trauma lahir

18
Trauma Lahir Definisi Trauma lahir ialah cedera pada neonatus akibat proses persalinan/ kelahiran Epidemiologi Insidensi trauma lahir adalah 2-7 per 1000 kelahiran hidup 5-8 dari 1000 kematian lahir akibat trauma mekanik dan 25 per 100.000 akibat trauma anoksik Macam-macam trauma bayi baru lahir : a. Trauma jaringan lunak : eritema, petekie, ekimosis/ hematoma, abrasi/ laserasi kulit b. Trauma ekstrakranial : kaput suksedaneum, sefalhematoma, perdarahan subgaleal (subaponeurosis) c. Trauma intra abdominal : hati, limpa, kelenjar adrenal d. Trauma intrakranial : perdarahan subdural, subarachnoid primer, intraventrikular, intraserebelar e. Fraktura tulang : klavikula, humerus, femur, tengkorak (linier, depresi) f. Paresis/ paralisis : plexus brachialis, saraf phrenicus, saraf fasialis perifer Eritema Keremahan pada kulit Terjadi akibat persalinam menggunakan forseps, vakum ekstraksi, persalinan sungsang, disproposi kepala panggul Penatalaksanaan : Observasi Petekie

Upload: vidia-amrina-rasyada

Post on 29-Jan-2016

31 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Trauma Lahir

TRANSCRIPT

Page 1: Trauma Lahir

Trauma Lahir

DefinisiTrauma lahir ialah cedera pada neonatus akibat proses persalinan/ kelahiran

Epidemiologi• Insidensi trauma lahir adalah 2-7 per 1000 kelahiran hidup• 5-8 dari 1000 kematian lahir akibat trauma mekanik dan 25 per 100.000 akibat trauma

anoksik

Macam-macam trauma bayi baru lahir :a. Trauma jaringan lunak : eritema, petekie, ekimosis/ hematoma, abrasi/

laserasi kulitb. Trauma ekstrakranial : kaput suksedaneum, sefalhematoma, perdarahan

subgaleal (subaponeurosis)c. Trauma intra abdominal : hati, limpa, kelenjar adrenald. Trauma intrakranial : perdarahan subdural, subarachnoid primer,

intraventrikular, intraserebelare. Fraktura tulang : klavikula, humerus, femur, tengkorak (linier, depresi)f. Paresis/ paralisis : plexus brachialis, saraf phrenicus, saraf fasialis perifer

Eritema• Keremahan pada kulit• Terjadi akibat persalinam menggunakan forseps, vakum ekstraksi, persalinan

sungsang, disproposi kepala panggul• Penatalaksanaan : Observasi

Petekie• Bercak merah kecil-kecil akibat adanya gangguan (bendungan) aliran darah perifer• Terjadi pada lilitan tali pusat, partus lama, tekanan jalan lahir• Penatalaksanaan : Observasi

Ekimosis dan Hematoma• Perdarahan yang lebih luas dari petekie• Presentasi muka, Letak sungsang• Dapat timbul anemia, shock, dan ikterus• Penatalaksanaan

– Ringan : Observasi– Berat : Transfusi darah, penatalaksanaan ikterus

Page 2: Trauma Lahir

Abrasi• Terkelupasnya lapisan kulit bagian terluar yang bisa diakibatkan oleh proses

persalinan• Presentasi muka, Cunam, vakum ekstraksi• Penatalaksanaan

– Bersihkan abrasi dengan povidon yodium 2,5 %– Biarkan kering dan bersih– Bila tidak ada tanda/gejala infeksi, bayi dapat pulang– Bila ada tanda/gejala infeksi, beri antibiotik topikal 3 kali per hari selama 5

hari dan biarkan tempat luka terbuka– Pada akhir minggu, bayi dikontrol kembali, bila tidak ada tanda/ gejala infeksi

tidak perlu pengobatan lebih lanjut

Luka Sayatan• Terputusnya integritas jaringan kulit• SC• Penatalaksanaan :

– Basuh luka dengan povidon yodium 2,5 %– Biarkan luka kering dan bersih– Bila luka terbuka, tautkan dengan plester menyeberang luka dan biarkan 1

minggu– Akhir minggu plester dilepas, bila luka sudah membaik, tidak perlu

pengobatan lagi– Bila ada infeksi lokal seperti: kemerahan, panas, bengkak, maka sarankan

pada ibu cepat kontrol kembali, kemudian bukalah plester dan beri topikal antibiotik 3 kali per hari untuk 5 hari dan luka tidak usah ditutup

Nekrosis Jaringan Lunak• Benjolan yang keras di jaringan kulit dan subkutis batas tegas, permukaan kulit

kemerahan• Pada bayi besar, cunam, manipulasi kasar persalinan• Penatalaksanaan : Observasi

Kaput Suksedaenum• Edema (benjolan) berisi plasma yang timbul segera setelah bayi lahir• Benjolan lunak, batas tidak tegas, tidak berfluktuasi, dapat melampaui sutura• Akibat tekanan yang keras pada kepala saat di jalan lahir, sehingga terjadi bendungan

sirkulasi kapiler dan aliran limfe.• Menghilang dalam 2-6 hari• Tidak perlu tindakan• Prognosis baik

Sefal Hematoma• Perdarahan pada ruangan sub-periosteum

Page 3: Trauma Lahir

kepala dan baru tampak beberapa jam setelah lahir (umur 6 – 8 jam)• benjolan difus, batas tegas, tidak melewati sutura• Akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periostium

• Klinis– tumor batas tegas kenyal– Tumor besar anemia– Kadang-kadang berhubungan dengan fraktur linier tulang tengkorak (5 – 15

%)• Tidak perlu terapi resolusi sendiri 2 – 8 minggu• Gejala sisa: timbul perkapuran mengeras mengecil dalam waktu 2 – 3 bulan• Prognosis baik

Perdarahan Subgaleal• Perdarahan di bawah galea aponeurosis• Etiologi : trauma lahir dan defek sistem koagulasi darah• Tanda klinis

– Batas tidak tegas– Warna kemerahan– Fluktuasi positif– Dapat meluas– Disertai anemia bila berat

kesan: bentuk kepala tidak simetris• Pemeriksaan diagnostik

– Foto rontgen kepala/ CT-scan– Pungsi lumbal bila perlu– Uji trombosit/ pembekuan darah

• Terapi– Istirahat jangan banyak dimanipulasi– Transfusi darah bila perlu– Perbaiki K.U– Vitamin K

• Prognosis– Tergantung luasnya perdarahan 2 – 3 minggu

Fraktur Tengkorak• Tidak umum terjadi karena tengkorak yang dapat ditekan & sutura terbuka• Forsep/partus lama• Linear/tertekan• Biasanya tanpa gejala• Perdarahan intrakranial terkait mungkin menyebabkan gejala• Fraktur Tengkorak Linear

• Fraktur pada bagian cembung tengkorak• Mungkin terjadi cepalhematoma

Page 4: Trauma Lahir

• Fraktur Tengkorak karena Tekanan• Lekukan ping-pong• Biasanya tanpa gejala

• Penatalaksanaan:• Konservatif: peningkatan fraktur akibat tekanan oleh vakum• Elevasi melalui pembedahan

• Prognosis: sembuh dalam beberapa bulan

Perdarahan Epidural• Langka :2,2% dari semua perdarahan intrakranial• Trauma terhadap arteri meningeal tengah• Gejala klinik:

– Tidak spesifik: fontanel yang menonjol– Spesifik: kejang lateralisasi, deviasi mata

• Diagnosis: – CT kepala– Foto rontgen: fraktur tengkorak yang terkait dengan keadaan perdarahan

• Terapi: sebagian besar memerlukan evakuasi pembedahan

Perdarahan Subdural• Paling sering: 73% dari semua perdarahan intrakranial • Trauma pada vena dan sinus vena serta laserasi:

– Tentorium – Falx– Vena serebral superfisial – Ostendiastasis occipital

• Gejala klinis (dalam 24 jam):– Respirasi: apnea, sianosis– SSP: kejang, defisit fokal, letargi, hipotonia– Fossa posterior : ↑ICP:apnea, pupil tidak sama, deviasi mata, koma

• Diagnosis: – CT kepala– MRI: untuk melihat batas-batas hematoma fossa posterior– Foto rontgen: fraktur tengkorak terkait

• Terapi: – Konservatif (suportif) atau evakuasi pembedahan

Perdarahan Subarachnoid• Insidensi: 0,1 per 1000 kelahiran• Trauma terhadap vena penghubung pada ruang subarachnoid• Gejala klinis:

– Bisa tanpa gejala– SSP: kejang biasanya pada hari ke-2, di hari lain normal selama during

interictal

Page 5: Trauma Lahir

• Diagnosis: – CT kepala– CSF: berdarah

• Terapi: – Konservatif (suportif)

• Memantau hidrocepalus pasca perdarahan

Perdarahan Intraventrikular• Faktor risiko:

– Trauma mekanik (cunam, sungsang)– Hipoksi/ asfiksia (skor APGAR rendah)– Masa gestasi < 32 minggu– BBLR < 1500 gram

• Gejala klinis:– Iritabel, sopor, kejang fokal/ multifokal– Apnea, UUB membonjol

• Diagnosis:– USG, CT-Scan– LP CSS: warna santokrome, eritrosit >, protein

• Komplikasi: hidrosefalus

Trauma Spinal Cord• Diakibatkan oleh traksi atau rotasi berlebihan• Lokasi utama cedera:

– Daerah servikal bawah dan toraks atas untuk persalinan sungsang:– Daerah servikal atas atau tengah untuk persalinan verteks

Presentasi klinis:• Tidak adanya fungsi motorik ke arah distal:

• ↓ fungsi respirasi• Hilangnya refleks tendon dalam • Gangguan kontrol sirkulasi tepi → ketidakstabilan suhu• Konstipasi, retensi urin• Diagnosis : penilaian terhadap luasnya cedera: CT, MRI• Penatalaksanaan :

• Resusitasi• Pencegahan cedera lebih lanjut• Memberikan dukungan untuk mengatasi penurunan fungsi syaraf

Nerve Palsi Wajah Etiologi

o Kompresi syaraf tepi, disebabkan oleh: forsep, partus lama, kompresi in

uteroo Trauma SSP: pada fraktur tulang temporal

Page 6: Trauma Lahir

Manifestasi Klinis o Paralisi muncul dini

o Unilateral/bilateral

o Sisi yang terkena kelainan rata/berada di posisi lebih turun

o Menjadi lebih parah oleh menangis

Penatalaksanaan o Suportif: penutup mata protektif, lubrikasi kornea setiap 4 jam

o Mulai pemberian asupan

Prognosis

• 85% sembuh dalam 1 minggu• 90% sembuh dalam 1 tahun• Pembedahan jika tidak sembuh sendiri dalam 1 tahun

Traum Plexus Brachial• Etiologi

• LGA >3500g pada 50-70% kasus• Presentasi abnormal atau persalinan disfungsional• Tanda-tanda gawat janin pada 44%• Distosia bahu• Persalinan sungsang

• Trauma bilateral pada 8-23%

• Lesi traumatis terkait dengan trauma plexus brachial:• Fraktur klavikula 10%• Fraktur humerus 10%• Subluksasi cervical spine 5% • Trauma cervical 5-10%• Palsi wajah (10-20%)\

Palsi ErbEtiologi• Cedera akibat regangan C5-C7 (pleksus atas)• 90% kasus

Diagnosis:• Pemeriksaan klinis• Foto rontgen untuk menyisihkan kemungkinan trauma tulang

Manifestasi KlinisEkstremitas yang terlibat berada:• Dalam posisi aduksi• Dalam posisi pronasi dan terotasi secara internal• Relfleks Moro, bisep dan radial tidak ada• Refleks gengam biasanya ada

Page 7: Trauma Lahir

• 2-5% paresis syaraf prenik ipsilateral• Postur "waiter's tip“• Gawat pernafasan jika syaraf prenik juga cedera

Palsi Kumpkle• Etiologi

• Cedera karena regangan terhadap C8-T1 (pleksus bawah)• 10% kasus

• Diagnosis:• Pemeriksaan klinis• Foto rontgen untuk menyisihkan kemungkinan cedera otot

• Manifestasi Klinis• Refleks cengkram tidak ada• Jari berada dalam posisi seperti akan mencakar (Clawing)

• Terkait dengan:• Sindrom Horner (ptosis, myosis, anhidrosis): Trauma terhadap serabut

simpatis T1

Penatalaksanaan Trauma Brachial• Pencegahan kontraktur• Untuk mencegah ketidaknyamanan: Imobilisasi ekstremitas secara perlahan melintang

di atas perut untuk minggu pertama, lalu • Mulailah latihan pergerakan dengan kisaran pasif pada semua sendi• Splint penahan pergelangan tangan• Eksplorasi pembedahan – jika tidak terjadi pemulihan fungsional bermakna dalam 3

bulan• Eksplorasi setelah 6 bulan hanya memberikan sedikit keuntungan

Prognosis Trauma Brakhial• Bergantung pada keparahan dan luas lesi:

– Regang- 90-100% pemulihan dalam 1 tahun– Ruptur – memerlukan koreksi dengan pembedahan– Avulsi - memerlukan koreksi dengan pembedahan

• 88% sembuh dalam waktu 4 bulan; 92% sembuh dalam waktu 12 bulan; 93% sembuh dalam 48 bulan

• Defisit residual jangka panjang– Kelainan pembentukan tulang progresif– Atropi otot– Kontraktur sendi – Pertumbuhan ekstremitas terganggu

Trauma Saraf Laringeal

Page 8: Trauma Lahir

• Trauma terjadi akibat postur di dalam rahim atau selama persalinan ketika kepala terotasi dan menekuk ke arah lateral

• Ditemui bersamaan dengan tangisan serak atau stridor pernafasan• Diagnosis: laringoskopi langsung (direct)• Terapi: Suportif

– Pemberian asupan dalam jumlah kecil dan sering ketika bayi stabil– Meminimalkan risiko aspirasi– Bayi dengan kelainan bilateral mungkin memerlukan pemberian asupan

dengan cara gavage dan trakeotomi• Prognosis: pemulihan spontan dalam waktu 4-6 minggu, pemulihan penuh dalam

waktu 6-12 bulan

Fraktur Tulang Panjang• Tidak umum: 0,1 per 1000 kelahiran hidup• Faktor risiko:

– Sungsang– Bedah sesar– Berat badan rendah

• Klinis:– Pergerakan menurun– Pembengkakan dan nyeri pada pergerakan pasif

• Obgyn mungkin merasakan atau mendengar bunyi fraktur pada saat persalinan• Diagnosis: Foto rontgen• Tata laksana:

– Splinting/immobilisasi dalam posisi aduksi– Reduksi tertutup dan pemasangan gisp jika bergeser– Mengamati keberadaan cedera syaraf radial– Pembentukan kalus terjadi dan pemulihan lengkap diharapkan terjadi dalam 2-

4 minggu.– Dalam 8-10 hari, pembentukan kalus cukup untuk menghentikan imobilisasi

Trauma Intra Abdominal• Tidak umum• Riwayat persalinan yang sulit• Perdarahan merupakan komplikasi akut yang paling serius• Hati merupakan organ internal yang paling sering mengalami kerusakan • Gejala-gejala klinis:

– Perdarahan: fulminant (syok) atau insidious– Kulit abdomen di atasnya: perubahan warna menjadi kebiruan

Page 9: Trauma Lahir

PERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR

1. PengertianPerawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikatan tali pusat yang

menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi, dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan bersih dan terhindar dari infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif yaitu tali pusat akan “puput” pada hari ke-5 sampai hari ke-7 tanpa ada komplikasi, sedangkan dampak negatif dari perawatan tali pusat yang tidak benar adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan kematian ( Depkes, 2007)

2. Tujuan Perawatan Tali PusatTujuan perawatan tali pusat adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus

pada bayi baru lahir penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman tetanus kedalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril, pemakaian obat-obatan, bubuk atau daun-daunan yang ditaburkan ke tali pusat sehingga dapat mengakibatkan infeksi (Depkes RI, 2005).

3. Lama Waktu Terlepasnya Tali Pusat

Tali pusat orok berwarna kebiru-biruan dan panjang sekitar 2,5 – 5 cm segera setelah dipotong. Penjepit tali pusat digunakan untuk menghentikan perdarahan. Penjepit tali pusat ini dibuang ketika tali pusat sudah kering, biasanya sebelum ke luar dari rumah sakit atau dalam waktu dua puluh empat jam hingga empat puluh delapan jam setelah lahir. Sisa tali pusat yang masih menempel di perut bayi (umbilical stump), akan mengering dan biasanya akan terlepas sendiri dalam waktu 1-3 minggu, meskipun ada juga yang baru lepas setelah 4 minggu.

Tali pusat sebaiknya dibiarkan lepas dengan sendirinya. Jangan memegang-megang atau bahkan menariknya. Bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, bayi demam tanpa sebab yang jelas maka kondisi tersebut menandakan munculnya penyulit pada neonatus yang disebabkan oleh tali pusat.

Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Lamanya Lepasnya Tali Pusat

Lepasnya tali pusat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya adalah :

1. Timbulnya infeksi pada tali pusat, disebabkan karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambu/

Page 10: Trauma Lahir

gunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak, daun-daunan, kopi dan sebagainya.

2. Cara perawatan tali pusat, penelitian menunjukkan bahwa tali pusat yang dibersihkan dengan air dan sabun cenderung lebih cepat puput (lepas) daripada tali pusat yang dibersihkan dengan alkohol.

3. Kelembaban tali pusat, tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi.

4. Kondisi sanitasi lingkungan sekitar neonatus, Spora C. tetani yang masuk melalui luka tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan.

4. Cara Perawatan Tali Pusat1. Pastikan tali pusat dan area sekelilingnya selalu bersih dan kering.2. Cuci tangan dengan menggunakan air bersih dan sabun sebelum membersihkan tali

pusat.3. Selama belum tali pusatnya puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara

dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat. Alasannya, untuk menjaga tali pusat tetap kering. Bagian yang harus selalu dibersihkan adalah pangkal tali pusat, bukan atasnya. Untuk membersihkan pangkal ini, Anda harus sedikit mengangkat (bukan menarik) tali pusat. Bersihkan pangkal tali pusat dengan kassa/ kapa steril yang dibasahi dengan air steril/ air matang, kemudian keringkan. Tali pusat harus dibersihkan sedikitnya dua kali dalam sehari.

4. Tali pusat juga tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi. Kalaupun terpaksa ditutup tutup atau ikat dengan longgar pada bagian atas tali pusat dengan kain kasa steril. Pastikan bagian pangkal tali pusat dapat terkena udara dengan leluasa.

5. Orangtua dapat menghubungi dokter bila tali pusat belum juga puput setelah 4 minggu, atau bila terlihat adanya tanda-tanda infeksi, seperti; pangkal tali pusat dan daerah sekitarnya berwarna merah, keluar cairan yang berbau, ada darah yang keluar terus- menerus, dan/atau bayi demam tanpa sebab yang jelas. Setelah tali pusat lepas, terkadang pusar bayi terlihat menonjol (bodong). Dalam budaya kita ada anjuran untuk menempelkan uang logam (binggel) di atas pusar bayi setelah tali pusatnya puput. Tujuannya agar pusar anak tidak menonjol (bodong). Padahal tanpa diberi pemberat pun (uang logam), lama-lama tonjolan terebut akan menghilang. Dan sesungguhnya, pusar bodong atau tidak lebih dipengaruhi oleh faktor genetik (EG)

Page 11: Trauma Lahir

5. Waktu Perawatan Tali PusatWaktu untuk melakukan perawatan tali pusat menurut Sodikin (2009), yaitu :

1. Sehabis mandi pagi atau sore.2. Sewaktu-waktu bila balutan tali pusat basah oleh air kencing atau kotoran bayi.3. Lakukan sampai tali pusat puput atau kering.

Selama tali pusat belum lepas atau puput, sebaiknya bayi tidak dimandikan dengan cara dimasukkan ke dalam bak mandi. Bayi hanya perlu dilap saja dengan menggunakan air hangat. Hal ini dilakukan agar tali pusat dan daerah sekitarnya tetap dalam keadaan kering. Tali pusat harus selalu dilihat pada waktu mengganti popok sampai tali pusat tersebut lepas dan luka pada umbilikusnya sembuh (Sodikin, 2009).

6. Tanda-tanda Infeksi Tali Pusat

Tanda-tanda infeksi pada tali pusat menurut Sodikin (2009)1. Pangkal tali pusat atau sekitarnya berwarna merah atau bengkak2. Keluar cairan yang berbau dan bernanah3. Ada darah yang keluar terus menerus4. Kejang5. Bayi mengalami demam

7. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Perawatan Tali PusatHal-hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat menurut Sodikin

(2009), yaitu :1. Jangan menggunakan plester dalam membalut tali pusat bayi karena dapat

menyebabkan iritasi sekitar daerah tali pusat.2. Daerah tali pusat dan sekitarnya harus selalu dalam keadaan kering dan bersih,3. Jangan mengoleskan alkohol atau betadine pada tali pusat karena akan menyebabkan

tali pusat menjadi lembab.4. Lipatlah popok di bawah puntung tali pusat.5. Bila terdapat tanda-tanda infeksi pada tali pusat, seperti kemerahan atau mengeluarkan

nanah atau darah dan berbau segera hubungi petugas kesehatan.6. Jangan membungkus pusat atau mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung

tali pusat.

Page 12: Trauma Lahir

DAFTAR PUSTAKA

1. Mangunatmadja I., Deteksi Dini Gangguan Tumbuh Kembang Bayi Risiko Tinggi, dalam Temu Muka dan Konsultasi : Deteksi dan Stimulasi Dini Bayi Risiko Tinggi, Jakarta, 2000.

2. Maridin F., Kematian Perinatal di RSUP Sarjito th 1991-1995 & Analisis Faktor Resiko, Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UGM, Yogyakarta,1996 : 2-4

3. Wiknjosastro H., Perlukaan persalinan, dalam Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997 : 716-722.

4. Nygaard D., Traumatic Birth Syndrom, http://www.yahoo.com., 2001

5. Plasker E., Traumatic Birth Syndrom, http://www.google.com., 2002

2. Monheit, Silverman, Fodera, Birth Injury Birth Trauma, http://www.google.com., 2002.

3. Rima M et all, Kamus Kedokteran Dorland, Ed.XXVI, EGC, Jakarta, 1996 : 1951.

4. Hasan R., Alatas H., Ilmu Kesehatan Anak, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI, Jakarta, 1985 : 1069-1071.

5. Pranoto I., Pertumbuhan dan Perkembangan Intrauterin, Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan FK UGM, Yogyakarta,1992.

6. Rachman M & Dardjad M.T., Segi-segi Praktis Ilmu Kesehatan Anak, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah Kedokteran,Jakarta,1987.

7. Behrman R., Vaughan V., Trauma lahir, dalam Nelson- Ilmu Kesehatan Anak, Ed. XII, EGC, Jakarta, 1994 : 608-614.

8. Oxorn H., Bayi Baru lahir, dalam Ilmu Kebidanan : Patologi & Fisiologi Persalinan, Yayasan Esentia Medika, 1996 : 660-681.

9. Bagian Obstetri dan Ginekologi, Obstetri Operatif, FK Unpad, Bandung, 1977 : 37-85

10. BoBak, Irene M.2000 . Perawatan Maternitas dan Ginekologi. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pelajaran.

Page 13: Trauma Lahir

11. Cunningham, dkk.1995. Obstetri Cuilliams. Jakarta : EGC.12. Farrer, Helen.1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC