epidemiologi penyakit.docx

Upload: haseo-ayatullah

Post on 13-Oct-2015

106 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Kusta atau Lepra (Leprosy) merupakan penyakit tahunan yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit, dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit kusta dapat mengenai laki-laki maupun perempuan dalam segala umur. Penderita kusta adalah orang yang mempunyai satu atau lebih dari tanda pasti (cardinal signs) dan belum pernah menyelesaikan pengobatan dengan Multiple Drugs Therapy (MDT) yang sesuai dengan klasifikasi penyakitnya.Penyakit kusta menular langsung dari penderita kusta yang tidak berobat, cara penularannya belum pasti diketahui, tetapi sebagian besar para ahli berpendapat bahwa penyakit kusta ditularkan melalui droplet (pernafasan), dan hanya kalau berhubungan erat dan lama. Orang tidak mampu/miskin lebih rentan mengidap penyakit kusta, sebab berhubungan langsung dengan status gizi dan kekuatan daya tahan tubuhnya. Masa perkembangbiakan bakteri 2-3 minggu sehingga inkubasinya memerlukan waktu yang lama, antara 3-5 tahun. Penderita yang sudah satu dosis pengobatan MDT tidak menularkan penyakit lagi.

TANDA PENYAKIT KUSTA 1. Tanda Pasti- Kulit dengan bercak putih / kemerahan dengan mati rasa yang jelas - Penebalan saraf tepi, disertai kelainan fungsinya berupa mati rasa atau kelemahan pada otot tangan, kaki, atau mata- Pemeriksaan korekan kulit (Basil Tahan Asam [BTA]) positif

2. Tanda Lain- Kulit yang kelihatan seperti alergi, tetapi tidak gatal dan tidak timbul secara mendadak- Kulit yang tebal dan berbenjolan seperti jerawat batu, tetapi tidak merasa sakit, lebih sering pada muka dan daun telinga

KLASIFIKASI PENYAKIT KUSTA Penyakit kusta ada 2 jenis, yaitu:1. Kusta Kering (Pausibasiler [PB])2. Kusta Basah (Multibasiler [MB]) PAUSIBASILER (PB)Kalau seseorang mempunyai daya tahan tubuh yang masih mampu sedikit melawan Mycobacterium leprae, bakteri tidak sempat menjadi terlalu banyak. Dia disebut Pausibasiler (sedikit bakteri) atau disebut golongan PB. Secara klinis, seseorang diklasifikasi sebagai penderita kusta golongan PB apabila:Mempunyai 1-5 bercak saja pada kulitnya. Bercak itu mirip panu, tetapi tidak gatal, malah tidak terasa kalau di sentuh. Tidak ada saraf yang tebal atau terganggu, dan BTA negatif.ATAUMempunyai 1-3 bercak pada kulitnya dan/atau maksimum satu saraf yang tebal atau fungsinya terganggu.

MULTIBASILER (MB) Tetapi kalau daya tahan tubuhnya tidak melawan serangan Mycobacterum leprae sama sekali, bakteri itu sempat berkembang biak dengan bebas sampai ada banyak sekali. Seseorang yang begitu disebut Multibasiler (banyak bakteri) atau disebut golongan MB. Secara klinis, seseorang diklasifikasi sebagai penderita MB kalau dia mempunyai salah satu ataupun kombinasi dari yang berikut:Lebih dari 5 bercak di kulit, yang mirip panu tetapi tidak gatal semakin banyak bercak, semakin tidak terganggu perasaannyaLebih dari 3 bercak di kulit, kalau disertai 1 saraf yang tebal atau fungsinya digangguLebih dari 1 saraf yang tebal ataupun fungsinya tergangguKelainan kulit mirip alergi, tetapi tidak mendadak dan tidak juga gatalInfiltrat (penebalan/pembengkakan serta kemerahan) pada kulit, terutama muka dan daun telinga, yang tidak gatal atau sakitBenjolan-benjolan seperti jerawat batu tetapi tidak sakit dan tidak gatalBTA positif (dengan tidak mengidahkan tanda klinis)

PENGOBATANMelalui pengobatan, penderita diberikan obat-obat yang membunuh kuman kusta. Dengan demikian, pengobatan akan:Memutus mata rantai penularanMenyembuhkan penyakit penderitaMencegah terjadinya cacat atau mencegah bertambahnya cacat yang sudah ada sebelum pengobatan.Regimen MDT yang dianjurkan oleh WHO adalah:1. Regimen untuk penderita PB Lama pengobatan 6 blister diminum dalam batas waktu 9 bulan Dosis dewasaSekali sebulan diminum di depan petugas2 kapsul Rifampisin 300 mg (jumlah 600 mg)1 tablet DDS (Dapsone) 100 mgDiminum di rumah selama 27 hari1 tablet DDS 100 mg Dosis anak 10-14 tahunSekali sebulan, Rifampicin 450 mg dan DDS 50 mgSetiap hari dirumah DDS 50 mg2. Regimen untuk penderita MB Lama pengobatan 12 blister diminum dalam batas waktu 18 bulan Dosis dewasaSekali sebulan diminum di depan petugas2 kapsul Rifampicin 300 mg (jumlah 600 mg)1 tablet DDS 100 mg3 kapsul Lamprene (Clofazamine) 100 mg (jumlah 300 mg)Diminum di rumah selama 27 hari1 tablet DDS 100 mg1 kapsul Lamprene 50 mg Dosis anak 10-14 tahunSekali sebulan, Rimfapicin 450 mg, Lamprene 150 mg dan DDS 50 mg.Setiap hari di rumah, Lamprene 50 mg dan DDS 50 mgEFEK SAMPING OBATRimfapicin: kencing merah selama 1-2 hari; hal ini tidak berbahaya.Lamprene: kulit menjadi hitam, tetapi hanya selama minum Lamprene. Sesudah selesai pengobatan, kulit kembali semula dengan perlahan-lahan.DDS: bila agak pusing sesudah minum DDS sebaiknya diminum pada malam hari, sebelum tidur; ada kemungkinan kecil obat tidak cocok (alergi). Sangat penting pasien lapor kembali ke puskesmas bila terjadi pada dua bulan yang pertama: gatal hebat, kulit merah sampai terkupas dan demam. Catatan- Pengobatan MDT, tidak boleh satu jenis obat saja. - Penderita dapat diberikan obat lebih dari sebulan, jika rumah penderita jauh, berpindah-pindah atau keluar daerah untuk kerja sementara.- Obat tidak berbahaya bagi janin dan tidak mengganggu produksi ASI.- Penderita drop out (DO), jika bolos pengobatan lebih dari 3 bulan (untuk PB) atau 6 bulan (untuk MB). Penderita harus mulai pengobatannya lagi.

REAKSI KUSTATerkadang daya tahan tubuh penderita kusta ketika mulai aktif melawan kuman kusta yang berada dalam kulit dan saraf-saraf, menyebabkan peradangan pada kulit dan saraf, rasa sakit, dan bengkak, lalu kerusakan. Peradangan inilah yang disebut Reaksi.Gejala Reaksi- Bercak yang menebal dan memerah- Benjolan baru yang merah dan sakit- Benjolan / bercak yang berulserasi / pecah- Demam- Saraf yang sangat nyeri- Kehilangan rasa raba atau kekuatan jariTindakan- Obat kusta dilanjutkan seperti biasa- Perlu ke puskesmas dengan segera. Petugas akan memberi obat tambahan untuk mengatasi rasa sakit dan agar tidak terjadi kerusakan saraf.

Definisi Penyakit KustaKusta adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-8 mikron, lebar 0,2-0,5 mikron, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar satu-satu, hidup dalam sel, dan bersifat asam (BTA). Bakteri ini ditemukan oleh G.H armauer Hansen pada tahun 1873. Penyakit ini bisa diderita oleh siapa saja, baik pria maupun wanita, dewasa atau anak anak.Cara penularan penyakit ini belum diketahui secara pasti, Namun kontak dengan penderita secara terus menerus dan dalam waktu lama tampaknya sangat berperan terhadap penyebaran penyakit kusta. Cara cara penularan penyakit kusta masih merupakan tanda tanya. Namun telah diketahui pintu keluar kuman kusta dari tubuh manusia, yakni selaput lendir hidung.Epidemiologi Penyakit KustaPenyakit kusta menyebar di seluruh dunia, namun sebagian kasus yang terjadi pada daerah tropis dan sub tropis. konsultan rehabilitasi kusta dari lembaga Netherlands Leprasy Relief, Firmansyah Arief mengungkapkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dengan penderita terbanyak setelah India dan Brazil.Penyebaran penyakit ini dapat terjadi karena beberapa hal termasuk distribusi geografis. Sejarah penyebaran penyakit kusta di Indonesia diduga dibawa oleh pendatang dari India yang datang ke Indonesia untuk meyebarkan agamanya dan berdagang.Namun jika dilihat penyebarannya, di Indonesia, terjadi perbedaan distribusi. Perbedaan distribusi penyakit ini dapat terjadi karena faktor etnik. Pada kasus kusta di Indonesia, etnik Madura dan Bugis lebih banyak menderita kusta dibandingkan etnik Jawa dan Melayu. Jika dilihat pada data kesehatan Indonesia tahun 2010 terdapat perbedaan yang mencolok pada jumlah penderita penyakit kusta di Jawa Timur dimana etnis terbesar adalah etnis Madura.Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) telah menetapkan 33 provinsi di indonesia kedalam dua kelompok beban kusta yaitu kelompok dengan beban kusta tinggi (high endemic) dan beban kusta rendah (low endemic).Jika dilihat dari data di atas, terjadi perbedaan distribusi penyebaran penyakit ini. Perbedan distribusi tersebut diperkuat dengan data dari Ditjen PP&PL, Kemenkes RI tahun 2011 mengenai jumlah penderita kusta (baik tipe Multi Basiler, maupun tipe Pausi Basiler) dengan jumlah penderita terbanyak pada Provinsi Jawa Timur sebanyak 4653 jiwa.Berdasarkan data dari Ditjen PP&PL, Kemenkes RI tahun 2011, pada tahun 2010 dilaporkan terdapat kasus baru penyakit kusta dengan jenis Multi Basiler sebanyak 13.734 dan kasus tipe Pausi Basiler sebanyak 3.278 dengan Newly Case Detection rate (NCDR) sebesar 7,22 per 100.000 penduduk.

Epidemiologi sosial mengkaji saling keterkaitan antara faktor sosial dengan distribusi penyakit dalam populasi. Distrbusi penyakit kusta yang terjadi pada etnis Madura memiliki katian dengan faktor sosial.Ada beberapa faktor sosial penyebab munculnya penyakit ini dan menjadi endemik di jawa timur khususnya Madura yaitu,Kurangnya kesadaran terhadap kebersihan dan kesehatan lingkunganMayoritas masyarakat Madura dengan status sosio-ekonomi rendah dengan pekerjaan sebagai petani garamEksklusivitas etnis Madura dan penanganan yang kurang tepat kepada penderita.Penyebab penyakit ini terus berkembang pada etnis Madura karena kurangnya kesadaran masyarakat terhadap penyakit kusta. Masyarakat Madura sebagian besar tidak mengetahui penyebab munculnya penyakit ini. Berdasarkan artikel yang saya baca, masyarakat Madura hidup pada lahan yang kurang subur dan kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai petani garam.Berdasarkan stratifikasi sosial ekonomi, masyarakat Madura termasuk pada golongan dengan status sosial-ekonomi rendah. Status sosial-ekonomi memiliki pengaruh terhadap penyebab muncul dan berkembangnya penyakit ini.Rendahnya status ekonomi menyebabkan minimnya akses terhadap pelayanan medis, hal ini menyebabkan mereka yang telah tertular sulit untuk mendapatkan pengobatan medis yang layak. Status sosial-ekonomi yang rendah juga berpengaruh terhadap sanitasi dan tindakan preventif yang bisa mereka lakukan. Selain itu, dengan mengidap penyakit kusta, mereka tidak dapat mendapatkan pekerjaan yang baik sehingga semakin membuat mereka sulit mendapatkan biaya untuk penyembuhan. Dapat disimpulkan bahwa status sosial ekonomi yang rendah menyebabkan mereka hidup dengan sanitasi yang buruk dan akses terhadap pelayaan kesehatan sehingga mereka terkena penyakit kusta. Penyakit ini menyebabkan mereka tidak mndapatkan pekerjaan yang layak sehingga status sosial ekonomi mereka semakin rendah. Penyakit kusta juga dapat menyebabkan cacat penyakit akan membuat mereka tidak dapat mendapatkan pekerjaan yang baikKurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan juga menjadi salah satu penyebab munculnya penyakit ini. Rendahnya gizi dan imunitas pada masyarakat Madura yang diakibatkan oleh gaya hidup yang tidak sehat juga berpotensi tertular penyakit kusta.Kelompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemikdengan kondisi yang buruk. Kondisi kebersihan yang buruk dan kesadaran akan penyakit kusta yang banyak terjadi di daerah jawa timur khususnya pada etnis Madura menyebabkan penyakit kusta meningkat.Masyarakat Madura yang hidup di Madura rata rata adalah saudara sendiri sehingga hubungan kekerabatannya sangat dekat. Rasa persaudaraan dan loyalitas juga rasa bangga dengan etnis sendiri membuat masyarakat Madura lebih eksklusif. Mereka melakukan kegiatan bersama sama dan mendirikan tempat ibadah khusus bagi kelompok mereka. Hal ini membuat kontak satu sama lain menjadi lebih erat dan menyebabkan tertularnya bakteri Mycobacterium Leprae pada kalangan mereka sendiri, bahkan sebelum terlihat tanda atau gejala penyakit kusta. Masyarakat Madura dengan eksklusivitasnya lebih sering bersosialisasi dengan sesama etnis Madura. Dengan minimnya pengetahuan mengenai penyebaran dan gejala penyakit kusta, masyarakat Madura yang hidup dan berkontak langsung dalam waktu lama memungkinkan penyebaran penyakit ini. Apalagi penyebaran penyakit ini tidak terlihat dalam waktu singkat karena masa inkubasi baketri penyebab penyakit ini dalam waktu 3 samapi 10 tahun. Penderita penyakit kusta yang sudah muncul gejala gejala seperti bintik bintik putih sebenarnya telah tertular bakteri Mycobacterium Leprae sejak bertahun lalu.Penanganan yang tidak tepat yang dilakukan oleh masyarakat Madura terhadap penderita juga menyebabkan semakin parah dan berkembangnya penyakit kusta pada etnis Madura. Mereka cenderung mengucilkan dan mengungsikan penderita penyakit kusta pada daerah terpencil seperti hutan. Pengasingan tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor diantaranya, keluarga penderita malu memiliki anggota keluarga yang memiliki penyakit kusta karena mereka mengganggap penyakit ini merupakan kutukan dari Tuhan. Kedua, masyrakat takut tertular penyakit ini, sehingga mereka harus menjauhi penderita. Ketiga, masyarakat dan keluarga penderita tidak memiliki biaya dan pengetahuan yang cukup dalam pengobatan penyakit ini. Ketiga faktor tersebut menyebabkan penderita diungsikan. Namun, dengan pengungsian tersebut, penyebaran penyakit ini tidak dapat dihentikan. Karena bakteri ini masih dapat hidup dalam waktu 9 hari di luar tubuh manusia atau di lingkungan sekitar, pada suhu 27oC-30oC.Untuk memutus persebaran penyakit ini ada beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta dan menberikan penyuluhan agar mereka tidak mengucilkan penderita penyakit kusta yang malah akan memperparah penyebaran. Mereka diberi penyuluhan agar bisa mendeteksi terjangkitnya penyakit ini agar bisa ditangani sedini mungkin. Kedua, meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan, karena lingkungan yang tidak bersih merupakan sumber berbagai penyakit. Ketiga, meningkatkan daya tahan tubuh atau imunitas agar tidak mudah tertular bakteri penyakit. Selain itu, pemerintah masih terus mengupayakan agar jumlah masyarakat yang tertular tidak bertambah dengan berbagai program kesehatan.

Istilah kusta berasal dari bahasa sangsekerta, yakni kushtha yang berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874, sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen (zulkifli, 2003).

Penyakit kusta adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium lepra (M. leprae) yang pertama kali menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa (mulut), saluran napas bagian atas, sistim retikuloendotelia, mata, otot, tulang dan testis (Amirudin dalam Harahap, 2000).

Mycobacterium leprae merupakan salah satu kuman yang berbentuk basil dengan ukuran 3-8 Um x 0,5 Um, tahan asam dan alkohol. Penelitian dengan mikroskop elektron tampak bahwa M. leprae mempunyai dinding yang terdiri atas 2 lapisan, yakni lapisan padat terdapat pada bagian dalam yang terdiri atas peptidoglikan dan lapisan transparan pada bagian luar yang terdiri atas lipopolisakarida dan kompleks protein-lipopolisakarida.

Dinding polisakarida ini adalah suatu arabinogalaktan yang diesterifikasi oleh asam mikolik dengan ketebalan 20nm. Tampaknya peptidoglikan ini mempunyai sifat spesifik pada M.leprae, yaitu adanya asam amino glisin, sedangkan pada bakteri lain mengandung alanin. M. leprae ini merupakan basil gram positif karena sitoplasma basil ini mempunyai struktur yang sama dengan basil gram positif yang lain yaitu mengandung DNA dan RNA.Cara Penularan Penyakit KustaCara penularan penyakit kusta yang pasti belum diketahui, tetapi menurut sebagian ahli melalui saluran napas (inhalasi) dan kulit (kontak langsung yang lama dan erat).

Kuman mencapai permukaan kuit melalui folikel rambut, kelenjar keringat dan diduga juga melalui air susu ibu. Tempat implantasi tidak selalu menjadi lesi pertama. Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga tidak perlu ditakuti. Hal ini bergantung pada beberapa faktor antara lain sumber penularan, kuman kusta, daya tahan tubuh, sosial ekonomi dan iklim.

Sumber penularan adalah kuman kusta utuh (solid) yang berasal dari pasien kusta tipe MB (Multi Basiler) yang belum diobati atau tidak teratur berobat. Insiden tinggi pada daerah tropis dan sub tropis yang panas dan lembab. Kusta dapat menyerang pada semua umur, anak-anak lebih rentan dari pada orang dewasa. Frekuensi tertinggi pada orang dewasa ialah umur 25- 35 tahun, sedangkan pada kelompok anak umur 10-12 tahun (Mansjoer, et.al.,2000).Klasifikasi penyakit kustaDari sisi medis, Kusta diklasifikasikan berdasarkan banyak faktor, hal tersebut bertujuan untuk mempermudah cara penanganan dari penyakit kulit ini.1.Kusta Pausibasilar (PB)Tanda-tandanya: Bercak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila bercak putih tersebut disentuh dengan kapas, maka kulit tidak merasakan sentuhan tersebut, ciri-cirinya seperti : Permukaan bercak kering dan kasar, Permukaan bercak tidak berkeringat, Batas (pinggir) bercak terlihat jelas dan sering ada bintil-bintil kecil. Kusta tipe kering ini kurang/tidak menular, namun apabila tidak segera diobati akan menyebabkan cacat. Umumnya, orang mengira bercak putih seperti tanda-tanda di atas adalah panu biasa, sehingga pemeriksaan pun tidak segera dilakukan sebelum akhirnya orang tersebut telah mengalami Kusta pada level lebih lanjut. Sehingga, pemeriksaan dan pengobatan semenjak dini ke Puskesmas atau pun Rumah Sakit terdekat pun sangat dianjurkan. Pengobatan kusta tipe PB ini cenderung lebih sebentar daripada tipe basah.2.Kusta Multibasilar (MB)Tanda-Tandanya: Bercak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan, terjadi penebalan dan pembengkakan pada bercak, pada permukaan bercak sering ada rasa bila disentuh dengan kapas. Pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering terdapat pada cuping telinga dan muka. Kusta tipe basah ini dapat menular, maka bagi yang menderita penyakit tipe kusta tipe basah ini harus berobat secara teratur sampai selesai seperti yang telah ditetapkan oleh dokter. Namun, umumnya kendala yang dihadapi adalah pasien tidak mentaati resep dokter, sehingga selain mereka tidak menjadi lebih baik, mereka pun akan resisten terhadap obat yang telah diberikan. Untuk Kusta MB ini menular lewat kontak secara langsung dan lama.Pengobatan penyakit kustaDalam hal pengobatan pada penderita penyakit kusta, adalah tujuan yang harus dicapai untuk menyembuhkan penderita kusta dan mencegah timbulnya cacat. Pada penderita tipe pausi basiler yang berobat dini dan teratur akan cepat sembuh tampa menimbulkan cacat. Akan tetapi bagi penderita yang sudah dalam keadaan cacat permanen pengobatan hanya dapat mencegah cacat yang lebih lanjut.

Bila penderita kusta tidak makan obat secara teratur, maka kuman kusta dapat menjadi aktif kembali, sehingga timbul gejala-gejala baru pada kulit dan syaraf yang dapat memperburuk keadaan. Dalam pengobatan penyakit kusta ini perlu juga diperhatikan pemutusan mata rantai penularan dari penderita kusta terutama tipe yang menular kepada orang lain.

Pengobatan penderita kusta ditujukan untuk mematikan kuman kusta, sehingga tidak berdaya merusak jaringan tubuh, dan tanda-tanda penyakit menjadi kurang aktif dan akhirnya hilang. Dengan hancurnya kuman, maka sumber penularan dari penderita terutama tipe multi basiler (MB) keorang lain terputus (Hiswani , 2001) .

Daftar PustakaIndonesia. Kementrian Kesehatan, Pusat Data dan Informasi. 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.Weiss, Gregory L., & Lonnquist, Lynne E. 2010. Health, Healing, and Illness Second Edition. New Jersey : Prentice Hall.Sunarto, Kamanto. 2009. Sosiologi kesehatan. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.Ratusan Warga Pamekasan Idap Kusta, dalam http://www.mediaindonesia.com/read/2010/12/02/185445/125/101/Ratusan-Warga-Pemekasan-Idap-Kusta (diakses tanggal 6 Januari 2012) Informasi Kusta dan gejalanya, dalam http://doktersehat.com/informasi-kusta-dan-gejalanya/ (diakses tanggal 6 Januari 2012)Harahap M. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Hipokrates: JakartaHiswani. (2001). Kusta Salah Satu Penyakit Menular Yang Masih Dijumpai di Indonesia,http ://library.usu.ac.id/Mansjoer A., Suprohaita, Wardani, W, I. & Setiowulan, W. (2000). Kapita Selekta Kedokteran, ed. 3, jillid II, Media aesclapius, FK-UI: JakartaZulkifli .(2003). Penyakit kusta dan Masalah Yang Ditimbulkannya, http://library.usu.ac.id.- Buku Pedoman Singkat Pemberantasan Penyakit Kusta, Program Kerjasama Departemen Kesehatan Republik Indonesia dengan The Leprosy Mission International- Materi Pelatihan P2 Kusta bagi Medis dan Paramedis Puskesmas, Direktorat Pemberantasan Penyakit Menular Langsung, Direktorat Jenderal PPM dan PLP Departemen Kesehatan RIEpidemiologi PenyakitKusta