sumah, gibah , fitnah

24
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pandangan islam sikap dan ahlak seseorang sangat penting. Tidak terlepas dari itu maka, islam sebagai agama yang paling mulia memberikan beberapa petunjuk, aturan dan kedamaian kepada penganutnya melalui al-quran, al-hadis dan lain-lain. Dalam pergaulan antar manusia ada diantaranya yang berahlak mazmumah dan sebagian lagi berahlak mahmudah. Dalam makalah ini, kami dari penulis akan membahas tentang ahlak mazmumah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat dibuat adalah : 1. Apa yang dimaksud dengan Sum’ah ? 2. Apa yang dimaksud dengan Gibah ? 3. Apa yang dimaksud dengan Fitnah ? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan kami dari penulisan makalah ini agar kita mengetahui beberapa ahlak mazmumah yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari baik itu yang disadari atau tidak. 1

Upload: aidatul-fitri

Post on 17-Jan-2017

339 views

Category:

Education


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SUMAH, GIBAH , FITNAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam pandangan islam sikap dan ahlak seseorang sangat penting. Tidak terlepas

dari itu maka, islam sebagai agama yang paling mulia memberikan beberapa petunjuk,

aturan dan kedamaian kepada penganutnya melalui al-quran, al-hadis dan lain-lain.

Dalam pergaulan antar manusia ada diantaranya yang berahlak mazmumah dan sebagian

lagi berahlak mahmudah. Dalam makalah ini, kami dari penulis akan membahas tentang

ahlak mazmumah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat dibuat

adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan Sum’ah ?

2. Apa yang dimaksud dengan Gibah ?

3. Apa yang dimaksud dengan Fitnah ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan kami dari penulisan makalah ini agar kita mengetahui beberapa

ahlak mazmumah yang sering kita lihat dalam kehidupan sehari-hari baik itu yang

disadari atau tidak.

1

Page 2: SUMAH, GIBAH , FITNAH

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sum’ah

1. Pengertian Sum’ah

Secara bahasa sum’ah adalah diperdengarkan kepada orang lain, adapun

secara istilah yaitu beribadah dengan benar dan ikhlas karena Allah, kemudian

menceritakan amal perbuatannya kepada orang lain, Perbedaan antara riya’ dan

sum’ah menurut Al-Hafizh yaitu riya’, adalah memperlihatkan amal dan

perbuatan dengan maksud mendapatkan pujian seperti shalat, adapun sum’ah

merupakan amalan yang diperdengarkan kemudian menceritakan perbuatannya

(sudah dikerjakan dengan penuh keikhlasan, namun pada akhirnya mengharapkan

pujian yang sifatnya duniawi). Perbedaan riya’dan sum’ah ialah: Riya’ berarti

beramal karena diperlihatkan kepada orang lain, sedangkan sum’ah beramal

supaya diperdengarkan kepada orang lain, Riya’ berkaitan dengan indra mata,

sedangkan sum’ah berkaitan dengan indra telinga. Kata sum’ah berasal dari kata

samma’a (memperdengarkan). Kalimat samma’an naasa bi ‘amalihi digunakan

jika seseorang menampakkan amalnya kepada manusia yang semula tidak

mengetahuinya.

2. Definisi Sum’ah secara Terminologi

Pengertian sum’ah secara istilah adalah sikap seorang muslim yang

membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya, yang sebelumnya tidak

diketahui atau tersembunyi kepada orang lain, supaya dirinya mendapatkan

kedudukan, penghargaan, atau mengharapkan keuntungan materi. Syeikh Ahmad

Rifa’I dalam kitabnya Ri’ayah Himmah, Juz 2 menjelaskan:

كا الفضلة تظهر ال والطاعة لعلم

Artinya: “Janganlah kalian menunjukkan keutamaan (kepandaianmu), seperti

ilmu dan ketaatan karena banyak melaksanakan amal sholih kepada orang lain

supaya mereka memuliakanmu”.

2

Page 3: SUMAH, GIBAH , FITNAH

Dalam makalahnya, beliau menjelaskan bahwa adakalanya kita menunjukkan

ketaatan kita pada orang lain, tetapi dalam hal-hal tertentu, seperti :

ا إظهارها ليقتدى به ولير غب الناس فى الخير فهو أفضل من وأمياء إسرارها ان أمن شوائب الر

Artinya: “Adapun menunjukkan ketaatan kita kepada orang lain dengan tujuan

supaya orang meniru perbuatan kita (mengajak kepada kebaikan), itu lebih baik

(tidak berdosa) daripada kita menyembunyikannya, tetapi jika dalam hati kita

merasa hebat maka akan menjadi riya’(sombong)”.

ا على بالنعمة فحسناإلعترافأم

Artinya: “Dan sekiranya kita memperlihatkan kemuliaan kita (nikmat), sebagai

pertanda rasa syukur pada-Nya maka lebih bagus dan tidak termasuk ke dalam

perkara ‘ujub, karena kemuliaan yang kita dapatkan adalah anugerah Allah”.

Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:

ا بنعمة ربك فحدثوأم

Artinya: “Dan terhadap nikmat Tuhan-Mu, hendaklah engkau nyatakan (dengan

bersyukur)”.(Q.S. Dhuha: 11).

Ibnu Hajar Al-Asqalani mengetengahkan pendapat Izzudin bin

Abdussalam yang membedakan antara riya dan sum’ah. Riya’ adalah sikap

seseorang yang beramal bukan untuk Allah), sedangkan sum’ah adalah sikap

seseorang yang menyembunyikan amalnya untuk Allah, namun kemudian ia

bicarakan hal tersebut kepada manusia. Dengan demikian, dalam pandangannya

bahwa semua riya’ tercela, sedangkan sum’ah adalah amal terpuji jika ia

melakukannya karena Allah dan untuk memperoleh ridha-Nya, namun jadi tercela

jika dia bicarakan amalnya di hadapan manusia.  Dalam Al-Qur’an Allah telah

mengingatkan kepada kita mengenai sifat sum’ah dan riya’ ini :

3

Page 4: SUMAH, GIBAH , FITNAH

آمنوا ال تبطلوا صدقاتكم بالمن واالذى كالذى ينفق اأيها الذيني… ماله رئاء الناس

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan

(pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si

penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada

manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264).

Di dunia ini, ada banyak  hamba pilihan yang di takdirkan oleh Allah

sebagai golongan orang-orang yang luhur budi pekertinya, bagus dalam bertutur

kata dan dijauhkan dari sifat riya’ dan sum’ah, salah satu diantaranya adalah nabi

Muhammad SAW yang dijelaskan dalam salah satu hadisnya:

لين واألخرين ال فخر لناق ال النبي إنا أكرم األو

Rasul SAW bersabda: “Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah yang paling

mulia diantara nabi-nabi yang terdahulu ataupun yang terakhir, dan tidak

berdosa (takabbur) bagiku, karena Allah SWT telah memberikan jaminan sebagai

seorang utusan untuk mengajak kepada jalan kebenaran”.

Kita sebagai umatnya, tidak menutup kemungkinan bisa sampai dalam

tahap kesempurnaan (di jauhkan dari sifat-sifat madzmumah: penyakit hati),

sebagaimana di jelaskan para ulama:

ريعة ويغسل باطنه قال العلماء ومن تحلى ظاهره بحلي الشبمياه الطريقة فقد حصل بالحقيقة

Artinya: “Barangsiapa yang secara lahirnya (tingkah laku dan perbuatan)

memakai perhiasan syari’at (menebarkan pesona kebaikan), kemudian

membasuh kotoran batinnya dengan air tarikat (hanya kepada Allah ia

memohon), maka ia telah sampai kepada tahap kesempurnaan (meyakini bahwa

hakikatnya segala sesuatu yang ia lakukan mengharap keridhoan-Nya saja)”.

3. Faktor-Faktor Penyebab Riya dan Sum’ah.

a. Latar Belakang Kehidupan

4

Page 5: SUMAH, GIBAH , FITNAH

Jika seorang anak yang tumbuh dalam asuhan sebuah keluarga yang memiliki

suasana atau adat perilaku riya’ dan  sum’ah, maka sangat besar kemungkinan

dirinya akan dapat terpengaruhi perilaku semacam itu. Jika penyakit itu telah

bercokol dan lama berurat akar dan mengkristal dalam jiwa, maka akan sangat

sulit untuk mengikisnya. Karena itu, rasulullah selalu menekankan pentingnya

faktor agama sebagai landasan utama dalam memilih calon pasangan hidup

kita.

b. Persahabatan yang Buruk

Persahabatan yang buruk hanya akan mengakibatkan sikap riya dan sum’ah,

terutama bagi orang yang lemah pribadi dan mentalnya dan mudah

terpengaruhi orang lain, dengan mengikuti dan meniru teman-temannya, lama

kelamaan berakar  umbi  dalam jiwanya. Sehubungan dengan hal ini, sebagai

muslim, kita  dituntut agar selektif dalam menjalin persahabatan dengan

mereka yang baik, menghormati, dan menjalankan syariah Allah.

c. Tidak Memiliki Hakikat Ma’rifah kepada Allah

Karena tidak mengenal Allah secara hakiki maka dapat menimbulkan sikap

riya’ dan sum’ah, sebab orang yang jahil tidak mampu bersikap yang benar

terhadap Allah. Karena itu, berkembanglah dalam pikirannya bahwa ada

sebagian manusia yang mampu menolak bahaya dan memberi manfaat. Ia

bersikap riya dan sum’ah dalam setiap amalnya dihadapan sekelompok

manusia dan yang menurutnya berkuasa dalam menentukan nasib mereka.

Islam selalu menegaskan pentingnya mengenal Allah sebagai langkah

pertama yang harus ditempuh sebelum melakukan segala sesuatu. Sifat ini

lahir karena dalam dirinya merasa paling hebat dan suci, maka Allah SWT

mengingatkan kepada kita dalam surat Al-Najm ayat 32:

كم TTفال تزكوا أنفس Artinya: “Maka Janganlah kamu menganggap

dirimu suci,”

Penafsiran ayat diatas diartikan seperti yang diuraikan oleh Syeikh Ahmad

Rifa’i:

5

Page 6: SUMAH, GIBAH , FITNAH

Artinya: “Jangan memuji أى ال تمدحوها على سبيل اإلعجاب

karena merasa lebih dari segalanya ( yang mengarah kepada perasaan

‘ujub)”

d. Ambisi Memperoleh Kedudukan dan Kemimpinan

Inilah salah satu diantara faktor yang  dapat memotivasi timbulnya sikap riya’

dan sum’ah. Islam menekankan untuk menyeleksi dan menguji seseorang

sebelum ia dilimpahi suatu kepercayaan atau dukungan. Sebagaimana Firman-

Nya:

نهم رشدا فادفعوا وابتلوا اليتامى حتى إذا بلغوا النكاح فإن آنستم مإليهم أموالهم

Artinya: “Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin.

Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara

harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.” (QS. an-Nisaa’ :6)

e. Tamak Terhadap yang Dimiliki Orang Lain

Sikap rakus terhadap apa yang dimiliki orang lain serta ambisi terhadap harta

duniawi dapat menyebabkan riya atau sum’ah. Sebagaimana diriwayatkan

dari Abu Musa bahwa pada suatu hari rasul SAW ditanya, “Ya Rasulullah,

ada seorang yang berperang untuk memperoleh ghanimah, ada yang ingin

disebut-sebut, dan ada yang ingin posisinya dilihat oleh manusia, yang

manakah diantara mereka yang berperang di jalan Allah?” Rasul SAW

bersabda:“Barangsiapa berperang dengan tujuan meninggikan kalimat Allah,

maka dialah yang berperang di jalan Allah.” (HR. Bukhari)

f. Lalai Terhadap Dampak Buruk Riya dan Sum’ah

Ketidaktahuan dan kelalaian seseorang terhadap pengaruh buruk yang

ditimbulkan oleh riya dan sum’ah dapat menjerumuskan seseorang kepada

riya atau sum’ah. Imam Bukhori dalam shahihnya dalam bab Ar- Riya’ was

Sum’ah dengan membawakan hadits Rasulullah SAW:“Barangsiapa

memperdengarkan (menyiarkan) amalnya, maka Allah akan menyiarkan

6

Page 7: SUMAH, GIBAH , FITNAH

aibnya, dan barangsiapa beramal karena riya’, maka Allah akan membuka

niatnya (dihadapan manusia pada hari kiamat kelak)”.

B. Gibah

1. Pengertian Gibah

Secara bahasa ghibah bisa diartikan sebagai mengatakan sesuatu yang

benar tentang seseorang di belakangnya tetapi hal itu tidak disukai oleh orang

yang dibicarakan. Dalam islam perihal gosip di masukan ke dalam ghibah karena

dalam prakteknya sama dengan berghibah yakni sama-sama membicarakan orang

lain dibelakangnya dan umumnya pembicaraan itu menyangkut aib atau

keburukan objek yang dibicarakan. Jadi ghibah adalah membicarakan kejelekan

atau aib orang lain atau menyebut masalah orang lain yang tidak disukainya,

sekalipun hal tersebut benar-benar terjadi. Para alim ulama sepakat bahwa ghibah

termasuk dosa besar sebagaimana dijelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 12 :

"Hai orang yang beriman jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya

sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan

orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.

sukakah salah satu diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah

mati? maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada

Allah sesungguhnya Allah Maha penerima tobat lagi Maha Penyayang".

          Pada umumnya orang berghibah ketika ia sedang marah atau kesal pada

seseorang yang ia benci atau pun ketika ia merasa cemburu atau iri hati pada

orang lain. Namun pada saat ini yang paling mengherankan adalah dengan

bergosip seolah-olah kita mampu membuat orang lain tertawa dan bahagia meski

yang dibicarakan adalah aib atau keburukan orang lain dan terkadang gosip tidak

dianggap sebagai dosa dan parahnya pada saat ini banyak orang-orang yang

mencari nafkah dengan cara bergosip, sebagaimana maraknya acara infotainment

seputar gosip kehidupan artis di televisi.

          Untuk menghalau gosip atau ghibah caranya sadarilah bahwa hal itu dosa

besar dan hindarilah ucapan-ucapan yang akan mendekati ghibah dengan cara

meluruskan dan menyelaraskan antara hati ucapan dan tindakan. karena setiap

orang yang beriman yang berfikir dengan hati nuraninya akan mengakui bahwa

7

Page 8: SUMAH, GIBAH , FITNAH

tidak ada manfaatnya menggosipkan seseorang apalagi berusaha membuka aib

atau keburukan orang lain.

Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ghibah berarti seseorang menyebut-nyebut

sesuatu yang dibenci saudaranya baik tentang tubuhnya, agamanya, duniannya,

jiwanya, akhlaknya, hartanya, anak-anaknya, istri-istrinya, pembantunya,

gerakannya, mimik bicaranya atau kemuraman wajahnya dan yang lainnya yang

bersifat mengejek baik dengan ucapan maupun isyarat.”

2. Gibah Yang Diperbolehkan

Ucapan Imam Nawawi رحمه الله Dalam kitab tersebut , beliau الله رحمه

berkata: “Ketahuilah bahwa ghibah diperbolehkan untuk tujuan yang benar sesuai

dengan syariat, yang hal itu tidak mungkin ditempuh kecuali dengan ghibah. Yang

demikian terjadi dengan enam sebab yaitu:

a. Kedzoliman, diperbolehkan bagi orang yang terdzolimi menngadukan

kedzoliman kepada penguasa atau hakim yang berkuasa yang memiliki

kekuatan untuk mengadili perbuatan tersebut. Sehingga diperbolehkan

mengatakan,”Si Fulan telah mendzalimi diriku”atau “Dia telah berbuat

demikian kepadaku.”

b. Meminta bantuan untuk menghilangkan kemungkaran dan

mengembalikan pelaku maksiat kepada kebenaran. Maka seseorang

diperbolehkan mengatakan, “Fulan telah berbuat demikian maka cegahlah

dia!”

c. Meminta fatwa kepada mufti (pemberi fatwa,pen) dengan mengatakan:”Si

Fulan telah mendzolimi diriku atau bapakku telah mendzalimi diriku atau

saudaraku atau suamiku, apa yang pantas ia peroleh? Dan apa yang harus

saya perbuat agar terbebas darinya dan mampu mencegah perbuatan

buruknya kepadaku?”Atau ungkapan semisalnya.

Hal ini diperbolehkan karena ada kebutuhan. Dan yang lebih baik

hendaknya pertanyaan tersebut diungkapkan dengan ungkapan global,

contohnya :

“Seseorang telah berbuat demikian kepadaku” atau “Seorang suami telah

berbuat dzalim kepaada istrinya” atau “Seorang anak telah berbuat

8

Page 9: SUMAH, GIBAH , FITNAH

demikian” dan sebagainya. Meskipun demkian menyebut nama person

tertentu diperbolehkan, sebagaimana hadits Hindun ketika beliau

mengadukan (suaminya)kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wassalam,

“Sesungguhnya Abu Sufyan adalah orang yang sangat pelit.”

d. Memperingatkan kaum muslimin dari kejelekan, contohnya

memperingatkan kaum muslimin dari perowi-perowi cacat supaya tidak

diambil hadits ataupun persaksian darinya, memperingatkan dari para

penulis buku (yang penuh syubhat). Menyebutkan kejelekan mereka

diperbolehkan secara ijma’ bahkan terkadang hukumnya menjadi wajib

demi menjaga kemurnian syari’at.

e. Ghibah terhadap orang yang melakukan kefasikan atau bid’ah secara

terang-terangnan seperti menggunjing orang yang suka minum minuman

keras, melakukan perdagangan manusia, menarik pajak dan perbuatan

maksiat lainnya. Diperbolehkan menyebutkannya dalam rangka

menghindarkan masyarakat dari kejelekannya.

f. Menyebut identitas seseorang yaitu ketika seseorang telah kondang

dengan gelar tersebut. Seperti si buta, si pincang, si buta lagi pendek, si

buta sebelah, si buntung maka diperbolehkan menyebutkan nama-nama

tersebut sebagai identitas diri seseorang. Hukumnya haram jika digunakan

untuk mencela dan menyebut kekurangan orang lain. Namun lebih baik

jika tetap menggunakan kata yang baik sebagai panggilan, Allahu A’lam.

(Syarhun Nawawi ‘ala Muslim, Hal.400).

3. Penyebab dan Bahaya Gibah

Ada beberapa penyebab dari ghibah itu sendiri. Diantara penyebab

ghibah adalah :

a. Hasad (Dengki). Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :

"Hati-hati kalian terhadap perbuatan hasad! karena hasad itu memakan

(merusak) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar." (HR.Abu

Dawud dan Ibnu Majah)

b. Balas Dendam. Sifat dendam menyebabkan seorang pendendam

menggunjing saudaranya dalam berbagai kesempatan. Wal'iyaadzu

billah !

9

Page 10: SUMAH, GIBAH , FITNAH

c. Menjilat dan mencari muka. Seorang yang suka menjilat dan mencari

muka teman-temannya akan selalu menyelaraskan perkataannya dengan

teman-temannya. Meskipun terkadang teman-temannya terlibat dalam

pergunjingan. Maka biasanya si penjilat dan si pencari muka

membiarkannya. Alasannya takut teman-temannya lari

meninggalkannya.

d. Sombong dan meremehkan orang lain. Mengenai sombong ini maka

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :"Sombong adalah

menolak kebenaran dan meremehkan orang lain" (HR.Muslim). Lalu

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Orang-orang yang

sombong itu akan dikumpulkan pada hari kiamat seperti semut kecil

yang terinjak-injak telapak kaki orang-orang." (HR.Tirmidzi dan Nasa)

e. Memperolok-olokan orang lain, sebagian orang menggunjingkan

saudaranya dengan jalan memperolok-olokan. Perbuatan ini haram.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman :"Janganlah suatu kaum

memperolok-olokkan kaum yang lain, boleh jadi mereka (yang

diperolok-olokkan) itu lebih baik dari mereka." (QS.Al Hujurat 49: 11)

Sesungguhnya ghibah merupakan penyakit berbahaya dan

menimbulkan kemudharatan yang lebih besar di dunia maupun di akhirat

kelak. Diantara bahaya ghibah yaitu :

a. Ghibah menjadikan pelakunya terbuka aibnya di dunia maupun di

akhirat.

b. Ghibah menyakiti hamba-hamba Allah Subhanahu wa ta'ala. Allah

Subhanahu wa ta'ala berfirman : "Dan orang-orang yang menyakiti

orang-orang yang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan tanpa

kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah

memikul kebohongan dan dosa yang nyata."(QS.Al Ahzab 33:58)

c. Ghibah termasuk kedzoliman dan melampaui batas terhadap orang

lain. Di dalam hadits Qudsi yang shahih riwayat Imam Muslim,

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam meriwayatkan dari Rabb-

nya Subhanahu wa ta'ala:"Wahai hamba-hamba-Ku sesungguhnya

Aku telah mengharamkan kedzoliman atas diri-Ku dan Aku telah

10

Page 11: SUMAH, GIBAH , FITNAH

menjadikan kedzoliman diantara kalian sebagai sesuatu yang

diharamkan, maka janganlah kalian saling mendzolimi."

d. Ghibah berakibat terkena azab pada hari kiamat. Allah Subhanahu

wa ta'ala berfirman: "Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi

pencela"(QS.Al Humazah 104:1)

e. Ghibah memporak-porandakkan masyarakat, menebarkan fitnah,

menimbulkan permusuhan diantara manusia dan menimbulkan

dendam.

f. Ghibah menunjukkan atas gugur dan hancurnya perbekalan

pelakunya, kotor niatnya dan jelek lidahnya.

4. Prilaku menghindari Gibah

Setiap muslimin dan muslimat harus berusaha menghindari gibah dengan

sungguh-sungguh adapun cara menghindari prilakugibah antara lain :

a. Menyadari sepenuhnya bahwa setiap orang memiliki kekurangan dan

kelebihan

b. Membiasakan untuk mawas diri, melihat kesalahan sendiri di masa lalu

c. Mengingat-ingat kebaikan yang telah dilakukan oleh orang lain

d. Memperbanyak pergaulan dengan sesamanya sehingga gossip dapat dikurangi

e. Tidak mudah mempercayai berita yang tidak jelas sumber kebenarannya

f. Memperbanyak bergaul dengan orang-orang saleh dan taat beribadah

g. Berusaha menghentikan atau mengalihkan pembicaraan yang menjurus gibah.

C. Fitnah

1. Pengetian Fitnah Dari Segi Bahasa Dan Istilah

Kalimah Fitnah (الفتنة) dalam bahasa Arab berarti ujian dan cobaan. Imam

Ibnu Hajar berkata Asal kata fitnah adalah (اإلختبار) (ujian) dan (اإلمتحان) ujian)

Ibnu Manzur berkata Al-Azhari dan lainnya berkata “Asal makna fitnah adalah (

,(cobaan) (اإلبتالء (Ujian) (اإلمتحان) dan Adapun ”.(ujian) (اإلختبار) dari segi

istilah ulama adalah seperti yang didefinasikan oleh Jurjani:“Perkara yang

dilakukan untuk mengetahui kebaikan atau keburukan sesuatu.”

2. Hukum Fitnah

11

Page 12: SUMAH, GIBAH , FITNAH

Memfitnah hukumannya lebih berat dari ketidaktaatan. Fitnah akan

menyebabkan hukuman yang lebih berat dari Allah. Allah swt menghukum lebih

berat orang yang membuat fitnah daripada orang yang membuat dosa besar.

Karena fitnah akan menciptakan kebingungan. Fitnah akan menciptakan situasi

dimana banyak orang akan terjatuh dalam dosa fitnah itu tanpa mengetahui

bahwa mereka telah jatuh kedalam perangkap setan, dan tidak ada jalan keluar

bagi orang yang membuat fitnah. Tidak ada pengampunan bagi orang yang

membuat fitnah. Itulah sebabnya Allah swt tidak suka dengan orang yang suka

memfitnah. Firman Allah ;

نوا أن تصيبوا قوما . فتبي ذين آمنوا إن جاءكم فاسق بنبإ ها ال يا أي بجهالة. فتصبحوا على ما فعلتم نادمين

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya

yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. al-Hujurat: 6)

Kata-kata ini sebuah kebenaran, sebuah perintah untuk semua orang untuk

digunakan, untuk memeriksa setiap berita buruk yang datang. Jika terjadi

kebingungan dalam masyarakat karena berita buruk yang kalian dengar, dari

orang yang korup, maka jangan membuat fitnah dan menyebarkan fitnah itu.

Wahai manusia jika seseorang yang buruk (korup) datang kepadamu dengan

berita yang buruk dan palsu yang dia bawa dan menuduh seseorang terhadap

sesuatu yang tidak mereka lakukan, maka periksalah berita itu terlebih dahulu,

karena dengan begitu maka kalian tidak akan terjatuh ke dalam dosa besar

(fitnah), yaitu dosa fitnah karena kalian percaya terhadap berita buruk yang kalian

dengar dari orang yang buruk itu dan turut menyebarkannya.

Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah (2) : 191

د EEة أشEE واقتلوهم حيث ثقفتموهم وأخرجوهم من حيث أخرجوكم والفتنى جد الحEEرام حت EEد المسEEاتلوهم عنEEل وال تقEE من القت

12

Page 13: SUMAH, GIBAH , FITNAH

EEذلك جEEزاء يقEEاتلوكم فيEEه فEEإن قEEاتلوكم فEEاقتلوهم كالكافرين

Artinya : Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah

mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih

besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di

Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka

memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan

bagi orang-orang.

Kata-kata ini sebuah kebenaran, sebuah perintah untuk semua orang untuk

digunakan, untuk memeriksa setiap berita buruk yang datang. Jika terjadi

kebingungan dalam masyarakat karena berita buruk yang kalian dengar, dari

orang yang korup, maka jangan membuat fitnah dan menyebarkan fitnah itu.

Wahai manusia jika seseorang yang buruk (korup) datang kepadamu dengan

berita yang buruk dan palsu yang dia bawa dan menuduh seseorang terhadap

sesuatu yang tidak mereka lakukan, maka periksalah berita itu terlebih dahulu,

karena dengan begitu maka kalian tidak akan terjatuh ke dalam dosa besar

(fitnah), yaitu dosa fitnah karena kalian percaya terhadap berita buruk yang kalian

dengar dari orang yang buruk itu dan turut menyebarkannya.

3. Dampak Fitnah terhadap seseorang

Fitnah merupakan salah satu perbuatan yang jelas-jelas dibenci oleh Allah

SWT. Orang yang mempunyai hobi memfitnah dia tidak akan nyaman hidupnya

di dunia. Sebab di sedang dihantui dengan kebohongan yang besar, jika sudah

terbongkar semua kebohongannya maka dia harus menerima imbalannya yakni

kepercayaan orang-orang terhadap dirinya telah hilang. Mereka yang suka

memfitnah orang ataupun menuduh orang dengan sebuah tuduhan yang salah,

maka mereka akan mendapatkan ganjarannya langsung dari Allah SWT.

Sedangkan bagi orang yang difitnah Biasanya orang yang difitnah tidak

menerima perlakuan atas pencemaran nama baiknya. Oleh karna itu tidak sedikit

dari banyak orang yang difitnah membalas perlakuan itu dengan sebuah balas

dendam yang lebih kejam. Entah apa saja yang mereka lakuakan yang terpenting

13

Page 14: SUMAH, GIBAH , FITNAH

mereka dapat membalas perlakuan orang yang memfitnahnya. Akan tetapi dalam

surah An-Nur Allah SWT. Telah menjanjikan kepada hambanya yang sabar dan

tidak membalas perlakuan orang yang memfitnahnya. Isi janji Allah SWT

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Ya’jurukumullah yakni mendapatkan balasan ( pahala ) dari Allah

SWT.

2. Yazaharul Barooah yakni mendapatkan kesucian dari Allah SWT. Atas

segala kekotoran yang ada di dalam dirinya.

Oleh karna itu untuk para korban fitnah maka janganlah takut sebab Allah

itu selalu berada di sisi hamba-Nya yang benar. Adapun larangan bagi orang yang

di fitnah adalah :

1. Apabila di fitnah janganlah membalasnya dengan fitnah juga.

2. Berita bohong atau gossip dari orang-orang awwam janganlah

didengarkan.

3. Dan jika yang menyampaikannya orang alim pun tetap janganlah

dihiraukan.

4. Sikap menghadapi Fitnah

Zaman sekarang tidak sedikit dari banyak orang yang hobinya

membicarakan orang lain. Baik itu dalam sisi positifnya apalagi sisi negatifnya.

Bahkan kita pribadi yang awalnya tidak berniat untuk ikut turut andil dalam

mendengarkan berita bohong itupun akhirnya terbawa arus untuk

mendengarkannya karena penasaran terhadap berita yang disampaikan dan alhasil

kita pun menjadi pendengar setia pembawa berita bohong itu. Kini berita-berita

yang belum jelas keabsahannya banyak beredar, seperti gosip-gosip di televisi.

Maka untuk menghindarinya berikut adalah cara-caranya sesuai dengan perintah

Allah dalam surah An-Nur ayat 12 dan 16 : Jika yang memfitnah itu adalah orang

yang awwam Apabila ada teman kita ataupun orang-orang di sekitar kita yang

menyampaikan berita bohong , atau orang yang menyampaikan berita itu pun

belum yakin akan kebenaran berita yang dia sendiri edarkan kan. Maka kita

langsung saja keluarkan dua kartu mati yakni berbicara kepadanya dengan

kalimat :

1. Dzhonnal Mu’minuuna wal Mu’minaatu bi Anfusihim

2. Hadza Ifkum Mubiin

14

Page 15: SUMAH, GIBAH , FITNAH

Setelah kita berkata kalimat itu maka hendaklah kita menajuhi orang yang

menyampaikan berita itu. Jika yang memfitnah itu adalah orang yang berilmu

Apabila yang menyebarluaskan berita bohong itu adalah orang-orang yang

berilmu maka langsung saja keluarkan tiga kartu mati. Artinya jika ada orang

yang berilmu ( berpendidikan ) ketika menyampaikan berita dia selalu berkata “

kata si A seperti ini, kata si B seperti ini, dan kata si C seperti itu” belum jelas

kebenarannya. Maka cukup saja katakan subhanallah, Ma Yanbagi Lana an

Natakallama bihadza, Hadza Buhtaanun ‘Adzhim. Tapi setelah berkata itu pun

kita juga harus segera meninggalkan orang yang mengedarkan berita bohong itu.

Jangan mentang-mentang sudah mengatakan kalimat kata kunci atau mati itu kita

malah asyik mendengarkan berita bohong itu.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dapat kita simpulkan bahwa ketiga sifat tersebut adalah sifat tercela yang tidak

disukai oleh Allah SWT, Karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain, Semoga

kita di jauhkan dari sifat sum’ah, Ghibah, dan Fitnah, Dan yang paling utamanya adalah

kita harus menjauhi sifat memfitnah karena fitnah itu lebih kejam dari pada

pembunuhan.

B. Saran

Semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan

apabila ada kesalahan atau kekeliruan didalam penulisan makalah ini kami harap

permaklumannya karena kami adalah manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan

dan kekeliruan.

15

Page 16: SUMAH, GIBAH , FITNAH

DAFTAR PUSTAKA

http://tanbihun.com/tasawwuf/sumah-pura-pura-ikhlas-dalam-beribadah/ (diakses

tanggal 7 Juni 2013)

http://learningfromlives.wordpress.com/2012/01/10/ujub-sumah-dan-riya/ (diakses

tanggal 7 Juni 2013

http://indonesian.iloveallaah.com/gibah-haram-tapi-diminati/#sthash.888pZ28d.dpuf

(diakses tanggal 7 Juni 2013

16