tinjauan pustaka.fix

30
BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny.NM Umur : 72 Tahun JK : Perempuan RM : 117797 MRS : 26/03/2015 II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Nyeri paha kanan Anamnesa Terpimpin : Dialami sejak ± 2 minggu yang lalu SMRS. Nyeri dirasakan terus menerus . Rasa baal dan kram pada tungkai tidak ada. Mekanisme trauma : Pasien jatuh saat hendak menyalakan mesin air yang ada di dapur kemudian pasien terpeleset dan jatuh dengan posisi duduk. Riwayat-Riwayat : Riwayat trauma sebelumnya tidak ada 1

Upload: hendrik

Post on 21-Dec-2015

229 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

closed fraktur collum femoralis dextra

TRANSCRIPT

Page 1: Tinjauan Pustaka.fix

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny.NM

Umur : 72 Tahun

JK : Perempuan

RM : 117797

MRS : 26/03/2015

II. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Nyeri paha kanan

Anamnesa Terpimpin : Dialami sejak ± 2 minggu yang lalu SMRS.

Nyeri dirasakan terus menerus . Rasa baal dan kram pada tungkai tidak

ada.

Mekanisme trauma : Pasien jatuh saat hendak menyalakan mesin air

yang ada di dapur kemudian pasien terpeleset dan jatuh dengan posisi

duduk.

Riwayat-Riwayat :

Riwayat trauma sebelumnya tidak ada

Riwayat DM tidak ada

Riwayat Hipertensi ada

1

Page 2: Tinjauan Pustaka.fix

Riwayat Pengobatan : Pasien sempat di rawat di RS. Dadi dan dilakukan

skin traksi

III. PEMERIKSAAN FISIS

PRIMARY SURVEY

• Airway : Paten

• Breathing : RR:20x/menit, Simetris, Spontan, thoracoabdominal

•Circulation : BP=130/80 mmHg, N=80x/menit kuat angkat dan

reguler

•Disability : GCS 15 (E4M6V5), isokor, pupil ϕ 2.5 mm, refleks

cahaya +/+

• Exposure : suhu axilla = 36.5oC

SECONDARY SURVEY

Regio Cruris DextraInpeksi : Edema (+), deformitas (-), hematoma (-) pemendekan (-)Palpasi : Nyeri tekan (+)ROM : - Gerak aktif dan pasif sendi pergelangan kaki normal

- Gerak aktif dan pasif sendi tidak dapat dievaluasi karena nyeri

NVD : Sensibilitas baik, pulsasi arteri dorsalis pedis teraba, pulsasi arteri tibiali posterior teraba, CRT < 2 detik, ekstensi ibu jari kaki (+)

FOTO KLINIS

2

Page 3: Tinjauan Pustaka.fix

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 2-4-2015

WBC 4,9 x 103

RBC 5,54 x 106

HGB 11,2 gr/dl

HCT 44,5 %

PLT 1170 x 103

3

Page 4: Tinjauan Pustaka.fix

Pemeriksaan Radiologi

-Foto Pelvis AP

Kesan : Fraktur collum femoralis dextra

V. DIAGNOSIS KERJA

Closed fracture collum femoralis dextra

VI. TERAPI

IVFD RL 28 tpm

Ketorolac 30 mg/8 jam/ intravena

Ranitidin 50 mg/8 jam/ intravena

Pasang skin traksi

4

Page 5: Tinjauan Pustaka.fix

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN

Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan

tubuh, pelindung organ tubuh. Tulang juga memungkinkan gerakan dan dapat

berfungsi sebagai tempat penyimpanan garam mineral, tetapi fungsi-fungsi dari

tersebut bisa saja hilang dengan terjatuh, benturan atau kecelakaan yang

menyebabkan patah tulang atau fraktur.

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas dari tulang, sering diikuti oleh kerusakan

jaringan lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot

dan persarafan.1 Dengan bertambahnya usia, angka kejadian fraktur femur

meningkat secara eksponensial. Meskipun dapat dipulihkan dengan operasi,

fraktur femur menyebabkan peningkatan biaya kesehatan.

Sampai saat ini, fraktur femur makin sering dilaporkan dan masih tetap menjadi

tantangan bagi ahli orthopaedi.1 Walaupun penatalaksanaan di bidang orthopaedi

dan geriatri telah berkembang, akan tetapi mortalitas dalam satu tahun pasca

trauma masih tetap tinggi, berkisar antara 10 sampai 20 persen. Sehingga

keinginan untuk mengembangkan penanganan fraktur ini masih tetap tinggi.

Penatalaksanaan fraktur femur harus dilaksanakan secepat dan sebaik mungkin

karena jika ada gangguan suplai darah ke kaput femur yang tidak dikontrol

dengan baik, dapat menyebabkan peningkatan kemungkinan terjadinya avaskular

nekrosis.1

2. ANATOMI

Tulang femur adalah tulang terpanjang yang ada di tubuh kita. Tulang ini

memiliki karakteristik yaitu:2

5

Page 6: Tinjauan Pustaka.fix

Artikulasi kaput femoralis dengan acetabulum pada tulang panggul. Dia terpisah

dengan collum femoris dan bentuknya bulat,halus dan ditutupi deengan tulang

rawan sendi. Konfigurasi ini memungkinkan area pegerakan yang bebas. Bagian

caput mengarah ke arah medial, ke atas, dan kedepan acetabulum. Fovea adalah

lekukan ditengah caput, dimana ligamentum teres menempel. Collum femur

membentuk sudut 1250 dengan corpus femur. Pengurangan dan pelebaran sudut

yang patologis masing –masing disebut deformitas coxa vara dan coxa valga.

Corpus femur menentukan panjang tulang. Pada bagian ujung diatasnya terdapat

trochanter major dan pada bagian posteromedialnya terdapat trochanter minor.

Bagian anteriornya yang kasar yaitu line trochanteric membatasi pertemuan antara

corpus dan collum. Linea aspera adalah tonjolan yang berjalan secara longitudinal

sepanjang permukaan posterior femur, yang terbagi, pada bagian bawah menjadi

garis- garis suprakondilar. Garis suprakondilar medial berakhir pada adductor

tubercle.

Ujung bawah femur teridiri dari condilus femoral, medial dan lateral femur

epicondilus medial. Bagian tersebut menunjang permukaan persendian dengan

tibia pada sendi lutut. Lateral epycondilus lebih menonjol dari medila

epycondilus, hal ini untuk mencegah pergeseran lateral dari patella. Kondilus –

kondilus itu didipisahkan bagian posteriornya dengan sebuah intercondylar notch

yang dalam. Femur bawah pada bagian anteriornya halus untuk berartikulasi

dengan bagian posterior patella.2

6

Page 7: Tinjauan Pustaka.fix

Gambar 1. Tulang paha, femur, tampak depan, belakang, medial

*Dikutip dari kepustakaan 2,3

Anatomi normal osseus pada femur cukup jelas. Proyeksi normal x – ray

nya adalah AP dan lateral. Jika terdpat Fraktur femur sebenarnya sangat

jelas, seperti yang biasa diperkirakan, mungkin saja frakturnya

transversal, spiral, atau comminut fraktur, dengan variasi sudut dan

bagian – bagian yang tumpang tindih.4

2. DEFINISI

Pengertian dari fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan

atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.

Sedangkan fraktur colum femur adalah fraktur yang terjadi pada colum

femur. Fraktur kolum femur merupakan fraktur intrakapsular yang

terjadi pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah

mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian

proksimal dari intertrokanter.

3. ETIOLOGI

Kebanyakan fraktur terjadi akibat taruma yang disebabkan oleh

kegagalan tulang menahan tekanan membengkok, memutar dan tarikan.

Fraktur kolum femur sering tejadi pada wanita yang disebabkan oleh

7

Page 8: Tinjauan Pustaka.fix

kerapuhan tulang akibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca

menopause. Trauma yang dapat menyebabkan fraktur dapat berupa trauma

langsung dan trauma tidak langsung.

Trauma Langsung

Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan

terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya

bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.

Trauma Tidak Langsung

Apabila trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah

fraktur, misalnya jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan

fraktur pada clavicula. Pada keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap

utuh.5,6

4. KLASIFIKASI

Fraktur dapat terbagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu:

1.Klasifikasi etiologis

Fraktur traumatik

Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba

Fraktur patologis

Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan

patologis di dalam tulang, misalnya tumor tulang primer atau

sekunder, mieloma multipel, kista tulang, osteomielitis dan

sebagainya.

Fraktur stres

Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu

tempat tertentu.5

2.Klasifikasi klinis

Fraktur tertutup (simple fracture)

8

Page 9: Tinjauan Pustaka.fix

Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan

dunia luar.

Fraktur terbuka (compound fracture)

Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar

melalui lika pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from

within (dari dalam) atau from without (dari luar)

Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)

Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya

malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.2

3.Klasifikasi radiologis

FRAKTUR LEHER FEMUR

Tingkat kejadian yang tinggi karena faktor usia yang merupakan akibat dari

berkurangnya kepadatan tulang

Fraktur leher femur dibagi atas intra- (rusaknya suplai darah ke head

femur) dan extra- (suplai darah intak) capsular. Diklasifikasikan

berdasarkan anatominya. Intracapsular dibagi kedalam subcapital,

transcervical dan basicervical. Extracapsular tergantung dari fraktur

pertrochanteric

9

Page 10: Tinjauan Pustaka.fix

Gambar 2.1*Dikutip dari kepustakaan 7,8

Biasanya pada wanita dewasa; dibawah usia 60 tahun, laki-laki lebih sering

terkena (biasanya extrakapsular fraktur)

Sering ditemukan pada pasien yang mengkonsumsi berbagai macam obat

seperti corticosteroids, thyroxine, phenytoin and furosemide

Kebanyakan hanya berkaitan dengan trauma kecil

Fraktur Intracapsular diklasifikasikan

Grade I :Incomplete, korteks inferior tidak sepenuhnya rusak

Grade II :Complete, korteks inferior rusak, tapi trabekulum tidak

angulasi

Grade III :Slightly displaced, pola trabekular angulasi

Grade IV :Fully displaced, grade terberat, sering kali tidak ada

kontinuitas tulang 9

Gambar 2.2

*Dikutip dari kepustakaan9

10

Page 11: Tinjauan Pustaka.fix

5. PATOFISIOLOGI

Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan

sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang

akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atu tidak lengkap.

Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur

tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.10

Fraktur terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma

tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang,ada 2 faktor yang

mempengaruhi terjadinya frakturya itu ekstrinsik (meliputi kecepatan,

sedangkan durasi trauma yang mengenai tulang, arah dan kekuatan), intrinsik

meliputi kapasitas tulang mengabsorbsi energi trauma, kelenturan, kekuatan

adanya densitas tulang – tulang yang dapat menyebabkan terjadinya patah

pada tulang bermacam-macam, antara lain trauma langsung dan tidak

langsung, akibat keadaan patologi serta secara spontan.10

6. GEJALA KLINIS

Gejala klinis dari fraktur collum femur ini adalah nyeri terus menerus dan

bertambah beratnya sampai tulang dismobilisasi. Dapat juga terjadi deformitas

dimana daya tarik kekuatan otot menyebbakan fragmen tulang berpindah dari

tempatnya. Terjadi perubahan kesimbangan dan kontur terjadi, seperti :

a. Rotasi pemendekan tulang

b. Penekanan tulang.

Pemendekan tulang terjadi karena kontraksi otot yang melekat di atas dan

bawah tempat fraktur.1,13 Dapat juga ditemukan krepitasi, teraba akibat gesekan

antara fragmen satu dengan lainnya. Terjadi pembengkakan lokal dan perubahan

warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang

mengikuti fraktur. Bengkak muncul secara cepat dari lokasi dan

11

Page 12: Tinjauan Pustaka.fix

ekstravasasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur. Selain itu

juga terdapat ekimosis dari perdarahan subculaneous, spasme otot (spasme

involunters dekat fraktur), kehilangan sensasi, pergerakan abnormal, dan syok

hipovolemi.13

7. DIAGNOSIS

Penegakan diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

pemeriksaan penunjang didapatkan : adanya riwayat trauma/ jatuh yang diikuti

nyeri pinggul, pada pemerikasaan didapatkan posisi panggul dalam keadaan fleksi,

eksorotasi dan abduksi.

A. PEMERIKSAAN FISIK

Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:

1. Syok, anemia atau pendarahan

2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang

belakang atau organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen

3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.2

B. PEMERIKSAAN LOKAL

1. Inspeksi (Look)

Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal,

angulasi, rotasi, pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang

penting adalah apakah kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki

hubungan dengan fraktur, cedera terbuka

2. Palpasi (Feel)

Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal

dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera

pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan

12

Page 13: Tinjauan Pustaka.fix

3. Pergerakan (Movement)

Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk

menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi – sendi dibagian

distal cedera.

4. Pemeriksaan neurologis

Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan

motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis

atau neurotmesis. Kelainan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik

karena dapat menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan (klaim) penderita

serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya. 4

5. Pemeriksaan radiologi

Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk

menetapkan kelainan tulang dan sendi :

Foto Polos

Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur.

Walaupun demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan

keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang

bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum dilakukan

pemeriksaan radiologis.

Tujuan pemeriksaan radiologis :

Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi

Untuk konfirmasi adanya fraktur

Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

pergerakannya

Untuk menentukan teknik pengobatan

Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak

Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler

13

Page 14: Tinjauan Pustaka.fix

Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang

Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.5

Contoh foto pemeriksaan radiologis :

CT-Scan

Suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai bagian

tulang atau sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis.

Pemeriksaan ini menggunakan pesawat khusus.11,12

Gambar 4.1. Fraktur femur

MRI

MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir semua tulang, sendi, dan

jaringan lunak. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera

tendon, ligamen, otot, tulang rawan, dan tulang.12

Gambar 4.2. Fraktur collum femur.

8. TERAPI

1. Terapi konservatif :

Proteksi

14

Page 15: Tinjauan Pustaka.fix

Misalnta mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan

kedudukan baik.

Immobilisasi saja tanpa reposisi

Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur

dengan kedudukan baik.1,13

Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Reposisi dapat dengan anestesi umum atau anestesi local dengan

menyuntikkan obat anestesi dalam hemotoma fraktur. Fragmen distal

dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan

dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips.1,14

Traksi

Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh

atau dipasang gips setelah tidak sakit lagi . pada anak-anak dipakai traksi

kulit (traksi Hamilton russel / traksi Bryant)

Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak

waktu dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi

definitive, bilamana tidak maka diteruskan dengan immobilisasi gips.

Untuk prang dewasa traksi definitf harus traksi skeletal berupa balanced

traction.14

2. Terapi operatif:

Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan radiologis :

a. Reposisi tertutup- fiksasi externa

Setelah reposisi baik berdasarkan control radiologi intraoperatif maka

dipasang alat fiksasi externa. Fiksasi externa dapat model sederhana

seperti Roger Anderson, Judet, screw dengan bone cement atau llizarov

yang lebih canggih.

b. Reposisi tertutup dengan control radiologis diikut fiksasi interna

15

Page 16: Tinjauan Pustaka.fix

Misalnya : reposisi tertutup fraktur supra condylair humerus pada anak

diikuti dengan pemasangan parallel pins. Reposisi tertutup fraktur collum

pada anak diikuti planning dan immobilisasi gips. Cara ini sekarang terus

diekmbangkan menjadi “close nailing”: pada fraktur femur dan tibia,

yiatu pemasnagan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka

frakturnya.14

Terapi operatif dengan membuka frakturnya :

a. Reposisi terbuka dan fiksasi interna

ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)

Keuntungan cara ini adalah :

- Reposisi anatomis

- Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar

Indikasi ORIF :

Fraktur yang tidak bisa sembuh atau bahaya avasculair necrosis tinggi

Misalnya : fraktur talus, fraktur collum femur

Fraktur yang tidak bisa direposisi tertutup

Misalnya : fraktur avulsi, fraktur dislokasi

Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan

Misalnya : fraktur monteggia, fraktur galeazzi, fraktur antebrachii, fraktur

pergelangan kaki

Fraktur yang berdasarkan pengalaman memberi hasil yang lebih baik

dengan operasi

Misalnya : fraktur femur.1

b. Excicional arthroplasty

Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi. Misalnya :

fraktur caput radii pada orang dewasa, fraktur collum femur yang

dilakukan operasi Girldlestone.

c. Excisis fragmen dan pemasangan endoprosthesis

16

Page 17: Tinjauan Pustaka.fix

Dilakukan excise caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore

atau yang lainnya.

9. KOMPLIKASI

Dapat terjadi komplikasi local pada system vaskuler seperti compartment

syndrome (Volkmann ischemia) dantrauma vaskuler (trauma pembuluh darah.

Selain itu dapat juga terjadi komplikasi pada system neurologis seperti lesi

medulla spinalis atau saraf perifer. Selain komplikasi local dapat juga terjadi

komplikasi sistemik yaitu emboli lemak.1

Pada fraktur juga sering ditemukan komplikasi lanjut seperti :

a. Delayed union: fraktur femur pada orang dewasa mengalami union dalam 4

bulan.

b. Nonunion: apabila permukaan fraktur menjadi bulat dan sklerotik dicurigai

adanya nonunion dan diperlukan fiksasi interna dan bone graft.

c. Malunion: bila terjadi pergeseran kembali kedua ujung fragmen, maka

diperlukan pengamatan terus menerus selama perawatan. Angulasi sering

ditemukan.  Malunion juga menyebabkan pemendekan pada tungkai

sehingga dieprlukn koreksi berupa osteotomi.

d. Kaku sendi lutut: setelah fraktur femur biasanya terjadi kesulitan

pergerakan pada sendi lutut. Hal ini disebabkan oleh adanya adhesi

periartikuler atau adhesi intrmuskuler. Hal ini dapat dihindari apabila

fisioterapi yang intensif dan sistematis dilakukan lebih awal.

e. Osteporosis post trauma.13

10. PROGNOSIS

Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang

menakjubkan. Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur

17

Page 18: Tinjauan Pustaka.fix

dapat sembuh tanpa jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang

hidup dan periosteum pada penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah

tulang mengalami kerusakan apabila lingkungan untuk penyembuhan

memadai sampai terjadi konsolidasi. Faktor mekanis yang penting seperti

imobilisasi fragmen tulang secara fisik sangat penting dalam penyembuhan,

selain faktor biologis yang juga merupakan suatu faktor yang sangat esensial

dalam penyembuhan fraktur.

11. PENCEGAHAN

Pencegahan fraktur dapat dilakukan berdasarkan penyebabnya. Pada

umumnya fraktur disebabkan oleh peristiwa trauma benturan atau terjatuh

baik ringan maupun berat. Pada dasarnya upaya pengendalian kecelakaan dan

trauma adalah suatu tindakan pencegahan terhadap peningkatan kasus

kecelakaan yang menyebabkan fraktur.

Pencegahan Primer

Pencegahan primer dapat dilakukan dengan upaya menghindari

terjadinya trauma benturan, terjatuh atau kecelakaan lainnya. Dalam

melakukan aktifitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan

dengan cara hati – hati, memperhatikan pedoman keselamatan dengan

memakai alat pelindung diri.13

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan untuk mengurangi akibat – akibat yang

lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan

pertama yang tepat dan terampil pada penderita. Mengangkat penderita

dengan posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang

terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. Pemeriksaan

klinis dilakukan untuk melihat bentuk dan keparahan tulang yang patah.

Pemeriksaan dengan foto radiologis sangat membantu untuk mengetahui

18

Page 19: Tinjauan Pustaka.fix

bagian tulang yang patah yang tidak terlihat dari luar. Pengobatan yang

dilakukan dapat berupa traksi, pembidaian dengan gips atau dengan

fiksasi internal maupun eksternal.14

Pencegahan Tersier

Pencegahan tersier pada penderita fraktur yang bertujuan untuk

mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan

tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi

kecacatan. Pengobatan yang dilakukan disesuaikan dengan jenis dan

beratnya fraktur dengan tindakan operatif dan rehabilitasi. Rehabilitasi

medis diupayakan untuk mengembalikan fungsi tubuh untuk dapat

kembali melakukan mobilisasi seperti biasanya.14 Penderita fraktur yang

telah mendapat pengobatan atau tindakan operatif, memerlukan latihan

fungsional perlahan untuk mengembalikan fungsi gerakan dari tulang

yang patah. Upaya rehabilitasi dengan mempertahankan dan

memperbaiki fungsi dengan mempertahankan reduksi dan imobilisasi

antara lain meminimalkan bengkak, memantau status neurovaskuler,

mengontrol ansietas dan nyeri, latihan dan pengaturan otot, partisipasi

dalam aktivitas hidup sehari-hari, dan melakukan aktivitas ringan secara

bertahap.

19

Page 20: Tinjauan Pustaka.fix

DAFTAR PUSTAKA

1. Staff pengajar bagian ilmu bedah FKUI Jakarta. Kumpulan kuliah ilmu bedah.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.p.484-7.

2. Omar Faiz, David Moffat. Anatomy at Glance. Cardiff University, 2002. Page

93.

3. Putz, R., Pabst. R. Atlas Anotomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21. Jakarta.

Penerbit Buku Kedokteran. 2000. Hal. 276,278.

4. Fred A, Mettler, Jr., M.D., M.P.H. Essentials of Radiology. Univercity of New

Mexico, 1996. Page 337

5. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif

Watampone, Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364

6. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Iwan Ekayuda (editor),

FK UI, Jakarta, 2006. Hal 31

7. Pradip R. Patel. Lecture Notes Radiologi, Edisi Kedua. Penerbit Erlangga

Medical Series, Jakarta, 2005. Hal 232

8. P.E.S. Palmer., W.P. Cockshott., V. Hegedus., E. Samuel. Manual of

Radiographic Interpretation for General Practitioners. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Hal 108-109

9. Holmes, Erskin J., Misra, Rakesh R. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge

University, 2004. Page 140-143

10. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses -

proses penyakit Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005.

Hal 1365

11. AO Foundation. Open Complete Articular Multifragmentary Distal Femoral

Fracture. [online]. 2009. [Cited August 16]. Available from

http://www2.aofoundation.org

20

Page 21: Tinjauan Pustaka.fix

12. American Academy of Orthopaedic Surgeons. Hip Fracture. [online]. 2009.

[Cited August 16]. Available from http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?

topic=A00392

13. Anonim. Fraktur collum femur. In: Mansjoer A,Wardhani WI, Setiowulan W.

Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3 (2). Jakarta: Media Aesculapius FKUI;

2000.p.355-6.

14. Anonim. Fraktur. In: Sjamsihidajat, Jong WD, editors. Dalam Buku Ajar Ilmu

Bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005.p.881.

21