelek sangat besar pengaruhnya terhadap

keimanan.

Bahkan manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah manusia

berakhlak jelek,” sesungguhnya manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat

adalah seseorang yang ditinggalkan orang lain, karena menghindari

kejelekannya.” (H.R. Bukhari). Ternyata Allah menggolongkan manusia yang

12

Page 13: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

tidak berakhlak termasuk manusia yang paling jelek dihadapan-Nya. Sebaliknya

orang yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah yang paling baik akhlaknya,

sesungguhnya orang yang paling aku cintai dia yang paling dekat tempat

duduknya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. At-

Tirmidzi).

Ternyata orang mukmin yang sempurna imannya bukan karena banyak

ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya,” orang mukmin yang paling sempurna

imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Abu Daud). Dalam ayat

lain, Allah menyatakan bahwa kita belum sampai kepada kebajikan yang

sempurna sebelum kita menafkahkan harta yang kita cintai, menafkahkan harta

kepada orang yang sangat memerlukan adalah wujud dari kesantunan dan

kedermawanan seseorang, dan sikap itu merupakan bukti kemuliaan akhlaknya,

“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna sebelum kamu

menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai.” (Q.S. Ali Imran:92).

Demikian juga orang bertakwa dan berakhlak mulia dijamin masuk

syurga,” penyebab utama masuknya manusia ke syurga, karena bertakwa kepada

Allah dan kemuliaan akhlaknya.” (H. R. Tirmidzi). Biasanya orang bertakwa akan

berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan akhlak mulia, perbuatan baik

merupakan wujud kemuliaan akhlaknya, sedangkan perbuatan baik akan

menghapus perbuatan-perbuatan buruk,” sesungguhnya perbuatan-perbuatan

(akhlak) yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan buruk.” (Q.S.

Hud:114). Ternyata keberhasilan ritual seseorang disisi Allah dilihat dari

sejauhmana ia telah menghiasi diri dengan akhlak yang mulia.

13

Page 14: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari sekian banyak uraian yang kami kemukakan, maka kami dapat

menyimpulkan bahwa:

a. Akhlak itu artinya tabiat, budi pekerti, watak, tatakrama, kesusilaan, sopan

santun, dan moral. Sedangkan jenisnya terbagi kepada dua bagian yaitu

akhlak terpuji (akhlakul mahmudah) dan akhlak tercela (akhlakul

mazmumah);

b. Akhlak bertujuan untuk menciptakan manusia sebagai makhluk yang

tinggi dan sempurna, dan membedakannya dari makhluk-makhluk yang

lainnya. Sedangkan sumbernya akhlak itu dapat dibedakan atas dua

bagian, yaitu akhlak yang bersumber keagamaan dan akhlak yang

bersumber tanpa agama;

c. Akhlak terhadap sesama manusia itu antara lain akhlak terhadap orang tua,

akhlak terhadap saudara, akhlak terhadap tetangga, akhlak terhadap

sesama muslim, dan akhlak terhadap kaum lemah;

B. Saran

Makalah ini kami susun dengan tujuan untuk memenuhi tugas kelompok

pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam dengan pokok bahasan mengenai

“Eksistensi dan Urgensi Akhlak dalam kehidupan Umat Islam”, maka kami ingin

menyampaikan saran sebagai berikut:

a. Kita sebagai manusia jangan sekali-kali melakukan akhlak yang buruk,

tetapi perbanyaklah melakukan akhlak yang baik;

b. Sebagai orang muslim, kita harus berbuat baik terhadap sesama manusia

yaitu kepada saudara, orang tua, kaum lemah dan tetangga. Walau pun

kaum lemah dan tetangga itu bukan orang muslim atau berlainan agama.

14

Page 15: Eksistensi dan Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

DAFTAR PUSTAKA

Moh. Rifai, 1994, Aqidah Akhlak MA Kelas I, Semarang : CV.WICAKSANA;

H. Atjep Effendi, 1994, Aqidah Akhlak MTs Kelas III, Bandung : CV.ARMICO;

Mahyuddin, 1999, Kuliah Akhlak Tasawuf, Jakarta : KALAM MULIA

Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), Bulan Bintang, Jakarta, 1975

Rachmat Djatnika, Akhlak Mulia, Pustaka, Jakarta, 1996

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Raja Grafindo

http://al-bhustomy.blogspot.com/2009/02/eksistensi-akhlak-dalam-islam.html

http://riwayat.wordpress.com/2008/05/01/urgensi-akhlak-dalam-ritual-islam/

http://copypst.wordpress.com/makalah-akhlaq-buat-you/

15