terjemah kitab mabadi al_ ushul fiqh

Upload: edi-yusuf

Post on 03-Jun-2018

338 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    1/33

    TERJEMAH KITAB MABADI AL-AWALIYAH ( kaidah Ushul Fiqh )

    SEKAPUR SIRIH

    "

    "

    Puji syukur, kami haturkan kepada Allah 'azza wa jalla. Shalawat serta salam dari Allah semogatercurahkan kepada beliau uswah al-hasanah Muhammad SAW. Al-nabiy, al-rosul 'ala al-alamiin.

    Berawal dari sebuah obrolan ma'a ashabiy alias bareng teman-teman sambil ngopi dan nyete 76diwarung selatan pondok putra Ponpes An-nawawi, kemudian berlanjut pada bahasan yang lebihserius untuk belajar ushul fiqh dengan metode diskusi -walaupun diskusinya belum berjalanseperti yang diinginkan-, kami dan teman-teman mencoba untuk belajar membaca danmemahamui kitab usul fiqh Mabadi' al-Awaliyah. Kemudian kami berniat untukmenterjemahkannya. Termotivasi oleh semangat beliau mas H. M. Khoirul Fata (al-marhum)"ghofara Allah lah" dalam belajar ketika beliau masih bersama-sama kami (fi hayati al-dunya)serta dengan harapan semoga kami dan teman-teman santri PP. An-Nawawi bisa mempunyaisemangat seperti beliau dalam belajar. Dan yang pasti beliau KH. Achmad Chalwani besertazdurriyahnya ridho pada kita sehingga Allah pun ridha pada kita.

    Harapan kami, terjemahan kitab Mabadi' al-Awaliyah ini dapat menjadi motivasi para santrikhususnya teman-teman di PP. An-Nawawi Berjan Purworejo dalam bwelajar baik denganmetode membaca, menulis atau lainnya. Dan semoga bisa menjadikan washilah bagi kami untukmendapatkan ilmu yang nafi' fiy al-dunya wa al-akhirat.

    Tidak lupa ucapan terimakasih kami kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penterjemahan ini. Terlebih guru fan kitab Mabadi' al-Awaliyah kami yaitu bapak Sahlan, S.Ag.,MSI.dan mustahiq kelas II MDU yang senantiasa memberi suport dan membesarkan hati kamisehingga dengan kemampuan yang kami miliki akhirnya dapat terselesaikan apa yang telahmenjadi harapan kami. Terakhir, untuk koreksi, tentunya dalam terjemahan ini tidak sesempurnasesuai apa yang diharapkan. Apabila ditemukan kekurangan sangat kami harapkan masukan dansaran dari para pembaca yang budiman.

    http://cridealits.blogspot.com/2011/06/terjemah-kitab-mabadi-al-awaliyah.htmlhttp://cridealits.blogspot.com/2011/06/terjemah-kitab-mabadi-al-awaliyah.htmlhttp://3.bp.blogspot.com/-w24wKIxv9DI/Te9KbSaahWI/AAAAAAAAAUk/IwxnC5uNlOM/s1600/ff.jpghttp://cridealits.blogspot.com/2011/06/terjemah-kitab-mabadi-al-awaliyah.html
  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    2/33

    Berjan, 9 juni 2009-06-09TTM

    DAFTAR ISIHalaman Judul ISambutan Mustahiq IISekapur sirih IIIDaftar isi IV1. Al-Qism al-awwal Ushul al-Fiqh 12. Al-Ahkam 23. Al-Mabhats al-awwal fiy al-Amr 44. Al-Mabhats al-tsani fiy al-Nahyi 55. Al-Mabhats al-talits fiy al-'Am 7

    6. Al-Mabhats al-al-rabi' fiy al-Khas wa al-Takhshis 87. Al-Mabhats al-khamis fiy al-Naskh 128. Al-Mabhats al-sadis fiy al-Mujmal 159. Al-Mabhats al-sabi' fiy al-Muthlaq wa al-Muqayyad 1610. Al-Mabhats al-tsamin fiy al-Mafhum wa al-Mantuq 1711. Al-Mabhats al-tasi' fiy Fi'l shahib al-syari'ah 1912. Al-Mabhats al-'asyir fiy Iqrar shahib al-syari'ah 2013. Al-Mabhats al-hadiy 'asyara fiy al-Ijma' 2114. Al-Mabhats al-tsani 'asyara fiy al-Qiyas 2215. Al-Mabhats al-tsalits 'asyara fiy al-Ijtihad, al-Ittiba', al-Taqlid 2316. Al-Qism al-tsani Qawa'id al-Fiqh 2517. Kaidah ke-1 2518. Kaidah ke-2 2519. Kaidah ke-3 2520. Kaidah ke-4 2622. Kaidah ke-6 2721. Kaidah ke-5 2623. Kaidah ke-7 2724. Kaidah ke-8 2725. Kaidah ke-9 2826. Kaidah ke-10 2827. Kaidah ke-11 2828. Kaidah ke-12 2929. Kaidah ke-13 3030. Kaidah ke-14 3031. Kaidah ke-15 3032. Kaidah ke-16 3133. Kaidah ke-17 3134. Kaidah ke-18 3135. Kaidah ke-19 32

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    3/33

    36. Kaidah ke-20 3237. Kaidah ke-21 3338. Kaidah ke-22 3339. Kaidah ke-23 3340. Kaidah ke-24 34

    41. Kaidah ke-25 3442. Kaidah ke-26 3543. Kaidah ke-27 3544. Kaidah ke-28 3545. Kaidah ke-29 3646. Kaidah ke-30 3647. Kaidah ke-31 3748. Kaidah ke-32 3749. Kaidah ke-33 3750. Kaidah ke-34 3851. Kaidah ke-35 38

    52. Kaidah ke-36 3853. Kaidah ke-37 3954. Kaidah ke-38 3955. Kaidah ke-39 3956. Kaidah ke-40 40

    ... ...

    :

    " " .

    . :

    : :

    :

    BAGIAN AWALUSHUL FIQHAsal (al-ashlu) secara bahasa adalah sesuatu yang menjadi sandaran. Seperti akar yang menjadi

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    4/33

    dasar tumbuhnya sebuah pohon dan ushul al-fiqh yang menjadi pondasi fiqh. Sedangkan cabang(al-far') adalah sesuatu yang dididrikan diatas sesuatu yang lain. Seperti cabang-cabang pohon(batang dan lainnya) yang berdiri diatas akarnya, dan fiqh yang berdiri diatas ushul-nya.Menurut istilah asal adalah dalil dan kaidah kulliyat. Seperti perkataan ulama' bahwa dasarwajibnya shalat adalah al-Kitab (al-Quran). Maksudnya dalil yang mewajibkan shalat adalah al-

    Quran. Allah berfirman dalam QS. al-Baqarah (2): 43. ... Artinya : .dan dirikanlah shalat Pendapat ulama' yang menyatakan diperbolehkannya memakan bangkai dalam kondisi darurat(emergency), adalah bertentangan dengan kaidah kulliyat yang berbunyi; "kullu mayyitahharm" artinya : setiap bangkai haram hukumnya. Kaidah ini bersumber dari firman Allah SWT.Yang berbunyi :" " Ushul fiqh merupakan dalil fiqh global. Seperti kemutlakan amr (perintah) menunjukkan maknawajib, mutlaknya nahi (larangan) menunjukkan keharaman, mutlaknya perbuatan Nabi (af'al al-

    Nabi), mutlaknya ijma', dan mutlaknya qiyas yang kesemuanya itu merupakan hujjah.

    lafal fiqh dalam bahasa Arab mempunyai arti faham (al -fahm). Sedangkan dalam terminologisyar'iy, fiqh ialah mengetahui hukum-hukum syari'at yang diperoleh dengan jalan ijtihad. Sepertimengetahui bahwa niat dalam wudhu merupakan suatu kewajiban, dan berbagai permasalahanlain yang masuk dalam ranah ijtihadiyah. Fiqh, berbeda dengan hukum-hukum syari'at yangdiketahui tanpa menggunakan metode ijtihad. Seperti mengetahui bahwa shalat lima waktuadalah wajib, perbuatan zina adalah haram, dan berbagai permasalahan lain yang ditetapkandengan dalil qath'iy. Ilmu seperti ini tidak dinamakan fiqih.Sedangkan ilmu ( ) adalah sifat yang dengannya sesuatu yang di kehendaki bisa diketahuidengan sempurna. bodoh ( ) adalah tidak adanya pengetahuan akan sesuatu perkara. Dzan( ) adalah menilai sesuatu yang lebih kuat dari dua perkara. Wahm ( ) adalah menemukansesuatu yang kurang kuat dari dua perkara. Syak ( ) adalah menemukan persamaan pada dua

    perkara.Keraguan yang timbul tentanga antara apakah seseorang bernama Zaid sedang berdiri atau tidakyang sama-sama kuat dinamakan syak, jika lebih unggul salah satunya dinamakan dzan, danketika mengunggulkan salah satu antara keadaan Zaid sedang berdiri atau tidak sedang berdiridinamakan wahm. Dalam kaitan ini, ilmu dalam pengertian fiqih mengandung pengertian dzan(prasangka). Maksudnya, sebagaimana dalam pembahasan selanjutnya, akan diketemukanadanya kaidah yang menyatakan bahwa produk ijtihad sebagai salah satu mekanisme metode

    penggalian hukum dalam islam masuk dalam kategori zdanniy (prasangka) dan bukannya qath'iy(pasti).

    : . : . .

    : . . : .

    : . : . .

    :

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    5/33

    : : .

    : . . : .

    :

    .

    PEMBAGIAN HUKUM SYARI'AT

    Al-Ahkam al- Syariy (hukum -hukum syariat) dibagi menjadi sembilan, yaitu: wajib, mandub,mubah, haram, makruh, sahih, bathil, rukhshah dan 'azimah. Adapun definisi masing-masingsembilan hukum tersebut adalah sebagai berikut:1. Wajib, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan ketika ditinggalkan akandisiksa. Seperti shalat lima waktu dan puasa Ramadhan.2. Mandub, yaitu sesuatu yang apabila dikerjakan akan diberi pahala dan apabila ditinggalkantidak akan disiksa. Seperti shalat tahiyat masjid.

    3. Haram, yaitu sesuatu yang apabila ditinggalkan akan diberi pahala dan apabila dikerjakanakan disiksa. Seperti riba dan melakukan kerusakan.4. Makruh, yaitu sesuatu yang diberi pahala apabila ditinggalkan, tapi tidak disiksa apabiladikerjakan. Seperti mendahulukan bagian yang kiri dalam wudhu.5. Mubah, yaitu sesuatu yang apabila ditinggalkan dan dikerjakan tidak mendapat pahala dansiksa. Seperti tidur siang hari.6. Shahih, yaitu sesuatu yang didalamnya mencakup rukun dan syarat.7. Bathil, yaitu sesuatu yang didalamnya tidak mencakup rukun dan syarat.Rukun adalah sesuatu yang menyebabakan sahnya sesuatu (pekerjaan) dan ia merupakan bagian(juz) dari sesuatu (pekerjaan) itu. Seperti membasuh wajah dalam berwudhu dan takbiratul ihramdalam shalat. Adapun syarat adalah sesuatu yang menyebabkan sahnya sesuatu (pekerjaan),namun ia bukanlah bagian (juz) dari sesuatu (pekerjaan) tersebut.8. Rukhshah, yaitu perubahan hukum dari berat menjadi ringan, sedangkan sebab hukum asalnyamasih tetap. Seperti diperbolehkannya membatalkan puasa bagi musafir meskipun ia tidakmerasa keberatan untuk melanjutkan puasanya. Dan diperbolehkan memakan bangkai bagi orangyang terpaksa.9. Azimah, yaitu hukum seperti kewajiban shalat lima waktu dan haramnya memakan bangkai

    bagi yang tidak terpaksa.

    :

    . ... ... .

    . . .. . . ... . .

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    6/33

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    7/33

    . .

    Pembahasan Ke - 2AL-NAHYAl-Nahy (larangan) adalah tuntutan untuk meninggalkan (suatu pekerjaan) dari atasan kepada

    bawahannya. Pembahasan larangan (al-nahy) meliputi beberapa kaidah sebagai berikut:1. Larangan (al-nahy) pada dasarnya menunjukkan keharaman (sesuatu yang dilarang), kecualiadanya petunjuk (dalil) sebaliknya.2. Larangan (al-nahy) akan suatu hal (dapat diartikan sebagai) perintah akan hal-hal yang

    berlawanan atau kebalikan dari yang dilarang. Allah berfirman QS. al-Baqarah (2):188.

    Artinya: Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamudengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim,supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan

    berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. 3. Larangan (al-nahy) pada dasarnya menunjukkan rusaknya sesuatu yang dilarang dalam ibadah.Seperti shalat dan puasanya perempuan yang haidh.4. Larangan (al-nahy) pada dasarnya menunjukkan rusaknya sesuatu yang dilarang dalammuamalah. Hal ini terjadi ketika larangan itu dikembalikan kepada kondisi akad (nafs al-'aqd),seperti bai' al-hashot (jual beli dengan cara melemparkan batu kecil atau spekulasi). Namunketika larangan itu dikembalikan kepada sesuatu yang keluar dari transaksi (faktor eksternal)yang tidak tetap, maka sesuatu yang dilarang tersebut tidak rusak. Seperti hanya jual beli padawaktu adzan jum'at.Firman Allah SWT dalam QS. Al- Jumah (62):9.

    Artinya : Hai orang -orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka

    bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. al -Jum'ah 9).

    . :... "

    "

    "

    " ...

    " "

    " " "

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    8/33

    ... " " ... " . Pembahasan Ke - 3AL-'AMAl-' Am ( ) adalah sesuatu yang meliputi dua hal atau lebih tanpa adanya batasan. Lafazd-lafazd yang digunakan untuk menunjukkan makna 'am ada empat, yaitu:1. Isim wahid (mufrod) yang di-ma'rifat-kan dengan huruf lam. Seperti QS. al-Ashr (103): 2-3...

    Artinya : "Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali mereka yang beriman" 2. Isim jama' yang di-ma'rifat-kan dengan huruf lam. Contoh QS. al-Baqarah (2):195.

    Artinya : Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkandirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukaiorang-orang yang berbuat baik.

    3. huruf la yang me-nafi-kan pada isim nakiroh. Contoh QS. al-Baqarah(2): 48.

    Artinya: Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapatmembela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafa'at dan tebusan dari

    padanya, dan tidaklah mereka akan ditolong. 4. Isim-isim mubhama) Lafal bagi sesuatu yang berakal. Contoh firman Allah QS. al -Zalzalah (99): 7.

    Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat(balasan)nya.

    b) Lafal bagi yang tidak berakal. Contoh firman Allah QS. al-Hujarat (49): 18.

    Artinya: Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. dan Allah Mahamelihat apa yang kamu kerjakan. c) Lafal : Contoh .

    .. d) Lafal .yang menunjukkan tempat. Contoh QS. al-Nisa' (4): 78

    Artinya: Dimanapun kamu berada kematian akan mendapatkan kamu e) Lafal yang menunjukkan zaman. Contoh :

    : :

    : :

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    9/33

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    10/33

    1) Pengecualian al-kitab (al- Quran) dengan al -kitab (al- Quran). Firman Allah SWT dalam QS.al-Baqarah (2): 221.

    ... Artinya: Dan janganlah kamu menikahi wanita- wanita musyrik ayat ini ditakhsis dengan Firman Allah SWT dalam QS. al-Maidah (5): 5,

    ...

    ...

    Artinya: Pada hari ini dihalalkan sampai pada firman Allah ta'ala- Dan wanita-wanita yangmenjaga kehormatan di antara orang-orang yang di beri al-kitab sebelum kamu 2) Pengecualian al-kitab (al- Quran) dengan al -sunah (al-Hadits). Firman Allah dalam QS. al-

    Nisa' (4):11....

    Artinya: Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pustaka untuk) anak-anakmu, yaitu

    bagian anak laki- laki sama dengan bagian dua anak perempuan Ayat diatas mengandung pengertian bahwa yang mendapat waris termasuk anak kafir tapi ayattersebut ditakhsis dengan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim:

    Artinya: Seorang anak muslim tidak mendapatkan warisan dari orang tua kafir dan anak kafirtidak mendapatkan warisan dari orang tua muslim. 3) Pengecualian al-Sunnah (al-Hadits) dengan al-Kitab (al- Quran). Seperti hadits riwayatBukhari Muslim yang menerangkan bahwa Allah SWT tidak akan menerima shalat seseorangyang masih dalam keadaan hadats sampai dia berwudhu.

    Artinya : Allah tidak menerima shalat kalian, ketika berhadast sehingga kalian berwudhu.Hadits ini di takhsis dengan firman Allah QS.al-Nisa' (4): 43.

    ...

    Artinya: Dan jika kamu sakit sampai pada firman Allah- kemudian kamu tidak mendapat air,maka bertayamumlah 4) Pengecualian al-Sunnah (al-Hadits) dengan al-Sunnah (al-Hadits). Contoh hadits RiwayatBukhari dan Muslim:

    Artinya: Setiap (zar') yang disirami dengan air hujan zakatnya sebesar seper sepuluh. Hadits ini ditakhsis dengan hadits riwayat Bukhori dan Muslim : Artinya: Setiap (zar') yang kurang dari lima wasaq tidak ada zakat. 5) Pengecualian al-kitab (al- Quran) dengan Qiyas. Contoh QS. al -Nur (24):3.

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    11/33

    Artinya: Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, Maka deralah tiap-tiap seorang dari

    keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.Ayat tersebut di takhsis dengan ayat yang menerangkan hukum derap/jilid terhadap budak

    perempuan (amat) yang hanya dijilid separuh dari ketentuan ayat. Allah SWT. berfirman QS. al- Nisa' (4):25.

    ...

    Artinya: Kemudian mereka melakukan perbuatan yang keji (zina), Maka atas mereka separohukuman dari hukuman wanita- wanita merdeka yang bersuami Adapun untuk seorang budak (abd) di -qiyas-kan kepada amat yaitu setengah dari ketentuan

    yang telah disebutkan diatas.6) Pengecualian al-Sunnah (al-Hadits) dengan al-Qiyas. Contoh sabda Rasulullah SAW. : Artinya: Orang kaya yang berpaling dari membayar hutang maka halal kehormatan dankeperwiraannya (HR. Ahmad dan Ibn Majjah.) Dikecualikan dari ketentuan hadits diatas, yaitu orang tua yang menunda-nunda membayarhutang pada anaknya meskipun sudah mampu untuk membayarnya. Maka bagi orang tua yang

    berpaling dari membayar hutang tidak dihalalkan kehormatan dan keperwiraannya karenadengan memakai qiyas awla tidak diperbolehkannya mengucapkan kata-kata kasar kepadamereka yang telah ditetapkan dalam QS. Al-Isra' (17):23.

    ...

    Artinya: Maka sekali -kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah"

    .

    : . :

    . . . . .

    . . " ... " "

    ... "

    . " " . .

    . . ... "

    " . " "

    " ... " "

    " .

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    12/33

    Pembahasan Ke - 5 NASIKH DAN MANSUKHAl-Nsikh ( ) secara bahasa berarti menghilangkan, menghapus, atau memindah. Dalamtinjauan syara', al-nsikh adalah menghilangkan atau membatalkan hukum syara' yang telahditetapkan terdahulu dengan dalil syara' yang baru. Al-Nsikh menurut sebagian ulama' terbagi

    menjadi:1) Menghapus tulisan (al-rasm) dan menetapkan hukum.Contoh hadits Nabi SAW: Sahabat umar RA berkat a bahwa sesungguhnya kami telah membaca hadits dan bahwasanyanabi SAW telah memberlakukan hukum ranjam terhadap dua orang yang berzina muhshon.Maksud lafal dalam hadits diatas adalah 2) Menghapus hukum dan menetapkan tulisan (al-rasm).Contoh QS. al-Baqarah (2): 240.

    Artinya: Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri,hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) diberi nafkah hingga setahun lamanya dantidak disuruh pindah (dari rumahnya). akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), Maka tidak adadosa bagimu (wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'rufterhadap diri mereka. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.Ayat ini di nasikh dengan QS. al-Baqarah (2): 234.

    ...

    Artinya: Orang -orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri(hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari.3) Menghapus dua perkara (hukum dan tulisan) secara bersamaan.Seperti hadits riwayat Muslim dari 'aisyah ra. Hadits yang menerangkan bahwa yang dapat menyebabkan haramnya sebuah pernikahan sepuluhkali susushan yang diketahui ini kemudian dinasikh dengan hadits yang menerangkan lima kalisusuan yang mengharamkan: Me-nasikh al-Kitab (ayat Al-Quran) dengan al-Kitab (ayat al-Quran lain) juga diperbolehkan,seperti dalam ayat tentang 'iddah perempuan sebagaimana yang diterangkan diatas.

    4) Menghapus al-Sunah dengan al-Kitab.Seperti menghadap Baitul maqdis dalam shalat yang ditetapkan dengan sunah fi'liyah (perbuatan Nabi). Dalam hadits riwayat Bukhori Muslim disebutkan "bahwasahnya Nabi SAW menghadap baitul maqdis dalam shalatnya selama 16 bulan ". Hadits kemudian dinasikh dengan firmanAllah QS. al-Baqarah (2): 144.

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    13/33

    Artinya: Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langi, Maka sungguh kamiakan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. palingkanlah mukamu ke arah MasjidilHaram. dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya

    orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidaklengah dari apa yang mereka kerjakan. 5) Nasikh al-Sunah dengan al-Sunah. Seperti hadits riwayat imam Muslim:

    Artinya: (dulu) Aku (Nabi) melarang kalian ziarah kubur. Maka (sekarang) Berziarahlah kalian. Sebagian ulama' juga ada yang berpendapat tentang diperbolehkannya menasikh al-kitab denganal-sunah. Seperti firman Allah QS al-Baqarah :(2) 180,

    Artinya: Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secarama'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang- orang yang bertakwa. Ayat diatas dinaskh oleh sabda Nabi SAW: Artiny: Tidak ada wasiat bagi ahli waris. (HR. al -Tirmidzi dan Ibn Majjah.)

    : " " . : :

    . " ". . , .. " " , .Pembahasan Ke - 6MUJMAL DAN BAYANMujmal ( ) adalah sesuatu yang membutuhkan penjelasan. Contoh seperti lafal pada

    ayat:

    karena ada persekutuan makna dalam lafal al-quru' maka memungkinkan lafal tersebutmempunyai arti haidh dan suci.Bayan ( ) adalah mengeluarkan sesuatu dari kondisi musykil kepada kondisi jelas. Bayandibagi menjadi:1) Bayan (penjelas) dengan ucapan (bi al-qawl) seperti pada firman Allah SWT. yangmenerangkan puasa tamatu' QS. Al-Baqarah (2): 196.

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    14/33

    ...

    Artinya: Maka wajib puasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari apabila kalian semuatelah pulang. Itulah sepuluh hari yang sempurna... 2) Bayan dengan perbuatan atau pekerjaan. seperti pekerjaan Nabi yang menjelaskan tata cara

    shalat dan lainnya.3) Bayan dengan tulisan (kutub). Seperti bayan akan kadar zakat, dan diyat anggota badansebagaimana yang telah dijelaskan Nabi SAW. melalui hadits-haditsnya.4) Bayan dengan isyarat, seperti isyarat nabi SAW sambil menunjukkan semua jari tangan dalamsatu isyarat satu bulan adalah seperti ini, seperti ini dan seperti ini. Maksudnya 30 hari.Kemudian nabi memebrikan isyarat lagi dengan telapak tangannya sampai tiga kali, dan padaurutan ketiga beliau tidak menunjukkan ibu jarinya sebagai isyarat bahwa dalam bulan terkadangada yang hanya sejumlah 29 hari.

    :

    :

    .

    ...

    Pembahasan Ke - 7MUTLAQ DAN MUQOYYADMutlaq ( ) adalah lafal yang menunjukkan hakikat sesuatu hal tanpa adanya batasan.Sedangkan muqoyyad ( ) adalah lafal yang menunjukkan suatu hal dengan adanya batasan(taqyid).Penting diketahui bahwa apabila terdapat perintah (khithab) yang bersifat mutlak atau umum,

    maka ia harus diberlakukan seperti keumumannya. Begitupun ketika terdapat perintah yangdibatasi (muqoyyad) atau bersifat khusus, maka ia harus diberlakukan berdasarkan kadar pembatasan atau kekhususannya tersebut. Namun ketika perintah itu bersifat mutlak pada satusisi dan muqoyyad pada sisi yang lain, maka sisi kemutlakannya harus ditangguhkan dandiberlakukan sisi kekhususannya. Contohnya seperti lafal roqobah (budak) yang dibatasidengan sifat beriman dalam hal kafarat membunuh. Allah SWT berfirman QS. al-Nisa' (4): 96....

    Artinya : (Hendaklah) Ia memerdekakan seorang hamba yang beriman Dalam bagian lain, lafal roqobah berlaku umum seperti pada kafarat zhihar dalam firman AllahSWT QS. al-Mujadalah )58): 3.

    Artinya: Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, Kemudian mereka hendak menarik kembaliapa yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum keduasuami isteri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Mahamengetahui apa yang kamu kerjakan."

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    15/33

    : :

    :: , , "

    ... "

    : , , " ... " :

    : ... " " "

    ...

    : , " . " . " ... ".

    . "

    ... "

    Pembahasan Ke - 8MANTUQ DAN MAFHUMMantuq ( ) adalah penunjukan lafal terhadap suatu hal (hukum) ketika diucapkan,sedangkan Mafhum ( ) adalah penunjukan lafal terhadap hukum yang tidak diucapkan.Pembagian Mantuq1. Al-Nash. Yaitu lafal yang tidak mengandung takwil. Seperti firman Allah SWT. QS. al-Baqarah (2):196.

    ...

    Artinya: Maka wajib puasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari apabila kalian semuatelah pulang. Itulah sepuluh hari yang sempurna. 2. Al-Zahir. Yaitu lafal yang mengandung takwil atau perlu takwil. Contohnya seperti firmanAllah QS. al-Dzariyat (51):47.

    Artinya: Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan Sesungguhnya kami benar -

    benar berkuasa. Lafal adalah bentuk jamak dari lafal yang berarti tangan, dan hal itu (tangan) mustahil bagiAllah SWT. Maka dari itu lafal dalam ayat tersebut dipalingkan ke makna yang berartikekuatan.Pembagian Mafhum1. Mafhum muwafaqoh. Yaitu penunjukan hukum yang tidak disebutkan mempunyai kesamaandengan hukum yang diucapkan. Seperti pencegahan atau larangan memukul kedua orang tuayang dapat dipahami dari firman Allah QS. al-Isra' (17):23.

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    16/33

    Artinya: Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia danhendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu

    membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Larangan membakar (atau hal-hal yang sifatnya merusak) harta anak yatim yang dapat dipahamidari firman Allah QS. al-Nisa' (4): 10.

    Artinya: Sesungguhnya orang -orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, Sebenarnyamereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka). 2. Mafhum mukholafah. Yaitu lafal yang disebutkan tidak sama dengan yang diucapkan.Contohnya antara lain adalah sebagai berikut:1) Tidak adanya kewajiban zakat bagi hewan yang digunakan untuk bekerja yang dipahami dari

    sabda Nabi SAW: Artinya: Pada hewan -hewan yang digembalakan terdapat (wajib) zakat. 2) Tidak adanya haji kecuali pada bulan-bulan tertentu yang telah masyhur dari pemahamanfirman Allah QS. al-Baqarah (2):197.

    Artinya: Haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnyadalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-

    bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwadan bertakwalah kepada-Ku Hai orang- orang yang berakal. 3) Diperbolehkannya jual beli pada hari Jum'at sebelum dikumandangkannya azdan yangdipahami dari firman Allah QS. al-Jum'ah (62): 9.

    Artinya: Hai orang -orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka

    bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

    .

    . "

    ... ."

    . . . ... " "

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    17/33

    : .

    Pembahasan Ke - 9PERBUATAN NABI SAW.Perbuatan Nabi SAW. terkadang bersifat qurbah (ibadah taqorrub) dalam artian taat dan kadang

    juga tidak bersifat demikian. Ketika perbuatan Nabi bersifat taqorrub atau taat serta adanya dalilyang menunjukkan kekhususan pada diri Nabi maka hal itu berlaku khusus untuk Nabi SAW.Seperti memiliki istri lebih dari empat. Allah berfirman QS al- Nisa' (4): 3.

    ...

    Artinya: Maka kawinilah wanita -wanita yang kamu sengangi dua, tiga, atau empat Namun ketika perbuatan Nabi SAW. tidak disertai dalil yang menunjukkan kekhususannya padadiri Nabi SAW. maka perbuatan tersebut tidak berlaku khusus pada Nabi SAW., tetapi jugameliputi umatnya. Alllah berfirman QS. al-Ahzab (33): 21.

    Artinya: Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyakmenyebut Allah. Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa hukum asal semua perbuatan Nabi SAW. ituuntuk diikuti kecuali ada dalil yang menunjukkan kekhususan pada Nabi SAW. saja dalam suatu

    perbuatan.

    . , .

    , . .

    . . \ .

    Pembahasan Ke - 10KETETAPAN NABI SAW.Ketetapan Nabi SAW. atas ucapan seseorang memiliki kedudukan yang sama dengan ucapan

    Nabi SAW. sendiri. Begitu juga ketetapan Nabi SAW. atas pekerjaan seseorang memilikikedudukan yang sama dengan pekerjaan Nabi SAW. hal itu karena Nabi SAW. bersifat maksum(terjaga) untuk mengakui perbuatan ingkar seseorang. Contoh dari keterangan diatas adalah

    pengakuan Nabi SAW. pada sahabat Abu Bakr RA. yang memberikan harta rampasan perangorang kafir yang terbunuh kepada pasukan muslim yang berhasil membunuhnya dan pengakuan Nabi SAW terhadap sahabat Khalid bin Walid RA. yang memakan biawak.Sesuatu yang dikerjakan atau diucapkan tidak dihadapan (majlis) Nabi SAW. namun terjadi atassepengetahuan Nabi SAW. mengetahui dan tidak pula mengingkarinya maka memilikikedudukan hukum yang sama dengan pekerjaan atau perkataan yang dilakukan dihadapan NabiSAW. Seperti pengetahuan Nabi SAW. Dengan sahabat Abu Bakr RA. yang pada saat murka

    bersumpah untuk tidak makan, namun kemudian melanggar sumpahnya sendiri setelah meyakini

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    18/33

    adanya kebaikan dalam makan, yakni menjaga kesehatan tubuh berdasarkan contoh dan keterangan diatas dapat ditarik kesimpulan diperbolehkannya melanggarsumpah, bahkan disunatkan untuk melanggar sumpah ketika hal itu mengandung sesuatu yanglebih baik.

    : : .

    . "

    " , ,

    . . .

    Pembahasan Ke - 11

    IJMA'Ijma' menurut bahasa adalah kesepakatan atau konsensus. Sedangkan menurut pengertian istilah,Ijma berarti kesepakatan umat islam setelah wafatnya Nabi SAW. pada suatu masa terhadap satudari beberapa perkara atau permasalahan. Ijma' menurut jumhur ulama' adalah hujjah. Hal inididasarkan pada sabda Nabi SAW.:

    " "Artinya: Umatku tidak akan bersepakat dalam kesesatan. Pertolongan Allah atas jamaah. Ijma' bisa atau sah terjadi dengan ucapan sebagian ulama' dan perbuatan sebagian yang lain,tersiarnya kabar mengenai perkataan atau perbuatan tersebut. Adapun sikap diamnya sebagianulama' yang lain terhadap terjadinya kesepakatan itu disebut dengan ijma sukutiy. Para ulama'telah bersepakat bahwa sesuatu yang biasa keluar dari dubur (anus) dan qubul (kelamin) yaitukencing dan buang air besar adalah membatalkan wudhu.Perlu juga diketahui bahwa imam Syafi'i RA. telah menetapkan qiyas dan hadits ahadd untukkegiatan penetapan (istinbat) hukum, sebagaimana telah dilakukan oleh sebagian sahabat dantanpa adanya pengingkaran dari sahabat yang lain. Dengan demikian, hal ini juga dinamakanijma' sukutiy.

    . " " : .

    : . . :,, , .

    : . . .

    " ". . . :

    . .

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    19/33

    .Pembahasan Ke - 12QIYASQiyas adalah hujjah. Allah SWT. berfirman QS. al-Hasyr (59):2.

    Artinya: Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yangmempunyai wawasan. Al-Qiyas ( ) menurut bahasa adalah mengukur atau memperkirakan sesuatu atas sesuatuyang lain untuk mengetahui persamaan diantara keduanya, seperti mengukur pakaian denganlengan. Sedangkan menurut istilah, qiyas berarti mengembalikan hukum cabang (far') kepadahukum asal karena adanya illat (alasan) yang mempertemukan keduanya dalam hukum. Sepertimenqiaskan beras terhadap gandum dalam harta ribawiy dengan titik temu berupa keduanyasama-sama makanan pokok.Rukun Qiyas ada empat yaitu:1) far',2) asal,

    3) hukum asal, dan4) illat hukum asal.Macam-macam qiyas, di bagi menjadi tiga:a. Qiyas al-illatYaitu sesuatu yang illat didalamnya menetapkan hukum. Seperti menqiyaskan memukul denganucapan yang tercela kepada kedua orang tua dalam keharamannya dengan alasan menyakitkanhati orang tua. Allah berfirman QS. Al-Isra' (17):23.

    ... Artinya: Maka sekali -kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "Ah".

    b. Qiyas al-dilalahYaitu sesuatu yang illat didalamnya menunjukkan pada hukum akan tetapi illat tersebut tidak

    menetapkan pada hukum. Seperti menqiyaskan harta anak kecil dengan harta orang dewasadalam kewajiban zakat dengan adanya titik temu bahwa harta anak kecil termasuk harta yangsempurna (al-ml al-tmm). Boleh juga mengatakan tidak wajib zakat -seperti yang dikatakanAbu Hanifah- dengan menqiyaskan pada haji yang mana, haji wajib bagi orang dewasa adapunanak kecil tidak wajib untuk haji.c. Qiyas al-syibhYaitu mempersamakan hukum cabang (far') yang masih diragukan antara dua asal denganmengambil keserupaan yang lebih banyak dari asal tersebut. Contohnya dalam pembahasan

    budak yang dibunuh, apakah sipembunuh wajib dikenai hukum qishas karena budak jugatermasuk manusia, ataukah cukup hanya dengan membayar ganti rugi dengan alasan adanyakeserupaan budak dengan binatang, bahwa budak adalah harta. Dalam hal ini budak lebih banyak

    keserupaannya dengan binatang (harta) sebab, budak bisa diperjual-belikan, diwariskan, dandiwakafkan.

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    20/33

    . . .

    . . . .

    ... :

    :

    "

    "

    ... : :

    : Pembahasan Ke - 13IJTIHAD, ITTIBA' DAN TAQLIDIjtihad ialah mengerahkan segala kemampuan untuk mendapatkan hukum syara' dengan jalan

    menyandarkan hukum (istinbath) kepada al-Quran dan al-Sunah. Orang yang melakukan ijtihaddisebut dengan mujtahid.Ittiba' adalah menerima ucapan orang lain serta mengetahui sumbernya, dan orang yangmelakukan ittiba disebut dengan muttabi'. Taqlid adalah menerima ucapan seseorang tanpa mengetahui dasarnya, dan orang yangmelakukan taqlid disebut dengan muqollid.Ijtihad dalam permasalahan agama sangat dibutuhkan. Begitupun dengan ittiba'. Sedangkantaklid dalam agama dianggap sebagai suatu pekerjaan yang hina, karena berdampak lebih jauhterhadap kemunduran umat.Dalil-dalil untuk ketentuan dalam pembahasan ini adalah sebagai berikut:QS. al-Ankabut (2): 69.

    Artinya: Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akankami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar besertaorang- orang yang berbuat baik. Hadist Nabi SAW. :

    " "Artinya: Jika seorang hakim membuat keputusan (menghukumi) dengan berijtihad kemudian

    benar, maka baginya dua pahala, jika menghukumi dengan berijtihad dan ternyata salah, maka baginya satu pahala." (HR. Bukhari dan Muslim).QS. al-A'raf (7): 3.

    Artinya : Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). QS. al-Maidah (5): 104.

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    21/33

    Artinya: Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah danmengikuti Rasul". mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapakkami mengerjakannya". dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupunnenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa- apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?.

    QS. al-Zukhruf (43): 22.

    Artinya: Bahkan mereka berkata: "Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganutsuatu agama, dan Sesungguhnya kami orang-orang yang mendapat petunjuk dengan (mengikuti)

    jejak mereka".

    BAGIAN KEDUAQOWA'ID AL-FIQHSabda Rasulullah SAW. :

    Artinya: Segala sesuatu tergantung pada niatnya, dan apa yang didapatkan ialah apa yang telahdiniatkan. (HR. Bukhari). Kaidah ke-1

    Segala sesuatu tergantung pada tujuannya.Contoh kaidah:1. Diwajibkannya niat dalam berwudhu, mandi, shalat dan puasa.2. Penggunaan kata kiasan (kinayah) dalam talak. Seperti ucapann seorang suami kepadaistrinya: (engkau adalah wanita yang terasing). Jika suami bertujuan menceraikan denganucapannya tersebut, maka jatuhlah talak kepada istrinya, namun jika ia tidak berniat menceraikanmaka tidak jatuh talak-nya.

    Kaidah ke-2 Sesuatu yang memerlukan penjelasan, maka kesalahan dalam memberikan penjelasanmenyebabkan batal.Contoh kaidah:1. Seseorang yang melakukan shalat dhuhur dengan niat 'ashar atau sebaliknya, maka shalatnyatersebut tidak sah.2. Kesalahan dalam menjelaskan pembayaran tebusan (kafarat) zhihar kepada kafarat qatl(pembunuhan).Kaidah ke-3

    Sesuatu yang memerlukan penjelasan secara global dan tidak memerlukan penjelasan secararinci, maka ketika kesalahan dalam penjelasan secara rinci membahayakan.Contoh kaidah :Seseorang yang bernama Gandung S.P. Towo niat berjamaah kepada seorang imam bernamambah Arief. Kemudian, ternyata bahwa yang menjadi imam bukanlah mbah Arief tapi orang lainyang mempunyai panggilan Seger (Khoirul Mustamsikin), maka shalat Gandung tidak sah

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    22/33

    karena ia telah berniat makmum dengan mbah Arief yang berarti telah menafikan mengikutiSeger. Perlu diketahui, bahwa dalam shalat berjamah hanya disyaratkan niat berjamaah tanpaadanya kewajiban menentukan siapa imamnya.Kaidah ke-4

    Sesuatu yang tidak disyaratkan penjelasannya secara global maupun terperinci ketika dita'yin dansalah maka statusnya tidaklah membahayakan.Contoh kaidah :Kesalahan dalam menentukan tempat shalat. Seperti mbah Muntaha (pengelolah kantin Asyiq)niat shalat di Kemranggen Bruno Purworejo, padahal saat itu dia berada di Simpar (suatu daerahyang di Kecamatan Kalibawang Wonosobo). Maka shalat mbah Muntaha tidak batal karenasudah adanya niat. sedangkan menentukan tempat shalat tidak ada hubungannya dengan niat baiksecara globlal atau terperinci (tafshil).Kaidah ke-5

    Maksud sebuah ucapan tergantung pada niat yang mengucapkan.

    Contoh kaidah :1. Temon adalah seorang pria perkasa (berasal dari daerah Babadsari Kutowinangun Kebumen).Teman kita yang satu ini konon katanya mempunyai seorang istri bernama Tholiq dan seorang

    budak perempuan bernama Hurrah. Suatu saat, Temon berkata; Yaa Tholiq, atau Yaa Hurrah.Jika dalam ucapan Yaa Tholiq Temon bermaksud menceraikan istrinya, maka jatuhl ah talakkepada istrinya, namun jika hanya bertujuan memanggil nama istrinya, maka tidak jatuhtalaknya. Begitu juga dengan ucapan Yaa Hurrah kepada budaknya jika Temon bertujuanmemerdekakan, maka budak perempuan itu menjadi perempuan merdeka. Sebaliknya jika iahanya bertujuan memanggil namanya, maka tidak menjadi merdeka.2. Menambahkan lafal masyiah (insya Allah) dalam niat shalat dengan tujuan menggantungkanshalatnya kepada kehendak Allah SWT. maka batal shalatnya. Namun apabila hanya berniattabarr u maka tidak batal shalatnya, atau dengan menambahkan masyiah dengan tanpa adanyatujuan apapun, maka menurut pendapat yang sahih, shalatnya menjadi batal.Kaidah ke-6 Keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keraguan.Contoh kaidah :1. Seorang bernama Doel Fatah ragu, apakah baru tiga atau sudah empat rakaat shalatnya? maka,Doel Fatah harus menetapkan yang tiga rakaat karena itulah yang diyakini.2. Santri bernama Maid baru saja mengambil air wudhu di kolam depan komplek A PP. PutraAn-Nawawi. Kemudian timbul keraguan dalam hatinya; "batal durung yo..? kayane aku nembedemek..." maka hukum thaharah-nya tidak hilang disebabkan keraguan yang muncul kemudian.3. seseorang meyakini telah berhadats dan kemudian ragu apakah sudah bersuci atau belum,maka orang tersebut masih belum suci (muhdits).Dibawah ini ialah kaidah yang esensinya senada dengan kaidah di atas: Sesuatu yang tetap dengan keyakinan, maka tidak bisa dihilangkan kecuali dengan adanyakeyakinan yang lain.Kaidah ke-7

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    23/33

    Pada dasarnya ketetapan suatu perkara tergantung pada keberadaannya semula.Contoh kaidah :1. Seseorang yang makan sahur dipenghujung malam dan ragu akan keluarnya fajar maka puasaorang tersebut hukumnya sah. Karena pada dasarnya masih tetap malam (al-aslu baqa-u al-lail).2. Seseorang yang makan (berbuka) pada penghujung siang tanpa berijtihad terlebih dahulu dan

    kemudian ragu apakah matahari telah terbenam atau belum, maka puasanya batal. Karenaasalnya adalah tetapnya siang (al-ashl baqa-u al-nahr).Kaidah ke-8 hukum asal adalah tidak adanya tanggungan.Contoh kaidah:Seorang yang didakwa (muddaa alaih)melakukan suatu perbuatan bersumpah bahwa ia tidakmelakukan perbuatan tersebut. Maka ia tidak dapat dikenai hukuman, karena pada dasarnya iaterbebas dari segala beban dan tanggung jawab. Permasalahan kemudian dikembalikan kepadayang mendakwa (muddai). Kaidah ke-9

    Hukum asal adalah ketiadaanContoh kaidah :1. Kang Khumaidi mengadakan kerjasama bagi hasil (mudharabah) dengan Bos Fahmi. Dalamkerjasama ini Kang Khumaidi bertindak sebagai pengelola usaha (al-'amil), sedangkan BosFahmi adalah pemodal atau investornya. Pada saat akhir perjanjian, Kang Khumaidi melaporkankepada Bos Fahmi bahwa usahanya tidak mendapat untung. Hal ini diingkari Bos Fahmi. Dalamkasus ini, maka yang dibenarkan adalah ucapan orang Bruna yang bernama Kang Khumaidi,karena pada dasarnya memang tidak adanya tambahan (laba).2. Tidak diperbolehkannya melarang seseorang untuk membeli sesuatu. Karena pada dasarnyatidak adanya larangan (dalam muamalah).Kaidah ke-10 Asal segala sesuatu diperkirakan dengan yang lebih dekat zamannya.Contoh kaidah :1. Mungkin karena kesal dengan seseorang wanita hamil yang kebetulan juga cerewet, makatanpa pikir panjang Ipin -cah Jiwan Wonosobo- memukul perut si wanita hamil tersebut. Selang

    beberapa waktu si wanita melahirkan seorang bayi dalam keadaan sehat. Kemudian tanpadiduga-duga, entah karena apa si jabang bayi yang imut yang baru beberapa hari dilahirkanmendadak saja mati. Dalam kasus ini, Ipin tidak dikenai tanggungan (dhaman) karena kematian

    jabang bayi tersebut adalah disebabkan faktor lain yang masanya lebih dekat dibanding pemukulan Ipin terhadap wanita tersebut.2. Seorang santri kelas II MDU bernama Soekabul alias Kabul Khan ditanya oleh temansekamarnya; Kang Kabul, aku melihat sperma di bajuku, tapi aku tidak ingat kapan aku mimpi

    basah. Gimana solusinya, Kang?. Dengan PD- nya, karena baru saja menemukan kaidah al -aslufi kulli wahidin taqdiruhu bi- aqrobi zamanihi saat muthalaah Kitab Mabadi' Awwaliyah, santriyang demen banget lagu- lagu Hindia ini spontan menjawab; Siro -red: kamu- wajib mandi besardan mengulang sha lat mulai sejak terakhir kamu bangun tidur sampai sekarang. Kaidah ke-11

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    24/33

    Kesulitan akan menarik kepada kemudahan.Contoh kaidah :1. Seorang bernama Godril yang sedang sakit parah merasa kesulitan untuk berdiri ketika shalatfardhu, maka ia diperbolehkan shalat dengan duduk. Begitu juga ketika ia merasa kesulitanshalat dengan duduk, maka diperbolehkan melakukan shalat dengan tidur terlentang.

    2. Seseorang yang karena sesuatu hal, sakit parah misalnya, merasa kesulitan untukmenggunakan air dalam berwudhu, maka ia diperbolehkan bertayamum.3. Pendapat Imam Syafi'i tentang diperbolehkannya seorang wanita yang bepergian tanpadidampingi wali untuk menyerahkan perkaranya kepada laki- laki lain. Kaidah yang semakna dengan kaidah di atas, antara lain:Perkataan Imam al-Syafi'i:

    Sesuatu, ketika sulit, maka hukumnya menjadi luas (ringan).Perkataan sebagian ulama:

    Ketika keadaan menjadisempit maka hukumnya menjadi luas.

    Allah SWT. berfirman dalam QS. Al-Baqarah (2): 185....

    Artinya : Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. KERINGANAN HUKUM SYARA Keringanan hukum syara (takhfifat al-syar'i), meliputi 7 macam, yaitu:1. Takhfif Isqat, yaitu keringanan dengan menggugurkan. Seperti menggugurkan kewajibanmenunaikan ibadah haji, umrah dan shalat jumat karena adanya 'uzdur (halangan).2. Takhfif Tanqis, yaitu keringanan dengan mengurangi. Seperti diperbolehkannya menqashar

    shalat.3. Takhfif Ibdal, yaitu keringanan dengan mengganti. Seperti mengganti wudhu dan mandidengan tayammum, berdiri dengan duduk, tidur terlentang dan memberi isyarat dalam shalat danmengganti puasa dengan memberi makanan.4. Takhfif Taqdim, yaitu keringanan dengan mendahulukan waktu pelaksanaan. Seperti dalamshalat jama' taqdim, mendahulukan zakat sebelum khaul (satu tahun), mendahulukan zakat fitrahsebelum akhir Ramadhan.5. Takhfif Takhir, yaitu keringanan dengan mengakhirkan waktu pelaksanaan. Seperti dalamshalat jama' takhir, mengakhirkan puasa Ramadhan bagi yang sakit dan orang dalam perjalanandan mengakhirkan shalat karena menolong orang yang tenggelam.6. Takhfif Tarkhis, yaitu keringanan dengan kemurahan Seperti diperbolehkannya menggunakan

    khamr (arak) untuk berobat.7. Takhfif Taghyir, yaitu keringanan dengan perubahan. Seperti merubah urutan shalat dalamkeadaan takut (khauf).Kaidah ke-12 Sesuatu yang dalam keadaan lapang maka hukumnya menjadi sempit.Contoh kaidah :Sedikit gerakan dalam shalat karena adanya gangguan masih ditoleransi, sedangkan banyak

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    25/33

    bergerak tanpa adanya kebutuhan tidak diperbolehkan.Dari dua kaidah sebelumnya (kaidah ke-11 dan ke-12) Al-Gazali membuat sintesa (perpaduan)menjadi satu kaidah berikut ini:

    Setiap sesuatu yang melampaui batas kewajaran memiliki hukum sebaliknya.

    Kaidah ke-13 Bahaya harus dihilangkan.Contoh kaidah:1. Diperbolehkan bagi seorang pembeli memilih (khiyar) karena adanya 'aib (cacat) pada barangyang dijual.2. Diperbolehkannya merusak pernikahan (faskh al-nikah) bagi laki-laki dan perempuan karenaadanya 'aib.

    Kaidah ke-14

    Bahaya tidak dapat dihilangkan dengan bahaya lainnya.Contoh kaidah:Mbah Yoto dan Lutfi adalah dua orang yang sedang kelaparan, keduanya sangat membutuhkanmakanan untuk meneruskan nafasnya. Mbah Yoto, saking tidak tahannya menahan lapar nekatmengambil getuk Asminah (asli produk gintungan) kepunyaan Lutfi yang kebetulan dibelisebelumnya di warung Syarof CS. Tindakan mbah Yoto -walaupun dalam keadaan yang sangatmenghawatirkan baginya- tidak bisa dibenarkan karena Lutfi juga mengalami nasib yang samadengannya, yaitu kelaparan.Kaidah ke-15 Kondisi darurat memperbolehkan sesuatu yang semula dilarang.Contoh kaidah:1. Ketika dalam perjalan dari Sumatra ke pondok pesantren An-Nawawi, ditengah-tengah hutanKasyfurrahman alias Rahman dihadang oleh segerombolan begal, semua bekal Rahman ludesdirampas oleh mereka yang tak berperasaan -sayangnya Rahman tidak bisa seperti syekh AbdulQadir al-Jailany yang bisa menyadarkan para begal- karenanya mereka pergi tanpamemperdulikan nasib Rahman nantinya, lama-kelamaan Rahman merasa kelaparan dan dia tidak

    bisa membeli makanan karena bekalnya sudah tidak ada lagi, tiba-tiba tampak dihadapanRahman seekor babi dengan bergeleng-geleng dan menggerak-gerakkan ekornya seakan-akanmengejek si-Rahman yang sedang kelaparan tersebut. Namun malang juga nasib si babi hutanitu. Rahman bertindak sigap dengan melempar babi tersebut dengan sebatang kayu runcing yangdipegangnya. Kemudian tanpa pikir panjang, Rahman langsung menguliti babi tersebut dankemudian makan dagingnya untuk sekedar mengobati rasa lapar.Tindakan Rahman memakan daging babi dalam kondisi kelaparan tersebut diperbolehkan.Karena kondisi darurat memperbolehkan sesuatu yang semula dilarang.2. Diperbolehkan melafazdkan kalimat kufur karena terpaksa.Kaidah lain yang kandungan maknanya sama adalah kaidah berikut: Tidak ada kata haram dalam kondisi darurat dan tidak ada kata makruhketika ada hajat

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    26/33

    Kaidah ke-16

    Sesuatu yang diperbolehkan karena keadaan darurat harus disesuaikan dengan kadar daruratnya.Contoh kaidah:1. Dengan melihat contoh pertama pada kaidah sebelumnya, berarti Rahman yang dalam kondisi

    darurat hanya diperbolehkan memakan daging babi tangkapannya itu sekira cukup untukmenolong dirinya agar bisa terus menghirup udara dunia. selebihnya (melebihi kadar kecukupandengan ketentuan tersebut) tidak diperbolehkan.2. Sulitnya shalat jumat untuk dilakukan pada satu tempat, maka shalat jumat boleh dilaksanakan

    pada dua tempat. Ketika dua tempat sudah dianggap cukup maka tidak diperbolehkan dilakukan pada tiga tempat.Kaidah ke-17 Kebutuhan (hajat) terkadang menempati posisi darurat.Contoh kaidah:1. Diperbolehkannya Ji'alah (sayembara berhadiah) dan Hiwalah (pemindahan hutang piutang)

    karena sudah menjadi kebutuhan umum.2. Diperbolehkan memandang wanita selain mahram karena adanya hajat dalam muamalah ataukarena khithbah (lamaran).Kaidah ke-18

    Ketika dihadapkan pada dua mafsadah (kerusakan) maka tinggalkanlah mafsadah yang lebih

    besar dengan mengerjakan yang lebih ringan.Contoh kaidah:1. Diperbolehkannya membedah perut wanita (hamil) yang mati jika bayi yang dikandungnyadiharapkan masih hidup.2. Tidak perbolehkannya minum khamr dan berjudi karena bahaya yang ditimbulkannya lebih

    besar daripada manfaat yang bisa kita ambil.3. Disyariatkan hukum qishas, had dan menbunuh begal, karena manfaatnya (timbulnya rasaaman bagi masyarakat) lebih besar daripada bahayanya.4. Diperbolehkannya seorang yang bernama Junaidi yang kelaparan, padahal ia tidak memilikicukup uang untuk membeli makanan, untuk mengambil makanan Eko Setello yang tidak lapardengan sedikit paksaan.Kaidah ke-19

    Menolak mafsadah (kerusakan) didahulukan daripada mengambil kemaslahatan.Contoh kaidah:1. Berkumur dan mengisap air kedalam hidung ketika berwudhu merupakan sesuatu yangdisunatkan, namun dimakruhkan bagi orang yang berpuasa karena untuk menjaga masuknya airyang dapat membatalkan puasanya.2. Meresapkan air kesela-sela rambut saat membasuh kepala dalam bersuci merupakan sesuatuyang disunatkan, namun makruh dilakukan oleh orang yang sedang ihram karena untuk menjagaagar rambutnya agar tidak rontok.Kaidah ke-20

    Hukum asal farji adalah haram.

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    27/33

    Contoh kaidah:1. Ketika seorang perempuan sedang berkumpul dengan beberapa temannya dalam sebuah

    perkumpulan majlis taklim, maka laki-laki yang menjadi saudara perempuan tersebut dilarangmelakukan ijtihad untuk memilih salah satu dari mereka menjadi istrinya. Termasuk dalam

    persyaratan ijtihad adalah asalnya yang mubah, sehingga oleh karenanya perlu diperkuat dengan

    ijtihad. Sedangkan dalam situasi itu, dengan jumlah perempuan yang terbatas, dengan mudahdapat diketahui nama saudara perempuannya yang haram dinikahi dan mana yang bukan.Berbeda ketika jumlah perempuan itu banyak dan tidak dapat dihitung, maka terdapatkemurahan, sehingga oleh karenanya, pintu pernikahan tidak tertutup dan pintu terbukanyakesempatan berbuat zina.2. Seseorang mewakilkan (al-muwakkil) kepada orang lain untuk membeli jariyah (budak

    perempuan) dengan menyebut cirri-cirinya. Ternyata, sebelum sempat menyerahkan jariyah yangdibelinya tersebut, orang yang telah mewakili (wakil) tersebut meninggal. Maka sebelum ada

    penjelasan yang menghalalkan, jariyah itu belum halal bagi muwakkil karena walaupun memilikicirri-ciri yang disebutkannya, dikhawatirkan wakil membeli jariyah untuk dirinya sendiri.Allah SWT. berfirman QS. Al-Mukminun (23) 5-7.

    Artinya: Dan orang -orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri merekaatau budak yang mereka miliki Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada terceIa.Barangsiapa mencari yang di balik itu Maka mereka Itulah orang- orang yang melampaui batas. Lebih jelasnya sesuai dengan ayat quran tersebut bahwa seorang budak halal bagi tuannya tetapi

    berhubung belum ada indikasi yang jelas mengenai kehalalannya sebagaimana contoh di atasmaka budak tersebut belum halal bagi muwakkil (orang yang mewakilkan).Kaidah ke-21

    Adat bisa dijadikan sandaran hukum.Contoh kaidah:1. Seseorang menjual sesuatu dengan tanpa menyebutkan mata uang yang dikehendaki, maka

    berlaku harga dan maat uang yang umum dipakai.2. Batasan sedikit, banyak dan umumnya waktu haidh, nifas dan suci bergantung pada kebiasaan(adapt perempuan sendiri).Kaidah ke-22 Sesuatu yang berlaku mutlak karena syara' dan tanpa adanya yang membatasi didalamnya dantidak pula dalam bahasa,maka segala sesuatunya dikembalikan kepada kebiasaan (al-"urf) yang

    berlaku.Contoh kaidah :1. Niat shalat cukup dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram, yakni dengan menghadirkanhati pada saat niat shalat tersebut.Terkait dengan kaidah di atas, bahwasanya syara telah menentukankan tempat niat di dalamhati, tidak harus dilafalkan dan tidak harus menyebutkan panjang lebar, cukup menghadirkanhati; aku niat shalatrakaaat. itu sudah di anggap cukup. 2. Jual beli dengan meletakan uang tanpa adanya ijab qobul, menurut syara adalah tidak sah.

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    28/33

    Dan menjadi sah, kalau hal itu sudah menjadi kebiyasaan.Kaidah ke-23

    Ijtihad tidak bisa dibatalkan oleh ijtihad lainnya.Contoh kaidah:

    1. Apabila dalam menentukan arah kiblat, ijtihad pertama tidak sama dengan ijtihat ke dua, makadigunakan ijtihad ke dua. Sedangkan ijtihad pertama tetap sah sehingga tidak memerlukan pengulangan pada rakaat yang dilakukan dengan ijtihad pertama. Dengan demikian, seseorangmungkin saja melakukan shalat empat rakaat dengan menghadap arah yang berbeda pada setiaprakaatnya.2. Ketika seorang hakim berijtihad untuk memutuskan hukum suatu perkara, kemudianijtihadnya berubah dari ijtihad yang pertama maka ijtihad yang pertama tetap sah (tidak rusak).Kaidah ke-24

    Mendahulukan orang lain dalam beribibadah adalah dilarang.Contoh kaidah:

    1. Mendahulukan orang lain atau menempati shaf awal (barisan depan) dalam shalat.2. Mendahulukan orang lain untuk menutup aurat dan menggunakan air wudhu. Artinya, ketikakita hanya memiliki sehelai kain untuk menutup aurat, sedangkan teman kita jugamembutuhkannya, maka kita tidak boleh memberikan kain itu kepadanya karena akanmenyebabkan aurat kita terbuka. Begitu pula dengan air yang akan kita gunakan untuk bersuci,maka kita tidak boleh menggunakan air tersebut. Karena hal ini berkaitan dengan ibadah.Firman Allah SWT dalam Qs. Al-Baqarah (2):148....

    Artinya: Maka berlomba -lombalah (dalam membuat) kebaikan

    Kaidah ke-25

    Mendahulukan orang lain dalam selain ibadah dianjurkan.

    Contoh kaidah:1. Mendahulukan orang dalam menerima tempat tinggal (Almaskan).2. Mendahulukan orang lain untuk memilih pakaian.3. Mempersilahkan orang lain untuk makanan lebih dulu.Firman Allah SWT. Dalam QS. Al-Hasr (59):9.

    Artinya: Dan orang -orang yang Telah menempati kota Madinah dan Telah beriman (Anshor)sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrahkepada mereka (Muhajirin). dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati merekaterhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yangdipelihara dari kekikiran dirinya, mereka Itulah orang orang yang beruntung.

    Kaidah ke-26

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    29/33

    Kebijakan pemimpin atas rakyatnya dlakukan berdasarkan pertimbangan kemaslahatan.Contoh kaidah:1. Seorang pemimpin (imam) dilarang membagikan zakat kepada yang berhak (mustahiq)dengan cara membeda-bedakan diantara orang-orang yang tingkat kebutuhannya sama.

    2. Seorang pemimpin pemerintahan, sebaiknya tidak mengankat seorang fasiq menjadi imamshalat. Karena walaupun shalat dibelakangnya tetap sah, namun hal ini kurang baik (makruh).3. Seorang pemimpin tidak boleh mendahulukan pembagian harta baitul mal kepada seorangyang kurang membutuhkannya dan mengakhirkan mereka yang lebih membutuhkan.Rasulullah SAW. bersabda : Artinya : Masing -masing dari kalian adalah pemimpin dan setiap dsari kalian akan dimintai

    pertanggung jawaban atas kepemimpinan. Kaidah ke-27 Hukum gugur karena sesuatu yang syubhat.

    Contoh kaidah:1. Seorang laki-laki tidak dikenai had, ketika melakukan hubungan seksual dengan wanita lainyang disangka istrinya (wathi syubhat).2. Seseorang melakukan hubungan seks dalam nikah mut'ah, nikah tanpa wali atau saksi atausetiap pernikahan yang dipertentangkan, tidak dapat dikenai had sebab masih adanya perbedaan

    pendapat antara ulama, sebagian membolehkan nikah mut'ah dan nikah tanpa wali dan sebagianlagi berpendapat sebalikannya.3. Orang mencuri barang yang disangka sebagai miliknya, atau milik bapaknya, atau milikanaknya, maka orang tersebut tidak dikenai had.4. Orang meminum khamr (arah) untuk berobat tidak dikenai had karena masih terdapat khilafantar ulama'.

    : Artinya: Nabi SAW. bersabda: Tinggalkanlah oleh kamu sekalian had-had dikarenakan (adanya)

    berbagai ketidak jelasan.Kaidah ke-28 Sesuatu yang karena diwajibkan menjadi tidak sempurna kecuali dengan keberadaannya,makahukumnya wajib.Contoh Kaidah:1. Wajib membasuh bagian leher dan kepala pada saat membasuh wajah saat berwudhu.2. Wajibnya membasuh bagian lengan atas dan betis (wentis) pada saat membasuh lengan dankaki.3. Wajibnya menutup bagian lutut pada saat menutup aurat bagi laki-laki dan wajibnya danwajibnya menutup bagian wajah bagi wanita.Kaidah ke-29 Keluar dari perbedaan pendapat hukumnya sunat (mustahab).Contoh kaidah:1. Disunatkan menggosok badan (dalk) ketika bersuci dan memeratakan air ke kepala denganmengusapkannya, dan tujuan keluar dari khilafdengan imam malik berpendapat bahwa dalk dan

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    30/33

    isti'ab al-ro'sy (meneteskan kepala dengan air) adalah wajib hukumnya.2. Disunatkan membasuh sperma, yang menurut imam malik wajib hukumnya.3. Sunah men-qashar shalat dalam perjalanan yang mencapai tiga marhalah, karena keluar darikhilaf dengan Abu hanifah yang mewajibkannya.4. Disunatkan untuk tidak menghadap atau membelakangi arah kiblat ketika membuang hajat,

    walaupun dalam sebuah ruangan atau adanya penutup, karena untuk keluar dari khilaf imamTsaury yang mewajibkannya.Untuk mengatasi perbedaan diperlukan beberapa syarat sebagai berikut:a. Upaya mengatasi perbedaan tidak menyebabkan jatuh pada perbedaan lain. Seperti lebihdiutamakan memisahkan shalat witir (tiga rakaat dengan dua salam) dari pada melanjutkanya.Dalam hal ini pendapat Imam Abu Hanafiah tidak dipertimbangkan karena adanya ulama yangtidak membolehkan witir dengan digabungkan

    b. Tidak bertentangan dengan sannah yang tepat (al-sannah al-tsabilah). Seperti disunatkannyamengangkat kedua tangan dalam shalat, walaupun seorang ulama Hanafiah menganggap hal inidapat membatalkan shalat. Menurut riwayat lima puluh orang sahabat, Nabi SAW sendirimelakukan shalat dengan mengangkat kedua tangannya.

    c. Kautnya temuan tentang bukti perbedaan, sehingga kecil kemungkinan terulangnya keslahanserupa. Dengan alas an itu, maka berpuasa bagi musafir yang mampu menahan lapar dan dahagaaladah utama, dan tidak dipertimbangkan adanya pendapat para kaum Zahiruasa musafir itu tidaksah.Kaidah ke-30

    Keringanan hukum tidak bisa dikaitkan dengan maksiat.Contoh kaidah:1. Orang yang bepergian karena maksiat, tidak boleh mengambil kemurahan hukum karena

    berpergiannya, seperti; mengqashar dan menjama shalat, dan membatalkan puasa. 2. Orang yang berpergian karena maksiat, walaupun dalam kondisi terpaksa juga tidakdiperbolehkan memakan bangkai dan daging babi.Kaidah ke-31 Keringanan hukum tidak bisa dikaitkan dengan keraguan.Contoh kaidah:1. Dalam perjalanan pulang ke Grabag Magelang, Abdul Aziz merasa ragu mengenai jauh jarakyang ditempuh dalam perjalan tersebut, apakah sudah memenuhi syarat untuk meng-qasharshalat atau belum. Dalam kondisi semacam ini, kang Aziz tidak boleh meng-qashar shalat.2. Seorang yang bimbang apakah dirinya hadats pada waktu dhuhur atau ashar, maka yang harusdiyakini adalah hadats pada waktu dhuhur.Kaidah ke-32

    Sesuatuyang banyak aktifitasnya, maka banyak pula keutamaanya.Contoh kaidah:1. Shalat witir dengan fashl (tiga rakaat dengan dua salam) lebih utama dari pada wasl (tigarakaat dengan satu salam) karena bertambahnya niat,takbir dan salam.2. Orang melakulan shalat sunah dengan duduk, maka pahalanya setengan dari pahala orangyang shalat sambil berdiri. Orang yang shalat tidur mirung, maka pahalanya adalah setengah dariorang yangh shalat dengan duduk.

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    31/33

    3. Memishkan pelaksanaan antara ibadah haji dengan umrah adalah lebih utama dari padamelaksanakan bersama-sama.Rasulullah SAW. bersabda:

    Artinya: Besarnya pahalamu tergantung pada usahamu. (HR. Muslim)

    Kaidah ke-33 Jika tidak mampu mengerjakan secara keseluruhanmaka tidak boleh meninggalkan semuanyaContoh kaidah:1. Seorang yang tidak mampu berbuat kebajikan dengan satu dinar tetapi mampu dengan dirhammaka lakukanlah.2. Seserang yang tidak mampu untuk mengajar atau belajar berbagai bidang studi (fan) sekaligus,maka tidak boleh meninggalkan keseluruhannya.3. Seseorang yang merasa berat untuk melakukan shalat malam sebanyak sepuluh rakaat, makalakukanlah shalat malam empat rakaat.

    Kaidah yang semakna dengan kaidah di atas, adalah perkataan ulama ahli fiqh: Sesuatu yang tidak dapat ditemukan keseluruhannya, maka tidak boleh tinggalkan sebagiannya.Kaidah ke-34

    Sesuatu yang mudah tidak boleh digugurkan dengan sesuatu yang sulit.Contoh kaidah:1. Seorang yang terpotong bagian tubuhnya, maka tetap wajib baginya membasuh anggota badanyang tersisah ketika bersuci.2. Seseorang yang mampu menutup sebagian auratnya, maka ia wajib menutup aurat berdasarkankemampuannya tersebut.3. Orang yang mampu membaca sebagian ayat dari surat Al-Fatihah, maka ia wajib membacasebagian yang ia ketahui tersebut.4. Orang yang memiliki harta satu nisab, namun setengah darinya berada ditempat jauh (ghaib)maka harus dikeluarkan untuk zakat adalah harta yang berada ditangannya.

    Nabi SAW. bersabda : .

    Artinya: Sesuatu yang aku perintahkan maka kerjakanlah semampu kalian. (HR. BukhariMuslim)Kaidah ke-35 Sesuatu yang haram untuk dikerjakan maka haram pula mencarinya.Contoh kaidah:1. Mengambil riba atau upah perbuatan jahat.2. Mengambil upah dari tukang ramal risywah (suapan). Begitu pula dengan upah orang-orangyang meratapi kematian orang lain.Kaidah ke-36

    Sesuatu yang haram diambil,maka haram pula memberikannya.Contoh kaidah :

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    32/33

    1. Memberikan riba atau upah perbuatan jahat kepada orang lain.2. Memberikan upah hasil meramal dan risywah kepada orang lain. Termasuk juga upahmeratapi kematian orang lain.Kaidah ke-37

    kebaikan yang memiliki dampak banyak lebih utama daripada yang manfaatnya sedikit(terbatas).Contoh kaidah:1. Mengajarkan ilmu lebih utama daripada shalat sunah.2. Orang yang menjalankan fardhu kifayah lebih istimewa karena telah menggugurkan dosa umatdaripada orang yang melakukan fardhu 'ain.Kaidah ke-38 Rela akan sesuatu berarti rela dengan konsekuensinya.Contoh kaidah:1. Menerima suami istri dengan kekurangan yang dimiliki salah satu dari keduanya. Maka tidak

    boleh mengembalikan kepada walinya.2. Seseorang memita tangannya di potong dan berakibat kepada rusaknya anggota tubuh yanglain, maka orang tersebut tidak boleh menuntut kepada pemotong tangan.3. Memakai wangi-wangian sebelum melaksanankan ihram, teapi wanginya bertahan sampaiwaktu ihram maka tidak dikenahi fidyah.Kaidah yang memiliki makna sama dengan kaidah di atas yaitu : Hal-hal yang timbul dari sesuatu yang telah mendapat ijintidak memiliki dampak apapun.Kaidah ke-39

    Hukum itu berputar beserta 'illatnya, baik dari sisi wujudnya ma upun ketiadaannyaillatnya. Contoh kaidah :1. Alasan diharamkannya arak (khamr) adalah karena memabukkan. Jika kemudian terdeteksi

    bahwa arak tidak lagi memabukkan seperti khamr yang telah berubah menjadi cuka maka halal.2. Memasuki rumah orang lain atau memakai pakaiannya tanpa adanya ijin adalah haramhukumnya. Namun ketika namun ketika diketahui bahwa pemiliknya merelakan, maka tidak adamasalah didalamnya (boleh).3. Alasan diharamkannya minum racun karena adanya unsur merusakkan. Andaikata unsureyang merusakkan itu hilang, maka hukumnya menjadi boleh. Nabi SAW. bersabda: Setiap yang memabukkan adalah khamr dan setiap khamr hukumnyaharam.Kaidah ke-40 Hukum ashal (pada dasarnya) segala sesuatu itu diperbolehkan.Contoh kaidah :1. Dua sahabat bernama Lukman dan Rahmat Taufiq jalan-jalan ke Jakarta. Setelah lama muter-muter sambil menikmati indahnya ibu kota, perut kedua bocah ndeso tersebut protes sambil

    berbunyi nyaring alias kelaparan. Akhirnya setelah melihat isi dompet masing-masing keduanya

  • 8/12/2019 Terjemah Kitab Mabadi Al_ Ushul Fiqh

    33/33

    memutuskan untuk mampir makan di restourant yang lumayan mewah tapi kemudian keduanyaragu apakah daging pesenannya itu halal atau haram. Dengan mempertimbangkan makna kaidahdiatas, maka daging itu boleh dimakan.2. Tiba-tiba ada seekor merpati yang masuk ke dalam sangkar burung milik Koci. ketika pemiliksangkar (Koci) melihat merpati tersebut dia merasa tertarik dan ingin memilikinya, namun Koci

    masih ragu apakah dia boleh memeliharanya atau tidak. Maka hukumnya burung merpatitersebut boleh atau bebas untuk dimiliki.3. Ketika ragu akan besar kecilnya kadar emas yang digunakan untuk menambal suatu bendamaka hukum benda tersebut boleh untuk digunakan.4. Memakan daging Jerapah diperbolehkan, sebagaimana al-Syubki berkata sesungguhnyamemakan daging Jerapah hukumnya mubah.

    Nabi SAW. bersabda : Sesuatu yang dihalalkan Allah adalah halal dan sesuatu yang diharamkanAllah adalah haram. Sedangkan hal-hal yang tidak dijelaskan Allah merupakan pengampunandari-Nya.

    reff : http://www.nanamaulana225.co.cc