sutra alam makalah
DESCRIPTION
Sutra Alam MakalahTRANSCRIPT
-
Makalah
Natural Silk
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Sains dan Teknologi
Hayati semester 2 tahun ajaran 2013/2014
Disusun Oleh:
Nur Latifah Shaumi 19813006
Theo Syamuda 19813033
Reni Rohimawati 19813067
Muhammad Haris Abdulloh 19813105
Marsya Haifatunisa Karimah 19813116
SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
BANDUNG
2014
-
1
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 2
Latar Belakang .............................................................................................................................. 2
Tujuan ........................................................................................................................................... 2
BAB II SUTERA ALAM .................................................................................................................. 3
2.1 Informasi Biologis Komoditas.................................................................................................. 3
2.2 Potensi Industri ........................................................................................................................ 4
2.3 Teknologi ................................................................................................................................ 5
2.4 Industri yang Ada .................................................................................................................... 7
2.5 Manajemen .............................................................................................................................. 9
2.6 Pasar ...................................................................................................................................... 11
2.7. Kebijakan ............................................................................................................................. 12
2.8 Aspek Sosial dari Komoditas ................................................................................................. 15
2.9 Industri Prospektif ................................................................................................................. 16
Kesimpulan ..................................................................................................................................... 17
Daftar Pustaka ................................................................................................................................. 18
-
2
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Saat ini, industri sutera yang ada di Indonesia sedang mengalami masa sulit karena
berbagai faktor. Salah satunya karena persaingan hasil produksi dengan Cina. Faktanya, lebih
banyak industri sutera di Indonesia yang harus mengimpor kokon dari Cina. Di sisi yang lain,
Cina juga menghasilkan kain sutera yang sudah ditenun, bahkan sudah dibatik. Masalah dapat
terjadi ketika Cina menghentikan ekspor kokonnya ke Indonesia. Produk sutera yang
seharusnya dapat dikembangkan bisa saja akhirnya dimonopoli oleh Cina. Belum lagi mulai
menjamurnya sutera sintesis yang menekan industri sutera alami di Indonesia. Sutera adalah
salah satu komoditas yang cukup unggul di Indonesia, apalagi dalam bentuk kain batik. Oleh
karena itu, kami merasa perlu adanya penyeberluasan informasi tentang industri sutera alam
ini agar pembaca mencintai produk dalam negeri yakni sutera alam sehingga industri
persuteraan alam bisa tetap ada.
Tujuan
Obyektif
Tujuan obyektif pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok PSTH
tahun 2013/2014.
Subyektif
Tujuan subyektif dari pembuatan makalah ini untuk meningkatkan produksi sutera
alam dalam negeri di tengah kesulitan dalam mengembangkan usaha persuteraan
karena ketatnya persaingan dengan negara lain dan banyaknya produksi sutera
sintesis.
-
3
BAB II SUTERA ALAM
2.1 Informasi Biologis Komoditas
Ulat sutera sebenarnya merupakan salah satu bentuk/fase dari rangkaian siklus hidup
dari sejenis serangan kupukupu. Kupukupu dalam sistematika binatang termasuk kelas
serangga (hexapoda) yang secara umum memiliki cirriciri sebagai berikut : bagian tubuhnya
terdiri dari kepala, dada, dan badan belakang; memiliki kaki sebanyak enam buah. Sifat
spesifik lainnya dari bangsa serangga adalah dalam proses hidupnya mengalami perubahan
bentuk (metamorphosis) yang bentuk fisik antara satu fase dengan fase lain amat berbeda.
Kupukupu dalam hidupnya mengalami metamorphosis semprna dengan bentuk yang
berlainan sama sekali antara satu fase dengan fase lainnya. Perubahanperubahan tersebut
antara lain: dari telur berubah menjadi larva, kemudian menjadi kepompong, dan akhirnya
menjadi imago (bentuk dewasa), yakni berupa kupukupu. Ulat yang kita pelihara adalah
tidak lain adalah bentuk lain berupa yang tumbuh hingga membentuk kepompong. Pada
siklus alami, ulat sutera yang menghasilkan satu generasi dalam satu tahun disebut univoltine.
Jika menghasilkan dua generasi dalam satu siklus disebut dengan bivoltine, dan jika lebih
dari itu disebut multivoltine ( Haris, 2010 ).
Belakangan ini hasil persilangan ras Jepang dengan ras Cina justru yang banyak
dikembangan. Kupu-kupu ras Cina dan ras Jepang memiliki keunggulan juga memiliki
beberapa kelemahan. Akan tetapi dengan menyilangkan kedua ras tersebut, kelemahan
kelemahannya dapat dikurangi dan sifat unggulnya lebih menonjol :
Untuk produknya relative lebih panjang/lama dibandingka dengan ras Cina ;
Lebih lemah sehingga masih rentan terhadap serangan penyakit ;
Bentuk kokoh dan tebal seperti kacang tanah ;
Lapisan kokoh tebal, sehingga produksi kokon amat tinggi, lebih tinggi dibandingkan
dengan produk ras Cina.
Sedangkan kupu-kupu ras Cina memiliki ciriciri antara lain:
Umur produksinya lebih pendek/cepat ;
Bentuk kokon bulat ;
Lapisan kokon tipis, sehingga produksinya lebih rendah dibandingkan dengan
produksinya dengan Ras Jepang ;
Daya tahannya terhadap penyakit lebih baik.
-
4
Klasifikasi Ulat Sutera Ras Jepang :
Kingdom: Animalia
Phylum:Arthopoda
Class: Insecta
Order: Lepidoptera
Family: Bombycidae
Genus: Bombyx
Species: Bombyx mori
Telur ulat sutera berbentuk lonjong, p=1.3 mm, l=1 mm dan tebal=0.5 mm, warna putih
kekuningan. Telur biasanya menetas 10 hari setelah menjalani perlakuan khusus pada suhu
25 C dan pada RH 80-85%. Secara alamiah penetasan dapat dengan memberikan larutan
HCl. Ulat sutera terbagi dalam 5 instar yaitu :
1. instar 1,2 dan 3 disebut ulat kecil dengan umur 12 hari. Pada instar ini tahan terhadap
suhu 28-30 C dan RH 90-95%, menjelang istirahat nafsu makannya menurun.
2. instar 4 dan 5 disebut ulat besar dengan umur sekitar 13 hari. Pada instar ini
membutuhkan suhu 23-25C dgn RH 70-75%. Setelah instar 5 berakhir ulat akan
mengokon.
3. Pupa, terjadi setelah ulat selesai mengeluarkan serat ulat sutera. Lama masa pupa
kurang lebih 12 hari. Pupa jantan ruas ke 9 terdapat tanda titik sedang pupa betina
ruas ke 8 terdapat tanda silang ( Anomim, 2011 ).
2.2 Potensi Industri
Sutera memiliki potensi yang tinggi dalam perindustrian karena sutera adalah bahan
terbaik untuk dijadikan pakaian dengan tekstur yang lembut dan terlihat berkilau. Ditinjau
dari aspek agribisnis usaha ulat sutera mempunyai rantai tata niaga yang cukup panjang sebab
produk yang dihasilkan berupa bahan baku industri sandang, sehingga dari proses budi daya
akan berlanjut dengan agroindustri berupa usaha pemintalan kokon dan pertenunan (garmen).
Di pihak lain, bibit ulat sutera hingga kini belum dapat diproduksi oleh petani/pemelihara ulat
sendiri, tetapi oleh perusahaan (BUMN) yang sudah tentu menambah panjangnya jalur tata
-
5
niaga. Perusahaan penenunan/garmen yang memproses benang sutera menjadi kain sutera,
sebagian produksinya dipasarkan di dalam negeri dan sebagian disalurkan ke eksportir untuk
dipasarkan di luar negeri. Melihat kebutuhan nasional akan benang sutera yang hingga kini
sebagian besar belum terpenuhi serta peluang pasar di luar negeri yang sangat besar, prospek
budidaya ulat sutera di masa mendatang akan sangat cerah. Apalagi dengan berkembangnya
sektor pariwisata yang antara lain ditandai denga meningkatnya arus kunjungan wisatawan
asing yang ternyata memberikan dampak positif terhadap perkembangan industri garmen di
dalam negeri.
Perkembangan ulat sutera alam pada tahun-tahun terakhir ini menunjukan prospek
yang cukup baik. Paling tidak tergambarkan dari jumlah produksi raw silk dunia yang terus
menurun selama enam tahun terakhir, dari 55.222 ton menjadi 52.342 ton, sedangkan
kebutuhan dunia cukup besar dan stabil yaitu sebesar 81.546 ton. Kebutuhan ini
diprediksikan akan terus meningkat seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk
serta semakin membaiknya kondisi perekonomian.
2.3 Teknologi
Untuk mengefektifkan kerja pemintalan serat sutera dari kokon (kepompong), dibuat
sebuah mesin re-reeling yang berfungsi memintal serat dari kokon untuk dijadikan benang.
Hal ini terinspirasi oleh mesin pemintal serat sutera zaman dahulu yang masih menggunakan
pemutar tangan. Alat yang digunakan sudah menggunakan mesin seperti alat pintal yang
banyak digunakan perajin ulat sutera lainnya.
Serat sutera dihasilkan oleh sepasang kelenjar sutera (silk gland). Selama dua hari satu
malam ulat sutera memuntahkan sekretnya untuk membuat kokon. Sekret ini berupa serat
ganda (double phylament) yang terdiri dari fibroin dan serisin. Benang sutera terbuat dari
beberapa serat yang di-reeling (dipilin) menjadi satu.
1. Pemintalan Serat
Kokon yang telah berumur delapan hari direbus selama 5-10 menit. Tujuannya untuk
melepaskan zat perekat agar ujung serat yang melilit kokon dapat terlihat. Dibutuhkan 12-20
kokon untuk memintal sehelai benang sutera. Maka dari itu, digunakan Seriframe untuk
menghasilkan kokon yang besar dan ukurannya sama. Menurut Dedi, selama proses
pembuatan kokon, ulat sutera membutuhkan sebuah alat untuk bergelantung.
-
6
Setelah direbus, kokon dimasukkan ke dalam wadah rendaman air yang terdapat dalam
mesin reeling. Fungsi perendaman kokon adalah agar zat serisin tidak lagi merekatkan serat-
serat kokon sehingga memudahkan pemilinan. Ke-12 ujung serat kokon dipilin dan
dimasukkan ke dalam rongga lubang penyaring. Lubang ini sangat kecil sehingga untuk
meloloskan serat dibutuhkan bantuan ijuk. Setelah itu serat akan masuk ke dalam lubang
sebuah mangkok keramik kecil. Ini merupakan sarana kontrol pertama yangi berfungsi untuk
menyaring kotoran dan memutuskan benang yang kusut. Lalu, serat dililitkan pada lima rol
penggintir. Seraya dililitkan, serat dipilin-pilin sehingga tidak ada satu serat pun yang bebas.
Dua rol penggintir terakhir dihubungkan oleh sebuah sensor yang berfungsi sebagai sarana
kontrol kedua. Sensor ini berupa alat seperti gerinda yang memiliki celah untuk mengukur
ketebalan benang. Jika benang keluar dari celah maka ukuran benang terlalu tebal, dan jika
benang tidak mencukupi lebar celah maka benang terlalu tipis.
Prinsip kerja alat ini menggunakan teknik geser yang terhubung dengan jaringan listrik
di bagian belakang sensor. Jaringan listrik ini tersambung dengan dua lampu indikator merah
dan biru. Jika benang terlalu tebal, lampu biru akan menyala. Untuk memperbaikinya, kokon
diambil satu persatu dari wadah perendaman hingga lampu biru mati. Jika benang terlalu tipis,
lampu merah akan menyala, untuk itu perlu ditambahkan kokon lalu kaitkan ujung seratnya
dengan serat lain yang sedang dipilin.
Setelah melewati sensor, serat akan digulung oleh haspel (pemutar benang). Bentuknya
berupa pipa-pipa yang dirangkai menjadi segi enam. Keempat haspel akan berputar untuk
menggulung serat yang telah dipilin menjadi benang. Kerja haspel inilah yang dibantu oleh
belt sehingga lebih menghemat listrik.
2. Penggulungan benang
Dari mesin reeling, benang diangkat lalu dikeringkan di mesin re-reeling. Alat ini juga
menggunakan mesin dan memiliki rangkaian mirip haspel untuk menggulung sambil
mengeringkan benang (winding and twisting). Kecepatan mesin ini mampu memilin benang
400 pilinan per menit (twister per minute/tpm).
Ada dua macam kemasan benang dari alat ini yaitu dalam bentuk kelosan ( kemasan
benang) dan tanpa kelosan. Benang kelosan dapat mencapai 8 ons per buah tergantung
ukuran kelosan. Sementara benang tanpa kelosan akan dikepang dan sudah bisa dijual.
3. Penenunan kain
Permukaan kain sutera tidak selalu halus, ada juga yang kasar bergantung pada proses
pembuatan. Untuk membuat kain sutera halus, benang sebelumnya direndam dalam detergen
-
7
selama satu jam. Setelah itu, benang disiapkan dalam alat persiapan tenun (mikane). Alat ini
akan membuat gulungan benang lebih besar lagi yang disebut bum yang berukuran 1 meter
lebih dan dapat menggulung benang hingga 50 meter. Lalu dipasang pada ATBM (alat tenun
bukan mesin). ATBM biasa digunakan untuk menenun kain sutera tingkat industri rumahan
(bukan pabrik). ATBM terdiri dari beberapa jenis seperti pelat (tanpa corak), serta Dobby dan
Jacquart yang memiliki corak. Untuk menentukan corak, ATBM Dobby menggunakan paku
sedangkan Jacquart menggunakan lubang-lubang kartu plong. Tentu saja, Jacquart dapat
menghasilkan berbagai corak yang lebih banyak bergantung pada pengaturan kartu.
Setiap ATBM terdiri dari dua jalur penenunan yaitu jalur lusi (horizontal-vertikal) dan
jalur pakan (kiri-kanan). Tiga ribu helai benang akan dikaitkan pada setiap kamran yaitu alat
seperti sisir. Kamran juga memegang gun yang nantinya akan menenun kain dari jalur lusi.
Sementara untuk menenun lewat jalur pakan, digunakan teropong yang berisi palet. Teropong
ini adalah sebuah bambu yang tengahnya berlubang untuk diisi palet. Palet adalah gulungan
benang sutera lainnya selain benang yang dikaitkan pada kamran. Kain hasil tenunan bisa
langsung dijual dan biasa disebut putihan. Jika ingin mewarnai putihan sebaiknya
menggunakan pewarna asam karena pewarna basa akan melunturkan sutera dan kain akan
rusak.
2.4 Industri yang Ada
Di Indonesia terdapat dua daerah persuteraan yang besar yaitu PSA Temanggung dan
PSA Soppeng. Di sini selain pemeliharaan juga dilakukan pembibitan. Hampir semua bibit
ulat sutra yang dipelihara oleh para peternak di Indonesia dihasilkan dari dua daerah tersebut.
Kedua tempat pembibitan menggunakan indukan ulat sutera strain Cina dan strain Jepang
yang disilangkan untuk menggabungkan kelebihan dari kedua strain tersebut.
Budidaya sutera alam dan industri sutera merupakan industri tradisional yang sudah
dikembangkan sejak tahun 1950 an di masyarakat Sulawesi Selatan. Budidaya ulat sutera di
Sulawesi Selatan berkembang hingga ke 12 kabupaten namun pengembangan sutera mulai
dari hulu hingga hilir yaitu Kabupaten Soppeng, Kabupaten Enrekang, dan Kabupaten Wajo.
Kabupaten Enrekang sekarang merupakan penghasil kokon dan benang sutera terbesar di
Sulawesi Selatan. Selain ditunjang oleh sumberdaya alam, juga oleh sumberdaya manusia
yang mengerjakan pemeliharaan ulat sutera sebagai pekerjaan pokok. Lokasi pengembangan
-
8
persuteraan alam di Kabupaten Enrekang tersebar di 6 kecamatan dan 16 desa. Di Kecamatan
Alla, terdapat pada Kelurahan Kalosi, Desa Mata Allo, Sumilan, dan Bolang. Pada
Kecamatan Curio, tersebar pada Desa Buntu Barana, Pebaloran, Mekkala, Tallung Ura. Pada
Kecamatan Anggeraja, tersebar pada Desa Saludewata, Tampo. Pada Kecamatan Malua
tersebar pada Desa Tallung Tondok, Rante Mario. Pada Kecamatan Baraka, terdapat pada
kelurahan Baraka dan Desa Tiro Wali. Petani di Kabupaten Enrekang lebih dominan dalam
pemeliharaan ulat, produksi kokon dan pemintalan benang. Petani ulat sutera di Enrekang
melakukan proses budidaya persuteraan alam mulai dari penanaman murbei. Penanaman
murbei pada umumnya menggunakan jenis Morus indica dan Kanva II yang mempunyai
produktivitas yang tinggi. Sedangkan ulat sutera menggunakan bibit dari Perum Perhutani.
Rata-rata pemeliharaan 35 40 hari sampai panen. Masa pemeliharaan yang lama disebabkan
oleh ketinggian tempat rata-rata 700 m dpl. Karena masa pemeliharaan yang lama
mengakibatkan berat kokon rata-rata 1,9 gram. Meskipun waktu pengokonan agak lama
tetapi benang yang dihasilkan lebih baik karena lebih panjang. Kegiatan persuteraan alam di
Kab. Tana Toraja, kegiatan persuteraan alam di Kabupaten Tana Toraja masih belum
berkembang secara luas dan masih terbatas pada beberapa kecamatan saja. Kelembagaan
usaha persuteraan alam di Kab. Tana Toraja masih sangat terbatas dilakukan oleh pemerintah
daerah setempat.
Pembudidayaan ulat sutera berpusat di Sulawesi, namun banyak juga terdapat di Jawa
Barat, seperti Garut. Di Bandung, peternakan ulat sutera salah satunya dilakukan di
Padepokan Dayang Sumbi. Luas lahan aktual persuteraan alam yang telah berproduksi pada
tahun 1997/1998 di Indonesia tercatat kurang lebih 400 hektar, terdiri dari usaha tani
persuteraan alam intensif dan yang masih dalam masa pertumbuhan seluas 200 hektar.
Sedangakan usahatani persuteraan alam tradisional yang telah dirintis sejak 20 tahun yang
lalu seluas 2000 hektar dengan hasil produksi mencapai 5.000 ton pertahun.
Industri Sutera Alam di Kabupaten Garut ada sejak jaman Belanda. Garut menjadi
pelopor industri sutera di Indonesia. Industri Sutera Alam dapat berkembang di Kabupaten
Garut karena beberapa faktor antara lain:
Beberapa alat tenun mesin (ATM) dapat dibuat sendiri
Pembudidayaan ulat sutera cukup mendukung.
-
9
Jumlah Unit
Usaha 2 unit
Nilai Investasi 160 juta rupiah
Nilai
Produksi/Tahun 3.600 m atau senilai 5,904 milyar rupiah
Jumlah Tenaga
Kerja 164 orang
Produk yang
dihasilkan Kain Sutera Grey dan Tenun Ikat
Industri lainnya yaitu SAS yang didirikan seorang pengusaha asal Kota Intan Garut,
Soleh AS pada tahun 1996 itu menangani kegiatan industri tenun sutera alam. SAS dapat
memproduksi kain sutera rata-rata 3.000 meter per bulan. Jika pesanan sedang ramai,
produksi kain sutera bisa mencapai 5.000 meter per bulan. Peralatan produksi yang terdiri
dari Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) menjadi andalan industri persuteraan alam SAS. Kini
SAS mengoperasikan 50 buah ATBM yang masing-masing ATBM memiliki kemampuan
produksi sekitar 4 meter kain sutera per shift per hari. Produk kain tenun sutera alam buatan
SAS biasanya dikirim ke sejumlah sentra industri kerajinan batik di tanah air seperti ke
Pekalongan, Bandung, Cirebon, Yogyakarta, Solo dan di wilayah Garut sendiri. Sebagian
besar (sekitar 75%) penjualan kain dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kain sutera industri
batik di Cirebon dan Pekalongan. SAS menggunakan bahan baku benang grey impor dari
Cina. Industri yang bersifat tradisional jumlahnya mencapai sekitar 1.354 unit, sedangkan
jumlah industri semi mekanik terdapat 6 unit dan hanya satu unit yang menggunakan mesin
otomatis, yaitu PT. Indojado Sutera Pratama.
2.5 Manajemen
Industri sutera yang umumnya ada di Indonesia masih bersifat tradisional. Belum
banyak pengusaha yang berani untuk membangun industri sutera berskala besar. Contoh dari
industri sutera yang berskala besar adalah PT Indojado Sutera Pratama yang ada di Sukabumi.
Sedangkan kebanyakan industri sutera yang lain lebih memilih membangun industrinya
dengan tidak terlalu besar. Ciri khas dari Industri ini biasanya masih memakai alat tenun
ATBM.
-
10
Permasalahan yang biasanya timbul di industri sutera bermacam- macam misalnya pada
sumber daya manusianya, teknologi/peralatan, permodalan, dan bahan bakunya.
Permasalahan sumber daya manusia biasanya timbul karena belum memasyarakatnya industri
sutera di suatu daerah baru yang dibangun industri sutera. Sehingga pekerja-pekerja baru
yang ada masih sangat tidak terbiasa dengan sistem kerja di industri sutera tersebut.
Teknologi/peralatan yang masih sangat tradisional, bahkan lebih tradisional dari ATBM,
menyebabkan produksi kain yang sangat kurang secara kuantitas. Peningkatan kualitas mesin
dari yang tradisional menuju ATBM maupun yang modern akan dapat meningkatkan
kuantitas bahkan kualitas dari kain sutera hasil produksi. Untuk memulai sebuah industri,
maka dibutuhkan permodalan yang kokoh begitu juga dengan mengembangkan industri, baik
peningkatan teknologi maupun peningkatan SDM. Untuk persoalan bahan baku, perlu
dilakukan pemeliharaan ulat sutera dengan baik yang didukung oleh bahan pakan yakni daun
murbei yang berkualitas (hal ini tergantung paa faktor tanah, iklim, pembibitan, persiapan
lahan, penanaman, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit), pencegahan penyakit
yang biasanya menyerang ulat sutera, penanganan panen kokon (pembersihan kokon,
pemintalan kokon, pemilihan kokon berkualitas, pengeringan kokon, dan penyimpangan
kokon), dan proses produksi benang sutera (pemasakan kokon dan pembuatan benang sutera).
Sebelum pemeliharaan ulat dilakukan, segala sarana dan bahan yang diperlukan terlebih
dahulu dengan baik. Tanpa persiapan yang baik, usaha membudi dayakan ulat sutera akan
mengalami kegagalan. Sarana dan perlengkapan yang harus dipersiapkan meliputi pakan,
ruangan, dan perlengkapanperlengkapan budi daya. Pakan merupakan sarana penting dalam
usaha ternak apapun. Untuk ulat sutera memerlukan bahan pakan spesifik dan tidak banyak
dipedagangkan di sembarang tempat. Karena itu, sumber pakan harus tersedia secara pasti
dan kontinuitasnya terjamin.
Produksi pakan (daun murbei) yang tersedia dan jumlah alat yang akan dipelihara harus
disesuaikan. Sebelum ulat mulai dipelihara, tanaman murbei sudah harus siap dipanen
daunnya, minimal sudah berumur sekitar satu tahun. Pemeliharaan satu boks ulat sutera (+/
20.000 ekor) memerlukan daun murbei sekitar 1000 kg untuk setiap periode produksi.
Pemeliharaan ulat sutera dapat dilakukan secara kecilkecilan dalam skala rumah
tangga ataupun secara besarbesaran. Untuk skala rumah tangga, tempat pemeliharaan dapat
dilakukan di dalam rumah (pada kamar khusus), tetapi pada tingkat yang lebih besar
hendaknya dipelihara dalam ruangan/kandang khusus. Namun, dimanapun ulat itu dipelihara,
-
11
hendaknya ruangan/tempat pemeliharaan memenuhi persyaratan, terutama menyangkut suhu,
cahaya, kelembaban, dan ventilasi (pertikaran) udara.
Beberapa perlengkapan dan bahan yang diperlukan dalam memelihara ulat sutera antara
lain:
Kotak penetasan dari kayu/triplek;
Sasag (kotak pemeliharaan ulat) dari kayu;
Stand untuk sasag;
Keranjang daun;
Ember dan baskom plastik;
Lembaran/karung plastik untuk alas;
Kain untuk menyimpan daun;
Kertas parafin atau kertas minyak untuk alas ;
Sapu, sikat dan lap tangan ;
Kapur/kaporit/arang sekam ;
Sprayer untuk menyemprotkan kaporit ;
Thermometer ;
Sumpit bamboo ;
Tempat pengokonan (dari kayu, plastik, atau bambu), dsb.
2.6 Pasar
Usaha persuteraan alam berorientasi pasar ekspor. Negara pengimpor ulat sutera terbesar
selama ini adalah negara-negara Eropa dan Amerika. Pesaing terbesar penghasil ulat sutera
selama ini adalah Cina. Kabupaten Wajo, Sulawesi Utara, adalah salah satu kabupaten
penghasil kain sutera di Indonesia. Tetapi sekarang ini, industri di Kabupaten Wojo sedang
mengalami masalah. Kain yang mereka hasilkan dikirim ke daerah jawa untuk dibatik.
Sayangnya, harga kain yang mereka jual ditentukan oleh sang pembeli dengan harga yang
cenderung 'murah'. Ini disebabkan karena kain mereka harus bersaing dengan kain sutera
alami asal Cina. Keadaan diperburuk karena bahan pupa/ kempompong yang mereka gunakan
untuk membuat kain sutera diimpor dari Cina. Sehingga ada kemungkinan besar mereka
dapat di'bungkam' penjualannya oleh Cina. Satu satunya jalan keluar adalah dengan
menghasilkan pupa/kepompong sendiri untuk diproduksi dan tidak bergantung pada pupa dari
Cina.
-
12
Jika kita membangun industri sutera, maka kemungkinan besarnya adalah komoditas ini
dapat dipasarkan secara baik dan dapat diterima oleh daerah- daerah industri sutera yang ada
di Indonesia. Kabupaten Wojo adalah salah satunya, daerah lain masih banyak seperti
Tasikmalaya, Garut, Kedungwuni, bahkan hingga Papua.
Mekanisme pemasarannya biasanya dimediasi oleh komunitas-komunitas pemasar sutera
seperti MPAI atau Silk Solution Centre. Angkutan yang digunakan bervariasi, mulai dari
angkutan darat hinga laut.
Komoditas ulat sutera hanya dapat dikembangkan di negara-negara tropis, keadaan ini
merupakan peluang bagi Indonesia khususnya petani di daerah yang memiliki keunggulan
komparatif dan kompetitif untuk mengembangkan komoditas tersebut sebagai komoditas
unggulan.
2.7. Kebijakan
Kebijakan Pengembangan Persuteraan Alam
Kebijakan pengembangan persuteraan alam adalah mendorong pelaku usaha
memproduksi produk sutera dalam jumlah besar dan berkualitas serta untuk memenuhi
permintaan pasar dan ekspor. Kebijakan-kebijakan yang diberlakukan pemerintah melalui
Peraturan Bersama Menteri Kehutanan Nomor : P.47/MENHUT-II/2006; Menteri
Perindustrian Nomor : 29/M-IND/PER/6/2006 dan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah Nomor : 07/PER/M.UMKM/VI/2006 tentang Pembinaan dan Pengembangan
Persuteraan Alam Nasional dengan Pendekatan Klaster, sebagai berikut :
1. Penjaminan Ketersedian Bahan Baku
Kebijakan dikeluarkan untuk memenuhi permintaan bahan baku yang cukup
tinggi dan berkelanjutan dari industry pengolahan produk sutera alam serta untuk
mendorong investasi baru. Langkah-langkah yang ditempuh adalah
a) Revitalisasi sentra produksi bibit tanaman murbei dan telur ulat sutera
b) Optimalisasi produksi dan kualitas pada setiap segmen produksi sutera alam dari sejak
tanaman murbei sampai dengan pemasaran
c) Perluasan lahan tanaman murbei dan pemeliharaan ulat sutera
d) Fasilitas perizinan dan dukungan permodalan untuk investor bahan baku sutera alam
-
13
2. Peningkatan SDM dan Penguasaan Teknologi Produksi
Kebijakan dikeluarkan untuk meningkatkan produktivitas usaha persuteraan alam
melalui peningkatan sumber daya manusia yang terampil dan professional sehingga
mampu mengoptimalkan produksi dengan pemanfaatan teknologi maju dan tepat guna.
Langkah-langkah yang di tempuh adalah
a) Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan
b) Pendampingan dan bimbingan teknis kepada usaha persuteraan alam
c) Pemanfaatan hasil-hasil teknologi litbang oleh usaha persuteraan alam
d) Perekayasaan teknologi sutera alam
e) Peningkatan produktivitas dan pengembangan produk sutera alam bernilai tambah
tinggi dengan memanfaatkan mesin peralatan dengan teknologi maju dan tepat guna
3. Standar dan Sertifikasi Produksi Sutera
Kebijakan dikeluarkan untuk meningkatkan daya saing produk sutera alam
dengan menerapkan standar mutu produk sutera, baik SNI maupun standar internasional
yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Produk sutera alam akan memperoleh
sertifikat yang menjamin mutu sutera bagi kepentingan produsen dan konsumen. Langkah-
langkah yang di tempuh adalah
a) Perumusan dan pengujian standar
b) Penetapan Standar Nasional Indonesia produk sutera
c) Pemberian sertifikasi produk sutera alam
4. Perkuatan Kelembagaan dan Jaringan Kerja Persuteraan Alam
Kebijakan dikeluarkan untuk membangun klaster persuteraan alam nasional yang
terintegrasi dari hulu ke hilir serta antara wilayah yang memiliki kelembagaan dan
jaringan kerja antar stakeholder persuteraan alam yang tangguh, dalam rangka
meningkatkan daya saing industry persuteraan alam nasional. Langkah-langkah yang di
tempuh adalah
a) Perkuatan fungsi dan peran lembaga yang terkait dengan persuteraan alam
b) Perkuatan dan pengembangan jaringan kerja antara stakeholder persuteraan alam di
dalam dan di luar negeri
-
14
c) Perkuatan jaringan kerja antara segmen produksi mulai dari pembibitan murbei dan
telur ulat sutera, budidaya, produksi, pemasaran sampai dengan pelayanan paska
penjualan
d) Pendirian lembaga Silk Solution Centre
Pihak terkait (stakeholder) yang memiliki kepentingan dalam pengembangan
persuteraan alam memiliki tugas dan fungsi masing-masing. Stakeholder yang terkait dan
kepentingannya antara lain:
1. Pemerintah
Pemerintah berkepentingan untuk membangun perekonomian berbasis kerakyatan
yang mampu mengangkat kesejahteraan masyarakat luas terutama masyarakat pedesaan,
yaitu dengan cara membuka lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja dan penghapusan
kemiskinan serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah dan perolehan devisa
Negara.
2. Pelaku usaha
Pelaku usaha memiliki kemampuan, fasilitas produksi dan pasar berkepentingan
agar usaha yang dijalankan berkembang menguntungkan dan berkelanjutan.
3. Petani
Petani selaku pemasok bahan baku (kokon) berkepentingan terhadap kepastian
usahanya karena adanya jaminan pasar yang menguntungkan.
4.Lembaga Keuangan
Lembaga Keuangan (Bank dan Non Bank) mempunyai kepentingan untuk
menyalurkan dana yang dimilikinya untuk usaha produktif dari nasabah yang baik dan
memberikan keuntungan.
5. Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan
-
15
Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian dan Pembangunan memiliki
kepentingan untuk mengaplikasikan hasil inovasi dan rekayasa teknologi yang
dikembangkan ke industry dan menyalurkan tenaga ahli untuk pembimbingan.
6. Masyarakat Persuteraan Alam Indonesia (MPAI)
MPAI sebagai organisasi petani, perajin dan pedagang persuteraan alam
berkepentingan memberikan manfaat bagi anggota dan sebagai mitra kerja pemerintah.
MPAI berperan sebagai fasilitator dalam menjembatani kepentingan anggota dengan
stakeholder untuk mewujudkan persuteraan alam nasional yang produktif dan berdaya
saing.
7. Silk Solution Centre
Silk Solution Centre (SSC) didirikan untuk mempercepat perkembangan
persuteraan alam diperlukan suatu lembaga konsultatif bagi pengusaha persuteraan alam
yang dapat mencarikan jalan keluar terhadap semua permasalahan yang dihadapi oleh
masyarakat persuteraan alam Indonesia. Lembaga tersebut perlu mendapat dukungan
pemerintah dan tenaga ahli berdedikasi tinggi untuk memajukan persuteraan alam. Tenaga
ahli merupakan tenaga tetap yang memiliki keahlian di bidang teknis, manajemen dan
sumber daya manusia.
2.8 Aspek Sosial dari Komoditas
Sosioekonomi
- Penyediaan lapangan pekerjaan dari pemeliharaan ulat sampai pemasaran dalam
bentuk bahan baku sandang dan bahkan barang jadi.
- Menambah devisa negara karena sutera menjadi salah satu komoditas ekspor
Indonesia
- Menambah kesejahteraan masyarakat
- Masyarakat dapat membuat industri sendiri
-
16
- Menjadikan peternakan ulat sutera sebagai tempat wisata sehingga menambah
kesejah teraaan masyarakat setempat dan menjadikan inspirasi bagi masyarakat
lainnya.
Sosiokultural
- Kain sutera yang mahal biasanya dibuat menjadi gaun mewah yang dipakai oleh
kalangan atas untuk dipakai pada acara tertentu (seperti acara pesta dan
pernikahan).
2.9 Industri Prospektif
1. Tepung Kepompong Ulat Sutera
Bahan: kepompong ulat sutera yang merupakan limbah industri pemintalan benang sutera
alam. Kandungan gizinya: Protein= 46,74%, Lemak= 29,75%, Abu= 4,86%, Serat= 8,89%,
Air= 9,76%, Nilai ubah= 1,8.
2. Cocoon Facial adalah pembersih wajah dengan kepompong ulat sutera yg kaya
akan vitamin dan nutrisi. kepompong ulat sutera juga mengandung 12 macam asam amino
serta sericine yang akan membantu meremajakan kulit sekaligus melindunginya dari
paparan sinar ultraviolet.
Kepompong ultra sutera langka, kaya akan polifenol alami, ramah di kulit karena
merupakan bahan alami. Komponen utama bahan alami mirip dengan asam amino yang
menyusun stratum korneum kulit, baik untuk melembabkan kulit. Kepompong
mengandung sericin. Ini adalah serin yaitu asam amino dengan efek pelembab tinggi
yang terdapat didalam protein kepompong ulat sutera, termasuk asam amino, 18 jenis.
Memiliki kompatibilitas sericin dengan kulit manusia sangat baik. Sericin ini adalah
komponen yang mirip dengan faktor pelembab alami dari tubuh manusia , yang awalnya
disebut NMF saja. Karena memiliki efek perlindungan yang sangat tinggi sebagai
pelembab, dan sering digunakan sebagai bahan baku kosmetik untuk tujuan pelembab.
Microfiber dengan lembut menghilangkan sel kulit mati kotoran alami yang terdapat
didalam pori-pori wajah. Dengan lembut mengelupas kulit dan untuk menghaluskan kulit
serta membersihkan pori-pori wajah terutama daerah hidung+dagu yang sering kasar
karena timbunan komedo.
-
17
Kesimpulan
Sutera yang dihasilkan di Indonesia berasal dari kokon/kepompong persilangan ras
Jepang dan ras Cina. Budidaya persuteraan alam merupakan kegiatan industri agronomi yang
memiliki tahap kerja yang cukup panjang, mulai dari penanaman tumbuhan murbei (Morus
sp.), pembibitan ulat sutera, pemeliharaan, pemrosesan kokon, pemintalan dan penenunan.
Industri persuteraan dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan karena sutera adalah salah
satu alternatif untuk meningkatkan daya guna sumber daya alam hutan dalam mendorong
pertumbuhan perekonomian masyarakat desa. Produksi pembuatan kain sutera di Indonesia
sudah mulai menggunakan mesin walaupun belum benar-benar otomatis. Produksi kain
sutera membawa dampak positif bagi masyarakat sekitar dan pemerintah. Kokon dapat diolah
menjadi bahan sandang (kain sutera) yang biasanya dibuat menjadi pakaian berupa gaun
mewah yang dipakai oleh kalangan atas. Target pemasaran kain sutera ada di dalam dan di
luar negeri. Kokon sutera memiliki prospektif industri untuk pembuatan tepung kepompong
ulat sutera dan kokon facial.
Walaupun iklim Indonesia cocok untuk budidaya ulat sutera, tetapi kenyataannya
belum banyak daerah yang mengusahakan kegiatan industri persuteraan ini.
-
18
Daftar Pustaka
http://masjamal.blogdetik.com/2008/12/31/sutera-alam/ (diakses pada tanggal 3 April 2014
pukul 21.45 WIB)
http://www.garutkab.go.id/galleries/pdf_link/ekonomi/investasi/sutera_alam.pdf (diakses
pada tanggal 3 April 2014 pukul 21.45 WIB)
http://muchlassains.wordpress.com/2013/04/29/efisiensi-produksi-peternakan-ulat-sutera/
(diakses pada tanggal 3 April 2014 pukul 21.45 WIB)
http://budicakep.wordpress.com/mesin-%E2%80%9Cre-reeling%E2%80%9D-pemintal-
sutera-hemat-energi/ (diakses pada tanggal 3 April 2014 pukul 21.45 WIB)
http://ariefjais.blogspot.com/2008/04/prospek-pasar-persuteraan-alam.html (diakses pada
tanggal 3 April 2014 pukul 21.45 WIB)
http://rizkiero10.blogspot.com/2012/02/kebijakan-pengembangan-persuteraan-alam.html
(diakses pada tanggal 3 April 2014 pukul 21.45 WIB)
http://vemale-violet.blogspot.com/2014/03/facial-ulat-sutera-kepompong-cocoon.html
(diakses pada tanggal 11 April 2014 Pukul 08.58)
http://muchlassains.wordpress.com/2013/04/29/efisiensi-produksi-peternakan-ulat-sutera/
(diakses pada tanggal 15 April 2014 Pukul 13.05)
http://arifh.blogdetik.com/sutera-alam-soleh-industri-tenun-sutera-yang-masih-tersisa-di-
kabupaten-garut/ (diakses pada tanggal 18 April 2014 Pukul 12.56)
http://naturalsilk.files.wordpress.com/2012/08/dsc06860.jpg (diakses pada tanggal 18 April
2014 Pukul 13.37)
http://kain-sutra.com/wp-content/uploads/2013/06/sutra-satin.jpg (diakses pada tanggal 18
April 2014 Pukul 13.44)
http://i01.i.aliimg.com/wsphoto/v2/1272909383_1/HOT-Natural-font-b-silkworm-b-font-
font-b-cocoons-b-font-ball-whitening-facial-cleanser.jpg (diakses pada tanggal 18 April 2014
Pukul 13.47)
-
19