teknik budidaya rumput laut euchema cottonii dengan metode ... · pdf filemetode yang...
TRANSCRIPT
TEKNIK BUDIDAYA RUMPUT LAUT Euchema cottonii DENGAN METODE
LONGLINE DAN Gracilaria sp DENGAN METODE BROADCAST
Alfinda Desita Mahardika, Alwalid Abdullah Tuanany, Andra Septiawan,
Julio Anggola Siregar, Maria Droste Malania Gepa, M. Zharfan Abdul Jamil,
Novi Elfridayanti, Riski Susanto, Ulya Syofroul Lailiyah
Jurusan Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Perikanan, Program Studi Teknologi
Akuakultur, Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta. Di bawah bimbingan
Dr. Mugi Mulyono, S.St.Pi., M.Si dan Gusti Aries, A.Pi., M.Si
I. PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara kepulauan dengan jumlah pulau 17.504 dan panjang
garis pantai mencapai 81.000 km mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan
budidaya laut. Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang mudah
dibudidayakan dan mempunyai prospek pasar yang baik serta dapat meningkatkan
pemberdayaan masyarakat pantai (Farchan dan Prabowo, 2008). Selain itu, teknologi
yang digunakan untuk membudidayakan rumput laut juga sederhana dan murah
sehingga cocok dan mudah diadaptasi oleh masyarakat pesisir yang memiliki kondisi
ekonomi dan pendidikan yang masih rendah. Keunggulan lain adalah siklus budidaya
yang singkat dan memiliki pasar yang luas dengan volume kebutuhan yang besar
membuat masayarakat tertarik untuk budidaya rumput laut (Ariyati dkk., 2016).
Jenis rumput laut yang telah banyak dibudidayakan di perairan payau adalah
jenis Gracilaria sp. Budidaya Gracilaria sp. popular dikembangkan karena
keampuannya untuk beradaptasi pada kondisi ekologi yang berbeda dengan tingkat
produksi yang tinggi dan kualitas gel yang lebih baik dibandingkan spesies lainnya.
Budidaya rumput laut di tambak merupakan upaya untuk memanfaatkan tambak-
tambak yang tidak produktif dan juga mampu memberi sumbangan terhadap tingkat
kesuburan perairan tambak (Setianingsih, 2011). Sedangkan untuk rumput laut yang
banyak dibudidayakan dilaut adalah dari jenis Kappaphycus dan Euchema.
Kappaphycus dan Eucheuma sejak 1970 menjadi sumber utama penghasil karaginan
untuk industri sehingga lebih banyak dibudidayakan.
Berdasarkan produksi global rumput laut yang dilaporkan oleh FAO pada tahun
2010, Indonesia merupakan negara produsen terbesar untuk Cottonii (63,37% dari total
produksi dunia) dan menempati urutan kedua untuk Gracilaria (30,02% dari produksi
total dunia). Secara nasional, produksi rumput laut di Indonesia juga didominasi oleh
Cottonii dan Gracilaria (Ahyani dkk, 2014).
II. METODE KERJA
Metode yang digunakan dalam praktik ini adalah metode eksperimental
dilapangan. Dimana data-data yang tersaji dalam laporan ini berdasarkan kegiatan-
kegiatan yang telah dilakukan yaitu mulai dari tahap persiapan sampai panen. Data
yang dikumpulkan meliputi : laju pertumbuhan dan parameter kualitas air.
Tanaman yang dibudidayakan pada kegiatan ptaktik ini adalah rumput laut
Euchema cottoni dan Gracilaria sp. yang diperoleh dari pembudidaya rumput laut di
Perairan Teluk Banten dan tambak tradisonal BAPPL STP Serang. Metode budidaya
yang digunakan adalah metode long-line untuk Euchema cottonii dan metode
Broadcast untuk Gracilaria sp.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan pada teknik budidaya rumput laut Euchema cottonii
dengan metode long-line yaitu:
a. Pemilihan Lokasi Budidaya
Budidaya rumput laut Euchemma cottonii dilakukan di Teluk
Banten, berada di antara KJA dan Pulau Pisang.
Dasar perairan berkarang dan jauh dari dasar perairan yang
berlumpur
Terlindung dari ombak kuat agar tidak merusak konstruksi budidaya
serta tidak merusak rumput laut
Kedalam air minimal 1 m pada saat surut terendah dengan kecerahan
perairan 160 cm dan kecepatan arus 20 cm/detik. Serta suhu perairan
28-30˚C.
b. Persiapan Konstruksi Budidaya
Luas konstruksi 50 m x 32 m dengan menggunakan tali poly ethyline
Diameter tali utama dan tali jangkar 10 mm, tali ris 5 mm dan tali
ikat 2,5 mm.
Tali utama dibentangkan di laut kemudian di pasang jangkar dan
pelampung utama di setiap sudut konstruksi.
c. Persiapan Bibit
Bibit Euchemma cottonii berasal dari pembudidaya rumput laut di
daerah Pontang.
Umur bibit 20 hari setelah panen sebelumnya.
Bibit yang dipilih segar tidak pucat, elastis, dan tidak berbau.
Pemotongan dan pengikatan bibit sesuai dengan perlakuan berat bibit
dan jarak tanam.
Berat bibit 50 g pada jarak 20 cm, 30 cm dan 40 cm masing-masing
berjumlah 5 tali ris.
Berat bibit 100 g pada jarak 20 cm, 30 cm dan 40 cm masing-masin
berjumlah 5 tali ris.
Bibit disiram dengan air laut setiap 2 jam sekali agar bibit rumput
laut tida kering dan busuk.
d. Penanaman Rumput Laut
Bibit rumput laut diangkut ke lokasi budidaya dengan menggunakan
longboat.
Menurunkan bibit satu per satu secara perlahan-lahan sekaligus
dipasang botol pelampung di setiap jarak 2 m.
Pengikatan tali jalur ke tali utam sesuai dengan kelompok perlakuan
jarak tanam dan berat bibit yang sudah ditentukan.
e. Pemeliharaan dan Perawatan Thallus
Pemeliharaan rumput laut dilakukan pada 16 februari – 31 maret
2017.
Pelaksanaan pembersihan rumput laut dilakukan 6 hari sekali dengan
membersihkan lumpur serta hama atau parasit yang menempel pada
tanaman rumput laut.
Perawatan yang dilakuakan yaitu dengan membersihkan thallus
rumput laut digosok dengan jari tangan atau sikat gigi, megangkat
dan digoyang-giyangkan ke permukaan perairan agar kotoran yang
menempel rontok.
f. Monitoring Pertumbuhan
Sampling dilakukan selama 10 hari sekali dengan menggunakan 5
titik sampling d masing-masing tali jalur.
5 titik sampling diambil acak yang dianggap mewakili semua titik
tanam dan tali ikat diganti dengan tali warna merah sebagai tanda
untuk sampling berikutnya.
Penimbangan setiap titik sampling dilakukan diatas rakit.
g. Hama dan Penyakit
Hama yang ditemukan yaitu ikan baronang, kepiting, larva bulu babi,
rumput laut sargasum dan organisme yang menempel seperti teritip
dan spat tiram.
Adapun penyakit yang ditemukan selam pemeliharaan rumput laut
adalah penyakit ice-ice.
h. Panen
Penen dilasanakan pada saat rumput laut telah berumur 30 hari
pemeliharaan.
Hasil total penen rumput laut Euchemma cotonii yaitu 564,6 kg.
Hasil dan pembahasan pada teknik budidaya rumput laut Glacillaria sp. dengan
metode broadcast yaitu:
a. Persiapan Tambak
Budidaya rumput laut gracillaria sp. dilakukan di tambak
tradisional. Luas petakan 5000 m2 dan 1075 m2.
Kegiatan persiapa yang dilakukan yaitu perbaikan pematang,
pengeringan dasar tambak, pengapuran.
b. Persiapan Air
Petak A seluas 5000 m2 sumber air yang digunakan untuk budidaya
yaitu berasal dari tandon utama. Pemasukan air dilakukan saat air
laut pasang.
Petak B seluas 1075 m2 sumber air yang digunakan yaitu air limbah
budidaya udang dari tambak modul 4.
c. Persiapan Bibit
Bibit berasal dai tambak tradisional milik BAPPL STP Serang. Bibit
diseleksi terlebih dahulu.
Bibit bersih, tidak adanya parasit. Thallus banyak dan rimbun
burujung runcing. Sehat tidak bercak putih. Bibit segar, berwarna
cerah.
d. Penanaman Bibit
Bibit Gracillaria sp. sebanyak 500 kg disebar merata pada petak A
400 kg dan pada petak B 100 kg.
Jarak anatar titik tanam yaitu 5 m.
Pada petak A terdapat 3 happa dan petak B terdapat 6 happa sebagai
kontrol yang diisi bibit 2 kg.
e. Pemeliharaan dan Perawatan
Rumput laut dipeliharaan selama 45 hari.
Selama masa pemeliharaan dilakukan pengontrolan dan
pemupukan.
Pengontrolan dilkukakn setiap hari, minimal dilakukan 2 hari sekali.
Tujuan dari pengontrolan yaitu untuk mengetahui kondisi rmput laut
dan memisahkan bibit yang berkumpul di satu titik serta
mengembalikan bibit yang masuk di caren ke pelataran tambak.
Pemupukan dilakukan seminggu sekali dengan dosis 0,73 ppm urea
dan 0,18 ppm TSP.
f. Monitoring Pertumbuhan
Sampling dilakukan setiap seminggu sekali dengan menimbang
bibit yang berada di happa tambak petak A dan petak B.
Happa di petak A sejumlah 3 buah yang berada di inlet, outlet dan
pelataran tengah tambak. Sedangkan di petak B hapa berada di
ujung sebelah kiri sejumlah 6 happa.
Sampling yang dilakukan yaitu sampling pertambahan berat bibit
rumput laut.
g. Hama dan Penyakit
Hama yang ada yaitu kepiting.
Tidak ditemukan adanya penyakit selama kehiatan budidaya rumput
laut Gracillaria sp.
h. Panen
Pemanenan rumput laut dilakukan setelah masa pemeliharaan 30
hari dan dilakukan pada pagi hari.
Rumput lut diangkat ke pematang dan dan dijemur di bawaht erik
matahari.
Total panen rumput laut basah yaitu 838,6 kg.
Berikut ini uraian hasil pengukuran kualitas air dan pertumbuhan rumput laut
selama kegiatan praktek berlangsung:
Tabel 4. Pengukuran Kualitas Air (Euchema cottonii)
No Parameter Hasil Pengukuran Nilai Optimum
1. Suhu 28-30°C 20 – 28 °C
2. Salinitas 28-32 ppt 33 ppt
3. pH 7-8 7
4. Kecerahan 160 cm 2 – 15 m
5. Kedalaman 3 meter 6 m
6. Kecepatan Arus 20-25 cm/detik 20 – 40 cm/detik
Tabel 5. Pengukuran Kualitas Air (Gracilaria sp.)
No ParameterHasil Pengukuran Nilai Optimum
Petak A Petak B1. Suhu 30 - 33° C 30 - 33° C 20 – 28 °C
2. pH 7 – 8 8 – 9 6 – 9
3. Salinitas 20 ppt 21 ppt 15 – 25 ppt
4 Kecerahan 50 cm 40 cm 0,5 – 2 m
5 Kedalaman 100 cm 100 cm 50-80 cm
Hasil pertambahan berat dari budidaya rumput laut Euchema cottoni dan
Gracilaria sp. selama 30 hari masa pemeliharaan tersaji pada grafik berikut.
Grafik 1. Pertambahan Berat Euchema cottoni pada Bibit 100 gr
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa pertumbuhan pada jarak bibit awal
100 g/20 cm dan 100 g/40 cm pertumbuhannya relatif stabil mengalami peningkatan
hingga sampling terakhir. Sedangkan pada bibit awal 100 g/30 cm pertumbuhan pada
sampling kedua relatif lebih lambat dibandingkan jarak tanam 20 cm dan 40 cm, namun
pada sampling terakhir mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini
dikarenakan pada perlakuan 100 g/30 cm terletak dekat dengan dasar perairan
berkarang dibagian tali ujung sebelah kanan. Sedangkan ujung sebelah kiri dasar
permukaannya pasir berlumpur. Pada dasar perairan yang berkarang banyak terdapat
hama ikan baronang dan bulu babi, oleh karena itu banyak ditemukannya thallus bekas
gigitan ikan baronang yang menyebabkan luka pada thallus sehinnga thallus menjadi
mudah patah. Pada sampling terakhir jarak tanam 30 cm mengalami kenaikan berat
yang sangat signifikan hal ini dikarenakan pada ujung penanaman sebelah kiri searah
dengan arah arus dan posisinya berada dipaling depan, sedangkan yang sebelah kanan
berada diposisi paling belakang yang arusnya lebih lambat dibandingkan dengan posisi
penanaman yang paling depan.
Pertumbuhan terbaik rumput laut Euchema cottoni yaitu pada jarak tanam 20
cm/100 g, hal ini sesuai dengan SNI 7673.3:2011, bahwa jarak tanam rumput laut yang
optimal yaitu pada jarak tanam 20 cm.
Pertambahan berat Gracilaria sp. tersaji pada grafik berikut :
Grafik 2. Pertambahan Berat Euchema cottoni pada Bibit 50 g
Berdasarkan grafik sampling pertumbuhan rumput laut dapat dilihat bahwa
pertumbuhan rumput laut mengalami pertumbuhan setiap harinya, tingkatan
pertumbuhan terbaik terdapat pada perlakuan jarak tanam 30 cm dengan berat awal
bibbit 50 g dan setelah sampling ke tiga diperoleh bobot rumput laut menjadi 202 g,
pertambahan beratnya mencapai 4 kali lipat dari berat awal bibit per titik tanam.
Sedangkan pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan jarak tanam 20 cm.
Pertumbuhannya pada jarak 20 cm/50g melambat daripada dengan jarak tanam yang
lain, dikarenakan pada letak pengikatan jarak 20 cm berada pada ujung depan dekat
dengan daratan, dasar perairan karang berpasir dengan kedalaman perairan yang
dangkal sehingga rumput laut tumbuh tidak optimal serta terdapat hama ikan baronang
yang memakan rumput laut. Lain halnya dengan jarak tanam 30 cm dan 40 cm yang
dasar perairannya yaitu sebagian besar lumpur berpasir, meskipun di bagian ujung
sebelah kanan dasar permukaannya juga karang berpasir, namun tidak seluas dengan
dasar permukaan yang lumpur berpasir.
Sebenarnya pada perlakuan perbedaan jarak tanam dan berat bibit tersebut hasil
yang diperoleh tidak begitu berpengaruh dalam pertumbuhan rumput laut. Namun,
pertumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh umur seleksi bibit dari awal. Pada seleksi
bibit yang dilakukan belum sesuai, karena ukuran bibit tidak seragam. Adanya pangkal
thallus yang besar dengan diameter ≥ 0.5 mm dan ada juga yang diameter pangkal
thallus berukuran ≤ 0.5 mm. Sedangkan, menurut SNI 7673.3:2011, diameter pangkal
thallus yang digunakan sebagai bibit yaitu berukuran 0.5 mm.
Pertambahan berat Gracilaria sp. tersaji pada grafik berikut :
Grafik 3. Pertambahan Berat Gracilaria sp.
Dari hasil sampling diatas, dapat diketahui berat rata-rata rumput laut untuk
petak A dan petak B mengalami kenaikan hingga sampling ke-4. Namun. jika
dibandingkan pertambahan berat petak A dengan petak B sangat berbeda jauh.
Pertumbuhan dipetak A lebih bagus dari pada petak B. Hal ini dikarenakan pada petak
A dan petak B, menggunakan sumber air yang berbeda. Pada petak A, sumber air
berasal dari petakan tandon utama STP, sedangkan pada petak B, pasok air dari
buangan limbah udang dii modul 4. Selain itu, pada petak A terdapat inlet dan outlet,
sehingga terjadi sirkulasi air yang cukup lancar dan mempengaruhi laju pertumbuhan
rumput laut Gracillaria sp. lebih cepat dibandingkan dengan petak B yang tidak
terdapat inlet dan outlet, maka tidak terjadi sirkulasi air di dalamnya, hal ini
menyebabkan juga pada petak B pertumbuhannya sangat lambat.
Grafik 4. Laju Pertumbuhan Euchema cottonii Berat Tanam 100 g
Dari grafik laju pertumbuhan dengan berat awal 100 g diatas dihitung menurut
rumus Dwi Budi Wiyanto dan Komang Dianto (2008) menunjukkan pada sampling
pertama bahwa pada jarak tanam 30 g lebih rendah yaitu 2,02% diatasnya ada jarak
tanam 40 g dengan laju pertumbuhan yaitu 4,08 % dan tertinggi laju pertumbuhannya
yaitu pada jarak 20 cm 4,7 %. Jadi pada sampling pertama penanaman pada jarak 20
cm paling tertinggi laju pertumbuhannya.
Pada sampling kedua (sepuluh hari) laju pertumbuhan tertinggi adalah pada
jarak 40 cm yaitu 48,05% yang berarti pertumbuhannya menyaingi jarak tanam 20 cm.
Lalu diikuti dengan jarak 20 cm 4,54% dan 3,76% untuk jarak 30 g. dapat dilihat bahwa
pada jarak 30 cm mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan.
Sampling ke tiga menunjukkan kenaikan dan penurunan laju pertumbuhan
awal. Dapat dilihat pada grafik diatas bahwa penanaman pada jarak 40 cm dan 20 cm
mengalami penurunan laju pertumbuhan yaitu 1,9 % untuk jarak 20 cm dan 1,52 untuk
jarak 40 cm. Sedangkan pada jarak penanaman 30 cm mengalami kenaikan yang cukup
drastis laju pertumbuhannya yaitu mencapai 7,62 %.
1, 4.7 2, 4.6
100 g/20 cm; 3;1,9
, 2.02
, 3.76
7.62
4,075
4,805
1,52
Laju
per
tum
buha
n (%
)
sampling ke-
100 g/20 cm
100 g/30 cm
100 g/40 cm
Dapat disimpulkan bahwa penanaman jarak 20 cm diawal sampling
pertumbuhannya lebih tinggi dibanding jarak tanam lainnya, namun saat sampling
kedua dan ketiga selalu mengalami penurunan. Sedangkan pada jarak tanam 40 cm
yang dari awal sampling pertama dan kedua mengalami kenaikan namun pada saat
sampling terakhir mengalami penurunan dan laju pertumbuhannya kalah atau paling
rendah dibanding jarak tanam yang lainnya. Sedangkan pada jarak tanam 30 cm meski
diawal sampling laju pertumbuhannya kalah dengan jarak tanam yang lainnya, namun
pada saat sampling kedua dan ke tiga mengalami kenaikan laju pertumbuhan yang
sangat drastis atau signifikan hingga mencapai 7,62 %.
Menurut Prabowo dan Farchan (2008), rumput laut Eucheuma cottonii
dikatakan baik jika laju pertumbuhannya >3%. Diawal pertumbuhan atau sampling
pertama dan kedua jarak tanam 20 cm dan 40 cm laju pertumbuhannya sudah baik,
namun pada saat sampling terakhir laju pertumbuhannya memburuk atau dikatakan
menurun. Pada jarak tanam 30 cm sampling pertama laju pertumbuhannya dibawah 3
% dan pada saat sampling kedua dan ketiga laju pertumbuhannya sangat baik lebih dari
3%.
Grafik 5. Laju Pertumbuhan Euchema cottonii Berat Tanam 50 g
Sampling pertama penanaman dengan berat 50 g pada jarak tanam 20 cm
memimpin dengan laju pertumbuhan 4,3%. Diikuti dibawahnya pada jarak 30 cm
3,86% dan posisi laju pertumbuhan terendah pada jarak tanam 40 cm yaitu 3,3%.
Pada sampling kedua penanaman pada jarak 40cm mengalami kenaikan dan
menduduki posisi laju pertumbuhan tertinggi 5,3%, dan pada jarak tanam 20 dan 30
cm mengalami penurunan laju pertumbuhan 0,765 untuk jarak tanam 20 cm dan 2,3%
untuk jarak tanam 30 cm.
Namun pada saat sampling terakhir jarak tanam 30 cm laju pertumbuhannya
naik mencapai 9,04 % jauh diatas jarak tanam lainnya. Sedangkan pada jarak tanam
20cm semakin mengalami penurunan hingga mencapai 0,2%. Pada jarak tanam 40 cm
juga mengalami penurunan laju pertumbuhan yang sangat drastis hingga 0,36%.
Jadi laju pertumbuhan yang relatif dapat dikatakan baik dan stabil adalah pada
jarak tanam 30 cm yang laju pertumbuhannya lebih dari 3%.
IV. KESMPULAN
Dari hasil praktik yang dilakukan pada budidaya rumput laut dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pertambahan berat pada budidaya Euchema cottonii dengan berat 100 g dengan
jarak tanam 20 cm : 212 g, 30 cm : 234 g, 40 cm : 204 g. dan pada berat tanam 50 g
dengan jarak 20 cm : 97 g, 30 cm : 202 g, 40 cm : 134 g. Sedangkan laju
pertumbuhan untuk Euchema cottonii dengan berat 50 g pada jarak tanam 20 cm : -
0,2 %, 30 cm : 9,04 %, 40 cm : 0,36 %. Sedangkan pada berat 100 g dengan jarak
tanam 20 cm : 1,9 %, 30 cm : 7,62 %, 40 cm : 1,52 %.
2. Pertambahan berat akhir pada budidaya Gracilaria sp. pada petak A : 3.533 g, dan
petak B : 2.425 g. Sedangkan laju pertumbuhannya adalah pada petak A : 76 % dan
B : 21 %
3. Metode yang digunakan dalam budidaya rumput laut adalah metode long line untuk
Euchema cottonii dan metode broadcast untuk Gracilaria sp. dikarenakan biaya
yang dikeluarkan untuk budidaya dengan menggunakan metode ini tidak terlalu
mahal.
4. Dari hasil perhitungan analisa finansial pada budidaya rumput laut Euchema cottonii
mengalami kerugian sebesar – Rp. 2.606.635,- sedangkan pada budidaya rumputl
laut Gracillaria sp. mengalami keuntungan sebesar Rp. 233.644,-.
DAFTAR PUSTAKA
Ahyani N., Yusuf, M., Yusuf, C., Subachri, W. 2014. Budidaya Rumput Laut. Jakarta
Selatan.
Anggadiredja Jana. T, dkk, 2006. Pembudidaya, Pengolahan, dan Pemasaran
Komoditas Perikanan Potensial Rumput Laut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Anggadiredja, J.T., A. Zatnika, H. Purwoto dan S. Istini, 2006. Rumput laut:
pembudidayaan, pengolahan, & pemasaran komoditas perikanan potensial.
Penebar Swadaya, Jakarta.
Ariyati, R.W., Widowati, L.L., Rejeki, S. 2016. Performa Produksi Rumput Laut
Euchema cottomi Yang Dibudidayakan Menggunakan Metode Long-Line
Vertikal dan Horisontal. Prosiding Seminar Tahunan Ke-V Hasil-Hasil
Penelitian Perikanan dan Kelautan.
Aslan L.M., 1998. Budidaya Rumput Laut. Kanisius. Yogyakarta.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2011. Produksi Bibit Rumput Laut Cottonii.
Jakarta
Budi Dwi W dan Komang Dianto. 2008. Studi Laju Pertumbuhan Rumput Laut
Euchema Cottonii dan Euchema Spinosum di Perairan Desa Kutuh,
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung-Bali. Universitas Udayana.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan . 2013. Teknik PenanamanRumput Laut. Kementrian Peendidikan Dan Kebudayaan.
Effendi,H. 2003. Telaah Kualitas Air. kanisius. Yogyakarta.
Hamid, A. 2009. Pengaruh Berat Bibit Awal Dengan Metode Apung (Floating Method)
Terhadap Presentase Pertumbuhan Harian Rumput Laut (Eucheuma
cottonii). Universitas Islam Negeri (UIN). Lombok, Nusa Tenggara Barat.
Hernanto, A.D., Rejeki, S., Ariyati, R.W. 2015. Pertumbuhan Budidaya Rumput Laut
(Euchema cottonii dan Gracilaria sp.) Dengan Metode Long line Di perairan
Pantai Bulu Jepara. Journal of aquaculture Managemen and Technology. Vol.
4 No. 2.
La Ode Faisal, Rahmad Sofyan Patadjai dan Yusnaini. 2013. Pertumbuhan Rumput
Laut (Kappaphycus alvarezii) dan Ikan Baronang (Siganus guttatus) yang
Dibudidayakan Bersama di Keramba Tancap. Universitas Haluoleo. Kampus
Hijau Bumi Tridharma Kendari
Prabowo, G dan Farchan, M. 2008. Teknik Budidaya Rumput Laut. BAPPL STP
Serang, Banten.
Rizqi, D.A., 2013. Efek Temperatur Terhadap Pertumbuhan Gracilaria verrucosa.
Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Jember.
Jember.
Sahat,H. 2013. Tajuk Rumput Laut Indonesia. Ditjen PEN.Santoso, L dan Nugraha,
Y.T. 2008. Pengendalian Penyakit Ice-ice Untuk Meningkatkan Produksi
Rumput Laut Indonesia. Jurnal Saintek Perikanan. Vol.3 No.2.
Setyaningsih, H. 2011. Kelayakan Usaha Budi Daya Rumput Laut Kappaphycusalvarezii Dengan Metode Longline Dan Strategi Pengembangannya DiPerairan Karimunjawa. Institut Pertanian Bogor.
Setyobudiandi, I., Soekendarsi, E., Juariah, U., Bahtiar, Hari, H. 2009. Seri Biota
Laut Rumput Laut Indonesia Jenis dan Upaya Pemanfaatan. Universitas
Haluoleo, Sulawesi Tenggara.
Trawanda, A.S., 2014. Kuantitas Dan Kualitas Rumput Laut Gracilaria Sp. Bibit HasilSeleksi Dan Kultur Jaringan Dengan Budidaya Metode Longline Di Tambak.Journal of Aquaculture Management and Technology. Fakultas Perikanan danKelautan. Universitas Diponogoro. Semarang.