bab ii tinjauan teoritis 2.1 tinjauan teoritis

34
7 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis Nefrolitiasis 2.1.1 Anatomi Sistem Urologi (Ginjal) Gambar 2.1 Anatomi sistem urologi Sumber : Koes. 2012 Menurut Mary Baradero (2012:2) ginjal terletak dibelakang peritoneum parietal (retro-peri-toneal), pada dinding abdomen posterior. Ginjal juga terdapat pada kedua sisi aorta abdominal dan vena kava inferior. Hepar menekan ginjal ke bawah sehingga ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri. Ukuran setiap ginjal orang dewasa adalah panjang 10 cm, 5,5 cm pada sisi lebar, dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar 150 g (Arif Muttaqin, 2011:3). Ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua (Syaifuddin, 2012:237). Tarwoto (2011:314) menjelaskan ginjal disokong oleh jaringan adipose dan jaringan

Upload: others

Post on 02-Oct-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

7

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis Nefrolitiasis

2.1.1 Anatomi Sistem Urologi (Ginjal)

Gambar 2.1 Anatomi sistem urologi

Sumber : Koes. 2012

Menurut Mary Baradero (2012:2) ginjal terletak

dibelakang peritoneum parietal (retro-peri-toneal), pada dinding

abdomen posterior. Ginjal juga terdapat pada kedua sisi aorta

abdominal dan vena kava inferior. Hepar menekan ginjal ke bawah

sehingga ginjal kanan lebih rendah daripada ginjal kiri. Ukuran

setiap ginjal orang dewasa adalah panjang 10 cm, 5,5 cm pada sisi

lebar, dan 3 cm pada sisi sempit dengan berat setiap ginjal berkisar

150 g (Arif Muttaqin, 2011:3). Ginjal terbungkus oleh selaput tipis

yang disebut kapsula renalis yang terdiri dari jaringan fibrus

berwarna ungu tua (Syaifuddin, 2012:237). Tarwoto (2011:314)

menjelaskan ginjal disokong oleh jaringan adipose dan jaringan

Page 2: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

8

penyokong yang disebut fasia gerota serta di bungkus oleh kapsul

ginjal, yang berguna untuk mempertahankan ginjal, pembuluh darah,

dan kelenjar adrenal terhadap adanya trauma.

Satuan unit fungsional ginjal adalah nefron. Setiap ginjal memiliki

satu juta nefron. Terdapat dua macam nefron, yaitu kortikal dan

juksta medular. Delapan puluh lima persen dari semua nefron terdiri

atas nefron kortikal, sedangkan 15% terdiri atas nefron

jukstamedular. Kedua macam nefron ini diberi nama sesuai dengan

letak glomerulinya dalam renal parenkim. Nefron kortikal berperan

dalam konsentarsi dan difusi urine. Struktur urine yang berkaitan

dengan proses pembentukan urine adalah korpus, tubulus renal,

tubulus koligentes. Korpus ginjal terdiri dari glomerulus dan kapsula

bowman yang membentuk ultrafiltrat dari darah. Tubulus

renal terdiri atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan

tubulus kontortus distal. Ketiga tubulus renal ini berfungsi dalam

reabsorpsi dan sekresi dengan mengubah volume dan komposisi

ultrafiltrat sehingga terbentuk produk akhir, yaitu urine (Mary

Baradero, 2012:5). Nefron jukstamedular adalah nefron yang terletak

di korteks renal sebelah dalam dekat medulla (Arif Muttaqin,

2011:5).

2.1.1.1 Bagian – Bagian dalam Ginjal

Menurut Tarwoto (2012:314) ginjal terdiri dari 3 area yaitu:

a. Korteks

Korteks merupakan bagian paling luar ginjal, dibawah

fibrosa sampai dengan lapisan medulla, tersusun atas

nefron-nefron yang jumlahnya lebih dari 1 juta. Semua

glomerulus berada di korteks dan 90% aliran darah

menuju korteks

.

Page 3: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

9

b. Medula

Medulla terdiri dari saluran-saluran atau duktus

collecting yang disebut pyramid ginjal yang tersusun

antara 8-18 buah.

c. Pelvis

Pelvis merupakan area yang terdiri dari kaliks minor yang

kemudian bergabung menjadi kalik mayor. Empat sampai

lima kaliks minor bergabung menjadi kaliks mayor dan

dua sampai tiga kaliks mayor bergabung

menjadi pelvis ginjal yang berhubungan dengan ureter

bagian proksimal.

2.1.1.2 Fungsi Ginjal :

Menurut Syaifuddin (2012:237) ginjal memilki beberapa

fungsi, yaitu:

a. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air

dalam tubuh akan di ekskresikan oleh ginjal sebagai

urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar,

kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine

yang diekskresi berkurang dan konsentrasinya lebih

pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat

dipertahankan relative normal.

b. Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan

keseimbangan ion yang optimal dalam plasma

(keseimbangan elektrolit). Bila terjadi

pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-ion akibat

pemasukan garam yang berlebihan/penyakit perdarahan

(diare, muntah) ginjal akan meningkatkan/mengurangi

ekskresi ion-ion yang penting (misalnya Na, K, Cl, dan

fosfat).

Page 4: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

10

c. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh.

Menurut Tarwoto (2012:318) Pengendalian asam basa

oleh ginjal dilakukan dengan sekresi urin yang urin atau

basa, melalui pengeluaran ion hydrogen atau bikarbonat

dalam urin.

d. Ekskresi sisa metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin)

zat-zat toksik, obat-obatan, hasil metabolisme

hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida).

e. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal

menyekresikan hormon renin yang berperan penting

mengatur tekanan darah (sistem renin angiotensin

aldosteron), membentuk eritropoiesis mempunyai

peranan penting untuk memproses pembentukan sel

darah merah (eritropoiesis).

Disamping itu ginjal juga membentuk hormon dihidroksi

kolekalsiferol(vitamin D aktif) yang diperlukan untuk

mengabsorbsi ion kalsium di usus.

2.1.1.3 Aliran darah di Ginjal dan Persarafan Ginjal

Menurut Arif Muttaqin (2011:6) ginjal menerima sekitar

1.200 ml darah per menit atau 21 % dari curah jantung.

Aliran darah yang sangat besar ini tidak ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan energi yang berlebihan, tetapi agar

ginjal dapat secara terus-menerus menyesuaikan komposisi

darah. Dengan menyesuaikan komposisi darah, memastikan

keseimbangan natrium, klorida, kalium, kalsium, fosfat, dan

pH serta membuang produk-produk metabolisme urea.

Syaifuddin (2014:239) menjelaskan ginjal mendapat darah

dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria

renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteria renalis

bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian

Page 5: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

11

menjadi arteri arkuata. Arteri interloburalis yang berada di

tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-

gumpalan yang disebut glomerulus. Glomerulus ini

dikelilingi oleh alat yang disebut simpai bowman. Disini

terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang

meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena

renalis mauk ke vena kava inferior.

2.1.1.4 Persyarafan Ginjal

Menurut Syaifuddin (2012:240) ginjal mendapatkan

persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini

berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke

dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh

darah yang masuk ke ginjal. Diatas ginjal ini terdapat

kelenjar suprarenalis, kelenjar ini merupakan sebuah kelenjar

buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu hormone

adrenalin dan hormon kortison.

2.1.1.5 Proses Pembentukan Urin

Menurut Syaifuddin (2012:239) ada 3 tahap dalam

pembentukan urine, yaitu :

a. Proses filtrasi

Terjadi di glomerulus, proses ini terjadi karena aferen

lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi

penyerapan darah. Sedangkan bagian yang tersaring

adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang

tersaring ditampung oleh simpai bowman yang terdiri

dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat, dll,

yang diteruskan ke tubulus ginjal.

Page 6: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

12

b. Proses reabsorpsi

Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian

besar glukosa, natrium, klorida, fosfat, dan ion

bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal

dengan obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas.

Sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi

kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila

diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian

bawah. Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal

dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada

papilla renalis.

c. Proses sekresi

Sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada

tubulus dan diteruskan ke piala ginjal selanjutnya

diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria.

2.1.1.6 Ureter

Ureter merupakan organ yang berbentuk tabung kecil yang

berfungsi mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam

kandung kemih (Arif Muttaqin, 2011:17). Panjangnya 25-30

cm dengan diameter 6mm. berjalan mulai dari pelvis renal

setinggi lumbal ke 2 (Tarwoto, 2012:323).

Menurut Syaifuddin (2012:241) lapisan dinding ureter terdiri

dari:

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa).

b. Lapisan tengah lapisan otot polos.

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

Jika karena sesuatu sebab terjadi sumbatan pada aliran

urine, terjadi kontraksi otot polos yang berlebihan yang

bertujuan untuk mendorong mengeluarkan sumbatan

tersebut dari saluran kemih. Kontraksi itu dirasakan

Page 7: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

13

sebagai nyeri kolik yang datang secara berkala, sesuai

dengan irama peristaltik ureter (Arif Muttaqin, 2011:17).

Menurut Arif Muttaqin (2011:17) kedua ureter merupakan

kelanjutan dari pelvis ginjal dan membawa urine ke dalam

kandung kemih, khususnya ke area yang disebut trigon.

Trigon adalah area segitiga yang terdiri atas lapisan

membran mukus yang dapat berfungsi sebagai katup

untuk menghindari refluks urine ke dalam ureter ketika

kandung kemih berkontraksi (Mary Baradero, 2011:5).

Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor

di daerah trigonum kandung kemih. Normalnya ureter

berjalan secara obliquesepanjang beberapa sentimeter

menembus kandung kemih yang disebut dengan ureter

intramural.

2.1.1.7 Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )

Kandung kemih berfungsi menampung urine dari ureter dan

kemudian mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme

miksi/berkemih (Arif Muttaqin, 2011:18).

Menurut Tarwoto (2012:325) kapasitas maksimum kandung

kemih pada oran dewasa sekitar 300-450 ml, dan anak-anak

antara 50-200 ml. Pada laki-laki kandung kemih berada

dibelakang simpisis pubis dan didepan rektum, pada wanita

kandung kemih berada dibawah uterus dan didepan vagina.

Pada keadaan penuh akan memberikan rangsangan pada saraf

aferen ke pusat miksi sehingga terjadi kontraksi otot detrusor

yang mendorong terbukanya leher kandung kemih, sehingga

terjadi proses miksi. Fungsi utama dari ginjal adalah

menampung urin dari ureter dan kemudian dikeluarkan

melalui uretra. Dinding kandung kemih memiliki 4 lapisan

jaringan, yaitu:

Page 8: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

14

a. Lapisan paling dalam adalah mukosa yang menghasilkan

mukus.

b. Lapisan submukosa adalah lapisan otot polos yang satu

sama lain membentuk sudut disebut otot detrusor.

c. Lapisan paling luar adalah serosa.

2.1.1.8 Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada

kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih

keluar. Uretra pada pria panjang uretra ± 20 cm, sedangkan

pada perempuan panjangnya ± 3-4 cm (Syaifuddin,

2012:246). Perbedaan panjang inilah yang menyebabkan

keluhan hambatan pengeluaran urine lebih sering terjadi pada

pria. Uretra dilengkapi dengan sfingter uretra interna yang

terletak pada perbatasan kandung kemih dan uretra, serta

sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan uretra

anterior dan posterior (Arif Muttaqin, 2011:20). Adanya

sfingter uretra interna yang dikontrol secara involunter

memungkinkan pengeluaran urine dapat dikontrol. Pada pria

saluran ini juga berfungsi sebagai tempat menyalurkan air

mani (Tarwoto,2012:327).

2.1.1.9 Fisiologi Sistem Urologi ( Ginjal )

Menurut Tarwoto (2011:326) urine diproduksi oleh ginjal

sekitar 1 ml/menit, tetapi dapat bervariasi antara 0,5-20

ml/menit. Aktivitas saraf parasimpatis meningkatkan

frekwensi peristaltik dan stimulasi simpatis menurunkan

frekwensi. Banyaknya aliran urine pada uretra di pengaruhi

oleh adanya obstruksi Karena konstriksi ureter dan juga

kontriksi arterior afferen yang berakibat pada penurunan

produksi urine, demikian juga pada adanya obstruksi ureter

karena batu.

Page 9: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

15

Kandung kemih dipersarafi oleh saraf dari pelvis , baik

sensorik maupun motorik. Pengaktifan saraf parasimpatis

menyebabkan kontraksi dari otot detrusor. Normalnya spinter

interna pada leher kandung kemih berkontraksi. Sedangkan

spinter eksterna dikontrol berdasarkan kesadaran (volunter),

dipersarafi oleh nervus pudendal yang merupakan serat saraf

somatik.

Menurut Syaifuddin (2012:247) kontrol volunter ini hanya

mungkin bila saraf-saraf yang menangani kandung kemih

uretra, medulla spinalis dan otak, bila tidak maka terjadi

inkontinensia urine.

2.1.2 Pengertian Nefrolitiasis

Nefrolitiasi adalah batu atau kalkuli dibentuk di dalam saluran –

saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi

dari substansi ekskresi di dalam urin. (Nursalam,2011).

Nefrolitiasis adalah batu yang di temukan di dalam ginjal, yang

merupakan pengkristalan mineral yang mengelingi zat organik,

misalnya nanah, darah, atau sel yang sudah mati. Biasanya batu

kalkuli terdiri atas garam kalsium (oksalat dan fosfat) atau

magnesium, fosfat dan asam urat. (Mary baradero,2012).

Nefrolitasis merupkan suatu keadaan terdapatnya batu kalkuli di

ginjal. (Arif Muttaqin,2011).

Dari berbagai definisi diatas dapat di simpulkan bahwa nefrolitiasis

adalah suatu penyakit yang terjadi pada saluran perkemihan karena

terjadi pembentukan batu di dalam ginjal, yang terbanyak pada

bagian pelvis ginjal yang menyebabkan gangguan pada saluran dan

proses perkemihan.

Page 10: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

16

Jenis – jenis Nefrolitiasis (Arimurti,2013) :

a. Batu kalsium

Sekitar 75 samapai 85 % dari nefrolitiasis adalah kalsium. Batu ini

biasanya kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika

kandungan zat itu terlalu banyak urin, selain itu jumlah berlebihan

vitamin D, menyebabkan tubuh terlalu banyak menyerap kalsium.

b. Batu asam uric

Batu ini terbentuk dari asam uric, produk sampingan dari

metabolisme.

c. Batu struvite

Mayoritas ditemukan pada wanita, batu struvite biasanya di

akibatkan infeksi saluran kencing kronis, disebabkan bakteri. Batu

ini jka membesar akan menyebabkan kerusakan serius pada ginjal.

d. Batu cystine

Batu ini mewakili sekitar 1 % dari batu ginjal. Di temukan pada

orang dengan kelainan genetik, sehingga ginjal kelebihan jumlah

asam amino.

Sedangkan jenis – jenis Nefrolitiasis (Ahmad Fauzi,2016) :

a. Batu kalsium

Batu yang paling sering terjadi pada kasus batu ginjal.

Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium

fosfat, atau campuran dari kedua unsur tersebut. Faktor –

faktor terbentuknya batu kalsium adalah:

b. Hiperkalsium

Terbagi menjadi hiperkasiuri absortif, hiperkalsiuri renal, dan

hiperkalsiuri resortif. Hiperkalsiuru absorbtif terjadi karena

adanya peningkatan absorbsi kalsium melalui usus,

hperkalsiuri renal terjadi akibat adanya gangguan

kemampuan reaborbsi kalsium melalui tubulus ginjal dan

hiperkalsiuri resortif terjadi karena adanya peningkatan

resorpsi kalsium tulang.

Page 11: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

17

c. Hiperoksaluri

Merupakan ekskresi oksalat urin yang melebihi 45 gram

perhari.

Hiperurikosuria

d. Kadar asam urat di dalam urin yang melebihi 80 mg/24 jam.

Hipositraturia

e. Sifat yang berfungsi untuk menghalangi ikatan kalsium

dengan oksalat atau fosfat sedikit.

f. Hipomagnesuria

Magnesium yang bertindak sebagai penghambat timbulnya

batu kalsium kadarnya sedikit dalam tubuh. Penyebab

tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus

yang di ikuti gangguan malabsorbsi.

g. Batu Struvit

Batu yang terbentuk akibat adanya infeksi saluran kemih.

h. Batu Asam Urat

Biasanya di derita pada pasien – pasien penyakit gout,

penyakit meloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi

anti kanker, dan yang banyak menggunakan obat urikosurik

seperti sulfinpirazon, thiazid, dan salisilat.

i. Batu Jenis Lain

Batu sistin, batu xanthine, batu triameteran, dan batu silikat

sangat jarang dijumpai.

2.1.3 Etiologi

Menurut (kartika S.W,2013) ada beberapa faktor yang menyebabkan

terbentuknya batu ginjal, yaitu :

2.1.3.1 Faktor dari dalam (Intrinsik), seperti keturunan, usia (lebih

banyak pada usia 30 – 50 tahun, dan jenis kelamin laki – laki

lebih banyak dari pada perempuan.

Page 12: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

18

2.1.3.2 Faktor dari luar (ekstrinsik), seperti geografi, cuaca dan suhu,

asupan air (bila jumlah air dan kadar mineral kalsium pada

air yang di minum kurang), diet banyak purin, oksalat, (teh,

kopi, minuman soda, dan sayuran berwarna hijau terutama

bayam), kalsium (daging, susu, kaldu, ikan asin, dan jeroan),

dan pekerjaan (kurang bergerak).

2.1.3.3 Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan

ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran

kencing.

2.1.3.4 Stasis obstruksi urin, adanya obstruksi dan stasis urin akan

mempermudah pembentukan batu saluran kencing.

2.1.3.5 Suhu, Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya

pengeluaran keringat sedangkan asupan air kurang dan

tingginya kadar mineral dalam air minum meningkatkan

insiden batu saluran kemih.

2.1.3.6 Idiopatik (Arif Muttaqin,2011)

2.1.4 Manifestasi klinis

Menurut Buku Nanda Nic-Noc, 2013 adalah:

2.1.4.1 Nyeri pinggang

2.1.4.2 Retensi urine menurun

2.1.4.3 Jika terjadi infeksi bisa terjadi demam / menggigil.

2.1.4.4 Nausea dan vomiting

2.1.4.5 Hematuria kalau batu tersebut menimbulkan abrasi ureter

2.1.4.6 Distensi abdomen

2.1.4.7 Anuria akibat obstruksi bilateral atau obstruksi pada ginjal

yang tinggal satu-satunya dimilki oleh pasien (Kowalak.

2012).

Menurut Smeltzer (2011) menjelaskan Keluhan yang

disampaikan pasien tergantung pada letak batu, besar batu dan

penyulit yang telah terjadi. Pada pemeriksaan fisik mungkin

Page 13: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

19

didapatkan nyeri ketok di daerah kosto-vertebra, teraba ginjal

pada sisi yang sakit akibat hidronefrosis, ditemukan tanda-

tanda gagal ginjal, retensi urine dan jika disertai infeksi

didaptkan demam/menggigil. beberapa gambaran klinis

nefrolitiasis.

Batu, terutama yang kecil (ureter), bisa tidak menimbulkan

gejala.Batu di dalam kandung kemih bisa menyebabkan nyeri

di perut bagian bawah. Batu yang menyumbat ureter, pelvis

renalis maupun tubulus renalis bisa menyebabkan nyeri

punggung atau kolik renalis (nyeri kolik yang hebat). Kolik

renalis ditandai dengan nyeri hebat yang hilang-timbul,

biasanya di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggang,

yang menjalar ke perut, daerah kemaluan dan paha sebelah

dalam.

Gejala lainnya adalah mual dan muntah, perut

menggelembung, demam, menggigil dan darah di dalam air

kemih. Penderita mungkin menjadi sering berkemih, terutama

ketika batu melewati ureter.

Batu bisa menyebabkan infeksi saluran kemih. Jika batu

menyumbat aliran kemih, bakteri akan terperangkap di dalam

air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan, sehingga

terjadilah infeksi. Jika penyumbatan ini berlangsung lama, air

kemih akan mengalir balik ke saluran di dalam ginjal,

menyebabkan penekanan yang akan menggelembungkan ginjal

(hidronefrosis) dan pada akhirnya bisa terjadi kerusakan ginjal.

(Corwin, 2011).

2.1.5 Patofisiologi

Zat pembentuk batu dapat mengendap di urine jika ambang

kelarutannya terlampaui. Pada rentang yang disebut rentang

metastabil, pembentukan kristal mungkin tidak terjadi sama sekali

Page 14: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

20

atau hanya berjalan dengan sangat lambat, meskipun larutan sangat

jenuh. Namun, jika konsenstrasinya di bawah rentang metastabil.

Menurut Silbernagl (2007), senyawa yang paling sering ditemukan

dalam batu ginjal adalah kalsium oksalat (sekitar 70%), kalsium

fosfat atau magnesium-aminium fosfat (sekitar 30%), asam urat atau

garam asam urat (sekitar 30%), serta xantin atau sistin (<5%).

Beberapa zat bisa terdapat di dalam satu batu karena kristal yang

telah terbentuk sebelumnya berperan sebagai inti kristalisasi dan

memudahkan pengendapan bagi zat metastabil terlarut lainnya (oleh

karena itu, totalnya adalah >100%). Pada peningkatan filtrasi dan

ekskresi zat penghasil batu akan membuat peningkatan konsentrasi

di dalam plasma.

Hiperkalsiuria dan fosfaturia terjadi akibat peningkatan absorpsi di

usus dan mobilisasi dari tulang, contohnya jika terdapat kelebihan

PTH atau kalsitriol. Hiperkalsalemia dapat disebabkan oleh kelainan

metabolik pada pemecahan asam amino atau melalui peningkatan

absorpsinya di usus. Hiperurisemia terjadi akibat suplai yang

berlebih, sintesis batu yang meningkat, atau peningkatan pemecahan

purin. Batu xantin dapat terjadi jika pembentukan purin sangat

meningkat dari pemecahan purin xantin menjadi asam urat dihambat.

Namun, xantin lebih mudah larut dari pada asam urat sehingga batu

xantin lebih jarang ditemukan. Gangguan reabsorpsi ginjal

merupakan penyebab yang sering dari peningkatan ekskresi ginjal

pada hiperkalsiuria dan merupakan penyebab tetap pada sistinuria.

Konsentrasi ca2+

didalam darah dipertahankan melalui absorpsi di

usus dan mobilisasi mineral tulang, sementara konsentrasi sistin

dipertahankan dengan mengurangi pemecahanya. Pelepasan ADH

(pada situasi volume yang berkurang pada saat dehidrasi, kondisi

stress, dan lainnya) menyebabkan peningkatan konsentrasi zat

pembentuk batu melalui peningkatan konsentrasi urine. Kelarutan

beberapa zat bergantung pada pH urine. Fosfat mudah larut dalam

Page 15: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

21

urine yang asam, tetapi sukar larut pada urine yang alkalis. Fosfat

baru biasanya hanya ditemukan pada urine yang alkanis. Sebaliknya,

asam urat (garam asam urat) lebih mudah larut jika terdisosiasi

daripada yang tidak terdisosiasi, dan asam urat baru lebih cepat

terbentuk pada urine yang asam.

Jika pembentukan NH3 berkurang, urine harus lebih asam untuk

dapat mengeluarkan asam, dan hal ini meningkatkan pembentukan

batu garam asam urat. Faktor lain yang juga penting adalah berapa

lama sebenarnya kristal yang telah terbentuk tetap berada di dalam

urine yang sangat jenuh. Lama waktu bergantung pada diuresis dan

kondisi aliran dari saluran kemih bagian bawah, misalnya dapat

menyebabkan kristal menjadi terperangkap.

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,

infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi pelvis, serta

seluruh kaliks ginjal. Batu yang mengisi pielum dan lebih dari dua

kaliks ginjal memberikan gambaran menyerupai tanduk rusa

sehingga di sebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi pada sistem

pelvikalises ginjal (penyempitan infundibulum dan stenosis

ureteropelvik) mempermudah timbulnya batu ginjal. Batu yang tidak

terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem pelvikalises

dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter

mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke kandung kemih.

Batu yang ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar

spontan, sedangkan yang lebih besar sering kali tetap berada di

ureter dan menyebabkan reaksi peradangan, serta menimbulkan

obstruksi kronis berupa hidronefrosis.

Batu yang terletak pada ureter maupun sistern pelvikalises mampu

menimbulkan obstruksi saluran kemih dan menimbulkan hidroureter

dan hidronefrosis, batu di pielum dapat menimbulkan hidronefrosis,

dan batu di kaliks mayor dapat menimbulkan kaliekstasis pada kaliks

yang bersangkutan. Jika disertai dengan infeksi sekunder dapat

Page 16: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

22

menimbulkan pionefrosis, urosepsis, abses ginjal, abses perinefrik,

abses paranefrik, ataupun pielonefritis.

Pada keadaan yang lanjut dapat terjadi kerusakan ginjal dan jika

mengenai kedua sisi dapat mengakibatkan gagal ginjal permanen.

Kondisi adanya batu pada ginjal memberikan masalah keperawatan

pada klien dengan adanya berbagai respons obstruksi, infeksi, dan

peradangan (Muttaqin & Sari , 2014: 108).

Berdasarkan tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi.

Tiga faktor yang mendukung proses ini yaitu saturasi urin, defisiensi

inhibitor, dan produksi matrik protein. Pada umumnya kristal

tumbuh melalui adanya supersaturasi urin. Proses pembentukan dari

agresi menjadi partikel yang lebih besar, diantara partikel ini ada

yang bergerak ke bawah melalui saluran kencing hingga pada lumen

yang sempit dan berkembang membentuk batu. Renal kalkuli

merupakan tipe kristal dan dapat merupakan gabungan dari beberapa

tipe. Sekitar 80% batu saluran kencing mengandung kalsium fosfat

dan kalsium oksalat (Suharyanto & Madjid, 2012: 152).

Page 17: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

23

2.1.6 Pathway Nefrolitiasis

3.2 Gambar patway Nefrolitiasis

Sumber : Muttaqin dan Sarri (2014).

Page 18: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

24

2.1.7 Pemeriksaan penunjang

Ada beberapa pemeriksaan diagnostik dalam menegakkan

diagnosa nefrolitiasis, yaitu

2.1.7.1 Urin

2.1.7.1.1 PH lebih dari 7,6.

2.1.7.1.2 Sendiment sel darah merh lebih dari 90 %.

2.1.7.1.3 Biakan urin.

2.1.7.1.4 Ekskresi kalsium fosfor, asam urat.

2.1.7.2 Darah

2.1.7.2.1 Hb turun.

2.1.7.2.2 Leukositosis.

2.1.7.2.3 Urium kreatinin.

2.1.7.2.4 Kalsium, fosfor, asam urat.

2.1.7.3. Radiologi

2.1.7.3.1 Foto BNO/NP untuk melihat lokasi batu dan

besar batu.

2.1.7.3.2 USG abdomen.

2.1.7.3.3 PIV (Pielografi Intravena).

2.1.7.3.4 Sistoskopi (Marry Baradero, 2011).

2.1.8 Penatalaksanaan medis

2.1.8.1 Terapi medis dan simtomatik

Terapi medis berusaha untuk mengeluarkan batu atau

melarutkan batu yang dapat di larutkan adalah batu asam

urat, dilarutkan dengan pelarut solutin G. Terapi simtomatik

berusaha untuk menghilangkan rasa nyeri. Selain itu dapat

diberikan minum yang lebih/banyak sekitar 2000 cc/hari

dan pemberian diuretik bendofluezida 5 – 10 mg/hari.

2.1.8.2 Terapi mekanik (Litotripsi)

Pada batu ginjal, litotripsi dilakukan dengan bantuan

nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser melalui sonde

Page 19: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

25

ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefroslitotripsi.

Salah satu alternatif tindakan yang paling sering dlakukan

adalah ESWL. ESWL (Extracorporeal Shock Wave

Lithothripsy) adalah tindakan memech batu ginjal dari luar

tubuh dengan menggunakan gelombang batu kejut.

2.1.8.3 Tindakan bedah.

bedah dilakukan jika tidak tersedia alat litotripsor, (alat

gelombang kejut). Pengangkatan batu ginjal secara bedah

merupakan model utama. Namun demikian saat ini bedah

dilakukan hanya 1 – 2 % pasien. Intervensi bedah di

indikasikan jika batu tersebut tidak merespon terhadap bentuk

penanganan lain. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi setap

abnormalitas anatomik dalam ginjal untuk memperbaiki

drainase urin. Jnis pembedahan yang dilakukan antara lain :

a. Pielolititomi

Jika berada di dalam ginjal.

b. Nefrolithomi/nefrektomi

Jika batu terletak di dalam ginjal.

c. Ureterolitotomi

Jika batu berada dalam ureter.

d. Sistolitotomi

Jika batu berada di kandung kemih.

Page 20: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

26

2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan Batu Ginjal

2.2.1 Pengkajian keperawatan batu ginjal adalah:

2.2.1.1 Aktifitas /istirahat

Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan

apakah klien terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas,

misalnya karena penyakit yang kronis atau adanya cedera

pada medula spinalis.

2.2.1.2 Sirkulasi

Kaji terjadinya peningkatan tekanan darah nadi, yang

disebabkan nyeri, ansietas atau gagal ginjal. Daerah perifer

apakah teraba hangat, merah atau pucat. Eliminasi kaji

adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus).

Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh, rasa

terbakar saat BAK. Keinginan/dorongan ingin berkemih

terus, oliguria, hematuria, piuri atau perubahan pola

berkemih.

2.2.1.3 Makanan/cairan

Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi

purin, kalsium oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan

pemasukan cairan, terjadi distensi abdominal, penurunan

bising usus.

2.2.1.4 Nyeri/kenyamanan

Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung

pada lokasi batu misalnya pada panggul di region sudut kosta

vertebral dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun

ke lipat paha, genetalia, nyeri dangkal konstan menunjukkan

kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri khas adalah

nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri

tekan pada area ginjal pada palpasi.

Page 21: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

27

2.2.1.5 Keamanan

Kaji terhadap penggunaan alkohol perlindungan saat demam

atau menggigil.

2.2.1.6 Riwayat penyakit

Kaji adanya riwayat batu saluran kemih pada keluarga,

penyakit ginjal, hipertensi, gout, ISK kronis, riwayat

penyakit, usus halus, bedah abdomen sebelumnya,

hiperparatiroidisme, penggunaan antibiotika, antihipertensi,

natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan

berlebih kalsium atau vitamin D (Haryono, 2013:

2.2.1.7 Pemeriksaan Fisik Fokus

Menurut Arif Muttaqin (2016:113) pada pemeriksaan fokus

didapatkan adanya perubahan TTV sekunder dari nyeri kolik.

Pasien terlihat sangat kesakitan, keringat dingin, dan lemah.

a. Inspeksi

Pada pola eliminasi urine terjadi perubahan akibat

adanya hematuri, retensi urine, dan sering miksi. Adanya

nyeri kolik menyebabkan pasien terlihat mual dan

muntah.

b. Palpasi

Palpasi ginjal dilakukan untuk mengidentifikasi masa.

Pada beberapa kasus dapat teraba ginjal pada sisi sakit

akibat hidronefrosis.

c. Perkusi

Perkusi atau pemeriksaan ketok ginjal dilakukan dengan

memberikan ketokan pada sudut kostovertebral dan

didapatkan respon nyeri.

Page 22: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

28

2.2.2 Diagnosa keperawatan batu ginjal: (Pre Operasi)

2.2.2.1 Nyeri akut berhubungan agen cidera biologis (Massa pada

abdomen), peregangan dari terminal saraf sekunder dari

adanya batu pada ginjal.

2.2.2.2 Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan berhubungan

dengan obstuksi ginjal, sering BAK, hematuria sekunder dari

iritasi saluran kemih.

2.2.2.3 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik.

2.2.2.4 Kecemasan berhubungan prognosis pembedahan, tindakan

invasif diagnostik.

2.2.2.5 Pemenuhan informasi berhubungan rencana pembedahan,

tindakan diagnostik invasif, perencanaan pulang (Muttaqin &

Sari, 2014: 114).

(Post Operasi)

2.2.2.6 Nyeri akut berhubungan dengan post pembedahan (agen

injuri:mekanik).

2.2.2.7 Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.

2.2.2.8 Resiko Intregritas kuit

2.2.3 Rencana keperawatan (Pre operasi)

2.2.3.1 Nyeri akut berhubungan aktivitas peristaltik otot polos sistem

kalises, peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya

batu pada ginjal.

Tujuan : Klien mengatakan rasa nyeri berkurang sampai

menghilang.

a. Kaji tanda – tanda vital.

Rasional : Dengan munculnya sensasi nyeri maka akan

mempengarungi keadaan umum pasien.

Page 23: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

29

b. Kaji skala nyeri (PQRST).

Rasional : Intensitas nyeri dapat di pengaruhi oleh luka

post operasi sehingga perlu di ketahui untuk menilai

tingkatan, lokasi dan kualitas nyeri.

c. Atur posisi pasien keposisi nyaman.

Rasional : Posisi nyaman dapat mengalihkankan

perasaan pasien dengan posisi nyaman rasa nyeri dapat

terkurangi/teralihkan.

d. Lakukan masase sekitar nyeri.

Rasional: meningkatkan kelancaran suplai darah untuk

menurunkan iskemia.

e. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi jika

nyeri muncul.

Rasional: meningkatkan asupan o2 sehingga akan

menurunkan nyeri sekunder dan pengalihan perhatian

dapat menurunkan stimulus internal peningkatan

produksi endofin dan enkefalin yang dapat memblok

reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri

sehingga menurunkan persepsi nyeri.

f. Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab-sebab nyeri dan

menghubungkan berapa lama nyeri akan berlangsung.

Rasional: pengetahuan yang akan dirasakan membantu

mengurangi nyerinya dan dapat membantu

mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana

terapeutik.

g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional: analgesik memblok lintasan nyeri sehingga

nyeri akan berkurang.

Page 24: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

30

2.2.3.2 Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi

ginjal, sering BAK, hematuria sekunder dari iritasi saluran

kemih.

Tujuan : Dapat berkemih dengan tujuan yang cukup dan tidak

teraba distensi berlebihan pada kandung kemih.

e. Kaji pola berkemih, warna urine dan catat produksi

urine.

Rasional: mengetahui pengaruh iritasi kandung kemih

dengan frekuensi miksi.

f. Dorong klien untuk berkemih tiap 3 jam.

Rasional : Meminimalkan retensi urine, distensi

berlebihan pada kandung kemih

g. Dorong klien untuk minum 2.000 cc/hari

Rasional: membantu mempertahankan fungsi ginjal,

pemberian air secara oral adalah pilihan terbaik untuk

mendukung aliran darah renal dan untuk membilas

bakteri dari traktus urinarius

h. Hindari minum kopi, teh, dan alkohol.

Rasional: menurunkan iritasi dengan menghindari

minuman yang bersifat mengiritasi saluran kemih.

i. Kolaborasi pemberian medikamentosa.

Rasional: terapi medikamentosa ditujukan untuk batu

yang ukurannya kurang dari 5 mm karena diharapkan

batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan

bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran

urine dengan pemberian diuretikum dan minuman

banyak supaya dapat mendorong batu keluar dari saluran

kemih.

j. Kolaborasi tindakan extracorporeal shockwave

lithotripsy (ESWL).

Page 25: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

31

Rasional: alat ini memecah batu ginjal, batu ureter

proksimal atau batu kandung kemih tanpa melalui

tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu dipecah

menjadi fragmen fragmen kecil sehingga mudah

dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak jarang

pecahan-pecahan batu yang sedang keluar menimbulkan

perasaan nyeri kolik dan menyebabkan hematuria.

k. Kolaborasi tindakan endourologi.

Rasional: tindakan endourologi adalah tindakan invasif

minimal untuk mengeluarkan batu sauran kemih yang

terdiri atas memecah batu dan kemudian

mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang

dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu

dimasukkan melalui uretra atau melalui insisi kecil pada

kulit. Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara

mekanik, dengan memakai energi hidrautik, energi

gelombang suara, atau dengan energi laser.

l. Kolaborasi tindakan pembedahan terbuka.

Rasional: bedah terbuka pada kondisi klien yang

mengalmai batu ginjal dilakukan atas pertimbagnan

medis, dimana belum tersedianya fasilitas untuk

pelaksanaan bedah ESWL atau adanya pertimbangan

adanya komplikasi secara klinis yang diharuskan untuk

penatalaksanaan dengan pembedahan terbuka.

2.2.3.3 Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan mual, muntah efek sekunder dari nyeri kolik.

Tujuan : Menunjukan nutrisi yang adekuat.

a. Kaji status nutrisi klien, turgor kulit, berat badan, dan

derajat penurunan berat badan, integritas mukosa oral,

kemampuan menelan, riwayat mual/muntah, dan diare.

Page 26: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

32

Rasional: memvalidasi dan menetapkan derajat masalah

untuk menetapkan pilihan intervensi yang tepat.

b. Fasilitas klien memperoleh diet biasa yang disukai klien

(sesuai indikasi).

Rasional: memperhitungkan keinginan individu dapat

memperbaiki asupan nutrisi.

c. Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat

badan secara periodik (sekali seminggu).

Rasional: berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi

dan dukungan cairan. Makanan dan cairan tidak diijinkan

melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari

sampai gejala akut berkurang. Bila makanan diberikan,

adanya gejala yang menunjukkan berulangnya episode

gastritis dievaluasi dan dilaporkan.

d. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sebelum dan

sesudah makan, serta sebelum dan sesudah intervensi

atau pemeriksaan peroral.

Rasional: menurunkan rasa tak enak karena sisa makanan

atau bau obat yang dapat merangsang pusat muntah.

e. Fasilitasi klien memperoleh diet sesuai indikasi dan

anjurkan menghindari asupan dari agen iritan.

Rasional: intake minuman mengandung kafein dihindari

karena kafein merupakan stimulan sistem saraf pusat

yang meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi

pepsin. Pengunaan alkohol juga dihindari, demikian juga

merokok karena nikotin akan mengurangi sekresi

bikarbonat pankreas dan karena menghambat netralisasi

asam lambung dalam duodenum. Nikotin juga

meningkatkan stimulasi parasimpatis yang meningkatkan

aktivitas otot dalam usus dan dapat menimbulkan mual

dan muntah.

Page 27: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

33

f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan komposisi

dan jenis diet yang tepat.

Rasional: merencanakan diet dengan kandungan nutrisi

yang adekuat untuk memenuhi peningkatan kebutuhan

energi dan kalori sehubungan dengan status

hipermetabolik klien.

g. Kolaborasi untuk pemberian anti-muntah

Rasional: meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan

meningkatkan kemauan asupan nutrisi dan cairan

peroral.

2.2.3.4 Kecemasan (ansietas) berhubungan prognosis pembedahan,

tindakan invasif diagnostik.

Tujuan : Skala cemas berkurang sampai menghilang.

a. Bantu klien mengekspresikan perasaan marah,

kehilangan, dan takut.

Rasional: cemas berkelanjutan memberikan dampak

serangan jantung selanjutnya.

b. Beri dukungan prabedah.

Rasional: hubungan emosional yang baik antara perawat

dan klien akan memengaruhi penerimaan klien dengan

pembedahan aktif mendengar semua kekhawatiran dan

prihatian klien adalah bagian penting dari evaluasi

praoperatif. Keterbukaan mengenai tindakan bedah yang

akan dilakukan, pilihan anestesi, dan perubahan atau

kejadian pascaoperatif yang diharapkan akan

menghilangkan banyak ketakutan tak berdasar terhadap

anestesi. Bagi sebagian besar klien, pembedahan adalah

suatu peristiwa hidup yang bermakna.

Page 28: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

34

c. Hindari konfrontasi.

Rasional: konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,

menurunkan kerja sama, dan mungkin memperlambat

penyembuhan.

d. Beri lingkungan yang tenang dan suasana penuh

istirahat.

Rasional: mengurangi rangsangan eksternal yang tidak

perlu.

e. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan

ansietasnya.

Rasional: dapat menghilangkan ketegangan terhadap

kekhawatiran yang tidak diekspresikan.

f. Kolaborasi berikan anticemas contohnya diazepam

Rasional: meningkatkan relaksasi dan menurunkan

kecemasan.

2.2.3.5 Pemenuhan informasi berhubungan rencana pembedahan,

tindakan diagnostik invasif, perencanaan pulang.

Tujuan : Klien mengerti akan prosedur tindakan.

2.2 Kaji tingkat pengetahuan, sumber informasi yang telah

diterima.

Rasional: menjadi dasar untuk memberikan pendidikan

kesehatan dan mengklarifikasikasi sumber yang tidak

jelas.

2.3 Lakukan pendidikan kesehatan preoperatif.

Rasional: kurang bijaksana bila memberitahukan klien

dan keluarganya tentang lamanya waktu tindakan ESWL

dan operasi yang akan dijalani. Penundaan yang tidak

diantisipasi dapat terjadi karena berbagai alasan. Apabila

klien tidak kembali pada waktu yang diharapkan,

keluarga akan menjadi sangat cemas, anggota keluarga

Page 29: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

35

harus menunggu dalam ruangan tunggu bedah untuk

mendapat berita yang terbaru dari staf.

2.4 Program instruksi yang didasarkan pada kebutuhan

individu direncanakan dan diimplementasikan pada

waktu yang tepat.

Rasional: jika sesi penyuluhan dilakukan beberapa hari

sebelum tindakan ESWL dan pembedahan, klien

mungkin tidak ingat tentang apa yang telah dikatakan.

Jika instruksi diberikan terlalu dekat dengan waktu

pembedahan, klien mungkin tidak dapat berkonsentrasi

atau belajar karena ansietas atau efek dari medikasi

praanestesi.

2.5 Persiapan administasi dan informed consent.

Rasional: pada banyak lembaga, perawat harus

mendokumentasikan daftar seluruh alat prostese atau

barang-barang pribadi termasuk perhiasan dan

menyimpannya sesuai dengan kebijakan lembaga.

Perawat juga boleh memberikan protese dan perhiasan

pada anggota keluarga. Klien sudah menyelesaikan

administrasi dan mengetahui secara finansial biaya

pembedahan. Klien sudah mendapatkan penjelasan dan

menandatangani informed consent.

2.6 Ajarkan latihan batuk efektif dan gunakan bantal agar

mengurangi nyeri.

Rasional: tujuan dalam meningkatkan batuk adalah untuk

memobilisasi sekresi sehingga dapat dikeluarkan. Ketika

dilakukan napas dalam sebelum batuk, refleks batuk

dirangsang. Jika klien tidak dapat batuk secara efektif,

pneumonia hipostatik, dan komplikasi paru lainnya dapat

terjadi. Bila akan dilakukan insisi abdomen atau toraks,

Page 30: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

36

perawat memperagakan bagian insisi dapat disokong

sehingga tekanan diminimalkan dan nyeri terkontrol.

2.7 Beritahu keluarga klien dan keluarga kapan klien sudah

bisa dikunjungi.

Rasional: klien akan mendapatkan manfaat bila

mengetahui kapan keluarganya dan temannya dapat

berkunjung setelah pembedahan (Muttaqin & Sari, 2014:

114-121).

2.2.3.6 Nyeri akut berhubungan dengan post pembedahan (agen

injuri:mekanik.

Tujuan : Menunjukan skala nyeri berkurang sampai

menghilang.

a. Kaji tanda – tanda vital

Rasional : Rasa nyeri dapat mempengaruhi keadaan

umum pasien.

b. Kaji skala nyeri (PQRST).

Rasional : Menentukan penyebab, kualitas, daerah, Skala

dan waktu munclnya nyeri.

c. Atur posisi pasien ke posisi nyaman.

Rasional : Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri.

d. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam jika nyeri muncul.

Rasional: meningkatkan asupan o2 sehingga akan

menurunkan nyeri sekunder dan pengalihan perhatian

dapat menurunkan stimulus internal peningkatan

produksi endofin dan enkefalin yang dapat memblok

reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks serebri

sehingga menurunkan persepsi nyeri.

Page 31: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

37

e. Anjurkan pasien untuk istirahat yang cukup.

Rasional : Istirahat/tidur yang optimal dapat membuat

metabolisme pada tubuh menjadi baik. Sehingga dapat

mempercepat proses penyembuhan luka/nyeri.

f. Kolaborasi pemberian analgetik.

g. Rasional: analgesik memblok lintasan nyeri sehingga

nyeri akan berkurang.

2.2.3.7 Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif.

Tujuan :

a. Awasi tanda – tanda resiko infeksi.

Rasional : Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis,

abses, peritonitis.

b. Observasi tanda – tanda vital.

Rasional : Timbulnya tanda dan gejala infeksi dapat

menyebabkan perubahan pada keadaan umum pasien.

Sehingga diperlukan pantauan tanda-tanda vital dan

keadaan umum.

c. Lakukan perawatan luka dengan teknik sterelisasi

Rasional : Pada pasien yang mengalami post

pembedahan rawan sekali terjadinya infeksi jika tidak

diperhatikan. Sehingga teknik sterilasasi pada daerah

luka harus diperhatikan.

d. Anjurkan keluarga untuk mencuci tangan jika kontak

dengan pasien dan menjaga kebersihan pada daerah luka

bedah pasien.

Rasional : Pada daerah post operasi rawan terjadi infeksi

jika tidak memperhatikan kebersihan pada daerah luka

post operasi.

Page 32: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

38

e. Kolaborasi pemberian antibiotik.

Rasional : Antibiotik berguna mencegah kuman dan

organisme yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi.

2.2.3.8 Resiko Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan

interupsi mekanis pada kulit jaringan.

Tujuan :

a. Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.

Rasional : Menurunnya cairan menandakan adanya

evolusi dari proses penyembuhan, apabila pengeluaran

cairan terus – menerus atau adanya eksudat yang bau

menunjukkan terjadinya komplikasi (Misalnya

pembentukkan fistula, perdarahan, infeksi).

b. Observasi luka secara teratur, catat karakteristik luka dan

integritas kulit.

Rasional : Pengenalan akan adanya kegagalan proses

penyembuhan luka berkembangnya komplikasi secara

dini dapat menceagah terjadinya kondisi yang lebih

serius.

c. Beri penguatan pada balutan awal/pergantian sesuai

indikasi gunakan teknik aseptik yang ketat.

Rasional: Lindungi luka dan perlukaan mekanis dan

kontaminasi, mencegah akumulasi caairan yang dapat

menyebabkan ekskoriasi.

d. Anjurkan pasien tidak memakai pakaian yang kentat.

Rasional : Tekanan pada daerah luka dapat menyebabkan

suhu pada luka panas, Suhu panas pada luka

menyebabkan infeksi pada luka bedah.(Purnomo,2011).

Page 33: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

39

2.2.4 Evaluasi

Menurut Zaidin Ali (2010:174) Evaluasi keperawatan adalah suatu

proses menentukan nilai keberhasilan yang diperoleh dari pelaksanaan

tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Marilyn E Doenges (Zaidin Ali, 2010:175) ada 3 komponen

penting dalam evaluasi keperawatan, yakni :

2.2.4.1 Pengkajian Ulang

Pengkajian ulang merupakan pemantauan status klien yang

konstan dengan melihat respons klien terhadap intervensi

keperawatan dan kemajuan kearah pencapaian hasil yang

diharapkan dan dilaksanakan terus menerus sampai klien pulang

dari rumah sakit/sembuh.

2.2.4.2 Modifikasi rencana keperawatan

2.2.4.3 Hasil pengkajian ulang merupakan informasi yang sangat

penting dalam memodifikasi rencana keperawatan. Apabila

telah terpenuhi kebutuhan fisiologis dasar, seperti udara, air,

makanan, dan keamanan, asuhan keperawatan beralih ke tingkat

yang lebih tinggi, misalnya harga diri. Apabila kebutuhan dasar

belum terpenuhi, kebutuhan dasar dipenuhi dahulu dan

kebutuhan yang lebih tinggi ditunda.

2.2.4.4 Penghentian pelayanan

2.2.4.5 Apabila hasil yang diharapkan telah tercapai dan tujuan yang

lebih luas telah terpenuhi, penghentian pelayanan keperawatan

dapat direncanakan. Akan tetapi, hal ini agak sulit bagi

pemecah masalah yang lama, misalnya perubahan nutrisi.

Apabila penghentian pelayanan keperawatan selesai, perhatian

pelayanan berfokus pada kemandirian klien dalam mengatasi

masalah sendiri.

Ada dua macam evaluasi keperawatan, yakni evaluasi formatif

dan evaluasi sumatif.

Page 34: BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis

40

a. Evaluasi formatif, yakni hasil observasi/pengamatan dan

analisis perawat terhadap respons klien pada saat pelaksanaan

asuhan keperawatan atau sesudahnya.

b. Evaluasi sumatif, yaitu rekapitulasi dan kesimpulan dari

observasi dan analisis status kesehatan klien sesuai dengan

kerangka waktu yang telah ditetapkan. Kesimpulan evaluasi

sumatif menunjukkan adanya perkembangan kesehatan klien

atau adanya masalah baru.

1. Nyeri akut teratasi

2. Kekurangan volume cairan teratasi.

3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

teratasi.

4. Kecemasan (ansietas).

5. Pemenuhan informasi teratasi.

(Post Operasi)

6. Nyeri akut teratasi.

7. Resiko infeksi teratasi.

8. Resiko Intregritas kuit teratasi