studi epidemiologi deskriptif

9
Studi epidemiologi deskriptif Penelitian Crosectional Adalah rancangan studi epidemiologi yg memepelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit dalam waktu serentak pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau tahun yg sama. Ciri-ciri Crosectional : 1. Mendeskripsikan penelitian 2. Penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding 3. Hubungan sebab akibat hanya merupakan sebab-akibat 4. Penelitian ini menghasilkan hipotesis 5. Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis Kelebihan Crosectional : 1. Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan 2. Lebih murah di banding dengan penelitian lainnya 3. Berguna untuk informasi perencanaan 4. Untuk mengamati kemungkinan hubungan berbagai variabel yg ada. Kekurangan Crosectional : 1. Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yg terjadi dengan berjalannya waktu. 2. Informasi yg diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah kesehatan yg dicari tdk diperoleh Langkah-langkah Crosectional :

Upload: devi-karlina

Post on 08-Dec-2015

226 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

mklh

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Epidemiologi Deskriptif

Studi epidemiologi deskriptif 

   Penelitian Crosectional

Adalah rancangan studi epidemiologi yg memepelajari hubungan penyakit dan paparan

(faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit dalam waktu serentak

pada individu-individu dari populasi tunggal, pada satu saat atau tahun yg sama.

Ciri-ciri Crosectional :

1.     Mendeskripsikan penelitian

2.     Penelitian ini tidak terdapat kelompok pembanding

3.     Hubungan sebab akibat hanya merupakan sebab-akibat

4.     Penelitian ini menghasilkan hipotesis

5.     Merupakan penelitian pendahuluan dari penelitian analitis

Kelebihan Crosectional :

1.     Dapat dilakukan dengan hanya sekali pengamatan

2.     Lebih murah di banding dengan penelitian lainnya

3.     Berguna untuk informasi perencanaan

4.     Untuk mengamati kemungkinan hubungan berbagai variabel yg ada.

Kekurangan Crosectional :

1. Tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan yg terjadi dengan

     berjalannya waktu.

2. Informasi yg diperoleh tidak mendalam sehingga sering kali masalah

     kesehatan yg dicari tdk diperoleh

Langkah-langkah Crosectional :

1.   Seperti halnya pada berbagai penelitian lain, penelitian crosectional harus mempunyai tujuan

yang jelas, dana, dan fasilitas yang tersedia serta bagaimana hasil penelitian akan mempunyai

daya guna.

2.   Kemudian ditentukan penduduk  yg memungkinkan untuk diteliti sesuai dengan tujuan

penelitian.

3.   Selanjutnya ditentukan pula jenis data yg akan dikumpulkan, termasuk penentuan variabel

sebagai faktor resiko, maupun faktor lainnya.

Tabel Analisis Crosectional

Studi epidemiologi analitik

Page 2: Studi Epidemiologi Deskriptif

Case Control

Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor

risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan retrospektif, dimulai dengan

mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok

tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan

mengapa kelompok kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak. Desain penelitian

ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar berpengaruh terhadap

terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan pajanan faktor risiko tersebut

pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Jadi, hipotesis yang diajukan adalah : Pasien

penyakit x lebih sering mendapat pajanan faktor risiko Y dibandingkan dengan mereka yang

tidak berpenyakit X. Pertenyaan yang perlu dijawab dengan penelitian ini adalah : apakah ada

asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau keadaan lain) dengan variabel lain (yang diduga

mempengaruhi terjadi penyakit tersebut) pada populasi yang diteliti.

Kelebihan

1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk meneliti kasus

yang jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian prospektif tidak

dapat dilakukan karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan secepatnya.

2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat.

3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien.

4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu

penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui).

5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.

Kekurangan

1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau

catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena

lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan faktor

risiko daripada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini

catatan medik rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat

(objektivitas dan reliabilitas pengukuran variabel yang kurang).

2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh.

3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena banyaknya

faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar dikendalikan.

Page 3: Studi Epidemiologi Deskriptif

4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian tidak

mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi.

5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari satu variabel dependen, hanya

berkaitan dengan satu penyakit atau efek.

6. Tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan.

Contoh

hubungan antara malnutrisi (kekuranagn gizi) pada anak balita dengan perilaku pemberian

makanan oleh ibu. Dilakukan denagn cara mengidentifikasi variabel depende (efek) seperti

malnutrisi dan variabel independen ( faktor risiko) seperti perilaku ibu, pendidikan pendapatan

keluarga, jumlah anak, dll. Kemudian menetapkan objek penelitian yaitu pasangan ibu dan

balita, yang dilanjutkan mengidentifikasi kasus seperti anak balita yang menderita malnutrisi

( berat per umurnya kurang dari 75%). Selanjutnya melakukan pengukuran secara retrosektif

yaitu anak balita yang malnutrisi diukur dan ditanyakan kepada ibunya dengan menggunakan

metode “recall” mengenai perilaku memberikan makanan kepada anaknya, melakukan analisis

data dilakukan dengan membandingkan proporsi perilaku ibu yang baik dan yang kurang baik

dalam al pemberian makanan kepada anaknya pada kelompok kasus dengan proporsi ibu yang

sama pada kelompok kontrol yang telah ditentukan. Maka akan diperoleh bukti atau tidak

adanya hubungan antara perilaku pemberian makanan dengan malnitrisi pada anak balita.

Cohort

Study cohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit,

dengan cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok tidak

terpapar berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri studi cohort adalah pemilihan subjek

berdasarkan status paparannya, dan kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah

subjek dalam perkembangannya mengalami apenyakit atau tidak.

Pada saat mengidentifikasi status paparan semua subjek harus bebas dari penyakit yang diteliti.

Studi cohort disebut juga studi follow-up (kleinbaum et al., 1982; Rothman, 1986), sebab

cohort diikuti dalam suatu periode untuk diamati perkembang penyakit yang dialaminya.

Kelebihan

1. Study cohort adalah kesesuainnya dengan logika studi eksperimental dalam membuat

inferensi kausal yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor penyebab diikuti

dengan akibat. Karena pada saat dimulai penelitian telah dipastikan bahwa semua

subjek tidak berpenyakit.

Page 4: Studi Epidemiologi Deskriptif

2. Peneliti dapat menghitung laju insidensi, sesuatu hal yang hampir tidak mungkin

dilakukan pada studi case control, sehingga perhitungan  rasio laju insidensi harus

didekati dengan rasio odds.

3. Studi cohort sesuai untuk meneliti paparan yang langka. Dalam hal ini rancangan yang

efisien adalah memilih subjek berdasarkan status paparan, untuk memastikan

diperolehnya ukuran sample yang cukup untuk menguji hipotesis.

4. Studi cohort memungkinkan peneliti mempelajari jumlah efek secara serentak.

5. Karena bersifat opserfasional maka tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena

tidak mendapat terapi yang bermanfaat, atau mendapat paparan faktor yang merugikan

kesehatan.

Kelemahan

1. Rancangan studi cohort prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih

lama daripada studi case control.

2. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika

ukuran sampel sangat besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup

tinggi.

3. Hilangnya subjek selama penelitian, karena migrasi, tingkat partisipasi rendah atau

meninggal dan sebagainya merupakan problem yang mengganggu validitas penelitian.

Jika subjek yang hilang cukup besar atau walaupun sedikit tetapi hilangnya itu

berkaitan dengan paparan dan penyakit yang diteliti, maka temuan penelitian menjadi

tidak valid karena adanya bias hilang waktu follow-up.

4. Karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih duhulu pada awal penelitian, maka

studi cohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi

lainnya untuk penyakit itu, tatkala penelitian berlangsung.

Contoh 

Di dalam suatu populasi ingin diteliti apakah orang obesitas menyebabkan hipertensi. Jika

dalam 1 populasi terdapat 1000 penduduk. Kemudian dari populasi tersebut ditentukan

kelompok yang obesitas dan kelompok yang tidak obesitas. Dari masing-masing kelompok

diikuti selama 1 tahun ke depan. Kemungkinannya, pada kelompok obesitas bisa ditemukan

hipertensi dan tidak hipertensi, pada kelompok tidak obesitas juga dapat ditemukan hipertensi

dan tidak hipertensi.

Desain studi epidemiologi (studi observasional)

Studi kasus

Page 5: Studi Epidemiologi Deskriptif

Banyak yang tidak menganggap laporan kasus dan seri kasus sebagai suatu penelitian. Dari

laporan kasus dan seri kasus kita tidak dapat menilai terdapatnya hubungan sebab-akibat,

karena dilakukan tanpa menggunakan kontrol. Bila pada laporan kasus dikemukakan adanya

gejala efek samping terhadap sejenis obat baru, hal itu harus ditanggap secara berhati-hati

karena faktor peluang (chance) sangat besar. Tetapi deskripsi efek samping pada laporan kasus

merupakan dokumentasi yang amat berharga, karena dapat menggugah kita untuk waspada

terhadap kemungkinan efek samping tersebut dan memberikan stimulasi untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.

Studi korelasi

EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF DAN ANALITIK Epidemiologi adalah studi tentang distribusi dan determinan penyakit pada populasi. Studi epidemiologi dibedakan menjadi dua kategori: (1) epidemiologi deskriptif; dan (2) epidemiologi analitik (Gambar 1). Epidemiologi deskriptif. Epidemiologi deskriptif mendeskripsikan distribusi

penyakit pada populasi, berdasarkan karakteristik dasar individu, seperti

umur, jenis kelamin, pekerjaan, kelas sosial, status perkawinan, tempat

tinggal dan sebagainya, serta waktu. Epidemiologi deskriptif juga dapat

digunakan untuk mempelajari perjalanan alamiah penyakit. Tujuan

epidemiologi deskriptif: (1) Memberikan informasi tentang distribusi

penyakit, besarnya beban penyakit (disease burden), dan kecenderungan

(trend) penyakit pada populasi, yang berguna dalam perencanaan dan alokasi

sumber daya untuk intervensi kesehat-an; (2) Memberikan pengetahuan

tentang riwayat alamiah penyakit; (3) Meru-muskan hipotesis tentang

paparan sebagai faktor risiko/ kausa penyakit.

Page 6: Studi Epidemiologi Deskriptif
Page 7: Studi Epidemiologi Deskriptif

Time series

Case report

Studi ekologis

Studi deskriptif

Kasus kontrol

Studi epidemiologi

Cross Kohor

Case series

Cross sectional

Eksperimental Observasional

Studi analitik

RCT Eksperimen kuasi